Anda di halaman 1dari 5

HUKUM KELUARGA DI MATARAMAN

Mata kuliah : Perbandingan Hukum Keluarga Di Dunia Islam

Dosen
Prof. Dr. Ahmad Dakhoir, M.H.I
Dr. Syarifuddin, M.Ag
Dr. H. Mustar, M.H

Di susun oleh :
PUJI RAHMIATI
NIM. 2210140173

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM KELUARGA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
TAHUN 1444 H/2023 M
1. Hukum Perawinan Mataraman

Tlatah budaya Jawa Mataraman berada di Jawa Timur bagian sebelah barat. Wilayah
cukup luas, yang membentang dari perbatasan Provinsi Jawa Tengah hingga wilayah
Kabupaten Kediri. Dinamakan Mataraman, karena masih memiliki pengaruh yang sangat kuat
dari budaya Kerajaan Mataram, baik di era kejayaan Hindu-Budha maupun di era Kesultanan
Mataram Islam yang berbasis di Yogyakarta dan Surakarta. Tlatah dapat dibagi menjadi sub-
wilayah budaya yang lebih kecil. Tlatah Mataram dibagi menjadi Mataraman Kulon,
Mataraman Pesisir, dan Mataraman Wetan. Pembagian ini didasarkan pada perjalanan sejarah,
tradisi dan budaya lokal yang berkembang di setiap daerah, dan bahasa. Bahasa adalah fitur
yang paling mudah untuk membedakan. Dari segi bahasa, tradisi dan budaya dengan Jawa
Tengah, Mataram Kulon lebih kuat. Bahasa sehari-hari yang digunakan lebih halus daripada
Mataram Wetan. Mataraman Timur adalah tlatah Arek.1
Menurut Koentjaraningrat (1985) tentang unsur kebudayaan, beliau menyatakan
bahwa ada tujuh unsur dalam sebuah kebudayaan secara universal. Ketujuh unsur kebudayaan
tersebut antara lain adalah sistem religi, sistem organisasi masyarakat, sistem pengetahuan,
sistem mata pencaharian dan sistem ekonomi, sistem teknologi dan peralatan, bahasa, dan
kesenian. Ketujuh unsur kebudayaan itu membuat Jawa Timur tebagi menjadi sepuluh wilayah
kebudayaan.2
Keterkaitan antara mistis dan filosofis berpadu dalam menggambarkan budaya Mataraman.
Bagaimana tidak, kombinasi Jawa, Hindu dan Islam dicampur menjadi satu. Menjelaskan Mataraman
bukanlah hal yang mudah. Secara historis-silsilah dan antropologi, wilayah Mataraman telah
mengalami serangkaian perjalanan panjang.3
Islam yang berkembang selama era Kerajaan Mataram di pulau Jawa pedalaman Ia
mempertahankan bahwa Islam Mataraman tidak hanya tentang budaya, politik atau keyakinan, tetapi
juga tentang integrasi di antara mereka semua. Bahwa dalam proses integrasi, agama tidak selalu
menjadi pemain kunci.4
Dalam proses pernikahan sendiri, terdapat fungsi komunikasi ritual yang digunakan
untuk mewariskan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat sehingga nilai tersebut tidak akan
pudar dimakan waktu. Pernikahan dilaksanakan meskipun secara sederhana, namun pasti
mengandung upacara adat di dalamnya yang memiliki nilai-nilai yang diharapkan dapat
1
A.jauhar Fuad, Jurnal Volume 30 Tlatah Dan Tradisi Keagamaan Islam Mataraman,
IAIT, 2019.
2
Anonim, adat Mataraman, https://repository.dinamika.ac.id/id/eprint/1432/8/BAB_II.pdf, diakses pada
tanggal 4 Mei 2023
3
A.jauhar Fuad, Jurnal Volume 30 Tlatah Dan Tradisi ....,h.5.
4
Ibid,

3
diterapkan ke kehidupan berumah tangga pasangan pengantin, proses pernikahan adalah
perkembangan dari proses kehidupan dan penting untuk diperingati. Tata cara pernikahan
Yogyakarta mengacu pada keraton, namun pada perkembangannya mengalami penyesuaian
dan perubahan karena menyesuaikan dengan masyarakat. pengantin Jawa memiliki prinsip-
prinsip yang melekat, antara lain:
a. Mimi dan mintuna
b. Sigaraning Nyawa
c. Gemi Nastiti
d. Mikul Dhuwur Mendhem Jero
e. Pasang Sumeh Njroning Ati
Upacara pernikahan dilakukan karena merupakan simbol dari dimulainya kehidupan berumah tangga.
Tata urutan proses pernikahan dengan adat Yogyakarta secara lengkap dari awal hingga akhir antara
lain:
a. Tarub
b. Nyantri
c. Siraman
d. Ngerik
e. Midodareni
f. Ijab
g. Panggih. 5

2. Hukum Kewarisan Mataraman

Islam dalam pembagian warisan, mereka lebih memilih menyelesaikan perkara


warisan menggunakan hukum adat daripada hukum Islam atau konvensional, karena
menganggap hukum waris adat lebih bisa memberikan keadilan bagi ahli waris. Selain itu pada
aplikasinya penyelesaian hukum waris di masyarakat memiliki bentuk-bentuk pembagian harta
waris melalui sistem tradisi seperti halnya dalam praktik pembagian harta warisan adat jawa
misalnya, pewaris membagi harta warisan dengan cara menunjuk ahli waris untuk mewarisi
hartanya dengan kehendak pewaris, adakalanya dibagikan secara rata ataupun tidak kepada
ahli warisnya dan setiap ahli waris mempunyai bagian masingmasing yang telah ditentukan
oleh pewaris. Bahkan cara pembagian ini banyak dilakukan sebelum pewaris meninggal
kepada ahli warisnya. Dengan kata lain adakalanya haknya diberikan setelah pewaris

5
Dan Larasati, Ritual Perkawinan adat Jawa, http://e-journal.uajy.ac.id/25114/3/16%2009%2005939%203.pdf,
diakses pada 08 Maret 2023

4
meninggal tetapi dapat juga peralihan haknya sudah ada terlebih dahulu sebelum pewaris
meninggal.6
3. Kesetaraan gender Mataraman

Di Provinsi Jawa Tengah angka pernikahan dini masih sangat tinggi. Para gadis muda
terpaksa harus nikah dini karena tidak ada hal lain yang bisa mereka lakukan kecuali menjadi
Ibu rumah tangga. Ada sekitar 11 persen perempuan usia 20-24 tahun sudah menikah atau
hidup bersama sebelum berusia 18 tahun pada tahun 2015. 7 Faktor sosial budaya menganggap
bahwa anak perempuan tidak perlu sekolah tinggi karena berakhir ke dapur juga. Anggapan ini
masih sangat kuat dalam kultur jawa. Bagi anak laki-laki, secara sosial budaya dikonstruksikan
sebagai penyangga ekonomi keluarga sehingga mereka harus bertanggung jawab untuk ikut
membantu meringankan beban ekonomi keluarga sehingga merekalah yang lebih diutamakan
untuk sekolah.
Kebudayaan patriarki yang menafsirkan perbedaan biologis ini menjadi indikator
kepantasan dalam berperilaku yang akhirnya berujung pada pembatasan hak, akses, partisipasi,
kontrol dan menikmati manfaat dari sumberdaya dan informasi.
Perbedaan gender sebenarnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak menimbulkan
ketidakadilan, kekerasan, dan penindasan. Namun kenyataannya perbedaan gender justru
menjadi pangkal dari ketidakadilan. Budaya patriarki juga melekat pada masyarakat jawa. Hal
tersebut dipengaruhi oleh sistem masyarakat Jawa yang patrilineal, yaitu hubungan keluarga
yang didasarkan pada garis ayah/lakilaki. Terlebih di daerah Yogyakarta karena masih ada
kerajaan jawa yang masih eksis sampai saat ini, yaitu Keraton Yogyakarta.
Salah satu contoh adanyakesetaraan gender dalam pembagian tugas Abdi Dalem Punakawan
Tepas di Keraton Yogyakarta meski tidak terjadi di semua pembagian tugasnya, punakawan tepas
meliputi aktivitas, akses dan kesempatan, serta manfaat yang diperoleh, dan dampak pembagian tugas
bagi abdi dalem lakilaki dan perempuan. Dalam aktivitas abdi dalem memiliki tugas publik dan
domestik. Beberapa tugas publik dominan dikerjakan abdi dalem laki-laki. Abdi dalem perempuan
mendapat tugas disektor domestik. Tepas pada abdi dalem pun dibeberapa tepas dipisahkan antara abdi
dalem laki-laki dan perempuan.8
DAFTAR PUSTAKA

6
Miftahul Huda Dkk, Negosiasi Dalam Tradisi Penyelesaian Sengketa Kewarisan Keluarga Pada Masyarakat
Mataraman Jawa Timur, http://repository.iainponorogo.ac.id/750/2/Dummy_Negosiasi%20Waris_Huda%26dkk.pdf, diakses
pada 08 Maret 2023.
7
Ali Roziqin, Jurnal Pendidikan Berbasis Kesetaraan Gender Di Provinsi Jawa Tengah,
https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=KESETARAAN+GENDER+PADA+MATARAMANdiakses pada 08
Maret 2023
8
Zia Khusnullabib Ahmad dkk, jurnal KESETARAAN GENDER PADA PEMBAGIAN TUGAS ABDI DALEM
PUNAKAWAN TEPAS DI KERATON YOGYAKARTA, diakses pada tanggal 08 Maret 2023

3
1. Jurnal
Ahmad, Zia Khusnullabib dkk, jurnal KESETARAAN GENDER PADA
PEMBAGIAN TUGAS ABDI DALEM PUNAKAWAN TEPAS DI
KERATON YOGYAKARTA, diakses pada tanggal 08 Maret 2023
Anonim, adat Mataraman,
https://repository.dinamika.ac.id/id/eprint/1432/8/BAB_II.pdf, diakses pada
tanggal 4 Mei 2023
Fuad, A.jauhar, Jurnal Volume 30 Tlatah Dan Tradisi Keagamaan Islam Mataraman,
IAIT, 2019.
Huda, Miftahul Dkk, Negosiasi Dalam Tradisi Penyelesaian Sengketa Kewarisan
Keluarga Pada Masyarakat Mataraman Jawa Timur,
http://repository.iainponorogo.ac.id/750/2/Dummy_Negosiasi
%20Waris_Huda%26dkk.pdf, diakses pada 08 Maret 2023.
Larasati, Dan, Ritual Perkawinan adat Jawa,
http://e-journal.uajy.ac.id/25114/3/16%2009%2005939%203.pdf, diakses
pada 08 Maret 2023
Roziqin, Ali, Jurnal Pendidikan Berbasis Kesetaraan Gender Di Provinsi Jawa
Tengah, https://www.google.com/search?client=firefox-b-
d&q=KESETARAAN+GENDER+PADA+MATARAMANdiakses pada 08
Maret 2023

Anda mungkin juga menyukai