Anda di halaman 1dari 7

ANTARA DUA JALAN

Baron adalah murid nakal di sekolahnya. Merokok di toilet, membolos, cabut jam sekolah
dan yang paling parah adalah tawuran.Hal tersebut lumrah ia lakukan bersama keempat
temannya yang lain, Rinto,Faisal, Alex serta Bendrat mereka adalah teman dekatnya sejak
SMP. Kelimanya bisa dibilang pentolan di SMA Fraksi 1. Mereka sering mendapat skorsing
bahkan hampir saja tidak naik kelas.
Mengingat hari ini adalah hari dimana Ujian Nasional tingkat SMA berakhir, Baron dan
teman-temannya langsung mencoret-coret seragam sekolah mereka dengan pylox dan spidol.
Mungkin hal ini sudah terlihat biasa jika dilihat di negara ini para siswa sekolah mencoret-
coret seragam sekolahnya di hari terakhir Ujian Nasional dengan alasan seragam tersebut
tidak akan dipakai lagi.
Setelah melakukan aksi coret mencoret Baron dan keempat temannya tersebut langsung
menuju warung Mbah Imam (warung tempat nongkrong para berandal sekolahnya) karena
sekolahnya akan melakukan tawuran dengan sekolah lain yang memang sudah ada di dalam
daftar musuh STM Singaraja. Begitu sampai di sana mereka sudah mendapati beberapa anak
sekolahnya yang sedang menyiapkan senjata untuk tawuran nanti.
Biasanya mereka menggunakan senjata-senjata tajam seperti celurit, katana,bare knuckles, gir
besi, stik baseball atau stick golf untuk tawuran.
“Woy kapten dateng nih” Kata salah satu siswa yang biasa dipanggil Andre itu. Sebutan
"Kapten" sendiri diberikan kepada Baron karena ia selalu menjadi yang paling terdepan
disaat tawuran berlangsung.
Kali ini lawan kita gak main-main, apalagi STM Singaraja udah jadi musuh bebuyutan kita,”
Ujar Ari yang kini sedang mencari Gir andalannya di belakang warung.
Rinto dan Bendrat masih sibuk dengan gorengan yang mereka lahap. Berbeda dengan Baron,
anak itu sekarang sedang duduk di pekarangan warung mbah imam sambil memainkan korek
gas di tangannya. Entah mengapa ia mendadak gelisah, seperti tidak ada niatan untuk tawuran
kali ini, sampai Rinto datang sambil membawa sebuah tahu isi untuknya.
Kemudian Baron langsung berbicara kepada Rinto yang sedang menghampirinya sembari
masih memainkan korek api
“Rin..Perasaan gua gaenak Rin gua punya firasat kalo kalian ber empat bakalan ngga selamat
di tawuran kali ini...”ucap Baron dengan suara yang bergetar.
Kemudian Rinto pun menjawab “Yaelah Ron Ron... lu kenape sii pake acara punya firasat
firasat aneh kayak gitu kita berempat kan kuat ron..ditambah lagi kapten nya elu ya jelas kita
bakalan menang lahhh”
“Tapi tadi malem itu gaada ujan gaada angin tiba tiba foto kita berlima pecah rin..gua jadi
khawatir sama lu lu pada”balas Baron dengan rasa khawatir yang lebih
“Yaelah ron.. ronn..lu kira sinetron hahh udahlah mending lu siapin golok sisir kesayangan lu
buat bantai tu anak Singaraja”
Alex tiba-tiba muncul dari balik pintu warung dengan gir yang ia kalungi di lehernya. “Ron,
Singaraja udah di Taman lama kita harus siap siap sekarang juga!”
Baron langsung langsung terlonjak dari duduknya, padahal kata Faisal mereka akan
memulainya pada jam 3 siang nanti sedangkan ini saja masih jam Setengah 2 siang tetapi
Singaraja sudah stay di medan tawur terlebih dulu. Bukan masalah apa-apa ia hanya takut
kejadian yang pernah diceritakan senior sekolahnya waktu itu, ketika sekolahnya dikepung
habis oleh STM Singaraja karena anggota sekolah tersebut datang lebih dulu di tempat.
Setelah menyusun strategi untuk nanti di medan tawur, tepat pukul 13.00 siang, SMA Fraksi
1 mulai menuju tempat dimana mereka akan tawuran melawan STM Singaraja di Taman
Kota Lama yang telah terbengkalai dengan menggunakan kopaja yang telah mereka bajak.
“Tujuan kita di sini untuk nama baik SMA Fraksi 1,” Ujar Baron ditengah-tengah kopaja
tersebut. “Inget motto kita, ‘jangan pulang sebelum Kliyengan’, jangan sampe salah satu dari
kita kabur dari medan harus jagain satu sama lain jangan sampe ada yang kebawa nafsu.”
Baron pun memimpin doa demi keselamatan mereka semua walaupun sebenarnya ia sendiri
sedang gelisah tidak seperti biasanya.
Setelah sampai di sana ternyata benar saja, STM Singaraja sudah mengepung Taman Kota
Lama dengan anggota yang lebih banyak daripada anggota SMA Fraksi. Belum apa-apa,
Kopaja yang ditumpangi SMA Fraksi dilempari dengam kerikil oleh STM Singaraja di
sebelum sampai tepat di taman kota lama.
Orang-orang di sekitarnya terlihat menghamburkan diri tau akan terjadinya tawuran di tempat
itu. Apalagi STM Singaraja sudah terkenal dikalangan masyarakat sebagai STM yang gemar
sekali tawuran dan membuat kerusuhan di jalanan.
Kopaja itu pergi setelah para murid SMA Fraksi turun dengan diawali oleh si Kapten yang
telah menggenggam Golok Sisir di tangannya.
Terjadilah tawuran antar pelajar di taman kota lama. Mereka saling hantam senjata, untunglah
tidak ada yang terluka di sana. Anggota yang berada di paling belakang bagian melempar
batu ke arah lawan masing-masing. Beberapa anak mulai terkena lemparan batu itu di bagian
kepala.
Tak lama dari itu segerombolan anak dengan membawa senjata tajam datang dari arah lawan
sehingga anggota STM Singaraja bertambah banyak.
Hal yang ditakuti Baron terjadi juga, kini anggotanya kalah banyak dengan anggota STM
Singaraja, mereka memang selalu bermain curang.
SMA Fraksi mulai kuwalahan menghadapi banyaknya anak dari STM Singaraja. Beberapa
anak dari SMA Fraksi mulai terkena senjata.
Samurai yang panjang dan tajam itu berhasil menusuk perut Rinto, dan sedetik kemudian ia
pun terjatuh.
“RINTOOOOO!!!” Baron yang menyadari kejadian tersebut langsung mencoba menyelamati
sahabatnya walaupun ia sedang dihadang dengan beberapa anak STM Singaraja.
‘BUGGHH’ tongkat baseball milik anak Singaraja berhasil mendarat di bagian belakang
kepala sang kapten pemberani dari Fraksi 1. Darah yang mulai bercucuran membuat ia tak
kuat lagi dan berakhir seperti Rinto.
Kini Baron terkulai lemas tak jauh dari Rinto yang sudah tak sadarkan diri. Matanya mulai
berkunang-kunang tetapi ia masih bisa melihat pemandang di depannya. Bagaimana teman-
temannya itu mulai lelah mengahadapi banyaknya lawan. Ia seperti tak becus menjadi kapten,
kapten yang tumbang terlebih dulu di medan perang.
Sebelum matanya benar-benar gelap Baron bisa melihat bagaimana Faisal yang mencoba
menyelamati Rinto dan dirinya sehingga anak itu terkena celurit di bagian dadanya, Baron
bisa melihat bagaimana Alex yang berada di seberang sana sudah berlumuran darah di
kepalanya, Baron bisa melihat bagaimana Bendrat terkena bacokan golok sisir di bagian
pinggang.
Kini matanya sudah benar-benar gelap, di benaknya ia seperti mengenang kembali bersama
sahabat-sahabatnya. Waktu mereka cabut sekolah bersama, waktu mereka mengusili guru,
waktu mereka di hukum untuk membersihkan toilet dan malah bermain air, waktu mereka
bermain gitar dan bernyanyi bersama di koridor sekolah, kenangan-kenangan itu masih
terngiang di kepalanya. Ia juga mengingat kedua orangtuanya yang pasti sedang khawatir di
rumah.
ini ya yang namanya kematian? Baron belum saja membanggakan orangtuanya, ia belum
sempat mendaki gunung bersama keempat temannya, dan masih banyak lagi impian yang
masih ingin ia capai selagi ia hidup.
secara samar-samar ia masih bisa mendengar suara sirine polisi datang ke tempat mereka
berada sehingga banyak anak dari STM Singaraja yang melarikan diri dengan meninggalkan
banyak korban di sana.
Ia menaruh foto terakhir bersama para sahabatnya itu di bingkai, di antara kelima anak laki-
laki di sana hanya dialah yang nyawanya bisa selamat dari kejadian tersebut. Ketika itu, Rinto
sudah tewas di tempat, Alex dan Bendrat sudah tidak dapat terselamatkan lagi ketika
perjalanan menuju rumah sakit, sedangkan Faisal ia sempat koma selama tiga hari sebelum
akhirnya ia menyusul ketiga sahabatnya di surga, kini tinggal Baron lah yang masih hidup
sampai sekarang.
Beberapa anak lainnya mengalami luka ringan dan Andre harus kehilangan tiga ruas jari
tangannya akibat terkena katana pada saat itu.
Sejak tragedi itu Baron sama sekali tidak pernah mengikuti tawuran lagi. Baginya, mengikuti
tawuran adalah hal yang paling bodoh. Tawuran hampir saja merenggut nyawanya, tawuran
bahkan sudah merenggut nyawa para sahabatnya.
Setelah kejadian itu Baron sangatlah menyesal telah masuk kedalam jalan yang salah,bayang
bayang sahabatnya selalu menghantui dirinya hingga sampai membuat kondisi mental Baron
memburuk
Tetapi setelah kondisi mental Baron pulih kembali ia telah menjadi pribadi yang lebih baik
menjadi pribadi yang taat pada agama dan berbakti kepada orang tua
2 tahun pun berlalu...
Kini Baron telah membulatkan tekad nya untuk menjadi Bintara Polisi dan setelah ia
mengikuti beberapa tes yang ada dia dinyatakan lolos saat itu,dengan bertujuan ia ingin
mengusut tuntas kasus tawuran tersebut dan menguak pelaku yang menjadi penyebab
kematian keempat temannya tersebut
Setelah ia mengetahui ia lulus seleksi itu ia berziarah dan mengunjungi makam ke empat
sahabatnya yang dimana makamnya sejajar satu sama lain dan ia menaburkan bunga disetiap
makam sahabatnya itu sembari mata nya berkaca kaca ia berkata:
"Liat gua Rin..Sal..Lex..Ben gua udah jadi orang..gua udah bukan bocah brengsek lagi yang
suka tawuran..ini mimpi kita semua kan..jadi abdi negara..."
Lalu Baron pun tidak sanggup membendung air mata lagi sembari bertekuk lutut di
peristirahatan terakhir Rinto sahabat se dari dia kecil itu lalu ia mengikhlaskan dan merelakan
seluruhnya kepergian dari ke empat sahabatnya itu.
Setelah itu,ia menempuh pendidikan bintara POLRI dan mendapatkan pangkat BRIPKA
(Brigadir Polisi Kepala).Setelah bertahun tahun ia menempuh pendidikan ia mendapatkan
tugas dinas yang kebetulan dekat dengan TKP dimana tawuran pada saat SMA terjadi.Dan
pada akhirnya ia membuka kasus yang melibatkan para purnasiswa STM Singaraja yang
kebanyakan telah menjadi kriminal dari kelas kakap sampai kelas teri.
Saat mengusut kasus tersebut Baron sempat mengalami pertentangan dari atasan nya yaitu
Yogi yang berpangkat kan AIPTU Yogi bertutur
“Ron kenapa kamu membuka lagi kasus ini? kasus ini kan udah bertahun tahun yang lalu
mending kamu usut kasus yang lain daripada kasus ini”
Lalu Baron pun menjawab “Tapi kan pak..para keluarga dari keempat sahabat saya belum ada
yang ikhlas pak termasuk saya..sudah bertahun tahun kasus ini terjadi tapi para polisi tidak
bisa mengusut tuntas kasus ini dan saya rasa kurang becus pak”
Sambil menarik kerah baju milik Baron Yogi dengan nada tinggi berbicara kepada Baron.
“Maksud kamu gimana yaa!!! Kita ini dari dulu juga bingung bagaimana cara kelar in kasus
ini!! Waktu itu banyak peredaran narkoba di sekitar sini polisi setempat ngga bisa asal
nangkap pelakunya pelakunya pinter pinter disini sedangkan polisinya pada bego semua rata
rata!!!”
Dengan nada tenang Baron melepas kan genggaman Yogi dari kerahnya dan berbicara
dengan dengan nada tenang dan berwibawa”Pak saya tau jalan tengahnya pak.. sepertinya
pengedaran narkoba yang dahulu belum tuntas ada hubungannya dengan anak anak STM
Singaraja yang satu angkatan atau satu tingkat dibawah saya pak..dulu sebelum tawuran saya
sekilas lihat kalau anak anak Singaraja menelan pil warnanya putih pak..dulu saat tawuran
mereka kayak kesetanan pak”
Setelah itu Yogi pun bertutur dengan nada yang lebih pelan daripada sebelumnya”Pil putih??
kamu punya informasi?? Apa jangan jangan kamu juga pemakai??” Baron pun menjawab
“Dulu saya bersama dengan keempat almarhum teman saya sempat ingin tergoda pak dulu
kata anak anak saya pada saat SMA kalau minum pil itu bisa ningkatin adrenalin pak sama
kalau dibacok bisa ngurangin rasa sakit yang diterima pak”
Lalu Baron berkata sekali lagi “Pak.. beri saya 4 orang terbaik di Polres ini saya akan
menguak dalang dari peredaran narkoba ini dan saya akan menguak siapa yang telah
menghabisi keempat sahabat saya” Kemudian Yogi pun terdiam menarik nafas dan
menganggukkan kepala seolah menyetujui permintaan Baron.Lalu Yogi membentuk kru yang
terdiri dari 4 orang yaitu Indra,Billy,Ujang dan juga Baron sendiri.
Satu minggu kemudian mereka ber empat mulai melakukan investigasi. Mereka berempat
lalu pergi kerumah mantan Kapten Singaraja yaitu Ruben.Setelah diketuk pintunya berkali
kali tidak ada yang menggubris sama sekali,Akhirnya masing masing mencegat arah keluar
dari pintu rumah Ruben.Mulai Baron yang menjaga pintu belakang,Indra yang menjaga
jendela,Ujang yang menjaga mengawasi balkon rumah ,dan Billy menjaga garasi milik
Ruben si mantan pemimpin Singaraja itu.
Setelah itu tiba tiba Ruben keluar melalui balkon rumah dan melompat dari atap ke atap
rumah warga yang lain lalu Ujang yang memiliki kegigihan dalam hal memanjat pohon
langsung memanjati pohon mangga disamping rumah Ruben dan mengejar Ruben dari atap
ke atap juga disusul beberapa anggota kru lainnya menggunakan sepeda motor,tiba tiba
Ruben melompat dari atap rumah warga terakhir ke jalan raya setelah melompat tiba tiba
terdengar suara “BRAKKKKK” dan pada akhirnya Ujang berhenti mengejar dan terlihat
terkejut Ruben telah bersimbah darah dengan kaki yang patah juga tangannya yang terluka
parah ia tidak bisa berlari lagi karena sebelum kaki Ruben menyentuh tanah sebuah mobil
box melaju kencang dan akhirnya menabrak Ruben dengan tragis tidak lama kemudian
Baron,Indra dan Billy sampai ditempat itu lalu Baron pun mendatangi Ruben yang telah
sekarat itu
Tiba tiba Ruben berkata dengan ucapan yang telah terbata bata “Ba..ron mau..lo
apa..”sembari batuk mengeluarkan darah dari mulutnya lalu Baron pun bertutur”Ben..gue ga
mau lo kayak gini ben..gue cuma mau tau siapa yang udah ngedarin narkoba disekitar sama
yang terakhir siapa yang udah ngabisin keempat sahabat gua”Baron sempat sedikit tersulut
emosi dihadapan Ruben yang telah tak berdaya itu lalu Ruben berkata sambil terbata bata
“Gan..dhi...dia...dalang..dibalik..semu...”
tiba tiba nafas Ruben tidak teratur dan akhirnya Ruben menghembuskan nafas terakhirnya di
tempat.
Setelah itu Baron menghubungi Ambulance dan memerintahkan agar jasad Ruben segera di
autopsi.Setelah mengetahui bahwa Ruben telah tiada Baron,Indra,Ujang dan Billy
diperintahkan Yogi yang menjadi komando dalam operasi ini agar mereka ber empat bisa
kembali ke Polres
Setelah kembali ke Polres.Baron dan ketiga krunya mengadakan rapat bersama dengan
Yogi,Baron mengatakan”Pak Yogi..saya mendengarkan kata kata terakhir Ruben yang
menyebutkan nama Gandhi pak,saya tidak tau dia itu siapa pak” lalu Pak Yogi pun menjawab
“Saya tau mereka berdua..dia itu pentolan STM Sarimaju dahulu,ia dikeluarkan dari STM
Singaraja karena diduga minum minuman keras di sekitar sekolah dan pada akhirnya
berkuasa di STM Sarimaju mungkin karena ia dulu dari STM Singaraja ia jadi punya koneksi
dengan anak anak Singaraja lainnya”lalu Billy yang telah tersulut emosi langsung
berkata”AYO KITA TANGKAP DIA JEBLOSIN AJA KE PENJARA!!!” kemudian Pak
Yogi bertutur sekali lagi “Tapi percuma kalian menangkap dia,dia udah direhab satu tahun
yang lalu,dulu saat dia ditangkap dia udah jadi pecandu ganja akut,tetapi itu satu tahun yang
lalu saya tak tau kabar mereka sekarang” .”Mungkin seminggu lagi kita bisa ke pusat
rehabilitasi tersebut untuk minta keterangan ke Gandhi ”ujar Indra saat itu.
Seminggu telah berlalu,Kemudian mereka ber empat datang ke pusat rehabilitasi untuk
meminta keterangan kepada Gandhi saat mereka berempat mengetahui paras Gandhi mereka
pun kaget karena ia telah berubah menjadi seseorang yang sangat jauh dari kata buruk,mereka
berdua sangat ramah terhadap petugas rehab,rajin dalam beribadah dan juga rajin membaca
buku.
Dan pada saat mereka berempat meminta keterangan terhadap Gandhi mereka berdua
menjawab dengan lancar dan juga jujur,pada saat pertanyaan utama muncul “Gan... apa bener
lo yang udah ngabisin keempat sahabat gue waktu dulu lulus SMA?”tanya Baron
Lalu Gandhi pun menjawab”Iya aku yang udah ngehajar mereka berdua sampai jadi kayak
gitu,saat itu aku habis makai sabu yang aku beli dari bandar langgananku dulu,aku juga yang
nyebar obat obatan itu ke semua murid yang ikut tawuran dulu,setelah tawuran itu aku jadi
ngerasa bersalah Ron..aku jadi tambah suka ngonsumsi sabu dan obat obatan ngga jelas dari
bandar itu setelah itu ayahku yang tau kalo aku kayak gitu langsung menempatkan aku di
pusat rehab ini” lalu Baron pun menjawab”Gua ngga nyangka Gan bisa jadi kayak gini tapi
gua kecewa berat waktu dulu ditinggal sahabat sahabat gue gara gara obat yang lo kasih ke
anak anak singaraja...tapi gue salut sama lu Gan udah berani berubah jadi yang lebih baik,tapi
sesuai dengan hukum yang berlaku lu bakal dihukum penjara seumur hidup apa lu bisa
ngadepin semua ini gan?” dan kemudian dengan lapang dada Gandhi menjawab “gapapa
ron..aku ikhlas..ini semua juga murni kesalahanku waktu itu gara gara aku secara tidak
langsung aku udah jadi dalang dari pembuhunan sahabat sahabatmu”
Setelah introgasi selesai,Keempat anggota kru tersebut membawa Gandhi ke Polres dan
akhirnya dirujuk Ke Pangkalan Polisi Pusat ia juga akan menjalani sidang disana
Esoknya persidangan dilaksanakan,saat itu hakim menunjukkan bahwa :
“SAUDARA GANDHI TELAH BERSALAH ATAS TINDAKAN
PENGEDARAN,PEMAKAIAN DAN PENJUALAN OBAT OBATAN TERLARANG
YANG MENYEBABKAN PEMBUNUHAN YANG DISENGAJA DAN AKAN
DIBERIKAN HUKUMAN SEBERAT BERATNYA YAITU HUKUMAN MATI”

Lalu saat itu Gandhi yang mengetahui bahwa ia akan di eksekusi mati menangis dan
menyesali perbuatannya di masa lalu ia merasa bahwa dirinya bodoh dan telah terjerumus di
jalan yang salah,lalu ia ditempatkan di sel khusus setelah persidangan tersebut selesai.Baron
yang mengetahui Gandhi akan dieksekusi mati merasa bersalah karena sepengetahuan Baron
hukuman maksimalnya adalah hukuman penjara seumur hidup lalu Baron menghampiri
Gandhi dan berkata “Gan....maafin gue,gue gatau kalo bakalan kayak gini gue gatau kalo lu
bakal dieksekusi...” lalu Gandhi pun menjawab sambil mengelap air matanya”gapapa ron..ini
udah pantes aku dapetin aku udah ngerenggut nyawa temen temen mu sekarang saatnya aku
bayar nyawa teman temanmu walaupun ngga sebanding dengan nyawa teman temanmu ron”
Tidak terasa waktu besuk yang diberikan 15 menit tinggal tersisa 5 menit lalu Gandhi
meminta permintaan terakhir kepada Baron “Ron aku boleh minta tolong ke kamu kan? cuma
kamu orang yang bisa aku percaya kali ini,aku minta kamu buat bersihin makam kedua orang
tua ku,setiap hari jum’at tolong banget ron...”sambil menangis Gandhi meminta tolong
kepada Baron
Lalu Baron meng iya kan permintaan terakhir Gandhi dan saat waktu besuk telah berakhir
Gandhi berkata dari dalam sel “Pasti ke empat sahabatmu bangga banget sama kamu
ron,mereka pasti bangga punya pemimpin yang rela berkorban demi teman temannya,maafin
aku ya ron...aku udah ngerenggut kebahagiaan yang ada di hidupmu” lalu diluar sel Baron
pun menanggapi perkataan Gandhi “Iya Gan...”
Hanya itu yang dapat keluar dari mulut Baron kala itu,saat perjalanan pulang ia menangis
sambil berkata”apa sekarang ini jawabannya udah jelas?”
Lalu setelah kejadian itu Baron meng informasikan kepada keluarga almarhum
Faisal,Rinto,Bendrat dan Alex apa yang telah terjadi kepada anak anaknya dan para anggota
keluarga keempat sahabat Baron telah mengikhlaskan satu sama lain
Beberapa minggu kemudian Baron mendapatkan kenaikan pangkat dari pangkat
BRIPKA(Brigadir Polisi Kepala) ke pangkat AIPDA (Ajun Inspektur Polisi Dua) dan ketiga
anggota kru yang terdiri dari Indra,Billy dan juga Ujang juga naik pangkat dari BHARADA
(Bhayangkara Dua) menjadi BHARATU (Bhayangkara Satu) atas jasanya yang telah
menguak dalang dari tewasnya keempat sahabat Baron juga peredaran narkoba yang tidak
bisa terpecahkan dalam beberapa tahun dahulu.

Anda mungkin juga menyukai