Anda di halaman 1dari 38

PEMISAHAN KOMPONEN MINYAK DI DALAM EMULSI

MINYAK-AIR MENGGUNAKAN ADSORBEN MAGNETIK


NANOKOMPOSIT BENTONITE ATAU IRON OXIDE

SKRIPSI

Disusun sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana


Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti

Oleh
Williem Stefani Engelino Gosal
071001600104

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2021

i
SEPARATION OF OIL COMPONENTS IN OIL-WATER
EMULSES USING NANOCOMPOSITE MAGNETIC
ADSORBENTS BENTONITE OR IRON OXIDE

FINAL ASSESMENT
Submitted as a requirement to obtain Undergraduate in study
program of Petroleum Engineering, Faculty of Earth Tecnology and
Energy

By
Williem Stefani Engelino Gosal
071001600104

PETROLEUM ENGINEERING DEPARTEMENT


FACULTY OF EARTH TECNOLOGY AND ENERGY
TRISAKTI UNIVERSITY
JAKARTA
2021

ii
LEMBAR PENGESAHAN

PEMISAHAN KOMPONEN MINYAK DI DALAM EMULSI


MINYAK-AIR MENGGUNAKAN ADSORBEN MAGNETIK
NANOKOMPOSIT BENTONITE ATAU IRON OXIDE

SKRIPSI
Disusun sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana
Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti

Oleh
Williem Stefani Engelino Gosal
071001600104

Foto

2x3

Menyetujui,
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ir. Bayu Satiyawira, M.Si. Ghanima Yasmaniar, ST. MT


NIK : XXXX/Usakti NIK : XXXX/Usakti
Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan

Ir. H. Abdul Hamid, MT


NIK: 1894/Usakti

iii
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG

Skripsi yang berjudul “PEMISAHAN KOMPONEN MINYAK DI DALAM


EMULSI MINYAK-AIR MENGGUNAKAN ADSORBEN MAGNETIK
NANOKOMPOSIT BENTONITE ATAU IRON OXIDE” oleh Williem
Stefani Engelino Gosal (071001600104), PROGRAM STUDI SARJANA
TEKNIK PERMINYAKAN, FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN
ENERGI, telah dipertahankan di depan tim penguji pada hari X, tanggal X
X 2021

KOMISI PENGUJI

1. ( ) Ketua Penguji (.....................)

2. ( ) Pembimbing (.....................)
Akademik

3. ( ) Pembimbing (.....................)
Utama

4. ( ) Pembimbing (.....................)
Pendamping

5. ( ) Anggota Penguji (.....................)

6. ( ) Anggota Penguji (.....................)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Teknik
Perminyakan

Ir. H. Abdul Hamid, MT


NIK: 1894/Usakti

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Williem Stefani Engelino Gosal


Nim : 07100160104
Program Studi : Teknik Perminyakan
Fakultas : Fakultas Teknologi Kebumian Dan Energi
Jenis Karya : Skripsi Tugas Akhir

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Trisakti Hak Bebas Royalti Non ekslusif (Non-ekslusif-Royalti-Free-
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
PEMISAHAN KOMPONEN MINYAK DI DALAM EMULSI MINYAK-
AIR MENGGUNAKAN ADSORBEN MAGNETIK NANOKOMPOSIT
BENTONITE ATAU IRON OXIDE
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
ekslusif ini Universitas Trisakti berhak menyimpan, mengalihkan
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan menyebarkan saya sesuai aturan, selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta, X X 2021
Yang membuat pernyataan

Williem Stefani Engelino Gosal

v
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya Mahasiswa Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan, Fakultas


Teknologi Kebumian dan Energi, Usakti yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Williem Stefani Engelino Gosal


Nim : 07100160104

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi dengan judul :


PEMISAHAN KOMPONEN MINYAK DI DALAM EMULSI MINYAK-
AIR MENGGUNAKAN ADSORBEN MAGNETIK NANOKOMPOSIT
BENTONITE ATAU IRON OXIDE
Adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bebas dari
peniruan terhadap karya dari orang lain. Kutipan pendapat dan tulisan orang lain
ditunjuk sesuai dengan cara-cara penulisan karya ilmiah yang berlaku.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa dalam
skripsi ini terkandung ciri-ciri plagiat dan bentuk-bentuk peniruan lain yang
dianggap melanggar peraturan, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.

Jakarta, X X 2021
Yang membuat pernyataan

Williem Stefani Engelino Gosal

vi
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “PEMISAHAN KOMPONEN MINYAK DI DALAM EMULSI
MINYAK-AIR MENGGUNAKAN ADSORBEN MAGNETIK
NANOKOMPOSIT BENTONITE ATAU IRON OXIDE” dengan tujuan untuk
memenuhi persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana Teknik Perminyakan di
Fakultas Teknik Kebumian dan Energi Universitas Trisakti.

Pada penyusunan skripsi ini penulis ingin berterimakasih kepada pihak


yang sudah berjasa dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu:

1. Kedua Orang Tua yang telah memberikan do’a dan dukungan serta
semangat kepada penulis untuk bisa menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Bapak Ir. Bayu Satiyawira, M.Si. selaku pembimbing utama yang telah
memberikan waktu dan bimbingan serta memberikan ilmu dan arahan
yang baik dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bang/Ka ( ) selaku pembimbing pendamping yang telah
memberikan saran dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak ( ) selaku penasihat akademik telah memberikan
arahan dan nasihat selama berkuliah.
5. Bapak Ir. H. Abdul Hamid, M.T selaku Ketua dari Program Studi Teknik
Perminyakan.
6. Bapak Dr. Ir. Alfiat Anugrahadi, M.S selaku Dekan dari Fakultas
Teknologi Kebumian dan Energi.
7. Teman-teman perminyakan angkatan 2016 kepada seluruh masyarakat
teknik perminyakan FTKE Usakti yang telah memberikan motivasi dan
membantu dalam perkuliahan terimakasih atas kerjasamanya.

vii
Pada skripsi ini penulis berharap dapat memberikan manfaat kepada setiap
pembaca dan dalam skripsi ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu
penulis berharap kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak apabila
terdapat kekurangan dari skripsi ini.

Jakarta, X X 2021

Williem Stefani Engelino Gosal

viii
ABSTRAK

PEMISAHAN KOMPONEN MINYAK DI DALAM EMULSI


MINYAK-AIR MENGGUNAKAN ADSORBEN MAGNETIK
NANOKOMPOSIT BENTONITE ATAU IRON OXIDE

Williem Stefani Engelino Gosal


Nim: 071001600104
Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan,
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi,
Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia

ix
ABSTRACT

SEPARATION OF OIL COMPONENTS IN OIL-WATER


EMULSES USING NANOCOMPOSITE MAGNETIC
ADSORBENTS BENTONITE OR IRON OXIDE

Williem Stefani Engelino Gosal


Nim: 071001600104
Study Program of Petroleum Enginering,
Faculty Of Earth Technology and Energy,
Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
TITLE PAGE............................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG...................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS................................................v
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS...........................................................vi
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
ABSTRAK.................................................................................................................
ABSTRACT.................................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
DAFTAR TABEL......................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG............................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................
I.1 Latar Belakang...................................................................................
I.2 Rumusan Masalah..............................................................................
I.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian..........................................................
I.4 Ruang Lingkup Penelitian Dan Batasan Masalah..............................
I.5 Manfaat Penelitian.............................................................................

BAB II TINJAUAN UMUM.................................................................................


II.1 Air Terproduksi..................................................................................
II.2 Karakteristik Air Terproduksi............................................................
II.2.1 PH Air Terproduksi................................................................
II.2.2 Salinitas..................................................................................
II.2.3 Amonia...................................................................................
II.2.4 Fenol......................................................................................
II.2.5 Hidrogen Sulfida....................................................................
II.3 Emulsi................................................................................................
II.4 Karakteristik Material Nanokomposit................................................
II.5 Adsorpsi.............................................................................................
II.5.1 Adsorpsi Isotermal.................................................................
II.5 Total Dissolved Solid.........................................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................................


III.1 Metodologi Penelitian........................................................................
III.2 Sumber Data.......................................................................................
III.3 Prosedur Penelitian............................................................................
III.4 Flow Chart.........................................................................................

xi
DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................


V.1 Kesimpulan
V.2 Saran..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN...............................................................................................................

xii
DAFTAR TABEL

Tabel IV.1 .................................................................................................................


Tabel IV.2 .................................................................................................................

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar IV.1 ..............................................................................................................


Gambar IV.2 ..............................................................................................................

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A ..........................................................................................................
LAMPIRAN B ..........................................................................................................
LAMPIRAN C ..........................................................................................................
LAMPIRAN D ..........................................................................................................

xv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

SINGKATAN Nama Pemakaian


pertama kali
pada halaman

API American Petroleum Institute


BHP Bottom Hole Pressure (psi)
BOPD Barrel Oil Per Day
BWPD Barrel Water Per Day

xvi
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG (Lanjutan)

WFL Working Fluid Level (feet)

LAMBANG Nama Pemakaian


pertama kali
pada halaman

Bg Faktor Volume Formasi Gas (bbl/mcf)


Bo Faktor Volume Formasi Minyak (bbl/stb)

xvii
BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pada suatu kegiatan produksi minyak selalu terdapat air untuk di


produksikan dimana pada saat proses pengangkatan minyak ke permukaan air
selalu ikut terproduksi disebut air terproduksi dan air yang terproduksi ini bisa
menjadi limbah dalam produksi minyak jika tidak dilakukan treatment pada air
terproduksi ini. Air terproduksi ini biasanya mengandung bermacam-macam
garam dan asam, terutama NaCl sehingga merupakan air yang asam bahkan asam
sekali. Air terproduksi biasanya disebut dengan oil field water atau connate water
atau intertial water (Tiana, 2015). Pada solusi penangan air terproduksi ini selain
biasanya dilakukan injeksi air untuk mengembalikan air tersebut ke dalam bumi
maupun untuk meningkatkan perolehan minyak, air ini juga di buang ke laut
maupun sungai tetapi harus memiliki TDS (Total Dissolved Solid) yang biasanya
pada air terproduksi sebesar 3.000 – 300.000 ppm. Berdasarkan PP No. 82 Tahun
2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air
disebutkan bahwa konsentrasi residu terlarut (TDS) yang diijinkan adalah 1.000
ppm.

Pada skripsi ini akan dibahas mengenai pemisahan komponen minyak


didalam emulsi minyak-air menggunakan adsorben magnetik nanokomposit
bentonite atau biasa disebut iron oxide. Nano komposite ini banyak juga
dikembangkan pada berbagai bidang seperti kimia, biologi, eletronik dan industri.
Bahan nano komposit ini dibentuk melalui penggabungan antara dua komponen
berbeda yang salah satu atau dua nya berskala nanometer atau setara ukuran atom
atau molekul dan untuk bahan bentonite sendiri sudah sangat dikenal dan banyak
digunakan dalam industri keramik, pelapis, cetakan pengeboran dan bahan
penyerap dimana disini akan dilakukan modifikasi bentonite dengan nano
komposit sehingga kation pengimbang muatan struktur dengan kation hidroksi
anorganik yang mempunyai ukuran dan muatan yang lebih besar dapat berpisah
(Filsi, 2007). Jadi adsorben magnetik nanokomposit bentonite atau iron oxide ini
akan digunakan dan berfungsi sebagai penyerap minyak yang akan memisahkan

1
antara minyak dengan air terproduksi yang pada air terproduksi ini juga nanti akan
dilakukan treatment sebelum di buang ke laut atau sungai, prosedur ini sangat
penting untuk memenuhi batas pembuangan yang ditetapkan oleh undang-undang
pemerintah.

Pada penelitian ini juga akan berhubungan dengan pH, dan salinitas yang
terdapat pada produksi minyak dalam air terproduksi dimana pH akan dijaga pada
angka 6 sampai 9, jika terlalu asam akan menyebabkan pencemaran lingkungan
dan jika lebih dari 9 akan menyebabkan scale. Pengaturan pada lamanya adsorbsi
juga akan dihitung yaitu lama dari penyerapan atau pemisahan minyak dari air
terproduksi dengan pengontrolan pH yang berada pada air terproduksi tersebut.

I.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada skripsi ini yang akan di bahas adalah sebagai
berikut:

1. Bagaimana kinerja adsorben magnetik nanokomposit bentonite atau iron


oxide sebagai emulsi pemisah ?
2. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pemisahan oil in
water emulsi di air terproduksi ?
3. Bagaimana kinerja adsorben magnetik nanokomposit bentonite atau iron
oxide dari segi lama waktu emulsi ?
4. Bagaimana penggunaan adsorben magnetik nanokomposit bentonite atau
iron oxide yang optimal ?

I.3 Maksud Dan Tujuan Penilitian

Maksud dari penelitian yang dilakukan adalah mengetahui sejauh mana


keefektifan dan keefisienan penggunaan adsorben magnetik nanokomposit
bentonite atau iron oxide pada sumur X di lapangan Y.

Tujuan dari penelitian pada sumur X lapanga Y adalah sebagai berikut:

2
1. Mengetahui kinerja adsorben magnetik nanokomposit bentonite atau iron
oxide sebagai emulsi pemisah ?
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pemisahan oil in
water emulsi di air terproduksi ?
3. Mengetahui kinerja adsorben magnetik nanokomposit bentonite atau iron
oxide dari segi lama waktu emulsi ?
4. Mengetahui penggunaan adsorben magnetik nanokomposit bentonite atau
iron oxide yang optimal ?

I.4 Ruang Lingkup Penelitian Dan Batasan Masalah

Adanya ruang lingkup atau batasan masalah pada pembuatan skripsi ini
dimana mengingat banyaknya masalah yang dapat terjadi dengan air yang
terproduksi dan pada penelitian ini akan di fokuskan pada penggunaan adsorben
magnetik nanokomposit bentonite atau iron oxide pada penanggulangan masalah
air terproduksi pada sumur X di lapangan Y

I.5 Manfaat Penilitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan penggunaan adsorben magnetik


nanokomposit bentonite atau iron oxide pada emulsi minyak dalam air dapat
bekerja secara efektif dan optimal sehingga dapat meminimalisir masalah yang
ditimbulkan dan mempunyai tingkat keekonomisan yang tinggi bagi suatu
perusahaan.

3
BAB II TINJAUAN UMUM

Minyak bumi berada didalam pori-pori dari batuan reservoir jenis


sandstone maupun limestone. Pori-pori ini memiliki ukuran yang beragam dan
didalamnya tidak hanya terdapat minyak tetapi gas dan juga air, oleh karena itu
pada proses pengangkatan minyak, air akan ikut terproduksi didalam nya
termasuk air terproduksi dan air injeksi. Air selalu menempati sebagian dari suatu
reservoir, minimal 10 % dan maksimal 100 % dari keseluruhan pori.

Air terproduksi memiliki karateristik yang berbeda-beda sehingga


dilakukan berbagai pengolahan yang berbeda pada setiap unit nya. Tujuan utama
nya menyisihkan minyak dan lemak, menyisihkan zat organik terlarut, disinfeksi,
menyisihkan suspended solids, menyisihkan gas terlarut, desalinasi, menurunkan
kesadahan yang dimana pada penelitian ini akan di bahas mengenai penggunaan
adsorben magnetik nanokomposit bentonite atau iron oxide pada pemisahan
minyak dan air maka dari itu pada bab ini akan dibahas mengenai materi yang
berhubungan dengan penelitian ini.

II.1 Air Terproduksi

Air terproduksi merupakan hasil dari pengolahan minyak dan gas bumi.
Air terproduksi berbeda dengan air pada umumya karena memiliki kandungan
kimia yang bisa dibilang berbahaya juga terdapat unsur-unsur lainnya yang
terkandung di dalamnya. Air terproduksi dapat terdiri dari air garam dan berasal
dari aliran di atas atau di bawah zona prospek hidrokarbon yang merupakan hasil
dari kegiatan produksi. Disebut sebagai air terproduksi karena merupakan air
formasi dimana saat air garam yang bercampur hidrokarbon mencapai
permukaan. Produksi dari air terproduksi setiap harinya sangat banyak dimana air
terproduksi akan terus semakin banyak seiring dengan bertambah nya umur dari
sumur minyak maupun gas nya, tetapi dengan pengolahan yang baik dan
pembukaan lapangan minyak atau gas yang baru akan mengurangi jumlah air
terproduksi seperti contohnya melakukan optimasi guna meningkatkan produksi
dari minyak maupun gas. Jumlah air terproduksi yang sangat banyak membuat air

4
terproduksi ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal, contohnya seperti
diinjeksikan untuk meningkatkan produksi minyak, maupun irigasi (Tiana, 2015).
Selain itu, air terproduksi juga dibuang ke laut dan diinjeksikan ke dalam tanah.
Untuk pembuangan air terproduksi yang belum diolah dan mengandung banyak
bahan berbahaya dapat mengurangi dan mencemari lingkungan. Karakteristik dari
air terproduksi harus diketahui agar ditemukan cara yang tepat untuk
meminimalisir kadar bahan berbahaya di dalam air tersebut sebelum dibuang.
Pengolahan yang tepat akan membuat air terproduksi dapat dimaanfaatkan dengan
baik.

II.2 Karakteristik Air Terproduksi

Karateristik dari air terproduksi tergantung pada sumber, kondisi operasi,


dan bahan kimia yang dipakai pada proses pengolahan minyak atau gas nya, serta
keadaan formasi yang dilewati air terproduksi. Karakteristik nya beragam
tergantung dari kedalaman air terproduksi berasal, tetapi komposisi air terproduksi
mirip dengan minyak atau gas nya. Apabila dilakukan waterflooding, karakteristik
dan volume akan lebih variatif akibat adanya air yang diinjeksi pada proses
pembentukan. Komponen utama dari air terpoduksi terdiri dari komponen minyak
terlarut dan terdispersi, mineral terlarut, senyawa kimia dari proses produksi,
padatan dari proses produksi, gas terlarut. (Pertiwi, 2015)

Minyak dan lemak merupakan unsur utama dari air terproduksi yang
banyak diperhatikan oleh operasi onshore dan offshore, sedangkan kandungan
garam bisa dinyatakan dalam salinitas, konduktivitas, atau TDS (Total Dissolved
Solid) adalah unsur utama dari operasi onshore dimana air terproduksi
mengandung banyak senyawa organik dan anorganik. Komponen organik dan
anorganik pada air terproduksi yang dibuang dari sumur offshore dapat memiliki
keadaan fisik yang variatif, seperti larutan, suspensi, emulsi, partikel teradsorbsi,
dan partikulat.

Air terproduksi dapat mengandung air tanah atau air laut yang diinjeksi
untuk menjaga tekanan reservoir dan juga kandungan dari partikel solid dan
bakteri. Air terproduksi lebih banyak mengandung garam dibanding air laut. Air

5
terproduksi juga mengandung senyawa kimia yang digunakan pada proses
pengeboran, produksi juga pemisahan air dan minyak. Senyawa kimia pada
pengolahan air terproduksi biasanya merupakan campuran kompleks dari banyak
senyawa molekular (Tiana, 2015). Campuran tersebut terdiri dari:

1. Inhibitor korosi dan penghilang oksigen untuk mengurangi korosi pada


peralatan.
2. Inhibitor kerak yang membatasi deposit kerak yang berasal dari
mineral.
3. Senyawa biosida untuk mengurangi fouling akibat bakteri.
4. Penghancur dan penjernih emulsi untuk menghancurkan emulsi air
dalam minyak dan sebaliknya.
5. Koagulan, flokulan, dan penjernih untuk menghilangkan padatan.
6. Pelarut untuk mengurangi deposit parafin.

Berikut merupakan karakteristik air terproduksi yang berkaitan dengan


kegiatan produksi minyak dan gas (Darmadinata, 2019), serta berhubungan
dengan penelitian ini:

II.2.1 PH Air Terproduksi

pH merupakan derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan


tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan yang dalam
hal pada air terproduksi harus diatur atau diolah agar tingkat keasamaan
maupun kebasaan pada air terproduksi tidak mengganggu keseimbangan
lingkungan. Berdasarkan baku mutu yang berlaku pada produksi migas operasi
onshore yaitu untuk mengurangi pencemaran lingkungan sekitar 6 – 9 pH, jika
kurang dari 6 akan menyebabkan korosi dan jika lebih dari 9 akan
menyebabkan scale.

II.2.2 Salinitas

Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam yang terlarut dalam
air disebut salinitas air. Selain kandungan garam dalam air, terkadang salinitas
juga digunakan sebagai istilah kandungan garam dalam tanah disebut salinitas
tanah. Salinitas tanah merupakan kadar garam yang terkandung dalam tanah.

6
Air dibedakan menjadi dua jenis, yakni air tawar dan air asin. Pada air tawar
sendiri sebenarnya juga mengandung kadar garam dalam jumlah tertentu
meskipun sangat rendah atau kurang dari 0,05%. Jika kadar garam yang
terkandung antara 3% hingga 5% maka disebut dengan air payau (saline).
Sedangkan jika lebih dari 5% maka dinamakan air brine.

II.2.3 Amonia

Amonia merupakan senyawa kimia dengan rumus NH₃. Biasanya


senyawa ini didapati berupa gas dengan bau yang tajam dan terbuat dari gas
nitrogen dan hydrogen. Pada industri minyak dan gas nitrogen diperoleh dari
udara, sedangkan gas hydrogen diperoleh dari gas sintetis. amonia atau berat
molekulnya adalah 17.03 g/mol. Titik didihnya pada temperatur -33.34oC.
Sehingga, pada kondisi atmosperik amonia berada dalam fase gas. Dalam dunia
migas amonia dapat dimanfaat untuk menetralkan senyawa-senyawa asam
yang masih tercampur dalam minyak mentah dan sebagai bahan kimia untuk
mencegah korosi pada peralatan.

II.2.4 Fenol

Fenol merupakan senyawa organik yang mempunyai gugus hidroksil


yang terikat pada cincin benzena. Fenol atau asam karbolat atau benzenol
adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki bau khas, memiliki rumus kimia
Rumus kimianya adalah C₆H₆OH. Pada dunia industri fenol merupakan
limbah. Fenol adalah senyawa organik yang sangat beracun dan dibutuhkan
suatu metode untuk mengolah limbah fenol, tetapi metode-metode tersebut
masih memiliki beberapa kelemahan, diantaranya efisiensi pengolahan limbah
yang rendah, pemakaian energi dan bahan kimia yang cukup tinggi, serta
tersisanya residu berbahaya dari fenol.

II.2.5 Hidrogen Sulfida

Hidrogen sulfida (H₂S), adalah gas yang tidak berwarna berbau seperti
telur busuk. Gas ini dapat timbul dari aktivitas biologis ketika bakteri mengurai
bahan organik dalam keadaan tanpa oksigen (aktivitas anaerobik), seperti di
rawa, dan saluran pembuangan kotoran. Gas Hidrogen Sulfida (H 2 S) juga

7
muncul pada gas yang timbul dari aktivitas gunung berapi dan gas alam. Dalam
industri migas pada karakteristik air terproduksi ini bisa mengandung hidrogen
sulfida (H₂S) yang mana sangat beracun dan mudah terbakar dimana harus
segera dilolah dengan tepat.

II.3 Emulsi

Emulsi adalah campuran dari dua cairan yang biasanya tidak bergabung,
seperti minyak dan air. Perlu ditambahkan zat tertentu yang bertindak sebagai
pengemulsi, yang dapat membantu dua cairan dapat bercampur secara homogen
dan stabil. Teorinya ialah jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang
langsung berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis,
sedangkan lapisan berikutnya akan mempunyai muatan yang berlawanan dengan
lapisan di depannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi
oleh dua benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut akan
menolak setiap usaha partikel minyak yang akan melakukan penggabungan
menjadi satu molekul yang besar, karena susunan listrik yang menyelubungi
setiap partikel minyak yang mempunyai susunan yang sama. Dengan demikian,
antara sesama partikel akan tolak menolak, dan stabilitas akan bertambah. (Ewis,
2020)

II.4 Karakteristik Material Nanokomposit

Nanokomposit adalah struktur padat dengan dimensi berskala nanometer


yang berulang pada jarak antar bentuk penyusun struktur yang berbeda. Bahan
nanokomposit biasanya terdiri dari padatan anorganik yang mengandung
komponen zat organik atau sebaliknya. material nanokomposit dapat terdiri atas
dua atau lebih molekul anorganik/organik dalam beberapa bentuk kombinasi
dengan pembatas antar keduanya minimal satu molekul atau memiliki ciri
berukuran nano juga mendemonstrasikan sifat mekanik, elektrik, optik,
elektrokimia, katalik, dan struktural yang berbeda dari masing-masing komponen.
(Hadiyarwarman, 2008)

8
Komposit merupakan kombinasi antara dua material atau lebih yang
berbeda dan berlainan sifat, dimana material yang satu berfungsi sebagai
komponen matriks (bahan pengikat) sedangkan material lainnya berfungsi sebagai
komponen filler (bahan pengisi) (Chitaningrum, 2008). Nanokomposit dibuat
dengan menyisipkan nanopartikel (nanofiller) ke dalam sebuah material
makroskopik (matriks). Filler merupakan bahan pengisi untuk meningkatkan sifat
mekanik komposit yang mendapatkan ukuran hingga skala nanometer, biasanya
berupa serat ataupun serbuk.

Bahan alam yang banyak digunakan saat ini sebagai filler yang dapat
berukuran nano ialah montmorillonit, merupakan sejenis tanah liat atau clay yang
banyak terdapat dalam batuan bentonit. Bentonit banyak digunakan sebagai
komponen filler karena dapat mengembang bila bersentuhan dengan air disebut
swelling clay. montmorillonit atau bentonit merupakan mineral aluminosilikat
(Al-silikat) yang banyak digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan
berbagai produk di berbagai industri, salah satunya sebagai katalis, penyangga
katalis (catalyst support), dan juga sebagai reinforcement.

II.5 Adsorpsi

Adsorpsi adalah proses terjadinya perpindahan massa akibat dari fasa


gerak (fluida pembawa adsorbat) ke permukaan adsorben. Adsorpsi terjadi karena
adanya gaya tarik menarik antara molekul adsorbat dengan tempat-tempat aktif di
permukaan adsorben. Proses adsorpsi pada arang aktif terjadi melalui tiga tahap
dasar, yaitu zat terjerap pada arang bagian luar, kemudian menuju pori-pori arang,
dan terjerap pada dinding bagian dalam arang. Mekanisme peristiwa adsorpsi
berlangsung sebagai berikut: molekul adsorbat berdifusi melalui suatu lapisan
batas ke permukaan luar adsorben (difusi eksternal), sebagian ada yang
teradsorpsi di permukaan luar, sebagian besar berdifusi lanjut di dalam pori-pori
adsorben (difusi internal). Bila kapasitas adsorpsi masih sangat besar, sebagian
besar akan teradsorpsi dan terikat di permukaan, namun bila permukaan sudah
jenuh atau mendekati jenuh dengan adsorbat, dapat terjadi dua hal. Yaitu;
Terbentuk lapisan adsorpsi kedua dan seterusnya di atas adsorbat yang telah

9
terikat di permukaan, gejala ini disebut adsorpsi multilayer dan Tidak terbentuk
lapisan kedua dan seterusnya sehingga adsorbat yang belum teradsorpsi berdifusi
keluar pori dan kembali ke arus fluida. (Kimia, 2016)

II.5.1 Adsorpsi Isotermal

Adsorpsi Isotermal adalah suatu zat dari fasa cair ke permukaan fasa
padat dalam suatu sistem mengarah ke distribusi yang didefinisikan secara
termodinamika zat tersebut antara dua fasa ketika sistem mencapai
kesetimbangan; yaitu ketika kecepatan adsorpsi zat terlarut ke permukaan
adsorben sama dengan kecepatan desorpsi dari permukaan adsorben. Oleh
karena itu, tidak ada lagi adsorpsi bersih yang terjadi. Beberapa hubungan
matematis telah dikembangkan untuk menggambarkan distribusi
kesetimbangan zat terlarut antara fase padat dan cair pada suhu konstan dan
dengan demikian membantu dalam interpretasi proses adsorpsi.

Adsorpsi Isotermal menyatakan variasi adsorben dan adsorbat yang


terjadi dalam larutan pada suhu konstan. Pada kondisi kesetimbangan terjadi
distribusi larutan antara fasa cair dengan fasa padat. Rasio dari distribusi
tersebut merupakan fungsi konsentrasi dari larutan. Pada umumnya jumlah
material yang diserap persatuan berat dari adsorben bertambah sejalan dengan
bertambahnya konsentrasi meskipun hal tersebut tidak selalu berbanding lurus
Model yang paling banyak digunakan adalah iso-term Langmuir dan
Freundlich. Mereka berguna untuk menjelaskan kapasitas adsorpsi dari
adsorben tertentu. Adapun persamaan Adsorbsi isothermal yaitu; The
Langmiur isotherm dan The Freundlich model. (Masruhin, 2018)

II.6 Total Dissolved Solid

Total Dissolved Solid (TDS) atau padatan terlarut adalah padatan-padatan


yang mempunyai ukuran lebih kecil dari padatan tersuspensi. Bahan-bahan
terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan dapat
meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya akan menghambat penetrasi
cahaya matahari ke dalam air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses
fotosintesis diperairan. Tingginya kadar TDS apabila tidak dikelola dan diolah

10
dapat mencemari badan air. Selain itu juga dapat mematikan kehidupan aquatik,
dan memiliki efek samping yang kurang baik pada kesehatan manusia karena
mengandung bahan kimia dengan konsentrasi yang tinggi antara lain fosfat,
surfaktan, ammonia, dan nitrogen serta kadar padatan tersuspensi maupun terlarut.
(Kustiyaningsih, 2020)

TDS yang terkandung dalam air terproduksi berkisar antara 3.000 sampai
300.000 ppm, yang didominasi oleh ion-ion natrium dan klorida. Untuk kegiatan
industri migas di onshore. air terproduksi dengan konsentrasi TDS tinggi jika
dibuang langsung ke sungai dapat mengurangi keseimbangan lingkungan bagi
kehidupan hewan dan tumbuhan disekitarnya dan juga dapat menimbulkan korosi
maupun scale pada pipa-pipa logam yang ada. Berdasarkan PP No. 82 Tahun
2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air
disebutkan bahwa konsentrasi residu terlarut (TDS) yang diijinkan adalah 1.000
ppm. Penurunan konsentrasi TDS dalam limbah air terproduksi telah dilakukan
dengan memvariasikan kondisi limbah air terproduksi, yaitu konsentrasi TDS
(2.000, 3.000, 4.000 dan 5.000 ppm) serta pH larutan (4, 7 dan 12) dengan
menggunakan metode proses pertukaran kation menggunakan resin penukar
kation asam kuat (HCR-S), sistem kolom dan laju alir 10 ml/menit. Pengukuran
pH, konduktivitas dan salinitas dilakukan dengan menggunakan water quality
checker Horiba U-10, sedangkan untuk pengukuran TDS menggunakan metode
gravimetri. semakin tinggi konsentrasi TDS dalam limbah air terproduksi,
semakin cepat proses pertukaran kation terjadi dan semakin cepat resin menjadi
jenuh.

11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab metodologi penelitian ini akan membahas mengenai


pengumpulan data, metode dan prosedur serta langkah-langkah yang dilakukan
pada penelitian tugas akhir.

III.1 Metodologi Penelitian

Pada adsorben magnetik nanokomposit bentonite atau iron oxide yang


digunakan untuk pemisahan minyak pada emulsi minyak-air akan dilakukan
pengujian berdasarkan data-data yang tersedia dimana data tersebut saya dapatkan
berupa data primer laboratorium analisa fluida reservoir dan dengan data tersebut
dilakukan uji coba sampel serta menganalisis hasil sampel yang di uji coba. Lalu
studi pustaka saya lakukan dengan mengutip dari paper, jurnal, artikel, buku,
maupun modul untuk menambahkan beberapa refensi penjelasan dalam penelitian
ini.

III.2 Sumber Data

Data-data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer. Dimana
data-data yang dikumpulkan seperti pH pada air, kadar minyak, salinitas, fenol,
amonia, hidrogen sulfida, TDS (Total Dissolved Solid).

III.3 Prosedur Penelitian

Berikut merupakan prosedur penelitian yang saya lakukan sebagai berikut:

1.

12
III.4 Flowchart

Pada prosedur penelitian yang telah di jelaskan di sub bab III.3 dimana
akan digambarkan dalam diagram alir berikut:

Gambar III.1 Flowchart

13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini

14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini peneliti akan memberikan beberapa poin kesimpulan dan
saran berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan:

V.1 Kesimpulan

V.2 Saran

15
DAFTAR PUSTAKA

Andarani, Pertiwi. (2015). ANALISIS PENGOLAHAN AIR TERPRODUKSI DI


WATER TREATING PLANT PERUSAHAAN EKSPLOITASI MINYAK
BUMI (STUDI KASUS: PT XYZ). Jurnal Presipitasi.
Chitraningrum, N. (2008). Sifat Mekanik dan Termal pada Bahan Nanokomposit
Epoxy-clay Tapanuli. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.
Darmadinata, M, dan Sulistyaningsih, T. (2019). Pemanfaatan Bentonit
Teraktivasi Asam Sulfat sebagai Adsorben Anion Fosfat dalam Air.
Indonesian Journal of Chemical Science, 8(1), 1–8.
Ewis, Dina, Abdelbaki Benamor, Muneer M. Ba-Abbad, Mustafa Nasser, Muftah
El-Naas, Hazim Qiblawey. (2020). Removal of Oil Content from Oil-Water
Emulsions Using Iron Oxide Bentonite Nano Adsorbents. Journal of Water
Process Engineering.
Filsi, Adel, Dian Hamsah, Siti Wardiyati, Ridwan. (2007). PENGARUH SUHU
PEMBUATAN NANO KOMPOSIT OKSIDA BESI BENTONIT. Jurnal
SainsMateri Indonesia.
Hadiyarwarman, A. Rijal, B.W. Nuryadin, M. Abdullah, dan Khairurrijal. (2008).
Fabrikasi Material Nanokomposit Superkuat, Ringan dan Transparan
Menggunakan Metode Simple Mixing. Jurnal Nanosains & Nanoteknologi.
Kimia, J., Matematika, F., Ilmu, D. A. N., & Alam, P. (2016). Efektivitas Bentonit
Teraktivasi Sebagai Penurun Kadar Ion Fosfat Dalam Perairan.
Indonesian Journal of Chemical Science.
Kustiyaningsih, Elisa. Rony Irawanto. (2020). PENGUKURAN TOTAL
DISSOLVED SOLID (TDS) DALAM FITOREMEDIASI DETERJEN
DENGAN TUMBUHAN Sagittaria lancifolia. Jurnal Tanah dan
Sumberdaya Lahan.
Masruhin, Rismawati Rasyid, Syamsuddin Yani. (2008). PENJERAPAN LOGAM
BERAT TIMBAL (Pb) DENGAN MENGGUNAKAN LIGNIN HASIL
ISOLASI JERAMI PADI. Journal Of Chemical Process Engineering.
Tiana, Afifah Nadia. (2015). Air Terproduksi: Karakteristik dan Dampaknya
Terhadap Lingkungan. ejournal.

16
LAMPIRAN

17
LAMPIRAN A

18
LAMPIRAN B

19
LAMPIRAN C

20
LAMPIRAN D

21

Anda mungkin juga menyukai