Anda di halaman 1dari 18

Proposal

Kajian Etnobotani Tumbuhan Yang Berpotensi Sebagai Obat, Rempah,


Konstruksi, dan Pangan Pada Masyarakat Suku Dayak Kenyah di
Pinggiran Sungai Kayan

Disusun Oleh:
Stiven Christian Roy Lecandra 2140603021
Juliati Jadung 2140603049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
TARAKAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan keluasan
waktu dan kesehatan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Pilihan
Etnobotani yang diampuh oleh Ibu Listiani, S.Si., M.A, Ph.D. Adapun jenis tugas yang
diberikan adalah membuat proposal. Perincian proposal yang diberikan adalah menyusun
proposal tentang Kajian Etnobotani Tumbuhan Yang Berpotensi Sebagai Tumbuhan Obat,
Pangan, Konstruksi, Dan Rempah.

Melalui penugasan ini diharapkan semua pembaca dapat memahami tentang Kajian
Etnobotani Yang Berpotensi Sebagai Tumbuhan Obat, Pangan, Konstruksi, Dan Rempah.
Selain itu manfaat yang dapat dirasakan adalah meningkatnya kompetensi pembelajaran
bagi para pembaca yang sebagian besar merupakan mahasiswa.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan dari proposal ini.
Semoga proposal ini bermanfaat bagi penulis sendiri, maupun bagi para pembaca.

Tarakan, 10 Maret 2023

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Etnobotani merupakan suatu interaksi antara kelompok masyarakat tertentu
(etnis) dengan tumbuhan tertentu (botani). Kajian etnobotani menjelaskan tentang
budaya masyarakat tradisional dalam memanfaatkan sumber daya alam berupa
tumbuhan, baik langsung maupun tidak langsung untuk penunjang kehidupan seperti
sumber pangan, pengobatan, upacara adat, kepentingan budaya, bahan bangunan, dan
lainnya (Bahriyah, Hayati, & Zayadi, 2015).
Jhon W Harsberger ahli Botani Amerika pada tahun 1895 pertama kali
memperkenalkan Etnobotani. Etnobotani mencakupi semua hubungan material,
budaya, medis dan agama dengan tanaman di ekosistem. Pengetahuan dalam
pemanfaatan tumbuhan yang dimiliki oleh suatu bangsa atau suku tertentu sebagai
kearifan lokal (Des dkk., 2017).
Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan hutan tropis terkaya
nomor dua di dunia setelah Brazil dan masih menyimpan banyak potensi tumbuhan
sebagai bahan pangan, obat-obatan, bumbu dan rempah, bahan bangunan dan
sebagainya. Etnobotani dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk
mendokumentasikan pengetahuan masyarakat tradisional, masyarakat awam yang
telah menggunakan berbagai macam jasa tumbuhan untuk menunjang kehidupannya.
Pendukung kehidupan untuk kepentingan makanan, pengobatan, bahan bangunan,
upacara adat, budaya, bahan pewarna dan lainnya. Semua kelompok masyarakat
sesuai karakter wilayah dan adatnya memiliki ketergantungan pada berbagai
tumbuhan, paling tidak.
Salah satu etnobotani yang banyak dikaji adalah tumbuhan obat, yaitu
tumbuhan yang merupakan hasil hutan yang memiliki manfaat secara ekologi, sosial-
budaya, dan ekonomi. Penggunaan tumbuhan obat sebagai bahan baku ramuan
tradisional telah dilakukan sejak dahulu oleh nenek moyang hingga sekarang oleh
masyarakat modern. Pengelolaan tumbuhan obat perlu diperhatikan dengan dasar
kebutuhan hidup yaitu pengobatan diri sendiri (self care) dan pola hidup masyarakat
saat ini, dimana lebih memilih pengobatan secara tradisional dengan bahan dasar dari
bagian tumbuhan herbal (Djakaria Simin, Zees Fahriani, & Paramata Roswita, 2010).
Rempah-rempah adalah sumberdaya hayati yang sejak lama telah memainkan
peran penting dalam kehidupan manusia. Rempah-rempah juga merupakan bagian
tumbuhan yang bersifat aromatik dan dapat digunakan sebagai bumbu, penguat cita
rasa, pengharum, dan pengawet makanan yang digunakan secara terbatas. Penggunaan
rempah-rempah dalam seni kuliner telah diketahui secara luas yang berasal dari
bagian batang, daun, kulit kayu, umbi, rimpang, akar, biji, bunga atau bagian-bagian
tubuh tumbuhan lainnya.
Menurut De Guzman dan Siemonsma, (1999) bagian-bagian tubuh tanaman
yang mengandung senyawa fitokimia yang dihasilkan tanaman sebagai bagian dari
proses metabolisme tanaman. Adapun beberapa tanaman seperti adas, jinten dan
ketumbar dimanfaatkan bagian bijinya sebagai rempah, untuk bagian rimpang,
tanaman seperti jahe, kunyit, lengkuas, temulawak dan kapulaga umum digunakan,

3
sedangkan jeruk, daun salam, seledri dan bawang dagian daunya dimanfaatkan
sebagai rempah.
Pemanfaatan rempah dapat diklasifikasikan dalam kategori rempah basah dan
kategori rempah kering. Termasuk dalam kategori rempah kyering adalah lada, pala,
jinten, ketumbar dan cengkeh. Golongan rempah basah antara lain meliputi kunyit,
kencur, temu kunci, jahe, serai, bawang-bawangan, cabai dan lain sebagainya.
Beberapa di antara yang sangat terkenal adalah cengkeh, lada, kayu manis, dan pala.
Cengkeh sudah dikenal beratus-ratus tahun sebelum masehi, saat itu cengkeh
digunakan untuk keperluan rempah-rempah dan wangi-wangian (Hadipoentyanti dan
Rostiana, 1992).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari proposal ini, yaitu:
1. Tumbuhan apa saja yang digunakan sebagai tumbuhan obat?
2. Tumbuhan apa saja yang digunakan sebagai bumbu rempah?
3. Tumbuhan apa saja yang digunakan sebagai konstruksi?
4. Tumbuhan apa saja yang digunakan sebagai pangan?

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


1. Etnobotani Tumbuhan Obat
Etnobotani adalah cabang ilmu yang mendalami hubungan antara manusia
dengan tumbuhan disekitarnya. Tumbuhan obat adalah semua jenis tumbuhan yang
diketahui memiliki kandungan senyawa yang bermanfaat dan berkhasiat untuk
mencegah, meringankan atau menyembuhkan suatu penyakit.

2. Etnobotani Tumbuhan Rempah


Etnobotani tumbuhan rempah adalah pemanfaatan jenis tumbuhan sebagai
rempah, bahan masak dan jamu oleh masyarakat disuatu daerah.

3. Etnobotani Tumbuhan Konstruksi


Etnobotani tumbuhan konstruksi adalah Pemanfaatan tanaman sebagai bahan
bangunan dan kerajinan yang merupakan kegiatan yang dilakukan masyrakat secara
turun temurun.

4. Etnobotani Tumbuhan Pangan


Etnobotani tumbuhan pangan adalah pemanfaatan tumbuhan sebagai sumber
pangan bagi kehidupan masyarakat di wilayah tertentu.

5
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada 10 maret 2023.

3.2 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode survey dengan wawancara terstruktur.
Pengumpulan data dengan wawancara lisan menggunakan panduan wawancara tertulis.
Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif.

3.3 Rancangan
1. Melakukan wawancara kepada beberapa tokoh masyarakat dan ketua adat.
2. Mengumpulkan data hasil dari wawancara.

3.4 Analisis Data


Analisa data yang digunakan pada penelitian ini yaitu teknik analisis kualitatif, setelah
mengumpulkan data hasil wawancara kami melakukan analisa data dari hasil wawancara
mengenai pemanfaatan tumbuhan sebagai tumbuhan obat, rempah-rempah, pangan, dan
konstruksi.

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, masyarakat suku Dayak Kenyah masih
memanfaatkan tumbuhan sebagai bahan obat, rempah, konstruksi, dan pangan.
Berikut beberapa jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat, rempah, konstruksi, dan
pangan:

Tabel 1. Pemanfaatan Tumbuhan untuk Pengobatan

No. Nama Nama Lokal Nama Bagian Yang Jenis Penyakit Gambar
Ilmiah Di
Manfaatkan
1. Tung Berde’ Sirsak Daun Tumor dan kanker

2. Tung Ferize’ Pare Dayak Daun Alergi

3. Tung Macan Pepaya Daun Demam dan malaria

4. Hulit Mali Kulit Bisul

5. Langset Langsat Lansium Kulit, daun Demam, malaria, penyakit


domesticu kuning, dan sakit perut
m Corr

6. Fulut Feti Pisang Getah Luka

7
7. Hunyit Kunyit Daging Maag

8. Liza Bala Jahe Merah Daging Menghangatkan badan

9. Serai Serai Tekanan

10. Daun Salam Daun Tekanan

11. Daun Jarak Getah Panas dalam, sakit gigi,


dan sari awan

12. Jeruk Nipis Daun Bau badan

8
Tabel 2. Pemanfaatan Tumbuhan Untuk Rempah

No Nama Nama Nama Bagian Yang Kegunaan Gambar


. Lokal Ilmiah Dimanfaatka
n
1. Sengkubak Bekai Pycnarrhena Daun Pengganti
cauliflora vetsin/mici
n

2. Kunyit Hunyit Curcuma Rimpang Bumbu


longa masakan

3. Kayu manis Hazu Cinnamomu Kulit kayu Bumbu


me m verum masakan

4. Kepayang/ Payang Pangium Buah Pengawet


kluwek Kayu edule daging dan
bumbu
masakan

9
5. Bawang Dayak Bawang Eleutherine Umbi dan Bumbu
dayak bulbosa daun masakan

6. Lada Merica Piper nigrum Buah/biji Bumbu


masakan

7. Lempesu Lempes Baccauera Buah Perisa asam


u lanceolata pada
masakan
dan
pengawet
daging

8. Bawang Perai Bavang Allium Daun Bumbu


Perai fistulosum L masakan

10
Tabel 3. Pemanfaatan Tumbuhan Untuk Konstruksi

No Nama Nama Nama Ilmiah Bagian Yang Kegunaan Gambar


. Lokal Dimanfaatkan
1. Pohon Ulin Beleen Eusideroxilon Batang Bahan kontruksi
zwageri bangunan

2. Pohon Adau Adau Batang Bahan kontruksi


bangunan, bahan
alat musik, dan
bahan
pembuatan
perahu

3. Banuang Benuang Octomeles Batang Bahan kontruksi


sumatrana bangunan

4. Mendarahan Darah-darah Myristica spp Batang Bahan kontruksi


bangunan

11
5. Meranti Meranti Shorea Batang Bahan kontruksi
bangunan

6. Pohon kapur Kapun Dryobalanops Batang Bahan kontruksi


aromatica bangunan

7. Bengkirai Bengkirai Shorea laevis Batang Bahan kontruksi


bangunan

12
Tabel 4. Pemanfaatan Tumbuhan untuk Bahan Pangan

No. Nama Nama Nama Bagian Yang Kegunaan Gambar


Lokal Ilmiah Dimanfaatkan
1. Kemayau Keramu Dacryodes Buah Sumber
rostrata makanan

2. Pohon Ubut nyo Cocos Batang Sumber


Kelapa nucifera muda/umbut makanan

3. Pohon Talang Caryota Batang Sumber


Talang mitis muda/umbut makanan

4. Jagung Jelelung Zea mays Buah Sumber


makanan

13
5. Singkong Ubi Ipomea Umbi Sumber
batatas makanan

6. Lepiu Lepiu Archidendro Buah Sumber


n makanan
Panviflorum.
Benth

7. Buah Pasir Bevwa Ait Buah Sumber


makanan

8. Mangga Mangga Mangifera Buah Dimakan


indica L. langsung,
dapat diolah
sebagai asinan.

Tumbuhan sebagai Obat


Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 12 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai
bahan obat-obatan. Mutaqin et al., 2016; Diana & Matius, 2017 melakukan inventarisasi jenis-jenis
tumbuhan sebagai berikut Langsat (Lansium domesticum Corr) merupakan jenis tumbuhan penghasil
buah-buahan yang dapat dikonsumsi secara langsung, daunnya dapat mengobati penyakit kuning dan
sakit perut, kulit batang digunakan sebagai obat sakit malaria dengan cara direbus atau diseduh
dengan air panas. (Sukenti et al., 2020) menyatakan bahwa tumbuhan yang memiliki fungsi
sebagai pangan dan obat-obat dapat didiversifikasi pada pekarangan mastyarakat.

Tumbuhan sebagai Bumbu Rempah


Tumbuhan yang digunakan sebagai bumbu rempah yang digunakan oleh Masyarakat
Dayak Kenyah yang tinggal di Pinggiran Sungai Kayan yaitu sebanyak 8 jenis tumbuhan

14
sebagai bumbu dan rempah pada masakan. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan bervariasi,
yaitu meliputi daun, buah, rimpang, dan kulit. (Tabel 2.). Masyarakat Dayak Kenyah
memanfaatkan bahan rempah dari tumbuhan disekitarnya, baik tumbuhan budidaya maupun
tumbuhan liar. Walaupun sebagian besar tumbuhan rempah pada Tabel 2. adalah tanaman
budidaya tapi beberapa jenis merupakan tanaman alami yang coba dibudidayakan dengan
cara memindahkan anakan tanaman beserta tanahnya dari hutan ke pekarangan atau kebun
seperti mekai (Albertisia papuana dan Pycnarrhena cauliflora). Daun tua tumbuhan mekai
ini dijadikan bahan penyedap masakan oleh suku Dayak dengan berbagai nama daerah
masing-masing seperti Daun Afa pada Dayak Abai dan Lun dayeh Nugroho, et al. (2018),
daun Apah pada suku Tidung Rosnah, et al. (2016), daun Bekkai atau Mekai pada suku
Dayak Kenyah Susiarti & Setyowati (2005), Daun Sokai pada di Kalimantan Tengah
Mayasari (2016) dan Daun Sansakng pada manyarakat Dayak di Kalimantan Barat (Mayasari
et al., 2017).
Menurut Turner, et al. (2011) masyarakat lokal sekitar hutan sudah sejak lama
berinteraksi dengan hutan yang menyediakan berbagai macam kebutuhan hidup seperti
makanan,obat-obatan, dan lainnya. Hutan bukan hanya menyediakan berbagai kebutuhan
hidup namun juga berkontribusi terhadap pemeliharaan budaya dan pengetahuan asli
masyarakat lokal. Hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman pangan dan obat merupakan
prioritas utama dan kemandirian suatu kampung. Daun mekai dikeringkan dengan dijemur di
bawah sinar matahari atau ditumpuk di atas perapian. Setelah kering daun dihaluskan sampai
menjadi serbuk. Serbuk ini disimpan untuk digunakan sebagai bumbu ketika memasak
sayuran, misalnya digunakan sebagai penyedap untuk memasak daun singkong yang sudah
ditumbuk lalu ditumis. Pada saat ini keberadaan tumbuhan mekai sudah jauh berkurang
sehingga masyarakat mencoba membudidayakannya. Apalagi serbuk dari daun mekai
sekarang tidak hanya digunakan sebagai vetsin oleh suku Dayak saja namun juga diminati
oleh masyarakat suku lain sehingga sering diperjual belikan hingga ke kota Samarinda. Daun
mekai yang dijual di pasar dalam bentuk segar, kering maupun dalam bentuk bubuk (serbuk).
Salah satu tumbuhan rempah yang belum dibudidayakan adalah Pangium edule
(payang kayu) dan di lokasi penelitian sudah jarang ditemukan. Biji tumbuhan ini
dimanfaatkan sebagai bahan penyedap dengan diolah terlebih dahulu. Menurut Shrestha
(2013), makanan yang disiapkan mencerminkan perkembangan pengetahuan masyarakat
tentang pengelolaan sumber daya tumbuhan dan hewan di sekitar mereka. Salah satunya
tercermin dari perubahan bahan dalam pembuatan terasi dayak yang tergantung pada sumber
daya tumbuhan yang ada pada masyarakat Dayak Kenyah. Ketika tumbuhan liar yang
biasanya menjadi bahan untuk membuat payang susah untuk ditemukan, mereka beralih ke
tanaman budidaya yang lebih mudah diperoleh. Cara pengolahan terasi dayak sangat
sederhana yakni dengan merebus biji-biji tumbuhan yang akan diolah menjadi payang
(Hodgsonia macrocarpa, Pangium edule, dan Ricinus communis). Setelah direbus dibiarkan
selama satu minggu sampai membusuk. Selanjutnya biji dibakar sebentar,biji dipecahkan dan
diambil bagian dalamnya lalu ditumbuk. Bahan yang sudah halus dimasukkan ke dalam
tabung bambu dan diletakkan di atas perapian kira-kira dua hari agar tetap awet dan
menambah aromanya, sampai didapatkan semacam terasi yang dimanfaatkan untuk bahan
penyedap. Pengolahan terasi dayak dari bahan tumbuhan budidaya (kedelai, kalisayat, dan
kacang tanah) lebih kurang sama yaitu dengan cara biji direbus sampai lunak dan dibiarkan
dingin, selanjutnya dibungkus daun pisang atau dimasukkan tabung bambu dan disimpan

15
beberapa hari sampai busuk. Setelah membusuk lalu ditumbuk sampai halus. Terasi yang
telah ditumbuk dibungkus kembali dengan daun pisang lalu dipanaskan di atas bara api.
Payang langsung dapat dikonsumsi sesudah dipanaskan beberapa saat di atas bara api.
Pemakaian terasi dayak ini dapat langsung dicampur dengan sambal ataupun langsung
dimakan dengan lauk-pauk.

Tumbuhan sebagai Bahan Konstruksi


Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh sumber daya tumbuhan yang
dipergunakan sebagai bahan bangunan oleh Masyarakat Dayak Kenyah yang tinggal di
Pinggiran Sungai Kayan lebih banyak menggunakan kayu bahan bangunan yang berasal dari
lahan masyarakat sendiri, seperti ulin.

Tumbuhan sebagai Bahan Pangan


Kemayau merupakan salah satu pohon buah yang dapat dikonsumsi dengan cara
direndam dalam air panas terlebih dahulu selama beberapa menit, setelah beberapa menit
buah kemayau harus segera dimakan, karena jika tidak segera dimakan rasa buah kemayau
akan menjadi asam. Mangga (Mangifera indica L.) adalah salah satu pohon buah yang dapat
dikonsumsi secara langsung, dapat diolah juga sebagai asinan, umumnya ranting pohon
manga ini dapat digunakan sebagai kayu bakar.

16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil penelusuran jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatan Masyarakat Dayak Kenyah
sangat bervariasi baik fungsi dan pemanfaatannya. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat tumbuhan sebanyak 35 jenis, diantaranya 12 jenis tumbuhan yang
dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan, 8 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai
bumbu rempah, 7 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi, dan 8
jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan oleh Masyarakat Dayak
Kenyah yang hidup di Pinggiran Sungai Kayan.
Pemanfaatan tumbuhan-tumbuhan oleh masyarakat lokal bervariasi. Masyarakat
memanfaatkan jenis tumbuhan dalam beragam manfaat yaitu sebagai bahan obat-obatan,
bumbu rempah, bahan bangunan, maupun sebagai bahan pangan. Kearifan lokal yang
berlangsung di masyarakat lokal merupakan pengetahuan yang berlangsung turun-
temurun, dan memiliki hubungan simbiosis mutualisme dengan ekosistem hutan di lokasi
penelitian. Pemanfaatan pohon oleh Masyarakat Dayak Kenyah sangat bervariasi mulai
dari bahan obat-obatan, bumbu rempah, bahan konstruksi dan bahan pangan.

5.2 Saran
Perlu adanya penelitian lanjutan untuk mencari tumbuhan baru dan mengetahui
berbagai jenis tumbuhan yang dapat diolah, dikonsumsi atau tidak dengan cara
pengolahan yang praktis, sehingga pemanfaatan tradisional tetap menjadi pilihan
utama masyarakat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Diana, R., & Matius, P. (2017). Inventarisasi Tumbuhan Berkhasiat Obat Yang Dimanfaatkan
Masyarakat Suku Dayak Lundayeh. ULIN: Jurnal Hutan Tropis, 1(1), 49–58.
https://doi.org/10.32522/u-jht.v1i1.845
Dias Setyawan, Mimien Henie Irawati Al-Mudhar, Murni Saptasari. 2021. ”Studi Kebutuhan
Bahan Ajar Mata kuliah Etnobotani untuk Mahasiswa”. Pendidikan Biologi-
Universitas Negeri Malang. urnal Pendidikan, Vol. 6, No. 6, Bln Juni, Thn 2021, Hal
869—873.
Mayasari, E., Lestari, O. A., Saloko, S., & Ulfa, M. (2017). Karakteristik Sensori Ekstrak
daun san-sangk (Albertisia papuana Becc.) dengan Penambahan NaCl pada berbagai
Konsentrasi oleh Panelis Semi Terlatih. Jurnal Ilmiah Teknosains, 3, 27-33.
Mayasari, E. (2016). Pengaruh Tingkat Ketuaan Daun Sokai (Albertisia papuana Becc.)
Terhadap Kadar Asam Amino Glutamat Bebas. Jurnal Ilmiah Teknosains, 2(1), 38-42
Medi Hendra, Martha Oktaviani. 2020. “Etnobotani Rempah Tradisional Masyarakat Dayak
Kenyah Umaq Jalam Di Kecamatan Segah Kabupaten Berau”. Jurusan Biologi
FMIPA Universitas Mulawarman. http://jurnal.untan.ac.id/index.php/PMP. Vol. 11,
No. 2 h. 333-344.
Mutaqin, A. Z., Noviani, E., Partasasmita, R., & Iskandar, J. (2016). Studi etnobotani
pemanfaatan jenis-jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat oleh masyarakat Desa
Pangandaran Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran. Prosiding Seminar
Nasional MIPA 2016, 55–61.
Nugroho H., Pasaribu M., & Ismail S. (2018). Toksisitas Akut Ekstrak Albertisia papuana
Becc. pada Daphnia magna dan Danio rerio. Biota, 3(3), 96-103
Puspita Resi Liyanti, Setia Budhi, and, Fathul Yusro. 2015. “ Studi Etnobotani Tumbuhan
Yang Dimanfaatkan Di Desa Pesaguan Kanan Kecamatan Matan Hilir Selatan
Kabupaten Ketapang’’. Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura, Jalan Imam
Bonjol, Pontianak78124. Jurnal Hutan Lestari. Vol. 3 (3) : 421 – 433.
Rosnah, Hendra M., Kusumawati E. (2016). Pengaruh Lama Perebusan Simplisia Daun Apah
(Albertisia papuana) Yang Digunakan Sebagai Penyedap Makanan Oleh Masyarakat
Kab. Tana Tidung Terhadap Angka Cemaran Mikroba. Jurnal Ilmiah Manuntung,
2(1), 22-27.
Sukenti, K., Sukiman, S., Suripto, S., Rohyani, I. S., & Jupri, A. (2020). Optimalisasi
Pemanfaatan Lahan Pekarangan Sebagai Upaya dalam Membantu Ketersediaan
Pangan dan Perekonomian Masyarakat di Desa Sukarema, Kabupaten Lombok Timur.
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 2(2).
https://doi.org/10.29303/jpmpi.v2i1.362
Susiarti, S. & Setyowati, F. M. (2005). Bahan Rempah Tradisional Dari Masyarakat Dayak
Kenyah Di Kalimantan Timur. Biodiversitas, 6(4), 285-287
Yustina Anggraini, and Paulus Matius, Hastaniah, Rita Diana. 2020. “ Identifikasi Kearifan
Lokal dalam Pemanfaatan Jenis-Jenis Tumbuhan Untuk Ketahanan Pangan Dan Obat-
Obatan”. jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman,
Samarind a. MAKILA: Jurnal Penelitian Kehutanan Volume 14, Nomor 2 (73-86).
SSN : 2746-7155 (Online), ISSN : 1978-4996.

18

Anda mungkin juga menyukai