Anda di halaman 1dari 18

Profesionalisme Adalah Kunci Kesuksesan, Bagaimana Cara

Meningkatkannya?

Profesionalisme adalah hal yang wajib dimiliki oleh seseorang di dunia kerja. Tapi,

bagaimana untuk meng-upgrade-nya ke tingkatan yang lebih baik?

Profesional di dunia kerja bisa berarti menyelesaikan pekerjaan tepat waktu,

melaksanakan tugas dengan baik, dan berkepribadian sesuai profesi yang dijalani.

Namun, profesionalisme tidak hanya berkaitan dengan ‘profesi’ yang menjadi kata

dasarnya.

Profesionalisme tidak melulu soal bertanggung jawab dengan profesi atau karier

yang sedang kita jalani. Lebih dari itu, profesionalisme selalu dibutuhkan setiap

orang di mana pun dan kapan pun.

Oleh karena itu, seseorang perlu mengetahui bagaimana cara menjadi profesional.

Pada artikel ini, Glints akan menjelaskan apa itu profesionalisme di tempat kerja.

1. Tepat waktu
Kunci profesionalisme yang pertama adalah tepat waktu.

Dalam pekerjaan, sering kali seseorang dihadapkan dengan deadline yang

padat. Deadline tersebut bisa saja ditentukan oleh atasan, tim, atau bahkan diri

sendiri.
Jika kamu bekerja dalam tim, pekerjaanmu sangat mungkin berhubungan dengan

anggota lainnya.

Maka, jika kamu telat deadline, hal tersebut akan berpengaruh pada kinerja

anggota lainnya juga.

Tidak hanya saat dalam tim. Jika kamu bekerja freelance atau mengerjakan

pekerjaan yang bersifat pribadi, kamu tetap perlu tepat waktu.

Bayangkan jika kamu seorang freelance, tetapi kamu tidak tepat waktu

memberikan hasil project-mu ke klien.

Bisa jadi kepercayaan klien kepada kamu akan berkurang atau bahkan hilang.

Hal tersebut dapat menutup kemungkinan adanya repeat order dari klien.

2. Jujur
Kejujuran juga menjadi salah satu kunci profesionalisme yang kuat. 

Dikutip dari Inc, sepanjang 2017, terdapat 85 persen calon karyawan yang

berbohong dalam resumenya.

Persentase tersebut naik 19 persen dari jumlah calon karyawan yang berbohong

pada 2012.

Jika seorang calon karyawan sudah mulai tidak jujur pada saat wawancara kerja,

besar kemungkinan ia akan melakukan hal yang sama saat bekerja.


Kejujuran penting untuk membangun kepercayaan orang lain.

Satu kali saja kamu ketahuan tidak jujur, maka sulit untuk membangun kembali

kepercayaan orang tersebut.

3. Bertanggung jawab
Ciri profesionalisme lainnya adalah bertanggung jawab.

Dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari, seseorang harus bertanggung jawab

atas pikiran, perkataan, dan perbuatannya.

Sebelum mengatakan atau melakukan sesuatu, seseorang harus memikirkan alasan

dan dampaknya terlebih dahulu.

Dengan berpikir sebelum berkata dan bertindak, seseorang bisa bertanggung jawab

atas apa yang ia lakukan.

4. Menghargai orang lain


Tidak ada satu pekerjaan pun yang tidak berhubungan dengan orang lain.

Kamu bisa saja berhubungan dengan anggota tim, atasan, bawahan, agency, hingga

klien. Dalam hubungan tersebut, kamu perlu membangun rasa menghargai orang

lain.

Sebagai contoh, kamu bisa menghargai pendapat orang lain. Kamu bisa memberi

kesempatan bagi orang lain untuk menyampaikan pendapatnya.


Contoh lainnya, jika rekanmu melakukan pekerjaannya dengan baik, kamu juga

bisa memberikan apresiasi padanya.

Dikutip dari Forbes, engagement seorang karyawan terhadap pekerjaan dan

perusahaan akan meningkat 26 persen jika mendapat apresiasi dari rekan kerjanya.

Tidak ada salahnya untuk mengucapkan, “Selamat,” jika rekanmu berhasil

mencapai target pekerjaannya.

5. Fokus
Ciri profesionalisme lainnya adalah fokus.

Setiap karyawan tentu sudah memiliki job description-nya masing-masing.

Penting bagi seorang karyawan untuk terlebih dahulu fokus pada apa yang harus

dikerjakannya.

Jangan sampai fokusmu teralihkan dengan hal-hal lain yang tidak seharusnya

diperhatikan pada jam kerja, terutama yang berkaitan dengan kehidupan pribadi.

Sebagai contoh, kamu sedang ada masalah dengan pasanganmu.

Kemudian, kamu terus sedih sepanjang jam kerja sehingga kamu tidak mampu

menyelesaikan pekerjaanmu dengan baik hari itu.

Seorang karyawan yang profesional harus mampu menentukan kapan ia

harus fokus dengan pekerjaan, kapan ia bisa fokus dengan hal lainnya.


Baca Juga: 7 Cara Menjadi Profesional tanpa Kehilangan Personalitasmu

6. Self-upgrading
Penting bagi seorang karyawan untuk melakukan self-upgrading.

Self-upgrading adalah kesadaran diri sendiri untuk meng-upgrade skill dan

pengetahuan yang ia perlukan dalam pekerjaan.

Tidak ada satu orang pun yang tidak perlu meng-upgrade diri, bahkan di level

Chief Executive Officer (CEO) sekali pun.

Semua orang harus mampu mendorong dirinya untuk terus belajar.

Di zaman globalisasi ini, terdapat berbagai hal yang cepat berubah, termasuk di

dalam dunia kerja. Oleh karena itu, kita harus terus belajar agar tidak ketinggalan

dengan zaman.

7. Optimis
Kamu pernah diberikan goal atau tuntutan yang menurutmu tinggi oleh atasan?

Jangan khawatir, tetap optimis dan percaya bahwa kamu mampu

mencapai goal yang telah ditetapkan tersebut.

Goal yang tinggi membuat kamu berusaha untuk melewati limit dirimu. Mungkin

selama ini kamu merasa hanya bisa melakukan hingga batas sekian.
Namun, dengan goal yang tinggi, kamu akhirnya menjadi paham bahwa

kemampuanmu lebih dari itu.

Jika kamu gagal, jangan putus asa. Tetap optimis dan yakin bahwa kamu akan

berhasil di kesempatan berikutnya.

8. Mengakui kesalahan
Manusia tidak luput dari kesalahan, begitu pula karyawan.

Oleh karena itu, ciri profesionalisme selanjutnya adalah mau mengakui kesalahan.

Jika suatu saat kamu melakukan kesalahan, baik sengaja maupun tidak, kamu harus

berani mengakui kesalahan tersebut.

Akui kalau kamu memang salah. Namun, kamu bisa menyertainya dengan janji

dan bukti untuk tidak mengulang kesalahan itu lagi. 

Jangan melempar kesalahan yang sebenarnya kamu lakukan sendiri kepada orang

lain. Itu menunjukkan hal yang tidak profesional dalam dunia kerja.

9. Mendengarkan orang lain


Menurut Harvard Business Review, semua orang mampu mendengar.

Namun, tidak banyak orang yang benar-benar memahami bagaimana cara

mendengarkan orang lain dengan baik.


Mendengar dan mendengarkan adalah dua hal yang berbeda. Mendengar berarti

kamu menangkap sebuah suara dengan telingamu tanpa sengaja.

Sementara itu, mendengarkan berarti kamu sungguh-sungguh berusaha memahami

suatu suara dengan telingamu.

Maka, ciri profesionalisme dalam pekerjaan selanjutnya adalah mendengarkan

orang lain. Seorang karyawan sering berada pada posisi harus mendengarkan orang

lain, salah satunya ketika rapat.

Dalam situasi itu, kamu harus berusaha untuk fokus mendengarkan dan memahami

apa yang orang lain katakan.

Beri kesempatan kepada orang lain untuk berbicara. Kemudian, berikan tanggapan

yang sesuai dengan apa yang dikatakannya.

Kamu bisa bertanya, mengangguk, atau menyanggah pendapat orang lain untuk

menunjukkan bahwa kamu benar-benar mendengarkannya.

10. Sertai kritik dengan solusi


Dalam pekerjaan, realita tidak selalu sejalan dengan ekspektasi kita.

Oleh karena itu, muncul kritik yang biasa kita sampaikan pada rekan atau atasan

kerja. Namun, penting untuk kita tidak sekadar menyampaikan kritik.

Kita bisa menyertakan solusi dalam kritik-kritik yang kita sampaikan.


Dengan begitu, kritik tersebut tidak akan terlihat dibuat-buat, tetapi memang ada

solusi lain yang lebih baik untuk menyelesaikannya.

Baca Juga: 7 Cara Meningkatkan Komunikasi Interpersonal yang Profesional

Itulah 10 cara meningkatkan profesionalisme dalam dunia kerja. Profesionalisme

adalah hal yang wajib dimiliki oleh semua pekerja.

Oleh karena itu, terus asah dirimu untuk menjadi seseorang yang profesional.

7 Cara Menjadi Profesional tanpa Kehilangan Personalitasmu

Awal memasuki dunia kerja mungkin menjadi momen yang mengagetkan bagi

sebagian orang. Banyak aturan dan tanggung jawab baru yang aan dihadapi. Salah

satu tuntutan yang pasti akan kamu temukan adalah kamu harus memiliki sikap

profesional.

Terkadang, banyak yang menyalahartikan kata profesional. Ada yang beranggapan

bahwa profesional berarti serius. Padahal keduanya adalah hal yang berbeda.

Profesional sendiri sebenarnya adalah cara kamu menyesuaikan diri dengan

lingkungan pekerjaan dengan segala aturannya. Profesional tidak berarti kamu

harus meninggalkan personalitas dirimu. Hal ini mungkin sulit dilakukan karena

pada dasarnya setiap orang memiliki karakternya masing-masing, yang perlu kamu

lakukan adalah penyesuaian. Berikut adalah 7 cara yang dapat kamu lakukan untuk

menjadi profesional tanpa kehilangan personalitasmu.


1. Pelajari lingkungan kerja dengan baik
Hal pertama yang sangat penting kamu lakukan untuk menjadi profesional tanpa

kehilangan prersonalitasmu adalah mempelajari lingkungan kerjamu dengan baik.

Setiap tempat kerja tentu saja memiliki peraturan baik tertulis maupun tidak

tertulis. Jangan pernah mencoba untuk melanggarnya meskipun itu merupakan

peraturan tidak tertulis.

Tanpa mempelajari lingkungan kerja dengan baik, kamu akan kesulitan untuk

menyesuaikan diri dan tentu saja itu berarti akan sulit untuk kamu untuk bersikap

profesional.  Kamu juga harus menjadi apa adanya sejak pertama kali

menyesuaikan diri. Jadilah orang yang menyuarakan pendapatnya dengan baik dan

juga mendengarkan pendapat orang lain dengan baik. Kamu juga harus selalu

terbuka dengan kritikan jika ingin menjadi profesional.

Baca Juga: Kembangkan Budaya Perusahaan di Kantormu dengan 5 Hal Ini!

2. Tentukan personal branding
Hal kedua yang tidak kalah penting untuk menjadi profesional tanpa kehilangan

personalitasmu adalah dengan personal branding. Seperti yang kita ketahui

bahwa branding sangatlah penting bukan hanya untuk sebuah produk tapi juga

untuk seseorang. Jika kamu tidak membangunnya dengan baik, tentu saja personal

branding-mu tidak akan sesuai dengan yang kamu inginkan.

Pertama-tama yang harus kamu lakukan adalah mencari tahu keahlian apa yang

kamu miliki dan juga menonjolkan hal yang membuatmu berbeda. Jika kamu
sudah memiliki personal branding, itu lah yang akan diingat orang lain ketika

pertama kali mendengar namamu. Dengan begitu kamu tidak perlu kehilangan

personalitasmu ketika kamu harus selalu bersikap profesional.

3. Senyum
Cara selanjutanya untuk menjadi profesional adalah dengan selalu tersenyum.

Mungkin sebagain dari kamu akan merasa heran, mengapa harus tersenyum? Pada

dasarnya, setiap orang akan senang bekerja dengan orang yang memiliki

kepribadian ramah dan salah satu bentuk keramahan yang paling mudah dilakukan

adalah dengan tersenyum. Kamu mungkin merasa nervous ketika memasuki

lingkungan kerja yang baru, tapi kamu tetap tidak boleh lupa untuk tersenyum.

Selain itu, penelitian juga membutikan bahwa tersenyum dapat menular. Jadi, saat

kamu tersenyum makan orang-orang di sekitarmu juga akan ikut tersenyum. Pada

saat ini terjadi, bukan hanya mood-mu saja yang akan menjadi baik, tapi juga

orang-orang disekitarmu dan terciptalah sebuah kenyamanan. Ini lah yang kamu

butuhkan dalam dunia profesional, menciptakan lingkungan kerja yang nyaman.

4. Perhatikan body language
Tidak kalah penting dengan tersenyum, kamu juga harus memperhatikan body

language jika ingin menjadi profesional tanpa kehilangan personalitasmu. Body

language dapat menunjukkan kamu membuka diri atau tidak. Ini juga akan

berpengaruh pada nyaman atau tidaknya orang lain berada di sekitarmu.  Ketika

bahasa tubuh dan ekspresi wajahmu mengisyaratkan tidak ingin didekati, maka
tidak ada orang-orang disekitarmu tidak memiliki kesempatan untuk mengenali

dirimu.

Jika orang-orang yang ada disekitarmu tidak mengenal dirimu yang sebenarnya,

tentu saja kamu tidak bisa menjadi profesional tanpa kehilangan personalitasmu.

Cobalah untuk bersikap terbuka dan percaya diri, maka orang-orang disekitar akan

merasa nyaman berada dekat denganmu. Dengan begitu, kamu akan dapat bersifat

profesional dan tetap menjaga personalitasmu.

5. Berbagi tentang hal-hal yang disukai


Cara lain agar orang lain dapat mengenal karakter dirimu adalah dengan berbagi

hal-hal yang kamu sukai. Tidak perlu sungkan untuk berbagi tentang hobi dan juga

berita terbaru yang menurutmu menarik. Berbagi hal tentang ketertarikanmu akan

lebih baik daripada membahas hal-hal yang kontroversial. Kamu juga lebih baik

menghindari berbagai perdebatan yang dapat membuat orang lain merasa terpojok

karena hal tersebut tidak seharusnya terjadi di dunia profesional.

Saat kamu bercerita tentang  hal-hal yang kamu sukai, kamu juga bisa

mendengarkan pendapat orang-orang disekitarmu tentang hal tersebut. Kamu juga

bisa membuat orang lain terpancing untuk bercerita tentang hal yang disukainya.

Walaupun setiap orang memiliki ketertarikan yang berbeda, tapi setiap orang tetap

bisa membagikan pengalamannya.

Baca Juga: 8 Tips Bekerja Sama yang Buat Timmu Semakin Kompak

6. Belajar komunikasi yang baik


Komunikasi yang baik adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan, terutama

di dunia profesional tentunya. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa banyak

yang menyalahartikan bahwa profesional berarti kamu harus selalu serius, padalah

tidak. Belajar komunikasi yang baik akan semakin memudahkan kamu dalam

menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, dari sana lah kamu dapat mengetahui

bagaimana menjadi profesional.

Selain itu, tentu saja berkaitan lagi dengan kenyamanan di lingkungan kerja.

Dengan komunikasi yang baik tentu kamu dapat menjalin hubungan yang baik

dengan rekan-rekan kerja hingga terciptalah lingkungan kerja yang nyaman. Setiap

orang akan dapat mempertahankan personalitasnya selagi berusaha menjadi

profesional.

7. Hargai diri sendiri lebih dulu


Ada yang mengatakan bahwa jika kita ingin dihargai oleh orang lain, maka

hargailah diri sendiri. Hal ini sangat cocok untuk kamu terapkan ketika kamu ingin

menjadi profesional tanpa kehilangan personalitasmu. Kamu harus belajar

menghargai dan menyayangi dirimu sendiri. Dengan menghargai diri sendiri tentu

kamu akan tahu bahwa segala hal yang baik memang pantas untuk diperlihara dan

segala hal buruk memang sudah seharusnya untuk dibuang. Karena memelihara hal

buruk akan berdampak buruk pada dirimu.

Jika kamu menghargai diri sendiri, kamu akan tahu bahwa kamu memiliki kualitas

diri yang patut dibanggakan dan menjadi personalitasmu. Kamu akan senantiasa
berusaha untuk mempertahankan personalitas baik yang kamu miliki. Jadi dengan

begitu akan selalu seimbang menjadi seorang profesional dengan kararter yang

kuat. Dengan menghargai diri sendiri juga kamu akan selalu belajar cara

menghargai orang lain.

Baca Juga: 7 Sebab Perusahaan Cari Karyawan dengan Kecerdasan Emosional


Tinggi

Itu dia 7 hal yang dapat membantu kamu menjadi profesional tanpa kehilangan

personalitasmu. Intinya, kamu harus menyesuaikan diri dengan baik dan

mempertahankan personalitasmu dalam waktu bersamaan dan dengan seimbang.

7 Sebab Perusahaan Cari Karyawan dengan Kecerdasan Emosional Tinggi

Kecerdasan merupakan salah satu penentu direkrut atau tidaknya seseorang oleh

perusahaan. Misalnya melalui syarat minimum IPK. Tapi jangan salah, kecerdasan

nyatanya tidak sebatas kecerdasan intelektual (IQ) lho. Ada pula kecerdasan

emosional (EQ) yang bisa dijadikan pendukung kecerdasan intelektual. Kecerdasan

emosional tersebut membantu kecerdasan intelektual dalam memecahkan masalah-

masalah penting, terutama dalam mengambil keputusan.

Singkatnya, kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk memahami

dirinya sendiri dan orang lain, serta berhubungan dengan mereka. Kecerdasan

emosional yang bisa tampak dalam sikap sehari-hari ini juga membantu kamu

sebagai karyawan untuk bekerja dan bersikap dengan lebih optimal di kantor.

Untuk lebih jelasnya, yuk simak tujuh alasan mengapa perusahaan lebih memilih

karyawan dengan kecerdasan emosional tinggi berikut.


Mau Terus Belajar
Seseorang dengan kecerdasan emosional tinggi ditandai dengan sikap mau terus

belajar, dan tidak takut dengan adanya kesalahan. Ternyata, seorang perfeksionis

menunjukkan bahwa kecerdasan emosionalnya rendah, lho. Orang dengan

kecerdasan emosional yang tinggi sadar bahwa tidak ada yang sempurna dalam hal

apa pun juga, makanya ia pun tidak pernah puas dan akan terus mencoba maju. Ia

juga tidak takut menerima kritik dan mau terus belajar dari siapa pun, karena ia

tidak pernah merasa puas dalam belajar. Orang dengan kecerdasan emosional

tinggi yang tidak takut gagal dan mau terus belajar pada akhirnya akan memiliki

hasil kerja yang lebih baik dan optimal dalam apa yang ia lakukan.

Tidak Mudah Stres 


Menyambung dari poin sebelumnya, seseorang dengan kecerdasan emosional

tinggi cenderung tidak mudah stres, karena tidak takut dengan adanya kesalahan,

karena ia mau terus belajar dan mencoba. Terbayang kan, bagaimana stresnya

seseorang yang perfeksionis, ketika ia harus terus menerus mengulang sampai

pekerjaan tampak sempurna di matanya. Tentunya karyawan yang mudah stres

tidak akan bisa bekerja optimal, dan akan membawa dampak kurang baik pula bagi

orang-orang di sekitarnya. Makanya, perusahaan senang dengan karyawan yang

memiliki kecerdasan emosional tinggi karena ia bisa mengatur kadar stresnya

dengan lebih baik.


Selain itu, tingginya kecerdasan emosional bisa diukur juga dengan seseorang yang

tidak takut akan perubahan, juga fleksibel karena bisa beradaptasi dengan cepat

dan baik. Sehingga, dalam kondisi seperti apa pun ia bisa tetap bekerja dengan

potensi maksimalnya.

Fokus
Mudah terdistraksi atau terganggu oleh lingkungan tentunya bukan merupakan

suatu hal yang baik bagi seorang karyawan, dan tanda bahwa kecerdasan

emosionalmu masih kurang. Coba bayangkan, bagaimana jika ketika mulai

mengerjakan sesuatu, A melihat ada notifikasi pesan di handphone dan langsung

membacanya. Kemudian, saat mulai melanjutkan, ia memperhatikan dan matanya

mengikuti seorang tamu yang datang ke kantor, karena penasaran. Lalu, ia merasa

haus dan mulai beranjak ke pantri untuk mengambil minum. Nah, kapan

pekerjaannya akan selesai?

Seorang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan bisa fokus, tidak

mudah terdistraksi atau terganggu dengan lingkungannya. Ia tahu apa yang harus

dikerjakan pada suatu waktu tertentu, dan bagaimana ia mengatur waktu untuk bisa

mengerjakannya sesuai batas waktu yang diberikan. Tapi tenang, jika kamu belum

‘menguasai’ ranah ini, kamu bisa mulai dengan mengecek apa saja yang menjadi

penyebab kamu tidak fokus, dan kemudian menghindarinya. Sehingga, kecerdasan

emosionalmu pun bisa lebih ditingkatkan dan kamu bisa bekerja optimal di

perusahaanmu.
Punya Empati
Karena kecerdasan emosional berbicara mengenai memahami diri sendiri dan

orang lain, orang dengan kecerdasan emosional yang baik pasti memiliki empati

yang baik pula. Ia bisa menempatkan dirinya dalam posisi orang lain, dan bisa

berusaha memahami apa yang mereka rasakan pada suatu waktu tertentu. Misalnya

saja, rekan kerjamu yang baru datang langsung memarahi kamu dan semua orang

di sekitarnya. Respon alamiah pertamamu pasti heran dan kesal, “Tidak salah apa-

apa kok tahu-tahu dimarahi?” Tapi jika kita mencoba memahami orang tersebut,

kita bisa berpikir bahwa ia mengalami pagi yang berat, mungkin saja ketinggalan

kereta, kemudian supir angkutannya lambat dan lain sebagainya. Jadi orang dengan

kecerdasan emosional tinggi akan lebih memahami mengapa orang lain melakukan

suatu hal, bukannya langsung menghakimi mereka.

Tahu Kekuatan dan Kelemahan Diri Sendiri


Selain memahami orang lain, kecerdasan emosional yang tinggi juga berarti

memahami diri sendiri, termasuk kekuatan dan kelemahan yang ia miliki. Ia

mampu mengidentifikasi, apa saja kelebihan yang ia miliki dan bisa dikembangkan

untuk menjadi kekuatannya, dan apa kekurangannya yang perlu ia perbaiki.

Misalnya, karyawan B mampu mengidentifikasi bahwa kekuatannya adalah secara

verbal, jadi ia mampu mencerna dan mengolah kata-kata dan membawakan

presentasi dengan baik. Karenanya, ia berfokus mengembangkan ranah tersebut

dan menjadi expert di bidang tersebut. Di sisi lain, B sadar bahwa ia kurang bisa

membayangkan suatu konsep tertentu, harus digambarkan dengan jelas dan detail
baru ia paham. Ia bisa mengakalinya dengan menggambarkan konsep tersebut di

atas kertas, agar pemahamannya sama dengan kliennya. Jadi, kenali kekuatan dan

kelemahan diri sendiri agar mengasah pula kecerdasan emosional yang kamu

miliki.

Fokus Pada Hal Positif


Kalau kamu memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, kamu cenderung

berfokus pada hal-hal positif yang ada di sekitarmu, bukan yang negatif. Seberapa

pun hal negatif yang dilihat oleh orang-orang lain di sekitarmu, kamu selalu

berhasil melihat sesuatu yang positif. Orang dengan kecerdasan emosional yang

tinggi akan menghabiskan waktu fokus pada hal-hal positif, bukannya terus

menerus mengeluhkan keadaan. Perusahaan pun akan lebih senang jika

karyawannya memiliki kecerdasan emosional tinggi dan membawa ‘aura’ positif,

karena secara tidak langsung akan mengarahkan perusahaan untuk terus

berkembang. Dibanding dengan keluhan-keluhan negatif yang terus dilontarkan

dan membawa ‘aura’ negatif pula bagi keseluruhan perusahaan.

Dapat Menetapkan Batasan


Dengan kecerdasan emosional yang dimiliki, seseorang mampu memiliki batasan

tertentu. Maksudnya, ia bisa mengatakan “Tidak” untuk hal-hal tertentu, atau

tugas-tugas di luar tanggung jawabnya yang tidak sanggup ia kerjakan. Jangan

salah, berani mengatakan ‘tidak’ berarti kita tahu sejauh mana kesanggupan kita

dalam melakukan sesuatu, dan tidak memaksakan diri mengambil semua tanggung
jawab yang akhirnya tidak ada yang selesai satu pun. Yang penting ingat, bahwa

prioritas kita adalah tanggung jawab untuk posisi kita sendiri. Jika memang masih

memungkinkan membantu karyawan dari divisi lain, barulah kita menawarkan diri

untuk membantu. Jika tidak, ada baiknya kita mengatakan ‘tidak’ untuk saat itu,

karena itu pun merupakan salah satu tanda kecerdasan emosionalmu cukup tinggi.

Seperti kecerdasan intelektual yang tidak tetap angkanya, berubah-ubah dan bisa

ditingkatkan, begitu pun dengan kecerdasan emosional ini. Kecerdasan intelektual

baik yang tidak didukung kecerdasan emosional yang baik pula tidak akan

‘bertahan lama’. Contoh sederhananya, ada seorang calon karyawan lulusan

universitas ternama luar negeri, dengan IPK hampir sempurna, 3,99. Tapi ternyata

selama proses interview atau masa percobaan, ia sombong dan cepat berpuas diri

dengan apa yang ia kerjakan, tidak mau belajar dari siapa pun karena menganggap

dirinya paling hebat.

Singkatnya, tampak bahwa kecerdasan emosionalnya kurang tinggi. Pasti

terbayang dong, bagaimana ke depannya? Ia bisa jadi juga menghambat orang lain

jadi tidak bisa berkembang juga, yang lama kelamaan juga berpengaruh negatif

bagi perusahaan tempatnya bekerja. Karena itu, perusahaan tentunya lebih memilih

karyawan dengan kecerdasan emosional yang baik. Jadi, jika kamu merasa saat ini

kecerdasan emosionalmu masih kurang baik, masih ada waktu kok untuk banyak

belajar dan memperbaikinya.

Anda mungkin juga menyukai