371 ArticleText 1216 1 10 20180815
371 ArticleText 1216 1 10 20180815
net/publication/327663934
CITATIONS READS
0 237
10 authors, including:
Agung Lukito
48 PUBLICATIONS 75 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
the cognitive process of student, prospective teacher and teacher View project
Spatial Thinking is defied as the knowledge, skill, and habits of mind to use concepts of space, tools of representation like maps and graphs and processes of reasoning to
organize and solve problems. View project
All content following this page was uploaded by Ade Irfan on 15 September 2018.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan profil pemecahan masalah pecahan siswa SD berdasarkan
Adversity quotient. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara berbasis tugas pemecahan masalah
pecahan berdasarkan tahapan Polya. Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V SD dengan kategori
climber, camper, dan quitter. Validasi data dilakukan dengan membandingkan hasil wawnacara berbasis tugas
TMP-1 dan TPMP-2. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa subjek climber, memahami masalah
dengan mengakses informasi dengan membaca dengan suara keras sesuai naskah soal hanya satu kali,
mengidentifikasi apa yang diketahui dan ditanyakan secara lisan kemudian menuliskannya dengan membuat
sketsa gambar, menyusun rencana penyelesaian masalah dengan menyebutkan akan membuat sketsa gambar
dan menjelaskan dengan menceritakannya dan hanya memiliki satu rencana penyelesaian masalah. Dalam
melaksanakan rencana, melaksanakanya sesuai dengan rencana yang dikemukakan dengan membuat sketsa
gambar kemudian membuat garis-garis (mencoret-coret/mengarsir) pada bagian dari sketsa gambar serta
menjelaskan secara lisan. Namun, tidak menggunakan alat bantu ketika membuat gambar, memeriksa kembali
penyelesaian masalahnya dengan menjelaskan secara lisan serta merasa yakin jawabannya sudah benar
dengan alasan mengerjakan dengan teliti. Sementara itu, profil pemecahan masalah pecahan dari subjek
camper, memahami masalah dengan mengakses informasi dengan membaca dengan suara keras sesuai naskah
soal hanya satu kali, mengidentifikasi apa yang diketahui dan ditanyakan dengan lisan kemudian
menuliskannya dengan bahasa verbal. Menyusun rencana penyelesain masalah dengan menyebutkan
membayangkan ilustrasi gambar lalu menghitung dengan menuliskannya, memperoleh rencana setelah
membaca soal dan hanya memiliki satu rencana penyelesaian masalahnya, melaksanakan penyelesaiannya
berbeda dengan rencana yang telah dikemukakannya dengan menulis jawabannya dengan bahasa verbal
kemudian membuat sketsa gambar dengan tidak menggunakan alat bantu menggambar kemudian
menjelaskannya secara lisan, memeriksa kembali jawabannya secara lisan dan menunjuk pada sketsa gambar.
Sedangkan, profil pemecahan masalah pecahan dari subjek quitter, memahami masalah dengan mengakses
informasi dengan membaca dengan suara keras sesuai naskah soal hanya satu kali, mengidentifikasi apa yang
diketahui dan ditanyakan secara lisan kemudian menuliskannya dengan membuat sketsa gambar, menyusun
rencana penyelesaian masalah dengan menyebutkan akan membuat sketsa gambar dan mencari dengan
menghitung, memperoleh rencana dari diri sendiri dan hanya memiliki satu rencana penyelesaian masalah,
dalam melaksanakan rencana penyelesaian masalah, melaksanakannya sedikit berbeda dengan rencana yang
dikemukakan dengan membuat sketsa gambar kemudian membuat garis-garis (mencoret-coret/mengarsir)
pada bagian dari sketsa gambar untuk menjawab bagian yang ditanyakan serta menjelaskan secara lisan.
Tidak menggunakan alat bantu ketika membuat gambar. Memeriksa kembali penyelesaian masalahnya
dengan menjelaskan secara lisan dan menunjuk gambar serta merasa yakin jawabannya sudah benar dengan
alasan sudah mencarinya.
Ade Irfan1), Dwi Juniati2), Agung Lukito3)* : Profil Pemecahan Masalah Pecahan Siswa ............................... 1
APOTEMA : Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, Volume 4, No. 2. Juli 2018
ISSN: 2407-8840 (print)
ISSN: 2580-9253 (online)
the problem aloud in one time, identifying what was known and what was asked orally, then sketched images.
In devising plan, subject climber said to make sketch of image and tried to explain it. The subject only had
one problem-solving plan. In carrying out the plan, subject climber implemented solving the problems in
accordance with the plan. To answer the problem, the subject drew a sketch then created lines (shading) on
the part of the sketch drawings and explained verbally. Subject climber did not use drawing tools when
making images. Subject climber checked back solution to the problem by explaining verbally and felt sure the
answer was correct because to solved the problems carefully. Meanwhile, the profile of the subject camper of
fraction problem solving was in understanding the problem, the subject accessed information by reading the
problem aloud in one time, identified what was known and what was asked orally, then wrote it in verbal
language. In devising plan, subject camper said to imagine the illustration of an image and calculated and
wrote it down. The subject obtained the plan after reading the problem and had only one solution to the
problem. In carrying out the plan, subject camper implemented different strategy as in the devised plan. The
subject wrote the answer with verbal language then sketched an image without using drawing tools and then
explained it verbally. The subject camper checked back the answer by explaining the answer verbally while
pointing the sketched image. Meanwhile, the profile of fraction problem solving of quitter subject was in
understanding the problem, the subject accessed information by reading the problem aloud in one time,
identified what was known and what was asked orally, then wrote it and drew a sketch for it. Subject quitter
said to make drawings and find the answer by calculating. In devising plan, the subject did it by herself and
had only one problem-solving plan. In carrying out the plan, subject quitter implemented slightly different
strategy with the devised plan. To answer the problem, the subject drew a sketch and created lines (shading)
on the part of the sketch and then explained the answer verbally. Subject quitter did not use drawing tools
when making images. Subject quitter checked back solution to the problem by explaining verbally and
pointed to the image. The subject was sure that the answer was correct because they already checked it.
Keywords: Problem Solving, fraction problems, Adversity Quotient
Ade Irfan1), Dwi Juniati2), Agung Lukito3)* : Profil Pemecahan Masalah Pecahan Siswa ............................... 2
APOTEMA : Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, Volume 4, No. 2. Juli 2018
ISSN: 2407-8840 (print)
ISSN: 2580-9253 (online)
soal dalam matematika merupakan masalah. Hudojo dari permasalahan, begitu ada kesulitan ia akan
(1979) menjelaskan bahwa, masalah adalah suatu memilih mundur dan tidak berani menghadapi
soal yang ingin dipecahkan oleh seseorang (termasuk permasalahan. Siswa camper adalah anak yang tidak
mau mengambil resiko terlalu besar dan merasa puas
siswa), tetapi cara/langkah untuk memecahkannya
Salah satu materi pelajaran matematika di
tidak segera ditemukan oleh orang (siswa) itu. SD dan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah
Sementara itu, Hudojo (2001: 163) mengatakan pecahan. Pecahan merupakan salah satu materi
bahwa, dua syarat agar pertanyaan (soal) menjadi penting yang harus dikuasai oleh siswa, hal ini
masalah bagi siswa yaitu: (1) Pertanyaan tersebut dikarenakan materi pecahan berkaitan dengan materi
harus dapat dimengerti oleh siswa, dan merupakan lain seperti desimal, perbandingan dan skala serta
tantangan baginya untuk menjawabnya, dan (2) pengukuran. Namun kenyataanya, siswa SD masih
kesulitan dalam mempelajari materi pecahan. Hasil
Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan
penelitan menjelaskan bahwa: siswa masih memiliki
prosedur rutin yang telah diketahui siswa. kesulitan belajar pecahan dalam matematika
Berdasarkan pengertian tentang masalah (McGuire dalam Suharna, 2012: 7), kesalahan karena
yang dikemukan di atas, maka dapat dikatakan menerapkan algoritma yang salah, misalnya pada
bahwa masalah merupakan suatu tantangan operasi penjumlahan dan pengurangan dua pecahan
(challenge) yang tidak dapat dipecahkan dengan biasa (Usodo 2001). Sementara itu, Sugiatno (2010)
menggunakan prosedur rutin yang sudah diketahui menyatakan bahwa kesulitan siswa dalam materi
oleh siswa serta adanya tuntutan bagi siswa untuk penjumlahan dan pengurangan pecahan cenderung
menghadapi tantangan itu. Di sinilah peran Adversity terjadi berulang pada subjek yang berbeda.
Quotient (AQ). Stoltz (2000) menjelaskan bahwa, Berdasarkan urain di atas dapat diketahui bahwa
AQ adalah the capacity of the person to deal with the pentingnya seorang guru untuk mengetahui profil
adversities of his life (kemampuan seseorang untuk
pemecahan masalah pecahan siswanya. Dengan
menghadapi tantangan kesengsaraan dalam
hidupnya). Dengan kata lain, AQ merupakan mengetahui profil pemecahan masalah pecahan,
inteligensi khusus yang berkaitan dengan diharapkan guru dapat memperoleh gambaran
kemampuan seseorang dalam menghadapi tantangan tentang proses yang dilakukan siswa dalam
dalam problematika hidup. Stoltz (2000: 17) memperoleh jawaban dan kelemahan siswa dalam
mengelompokkan orang ke dalam tiga kategori AQ, memecahkan masalah pecahan sehingga guru dapat
yaitu: quitter (AQ rendah), camper (AQ sedang), dan menentukan strategi pembelajaran yang sesuai.
climber (AQ tinggi). Siswa quitter berusaha menjauh
Ade Irfan1), Dwi Juniati2), Agung Lukito3)* : Profil Pemecahan Masalah Pecahan Siswa ............................... 3
APOTEMA : Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, Volume 4, No. 2. Juli 2018
ISSN: 2407-8840 (print)
ISSN: 2580-9253 (online)
Berdasarkan pada uraian di atas, dapat pemecahan masalah yang dianjurkan mengarahkan
disimpulkan bahwa masalah pecahan dalam siswa untuk selalu dapat menyadari potensi
penelitian ini merupakan soal pecahan yang disajikan kemampuannya untuk digunakan dalam pemecahan
dalam bentuk soal cerita yang merupakan tantangan
masalah. Berdasarkan uraian di atas, pemecahan
dan tidak dapat diselesaikan dengan prosedur rutin
yang telah diketahui siswa serta diperlukan masalah pecahan dalam penelitian ini didefinisikan
pemikiran lebih lanjut untuk menyelesaikannya. sebagai proses yang dilakukan oleh siswa untuk
menemukan solusi dari soal cerita materi pecahan
PEMECAHAN MASALAH yang diberikan yang terdiri dari empat langkah
Setiap masalah harus dicari cara pemecahan masalah yaitu: (1) memahami masalah,
penyelesaiannya hingga akhirnya sampai pada tujuan (2) menyusun rencana penyelesaiannya, (3)
yang diinginkan. Selain itu, masalah juga merupakan melaksanakan rencana penyelesaian, (4) memeriksa
soal yang tidak mempunyai prosedur rutin dalam kembali hasil yang diperoleh.
menyelesaikannya, maka tentunya akan diperlukan
waktu yang relatif lama dalam memecahkan atau PROFIL PEMECAHAN MASALAH PECAHAN
menyelesaikan soal tersebut. Polya (1949: 1) Profil pemecahan masalah pecahan siswa
menjelaskan bahwa pemecahan masalah adalah climber, camper dan quitter di SD IT Nurul Islah
menemukan makna yang dicari sampai akhirnya Banda Aceh berdasarkan tahap Polya menjadi tujuan
dapat dipahami dengan jelas. Dengan kata lain, dari penelitian ini. Dalam memperoleh profil ini,
memecahkan masalah berarti mencari cara peneliti melakukan pengamatan dan bertanya pada
menyelesaikan masalah, mencari jalan terbaik dari siswa melalui wawancara mendalam berbasis tugas
kesulitan, menemukan cara di sekitar rintangan, yang dilakukan secara semi terstruktur, hal ini
kemudian mencapai tujuan yang diinginkan dengan dikarenakan dalam wawancara tersebut akan
alat yang sesuai. Menurut Krulik dan Rudnick (dalam memberi ruang bagi berkembangnya pertanyaan-
Carson, 2007: 7) pemecahan masalah merupakan pertanyaan selama siswa memecahkan masalah.
suatu cara yang dilakukan seseorang dengan Alasan dilakukan pengamatan dan wawancara pada
menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan siswa karena peneliti lebih mengutamakan proses
pemahaman untuk memenuhi tuntutan situasi yang pemecahan masalah yang dilakukan siswa dari pada
tidak familiar. Pada penelitian ini, tahap-tahap hasil yang diperolehnya berupa skor. Data-data yang
pemecahan masalah yang digunakan siswa dalam diperoleh dari kegiatan tersebut, kemudian
memecahkan masalah adalah sesuai dengan tahap- diungkapkan apa adanya.
tahap pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Untuk mempermudah memperoleh data
Polya. Tahap-tahap pemecahan masalah yang tentang profil pemecahan masalah pecahan, peneliti
dikembangkan oleh Polya, memuat rincian langkah menyusun poin-poin penting atau indikator pada
yang semestinya ditempuh oleh siswa, sehingga setiap tahap pemecahan masalah pecahan. Berikut
pemecahan masalah dapat dilakukan secara efisien indikator pemecahan masalah pecahan berdasarkan
dan diperoleh solusi yang tepat. Langkah-langkah tahap pemecahan masalah oleh Polya.
Tabel 1. Indikator Pemecahan Masalah Pecahan Berdasarkan Tahap Pemecahan Masalah oleh Polya.
Tahap Pemecahan Masalah Oleh
Indikator
Polya
Mengetahui informasi-informasi yang diberikan dan pertanyaan yang diajukan
Memahami Masalah
pada masalah pecahan.
Menyusun rencana penyelesaian Memikirkan rencana pemecahan masalah pecahan yang digunakan.
masalah
1. Melaksanakan rencana penyelesaian masalah pecahan yang telah dibuat.
Melaksanakan rencana
2. Menjelaskan pelaksanaan rencana penyelesaian masalah pecahan yang telah
penyelesaian masalah
dibuat.
Mengevaluasi penyelesaian masalah pecahan yang telah dibuat. Apakah
Memeriksa kembali penyelesaian
rencananya sesuai dengan pelaksanaannya, kemudian langkah-langkahnya
masalah
sudah benar.
Ade Irfan1), Dwi Juniati2), Agung Lukito3)* : Profil Pemecahan Masalah Pecahan Siswa ............................... 4
APOTEMA : Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, Volume 4, No. 2. Juli 2018
ISSN: 2407-8840 (print)
ISSN: 2580-9253 (online)
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian
profil pemecahan masalah pecahan siswa SD dalam masalah, melaksanakan rencana penyelesaian
penelitian ini adalah deskripsi atau gambaran apa masalah dan memeriksa kembali penyelesaian
adanya siswa dalam pemecahan masalah pecahan masalah.
berdasarkan tahap Polya yang meliputi tahap
Ade Irfan1), Dwi Juniati2), Agung Lukito3)* : Profil Pemecahan Masalah Pecahan Siswa ............................... 5
APOTEMA : Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, Volume 4, No. 2. Juli 2018
ISSN: 2407-8840 (print)
ISSN: 2580-9253 (online)
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara tersebut sesuai dengan hasil penelitian Sudarman
berkelanjutan dan mengikuti konsep yang (2010) yang menyatakan bahwa siswa climber
ditawarkan oleh Miles dan Huberman (1992: 16) mempunyai proses berpikir asimilisai dan abstraksi
yang meliputi tiga macam kegiatan yaitu: reduksi
reflektif dalam menyelesaikan masalah.
data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan/verifikasi.
Subjek Camper
Subjek memahami masalah dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
mengakses informasi dengan membaca soal dengan
Subjek Climber
Subjek memahami masalah dengan suara keras hanya satu kali dan mengidentifikasi hal
mengakses informasi dengan membaca soal dengan yang diketahui dan ditanyakan secara lisan
suara keras hanya satu kali kemudian kemudian menuliskan apa yang diketahui dan
mengidentifikasi hal yang diketahui dan ditanyakan ditanyakan dengan menggunakan bahasa verbal
secara lisan, menuliskan hal yang diketahui dan dengan tidak menjelaskan secara lisan. Hal ini sesuai
ditanyakan dengan membuat sketsa gambar serta dengan karakter camper yaitu menunjukkan sedikit
membuat garis-garis (mencoret/mengarsir) pada semangat, beberapa usaha, dan tidak menggunakan
sketsa gambar. Dengan kata lain dapat dikatakan seluruh kemampuannya (Stoltz: 2000). Suhartono
bahwa, subjek ketika memahami masalah telah (2010) dalam penelitiannya memperoleh hal yang
mempunyai tujuan dan arah dalam menyelesaikan sama bahwa siswa camper mereka mensintesis ide
masalah. Hal ini sesuai dengan Stoltz (2000: 20) berdasarkan konsep yang mudah saja.
menyatakan bahwa climber adalah pemikir yang Subjek menyusun rencana penyelesaian masalah
selalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan dan dengan menyebutkan membayangkan ilustrasi
mempunyai tujuan atau target yang ingin dicapainya. gambar lalu menghitung dengan menuliskannya.
Subjek menyusun rencana penyelesaian masalah Subjek menyebutkan memperoleh rencana setelah
dengan menyebutkan akan membuat sketsa gambar membaca soal dan hanya memiliki satu rencana
dan menjelaskan dengan menceritakannya. subjek penyelesaian masalahnya.
menyebutkan hanya memiliki satu rencana Dalam pelaksanaannya subjek
penyelesaian masalah. kemudian subjek menyelesaikan masalah berbeda dengan rencana
melaksanakannya sesuai dengan rencana dengan yang telah dikemukakan. Subjek melaksanakan
membuat sketsa gambar kemudian membuat garis- penyelesaian masalah dengan menuliskan
garis (mencoret-coret/mengarsir) pada bagian-bagian jawabannya dengan bahasa verbal kemudian
dari sketsa gambar untuk menjawab bagian yang membuat sketsa gambar kemudian menjelaskan
ditanyakan. hal ini sesuai dengan penelitian secara lisan ketika diajukan pertanyaan. Stoltz
Suhartono (2012) bahwa siswa AQ tinggi selalu (2000: 22) menyatakan bahwa mereka Itulah
berusaha untuk menyelesaikan masalah yang camper, yang merasa puas dengan mencukupkan
dihadapinya. Sesuai dengan hasil penelitian tersebut, diri.
Stoltz (2000: 24) mengatakan bahwa climber sangat Subjek memeriksa kembali
gigih, ulet, tabah dan terus bekerja keras. penyelesaiannya dengan menjelaskan secara lisan
Subjek memeriksa kembali penyelesaian dan menunjuk pada sketsa gambar. Hal ini sesuai
masalah dengan menjelaskan secara lisan dengan dengan Stoltz (2000) yang menjelaskan bahwa
menunjuk sketsa gambar dan membuat garis-garis karena bosan mereka mengakhiri pekerjaanya, tidak
(mencoret-coret/mengarsir) pada sketsa gambar mengambil resiko, mengambil jalan yang aman,
tersebut serta menulis dan yakin jawabannya sudah lebih memilih mempertahankan kenyamanan dan
benar dengan alasan sudah mengerjakan dengan tidak memanfaatkan potensi mereka sepenuhnya.
teliti. Hal ini sesuai dengan Stoltz (2000: 24) yang Sementara itu, Suhartono (2010) menemukan hal
menjelaskan bahwa climbers sering merasa yakin yang sama dalam penelitiannya, bahwa camper
pada sesuatu yang lebih besar daripada diri mereka. merasa puas dengan jawabannya.
Penyelesain masalah yang dilakukan siswa climber
Subjek Quitter
Ade Irfan1), Dwi Juniati2), Agung Lukito3)* : Profil Pemecahan Masalah Pecahan Siswa ............................... 6
APOTEMA : Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, Volume 4, No. 2. Juli 2018
ISSN: 2407-8840 (print)
ISSN: 2580-9253 (online)
Ade Irfan1), Dwi Juniati2), Agung Lukito3)* : Profil Pemecahan Masalah Pecahan Siswa ............................... 7
APOTEMA : Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, Volume 4, No. 2. Juli 2018
ISSN: 2407-8840 (print)
ISSN: 2580-9253 (online)
dikemukakan sebelumnya. Subjek quitter membuat Subjek quitter memeriksa kembali penyelesaian
sketsa gambar dan membuat garis untuk menandai masalah dengan menjelaskan kembali jawabannya
bagian-bagian ditanyakan serta tidak menggunakan secara lisan dengan menunjuk sketsa gambar.
alat bantu ketika menggambar. Menjelaskan secara Merasa yakin jawabannya sudah benar dengan
lisan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. alasan sudah mencarinya.
Ade Irfan1), Dwi Juniati2), Agung Lukito3)* : Profil Pemecahan Masalah Pecahan Siswa ............................... 8
APOTEMA : Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, Volume 4, No. 2. Juli 2018
ISSN: 2407-8840 (print)
ISSN: 2580-9253 (online)
Ade Irfan1), Dwi Juniati2), Agung Lukito3)* : Profil Pemecahan Masalah Pecahan Siswa ............................... 9