Anda di halaman 1dari 12

PAPER HISIDE 2022

“Analisis Sanksi Barat Terhadap Russia yang Berdampak pada Migas Dunia”

Dianjukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Pengantar Sosiologi

Nama : Muh Nurfaiz Fahmi


NIM: E061221035

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS HASANUDDIN

2022

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang ada di atas maka yang menjadi pokok
permasalahanya adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan Sosialisasi?


2. Apa tahap-tahap pengembang diri yang dikaitkan dengan sosialisasi?
3. Macam-macam Agen Sosialisasi dalam kehidupan Sosial?
4. Tipe-tipe dalam sosialisasi?
5. Contoh dampak studi kasus sosialisasi dalam kehidupan sosial?

C. Tujuan Penulisan

Pada bagian ini akan dijelaskan tujuan dan kegunaan yang hendak di capai oleh penulis
terhadap masalah yang dibahas. Adapun tujuan karya tulis ini adalah:

1. Untuk memberikan penjelasan bagaimana terjandinya Sosialisasi dalam kehidupan


Sosial.
2. Untuk memberikan penjelasan mengenai faktor yang menyebabkan
3. Untuk memberikan penjelasan bagaimana cara menumbuhkan sifat cinta ilmu
sekaligus iman kepada generasi penerus bangsa.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dalam penulisan makalah ini yaitu:

1. Dapat menambah pengetahuan mengenai definisi dari Sosialisasi


2. Mengetahui akan Agen-agen yang bergerak di dalam Sosialisasi kehidupan
Sosial
3. Dapat menambah wawasan mengenai perkembangan Sosialisasi dalam
kehidupan Sosial
4. Memperluas pengetahuan mengenai proses Sosialisasi
5. Mencegah akan dampak buruk yang akan terjadi di dalam Sosialisasi dalam
kehidupan Sosial

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sosialisasi

Sosialisasi adalah Pendidikan dalam arti luas: Proses dimana seesorang


memperoleh rasa identitas pribadi dan mempelajari apa yang orang-orang dalam
budaya sekitarnya percaya dan bagaimana mereka mengharapkan seseorang untuk
berperilaku (Musgrave, 1988).

Menurut Charlotte Buhler (1978:55), pengertian sosialisasi adalah suatu proses


yang membantu anggota masyarakat untuk belajar dan menyesuaikan diri terhadap
bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya, agar ia dapat
berperan dan berfungsi dalam kelompok tersebut.

B. Tahap-Tahap Pengembang Diri Yang Dikaitkan Dengan Sosialisasi

Diri manusia berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota


masyarakat lainnya. Mead mengemukakan pengembangan diri manusia ada beberapa
tahap-tahap yakni tahap play stage, tahap game stage, tahap generalized other.

1. Tahap Play Stage


Tahap play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peran
orang yang berada disekitarnya. Ia mulai menirukan peran yang dijalankan
oleh orang tuanya. Pada tahap ini, sang anak belum sepenuhnya memahami isi
peran-peran yag ditirunya itu. Seorang anak dapat meniru kelakuan orang tua
berangkat ketempat kerja misalnya, tetapi mereka tidak memahami alasan
orang tua untuk bekerja dan makna kegiatan yang dilakukan orang tua di
tempat kerja. Seorang anak dapat berpura-pura menjadi petani, dokter, polisi
tetapi tidak mengetahui mengapa petani mencangkul, dokter menyuntik
pasien, polisi menginterogasi tersangka pelaku kejahatan

3
2. Tahap Game Stage
Tahap game stage, seorang anak tidak hanya mengetahui peran yang
harus dijalankannya, tetapi juga mengetahui peran yang harus dijalankan oleh
orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Contoh yang diajukan Mead ialah
keadaan dalam suatu pertandingan : seorang anak yang bermain dalam suatu
pertandingan tidak hanya mengeahui apa yang diharapkan orang lain darinya,
tetapi juga apa yang diharapkan dari orang lain yang ikut bermain dalam
pertandingan tersebut. Di kala bermain sebagai penjaga gawang dalam suatu
pertandingan sepak bola, misalnya, ia mengetahui peran-peran yang dijalankan
oleh para pemain lain, wasit, penjaga garis dan sebagainya. Oleh Mead
dikatakan bahwa pada tahap ini seseorang telah dapat mengambil peran orang
lain.
3. Tahap Generalized others
Pada tahap ini seseorang telah mampu mengambil peran-peran orang
lain dengan siapa ia berinteraksi ia telah mampu berinteraksi dengan orang
lain dalam masyarakat karena telah memahami peranannya sendiri serta peran
orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Selaku anak ia telah memahami peran
yang dijalankan orang tua; selaku siswa ia memahami peran guru; selaku
anggota Gerakan Pramuka ia memahami peran para pembinanya. Jika
seseorang telah mencapai tahap ini maka menurut Mead orang tersebut telah
mempunyai suatu diri. Dari pandangan-pandangan Mead ini Nampak jelas
pendiriannya bahwa diri seseorang terbentuk melalui interaksi dengan orang
lain.1

1
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi (Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), hlm. 21.

4
C. Agen-Agen Dalam Sosialisasi

Agen sosialisasi adalah individu, kelompok, atau organisasi yang


mempengaruhi kebiasaan dan perasaan seseorang. Agen-agen sosialisasi diantaranya
yaitu;

1. Keluarga
Keluarga adalah orang-orang yang paling mempengaruhi perilaku
seorang anak.Seorang anak paling banyak menghabiskan waktunya dengan
orang tua dan saudara.Cara orang tua dalam mengasuh anak adalah hal yang
paling berpengaruh. Terdapat tiga caraperenting yang berefek pada anak, yang
pertama Authoritarian atau pola asuh adalah orang tua yang menganggap
kepatuhan sebagai hal yang utama. Mereka mengharapkan anaknya dapat
melakukan hal yang telah diperintahkan.
Keinginan dan kebutuhan orang tua didahulukan atau diutamakan
dalam rumah. Kedua Permissive adalah hal yang berkebalikan dengan
Authoritarian, seorang anak bebas mengekspresikan dirinya. mereka
menghindari pertikaian dan kedisiplinan, dan membuat beberapa tuntutan
untuk taat kepada aturan. Harapan dan keinginan anak-anak merupakan hal
yang utama di rumah.Ketiga Authoritative berada di antara Authoritarian dan
Permissive.Orang tua mengharapkan anaknya untuk mematuhi aturan
rumah.Tetapi anak-anak bebas mengekspresikan diri dan memberikan opini
mereka.
2. Teman bermain
Anak-anak dipengaruhi oleh anak-anak lain. Seorang anak yang
berumur tiga tahun tertarik oleh pandangan seorang bayi dan akan
memperhatikan anak seumurannya dengan penuh perhatian. Tetapi anak kecil
tidak terlibat dalam apapun yang kita sebut “hubungan sosial” dengan teman
seumuran sepertinya.Mereka mungkin bermain berdampingan, tetapi tidak
bermain bersama. Kebutuhan untuk bermain secara kooperatif di usia antara
empat sampai lima tahun sangat berperan dalam perkembangan sosialisasi
anak.
3. Sekolah
Dari kelas pertama di sekolah menengah, sebagian besar anak muda
amerika menghabiskan minimal 180 hari pertahun disekolah.Mulai dari

5
bersiap-siap di pagi hari, pergi dan pulang dari sekolah, menghadiri kelas,
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, hingga mengerjakan tugas yang telah
diberikan oleh guru agar dapat dikerja di rumah nantinya. Di sekolah anak-
anak dinilai berdasarkan sebaik apa mereka menampilkan paper, test, dan
sikap mereka. Peraturan yang sama berlaku untuk semua. Dalam hubungan
antara murid dan guru yang terpenting adalah instrumental dibandingkan
emosional.Ketepatan waktu dan sikap diajarkan sebagian untuk tuntutan
kerja.Semua pengalaman di sekolah ini merupakan bentuk dari sosialisasi.
4. Televisi
Televisi bisa berdampak baik ataupun buruk.Televisi tidak dapat
menggantikan peran keluarga, teman, dan sekolah dalam bersosialisasi tetapi
dapat sangat berpengaruh.Televisi dapat mengekspos dunia yang mungkin
tidak diketahui, tidak hanya budaya asing juga seni, alam, dan sejarah, tetapi
dunia dewasa seperti pekerjaan, romansa, masalah yang kompleks seperti
alkoholik dan AIDS.2

D. Tipe-Tipe Dalam Sosialisasi


1. Sosialisasi Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut
ketentuan yang berlaku dalam Negara, seperti pendidikan sekolah dan
pendidikan militer.
2. Sosialisasi Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat
kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesame anggota klub, dan
kelompok-kelompok sosial yang ada dalam masyarakat

Dalam proses sosialisasi terjadi paling tidak 3 proses, yaitu :

a. Belajar nilai dan norma (sosialisasi)


b. Menjadikan nilai dan norma yang dipelajari tersebut sebagai milik diri (Intenalisasi)
c. Membiasakan tindakan dan perilaku sesuai nilai dan norma yang telah menjadi
miliknya (Enkulturasi).3

2
Michael S. Bassis, Richard J. Gelles, Ann Levine (Sociology Introduction Fourth Edition, 1991), hlm. 100.
3
Normina, “Masyarakat dan Sosialisasi”, dalam Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Vol.
12(Kalimantan:2014), hlm. 110.

6
E. Dampak Studi Kasus Sosialisasi Dalam Kehidupan Sosial

Berikut contoh studi kasus dalam kehidupan sosial, terdapat dua sumber utama
bukti dampak sosialisasi yaitu studi tentang anak-anak yang disimpan dalam isoloasi
dan studi tentang variasi pelaku lintas budaya.

Anak-anak “Liar”

Anak-anak yang dibesarkan dalam isolasi bersaksi negatif untuk sosialisasi:


Mereka menunjukkan bahwa: itu terjadi ketika sosialisasi tidak terjadi. Kasus Anna
(Davis, 1940) adalah salah satu contohnya. Sebagai anak haram dan tidak diinginkan,
Anna dihukum karena kamar tidur gelap di lantai atas di rumah pedesaan
Pennsylvania selama lima tahun pertama hidupnya. Ibunya memberinya susu yang
cukup untuk membuatnya tetap hidup, tapi tidak pernah bermain dengannya dan
jarang repot untuk membersihkannya.

Ketika pihak berwenang menemukan Anna pada tahun 1938 sangat lesu
sehingga mereka mengira dia buta dan tuli.Dia tidak bisa berialan atau berbicara. Dia
tidak tahu cara mencuci atau berpakaian atau memberi makan dirinya sendiri, atau
bahkan cara mengunyah. Dia berbaring di tempat tidur di institusi tempat dia
ditempatkan, menatap ke angkasa, mendecakkan lidahnya.Dia tidak pernah tertawa
atau menangis. Saat didekati, Anna akan mengamuk atau membeku ketakutan. Ada
sesuatu yang jelas tidak manusiawi tentang dia tentang dia. Dia tampak seperti anak
"liar" (yang dibesarkan di alam liar tapa manusia).

Beberapa bulan setelah penemuannya, Anna ditempatkan di panti asuhan. Di


sana, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, orang dewasa meributkannya seperti
yang biasa dilakukan orang tua. Sosialisasinya yang sebenarnya dimulai pada usia
enam tahun, bukan saat lahir. Pada akhir tahun dia mulai berjalan, merawat dirinya
sendiri, dan mencari perhatian.Kata-kata datang perlahan, tetapi dia mulai
berbicara.Anna- meninggal karena penyakit kuning sebelum ulang tahunnya yang
kesebelas (Davis, 1947).

Namun, Isabelle, anak. lain yang ditemukan dalam keadaan serupa, sembuh
total, masuk sekolah menengah biasa, berteman, dan akhirnya menikah dan
berkeluarga (Davis, 1948). Baik cerita Anna maupun Isabelle menggambarkan bahwa
bahkan karakteristik manusia yang paling dasar pun bergantung pada

7
sosialisasi.Kemampuan berjalan dan berbicara tidak berkembang secara spontan, atau
sesuai dengan rencana alam.Begitu pula dengan emosi, kepribadian, atau kecerdasan
(dalam arti luas kemampuan untuk merespon lingkungan).Studi tentang anak-anak
yang dibesarkan di panti asuhan besar dan impersonal di mana interaksi sosial
minimal (Spitz, 1945; Rutter, 1974) menegaskan pandangan ini. Meskipun secara
fisik shat, bayi-bayi ini jauh lebih: lambat berkembang daripada bayi-bayi yang
dibesarkan di rumah. Mereka tidak berjalan, berbicara.atau bermain dengan anak-anak
lain "sesuai jadwal"

Variasi Lintas Budaya

Bukti baris kedua tentang dampak sosialisasi pada perilaku manusia berasal
dari studi lintas budaya.Sex and Temperament in Three Primitive Societies (1935)
karya Margaret Mead adalah klasik dalam bidang ini.Mead mulai menguji keyakinan
bahwa pria dan wanita berbeda secara emosional dan psikologis, dengan melihat
beberapa suku New Guinea.Apakah wanita, "secara alami" memelihara; laki-laki,
"secara alami," agresif? Di desa Arapesh yang dijelaskan di awal bab ini, Mead
menemukan bahwa laki-laki terbukti sopan dan memelihara seperti perempuan. Anak
laki-laki kecil memperlakukan bay perempuan yang mereka harapkan untuk dinikahi
seperti boneka, mendandani mereka perhiasan manik-manik dan bulu. Pria tidak tahan
mendengar tangisan bayi. Anggota dari kedua jenis kelamin dimiliki dengan cara
yang kita sebut "feminin."

Di suku kedua yang dikunjungi Mead, Dugumor Mun, situasinya berbeda.Para


wanita itu pemarah, agresif, dan tidak peduli seperti para pria.Seorang wanita yang
mencoba menyelamatkan- bay yang telah ditinggalkan atau dilecehkan menjadi
sasaran ejekan yang hebat. Maka dengan cara yang berbeda, baik Arapesh maupun
Mundugumor tidak mengenali perbedaan temperamen atau kepribadian antara kedua
jenis kelamin. Tchambuli, suku ketiga yang dikunjungi Mead, memang membuat
perbedaan.Wanita Tch ambuli yang blak-blakan dan praktis mengurus urusan bisnis
sementara para pria berdandan dan bergosip di clubhouse mereka.Tidak ada wanita
Tchambuli yang menghargai diri sendiri yang merindukan cinta, tetapi pria dan anak
laki-laki itu selalu berada dalam kekacauan romantis.

Meskipun karya Mead telah dipertanyakan- (Harris, 1968; Free man, 1983),
literatur antropologi- memberikan banyak contoh plastisitas manusia. -Variasi lintas

8
budaya dalam perbedaan antara jenis kelamin, perilaku seksual (dibahas dalam Bab
3), dan di banyak bidang lain menunjukkan bahwa perilaku manusia sebagian besar
dipelajari sebagai perilaku. Pola perilaku tertentu bukan satu-satunya variable budaya;
rasa diri-cara orang mendefinisikan diri mereka sendiri dalam hubungannya dengan
orang lain dan alam-juga bervariasi lintas budaya (Hu, 1985). Meskipun biologi
mengatur panggung, sosialisasi menulis naskahnya. Sosialisasi mempengaruhi kita
meniadi individu seperti apa, bagaimana perasaan kita tentang hal-hal seperti menjadi
laki-laki atau perempuan, - bahkan, apakah kita menjadi manusia sama sekali.4

4
Michael S. Bassis, Richard J. Gelles, Ann Levine (Sociology Introduction Fourth Edition, 1991), hlm. 95.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan dan Saran

Setelah membaca makalah yang kami tulis di atas, dapat kita tarik kesimpulan,
Menurut Charlotte Buhler, sosialisasi adalah suatu proses yang membantu anggota
masyarakat untuk belajar dan menyesuaikan diri terhadap bagaimana cara hidup dan
bagaimana cara berpikir kelompoknya, agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam
kelompok tersebut.

Keluarga sebagai significant other memiliki peranan penting dalam proses


sosialisasi, jikalau keluarganya memberikan pengaruh positif terhadap anaknya
pastinya sosialisasinya akan positif pula, sebaliknya apabila keluarga memberikan
pengaruh negatif terhadap anaknya hasilnya juga negatif pula. Disisi lain seperti
teman bermain, sekolah dan televisi memiliki pengaruh dalam menentukan sosialisasi
dan kepribadian sang anak kedepannya.

B. Penutup

Demikianlah pembahasan yang dapat kami paparkan pada tulisan kali ini.
kami sebagai penulis memohon maaf apabila makalah ini memiliki kekurangan dan
kami memohon saran mengenai makalah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Bassis, M. S., Gelles, R., & Levine, A. (1991). Sociology An Introduction Fourth Edition . New York:
McGrowHill Education.

Hamda, N. (2014). Masyarakat dan Sosialisasi. UIN Antasari, 114.

Soekanto, S., & Sulistyowati, B. (2017). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

Soelaeman, M. (1986). Ilmu Sosial Dasar. Bandung: PT ERESCO.

Sunarto, K. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.

11

Anda mungkin juga menyukai