Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
Surat Pernyataan
Mahasiswa
Kejujuran
Akademik
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam
pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui
media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan
akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Kepau Baru, 23 Desember 2022
Yang Membuat Pernyataan
Yuni Kartika
1. Jawab
Pilar historis-epistemologis, social studies yang pertama, berupa suatu definisi tentang
“social studies” telah dipancangkan oleh Edgar Bruce Wesley pada tahun 1937 (Barr, Barth,
dan Shermis,1977:1-2), yaitu The Social Studies are the social sciences simplified
pedagogical purposes. Maksudnya, bahwa studi sosial adalah ilmu-ilmu sosial yang
disederhanakan untuk tujuan pendidikan. Pengertian ini, kemudian dibakukan dalam The
United States of Education's Standard Terminology for Curriculum and Instruction (dalam
Barr dan kawan-kawan,1977:2) sebagai berikut: The social studies comprised of those
aspects of history, economics, politicial science, sociology, anthropology, psychology,
geography, and phiplosophywhich in practice are selected for purposes in schools and
colleges. Maksudnya, bahwa social studies berisikan aspek-aspek ilmu sejarah,
ilmuekonomi, ilmu politik, sosiologi, antropologi, psikologi, ilmu geografi, dan filsafat,
yang dipilih untuk tujuan pembelajaran sekolah dan di perguruan tinggi.
Bila dianalisis dengan cermat, di dalam pengertian awal studi sosialtersebut di atas
menyiratkan hal-hal sebagai berikut. Pertama, studi sosial merupakan disiplin dari ilmu-ilmu
sosial. Kedua, disiplin ini dikembangkan untuk memenuhi tujuan pendidikan/pembelajaran,
baik pada tingkat persekolahan maupun tingkat pendidikan tinggi. Ketiga, oleh
karenanya,aspek-aspek dari masing-masing disiplin ilmu sosial itu perlu diseleksi sesuai
dengan tujuan tersebut.
Walaupun telah ada definisi awal sebagai pilar pertama, di dalam perkembangan selanjutnya
ternyata bidang studi sosial ini didera oleh berbagai ketidakmenentuan, yang oleh pionir
studi sosial Edgar Bruce Wesley (Barr dan kawan-kawan, 1978: iv) berdasarkan
pengamatannya selama 40-an tahun dikemukakan bahwa bidang ilmu studi sosial telah lama
mengalami ketidaksepahaman dalam pendefinisian serta kebingungan dalam falsafahnya.
Keadaan itu dinilai telah menimbulkan ketidakmenentuan, ketidakberkeputusan,
ketidakbersatuan, dan ketidakmajuan. Keadaan tersebut dirasakan terutama pada masa tahun
1940-1970-an.
Jika dilihat dari definisi dan tujuannya, studi sosial menurut laporan tersebut menyiratkan
dan menyuratkan hal-hal sebagai berikut. Pertama,“social studies” merupakan mata
pelajaran dasar di seluruh jenjang pendidikan persekolahan; kedua, tujuan utama mata
pelajaran ini ialahmengembangkan siswa untuk menjadi warga negara yang memiliki
pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan yang memadai untuk berperan serta dalam
kehidupan demokrasi; Ketiga, contents pelajarannya digali dan diseleksi dari sejarah dari
ilmu-ilmu sosial, serta dalam banyak hal dari humaniora dan sains; dan keempat,
pembelajarannya menggunakan cara-carayang mencerminkan kesadaran pribadi
kemasyarakatan, pengalaman budaya, dan perkembangan pribadi siswa. Kesemua itu,
mencerminkan visi, misi, dan strategi yang senapas dengan apa yang telah diajukan oleh
Barr, dan kawankawan (1978). Hal tersebut sekaligus mencerminkan bahwa pada dasawarsa
1980-an telah terjadi kristalisasi lebih pemikiran studi sosial yang lebih solid dan telah
mencairnya masalah ketidakmenentuan, ketidakberkeputusan, ketidakbersatuan, dan
ketidakmajuan yang menandai perkembangan studi sosial pada 4-5 dasawarsa sebelumnya.
Di dalam laporan NCSS yang kedua, “Charting A Course” nampak jelas upaya untuk
mempertegas visi, misi dan strategi studi sosial dalam laporan NCSS yang pertama ruang
lingkup dan urutan. Menurut laporan tersebut, untuk abad ke-21, kurikulum studi sosial
seyogianya memiliki ciri-ciri menitikberatkan pada peran warga negara pada masyarakat
yang demokrasi; memberikan pengetahuan yang kumulatif dan konsisten mulai dari TK
sampai dengan kelas 12; menuntut sejarah dan geografi menyiapkan kerangka
pengembangan bagi studi sosial; memusatkan kurikulum bukan hanya pada “major
civilization and societies”; mengembangkan jaringan keterkaitan ilmu sosial dengan
humaniora dan ilmu pengetahuan alam; menempatkan contents untuk tidak diperlakukan
sebagai hal yang harus diterima dan diingat; menuntut penerapan proses pembelajaran
interaktif, seperti menulis, melakukan pengamatan, debat, simulasi atau bermain peran,
bekerja dengan data statistik, menggunakan kemampuan berpikir kritis; memanfaatkan
(media dan sumber belajar; pemberian dukungan dari seluruh jajaran pengelola pendidikan
dan menempatkan essential knowledge dalam pembelajaran di setiap jenjang pendidikan
persekolahan.
Jika dilihat dari karakteristik dan tujuannya, pendidikan studi sosial yangdipikirkan untuk
abad ke-21 masih tetap menempatkan pendidikan kewarganegaraan, yakni pengembangan
warga negara yang bertanggung jawab dan berpartisipasi secara aktif sebagai salah satu
esensinya selain esensi pengembangan kemampuan sosial yang berkenaan dengan visi
tentang pengalaman hidupnya, pemahaman kritis terhadap ilmu-ilmu sosial, pemahaman
tentang manusia dalam konteks persatuan di dalam perbedaan, dan analisis kritis terhadap
keadaan kehidupan manusia. Hal ini mengandung arti lebih memantapkan pemikiran yang
telah mengkristal sebelumnya, sebagaimana telah dikemukakan dalam dokumen NCSS
mengenai Scope and Sequence for the Social Studies (NCSS:1983).
Pada tahun 1992, the Board of Directors of the National Council for the Social Studies
mengadopsi visi terbaru mengenai social studies, yang kemudian diterbitkan dalam
dokumen resmi NCSS pada tahun 1994 dengan judul Expectations of Excellence:
Curriculum Standards for Social Studies.Dokumen ini nampaknya yang sedang mewarnai
pemikiran dan praksis studi sosial di Amerika Serikat sampai dengan saat ini. Di dalam
dokumen tersebut, secara esensial mengandung visi, misi, dan strategi pendidikan studi
sosial, yang mengokohkan kristalisasi pemikiran yang lebih solid dan kohesif dari para
pakar dan praktisi yang tergabung dalam NCSS, yang secara sosial akademik sangat
berpengaruh di Amerika Serikat, yang juga biasanya memberi dampak yang signifikan
terhadap pemikiran dan praksis dalambidang itu di negara lain. Hal tersebut mengisyaratkan
bahwa dalam duadasawarsa terakhir, 1980 dan 1990-an, pemikiran mengenai studi sosial
yangsebelumnya dilanda penyakit ketidakmenentuan, ketidakberkeputusan,
ketidakbersatuan, dan ketidakmajuan, seperti telah dibahas pada awal bab ini, paling tidak
secara konseptual telah dapat diatasi. Hal ini, penulis pikir, merupakan suatu kemajuan besar
dalam epistemologi disiplin pendidikan studi sosial. Dengan demikian pula, dapat
diperkirakan bahwa pemikiran tersebut akan banyak mewarnai pemikiran dan praksis
pendidikan studi sosialdi Amerika Serikat dan negara lainnya pada dasawarsa awal abad ke-
21.
2. Jawab
Kehidupan bukanlah sesuatu yang diam atau statis, tetapi sesuatu yang terus-menerus
tumbuh dan berkembang. Sebagai contoh, manusia dalam kehidupannya mengalami fase-
fase tertentu, yaitu fase di dalam kandungan, lahir, bayi dan anak-anak, remaja, dewasa, dan
orang tua. Fase-fase kehidupan tersebut menunjukkan adanya kesinambungan dalam
kehidupan manusia.
Kesinambungan itu terjadi karena manusia dalam kehidupannya diikat oleh waktu dan
ruang. Ada masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang, ketiga-tiganya
menunjukkan adanya kesinambungan. Masa lalu akan menentukan masa sekarang, dan masa
sekarang akan menentukan masa depan. Waktu dalam pengertian ini dapat diartikan jam,
hari, minggu, bulan, tahun, dan bentuk waktu yang lainnya. Ruang adalah tempat di mana
manusia itu tinggal, misalkan di desa, kota, kampung, dusun, dan lain-lain. Dengan uraian
contoh tersebut, dapatlah dinyatakan bahwa ciri penting dari sejarah adalah adanya konsep
waktu dan ruang. Jadi, sejarah pada dasarnya bukan hanya bicara masa lalu, sejarah pada
dasarnya berbicara kehidupan manusia dalam konteks waktu dan ruang.
Tugas pokok ilmu sejarah berkaitan dengan waktu adalah ilmu sejarah bertugas membuka
ke masa lampau/waktu yang lalu umat manusia, memaparkan hidup manusia dalam berbagai
aspek kehidupannya dan mengikuti perkembangannya dari masa yang paling tua hingga
dewasa ini. Konsep waktu penting bagi sejarah karena tanpa diketahui dimensi waktu
lampau, kini dan masa depan maka sejarah akan mengalami kekacauan karena tidak
berpangkal dan berujung.
Para sejarawan sepakat bahwa ilmu sejarah bertugas membuka peristiwa masa lampau atau
waktu yang lalu umat manusia, memaparkan kehidupan manusia dalam berbagai aspek
kehidupannya dan mengikuti perkembangannya dari masa yang paling tua hingga masa kini.
Tugas sejarah membuka masa lampau umat manusia mengandung pengertian bahwa, sejarah
meneliti dan mengkaji peristiwa-peristiwa di dalam masyarakat yang terjadi di masa lampau.
Peristiwa pada masyarakat manusia dan masa lampau atau waktu yang lalu adalah sesuatu
yang penting dalam definisi sejarah. Peristiwa yang tidak memiliki hubungan dengan
kehidupan masyarakat manusia pada masa lampau bukanlah suatu peristiwa sejarah.
Demikian pula dengan adanya peristiwa yang terjadi di masa sekarang belum menjadi
sejarah. Dengan demikian konsep waktu menjadi sangat penting.
Ruang dan waktu adalah objek utama dari sejarah, sehingga manusia, ruang dan waktu tidak
dapat dipisahkan.
Konsep Ruang:
4) Adanya ruang membuat pemahaman kita tentang peristiwa sejarah menjadi nyata.
Konsep Waktu:
1) Perjalanan manusia tidak lepas dari waktu
2) Masa lampau bukanlah suatu masa yang final
3) Konsep kesinambungan, yaitu masa lalu sangat menentukan apa yang terjadi pada masa
sekarang dan masa akan datang
3. Jawab
1) Siswa dalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan
dari guru.
2) Belajar secara individual.
3) Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis.
4) Perilaku dibangun atas kebiasaan.
5) Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final.
1) Menyajikan tujuan. Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai
pada pelajaran tersebut.
2) Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada siswa secara tahap demi
tahap dengan metode ceramah.
3) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik. Guru mengecek keberhasilan
siswa dan memberikan umpan balik.
4) Memberikan kesempatan latihan lanjutan. Guru memberikan tugas tambahan untuk
dikerjakan dirumah.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
I. Standar Kompetensi
1. Menghargai berbagai peninggalan dan sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-
Budha dan Islam di Indonesia
II. Kompetensi Dasar
1.1 Mengenal makna peninggalan-peninggalan sejarah yang berskala nasional dan masa Hindu-
Budha dan Islam di Indonesia
III. Indikator
Menjelaskan masa kejayaan kerajaan-kerajaan Hindu di nusantara
Menjelaskan peninggalan kerajaan Hindu di nusantara
IV. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menjelaskan masa kejayaan kerajaan-kerajaan Hindu di nusantara
Siswa dapat mengelompokkan peninggalan sejarah kerajaan-kerajaan Hindu
Karakter siswa yang diharapkan: keberanian, kerjasama, dan tanggung jawab
V. Materi Pokok
Kerajaan-kerajaan Hindu di nusantara
Peninggalan sejarah berskala nasional pada masa Hindu di Indonesia
4. Jawab
1. Mengamati
2. Menanya
3. Mengumpulkan informasi/menalar
4. Mengasosiasikan/mengolah informasi/eksperimen/mencoba
5. Mengkomunikasikan/membentuk jejaring (networking).
Salah satu model model pembelajaran IPS yang paling umum digunakan adalah
model pembelajaran berbasis masalah (PBM). Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem-Based Learning) atau sering disebut PBM adalah pembelajaran yang
menggunakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari (otentik).
Model pembelajaran IPS ini bersifat terbuka (open-ended) untuk diselesaikan oleh
peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berfikir, keterampilan
menyelesaikan masalah, keterampilan sosial, keterampilan untuk belajar mandiri,
dan membangun atau memperoleh pengetahuan baru.
Tahap Deskripsi
Tahap 1 Orientasi Guru menyajikan masalah nyata kepada peserta didik.
terhadap masalah
Tahap 2 Organisasi Guru memfasilitasi peserta didik untuk memahami masalah nyata
belajar yang telah di sajikan, yaitu mengidentifikasi apa yang mereka
telah ketahui, apa yang perlu mereka ketahui, dan apa yang perlu
di lakukan untuk menyelesaikan masalah. Peserta didik berbagi
peran/tugas untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Tahap 3 Penyelidikan Guru membimbing peserta didik melakukan pengumpulan
individual atau data/informasi (pengetahuan, konsep, teori) melalui berbagai
kelompok macam cara untuk menemukan berbagai alternatif penyelesaian
masalah.
Tahap 4 Guru membimbing peserta didik untuk menentukan penyelesaian
Pengembangan dan masalah yang paling tepat dari berbagai alternatif pemecahan
penyajian hasil masalah yang peserta didik temukan. Peserta didik menyusun
penyelesaian masalah laporan hasil penyelesaian masalah, misalnya dalam bentuk
gagasan, model, bagan, atau power point slides.
Tahap 5 Analisis dan Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan refleksi atau
evaluasi proses evaluasi terhadap proses penyelesaian masalah yang dilakukan.
penyelesaian
Dalam penilaian terdapat tiga aspek, yaitu aspek pengetahuan (knowledge), sikap
(attitude), kecakapan (skill). Penilaian aspek pengetahuan mencakup dari nilai ujian
akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), PR, kuis, dokumen, dan
laporan-laporan.
Sedangkan penilaian sikap dapat dilihat dari penguasaan softskill, yaitu keaktifan
dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerja sama dalam tim dan kehadiran
dalam pembelajaran. Penilaian kecakapan diukur dari penguasaan lat batu
pembelajaran, baik software maupun kemampuan perancangan dan pengujian.
Dan memperkenankan peserta didik untuk bekerja sendiri atau kelompok. Produk
yang di hasilkan dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya
teknologi/prakarya, dan lain-lain. Di bawah ini adalah langkah-langkah
Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) :
Sebagai model terakhir yang kami bahas dalam model model pembelajaran IPS kali
ini adalah Metode discovery learning, yang diartikan sebagai proses pembelajaran
yang terjadi bila pelajar tidak di sajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya,
tetapi di harapkan siswa mampu mengorganisasikan sendiri. Sebagai strategi
pembelajaran discovery learning mempunyai prinsip yang sama dengan inquiri
maupun problem solving.
Discovery learning lebih menekankan pada konsep atau prinsip yang sebelumnya
tidak diketahui, sedangkan pada inkuiri dan problem solving masalah yang di
hadapkan pada siswa di rekayasa oleh guru.
b) Pelaksanaan
c) Penilaian
Penilaiannya dapat menggunakan metode tes dan non tes. Penilaian yang digunakan
berupa penilaian kognitif, sikap atau penilaian hasil kerja siswa. Jika penilaiannya
dalam bentuk kognitif maka dapat di nilai dengan menggunakan tes tertulis. Jika
penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap ataupun penilaian hasil kerja
maka pelaksanaan penilaiannya dengan pengamatan.