Anda di halaman 1dari 5

Nama : Zuhrotul Ainiyah

NIM : 200710101101

Kelas : Ilmu Negara A

Review Jurnal Negara dan Fungsinya (Telaah atas Pemikiran Politik) Karya
Usman

Perbincangan mengenai negara dalam pemikiran politik merupakan isu


sentral yang selalu menarik untuk dibicarakan, terutama pada era modern saat ini.
Sebab di kalangan para ahli sendiri masih terdapat perbedaan pendapat dalam
melihat konsepsi tentang negara.

Masalah krusial yang dihadapi umat Islam setelah wafatnya Nabi


Muhammad SAW adalah masalah kepemimpinan, siapa yang akan menggantikan
kedudukan beliau untuk memimpin umat Islam. Hal ini terjadi karena baik Al-
Qur’an mapun hadits tidak secara tegas dan rinci menjelaskan bagaimana sistem
dan bentuk sistem pemerintahan yang harus dijalankan oleh umat Islam setelah
Nabi Muhammad. Hal ini menimbulkan berbagai penafsiran dan pendapat
mengenai konsepsi tentang negara.

Di sisi lain, dalam perkembangan sejarah Islam, keragaman pemikiran


para teokritus politik Islam melahirkan berbagai praktek ketatanegaraan yang
berbeda di kalangan umat Islam. Perbedaan tersebut semakin mengental ketika
Islam menghadapi kolonialisme Barat pada abad ke-19 M. Di samping menguasai
daerah-daerah Islam, mereka juga memasukkan pemikiran dan ideologi politik
mereka. Namun, Islam tidak melarang umatnya untuk mengadopsi pemikiran dari
luar, sejauh tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam itu sendiri.
Sehingga dari berbagai kesamaan dan perbedaan persepsi tentang negara yang
lebih dikenal di dunia Timur agar terjadi perpaduan di anatara keduanya yang
mempunyai sumber yang satu yaitu dari Islam itu sendiri.

Pada dasarnya, para ahli ketatanegaraan memiliki pengertian yang


beragam mengenai negara, baik dipandang dari sudut kedaulatan(kekuasaan)
maupun negara dinilai dari sudut peraturan-peraturan(sudut hukum). salah
serorang pemikir negara dan hukum zaman Yunani yaitu Aristoteles, memberikan
pengertian negara yaitu suatu kekuasaan masyarakat (persekutuan dari pada
keluarga dan desa/kampung) yang bertujuan untuk mencapai kebaikan yang
tertinggi bagi umat manusia. Sementara menurut Marsilius, negara sebagai suatu
badan atau organisme yang mempunyai dasar-dasar hidup dan mempunyai tujuan
tertinggi, yaitu menyelenggarakan dan mempertahankan kedamaian. Dan menurut
Ibnu Khaldun, negara adalah masyarakat yang mempunyai wazi’ dan mulk, yaitu
kewibawaan dan kekuasaan. Selain itu, para sarjana dan pemikir ketatanegaraan
abad ke-20 seperti Logemen, juga mengatakan bahwa negara adalah suatu
organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dan dengan kekuasaannya mengatur
dan mengurus suatu masyarakat tertentu.

Jika diperhatikan beberapa pengertian negara menurut para ahli, terdapat


pemikiran yang beragam, baik di kalangan politik Islam maupun di kalangan
sarjana ilmu-ilmu modern. Perbedaan pemikiran mereka mengenai konsep negara
disebabkan karena perbedaan sudut pandang mereka dalam melihat konsep ilmu
negara. perbedaan lingkungan di mana mereka hidup, perbedaan situasi zaman
dan kondisi politik, serta pengaruh keyakinan keagamaan yang dianutnya menjadi
faktor yang mempengaruhi perbedaan persepsi mereka dalam melihat negara itu
sendiri.

Ada yang memandang negara itu sebagai institusi sosial dan kenyataan
sosial, ada yang memandang secara organis, yaitu memandang negara sebagai
organisasi yang hidup dan mempunyai kehidupan sendiri yang dalam berbagai hal
menunjukkan adanya persamaan dengan manusia sebagai makhluk hidup, ada
pula yang memandang negara sebagai ikatan kehendak dan golongan-golongan,
negara dipandang sebagai sejumlah besar kehendak yang diikat menjadi satu
kehendak. Namun ada juga yang memandang negara dari aspek kekuasaan,
sehingga negara dipahami sebagai organisasi kekuasaan. Bagi mereka yang
memandang negara dari segi yuridis atau ajaran hukum, maka negara dipandang
sebagai institusi atau lembaga hukum yang tersusun dalam suatu tertib hukum.
Sementara para pemikir politik Islam memandang negara sebagai instrumen
politik yang berorientasi pada pemeliharaan agama dan pengaturan dunia. Bahkan
ada juga yang memandang negara dikaitkan dengan kepemimpinan, sehingga
negara dipandang sebagai sebuah lembaga untuk melaksanakan kepemimpinan
menyeluruh sebagai pengganti fungsi kenabian dalam menegakkan agama dan
mengatur urusan dunia.

Perbedaan pendapat para ahli tentu akan menambah wawasan pemikiran


kita, sekaligus dapat saling melengkapi dan menyempurnakan persepsi tentang
negara, sehingga persepsi tentang negara menjadi semakin dinamis dan
berkembang. Meskipun tidak terdapat kesepakatan mereka dalam melihat
pengertian dan konsepsi negara, namun mereka tetap sepakat akan perlunya
negara, karena negara merupakan instrumen politik untuk mewujudkan kebaikan
dan kesejahteraa bersama. Untuk itu, maka negara diperlukan untuk
mengimplementasikan fungsi dan perannya dalam mencapai tujuannnya.

Berkaitan dengan fungsi negara dalam pengelolaan pemerintahan dapat


dilihat dari pemikiran para ahli. Misalnya John Locke, mengemukakan bahwa
dasarnya fungsi negara itu dapat diamati pada tiga hal yaitu fungsi legislasi
(fungsi membuat undang-undang dan peraturan), fungsi eksekutif (fungsi untuk
melaksanakan peraturan), dan fungsi federatif (fungsi untuk mengurus urusan luar
negeri, urusan perang dan damai). Sedangkan menurut Rosseau yang juga
merupakan seorang ahli ketatanegaraan mengatakan bahwa fungsi utama sebuah
negara yang paling menonjol adalah fungsi melaksanakan pemerintahan atau
melaksanakan undang-undang. Fungsi menurut Rosseau dalam perkembangannya,
masyarakat tidak mungkin melaksanakan pemerintahan itu sendiri melainkan
hanya sebagai pemegang kedaulatan. Dalam hal ini rakyat menyerahkan hak
tersebut pada penguasa untuk melaksanakan fungsi pemerintahan atau
melaksanakan undang-undang. Pemerintah merupakan suatu badan di dalam
negara yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi bertumpuk pada kedaulatan rakyat.
Dan pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang dalam melaksanakan
fungsinya harus menerima dan memahami aspirasi masyarakatnya. Dan
merupakan suatu kewajibannya untuk selalu mengupayakan kepentingan rakyat.

Jika pandangan mengenai fungsi negara menurut para ahli tersebut


dikaitkan dengan teori-teori kenegaraan, dapat ditemukan beberapa fungsi negara
yang bersifat universal, yaitu adanya kewajiban suatu negara untuk mewujudkan
kepentingan masyarakat tanpa melihat kepada bentuk atau sisem pemerintahan
yang dibangun oleh negara yang bersangkutan. Fungsi negara yang dimaksud
yaitu fungsi regular (regular function) dan fungsi pembangunan (developing
function). Yang pertama, menurut fungsi regular setiap negara harus
melaksanakan fungsi utamanya yaitu pengaturan yang merupakan motor
penggerak jalannya roda pemerintahan. Maksudnya yaitu tanpa adanya
pelaksanaan fungsi tersebut, maka secara dejure negara itu tidak ada. Sebab
melaksanakan fungsi tersebut akibatnya dapat secara langsung dirasakan oleh
masyarakat keseluruhan. Fungsi regular ini meliputi fungsi politik yang
merupakan kewajiban negara yang pertama kali muncul setelah negara tersebut
lahir, fungsi diplomatik yaitu membangun relasi dengan negara lain atas dasar
persahabatan yang bertanggung jawab dan bukan atas dasar penjajahan, fungsi
yuridis yaitu negara berkewajiban untuk mengatur tata cara bernegara dan
bermasyarakat agar dapat terhindar dari konflik-konflik yang terjadi di dalam
masyarakat, dan yang terakhir yaitu fungsi administrasi yang mengharuskan agar
negara berkewajiban menata birokrasinya demi mewujudkan tujuan sebuah negara
dan penataan demokrasinya bukan atas dasar kemauan negara semata-mata akan
tetapi selalu bersumber pada aturan hukum yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dan yang kedua yaitu fungsi pembangunan. Pembangunan pada


hakekatnya merupakan perubahan yang terencana dan dilakukan secara terus
menerus untuk menuju suatu perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan
negara yang dimaksud tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
yang kemudia melandasi pengelolaan negara dan pemerintahan untuk mencapai
kebaikan dan kesejahteraan umum.

Dalam arti kesejahteraan yang menjadi kata kunci dari tujuan negara,
rakyat harus benar-benar merasakan hasil-hasil pembangunan termasuk
pembangunan demokrasi. Dalam negara yang kedaulatannya berada ditangan
rakyat, yang martabat dan hak semua warga negara adalah sama, nilai tertinggi
yang harus dijadikan ukuran dari kemajuan negara tersebut adalah perwujudan
keadilan bagi rakyat seluruhnya.
Keadilan bagi semua rakyat harus menjadi bagian utama dari demokrasi.
Dan keadilan dalam negara demokrasi adalah keadilan berdasarkan martabat
manusia. Suatu negara demokrasi dapat dikatan adil apabila semua penduduk di
negara tersebut mendapatkan hak-haknya, mendapatkan kesempatan
mengembangkan diri dengan akal dan nuraninya, dan mendapatkan kesempatan
menjalankan tugas alamiahnya sebagai manusia.

Negara harus serius dalam menegakkan keadilan, karena penegakan


keadilan adalah fungsi utama negara. dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara, walaupun perekonomian masyarakat belum maju, jika negara tersebut
mampu menegakkan keadilan maka rakyat akan setia dan berjuang dalam
mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan maju. Namun jika para penguasa
tidak mampu menciptakan keadilan itu sendiri, maka rakyat akan mempunyai
pemikiran untuk bertindak hal serupa dan hilangnya kepercayaan terhadap para
penguasa. Meskipun negara yang kaya sekalipun, jika terjadi ketidakadilan dan
merugikan seluruh rakyat maka akan timbul berbagai perlawanan. Rakyat akan
menolak segala bentuk dari ketidakdilan. Karena keadilan merupakan hal yang
utama, tanpa adanya keadilan maka yang lain akan hilang makna. Tuntutan atas
keadilan inilah yang membuat hampir semua bangsa-bangsa di dunia sekarang ini
menetapkan demokrasi sebagai sistem ketatanegaraanya, demokrasi adalah satu-
satunya tatanan kenegaraan yang mengakui martabat manusia, dan pengakuan ini
adalah dasar dari keadilan. Oleh karena itu, bagian akhir dari pembukaan UD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, secara tegas menyebutkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Suatu negara boleh saja tidak makmur, tetapi tetap harus adil, karena
kemakmuran suatu negara adalah hasil kerja masyarakat, tetapi kekuasaan
penegakan keadilannya sepenuhnya telah diserahkan kepada negara. Rakyat telah
mempercayakan fungsi penegakan keadilan kepada negara sejak
pembentukannya. Oleh karena itu negara harus adil agar tidak kehilangan
kepercayaan rakyatnya.

Anda mungkin juga menyukai