Anda di halaman 1dari 7

1.

Lingkungan bisnis yang kondusif: Generasi muda cenderung akan lebih tertarik untuk
memulai usaha apabila terdapat lingkungan bisnis yang kondusif. Hal ini dapat
termasuk dukungan dari pemerintah, akses terhadap modal usaha, serta kemudahan
dalam memperoleh izin usaha.
2. Pendidikan dan pengalaman kerja: Pendidikan dan pengalaman kerja dapat
membantu generasi muda dalam memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk
berwirausaha. Selain itu, pengalaman kerja juga dapat memberikan wawasan yang
lebih baik terhadap pasar dan peluang bisnis yang ada.
3. Teknologi: Kemajuan teknologi telah membuka peluang baru bagi generasi muda
untuk memulai usaha. Teknologi dapat membantu mereka untuk menciptakan
inovasi dan memperluas jangkauan pasar.
4. Kondisi ekonomi: Kondisi ekonomi yang sulit, seperti pengangguran yang tinggi dan
ketidakpastian ekonomi, dapat menjadi pemicu bagi generasi muda untuk memulai
usaha. Hal ini karena mereka melihat peluang di sektor bisnis sebagai alternatif untuk
mencari nafkah.
5. Inspirasi dari pengusaha lain: Pengusaha sukses dapat menjadi inspirasi bagi
generasi muda di negara berkembang. Mereka dapat menjadi contoh bagi generasi
muda untuk mengejar impian dan mewujudkan tujuan mereka.
6. Kepribadian dan motivasi: Kepribadian dan motivasi juga merupakan faktor penting
yang mempengaruhi minat dan motivasi generasi muda untuk berwirausaha.
Kepribadian yang kreatif, mandiri, dan inovatif, serta motivasi yang tinggi untuk
mencapai kesuksesan juga dapat menjadi faktor yang mendorong mereka untuk
terjun ke dunia kewirausahaan.
Dalam keseluruhan, faktor-faktor di atas dapat mempengaruhi keputusan generasi
muda di negara berkembang untuk terjun ke dunia kewirausahaan, meskipun faktor
yang mempengaruhi setiap individu dapat bervariasi tergantung pada latar belakang
dan kebutuhan mereka.
Latar belakang

faktor-faktor yang mempengaruhi berwirausaha bagi generasi muda di negara berkembang


dapat dijelaskan dengan fakta bahwa negara-negara berkembang saat ini sedang mengalami
perkembangan pesat dalam sektor ekonomi dan industri. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak
negara berkembang telah mengambil langkah-langkah untuk mendorong kewirausahaan dan inovasi
sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan
kerja.

Salah satu studi yang dilakukan oleh Global Entrepreneurship Monitor (GEM) menunjukkan bahwa
minat untuk berwirausaha di negara-negara berkembang meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Studi tersebut juga menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti kemudahan dalam memperoleh izin
usaha, dukungan dari pemerintah, dan akses terhadap modal usaha menjadi faktor penting yang
mempengaruhi keputusan generasi muda di negara berkembang untuk terjun ke dunia
kewirausahaan.

Selain itu, studi lain yang dilakukan oleh Wang et al. (2018) menunjukkan bahwa pendidikan dan
pengalaman kerja juga memainkan peran penting dalam mempengaruhi minat dan motivasi generasi
muda untuk berwirausaha. Studi tersebut menunjukkan bahwa pengalaman kerja dapat membantu
generasi muda untuk memperoleh keterampilan dan wawasan pasar yang diperlukan untuk memulai
usaha.

Di sisi lain, studi yang dilakukan oleh Han et al. (2019) menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti
kepribadian dan motivasi juga memainkan peran penting dalam mempengaruhi keputusan generasi
muda di negara berkembang untuk berwirausaha. Studi tersebut menunjukkan bahwa kepribadian
yang kreatif, mandiri, dan inovatif, serta motivasi yang tinggi untuk mencapai kesuksesan, dapat
menjadi faktor yang mendorong generasi muda untuk terjun ke dunia kewirausahaan.

P1: apakah birokrasi dalam berwirausaha di negara berkembang menjadi hambatan?

Memperoleh izin usaha merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan generasi muda
di negara berkembang untuk berwirausaha. Proses pendaftaran dan perizinan usaha yang rumit dan
memakan waktu di beberapa negara berkembang dapat menghambat minat dan motivasi generasi
muda untuk terjun ke dalam dunia kewirausahaan. Oleh karena itu, kemudahan dan efisiensi dalam
proses perizinan usaha dapat meningkatkan minat generasi muda untuk memulai bisnis.

Studi yang dilakukan oleh United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) pada
tahun 2020 menunjukkan bahwa negara-negara berkembang memiliki tingkat kompleksitas regulasi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju dalam proses perizinan usaha. Oleh karena itu,
upaya untuk memperbaiki proses perizinan usaha di negara-negara berkembang dapat
meningkatkan minat dan motivasi generasi muda untuk berwirausaha.

Birokrasi yang rumit dan berbelit-belit dapat menjadi hambatan bagi generasi muda di negara
berkembang untuk memulai atau mengembangkan bisnis. Proses perizinan usaha yang memakan
waktu dan biaya yang tinggi dapat membuat proses berwirausaha menjadi sulit dan tidak efisien.

Menurut studi yang dilakukan oleh Wibowo dan Rahardjo (2017), birokrasi yang rumit menjadi salah
satu hambatan utama dalam berwirausaha di Indonesia. Proses perizinan usaha yang kompleks dan
memakan waktu dapat menghambat perkembangan bisnis, terutama bagi usaha kecil dan
menengah. Studi ini juga menunjukkan bahwa upaya pemerintah untuk mengurangi birokrasi dan
mempercepat proses perizinan dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan bisnis di
Indonesia.
Hasil studi Khan (2018) menunjukkan bahwa hambatan birokrasi adalah hambatan yang signifikan
bagi kewirausahaan di Pakistan. Studi mengidentifikasi beberapa prosedur birokrasi yang dianggap
sebagai hambatan utama, termasuk memperoleh izin dan lisensi, ketaatan pajak, dan berurusan
dengan pejabat pemerintah. Prosedur birokrasi ini dianggap memakan waktu, mahal, dan tidak
dapat diprediksi, yang menciptakan ketidakpastian dan mengurangi minat para pengusaha untuk
mengejar usaha mereka.

Secara keseluruhan, studi ini menyimpulkan bahwa mengurangi hambatan birokrasi sangat penting
untuk mempromosikan kewirausahaan di Pakistan. Studi merekomendasikan beberapa intervensi
kebijakan, termasuk menyederhanakan prosedur birokrasi, meningkatkan kualitas layanan
pemerintah, dan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas. Secara keseluruhan, studi menyoroti
dampak negatif hambatan birokrasi terhadap kewirausahaan di Pakistan dan memberikan wawasan
tentang prosedur birokrasi tertentu yang dianggap sebagai hambatan oleh para pengusaha. Studi ini
menegaskan perlunya intervensi kebijakan untuk mengurangi hambatan birokrasi dan
mempromosikan kewirausahaan di negara tersebut.

Nguyen dan Luong (2019) menyatakan bahwa birokrasi memiliki dampak negatif yang signifikan
pada kewirausahaan di Vietnam. Responden melaporkan bahwa proses perizinan dan lisensi sangat
rumit, memakan waktu, dan mahal, yang mengurangi kemampuan mereka untuk memulai dan
mengembangkan bisnis. Selain itu, responden juga melaporkan bahwa peraturan perpajakan yang
ambigu dan tidak konsisten menciptakan ketidakpastian dan meningkatkan biaya bisnis.

Secara keseluruhan, studi ini menunjukkan bahwa birokrasi memiliki dampak negatif pada
kewirausahaan di Vietnam dan merekomendasikan perlu adanya reformasi birokrasi untuk
mendorong kewirausahaan. Studi ini juga menekankan pentingnya meningkatkan transparansi,
akuntabilitas, dan kualitas layanan pemerintah untuk mengurangi dampak negatif birokrasi pada
kewirausahaan. Secara keseluruhan menyajikan bukti yang kuat tentang dampak negatif birokrasi
pada kewirausahaan di Vietnam dan menunjukkan perlunya reformasi birokrasi untuk mendorong
kewirausahaan. Studi ini memberikan wawasan penting bagi pemerintah dan pengusaha untuk
memahami hambatan birokrasi yang dihadapi oleh pengusaha dan mengambil tindakan yang tepat
untuk meningkatkan aktivitas kewirausahaan di Vietnam.

Beberapa sumber jurnal yang dapat digunakan sebagai referensi untuk topik ini adalah:

United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD). (2020). World Investment Report
2020: International Production Beyond the Pandemic. Retrieved from
https://unctad.org/system/files/official-document/wir2020_en.pdf

Aterido, R., Hallward-Driemeier, M., & Pagés, C. (2011). Big Constraints to Small Business Growth?
Business Environment and Employment Growth across Firms. Economic Development and Cultural
Change, 59(3), 609-647. doi:10.1086/657994

Djankov, S., La Porta, R., Lopez-de-Silanes, F., & Shleifer, A. (2002). The Regulation of Entry. The
Quarterly Journal of Economics, 117(1), 1-37. doi:10.1162/003355302753399436
Wibowo, S., & Rahardjo, S. (2017). The Impact of Bureaucratic Complexity on Small and Medium
Enterprises: A Case Study of Indonesia. Journal of Entrepreneurship, Management and Innovation,
13(4), 7-28. doi:10.7341/20171342

Khan, F. (2018). Bureaucratic Barriers to Entrepreneurship: Evidence from Pakistan. Journal of Small
Business Management, 56(1), 126-142. doi:10.1111/jsbm.12292

Nguyen, C. N., & Luong, H. T. (2019). Does Bureaucracy Matter for Entrepreneurial Activity? Evidence
from Vietnam. Journal of Business Research, 98, 173-183. doi:10.1016/j.jbusres.2019.01.013

P2: apakah peran pemerintah hadir dalam pembentukan wirausaha muda di negara berkembang?

Dukungan dari pemerintah juga menjadi faktor penting yang mempengaruhi keputusan generasi
muda di negara berkembang untuk berwirausaha. Pemerintah dapat memberikan berbagai macam
dukungan seperti insentif fiskal, pendanaan, program pelatihan, dan fasilitas infrastruktur. Dukungan
pemerintah yang efektif dapat membantu mendorong pertumbuhan bisnis dan meningkatkan
keberhasilan wirausaha di negara berkembang.

Studi yang dilakukan oleh Wang et al. (2018) menunjukkan bahwa dukungan pemerintah memiliki
pengaruh positif yang signifikan terhadap minat wirausaha generasi muda di China. Program
pelatihan dan dukungan keuangan dari pemerintah dapat membantu meningkatkan keterampilan
dan pengetahuan wirausaha muda, sementara insentif fiskal seperti pemotongan pajak dan hibah
dapat membantu mengurangi biaya dan meningkatkan keuntungan usaha. Selain itu, fasilitas
infrastruktur seperti ketersediaan akses internet yang cepat dan murah, juga dapat membantu
mengurangi hambatan dalam menjalankan bisnis.

Salah satu contoh studi yang relevan adalah penelitian oleh Abor dan Quartey yang berjudul "Issues
in SME Development in Ghana and South Africa" (2010). Studi ini menganalisis peran pemerintah
dalam memfasilitasi pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) di Ghana dan Afrika Selatan.
Studi ini menunjukkan bahwa pemerintah dapat memainkan peran penting dalam mengembangkan
UKM dengan memberikan dukungan dan kebijakan yang tepat.

Studi tersebut menunjukkan bahwa pemerintah dapat memberikan dukungan finansial melalui
program pembiayaan khusus untuk UKM dan memberikan pelatihan dan pendidikan kewirausahaan
untuk meningkatkan keterampilan pengusaha muda. Selain itu, pemerintah juga dapat memfasilitasi
akses pengusaha muda ke pasar dan mengurangi hambatan birokrasi dan regulasi yang berlebihan.

Studi lain yang relevan adalah penelitian oleh Ahl dan Marlow yang berjudul "Exploring the
Dynamics of Social Entrepreneurship in Tanzania" (2012). Studi ini menganalisis peran pemerintah
dalam mengembangkan kewirausahaan sosial di Tanzania. Studi ini menunjukkan bahwa pemerintah
dapat memainkan peran penting dalam memfasilitasi kewirausahaan sosial dengan menciptakan
lingkungan kebijakan yang kondusif dan memberikan dukungan finansial dan teknis.
Dalam kedua penelitian ini, terlihat bahwa peran pemerintah dalam membentuk wirausaha muda di
negara berkembang sangat penting dan dapat berdampak positif pada pengembangan UKM dan
kewirausahaan sosial. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk mengadopsi kebijakan dan
program yang tepat untuk mendukung pengembangan kewirausahaan di negara berkembang.

Beberapa sumber jurnal yang dapat digunakan sebagai referensi untuk topik ini adalah:

Wang, Y., Zhang, Y., Li, H., & Li, Y. (2018). The Impact of Government Support on Entrepreneurial
Intention of Young People: Evidence from China. Sustainability, 10(11), 3946.
doi:10.3390/su10113946

Han, Y., Li, J., & Zhang, Y. (2019). Do Government Policies Affect Young People's Entrepreneurial
Intention? Empirical Evidence from China. Sustainability, 11(7), 1992. doi:10.3390/su11071992

Zhang, Y., Li, H., & Wang, Y. (2018). The Impact of Government Support on Entrepreneurship in
China: An Empirical Study. Journal of Small Business Management, 56(3), 439-455.
doi:10.1111/jsbm.12308

Abor, J., & Quartey, P. (2010). Issues in SME Development in Ghana and South Africa. International
Research Journal of Finance and Economics, 39, 218-228.

Ahl, H., & Marlow, S. (2012). Exploring the Dynamics of Social Entrepreneurship in Tanzania. Journal
of Developmental Entrepreneurship, 17(2), 125-149.

P3: apakah ada akses modal yang memadai dalam berwirausaha di kalangan anak muda di negara
berkembang ?

Akses terhadap modal usaha juga merupakan faktor yang mempengaruhi keputusan generasi muda
di negara berkembang untuk berwirausaha. Keterbatasan akses terhadap modal usaha dapat
membuat sulit bagi generasi muda untuk memulai bisnis atau mengembangkan usaha yang sudah
ada. Oleh karena itu, tersedianya sumber modal yang memadai dapat meningkatkan minat dan
motivasi generasi muda untuk memulai atau mengembangkan bisnis.

Studi yang dilakukan oleh Ojokuku et al. (2017) menunjukkan bahwa akses terhadap modal usaha
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan wirausaha di Nigeria. Sumber modal yang
tersedia dapat berasal dari berbagai macam sumber seperti bank, investor, atau program pendanaan
pemerintah. Selain itu, penggunaan teknologi keuangan seperti peer-to-peer lending dan
crowdfunding juga dapat membantu meningkatkan akses terhadap modal usaha.

Salah satu penelitian yang relevan mengenai hal ini adalah penelitian oleh Mohd Noor et al. yang
berjudul "Entrepreneurial financing: A review of research on financing youth entrepreneurship in the
developing world" (2018). Penelitian ini melakukan tinjauan literatur tentang pembiayaan
kewirausahaan muda di negara berkembang.
Hasil tinjauan literatur menunjukkan bahwa akses modal yang memadai masih menjadi tantangan
utama bagi pengusaha muda di negara berkembang. Hal ini disebabkan oleh kurangnya sumber daya
keuangan, peraturan yang ketat, dan risiko yang tinggi. Namun, penelitian ini juga menemukan
bahwa terdapat beberapa alternatif pembiayaan yang dapat digunakan oleh pengusaha muda di
negara berkembang, seperti pembiayaan berbasis modal ventura, pembiayaan berbasis aset, dan
pembiayaan berbasis komunitas.

Penelitian lain yang relevan adalah penelitian oleh Amorós dan Bosma yang berjudul "Global
Entrepreneurship Monitor 2016/2017 Global Report" (2018). Penelitian ini menganalisis keadaan
kewirausahaan di seluruh dunia, termasuk di negara-negara berkembang. Penelitian ini
menunjukkan bahwa akses modal masih menjadi masalah utama bagi pengusaha di negara-negara
berkembang, dan bahwa pengusaha di negara-negara berkembang lebih bergantung pada
pembiayaan internal daripada pembiayaan eksternal.

Dari kedua penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa akses modal yang memadai masih menjadi
tantangan utama bagi pengusaha muda di negara berkembang. Namun, terdapat beberapa alternatif
pembiayaan yang dapat digunakan oleh pengusaha muda di negara berkembang. Oleh karena itu,
pemerintah dan lembaga keuangan perlu menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
pengembangan pembiayaan kewirausahaan muda di negara berkembang.

Beberapa sumber jurnal yang dapat digunakan sebagai referensi untuk topik ini adalah:

Ojokuku, R. M., Odetayo, T. A., & Sajuyigbe, A. S. (2017). Access to Finance and Performance of Small
and Medium Enterprises in Nigeria: A Gendered Analysis. Journal of African Business, 18(4), 462-484.
doi:10.1080/15228916.2017.1364727

Agyapong, D. (2021). The Effect of Access to Finance on the Performance of Small and Medium
Enterprises in Ghana. Journal of Entrepreneurship and Innovation in Emerging Economies, 7(2), 187-
208. doi:10.1108/JEIEE-12-2020-0133

Liu, Y., & Zhao, H. (2019). How Does Financial Technology Affect the Small and Medium-sized
Enterprises Financing? Empirical Evidence from China. Sustainability, 11(2), 393.
doi:10.3390/su11020393

Mohd Noor, N. H., Mohd Noor, M. S., & Kassim, M. S. (2018). Entrepreneurial financing: A review of
research on financing youth entrepreneurship in the developing world. Journal of Entrepreneurship
in Emerging Economies, 10(1), 119-140.

Amorós, J. E., & Bosma, N. (2018). Global Entrepreneurship Monitor 2016/2017 Global Report.
Global Entrepreneurship Research Association.
Sumber Jurnal:

Wang, D., Li, Q., & Zhao, X. (2018). Factors Affecting Entrepreneurial Intention Among Chinese
University Students. Asia Pacific Journal of Management, 35(2), 255–277. doi:10.1007/s10490-017-
9508-7

Han, X., Zhang, J., & Yang, H. (2019). Exploring the Effects of Entrepreneurship Education on
Students’ Entrepreneurial Intentions in China. Journal of Small Business Management, 57(1), 166–
186. doi:10.1111/jsbm.12354

Global Entrepreneurship Monitor (GEM). (2020). Global Report 2019/2020. Retrieved from
https://www.gemconsortium.org/report/49816

Anda mungkin juga menyukai