Anda di halaman 1dari 152

IMPLEMENTASI PROGRAM ETLE (ELECTRONIC TRAFFIC

LAW ENFORCEMENT) PADA KEPOLISIAN RESORT KOTA


PADANG

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Administrasi Publik Pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas

Oleh :
Muhammad Hafidz
1710841017

Pembimbing 1 : Dr. Hendri Koeswara, S.IP, M.Soc.Sc


Pembimbing 2 : Dr. Ria Ariany, M.Si

DEPARTEMEN ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023
ii
iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji syukur tak henti-hentinya hamba haturkan atas segala
limpahan rahmat yang Engkau berikan hingga saat ini ya Rabb, berkat rahmat dan
barokah Mu, hamba berhasil berada pada tahap ini.
Terimakasih yang sangat banyak untuk mama dan papa yang selalu memberikan
doa, kasih sayang, motivasi, support dan selalu memberikan semangat untuk
mewujudkan cita-citaku, bahkan tak ada kata terimakasih yang bisa menandingi
apa yang telah diberikan mama dan papa kepada apis. Berkat doa dan semangat
dari mama dan papa, apis bisa sampai pada tahap ini, Love you so Much mama
papa :’)
Untuk dosen pembimbingku, Pak HaKa dan Bu Ria, terimakasih banyak atas
semua bimbingan dan arahannya selama ini.
Terimakasih untuk teman-teman, AP 17 yang sama-sama melangkahkan kaki di
Universitas Andalas, mulai dari si dacul, raja, iim, godok, yan parli, jeri, eko,
afriyandi, toni, imam, bima, adam, arus, aldo, si bay, kibo, sanak farhan, fuji,
givan, nopal, wiza, yosep, si uul, pauzi, icaber, ina, mita, iklhas, asep, ratih aja,
adel, ainil, ade, eeng, ara, dea, dona, iva, lian, mia, rani, ratih srimelyani, sari,
radia, sintya, tia, vani, uja, willy, dinda, lala, feby, rara, milea, cia.
Terimakasih untuk teman-teman, adik-adik dan uda-uda yang telah bantu
mensupport saya, mulai dari di HMI : kembarankuh hasnah, dik ganteng ajri,
gilang, wahyu, buksek dan adik kita kiki, uda-uda don kito bang rei, kak vini, kak
caau, bang akmal, tum adji, bang galant, master nopal, bang meyzan, bang ilfa,
bang irfan, tum eldo, master eeng, kanda abel ebeb dinda, perdi ganteng, pa arif,
syawal, dik rifda, sarah ma bro, ebeb indah, ami, deni, dinda, evan, arya, aisya,
alfi, azis, dafa, dedek, deni, dika gacor, don sandy, sanak adit, tono gacor, disa,
dwiky barizta, eci, habib, jeje, arip, muti, novi,ulfa, dayang, bigel, awal, difa,
dapit, rangagah, sukma parlem, sheif, nabil, adinda willy, tum bibi, nadya, adik
sayang cii, dik eca, aca, amaik, dik ktg pikri, ade, ucil, riyan, nisa, adea citra, iput,

v
ipit, dino, tum kepin, kepin pilip, uda-uda wak bg guntur, bung khairul, salamat,
rahma, juni, sovia, adinda irfan,
Lalu teman-teman di PHP : Sahabat tasya, ketua abe, sekjend mamak, purti
koorwak, diki mandan wak, doko sipaling brewok, intan kokom, witri sipaling
bucin, titin sipaling baik laku, kak swanda intel, ayas sipaling gercep, ilham
sipaling aman, adiak awak aa, farel sekjend, dek fira, si butet, kak novi, kak ara,
bang adam, bang hemi, bang arik, bang yoeng, bang verlan, bang matus, bang
habib
Lalu teman-teman, adik-adik, kakak-kakak, dan abang-abang awak : ayang riri,
yora maniezzs, simay, lily, icel, fathonah, vini, azra, iki, audiva, aya, gharnish, si
anda, payang, sanak dani, dapa beni, aldy wardana, kak taik, bang ripal, bang
deden, bang yogi, resti, deby, fauzan, nana, sulay, marsel, uti, kak ripi, bang yogi.
And Special thanks for me, raga yang selalu kuat untuk begadang , mata yang

sangat kuat menahan rasa kantuk, tangan yang tak pernah henti mengetik dan

berdoa, kepala yang selalu berpikir keras, bahu yang mampu menahan segala

tanggungjawab, telinga yang sanggup menahan kritikan netizen, kaki yang selalu

kuat melangkahkan badan ke kampus, jiwa yang selalu kuat untuk bertahan, dan

hati yang tegar untuk bisa menenangkan segala keadaan. 

Terimakasih Banyak !!!

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas

limpahan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini yang berjudul “Implementasi Program ETLE (Electronic Traffic Law

Enforcement) Pada Kepolisian Resort Kota Padang” dengan baik, serta

shalawat dan salam teruntuk Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat

manusia dari zaman kegelapan sampai zaman yang berilmu pengetahuan seperti

saat sekarang.

Perjalanan panjang penulis dalam menyelesaikan skripsi telah selesai.

Semua ini tidak lepas dari peran dari berbagai pihak yang telah bersedia

menyediakan waktu dan kesempatan untuk membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu ucapan rasa dan terimakasih dan

penghargaan setinggi-tingginya penulis berikan kepada:

1. Kedua Orang Tua Penulis, Mama (Erna Nurmaningsih) dan Papa (Adi

Warman) yang telah mendidik dan membesarkan penulis dengan kasih

sayang tak terhingga. Terimakasih atas doa dan semangat yang telah

mengantarkan penulis samapai sekarang dan seterusnya.

2. Bapak Dr. Hendri Koeswara, S.IP, M.Soc.Sc selaku Ketua Departemen

Admnistrasi Publik dan Bapak Muhammad Ichsan Kabullah, S.IP, M.PA

selaku Sekretaris Departemen Administrasi Publik FISIP UNAND.

3. Bapak Dr. Hendri Koeswara, S.IP, M.Soc.Sc selaku pembimbing I dan

Ibuk Dr. Ria Ariany, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan

vii
arahan, bimbingan, dan masukan pada proses penulisan skripsi sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

4. Bapak Malse Yulivestra, S.Sos, M.AP., Bapak Muhammad Ichsan Kabullah,

S.IP, M.PA., Bapak Drs. Yoserizal, M.Si., dan Ibuk Kusdarini, S.IP, M.PA.

selaku tim penguji skripsi yang telah memberikan kritikan, masukan, dan

saran demi penyempurnaan penulisan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Departemen Administrasi Publik, serta dosen

pengajar lainnya pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Andalas yang telah mendidik serta memberikan ilmu pengetahuan kepada

penulis selama duduk di bangku perkuliahan.

6. Bapak dan Ibu staf bagian akademik pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Andalas yang telah membantu penulis dalam urusan

administrasi terkait penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Ade Wiranata selaku ETLE Polresta Padang yang telah bersedia

menjadi informan, memberikan banyak informasi yang bermanfaat terkait

penulisan skripsi ini.

8. Bapak Apriandi Putra selaku Enterprise POS Indonesia Regional Padang

yang bersedia menjadi informan dalam memberikan banyak informasi

dalam penulisan skripsi ini.

9. Bapak Medi Eka Putra selaku Staff Kejaksaan Negeri Padang yang

bersedia menjadi informan dalam memberikan banyak informasi dalam

penulisan skripsi ini.

viii
10. Ibuk Sri Rahmi Ananda selaku Staff Bank BRI KC Padang yang bersedia

menjadi informan dalam memberikan banyak informasi dalam penulisan

skripsi ini.

11. Ibuk Dewi Suryani selaku Kasubdit Gakkum Ditlantas Kapolda Sumatera

Barat yang bersedia menjadi informan dalam memberikan banyak

informasi dalam penulisan skripsi ini.

12. Seluruh Teman-teman, Adik-adik, Uda-uda, dan Uni-uni Mahasiswa

Departemen Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

khususnya Angkatan 17. Jaya dan sukses selalu dimanapun teman-teman

berada.

13. Seluruh Teman-teman, Adik-adik, Uda-uda, dan Uni-Uni HMI Komisariat

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas. Semoga doa terbaik

selalu mengiringi kalian dimanapun itu.

14. Seluruh Teman-teman Dinasti Tirani, kalian luar biasa, semoga sukses

selalu kita bersama. Alerta! Alerta! Alerta!

15. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga segala

kebaikan dan pertolongan semuanya mendapat berkah dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh

karena itu segala bentuk kritikan, saran, dan masukan sangat berarti bagi penulis.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan di

masa yang akan datang.

ix
Padang, 1 Mei 2023

Penulis

Muhammad Hafidz

NIM. 1710841017

x
Abstrak
Muhammad Hafidz, No BP 1710841017, Implementasi Program
ETLE Pada Kepolisian Resort Kota Padang. Jurusan Administrasi Publik,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Andalas, Padang, 2023,
Dibimbing Oleh : Dr. Hendri Koeswara, S.IP., M.Soc.Sc. dan Dr. Ria Ariany,
M.Si. Skripsi ini terdiri dari 130 halaman dengan referensi 10 buku teori, 4
buku metode, 6 skripsi, 2 jurnal, 6 peraturan, dan 16 website internet.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana implementasi
program ETLE pada Kepolisian Resort Kota Padang. Penelitian ini
dilatarbelakangi oleh Polresta Padang sebagai satu-satunya kepolisian dalam
tingkat kabupaten atau kota yang menjalankan program ETLE. Pelaksanaan ETLE
ini juga dimulai launching pada awal tahun 2021. Lalu jumlah angka kecelekaan
serta jumlah kendaraan yang bertambah menjadi latar belakang peneliti
mengangkat penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe deskriptif.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi.
Pemilihan informan yang digunakan yaitu purposive sampling. Lalu teknik
keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi sumber. Kajian ini
menggunakan teori dari Van Mater dan Van Horn yaitu standar dan sasaran tujuan
kebijakan, sumber daya, karakteristik agen pelaksana, komunikasi antar organisasi
dan penyelenggara kegiatan, sikap atau kecenderungan para pelaksana, dan
kondisi sosial, ekonomi dan politik.
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti temukan dilapangan maka,
dapat disimpulkan bahwa implementasi Program ETLE pada Kepolisian Resort
Kota Padang sudah terlaksana namun belum optimal. Masih ada beberapa kendala
yang terjadi dalam implementasi program ETLE, berupa masih kurangnya sumber
daya CCTV yang tersedia, sehingga belum menjangkau keseluruhan lingkup Kota
Padang. Lalu kurangnya kesadaran hukum dari masyarakat dalam mematuhi
aturan berlalu lintas, sehingga banyak terjadi permasalahan.
Kata kunci : Implementasi, Program, ETLE

i
Abstract

Muhammad Hafidz, BP No. 1710841017, Implementation of the


ETLE Program at the Padang City Resort Police. Department of Public
Administration, Faculty of Social and Political Sciences, Andalas University,
Padang, 2023, Supervised by: Dr. Hendri Koeswara, S.IP., M.Soc.Sc. and Dr.
Ria Ariany, M.Sc. This thesis consists of 130 pages with references to 10
theory books, 4 method books, 6 thesis books, 2 journals, 6 regulations, and
16 internet websites.
This aim of study to describe how the implementation of the ETLE
program at the Padang City Resort Police. The background of this research is the
Padang Police as the only police at the district or city level that runs the ETLE
program. The implementation of the ETLE will also begin launching in early
2021. Then the number of accidents and the increasing number of vehicles is the
background for the researchers to raise this research.
This research used a qualitative approach with a descriptive type. Data
collection techniques were carried out by interviews and documentation. The
selection of informants used was purposive sampling. Then the data validity
technique used is source triangulation. This study used theories from Van Mater
and Van Horn, namely standards and objectives of policy objectives, resources,
characteristics of implementing agents, communication between organizations and
activity organizers, attitudes or tendencies of implementers, and social, economic
and political conditions.
Based on the research results that the researchers found in the ground, it
can be concluded that the implementation of the ETLE Program at the Padang
City Resort Police has been carried out but has not been optimal. There are still
several obstacles that occur in the implementation of the ETLE program, in the
form of a lack of available CCTV resources, so that it has not yet reached the
entire scope of the City of Padang. Then the lack of legal awareness from the
community in obeying traffic rules, so many problems occur.

Keywords: Implementation, Program, ETLE

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................19
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................19
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................19
1.4.1 Manfaat Teoritis...........................................................................19
1.4.2 Manfaat Praktis.............................................................................19
BAB II...................................................................................................................21
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................21
2.1 Studi Penelitian Relevan..........................................................................21
2.2 Teori dan Konsep.....................................................................................36
2.2.1 Kebijakan Publik..........................................................................36
2.2.2 Implementasi Kebijakan Publik...................................................40
2.2.3. Implementasi Kebijakan Van Metter dan Van Horn................49
2.2.3.1. Policy Standards And Objectives..............................................50
2.2.3.2. Policy Resources.......................................................................51
2.2.3.3. The Characteristics Of The Implementing Agencies................52
2.2.3.4. The Disposition Of Implementors.............................................53
2.2.3.5. Interorganizational Communication and Enforcement Activities
54
2.2.3.6. Economic, Social, And Political Conditions.............................55
2.3 Skema Pemikiran.....................................................................................53
2.4 Definisi Konsep.......................................................................................54
2.5 Definisi Operasional................................................................................54

iii
BAB III..................................................................................................................58
METODE PENELITIAN....................................................................................58
3.1 Pendekatan Penelitian dan Desain Penelitian..........................................58
3.2 Teknik Pengumpulan Data.......................................................................59
3.2.1 Wawancara...................................................................................59
3.2.2 Dokumentasi.................................................................................60
3.3 Teknik Pemilihan Informan.....................................................................61
3.4 Peranan Peneliti.......................................................................................62
3.5 Proses Penelitian......................................................................................62
3.6 Unit Analisis............................................................................................64
3.7 Teknik Analisis Data...............................................................................64
3.8 Teknik Keabsahan Data...........................................................................65
BAB IV..................................................................................................................68
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN................................................................68
4.1 Gambaran Umum Kota Padang....................................................................68
4.3 PT Pos Indonesia..........................................................................................72
4.4 Bank BRI......................................................................................................74
4.5 Kejaksaan Negeri Padang.............................................................................76
BAB V....................................................................................................................79
TEMUAN DAN HASIL.......................................................................................79
5.1 Implementasi Program ETLE (Electronic Traffict Law Enforcement) Pada
Kepolisian Resort Kota Padang..........................................................................79
5.1.1 Standar dan Sasaran Kebijakan.................................................................81
5.1.1.1 Jelas dan Terukur......................................................................82
5.1.1.2 Keadilan....................................................................................85
5.1.2 Sumber Daya.............................................................................................88
5.1.2.1 Sumberdaya Manusia...................................................................89
5.1.2.2 Sumber Daya Non Manusia.........................................................93
5.1.3 Karakteristik Organisasi............................................................................98
5.1.3.1 Struktur Organisasi......................................................................98
5.1.3.2 Norma-Norma............................................................................100

iv
5.1.3.3 Pola-Pola Hubungan yang Terjadi di Dalam Organisasi...........102
5.1.4 Komunikasi Antar Organisasi dan Penyelenggara Kegiatan..................104
5.1.5 Sikap atau Kecenderungan Pelaksana (Disposisi)...................................109
5.1.5.1 Respon Implementor Terhadap Kebijakan................................110
5.1.5.2 Kognisi.......................................................................................112
5.1.6 Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Politik.....................................................114
5.1.6.1 Kondisi Sosial............................................................................114
5.1.6.2 Kondisi Ekonomi.......................................................................116
5.1.6.3 Kondisi Politik...........................................................................117
5.2 Kinerja Kebijakan.......................................................................................118
BAB VI................................................................................................................122
PENUTUP...........................................................................................................122
6.1 Kesimpulan.................................................................................................122
6.2 Saran...........................................................................................................123
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................124
LAMPIRAN........................................................................................................128

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Jumlah Kendaraan Bermotor di Indonesia

Tabel 1. 2 Angka Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia

Tabel 1. 3 Data Penyebaran CCTV Program ETLE Tahap Pertama

Tabel 1. 4 Data Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas dan Kecelakaan Lalu Lintas
Wilayah Metro Jaya

Tabel 1. 5 Data Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Kabupaten/Kota di


Provinsi Sumatera Barat (Unit) Tahun 2021

Tabel 1.6 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Kota Padang

Tabel 1. 7 Data Pelanggaran Lalu Lintas di Kota Padang 2021 s/d 2022

Tabel 1.8 Jumlah Pelanggaran ETLE Pada Tahun 2023 Bulan Januari-April

Tabel 2. 1 Perbandingan Penelitian Yang Relevan................................................34

Tabel 2. 2 Definisi Operasional.............................................................................55

Tabel 3. 1 Data Penelitian Melalui Metode Dokumentasi 61

Tabel 3. 2 Informan Penelitian...............................................................................62

Tabel 3.3 Proses Penelitian....................................................................................63

Tabel 3. 4 Informan Triangulasi............................................................................67

Tabel 5.1 Daftar Nama Petugas ETLE Polresta Kota Padang...............................90

Tabel 5.2 Inventaris Sarana Prasarana Bagian ETLE............................................93

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Data Pelanggaran Lalu Lintas DIY......................................................8

Gambar 2. 1 Tahapan Kebijakan Publik 39

Gambar 2.2 Implementasi Kebijakan Van Metter & Van Horn 50


Gambar 2.3 Kerangka Berpikir 53
Gambar 4.1 Peta Kota Padang...............................................................................69

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Polresta Padang..................................................71

Gambar 5.1 Bagan Alur Mekanisme ETLE...........................................................81

Gambar 5.2 Titik Lokasi Kamera CCTV ETLE di Padang...................................94

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jalan raya merupakan prasarana utama yang menunjang transportasi darat,

dengan kata lain jalan raya dapat menunjang berbagai kegiatan dan kebutuhan

manusia untuk kepentingan mobilitas hingga mencapai tujuan ekonomi.

Keberadaan jalan raya sebagai prasarana transportasi dalam kegiatan ekonomi

berfungsi sebagai penguhubung pemerataan perekonomiaan. Fungsi non ekonomi

termasuk sebagai integritas bangsa, prasarana pertukaran budaya ataupun sebagai

pendukung mobilitas dari masyarakat.

Untuk mendukung transportasi darat tersebut maka dibutuhkan lalu lintas

yang baik dalam pengelolaan tersebut. Menurut UU No 22 Tahun 2009 lalu lintas

merupakan gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas. Ruang lalu lintas gerak

merupakan prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan,orang, dan

atau barang yang berupa jalan dan fasilitas penumpang.

Tahun 2020 terhitung sebanyak 136,408 Juta dengan pengguna kendaraan

bermotor di Indonesia.1 Hal ini tertuag pada table berikut :

Tabel 1. 1 Jumlah Kendaraan Bermotor di Indonesia


Tahu Motor Mobil Angkutan Bus Jumlah
n (Juta Unit) (Juta Unit) Barang (Juta Unit)
(Juta Unit)
2020 115.02 15.80 5.08 0.23 136.13
2019 112.77 15.59 5.02 0.23 133.61
2018 106.66 14.83 4.80 0.23 126.52
Sumber: Statistik Transportasi Darat Tahun 2020

1
BPS, Statistik Transportasi Darat, BPS RI, 2021, hlm 26

1
Tabel 1.1 menjelaskan bahwa dari Tahun 2018 s/d 2020 jumlah kendaraan

bermotor meningkat tiap tahunnya dengan angka tertinggi 136.13 juta unit yang

terdapat di Tahun 2020. Artinya ada banyak kendaraan yang harus lebih

diperhatikan dalam lalu lintas yang ada di Indonesia ini.

Penambahan kendaraan bermotor ini akan mengakibatkan banyaknya

kendaraan yang harus diperhatikan. Apabila kendaraan-kendaraan ini tidak

diperhatikan maka akan mengakibatkan berbagai macam permasalahan seperti

kemacetan atau terhentinya mobilitas dari kendaraan, dan juga meningkatnya

jumlah kecelakaan yang terjadi. Data angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia

terlihatpada table dibawah ini :

Tabel 1. 2 Angka Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia


No Tahun Jumlah Kecelakaan
2 2018 107.968
3 2019 116.411
4 2020 100.028
5 2021 103.645
Sumber: Kepolisian Republik Indonesia, 2022

Angka kecelakaan lalu lintas pada Tahun 2019 mencapai 116.411 kasus dan

Tahun 2020 menurun drastis menjadi 100.028 kasus dan Tahun 2020 ini

merupakan Tahun dimana kasus kecelakaan lalu lintas terendah se Indonesia,

kemudian di Tahun 2021 mengalami peningkatan kembali dari Tahun sebelumnya

yaitu 103.645 kasus. Kasus kecelakaan Tahun 2021 telah menewaskan 25.266

korban jiwa dengan kerugian materi mencapai 246 miliar. Sementara jumlah

korban luka berat akibat lalu lintas terdapat sebanyak 10.553 orang dan korban

2
luka ringan sebanyak 117.913 orang. Kasus kecelakaan lalu lintas yang paling

tinggi adalah sepeda motor dengan persentase 73%.2

Disamping itu semua masih banyak yang akan berakibat ketika tingginya

jumlah kendaraan yang terjadi seperti banyaknya pelanggaran lalu lintas dalam

berkendara, baik pengendara motor ataupun mobil yang terjadi dalam lalu lintas.

Polisi sebagai intitusi yang mengatur jalanan lalu lintas adalah posisi yang penting

untuk menindak orang-orang yang melakukan pelanggaran tersebut agar

terciptanya lalu lintas yang tertib. Pelanggaran yang terjadi di jalan akan

dilakukan penindakan yang akrab kita panggil dengan proses tilang. Proses tilang

ini tentu bertujuan untuk menekan angka pelanggaran lalu lintas dan juga

mencoba untuk menertibkan berbagai kendaraan yang dalam lalu lintas.

Pelaksanaan tilang manual dilakukan dalam beberapa tahapan yang harus

dilakukan oleh pihak kepolisian mulai dari kejadian Pengemudi dinyatakan

bersalah melaggar lalu lintas, dan kemudian polisiaka memberhentikan kendaraan

dan meneragkan kepada pengendara dengan sopan terkait pelanggaran yang telah

dilakukan, selanjutnya kepolisian memeriksa surat kendraan bermotor, selanjutnya

kepolisian memberi blangko pelaggara yang berwarna biru, berisi penetapan

sidang di pengadilan, kemudian pelanggar juga harus membayarkan denda.

Namun dalam pelaksanaan di lapangan ketika pengendara melakukan

pelanggaran seringkali berujung dengan istilah damai di tempat dengan

meninggalkan uang denda kepada pihak kepolisian tanpa diberikan surat tilang

kepada pelanggar lalu lintas tersebut. Keluhan dari masyarakat terkait pelayanan

2
Lihat https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/24/angka-kecelakaan-lalu-lintas-di-
indonesia-meningkat-di-2021-tertinggi-dari-kecelakaan-motor diakses pada tanggal 29 Juli 2022

3
yang didapat dari Kepolisian dengan sistem tilang manual cenderung mengarah

pada kejadian masalah profesionalisme pihak kepolisian, istilah damai ditempat

sehingga sulit terwujudnya pelayanan yang akuntabel, responsif, professional,

transparansi, mudah, murah dan cepat serta tidak mempersulit karena praktek

penilangan yang dilakukan oleh Kepolisian. Masyarakat semakin kritis dan cerdas

dalam menuntut haknya. Secara jelas dibuktikan dengan laporan dari masyarakat

kepada Ombudsman RI bahwa di Tahun 2021 Ombudsman menerima 699 laporan

untuk Kepolisian dan merupakan laporan terbanyak dibandingkan

instansi/lembaga lainnya dan 115 laporan telah diselesaikan oleh Ombudsman.3

Selain itu semua, budaya masyrakat yang masih rendah untuk mematuhi

aturan lalu lintas juga sangat rendah. Masyrakat hanya mematuhi lalu lintas ketika

hanya ada polisi yang sedang melakukan razia dijalan saja, pengendara motor

hanya menggunakan helm ketika ada polisi, pengendara mobil hanya

menggunakan sabuk pengaman ketika hanya ada polisi. Oleh karenanya butuh

sebuha program ataupun inovasi yang bisa mengatasi masalah-masalah tersebut.

Maka hadirlah sebuah inovasi program yang bertujuan untuk untuk menertibkan

lalu lintas, memantau masyrakat melakukan lalu lintas dengan baik serta

menekankan angka adanya pungli dan penggunaan superpower kekuasaan yang

dimiliki oleh polisi untuk menangkap sembarangan orang dijalanan.

ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement)adalah pengenalan sistem

tilang baru sebagai hasil perkembangan teknologi untuk mendeteksi segala macam

pelanggaran lalu lintas dengan sarana elektronik instrumen digital

3
https://ombudsman.go.id/news/r/ombudsman-kepolisian-paling-banyak-dilaporkan-sepanjang-
2020 diakses pada tanggal 26 Juli 2022

4
yaknicameraCCTV dalammendukung ketertib-an umum untuk berlalulintas.4

Terdapat ketidaktertiban masyarakat dalam berlalu lintas menjadi faktor penyebab

terciptanya program ETLE. Ketidaktertiban masyarakat berupa pelanggaran lalu

lintas yang dilakukan masyarakat. Program ETLE ini termasuk kedalam 16

Program Prioritas Polri dalam bidang perubahan teknologi Kepolisian modern di

era Police 4.0

ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement) dari Kepolisian sebagai upaya

penyambutan revolusi industri 4.0 dan sebagai pembaharuan dalam pelayanan

publik agar pelayanan dapat diakses secara mudah oleh masyarakat sesuai dengan

aturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia Instruksi Presiden Nomor 3

Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan electronic

government.5 Program ETLE ini tercermin pada Undang-Undang No 22 Tahun

2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Namun undang-undang ini tidak

membahas secara komprehensif dan detail persoalan ETLE ini.

Penindakan pelanggaran lalu lintas merupakan tindakan yang dilakukan

oleh penyidikan Kepolisian RI atau penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang lalu

lintas dan angkutan jalan terhadap pelanggaran lalu lintas dan angkutan jalan. 6

Diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2012 tentang

4
Novendi, Puja Saputra, Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE) dan Permasalahannya, Jurnal
Info Singkat, Vol. XIII, No. 7, April 2021, hlm. 2
5
Afifur, Rahman, Implementasi Kebijakan Electronic Government Melalui Aplikasi Electronic
Bukti Pelanggaran (E-Tilang) Pada Satuan Polisi Lalu Lintas Kepolisian Resor Kota Besar Medan,
Skripsi Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sumatera Utara, 2020, hlm. 2
6
Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan
Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

5
Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaran

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.7

Pelaksanaan ETLE ini dimulai dengan penggunaan alat teknologiberupa

CCTV yang didalamnya berupa Automatic Number Plate Recognition (ANPR)

yang berguna menangkap segala bentuk pelanggaran lalu lintas secara atomatis

dengan deteksi data pelanggar melalui Tanda Nomor Kendaraan Bermotor

(TNKB). Hasil captureatau potret dari program ETLE dinyatakan sebagai alat

bukti petunjuk yang langsung dikirim ke Back Office ETLE, yang seterusnya akan

divalidasi oleh tim ETLE. Selanjutnya orang-orang yang dinyatakan memang

melakukan pelanggaran kemudian akan dicari datanya melalui Electronic

Registration and Identification (ERI). Selanjutnya pihak kepolisian akan

membuatkan surat pelanggaran dan akan dikirimkan kepada masing-masing

pelanggar, pengiriman surat pelanggaran ini nantinya akan dibantu oleh PT.Pos

Indonesia.

Pelaksanaan program ETLE ini sudah dilakukandi 12 Polda yang terdiri

dari Polda Metro Jaya, Polda Jabar, Polda Jateng, Polda Jatim, Polda Jambi, Polda

Sumut, Polda Riau, Polda Banten, Polda DIY, Polda Lampung, Polda Sulsel, dan

Polda Sumbar. Jumlah CCTV yang akan dioperasikan oleh program ETLE

(Electronic Traffic Law Enforcement) sebanyak 244 CCTV. Penerapan 244

CCTV tersebar di 12 Polda dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

7
Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan
Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

6
Tabel 1. 3 Data Penyebaran CCTV Program ETLE Tahap Pertama
No Polda Jumlah
Pemasangan
CCTV
(Titik)
1 Polda Metro Jaya 98
2 Polda Riau 5
3 Polda Jawa Timur 55
4 Polda Jawa Tengah 10
5 Polda Sulawesi Selatan 16
6 Polda Jawa Barat 21
7 Polda Jambi 8
8 Polda Sumatera Barat 10
9 Polda Daerah Istimewa Yogyakarta 4
10 Polda Lampung 5
11 Polda Sulawesi Utara 11
12 Polda Banten 1
Sumber: Korlantas Polri

Pada tahapan pertama program ETLE dipasang di 12 Polda dengan 244

titik CCTV yaitu 98 titik di Polda Metro Jaya, 5 titik di Polda Riau, 55 Titik di

Polda Jawa Timur, 10 titik di Polda Jawa Tengah dan 16 titik di Polda Sulawesi

Selatan, 12 titik di Polda Jawa Barat, 8 titik di Polda Jambi, 10 titik di Polda

Sumatera Barat, 4 titik di Polda Daerah Istimewa Yogyakarta, 5 titik di Polda

Lampung, 11 titik di Polda Sulawesi Utara dan 1 titik di Polda Banten.8

Tahun 2021 awal hanya tiga Polda yang sudah sampai pada tahap

implementasi program ETLE, tiga polda yang dimaksud yaitu yaitu Polda Metro

Jaya, Polda Daerah Istimewa Yogyakarta dan Polda Jawa Timur, sedangkan 9

Polda lagi sampai pada tahap sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang

program ETLE.9

8
Lihat https://www.antaranews.com/berita/2059590/etle-dan-pembuktian-kerja-kapolri diakses
pada tanggal 30 Juli 2022
9
Novendi, Puja Saputra, Op.cit, Hlm 1

7
Salah satu daerah yang menerapkan program ETLE yaitu Daerah Istimewa

Yogyakarta. Terdapat keberhasilan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam

menerapkan program ETLE. Berdasarkan data dari Kepolisian Republik

Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta bahwa jumlah pelanggaran lalu lintas

Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2018-2022 sebagai daerah yang menerapkan

program ETLE seperti gambar berikut.

Gambar 1. 1 Data Pelanggaran Lalu Lintas DIY

Sumber: Kepolisian RI DIY Tahun 2021

8
Sebelum diterapkan ETLE di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2018

terjadi peningkatan pelanggaran lalu lintas sebanyak 404.250.000, kemudian

terjadi penurunan pada Tahun 2019 dan 2020, Tahun 2019 angka pelanggaran lalu

lintas menurun menjadi 173.591 dan di Tahun 2020 menurun menjadi 74.819. Hal

yang menarik dari data pelanggaran ini adalah setelah diberlakukannya sistem

ETLE di Tahun 2021 dengan angka pelanggaran menjadi 29.615 kemudian terjadi

penurunan kembali di Tahun 2022 pada angka 15.558.10

Wilayah Polda Metro Jaya penerapan program ETLE dikarenakan atas

beberapa pertimbangan masalah yang terjadi salah satunya jumlah pelanggaran

lalu lintas dari Tahun 2017 s/d 2019 mengalami peningkatan setiap Tahunnya, hal

ini dapat dilihat dalam tabel 1.4 dibawah ini:

Tabel 1. 4 Data Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas dan Kecelakaan Lalu


Lintas Wilayah Metro Jaya
No Tahun Jumlah Jumlah
Pelanggaran Lalu Kecelakaan Lalu
Lintas Lintas (Kasus)
1 2017 1.324.101 8.204
2 2018 1.617.566 5.903
3 2019 1.698.271 8.877
Sumber: Laporan Tahunan Subdit Gakkum Direktorat Lalu Lintas
Polda Metro Jaya Tahun 2017 s.d 2019

10
Lihat http://bappeda.jogjaprov.go.id/dataku/data_dasar/chart/4803 diakses pada tanggal 26 Juli
2022

9
Mulai dari Tahun 2017 jumlah pelanggaran lalu lintas sebanyak 1.324.101

pelanggaran, kemudian Tahun 2018 mengalami peningkatan menjadi 1.617.566

pelanggaran, dan Tahun 2019 kembali mengalami peningkatan sebanyak

1.698.271 pelanggaran. Selain itu juga karena masalah jumlah kecelakaan lalu

lintas Tahun 2018 sebanyak 5.903 kasus, kemudian mengalami peningkatan pada

Tahun 2019 sebanyak 8.877 kasus.11Tahun 2020 angka kecelakaan lalu

lintasberkurang menjadi 8.204 kasus.12 Setelah diterapkan Program ETLE pada

Polda Metro JayaMaret 2021 tercatat pelanggaran ETLE menjadi 1.503

pelanggaran berhasil menurunkan angka pelanggaran sebesar.13

11
Laporan Tahunan Subdit Gakkum Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya Tahun 2017 s.d 2019
12
Lihat https://megapolitan.kompas.com/read/2021/09/20/11104201/polda-metro-jaya-catat-19-
juta-pelanggaran-lalu-lintas-di-jakarta?page=all diakses pada tanggal 29 Juli 2022
13
Lihat https://potensibisnis.pikiran-rakyat.com/news/pr-691659603/polda-metro-jaya-etle-
turunkan-angka-pelanggaran-642-persen diakses pada tanggal 29 Juli 2022

10
Penerapan ETLE di Jawa Timur mampu mengakibatkan penurunan

pelanggaran lalu lintas setiap Tahunnya. Diterapkan program ETLE Tahun 2021

maka terjadi penurunan jumlah pelanggaran menjadi 77.492 pelanggaran,

dibandingkan Tahun sebelumnya di Tahun 2018 mencapai 1.300.000

pelanggaran. Penindakan pelanggaran secara aktif perlu dilakukan dari kepolisian

sehingga masyarakat lebih berhati-hati dalam berkendara dan mematuhi aturan

lalu lintas. Denda yang masuk dibayarkan oleh masyarakat Jawa Timur sekitar

400 Juta.14Ketiga Polda yang menerapkan program ETLE di Indonesia sudah

berhasil mengurangi tingginya tingkat pelanggaran dari Tahun-Tahun

sebelumnya, selain itu penerapan program ETLE tersebut juga berhasil

mengurangi tingkat fatalitas kecelakaan.

Secara umum program ETLE dapat meningkatkan pendapatan negara

sebesar 639 miliar dari denda program ETLE dari jumlah tilang ETLE yang

diproses sebanyak 1.771.242 pelanggaran. Hal ini jauh lebih efektif dari Tahun

sebelum menerapkan ETLE karena hanya mampu memperoleh denda sebesar

53,67 miliar dengan jumlah tilang 120.733 pelanggaran. Hal ini menjadi alasan

perlu diperluasnya implementasi program ETLE untuk provinsi lainnya untuk

peningkatan pendapatan negara dan mengurangi jumlah pelanggaran lalu lintas

dan mengurangi tingkat fatalitas kecelakaan. Beberapa penelitian terdahulu yang

meneliti mengenai program ETLE.

Uraian diatas menjelaskan implementasi kebijakan sebagai pelaksanaan

kebijakan untuk mencapai sasaran dari kebijakan tersebut. Perkembangan

14
Lihat https://korlantas.polri.go.id/news/dirlantas-polda-jatim-ingatkan-pengendara-untuk-tertib-
berlalu-lintas/ diakses pada tanggal 30 Juli 2022

11
implementasi program ETLE di Indonesia, setelah 3 Polda menerapkan program

ETLE, menyusul polda lainya dalam pelaksanaan kebijakan program ETLE

(Electronic Traffic Law Enforcement). Hingga Juni 2022 terdapat 20 Polda yang

menerapkan program ETLE. Salah satunya yaitu Polda Sumatera Barat. Dapat

dilihat dari tabel berikut bahwasanya jumlah kendaraan di Sumatera Barat

tertinggi di Kota Padang yakni sebagai berikut :

Tabel 1. 5 Data Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Kabupaten/Kota di


Provinsi Sumatera Barat (Unit) Tahun 2021
Kabupaten/ Mobil Bus Truk Sepeda Jumlah

Kota Penumpang Motor

Kepulauan 25 184 39 1396 1644

Mentawai

Pesisir 848 7181 3160 39778 50967

Selatan

Solok 966 7388 4131 38888 51373

Sijunjung 693 4694 2210 23043 30640

Tanah Datar 1353 9094 4130 47438 62015

Padang 1044 7613 2926 43316 54899

Pariaman

Agam 2189 13272 4540 65565 85566

Lima Puluh 1299 7868 4522 50973 64662

Kota

Pasaman 441 4139 1787 22813 29180

Solok 430 2979 1121 17272 21802

12
Selatan

Dharmasray 933 6056 2390 24638 34017

Pasaman 998 6751 2338 35384 45471

Barat

Kota Padang 12378 69848 21646 182641 286513

Kota Solok 945 4680 1575 15944 23144

Kota 417 2510 1101 13291 17319

Sawahlunto

Kota Padang 498 3357 832 10199 14886

Panjang

Kota 1955 9595 2540 25388 39478

Bukittinggi

Kota 1404 6771 2645 26140 36960

Payakumbuh

Kota 550 3517 705 14592 19364

Pariaman

Sumatera 29366 177497 64338 698699 696900

Barat

Sumber :Badan Pusat Statistik, Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut


Kabupaten/Kota diProvinsi Sumatera Barat(Unit) Tahun 2021.15

15
Diakses di https://bps.go.id pada tanggal 23 maret 2023 pada pukul 21:59

13
Tabel Diatas dapat kita saksikan bahwasanya Kota Padang merupakan

kota dengan pengguna dalam bentuk unit kendaraan yang ada di Kota Padang, hal

ini menjadikan perlu pantauan khusus dan lebih intensif agar dapat dikelola

dengan baik dalam hal pola lalu lintasnya. Hal tersebut juga seiringan dengan

jumlah data kecelekaan lalu lintas, yang peneliti temukan dalam bentuk data

tabel seabgai berikut, yakni :

Tabel 1.6 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Kota Padang


Bula Luka Berat Meninggal Luka Ringan Jumlah Kecelekaan

n 2016 2018 202 2016 2018 202 2016 2018 202 2016 2018 2021

1 1 1

Jan 12 10 6 3 6 5 45 69 102 36 52 65

Feb 29 11 7 5 2 9 112 81 86 65 58 62

Mar 14 13 2 7 4 4 40 89 62 65 62 44

Apr 23 21 5 3 7 11 57 85 90 61 67 63

Mei 25 7 2 6 6 4 43 56 76 44 39 53

Jun 23 4 10 5 5 5 31 74 94 44 44 68

Jul 28 6 1 5 3 2 36 74 50 43 54 42

Agu 30 8 4 9 10 6 45 86 79 51 68 52

Sep 47 4 5 4 8 3 36 69 77 55 50 56

Okt 23 8 2 7 4 2 34 97 79 34 60 53

Nov 15 4 6 3 8 2 41 79 108 36 60 60

Des 41 4 6 2 8 5 43 62 82 45 49 69

Jmlh 31 100 56 59 71 60 563 808 976 579 663 687

14
Sumber :Badan Pusat Statistik, Jumlah Angka Kecelekaan Kota Padang

Tahun 2016-2021.16

Tabel diatas menunjukkan adanya penambahan jumla angka kecelakaan

yang terjadi di Kota Padang, Hal ini menjadi penting untuk mendapatkan

perhatian lebih dari pihak kepolisian dalam memantau jalanya tata kelola lalu

lintas yang baik. Penting juga untuk diperhatika hadirnya ETLE di Kota Padang

mejadi langkah awal mengelola lalu lintas menjadi lancar dan aman.

Program ETLE mulai dilaksanakan di Sumatera Barat sejak 15April 2021

terpusat hanya di Kota Padang sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Barat.

Pemilihan Kota Padang sebagai lokus peneliti dikarenakan Kota Padang satu-

satunya Polresta yang menjalankan program dari implementasi ETLE ini.

Sebelum menerapkan program ETLE maka Polresta Padang terlebih dahulu

melakukan sosialisasi sekaligus launching kepada masyarakat mulai dari Januari

2021 hingga 14 April 2021. Tanggal 15 April 2021 sudah diterapkan program

ETLE dengan pemberlakuan denda tilang.Aktor yang bertugas dalam

menjalankan program ETLE terdiri dari 6 orang yang bertugas dalam melakukan

penindakan.

Salah satunya penerapan ETLE di Polresta Padang mencatat terjadi

pelanggaran lalu lintas di Kota Padang pada periode 2021 s/d 2022. Hal ini dapat

dilihat dalam tabel 1.6 dibawah ini:

Tabel 1. 7 Data Pelanggaran Lalu Lintas di Kota Padang 2021 s/d 2022
No Pelanggaran 2021 2022
1 Tidak Menggunakan Helm 19.942 20.667
16
Diakses di https://bps.go.id pada tanggal 23 maret 2023 23:04

15
2 Tidak Memakai Sabuk 11.460 975
3 Pelanggaran Putar Balik 4.768 7.193
Jumlah Pelanggaran 36.170 28.835
Sumber: Diolah oleh Peneliti

Tabel diatas menunjukkan bahwa pelanggaran paling tinggi karena

pengendara tidak menggunakan helm sebanyak 19.942 pada tahun 2021 dan

meningkat pada tahun 2022 sebanyak 20.667 pelanggar, dan pelanggaran putar

balik sebanyak 4.768 pada tahun 2021 dan meningkat pada tahun 2022 sebanyak

7.193 , selanjutnya pelanggaran tidak menggunakan sabuk sebanyak 11.460

pelanggaran pada tahun 2021 dan terjadi penurunan pada tahun 2022 sebanyak

975 pelanggar. Dalam lingkup Nasional bahwa terdapat 10 prioritas pelanggaran

lalu lintas yaitu: pelanggaran traffic light, pelanggaran marka jalan, pelanggaran

ganjil genap, pelanggaran menggunakan ponsel, pelanggaran melawan arus,

pelanggaran tidak menggunakan helm, pelanggaran keabsahan STNK,

pelanggaran tidak menggunakan sabuk pengaman dan pelanggaran pembatasan

jenis kendaraan. Namun hanya 3 jenis pelanggaran yang dapat ditangkap oleh

CCTV Polresta Padang, dikarenakan CCTV yang digunakan masih belum

memiliki teknologi yang bisa menangkap 7 prioritas program yang lain.

“Konsekuensi yang didapat oleh pelanggar lalu lintas apabila


program ETLE tidak diindahkan oleh pelanggar lalu lintas maka
kepolisian Polresta Padang akan memblokir STNK. Sejauh ini dalam tahap
implementasi program ETLE di Polresta Kota Padang sudah memblokir 36
STNK karena tidak mengindahkan konfirmasi. (Wawancara dengan Bapak
Ade Wiranata, Petugas ETLE Polresta Padang pada tanggal 5 September
2022)”.17

Implementasi kebijakan program ETLE di Kota Padang terlihat

permasalahan penerapan kebijakan program ETLE yaitu belum memadai sarana


17
Wawancara dengan Bapak Ade Wiranata, Selaku Prugas ETLE Polresta Padang pada tanggal 5
September 2022

16
prasarana seperti kamera pengawas (CCTV) yang dipasang hanya terdapat di 10

titik yang menjadi titik fokus pantauan program ETLE. 10 titik mayoritas berada

dipersimpangan jalanseperti Simpang Polresta Padang, Simpang Mandiri

(Simpang Kandang), Simpang Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumbar, Simpang

Ujung Gurun, Simpang Masjid Raya Sumbar, satu persimpangan di pasang 2

CCTV. Dengan kondisi Kota Padang yang terdiri dari 11 Kecamatan hanya jalur

protokol disepanjang jalur Sudirman yang menjadi pantauan program ETLE.

Tabel 1.8 Jumlah Pelanggaran ETLE Pada Tahun 2023 Bulan Januari-April
PELANGGARAN JAN FEB MAR APR TOTAL

Tidak Menggunakan Helm 250 79 232 163 724

Tidak Memakai Sabuk 55 34 147 168 404

Pelanggaran Putar Balik 53 55 136 79 323

Jumlah Pelanggaran 358 168 515 410 1451

Masalah sosialisasi juga menjadi masalah dalam keberhasilan pelaksanaan

program ETLE, untuk menjangkau wilayah Kota Padang sangat diperlukan

sosialisasi secara menyeluruh baik melalui tatap muka secara langsung antara

kepolisian dengan pengendara maupun sosialisasi melalui media sosial seperti

Instagram, facebook, dll.

Problema keadaan masyarakat yang taat atau patuh kepada hukum sangat

rendah, artinya masih banyak masyarakat yang hanya menggunakan helm di jalan

raya saja, ataupun hanya ketika ada polisi saja menggunakan helm. Hal ini

menjadikan masyarakat menjadi taat kepada hukum ketika ada polisi sebagai

penindaknya. Lalu dari segi kejelasan peraturan tentang ETLE juga harus

17
diperbaruhi karena belum mengatur secara rinci tentang teknis pelaksanaan dari

ETLE ini.

18
Penelitian Hasmita menjawab penelitian tentang efektivitas daripelaksanaa

sistem Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE) dengan pemantauan

penegakan lalulintas untuk pengelolaan ketertiban pejalan di Kota Makassar.

Penelitian Sulis Aditya menjelaskan problematika penerapan tilang elektronik

dalam mengurangi pelanggaran lalu lintas.18Penelitian Muhammad Sulthon

Nooreza yang membahas kemauan dan problem Satlantas Kota Surakarta dalam

penerapan tilang elektronik. Penelitian Endah Syafitri yang membahas tentang

efektivitas implementasi program electronic traffic law enforcement (ETLE)

nasional dalam peningkatan pelayanan publik di Kota Pekanbaru. Yoga Dwi

Arjuna yang membahas tentang implementasi program e-tilang padapenegakan

hukum pelanggaran lalulintas diWilayah Hukum Polres Banyumas. Charles Rio

Valentino Pardede mengkaji tentang analisis program electronic traffic law

enforcement (ETLE) dalam rangka menciptakan Kamseltibcarlantas (Studi Kasus

Kota Serang). Penelitian Angeline Annabella Siahan menjelaskan penerapan

(ETLE) pada Titik H.R Soebrantas untuk pelanggar lalu lintas yag menggunakan

hp oleh kendraan roda 4 di Wilayah Hukum Polda Riau.19

18
Sulis, Aditya, Problematika Penerapan Tilang Elektronik dalam Mengurangi Pelanggaran Lalu
Lintas, ALDEV, Volume 2 Nomor 1 Tahun 2020, Hal. 74
19
Anggelina, Annabella Siahaan, Penerapan Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE) Titik
H.R Soebrantas Bagi Pelanggar Lalu Lintas Pengguna Handphone Oleh Kendaraan Roda 4 di
Wilayah Hukum Polda Riau, Skripsi; Program Studi Ilmu Hukum, Universitas Islam Riau, 2022,
Hlm. 1

19
Menarik diteliti lebih lanjut karena dari seluruh penelitian yang membahas

program ETLE, belum ada penelitian yang membahas penelitian tentang

implementasi program ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement) pada

Kepolisian Resort Kota Padang, terdapat penelitian yang memiliki fokus

penelitian pada penerapan ETLE namun dengan penelitian pada Titik H.R

Soebrantas dan khusus pelanggar pengguna handphone, dengan hasil masih

terdapat masalah seperti masalah Ketidaktahuan dengan aturan lalu-lintas serta

kebaharuan sistem-tilang dan budaya sosial yang patuh hanya jika terdapat

petugas di sekitar. Oleh karenanya, peneliti tertarik untuk meneliti implementasi

program ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement) pada Kepolisian Resort

Kota Padang.

Implementasi kebijakan pada dasarnya suatu upaya agar kebijakan dapat

mencapai cita-citanya.Menurut Van Meter dan Van Horn implementasi adalah

tindakan yang dilakukan baik oleh individu atau pejabat, maupun oleh pemerintah

atau kelompok swasta, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam

keputusan politik.Mazmanian dan Sabatier mengatakan bahwa pelaksanaan

kebijakan adalah pelaksanaan keputusan politik, biasanya dalam bentuk undang-

undang tetapi juga dalam bentuk perintah eksekutif penting atau keputusan atau

penilaian yudisial..20Menurut Van Meter dan Van Horn, ada enam variabel yang

mempengaruhi keberhasilan implementasi, yaitu : standar dari kebijakan, sumber

daya, komunikasi dan penguatan antar organisasi, karakteristik agen

implementasi, respon pelaksana, keadaan sosial, ekonomi dan politik.21


20
Leo Agustino, Dasar-dasar Kebijakan Publik, Bandung, Alfabeta, 2006, hlm. 139
21
Budi Winarno, Kebijakan Publik, Teori dan Proses, Yogyakarta, Media Pressindo, 2002, hlm.
102

20
Dengan adanya fenomena tersebut yang menjadi daya tarik peneliti untuk

melihat bagaimana implementasi kebijakan program ETLE pada Kepolisian

Resort Kota Padang. Penelitian ini akan melihat proses implementasi kebijakan

Program ETLE sudah berjalan maksimal atau sebaliknya, karena dalam

pelaksanaan kebijakan program ETLE pada Kepolisian Resort Kota Padang setiap

aspek harus dapat bekerja dengan maksimal untuk mewujudkan implementasi

kebijakan program ETLE dalam menekan jumlah pelanggar lalu lintas, mencegah

fatalitas kecelakaan, transparansi dalam penegakan hukum.

1.2 Rumusan Masalah

Selaras degan masalah yang peneliti gambarkan sebelumya, maka rumusan

masalah pada penelitian kali ini ialahbagaimana implementasi program ETLE

(Electronic Traffic Law Enforcement) pada Kepolisian Resort Kota Padang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian kali ini untuk mendeskripsikan serta menganalisis

implementasi program ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement) pada

Kepolisian Resort Kota Padang.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan, maka manfaat penelitian

yang diperoleh adalah sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, Penelitian kali ini bermanfaat untuk menambah

pemahaman dan memberika kontribusi terhadap kemajua ilmu administrasi

21
publik, yang fokus penelitian kebijakan dan sebagai referensi bagi penelitian

selanjutnya tentang implementasi program ETLE (Electronic Traffic Law

Enforcement) pada Kepolisian Resort Kota Padang.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, bermanfaat dalam menyumbangkan masukan dan gagasan

ide bagi instansi terkait yaitu pelaksana program ETLE dalam Implementasi

program ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement) pada Kepolisian Resort

Kota Padang.

22
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Studi Penelitian Relevan

Pada penelitian ini, ada beberapa penelitian yang peneliti jadikan sebagai

acuan. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Hasmita yang berjudul Efektivitas

Penerapan Sistem Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE) melalui

Pengawasan CCTV Lalu Lintas dalam Upaya Penertiban Pengguna Jalan di Kota

Makassar. Studi ini menjelaskan bahwa seiring berkembangnya teknologi,

pemerintah mengadopsi tilang elektronik yang didukung oleh CCTV pemantauan

lalu lintas. Dari isu tersebut mengangkat topik kajian yang terfokus pada

efektifnya pelaksanaan Sistem ETLE untuk mengelola pejalan di Kota Makassar.

Tujuan studi ini adalah melihat seberapa efektif implementasi elektronik tilang

untuk pengendalian lalu-lintas di Kota Makassar.22

Studi lapangan menggunakan pendekatan kualitatif. Informan penelitian

ini adalah warga Kota Makassar, Polrestabes Makassar, beberapa operator posko

ETLE dan staf back office ETLE. Metode observasi, wawancara terstruktur dan

dokumentasi digunakan untuk pengumpulan data. Pembahasan berkaitan dengan

pengelolaan data menggunakan metode deskriptif, yang secara sistematis

menerangkan kondisi dilapangan.

Hasil pembahasan menggunakan konsep Duncan pada Steers menyoroti

tiga variabel yang menakar efektifitas denda elektronik yaitu penargetan, integrasi

22
Hasmita. Efektivitas Penerapan Sistem Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE) Melalui
Pengawasan CCTV Lalu Lintas dalam Upaya Penertiban Pengguna Jalan di Kota Makassar.
Skripsi: Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin. Makassar. 2021.

23
serta adaptasi. Peneliti berkesimpulan tilang elektronik tidak memberikan

kontribusi terhadap kedisiplinan pejalan di kota Makassar untuk menciptakan

budaya transportasi yang baik.

Kajian kedua merupakan kajian yang dilakukan oleh Muhammad Sulthon

Nooreza dengan judul “Kesiapan Satuan Lalu Lintas Kota Surakarta dan

Keterbatasannya dalam Implementasi Kebijakan E-Tilang”. Tujuan penelitian ini

untuk menlihat kesiapan unit transportasi serta batasan pengenalan E-Tilang.

Menggunakan teori Charles O. Jones dan teori Mazmanian & Sabatier untuk

mengetahui hambatan implementasi. 23

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang dilakukan di

Kota Surakarta lebih tepatnya di Satuan Lalu Lintas Kota Surakarta. Purposive

sampling digunakan dalam teknik pengambilan sampel. Data dikumpulkan

melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Validitas data dipakai triangulasi

sumber dan triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan model

analisis data interaktif.

Hasil studi menunjukkan bahwasanya Satlantas Kota Surakarta telah siap

dalam penerapan E-Tilang Kota Surakarta dengan fungsi yakni, Organize,

Interpret serta Implement. Susunan dilaksanakan dijelaskan implementor, kinerja

karyawan, pembagian kerja. Kemudian dalam interpretasi,seperti komitmen

pegawai untuk menggunakan E-Tilang, pemahaman karyawan, kerjasama yang

dilakukan, dan sosialisasi. Dan langkah terakhir adalah implementasi E-Tilang.

Namun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kendala. Hambatan yang


23
Muhammad Sulthon. Kesiapan dan Kendala Satuan Lalu Lintas Kota Surakarta dalam
Implementasi Kebijakan Eletkronik Tilang. Skripsi Program Studi Ilmu Administrasi Negara,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2020

24
ditemukan pada karakteristik kebijakan tidak dapat diidentifikasi, sehingga tidak

ada kendala dalam proses identifikasi, karena masalah meningkatkan disiplin

mengemudi, pada karakteristik kebijakan hambatan pada koordinasi, akuisisi antar

lembaga. Proses birokrasi panjang, masyarakat yang terlibat dalam implementasi

E-Tilang tidak memiliki akses terhadap variabel lingkungan, ada batasan masih

ada masyarakat yang belum memahami teknologi sehingga masyarakat dalam

prosedur e-tilang mengalami kebingungan.24

Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Endah Syafitri yang berjudul

Efektivitas Implementasi Program Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE)

Nasional dalam Peningkatan Pelayanan Publik di Kota Pekanbaru. Penelitian ini

membahas tentang Permasalahan di jalan yang semakin meningkat, seperti

meningkatnya angka kecelakaan, ancaman terhadap keselamatan pengguna jalan

lain, dan munculnya budaya atau kebiasaan melanggar lalu lintas harus segera

diselesaikan. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, Polri

menghadirkan ETLE untuk menyelesaikan masalah penegakan pelanggaran lalu

lintas. Dimana salah satu pelaksana ETLE adalah Provinsi Riau tepatnya di Kota

Pekanbaru yang diresmikan pada April 2021. Dalam proses pelaksanaan ETLE

ternyata berjalan efektif yang didukung oleh berbagai pihak mulai dari tingkat

pemerintah daerah dan masyarakat serta kapasitas lembaga pelaksana. Namun

terdapat faktor penghambat berupa akses jaringan yang masih terhambat,

pengetahuan masyarakat yang masih minim mengenai ETLE dan ketepatan waktu

pelaporan dari Satgas ETLE ke Pengadilan Negeri.25


24
Ibid.
25
Endah Syafitri. Efektivitas Implementasi Program Electronic Traffic Law Envorcement (ETLE)
Nasional dalam Peningkatan Pelayanan Publik di Pekanbaru. Jurnal Cross-Bordet Vol.5 No.2 Juli

25
Studi menggunakan metode kualitatif melalui pendekatan studi kasus yang

menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan

dokumen. Sumber kajian ini diperoleh dari pelaksana ETLE dan sasaran

pelaksanaan ETLE adalah masyarakat.

Studi ini menemukan bahwa hasil yang efektif diperoleh dari implementasi

ETLE yang ada. Meninjau metrik atau indikator kinerja implementasi yang ada.

Dalam kehendak kelompok sasaran untuk mengikuti hasil politik yang ada. Lalu

ada dampak nyata pendapatan politik yang bisa diimplementasikan.Selain itu

pelaksanaan ETLE menimbulkan kesan bahwa meskipun pelaksanaan ETLE telah

terimplementasikan dengan cukup baik, tetapi kurangnya pelatihan atau sosialisasi

kepada publik tentang tugas serta tujuan dan mekanisme. Serta reparasi

fundamental pada sistem operasi ELTE, yang merupakan rekomendasi

peluncuran ETLE di masa mendatang untuk memperbaikinya. Ada beberapa

faktor yang mendukung pelaksanaan ETLE, yaitu kemampuan Badan Pelaksana

untuk melaksanakan ETLE. Terdapat proses komunikasi yang bagus, kognisi

pelaksana ETLE, sarana dan prasarana yang mumpuni, tugas pokok dan fungsi

yang jelas dan kewenangan berdasarkan struktur organisasi yang ada dan

kapasitas manajemen pelaksana.

Kajian keempat merupakan kajian yang dilakukan oleh Yoga Dwi Arjuna

tentang implementasi program E-Tilang dalam penindakan pelanggaran lalu lintas

di wilayah hukum Polres Banyumas. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat

kognisi petugas dalam memakai aplikasi e-tilang, pelaksanaan dan aspek yang

berpengaruh penerimaan e-tiket. Pendekatan kualitatif dan metode penelitian


– Desember 2022. Hlm. 1322-1337

26
lapangan sebagai pendekatan, serta teknik pengumpulan data melalui observasi,

wawancara dan dokumentasi. 26

Hasil penelitian diketahui pada saat penilangan, petugas Satlantas Polresta

Banyumas harus bekerja dengan aplikasi e-tilang sebanyak dua kali yaitu dengan

menulis informasi pelanggar di ruang kosong biru dan kemudian cukup

mengetiknya. Informasi dari pelaku ke aplikasi e-tiket yang tidak sesuai dengan

mekanisme tilang ketika aplikasi e-tiket digunakan untuk melakukan pelanggaran

lalu lintas. Dan terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi dalam

pelaksanaannya yaitu faktor dalam dan luar. Ada aspek pendukung dan

penghambat penerapan E-Tilang di Polres Banyumas.

Kajian kelima dilakukan oleh Charles Rio Valentino Pardede dengan judul

Analisis Program Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE) Dalam Rangka

Penciptaan Kamseltibcarlantas (Studi Kasus Kota Serang). Kajian ini membahas

tentang analisis program penegakan hukum ETLE serta menganalisis mekanisme

dan sanksi hukum program penegakan hukum ETLE untuk mewujudkan

Kamseltibcarlantas di Kota Serang. Kota Serang yang merupakan ibu kota

Provinsi Banten memiliki lalu lintas yang cukup padat, sehingga tantangan dinas

perhubungan adalah menciptakan lalu lintas yang aman, tertib dan lancar bagi

seluruh warga kota Serang. 27

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif deskriptif. Kajian ini menemukan bahwa ETLE di Kota Serang memang
26
Yoga Dwi Arjun. Implementasi Program E-Tilang dalam Penegakan Hukum Pelanggaran Lalu
Lintas di Wilayah Hukum Polres Banyumas. Advances Police Science Research Journal, 4(1)
Januari 2020. Hlm. 49-90
27
Charles Rio Valentine Pardede. Analisis Program Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE)
dalam Rangka Menciptakan Kamseltibcarlantas (Studi Kasus Kota Serang). Journal Of Innovation
Research and Knowledge, Vol 1, No. 8 Januari 2022. Hal. 533-542

27
dapat mempengaruhi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran hukum berlalu

lintas secara teratur. Namun pada prakteknya di lapangan belum terlaksana secara

optimal karena beberapa faktor pembatas seperti sumber daya manusia, anggaran,

sarana/prasarana dan budaya masyarakat. Oleh karena itu, penerapan undang-

undang lalu lintas elektronik harus diperbaiki dan dievaluasi agar lebih optimal.28

Penelitian ini berbeda dengan lima penelitian diatas. Penelitian ini akan

mengkaji implementasi kebijakan program ETLE (Electronic Traffic Law

Enforcement) pada Kepolisian Resort Kota Padang.Teori yang digunakan dalam

penelitian sebagai alat analisis juga berbeda.Penelitian ini akan dianalisis dengan

konsep VanMeter dan VanHorn sebagai karena relevan antara fenomena yang

sedang peneliti kaji.

28
Ibid

28
Tabel 2. 1 Perbandingan Penelitian Yang Relevan
No Nama Judul Teori Metode Hasil
1 Hasmita (Sumber: Efektivitas Penerapan Teori Duncan Pendekata Tilang elektronik belum beroperasi
skripsi Program Sistem Electronic Traffic dalam Steers n deskriptif secara efektif untuk menertibkan
Studi Ilmu Law Enforcement dengan 3 indikator kualitatif pengguna jalan di Kota Makassar
Administrasi (ETLE) melalui dalam mengukur sehingga dapat membangun budaya
Publik Universitas Pengawasan CCTV Lalu efektivitas tilang berlalu lintas yang baik.
Hasanudin Lintas dalam Upaya elektronik, yakni
Makassar Tahun Penertiban Pengguna pencapaian tujuan,
2021) Jalan di Kota Makasar integrasi, dan
adaptasi

2 Muhammad Kesiapan dan Kendala Teori Charles O. Penelitian Satuan lalu lintas Kota Surakarta sudah
Sulthon Nooreza Satuan Lalu Lintas Kota Jones serta teori deskriptif mempersiapkan implementasi sIstem
(Sumber: Skripsi Surakarta dalam Mazmanian & kualitatif E-Tilang Kota Surakarta dilakukan
Program Studi Implementasi Kebijakan Sbatier untuk melalui 3 aktivitas yaitu
Ilmu administrasi Elektronik Tilang mengetahui pengorganisasian, penginterpretasian
Negara. Universitas kendala yang dan penerapan
Sebelas Maret. dihadapi dalam
Surakarta. 2020) implementasi

3 Endah Syafitri Efektivitas Implementasi Teori Mazmanian Metode Terdapat hasil yang efektifdari
(Sumber: Jurnal Program Electronic dan Sabatier kualitatif, implementasi ETLE yang ada. Dengan
Cross-Border Vol. Traffic Law pendekatan dilihat dari pengukuran atau indikator
5 No.2 Juli- Envorcement (ETLE) studi kasus keefektifitasan implementasi yang ada.
Desember 2022) Nasional dalam
Peningkatan Pelayanan
Publik di Kota
Pekanbaru

34
4 Yoga Dwi Arjuna Implementasi Program Teori Manajemen Metode Anggota Satuan Lalu Lintas Polres
(Sumber: Advances E-Tilang dalam George R. Terry penelitian Banyumas harus bekerja dua kali pada
in Police Science Penegakan Hukum kualitatif saat mengeluarkan tilang menggunakan
Research Journal, Pelanggaran Lalu Lintas aplikasi E-tilang dengan menuliskan
4(1) Januari 2020) di Wilayah Hukum keterangan pelaku di kotak biru
Polres Banyumas kemudian hanya informasi pelaku yang
ada di dalam E-tilang yang masuk ke
aplikasi yaitu bukan kasusnya. Sesuai
mekanisme tilang menggunakan
aplikasi E-Tilang dalam pelaksanaan
pelanggaran lalu lintas. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi dalam
pelaksanaannya, yaitu faktor internal
dan eksternal.
5 Charles Rio Analisis Program Faktor Penghambat Metode Kehadiran ETLE di Kota Serang dapat
Valentine Pardede Electronic Traffic Law yang terdiri dari : penelitian mempengaruhi masyarakat untuk lebih
(Sumber: Journal Envorcement (ETLE) Sarana/prasarana, kualitatif meningkatkan kesadaran hukum berlalu
Of Innovation dalam Rangka Anggaran, deskriptif lintas secara teratur. Namun belum
Research and Menciptakan Sumberdaya, dan terlaksana secara maksimal karena
Knowledge Vol. 1 Kamseltibcarlantas Kebudaya beberapa faktor pembatas seperti
No. 8 Januari (Studi Kasus Kota an Masyrakat sumber daya manusia, anggaran,
2022) Serang) sarana/prasarana dan budaya
masyarakat.
6 Muhammad Hafidz Implementasi ETLE Teori Van Meter Metode Implementasi ETLE pada Polresta Kota
(Skripsi Jurusan (Electronic Traffic Law dan Van Horn penelitian Padang sudah terimplementasi namun
Administrasi Enforcement) Pada kualitatif belum terlaksana dengan optimal. Ada
Publik Fakultas Kepolisian Resort Kota deskriptif beberapa poin penting diantaranya
Ilmu Sosial dan Padang yaitu : dimensi standar dan sasaran

35
Ilmu Politik kebijakan, sumberdaya, serta dimensi
Universitas kondisi lingkungan sosial, ekonomi,
Andalas. Padang. dan politik.
2023)

Sumber: Hasil Olahan Peneliti. 2022

36
2.2 Teori dan Konsep

2.2.1 Kebijakan Publik

Kebijakan publik dapat diartikan sebagai kerja otak yang selalu

memutuskan apa yang harus dilakukan menurut dimensi sistem organ tubuh atau

struktur organisasi melalui energi atau sistem komando dan kendali atau dimensi

administratif.29Menurut Carl Friedrich, adalah kegiatan yang mengarah pada

tujuan yang diajukan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam

lingkungan tertentu sehubungan dengan hambatan tertentu, sekaligus mencari cara

untuk mencapai tujuan atau mewujudkan tujuan yang diinginkan. 30

Thomas R. Dye menjelaskan bahwa kebijakan publik adalah segala

sesuatu yang dilakukan oleh pemerintah, mengapa dilakukan, dan hasil yang

membuat kehidupan bersama terlihat berbeda.31James E Anderson menjelaskan

bahwa kebijakan adalah serangkaian tindakan yang memiliki tujuan tertentu yang

diikuti dan dilakukan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna

memecahkan suatu masalah tertentu.32Chandler dan Plano menyatakan bahwa

kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya

yangada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. 33Ada

29
Yeremias, T. Keban. Enam Dimensi Strategi Administrasi Publik: Konsep, Teori, dan Isu.
Yogyakarta. Gava Media. 2008. Hlm. 57
30
Abdul Wahab Solihin. Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan
Negara. Jakarta. Bumi AKsara. 2004. Hlm. 3
31
Riant, Nugroho. Public Policy. Jakarta. Elex Media Komputindo. 2017. Hlm. 204
32
M. Irfan Islamy. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta. Bumi Aksara. 2009.
Hlm 17
33
Tangkilisan. Implementasi Kebijakan Publik: Transformasi Pemikiran. Yogyakarta. Y.A.P.
2003. Hlm. 1

36
beberapa elemen yang terkandung dalam kebijakan publik, elemen tersebut

yaitu:34

1. Kebijakan selalu memiliki tujuan atau tujuan tertentu.

2. Praktek meliputi tindakan atau pola operasi pejabat pemerintah.

3. Kebijakan adalah apa yang sebenarnya dilakukan oleh pemerintah,

bukan apa yang ingin dilakukannya.

4. Kebijakan publik bersifat positif dalam arti keputusan seorang

pejabat pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu.

5. Kebijakan publik yang bersifat wajib atau otoritatif.

Kebijakan public tidak terlepas dari proses pembuatan kebijakan yang

melibatkan Beberapa pakar politik yang tertarik dengan kajian kebijakan publik

membagi proses politik menjadi beberapa tahapan. William M. Dunn menjelaskan

tahapan-tahapan kebijakan publik adalah sebagai berikut:35

1. Tahap penyusunan agenda

Pada masa lalu, topik ini bersaing memperebutkan tempat utama dalam

agenda politik. Akhirnya, banyak isu masuk dalam agenda para

pengambil keputusan politik. Pada titik ini, isu tersebut mungkin tidak

dibahas sama sekali, sementara isu lain menjadi fokus pembahasan.

Pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda

publik.
34
Joko, Widodo. Analisis Kebijakan Publik Konsep & Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik.
Malang. Bayu Media Publishing. 2008. Hlm. 14
35
Budi Winarno. Kebijakan Publik: Teori dan Proses (Edisi Revisi). Yogyakarta. Media Pressindo.
2007. Hlm. 32-34

37
2. Tahap formulasi kebijakan

Para pembuat keputusan kemudian membahas topik-topik yang ada

dalam agenda politik. Masalah tersebut didefinisikan untuk

menemukan solusi terbaik untuk masalah tersebut. Pemecahan masalah

tersebut berasal dari berbagai pilihan atau opsi politik (Political

Options/Political Alternatif). Selama perencanaan kebijakan, setiap

alternatif bersaing untuk dipilih sebagai kebijakan yang diterapkan

untuk menyelesaikan problema. Pada tahap ini, masing-masing aktor

beradu dan menawarkan rekomendasi terbaik dari masalah itu.

3. Tahap adopsi kebijakan

Akhirnya, di antara sekian rekomendasi alternatif strategi yang

diopsikan oleh pembuat kebijakan, opsi tersebut dicapai melalui

support parlemen, konsesnsus antar pimpinan organisasi, atau putusan

pengadilan. Tahap implementasi kebijakan

4. Tahap implementasi

Pada tahap pelaksanaan, interest yang berbeda bersaing satu sama lain

dalam fase implementasi. Tahapan ini perlu adanya support oleh

implementor, dan ada beberapa yang lain mungkin ditolak oleh

implementor.36

5. Tahap evaluasi kebijakan

Tahapan ini, kebijakan yang diimplementasikan dilakukan evaluasi

atau sejauh mana kebijakan yang diterapkan telah tercapai dengan

yang ditargetkan. Maka, standar ditetapkan sebagai azas untuk


36
Ibid

38
menakar kebijakan yang dilaksanakan telah memenuhi target yang

diinginkan.

Secara sederhana, tahapan tersebut digambarkan dalam gambar di bawah

ini:

Gambar 2. 1 Tahapan Kebijakan Publik

Penyusunan Formulasi Adopsi Implementasi Evaluasi


Kebijakan Kebijakan Kebijakan Kebijakan Kebijakan
Sumber: William N. Dunn

Program ETLE yang dilaksanakan oleh Polresta Padang merupakan bentuk

dari kebijakan publik. Kebijakan program ETLE dilandaskan dalam bentuk

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas jalan dan angkutan

jalan dan lebih lanjut di atur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2012

tentang tata cara pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan dan penindakan

pelanggaran lalu lintas dan angkutan jalan.Dengan adanya peraturan ini dan

program ETLE merupakan bentuk komitmen dari kepolisian dalam menangani

masalah pelanggaran lalu lintas, fatalitas kecelakaan, profesionalisme pihak

kepolisian, peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Dengan adanya sebuah

kebijakan, maka implementor dapat mengetahui tujuan dari kebijakan tersebut

dibuat, serta sasaran dari kebijakan tersebut. Kebijakan yang dibuat dapat

membantu implementor dalam bertindak sesuai dengan standar pelaksanaan yang

sesuai dengan tujuan kebijakan.

2.2.2 Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi merupakan salah satu tahap dalam proses kebijakan public.

Implementasi merupakan fenomena yang kompleks yang mungkin dapat dipahami

39
sebagai suatu proses, suatu keluaran (output) maupun sebagai suatu dampak

(outcome).37Menurut Van Meter dan Van Horn, implementasi merupakan kegiatan

yang menonjolkan pekerjaan yang dilakukan baik oleh negara maupun oleh

individu yang bertujuan dalam tercapainya tujuan kebijakan.38

Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier menjelaskan implementasi sebagai

penerapan keputusan kebijakan mendasar, sebagian besar dalam bentuk undang-

undang, tetapi juga dapat berupa peraturan atau keputusan eksklusif yang penting

atau keputusan otoritas hukum. Biasanya, keputusan tersebut dengan jelas

menyatakan masalah yang harus dipecahkan, tujuan dan sasaran yang akan

dicapai, dan berbagai cara untuk menyusun atau mengelola proses implementasi.39

Menurut pendapat Nurdin Usman bahwa implementasi bermuara pada

aktivitas, aksi, Tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implementasi

bukan sekedar aktivitas tetapi juga terencana dalam mencapai tujuan. 40Lester dan

Stewart mengemukakan bahwa implementasi kebijakan dipandang sebagai alat

manajemen yang sah dimana aktor, organisasi, proses, dan kelompok etnis yang

beragam bekerja sama untuk mengimplementasikan kebijakan untuk mencapai

efek atau tujuan yang diinginkan.41

Ripley dan Franklin menjelaskan untuk tahapan implementasi juga tidak

lebih dari kegiatan yang dilaksanakan pasca pengesahan aturan, serta kegiatan itu

mengacu pada usaha mengubah pernyataan tujuan politik menjadi program dan

37
Budi Winarno. Kebijakan Publik: Teori, Proses dan Studi Kasus. Yogyakarta. 2012. Hlm 147
38
Leo, Agustino. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung. Alfabeta. 2008. Hlm. 139
39
Leo, Agustino. Ibid
40
Nurdin & Usman. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
2002. Hlm 70
41
Winarno. 2007. Op.cit. Hlm. 101-102

40
kegiatan konkrit yang membentuk pekerja organisasi tersebut bertanggung jawab

untuk pengiriman manfaat dan layanan, tawaran kepada kelompok sasaran dan

mobilisasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Ripley dan

Franklin, keberhasilan implementasi diukur dengan beberapa kriteria sebagai

berikut:

1. tingkat kepatuhan birokrasi terhadap birokrasi diatasnya atau tingkatan

birokrasi sebagaimana diatur dalam undang-undang.

2. Adanya kelancaran rutinitas dan tidak adanya masalah

3. Pelaksanaan dan dampak (manfaat) yang dikehendaki dari semua

program yang ada terarah

Jadi implementasi merupakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah

dengan atas dasar pengkajian terlebih dahulu terhadap kebijakan tersebut, akankah

kebijakan tersebut berdampak baik atau buruk bagi masyarakat, sehingga

kebijakan yang diambil tidak bertentangan atau merugikan masyarakat dalam

mencapai tujuan yang telah diambil dalam keputusan politik.

Model Implementasi Edward III

Konsep Implementasi oleh Edward III terdapat empat faktor yang

mempengaruhi suatu implementasi kebijakan, yaitu:42

1. Komunikasi,

Implementasi strategi yang sukses menuntut para pelaksana untuk

mengetahui apa yang perlu dilakukan, dimana tujuan strategi perlu

dikomunikasikan kepada khalayak sasaran untuk mengurangi bias

42
Subarsono. Analisis Kebijakan Publik (Konsep, Teori dan Aplikasi). Yogyakarta. Pustaka
Pelajar. 2006. Hlm. 89

41
implementasi. Menurut Edward III, ada tiga indikator yang mengukur

variabel komunikasi, yaitu: Transmisi, kejelasan dan konsistensi.

Konsistensi.

2. Sumberdaya

Sekalipun isi kebijakan telah dikomunikasikan dengan jelas dan

konsisten, jika pelaksana tidak memiliki sumber daya untuk

melaksanakannya, maka implementasi tidak akan berjalan efektif.

Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, misalnya

kompetensi implementor dan sumber daya finansial. Indikator

sumberdaya terdiri dari beberapa elemen yaitu: Staf,/Sumber Daya

Manusia (SDM), Informasi, Wewenang dan Fasilitas.

3. Disposisi

Watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor. Apabila

implementor memiliki disposisi yang baik, maka implementor tersebut

dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan

oleh pembuat kebijakan. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi dapat

mempertimbangkan atau memperhatikan aspek penempatan pegawai

(pelaksana) dan insentif. Menurut Edward III ada hal yang perlu

dicermati dalam variabel disposisi yaitu: Efek Disposisi, Melakukan

Pengaturan Birokrasi, Insentif

4. Struktur Birokrasi

Merupakan susunan komponen (unit-unit) kerja dalam organisasi yang

menunjukkan adanya pembagian kerja serta adanya kejelasan

42
bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda

diintegrasikan atau dikoordinasikan, Selain itu, struktur organisasi juga

menunjukkan spesialisasi pekerjaan, garis komando, dan transmisi

pelaporan. Struktur organisasi yang terlalu lama melemahkan kontrol

dan menciptakan birokrasi, sehingga prosedur birokrasi menjadi

kompleks dan rumit, yang membuat kinerja organisasi menjadi tidak

fleksibel. Menurut Edward III, bidang struktur organisasi adalah

standar operasional prosedur.

Model implementasi Edward III dapat digunakan sebagai instrumen untuk

menggambarkan implementasi suatu program atau kebijakan di tempat dan waktu

yang berbeda. Dengan kata lain, model dapat digunakan untuk menggambarkan

kejadian implementasi.

Model Implementasi Merilee S. Grindle

Model implementasi kebijakan yang dikembangkan oleh Grindle dikenal

sebagai proses politik dan administrasi.43Keberhasilan model implementasi ini

dapat diukur dari proses pencapaian hasil akhir (results), yaitu apakah tujuan yang

ingin dicapai tercapai atau tidak. Grindle menjelaskan, terdapat dua variabel yang

mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan publik, yaitu isi kebijakan

dan konteks kebijakan.

1. Isi kebijakan

a). Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi

b). Tipe manfaat

c). Derajat perubahan yang ingin dicapai


43
Leo Agustino. 2006. Op.cit. Hlm. 167

43
d). Letak pengambilan keputusan

e). Pelaksanaan program

f). Sumber-sumber daya yang diinginkan

2. Konteks/lingkungan kebijakan

a). Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang

terlibat

b). Karakteristik atau rezim yang berlaku

c). Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana.

Model Implementasi Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier

Model yang dikembangkan oleh Daniel A. Mazmanian dan Paul A.

Sabatier mengemukakan bahwa implementasi adalah upaya melaksanakan

keputusan kebijakan.44 Teori ini memiliki kajian yang lebih komprehensif dengan

mengemukakan tiga variabel utama yaitu:

1. Karakteristik dari masalah,

2. Karakteristik dari kebijakan/undang-undang,

3. Variabel lingkungan.

Model Implementasi Charles O Jones

Model Charles O. Jones menyatakan bahwauntuk melakukan kegiatan

implementasi kebijakan atau pelaksanaan program, ada beberapa tahapan ataupun

dimensi yang perlu diperhatikan, yaitu;45

1. Organisasi

44
Riant Nugroho. Op.cit. Hlm. 739
45
Suryana. Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor di Kabupaten Aceh
Tamiang. Sekolah Pascasarjana. Universitas Sumatera Utara. Hlm. 28

44
Organisasi, penciptaan atau reorganisasi asal daya, unit & metode buat

memungkinkan kebijakan mencapai output atau dampak. Kegiatan

organisasi (organization) adalah pekerjaan untuk mendefinisikan dan

mengatur kembali sumber daya, unit, dan metode yang menghasilkan

upaya untuk menerapkan kebijakan, atau menerjemahkannya menjadi

hasil, konsisten dengan maksud dan tujuan kebijakan. Organisasi

menurut implementasi kebijakan dapat mengacu pada implementor

yang ada, sebaran tanggung jawab masing-masing implementor,

anggaran serta fasilitas internal pada organisasi.

2. Interpretasi atau Pemahaman

Interpretasi adalah aktivitas dimana isi dan kebijakan dijelaskan dalam

komunikasi yang fungsional serta mudah dicernayang nantinya isi dari

kebijakan bisa diterima serta dijalankan dalam kaitannya dengan

implementor dan tujuan kebijakan. Abidin memaparkan sistem

perilaku politik, yang berkaitan dengan pemahaman tentang

pelaksanaan dan tujuan politik, yang pada akhirnya dapat diterima atau

ditolak oleh politik. Pengaruh faktor psikologis terhadap implementasi

kebijakan sangatlah penting, bahkan lebih penting dari pada isi

kebijakan itu sendiri, apalagi pengertian secara umum bukan pada isi

kebijakan, tetapi juga pada pendekatan dan metode pelaksanaan dan

implementasi. Interpretasi dalam arti implementasi kebijakan yang

sukses membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang tujuan dan

45
sasaran kebijakan untuk mendukung kinerja tugas-tugas yang terkait

dengan kebijakan. 46

3. Penerapan

Penyediaan layanan, pembayaran, atau layanan rutin yang disesuaikan

dengan tujuan atau perangkat program. Senada dengan hal tersebut,

Abidin mencatat capaian implementasi kebijakan prosedural berupa

langkah-langkah implementasi kebijakan. Menurut prosedur ini, yang

terpenting dalam pelaksanaannya ialah urutan prioritas dan urutan

prioritas saat ini. Mulai dari konsep pengajuan aplikasi atau program

implementasi, pengajuan aplikasi sangat erat kaitannya dengan

kebijakan dan proses kerja yang biasanya berupa petunjuk

pelaksanaan.

Model implementasi Van Meter dan Van Horn

Model implementasi kebijakan yang dikenal oleh Donald van Meter dan

Carl van Horn ialah A Model of The Policy Implementation. Bahwa proses

implementasi ini merupakan suatu abstraksi atau suatu kegiatan implementasi

kebijakan, yang pada prinsipnya dilakukan secara sadar untuk mencapai efisiensi

implementasi kebijakan publik yang tinggi dan terjadi dalam kaitannya dengan

variabel yang berbeda. 47 Model implementasi Van Meter dan Van Horn, memiliki

enam variabel yang nantinya akan mem berikan pengaruh kinerja dari suatu

kebijakan tersebut, yakni:48

46
Ibid.
47
Van Meter. The Policy Implementation Process: A conceptual framework. Administratio Society.
1975.hlm 462
48
Leo Agustiono. Op.cit. Hlm. 142

46
1. Policy Standards And Objectives

Dimensi yang dapat diukur jika ingin melihat kinerja implementasi

kebijakan. Karena keberhasilan dari implementasi kebijakan dapat

dilihat dari keberhasilan standar dan tujuan kebijakan dapat terlihat

realistis.

2. Policy Resources

Sumber daya merupakan variabel dalam keberhasilan proses

implementasi karena proses implementasi sangat bergantung pada

kemampuan pelaksana dalam memanfaatkan sumber daya yang

tersedia. Apakah itu sumber daya manusia atau keuangan finansial.

3. The Characteristics Of The Implementing Agencies

Agen implementasi dicirikan oleh organisasi formal dan informal yang

terlibat dalam implementasi kebijakan. Hal ini menjadi poin penting,

karena efektivitas implementasi kebijakan publik memiliki dampak

yang signifikan terhadap karakteristik yang tepat dan kesesuaian agen

pelaksana.

4. The Disposition Of Implementors

Keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik

dapat dilihat dari sikap kecendrungan para pelaksana yaitu sikap

penerimaan atau penolakan dari para agen pelaksana terhadap suatu

kebijakan yang dilaksanakan.

5. Interorganizational Communication And Enforcement Activities

47
Komunikasi dan implementasi antar organisasi dapat diukur dari

melihat koordinasi dan komunikasi antara elemen-elemen yang terlibat

dalam proses implementasi.

6. Economic, Social, And Political Conditions

Lingkungan dari ekonomi, sosial dan politik adalah yang terakhir

tersedia untuk menilai kinerja implementasi yang disediakan oleh Van

Meter & Van Horn. Karena jika lingkungan tidak baik, maka akan ada

masalah untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut, apakah

berjalan dengan baik atau tidak.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori implementasi kebijakan

publik yang dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn sebagai alat analisis

peneliti. Hal ini bertitik tolak pada pendekatan implementasi kebijakan program

ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement) pada Kepolisian Resor Kota Padang

yang bersifat top-down, implementasi kebijakan dimulai secara linier dengan

keputusan politik dan pelaksananya.

Selain itu, pada konsep implementasi yang diterjemahkan oleh VanMeter

dan VanHorn peneliti juga menemukan adanya variabel yang relevan apabila

digunakan untuk menganalisis permasalahan implementasi kebijakan program

ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement). Seperti dalam hal sumberdaya yakni

CCTV yang masih kurang dari segi jumlah. Selanjutnya dari segi kondisi social

masyarakat yang masih belum sadar hukum yang terbukti dari masyarakat hanya

menggunakan helm ketika ada polisi saja.

48
Teori implementasi Van Meter dan Van Horn lebih memusatkan perhatian

kepada kebijakan, sumberdaya, karakteristik pelaksana, sikap pelaksana,

komunikasi antar organisasi dan kondisi sosial, ekonomi, politik, sesuai dengan

fenomena-fenomena yang peneliti temui dalam implementasi kebijakan program

ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement) sangat relevan dengan teori

implementasi Van Meter dan Van Horn yang memiliki cakupan analisis lebih

representatif dalam implementasi kebijakan.

2.2.3. Implementasi Kebijakan Van Metter dan Van Horn

Implementasi kebijakan publik sebagaimana dikemukakan oleh Van Meter

dan Van Horn memastikan implementasi politik bersifat linear, mulai dari

kebijakan publik, pelaksana, serta tindakan kebijakan publik. Model praktis

tersebut menunjukkan beberapa dimensi Van Meter & Van Horn, yaitu dimensi

dan tujuan politik; Sumber; karakteristik eksekutif; pekerjaan atau jabatan

pelaksana; komunikasi antara organisasi dan fungsi eksekutif; dan lingkungan

ekonomi, sosial dan politik membentuk hubungan antara kebijakan dan

tindakan.49Model implementasi kebijakan yang dibuat oleh VanMeter dan

VanHorn juga diterjemahkan ke dalam proses implementasi kebijakan sebagai

abstraksi atau representasi, yang intinya dilakukan dengan sengaja untuk

mencapai representasi implementasi.

Pada penelitian yang akan peneliti lakukan, 6 variabel Van Meter&Van

Horn akan mempengaruhi Implementasi program ETLE pada Polresta Kota

Padang. Untuk itu kinerja implementasi kebijakan dapat dilihat dari keberhasilan

49
Rulinawaty Kasmad, Studi Implementasi Kebijakan Publik, Makasar, 2013, hlm 45

49
6 variabel diatas. Secara skematis, model implementasi kebijakan Van

Meter&Van Horn dapat dijelaskan dalam gambar berikut ini:

Gambar 2. 2 Implementasi Kebijakan Van Metter & Van Horn

Sumber : Buku Van Meter. The Policy Implementation Process: A conceptual


framework. Administratio Society.

2.2.3.1.Policy Standards And Objectives

Kita hanya dapat mengukur efektivitas implementasi kebijakan

menurut tingkat keberhasilannya ketika standar dan tujuan kebijakan

realistis dan terdapat budaya sosial yang sesuai dengan level pelaksana

kebijakan. Ketika norma dan tujuan politik terlalu ideal untuk

diimplementasikan di tingkat masyrakat, sulit untuk

mengimplementasikan kebijakan publik dalam skala yang dapat dikatakan

berhasil. 50

Kaitannya dengan penelitian ini adalah melihat apakah program

ETLE di Polresta Padang sudah jelas terukur program tersebut kepada


50
Leo Agustino, op.cit, hlm 173

50
masyrakat pada saat realisasinya sehingga dapat dikatakan berhasil atau

tidaknya.

2.2.3.2. Policy Resources

Dimensi lain yang berpengaruh pada proses pelaksanaan ialah

sumber daya. Keberhasilan proses implementasi sangat bergantung pada

kapasitas sumber daya yang tersedia. Sumberdaya dapat terbagi kepada

beberapa dimensi, yakni:51

1. Sumber Daya Manusia

Orang merupakan sumber daya penting bagi keberhasilan

proses implementasi kebijakan. Memang, tahapan proses

implementasi membutuhkan sumber daya manusia yang

berkualitas tinggi sesuai dengan pekerjaan yang dibutuhkan oleh

kebijakan yang ditentukan secara politis. Namun, jika kualifikasi

dan keterampilan sumber daya tersebut tidak mumpuni,

implementasi kebijakan publik menjadi sangat sulit.

Sumber daya manusia ataupun individu dalalm Program

ETLE oleh Polresta Kota Padang ini dapat dilihat dari kualitas dan

kompetensi dari individu yang ada dalam Anggota Program ETLE

yang ada di Polresta Kota Padang.

2. Sumber Daya Finansial

Selain sumber daya manusia, sumber daya keuangan adalah

sumber daya lain yang perlu dipertimbangkan. Karena jika tersedia

51
Ibid, hlm 134

51
personel yang berkualitas dan kompeten meskipun dana anggaran

tidak mencukupi, masalah muncul dalam memahami apa tujuan

politik yang ingin dicapai.

Penelitian ini melihat bagaimana anggaran yang tersedia

dan juga sarana prasarana yang dapat meningkatkan keberhasilan

dari Program ETLE di Polresta Kota Padang.

2.2.3.3. The Characteristics Of The Implementing Agencies

Fokus badan implementasi beradadalamorganisasi informal

danformalyangterlibatpada pelaksanaan suatukebijakan. Hal ini penting

karena karakteristik dan kesesuaian badan administratif yang tepat

memiliki dampak yang signifikan terhadap efektivitas implementasi

kebijakan.52

1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi berpengaruh kepada berapa jumlah struktur

serta bagaimana tupoksi dari masing-masing struktur yang juga

dipengaruhi oleh rentang kendali di dalam birokrasi pelaksana kebijakan.

Karena jika rentang kendali yang terdapat dalam struktur organisasi terlalu

panjang, maka akan menyebabkan lambannya respon para aktor pelaksana

kebijakan. Relevansinya pada penelitian ini melihat bagaimana struktur

birokrasi dari Program ETLE di Polresta Kota Padang dalam

mempengaruhi implementasi tersebut.

2. Norma-Norma

52
Ibid, hlm 133

52
Norma-norma mencakup kepada nilai-nilai yang terkandung di

dalam organisasi para agen pelaksana seperti aturan-aturan yang mengikat

para agen pelaksana sehingga dapat menegakkan kedisiplinan di dalam

sebuah organisasi.Pada penelitian yang akan peneliti kaji, peneliti akan

melihat bagaimana nilai-nilai yang terdapat di dalam pelaksanaan Program

ETLE Polresta di Kota padang, seperti kedisiplinan, ketegasan, dan nilai-

nilai lainnya.

3. Pola Hubungan dalam Birokrasi

Pola hubungan dalam birokrasi meliputi hubungan kerja antara

instansi yang satu dengan instansi lain dalam struktur yang sama. Pada

penelitian yang akan peneliti lakukan, peneliti ingin melihat bagaimana

pola kepemimpinan dan pola hubungan kerja yang ada dalam Program

ETLE di Polresta Kota Padang. Untuk melihat bagaimana pola

kepemimpinan dan pola hubungan kerja yang terjadi, maka dapat dilihat

dari pola komunikasi antara satu instansi dengan instansi lain dalam satu

gedung yang sama.

2.2.3.4.The Disposition Of Implementors

Respon dari implementor akan mempengaruhi jalannya kefokusan dari

penerapan kebijakan dalam mencapai target kebijakan. Ini dapat tercipta

dikarenakan kebijakan dalam pelaksanaannya bukan hasil formula individu yang

paham dengan bentuk problem yang terjadi dan yang dirasakan. Namun,

implementasi kebijakan yang akan diterapkan disini, berkaitan dengan kebijakan

dari atas (top down) yang sangat mungkin para pengambil keputusannya tidak

53
pernah mengetahui atau bahkan tidak pernah menyentuh kebutuhanterkait

implementasi kebijakan yang dilaksanakan.53

Dari penjelasan diatas, maka peneliti ingin melihat bagaimana respon

setiap implementor pada Program ETLE di Polresta Kota Padang sehingga nanti

dapat disimpulkan bagaimana pemahaman serta penilaian implementor terhadap

peraturan tersebut.

2.2.3.5.Interorganizational Communication and Enforcement Activities

Komunikasi dan tindakan eksekutif antarastakeholder terkait erat dengan

koordinasi. Koordinasi ialah mekanism dan syarat terpenting bagi keberhasilan

implementasi kebijakan. Hal ini dapat diterjemahkan bahwasanya, semakin agus

koordinasi dan komunikasi antara elemen-elemen yang terlibat dalam proses

implementasi kebijakan, maka akan semakin besar kemungkinan terjadinya

kesalahan yang sangat kecil dan sebaliknya.54

Pada penelitian yang akan peneliti lakukan, komunikasi yang baik terlihat

dari pola komunikasi yang dilaksanakan para implementor yaitu antar satu

instansi dengan instansi yang lain dalam satu tujuan yang sama sesuai dengan

Program ETLE di Polresta Kota Padang.

2.2.3.6.Economic, Social, And Political Conditions

Dimensi terakhir yang harus dipertimbangkan untuk menmantau

perjalanan implementasi program dari konsepan VanMeter dan VanHorn

merupakan ukuran yang dapat berkontribusi lingkungan eksternal untuk

kesesuaian hasil kebijakan publik yang telah diatur. Lingkungan luar

53
Ibid, hlm 135
54
Ibid, hlm 135

54
diterjemahkan oleh Van Meter & Van Horn adalah keadaan lingkungan ekonomi,

sosial dan politik. Ketika ada lingkungan yang tidak kondusif, maka menimbulkan

masalah karena implementasi kebijakan gagal. Maka dari itu, untuk implementasi

kebijakan yang sukses, sangat penting untuk mempertimbangkan variabel

ekonomi, sosial dan politik dari kebijakan lingkungan.55

Pada penelitian yang akan peneliti lakukan ini, maka keberhasilan

pelaksanaan Program ETLE di Polresta Kota Padang dilihat dari dukungan sosial

yaitu masyarakat sekitar tempat pelaksanaan, serta dukungan ekonomi dan elit

politik terhadap pelaksanaan ETLE di Polresta Kota Padang.

55
Ibid hlm, 136

55
2.3 Skema Pemikiran

Gambar 2. 3 Kerangka Berpikir

Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003


tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan electronic government

UndangUndang No. 22 Tahun2009 tentang


Lalu Lintas Jalan dan Angkutan Jalan
K
standar dan E
sasaran kebijakan K
Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun I
B
Sumber daya I
2012 tentang tata cara pemeriksaan N
karakteristik agen J
kendaraan bermotor di jalan dan penindakan pelaksana E
A
pelanggaran lalu lintas dan angkutan jalan Sikap Pelaksana R
K
J
Komunikasi A
A
antarorganisasi N
Kondisi sosial,
ekonomi dan
Program ETLE
politik

Implementasi Donald Van Metter and Carl


Van Horn
Sumber: Olahan Peneliti. 2022

53
2.4 Definisi Konsep

a. Kebijakan Publik merupakan suatu tindakan yang dilaksanakan oleh

pemerintah dimana tindakan tersebut bertujuan untuk memecahkan

masalah yang terjadi di lingkungan publik.

b. Implementasi ialah kegiatan yang diarahkan oleh bermacam stakeholder

sehingga akhirnya mengarah pada suatu hasil yang sesuai dengan tujuan

atau sasaran kebijakan.

c. Program ialahsebuah bentuk rencana yang akanakan dilakukan atau

dijalankan, dan sekumpulan kegiatan yang akan dilaksanakan.

d. ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement) merupakan sistem yang

mencatat, mendeteksi, memotret pelanggaran lalu lintas yang dilakukan

oleh pengendara di jalan raya melalui kamera CCTV.

e. Kepolisian Resort Kota merupakan struktur komando Kepolisian

Republik Indonesia di Wilayah Kabupaten/Kota

2.5 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan makna yang diterjemahkan kepada

variabel dengan menetapkan makna atau menentukan fungsi atau menyediakan

operasi yang diperlukan untuk mengontrol konstruk atau variabel. 56 Berikut

definisi operasional pada tabel dibawah ini:

56
Nazir. Metode Penelitian. Bogor. Ghalia Indonesia. 2011. Hlm. 126

54
Tabel 2. 2 Definisi Operasional
No Variabel Indikator Cara Mengukur
1 Ukuran dan Tujuan Kebijakan Kejelasan Mendeskripsikan
kemampuan
kebijakan dalam
memberikan
pemahaman yang
sama terhadap
implementor
mengenai tujuan
yang akan dicapai
Keadilan Mendeskripsikan
keadilan dalam
pelaksanaan bagi
kelompok sasaran.
2 Sumberdaya Sumber daya Mendeskripsikan
manusia aparatur yang
bertugas
menjalankan
kebijakan sesuai
dengan ketentuan
baik dari jumlah,
latar belakang,
keahlian yang
dimiliki
Sumber daya non Mendiskripsikan
manusia sumberdaya non
manusia, yakni
seperti sarana
prasarana dan juga
anggaran yang
digunakan untuk
mendanai agar
program dapat
berjalan dengan
baik
3 Karakteristik Agen Pelaksana Struktur Birokrasi Mendiskripsikan
struktur birokrasi
yang ada dalam
instansi
Norma-Norma Mendiskripsikan
Norma-norma dan
nilai-nilai dalam
instansi tersebut.

55
Pola-Pola Mendeskripsikan
Hubungan yang hubungan kerja
terjadi masing-masing
instansi

4 Sikap/Kecenderungan Respon Mendeskripsikan


(Disposisi) pada Pelaksana Implementor komitmen dan
terhadap keseriusan
kebijakan, implementor dalam
berkaitan dengan melaksanakan
kemauan Program ETLE
implementor
dalam
melaksanakan
kebijakan
Pemahaman dan Mendeskrispsikan
kemampuan pemahaman
implementor implementor
dalam terhadap program
melaksanakan yang akan
kebijakan diimplementasikan

5 Komunikasi Antar Organisasi Komunikasi Mendeskripsikan


bagaimana
komunikasi dan
komunikasi jenis
apa yang dilakukan
oleh organisasi-
organisasi
pelaksana.
Koordinasi Mendeskripsikan
bagaimana
koordinasi yang
terjadi antara
organisasi-
organisasi
pelaksana

6 Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Kondisi sosial Melndeskripsikan


Politik kondisi sosial dan
budaya yang

56
berkembang di
masyarakat dalam
implementasi
Program ETLE
Kondisi Ekonomi Mendeskripsikan
kondisi ekonomian
masyarakat
Kondisi Politik Mendeskripsikan
kondisi politik,
dukungan elit
politik terhadap
implementasi
Program
Sumber: Olahan Peneliti. 2022

57
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian dan Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah teknik penelitian yang memberikan

informasi deskriptif dalam bentuk informasi tertulis atau lisan tentang orang-

orang dan perilaku yang diamati menurut Bogdan dan Taylor. 57Pendekatan

penelitian kualitatif yaitu metode penelitian mempelajari kondisi tempat yang

alami, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data

dilakukan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif,

dan hasil penelitian lebih menekankan pada makna daripada generalisasi.58

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena topik yang akan

diteliti dalam penelitian ini adalah implementasi kebijakan program ETLE

(Electronic Traffic Law Enforcement) pada Kepolisian Resor Kota Padang

yangterfokus pada gambaran fenomena secara menyeluruh mengenai sejauh mana

program berjalan sesuai dengan kebijakan yang berlaku, tindakan petugas dan

anggaran yang digunakan serta unsur waktu yang dijadikan patokan dalam

implementasi kebijakan program ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement),

Komunikasi antara elemen, karakteristik instansi, sikap manajerial yang berlaku

dan deskripsi kondisi lingkungan sosial, kondisi lingkungan ekonomi dan kondisi

lingkungan politik yang berpengaruh akibat terlaksananya program ETLE

(Electronic Traffic Law Enforcement).

57
Lexy, J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosda. 2007. Hlm. 4
58
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta. Remaja Rosdakarya.
2014. Hlm. 5

58
Sedangkan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

tipe penelitian deskriptif. Nasir berpendapat bahwa penelitian yang berusaha

menggambarkan fenomena yang terjadi secara nyata, realistik, aktual karena

penelitian ini menyusun deskripsi, gambar atau gambar secara sistematis, faktual

serta akurat mengenai fakta, ciri dan hubungan fenomena yang

diteliti..59Suharsimi Arikunto menerjemahkan bahwasanya penelitian bersifat

deskriptif yakni penelitian yang menjelaskan peristiwa dan sesuatu.60

Penggunaan tipe penelitian deskriptif dalam penelitian ini terdapat data

yang berisi deskripsi atau gambaran tentang situasi atau kondisi yang diteliti

dalam bentuk deskripsi narasi. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan suatu

peristiwa yang terjadi dalam implementasi kebijakan program ETLE (Electronic

Traffic Law Enforcement) pada Kepolisian Resor Kota Padang secara objektif

agar subjektivitas dalam membuat interpretasi dapat dihindari.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu kegiatan dimana peneliti

mencari data yang dibutuhkan terkait permasalahan penelitian. Teknik

pengumpulan data yaitu:

3.2.1 Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dimana peneliti

mengumpulkan data dengan cara proses tanya jawab kepada pihak selaku pemberi

informasi terkait permasalahan dalam penelitian. Sugiyono

berpendapatWawancara adalah pertemuan antara dua orang di mana informasi dan

59
Rukajat. Pendekatan Penelitian Kuantitatif: Quantitative Research Approach. Yogyakarta.
Deepublish. 2018. Hlm. 1
60
Suharsimi, Arikunto. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Bina Aksara. 1992.
Hlm. 25

59
ide dipertukarkan melalui tanya jawab untuk memberi makna pada topik

tertentu.61Wawancara yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara

terstruktur yang dirumuskan sendiri oleh peneliti untuk diajukan kepada informan.

Pertanyaan yang diajukan oleh peneliti kepada informan yaitu jenis pertanyaan

terbuka, dimana informan secara bebas menjawab pertanyaan yang diajukan oleh

peneliti. Data yang diperoleh dalam wawancara yaitu informasi dari informan

yang berkaitan dengan implementasi kebijakan program ETLE (Electronic Traffic

Law Enforcement) pada Kepolisian Resor Kota Padang.

3.2.2 Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik penhimpunan data yang digunakan untuk

penelitianyang bersumber dari koran, artikel, dokumen, jurnal dan lain-lain.

Menurut Sugiyono dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu.62Arikunto menjelaskan bahwa dokumentasi yaitu mencari data mengenai

hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, website,

majalah, prasasti, notulen, agenda dan sebagainya yang ada hubungannya dengan

topik pembahasan yang diteliti.63Dokumentasi dapat memperkuat informasi dan

data yang didapat melalui proses wawancara. Dokumentasi penelitian ini adalah

dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan programETLE (Electronic Traffic

Law Enforcement) pada Kepolisian Resor Kota Padang baik berupa catatan, alat

perekam, dan dokumentasi berupa gambar atau foto serta dokumen. Berikut data

yang didapat melalui dokumentasi sebagai berikut:

Tabel 3. 1 Data Penelitian Melalui Metode Dokumentasi


61
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D. Bandung. Alfabeta. 2016. Hlm. 231
62
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta. 2013. Hlm. 240
63
Suharsimi, arikunto. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka Cipta. 1993.
Hlm. 202

60
No Dokumen Sumber Data
1 Statistik Transportasi Darat BPS RI
2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang JDIH BPK RI
Kepolisian Negara Republik Indonesia
3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu JDIH BPK RI
Lintas Jalan dan Angkutan Jalan
4 Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 12 JDIH MA RI
Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelesaian
Pelanggaran Lalu Lintas
5 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana JDIH BPK RI
6 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang JDIH KOMINFO
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
7 Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2012 tentang JDIH BPK RI
Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan
dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
Sumber: Olahan Peneliti

3.3 Teknik Pemilihan Informan

Informan merupakan seseorang yang dapat memberikan informasi dan

memahami tentang situasi dan kondisi dari penelitian yang dilakukan. Dalam

penelitian ini teknik yang digunakan dalam pemilihan informan yaitu purposive

sampling maksudnya peneliti dalam memilih informan yang memilih informan

yang memiliki pengetahuan dan bersinggungan langsung dengan objek penelitian.

Alasan pemilihan objek yang akan diteliti serta dapat menjawab permasalahan

penelitian yang sedang diteliti. Maka informan penelitian dalamimplementasi

program ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement) pada Kepolisian Resor Kota

Padang sebagai berikut:

Tabel 3. 2 Informan Penelitian

61
No Nama Jabatan Alasan
1 Alfin Kasatlantas Polresta Informan bertanggungjawab
Padang dalam terlaksananya program
ETLE
2 Ade Wiranata Bagian Petugas ETLE Informan bertanggungjawab
Polresta Padang melaksanakan program ETLE
3 Apriandi Putra Bagian Enterprise Informan bertanggungjawab
POS Indonesia mengantarkan surat tilang
Regional Padang kepada pelanggar
4. Medi Eka Putra Kejaksanaan Negeri Informan terlibat dalam
Padang proses pembayaran
pelanggaran ETLE ketika
pembayaran di bank BRI
sudah jatuh tempo
6 Sri Rahmi Ananda Bank BRI KC Padang Informan terlibat dalam
proses pembayaran
pelanggaran ETLE

3.4 Peranan Peneliti

Dalam penelitian ini peneliti menjadi subjek utama, yakni peneliti murni

diluar objek penelitian dan hanya fokus pada objek penelitian. Memperhatikan

aspek tertentu dari proses pengumpulan data, maka sampai pada tahap akhir yaitu

penyusunan laporan penelitian. Oleh karena itu, hadirnya peneliti dalam penelitian

kualitatif sangat dibutuhkan untuk mendapatkan informasi tentang penelitian

implementasi program ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement) pada

Kepolisian Resort Kota Padang dapat diperoleh sesuai dengan yang diharapkan

peneliti.

3.5 Proses Penelitian

Dalam penelitian ini, proses penelitian terdiri dari serangkaian langkah-

langkah tindakan dari mendapatkan izin penelitian hingga menyelesaikan

penelitian di lapangan. Proses penelitian secara umum dimulai dari

62
dikeluarkannya surat izin penelitian. Kemudian penelitian dilanjutkan di

Kepolisian Resort Kota Padang.

Tabel 3.3 Proses Penelitian


Hari/Tanggal Kegiatan Keterangan

20 Juli 2022 Mengirimkan judul Online Via Google Form


proposal penelitian ke
jurusan

1 Agustus 2022 Judul disetujui pihak Online


jurusan dan pembagian
dosem pembimbing 1 dan
pembimbing 2

14 September 2022 Melakukan survey awal Polresta Padang


penelitian di Polresta
Padang

10 November 2022 Mengurus surat izin Online via website


penelitian dari fakultas fisip.unand.ac.id

11 November 2022 Surat izin penelitian Online via WA


keluar

28 November 2023 Melakukan wawancara Polresta Padang


dengan Pihak ETLE
Polresta Padang

16 Januari 2023 Melakukan wawancara Polresta Padang


dengan pihak lantas
Polresta Padang

24 Januari 2023 Melakukan wawancara Kantor Pos Indonesia


dengan pihak Pos Regional Padang
Indonesia Regional
Padang

14 Februari 2023 Melakukan Wawancara Kantor Kejaksaan Negeri


dengan pihak Kejaksaan Padang
Negeri Padang

13 Februari 2023 Melakukan wawancara Kantor Bank BRI KC


dengan pihak Bank BRI Padang
KC Padang

63
15 Februari 2023 Melakukan wawancara Kantor Dirlantas Polda
dengan pihak Dirlantas Sumbar
Polda Sumbar

3 Februari 2023 Melakukan wawancara Di tempat


dengan masyarakat yang
pernah terkena ETLE

8 Februari 2023 Melakukan wawancara Di tempat


dengan masyarakat yang
pernah terkena ETLE

6 Februari 2023 Melakukan wawancara Di tempat


dengan masyarakat yang
belum pernah terkena
ETLE

3.6 Unit Analisis

Unit analisis berujuan untuk memfokuskan penelitian yang dilakukan

sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Bergantung pada masalahnya,

unit analisis dapat mencakup orang, kelompok, organisasi, objek, dan waktu

tertentu. Unit analisis berupa organisasi ataupun lembaga bisa berupa organisasi

berskala mini atau tertutup, sedangkan unit analisis padagrup berupa beberapa

forum& berskala besar. Unit analisis buat penelitian ini merupakangrupatau

kelompok.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses penyederhanaan data kedalam bentuk

yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.64Analisis data untuk penelitian

kualitatif dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah

kerja lapangan.65Penelitian ini menggunakan model analisis interaktif Miles dan

Huberman untuk teknik analisis datanya, teknik ini dipilih berdasarkan kesesuaian
64
Masri, Singarimbun. Metode Penelitian Suevei. Jakarta. LP3ES. 1989. Hlm. 263
65
Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung. Alfabeta. 2015. Hlm. 62

64
dengan pendekatan kualitatif deskriptif.66Mengenai metode yang peneliti gunakan

untuk meningkatkan pemahaman tersebut, peneliti melakukan analisis lebih lanjut

mencoba mencari makna dengan menggunakan teknik analisis data Miles dan

Huberman, yakni:

a. Pengumpulan Data, peneliti mengumpulkan hasil objektif dan terkini dari

observasi dan wawancara, sertaberbagai dokumen dilapangan.

b. Reduksi Data, peneliti memilih prioritas sesuai dengan fokus penelitian.

Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan,

mengklasifikasikan, mengarahkan, mengurai, dan mengorganisasikan data.

c. Penyajian Data, peneliti menyajikan sekumpulan informasi yang telah

tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan

dan pengambilan Tindakan

d. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi) yang bisa dilakukan dalam waktu

singkat, yaitu dengan mengumpulkan informasi baru.Tentang keputusan

berdasarkan reduksi data dan penyajian data, yang merupakan jawaban

dari permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Kesimpulan awal yang

disajikan masih bersifat awal dan akan berubah kecuali ditemukan bukti

kuat yang mendukung tahap pengumpulan data selanjutnya. Namun jika

kesimpulan yang disajikan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti

yang valid dan konsisten, maka ketika peneliti kembali kelapangan untuk

mengumpulkan data,maka kesimpulan yang disajikan merupakan

kesimpulan yang masuk akal.

3.8 Teknik Keabsahan Data

66
Miles dan Huberman. Analisis Data Kualitatif. Jakarta. UI. 1992

65
Penelitian ini menguji keakuratan informasi yang diperoleh dari Polda

Sumbar dan warga Kota Padang dengan menggunakan teknik triangulasi. Teknik

triangulasi adalah teknik pemeriksaan kebenaran data dengan menggunakan

sesuatu di luar data untuk memvalidasi atau membandingkan data. Menurut

Moleong, metode triangulasi data terbagi menjadi empat macam, yaitu segitiga

sumber, metode, pakar, dan teori.67Teknik triangulasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah verifikasi sumber. Paton mengatakan triangulasi sumber

digunakan untuk membandingkan dan memeriksa tingkat keandalan informasi

yang diperoleh pada waktu yang berbeda, dan alat penelitian kualitatif

digunakan.68Triangulasi dalam penelitian ini dijalankan yang membandingkan

data yang didapatkan dari berbagi sumber data sebagai berikut:

1. PerbandinganinformasidaripantauanpolisidiPadangdenganinformasidariwa

wancaradenganpelapor. 

2. Bandingkanapayangdisampaikan informandipublik denganapayangdikatak

ansecara personal. 

3. Bandingkanapayangdikatakanorangtentang konidisi penelitiandenganapay

angdikatakanorangsepanjangwaktu. 

4. Melakukan perbandingkan hasil wawancara informan antara dokumen

yang berkaitan.

5. Perbandingkankeadaandansudutpandangseseorangdenganpandangandanpe

ndapatoranglain,misalnyaorangbiasa,orangberpendidikanmenengahatautin

ggi,orangkayadanpejabatpemerintah. 

Berikut informan triangulasi dalam penelitian kali ini:


67
Lexy. J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya. 2006. Hlm.
330
68
Ibid. Hlm. 330-331

66
Tabel 3. 4 Informan Triangulasi
No Nama Jabatan Alasan
1. Dewi Suryani Kasubdit Gakkum Karena pihak yang
Ditlantas bertanggungjawab atas
Kepolisian Daerah implementasi ETLE untuk Wilayah
Sumatera Barat Padang
2. Wahyu Rama Masyarakat Karena merupakan kelompok
sasaran yang terkena ETE
pelanggaran menggunakan
kendaraan mobil
3. Rian Putra Masyarakat Karena merupakan kelompok
sasaran yang terkena ETE
pelanggaran menggunakan
kendaraan mobil
4. Renaldo Resta Masyarakat Karena merupakan kelompok yang
sasaran yang menggunakan jalan
raya.

67
68
BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Kota Padang

Padang merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Barat di Indonesia. Kota

ini merupakan pintu masuk barat Indonesia ke Samudera Hindia. Secara

geografis, Padang dikelilingi perbukitan dengan ketinggian 1.853 mdpl dan luas

693,66 km², lebih dari setengahnya merupakan hutan lindung. Menurut data

Badan Pusat Statistik (BPS) dari tahun 2021, 909.040 orang tinggal di kota ini.

Padang adalah kota inti dari pengembangan Palapa Raya. 69Batas-batasnya sebagai

berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Padang Pariaman

Sebelah Selatan: Kabupaten Pesisir Selatan

Sebelah Timur : Kabupaten Solok

Sebelah Barat : Samudera Hindia

Secara Administratif, Kota Padang memiliki 11 Kecamatan dan 104

Kelurahan. 11 Kecamatan tersebut adalah :

Bungus Teluk Kabung,Lubuk Kilangan, Lubuk Begalung, Padang Selatan,

Padang Timur, Padang Barat, Padang Utara, Nanggalo, Kuranji, Pauh, Koto

Tangah. Selain wilayah daratan, Kota Padang juga memiliki wilayah perairan

yang dihiasi 19 pulau kecil yang termasuk dalam wilayah administrasi Kota

Padang. Kesembilan belas pulau tersebut terbagi menjadi 3 kecamatan, yang

terbesar adalah Pulau Bintangur dengan luas 56,78 ha, kemudian Pulau Sikuai di

kawasan Bungus Teluk Kabung dengan luas 48,12 ha dan Pulau Toran di kawasan

69
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Padang. Diakses pada tanggal 31 Januari 2023

69
Padang Selatan dengan luas 33,67 ha.Selain pulau, kota Padang juga memiliki

banyak sungai yaitu 16 sungai kecil dan 5 sungai besar. Sungai terpanjang adalah

Sungai Batang Kandis. 70

Gambar 4.1 Peta Kota Padang

Sumber : https://peta-kota.blogspot.com/2011/05/peta-kota-padang.html

Visi dan Misi Kota Padang

VISI :

"Mewujudkan Masyarakat Kota Padang Yang Madani Berbasis

Pendidikan, Perdagangan dan Pariwisata Unggul Serta Berdaya Saing"

MISI :
70
https://padang.go.id/gambaran-umum-kota-padang#:~:text=Batas%2Dbatas%20wilayah
%20Kota%20Padang,Sebelah%20Barat%20%3A%20Samudera%20Hindia. Diakses pada tanggal
31 Januari 2023

70
1. Meningkatkan kualitas pendidikan untuk menghasilkan sumber daya

manusia yang beriman, kreatif, inovatif, dan berdaya saing.

2. Mewujudkan Kota Padang yang unggul, aman, bersih, tertib, bersahabat

dan menghargai kearifan lokal.

3.Meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Padang yang inklusif.

4.Mewujudkan Kota Padang sebagai pusat perdagangan dan ekonomi

kreatif.

5.Meningkatkan kualitas pengelolaan pariwisata yang nyaman dan

berkesan.

6.Menciptakan masyarakat sadar, peduli dan tangguh bencana.

7.Meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan yang bersih dan

pelayanan publik yang prima.

4.2 Polresta Padang

Polres merupakan satuan organisasi Polri yang berkedudukan di ibukota


kabupaten/kota di daerah hukum masing-masing. Polres bertugas
menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman,
dan pelayanan kepada masyarakat dan melaksanakan tugas-tugas Polri lainnya
dalam daerah hukum Polres, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.71

71
https://padang.sumbar.polri.go.id/struktur-organisasi/. Diakses pada tanggal 31 Januari 2023

71
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Polresta Padang

Sumber : https://padang.sumbar.polri.go.id/struktur-organisasi/

Bidang Satlantas (Satuan Lalu Lintas)

Satlantas merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah

Kapolres. Satlantas bertugas melaksanakan Turjawali lalu lintas, pendidikan

masyarakat lalu lintas (Dikmaslantas), pelayanan registrasi dan identifikasi

kendaraan bermotor dan pengemudi, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan

penegakan hukum di bidang lalu lintas. Dalam melaksanakan tugasnya, Satlantas

menyelenggarakan fungsi:

1. Pembinaan lalu lintas kepolisian;

2. Pembinaan partisipasi masyarakat melalui kerja sama lintas sektoral,

Dikmaslantas, dan pengkajian masalah di bidang lalu lintas;

3. Pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka

penegakan hukum dan keamanan, keselamatan, ketertiban, kelancaran lalu lintas

(Kamseltibcarlantas);

72
4. Pelayanan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor

serta pengemudi;

5. Pelaksanaan patroli jalan raya dan penindakan pelanggaran serta

penanganan kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hukum, serta

menjamin Kamseltibcarlantas di jalan raya;

6. Pengamanan dan penyelamatan masyarakat pengguna jalan; dan

7. Perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan.

Satlantas dipimpin oleh Kasatlantas yang bertanggung jawab kepada

Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres.

Khusus pada Polres Tipe Metropolitan, Polrestabes, dan Polresta, Kasatlantas

dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wakil Kepala Satlantas

(Wakasatlantas).72

4.3 PT Pos Indonesia

Pos Indonesia merupakan sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Indonesia yang bergerak di bidang layanan pos. Saat ini unit usaha Pos Indonesia

berbentuk perseroan terbatas dan sering disebut dengan PT. Pos Indonesia. Model

bisnis Pos Indonesia didasarkan pada Keputusan Pemerintah No. 5 Republik

Indonesia Tahun 1995. Keputusan Pemerintah ini menyangkut pengalihan bentuk

Perusahaan Umum Pos Indonesia (Perumo) yang semula menjadi Perusahaan

Negara.

Didirikan pada tahun 1746, Pos Indonesia dimiliki sepenuhnya oleh

pemerintah Indonesia. Saat ini, Pos Indonesia tidak hanya menawarkan layanan
72
https://padang.sumbar.polri.go.id/struktur-organisasi/. Diakses pada tanggal 31 Januari 2023

73
pos dan kurir, tetapi juga layanan keuangan, ritel, dan real estate yang didukung

oleh jaringan lebih dari 4.000 kantor pos dan 28.000 agen pos yang tersebar di

seluruh Indonesia.73

Tujuan, Visi, dan Misi, dan Key Words PT Pos Indonesia :

Tujuan : “Membangun bangsa yang lebih berdaya saing dan sejahtera”

Visi : “Menjadi Postal Operator, Penyedia Jasa Kurir, Logistik dan

Keuangan Paling Kompetitif.”

Misi : “Bertindak Efektif Untuk Mencapai Performance Terbaik”

Persyaratan Utama (Key Words)

Untuk mewujudkan Visi dan Misi, persyaratan utama (key words) yang

perlu dilakukan adalah:

1. Memberikan produk yang relevan sesuai dengan kebutuhan pasar;

2. Memberikan jasa layanan yang prima;

3. Menjalankan proses bisnis secara efisien;

4. Membangun solusi teknologi informasi yang prima dan human capital

yang andal;

5. Memperkuat sistem pengendalian internal, governance, dan manajemen

risiko untuk mencapai tingkat kematangan yang memadai untuk mengamankan

pencapaian tujuan Perusahaan.74


73
https://id.wikipedia.org/wiki/Pos_Indonesia. Diakses pada tanggal 31 Januari 2023
74
https://www.posindonesia.co.id/id/content/visi-misi-tujuan-dan-tata-nilai . Diakses pada tanggal
31 Januari 2023

74
4.4 Bank BRI

Bank BRI merupakan salah satu bankterbesar miliki pemerintah Indonesia.

Memiliki kepanjangan Bank Republik Indonesia. BRI didirikan di Purwokerto,

Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaarmadja pada tanggal 16 desember 1985.

Visi : Menjadi The Most Valuable Banking Group di Asia Tenggara dan

Champion of Financial Inclusion.

Misi :

1. Memberikan yang Terbaik : Melakukan kegiatan perbankan yang

terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada segmen mikro, kecil, dan

menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat

2. Menyediakan Pelayanan yang Prima : memberikan pelayanan yang

prima dengan focus kepada nasabah melalui sumber daya manusia yang

professional dan memiliki budaya berbasis kinerja (performance-driven culture),

teknologi informasi yang handal dan future ready , dan jaringan kerja

konvensional maupun digital yang produktif dengan menerapkan prinsip

operasional dan risk management excellence.

3. Bekerja dengan Optimal dan Baik : Memberikan keuntungan dan

manfaat yang optimal kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder)

dengan memperhatikan prinsip keuangan yang berkelanjutan dan praktik good

corporate governance yang sangat baik

Core Values AKHLAK :

Amanah :

75
1. Memenuhi janji dan komitmen

2. Bertanggungjawab atas tugas, keputusan, dan tindakan yang dilakukan

3. Berpegang teguh pada nilai moral dan etika.

Kompeten :

1. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu

berubah.

2. Membantu orang belajara

3. Menyelesaikan tugas denngan kualitas baik

Harmonis :

1.Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya

2. Suka menolong orang lain

3. Membangun lingkungan kerja yang kondusif

Loyal :

1. Menjaga nama baik sesame karyawan, pimpinan, BUMN, dan Negara

2. Rela berkorban untuk mencapai tujuan yang lebih besar.

3. Patuh kepada pimpinan sepanjang tidak bertentangan dengan hukum

dan etika.

Adaptif :

1. Cepat menyesuaikan diri untuk menjadi lebih baik.

2. Terus menerus melakukan perbaikan mengikuti perkembangan

teknologi

3. Bertindak proaktif

Kolaboratif :

1. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi.

76
2. Terbuka dalam bekerjasama untuk menghasilkan nilai tambah.

3. Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan

bersama.75

4.5 Kejaksaan Negeri Padang

Kejaksaan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut kejaksaan

merupakan lembaga pemerintahan yang melaksakan kekuasaan negara di bidang

penuntutan serta peraturan perundang-undangan. Kejaksaaan merupakan satu-

satunya instansi pelaksana putusan pidana (excecutive ambtenaar). Selain

berperan dalam perkara pidana, kejaksaan juga memiliki peran lain dalam hukum

perdata dan tata usaha negara sebagai penuntut umum serta melaksakan putusan

pengadilan, dan wewenang lain berdasarkan undang-undang.76

Visi Kejaksaan RI :

Kejaksaan sebagai lembaga penegak hukum yang bersih, efektif, efisien,

transparan, akuntabel untuk dapat memberikan pelayanan prima dalam

mewujudkan supremasi hukum secara professional, proporsional, dan bermartabat

yang berlandaskan keadilan, kebenaran, serta nilai-nilai kepautan.

Misi Kejaksaan RI :

1. Mengoptimalkan pelaksaan fungsi kejaksaan dalam pelaksaan tugas dan

wewenang, baik dalam segi kulaitas maupun kuantitas penanganan perkara

seluruh tindak pidana, penanganan perkara perdata dan tata usaha negara, serta

pengoptimalan kegiatan intelijen kejaksaan, secara professional, proporsional, dan

75
https://bri.co.id/info-perusahaan
76
https://kejaribandungkota.go.id

77
bermartabat melalui penerapan standar operating procedure (SOP) yang tepat,

cermat, terarah, efektif, dan efisien.

2. Mengoptimalkan peranan bidang pembinaan dan pengawasan dalam

rangka mendukung pelaksanaan tugas bidang-bidang lainnya, terutama terkait

dengan upaya penegakan hukum.

3. Mengoptimalkan tugas pelayanan publik di bidan hukum dengan penuh

tanggungjawab, taat azas, efektif dan efisien, serta penghargaan terhadap hak-hak

publik.

4. Melaksanakan pembenahan dan penataan struktur organisasi kejaksaan,

pembenahan sistem informasi manajemen terutama pengimplementasian program

quiqckwins agar dapat segera diakses oleh masyrakat, penyusunan cetak biru

(blue print) pembangunan sumberdaya manusia kejaksaan jangka menengah dan

jangka panjang tahun 2025, menerbitkan dan menata kembali manajemen

administrasi keuangan, peningkatan saran dan prasarana, serta peningkatan

kesejahteraan pegawai melalui tunjangan kinerja atau remunerasi agar kinerja

kejaksaan dapat berjalan efektif, efisien, transparan, akuntabel, dan optimal.

5. Membentuk aparat kejaksaan yang handal, tangguh, professional,

bermoral, dan bertika guna menunjang kelancaran pelaksaan tugas pokok, fungsi,

dan penegakan hukum yang berkeadilan serta tugas-tugas lainnya yang terkait.77

77
https://kejari-padang.kejaksaan.go.id/profil/visi/

78
BAB V

TEMUAN DAN HASIL

5.1 Implementasi Program ETLE (Electronic Traffict Law Enforcement)

Pada Kepolisian Resort Kota Padang

Kebijakan publik merupakan bagian penting dari isu-isu strategis dalam

pengambilan keputusan. Kebijakan yang baik ialah dasar yang baik

79
mengimplementasikan isu-isu strategis suatu organisasi atau pemerintah untuk

memecahkan masalah yang ada. Carl Friedrich, kegiatan yang mengarah pada

tujuan yang diajukan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam

lingkungan tertentu dengan hambatan tertentu, sambil mencari cara untuk

mencapai tujuan atau melaksanakan tujuan yang diinginkan.78

ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement) merupakan sistem yang

mencatat, mendeteksi, memotret pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh

pengendara di jalan raya melalui kamera CCTV.Penyelenggaraan implementasi

program ETLE pada Polresta Kota Padang dimulai pada awal tahun 2021 sejak

15April 2021 terpusat hanya di Kota Padang sebagai Ibukota Provinsi Sumatera

Barat. Sebelum menerapkan program ETLE maka Polresta Padang terlebih dahulu

melakukan sosialisasi sekaligus launching kepada masyarakat mulai dari Januari

2021 hingga 14 April 2021. Tanggal 15 April 2021 sudah diterapkan program

ETLE dengan pemberlakuan denda tilang.Aktor yang bertugas dalam

menjalankan program ETLE terdiri dari 6 orang petugas.

Pada temuan awal peneliti, peneliti menemukan bahwasanya implementasi

dari program ETLE ini masih berjalan dengan optimal, yang ditandai dengan

masih banyaknya hal-hal yang menghambat implementasi ini berjalan dengan

baik. Hal ini dinilai peneliti membuat implementasi porgram ETLE masih belum

terimplementasi dengan baik.Ada 6 variabel yang nantinya akan mempengaruhi

implementasi kebijakan tersebut yaitu standar dan sasaran kebijakan, sumber

daya, karakteristik badan atau agen pelaksana, komunikasi antar badan atau agen

pelaksana, sikap para pelaksana, lingkungan sosial, ekonomi dan politik.

78
Opcit, Abdul Wahab Solihin. Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi ke Implementasi
Kebijaksanaan Negara. Jakarta. Bumi Aksara. 2004. Hlm. 3

80
Untuk melihat sampai sejauh mana implementor menerapkan atau

mengimplementasikan program ETLE pada Polresta Padang hingga sekarang

serta fenomena yang telah peneliti uraikan dan sampaikan pada latar belakang,

maka hasil temuan penelitian kali ini dianalisis menggunakan teori implementasi

Van Meterdan Van Horn dengan menggunakan 6 variabel serta teori kinerja

kebijakan menurut Van Meter dan Van Horn.

Mekanisme pelaksanaan ETLE (Electroniv Traffic Law Enforcement)

dimulai pada pengambilan gambar atau foto yang ditangkap melalui kamera

CCTV yang terpasang dibeberapa lampu merah yang ada di Kota Padang yang

berjumlah 10 unit kamera CCTV. Gambar ataupun capture dari CCTV yang

dilakukan secara otomatis ini nantinya akan dikirmkan langsung kepada petugas

ETLE Polresta Padang, gambar tersebut nantinya akan diverifikasi dan divalidasi

oleh petugas ETLE Polresta Padang. Apabila sudah diverifikasi dan dinyatakan

melakukan pelanggaran maka akan dibuatkan bukti pelanggaran, bukti

pelanggaran ini nantinya akan berisikan kesaahan pelanggar serta alamat dan juga

gambar pelanggar. Bukti pelanggaran tersebut akan diambil oleh pihak pos yang

nantinya akan diantarkan secara langsung kealamat pelanggar pemilik kendaraan.

Apabila surat telah diterima oleh pelanggar maka, pelanggar berkewajiban

melakukan verifikasi serta pembayaran via kode BRI-VA yang ada dalam surat

bukti pelanggaran tersebut. Pembayaran bisa dilakukan secara online maupun

offline dengan datang ke Bank BRI. Setelah proses pemabyaran selesai maka

otomatis sistem akan melakukan verifikasi bahwasanya telah melakukan

pemabyaran.

Gambar 5.1 Bagan Alur Mekanisme ETLE

81
Gambar Ditangkap Verifikasi Oleh Pembuatan Surat
CCTV Otomatis Petugas ETLE Bukti Pelanggaran

Surat Sampai Kepada Pengambilan dan


Pelanggar Sesuai Pengantaran Surat
Alamat Pemilik Tilang Oleh Pos
Kendaraan

Proses Verifikasi Pemilik Pembayaran denda oleh


Kendaraan Pelanggar Melalui pelanggar Via Briva
Laman Website Yang ada Di Surat
Tilang

Berhasil Melakukan
Pembayaran Denda
Tilang

Sumber : Olahan Peneliti, 2023

5.1.1 Standar dan Sasaran Kebijakan

Variabel kebijakan memiliki korelasi dengan standar dan tujuan yang telah

ditetapkan. Menurut Van Meter dan Van Horn setiap kebijakan memiliki standar

dan tujuan yang jelas yang nantinya pada saat implementor merealisasikan tidak

menimbulkan permasalahan diantara para implementor.79 Standar dan tujuan dari

implementasi program ETLE pada Polresta Kota Padang mengacu pada Undang-

Undang No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang

seterusnya disingkat UU LLAJ. Untuk menentukan standar dan arah tujuan

kebijakan, dapat menggunakan apa yang dikatakan para pembuat kebijakan, yaitu

79
Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka
Belajar

82
adanya dokumen, seperti peraturan ataupun program serta pedoman yang

menentukan arah kinerja implementasi kebijakan.80

Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan 2 indikator dalam

menguraikan implementasi dari ETLE pada Polresta Padang. Yang pertama yaitu

adalah indikator jelas dan terukur dan yang kedua adalah indikator keadilan.

Indikator pertama dapat dilihat berdasarkan tujuan dari Undang-Undang No 20

Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Sementara indikator kedua

tentang keadilan dapat dilihat dari adanya kesama rataan dari implementasi

program ETLE ini kepada seluruh masyrakat.

5.1.1.1 Jelas dan Terukur

Untuk memandang implementasi dibutuhkan suatu peraturan

ataupun kebijakan yang jelas dan terukur dari sebuah implementasi.

Pelaksanaan pada suatu implementasi kebijakan ataupun program harus

berdasarkan pada aturan ataupun kebijakan yang telah dibuat oleh pembuat

kebijakan untuk menjadi pedoman dalam bertindak. Kebijakan ataupun

peraturan dalam penelitian kali ini tentang ETLE yakni berpedoman pada

Undang-Undang No 20 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan.Undang-Undang No 20 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan sudah menjelaskan dengan gamblang apa-apa saja yang

menjadi azas dan juga tujuan dari lalu lintas dan angkutan jalan yakni pada

pasal 2 dan 3 UU LLAJ.

80
Donald S. Van Meter and Carl E. Van Horn. 1974. The Policy Implementation Process.
Department of Political Science.

83
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diselenggarakan dengan

memperhatikan:

a. asas transparan;

b. asas akuntabel;

c. asas berkelanjutan;

d. asas partisipatif;

e. asas bermanfaat;

f. asas efisien dan efektif;

g. asas seimbang;

h. asas terpadu; dan

i. asas mandiri.81

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diselenggarakan dengan tujuan:

a. terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman,

selamat, tertib, lancar, dan terpadu denganmoda angkutan lain untuk

mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum,

memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung

tinggi martabat bangsa;

b. terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan

c. terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.

Hal ini juga sesuai dengan pernyataan dari pihak kepolisian bagian

lantas polresta padang yakni :

“Tujuan dari adanya ETLE ini untuk mengatur adanya kondusifitas


dari pengguna jalan agar lebih tertib lagi dalam berkendara, ini

81
Undang-Undang No 20 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 2 dan 3

84
juga sudah tertuang dalam undang-undangnya tentang
berkendara”82
Berdasarkan wawancara diatas, dapat kita lihat bahwasanya tujuan

dari ETLE dapat kita lihat melalui UU LLAJ. Hal ini juga dikuarkan oleh

pernyataan dari petugas ETLE dari pihak polresta padang, yakni :

“Untuk dasar dari adanya program atau kegiatan ETLE ini kita bisa
lihat langsung, bisa kita lihat di Undang-Undang LLAJ, disitu
sudah jelas bagaimana cara penindakan, yaitu juga bisa digunakan
alat bukti seperti rekaman elektronik. Besaran denda juga bisa
dilihat didalam undang-undang tersebut. Tapi kok misalnya
memang satu undang-undang yang membahas ETLE itu gak ada”83
Artinya untuk aturan yang digunakan untuk melakukan atau menjalankan

program ETLE sudah tercermin dari UU LLAJ tersebut. Mulai dari bagaimana

penindakan dilakukan dan hingga besaran harga denda yang harus dibayarkan

oleh pelanggar. Hanya saja tidak ada satu aturan khusus yang memang membahas

secara spesifik tentang ETLE ini. hal senada juga disampaikan oleh bagian

ditlantas polda yakni :

“..dasar hukum yang ETLE ini kami ada surat telegramnya, jadi ada
intruksi dari kapolri untuk melaksanakan tilang secara elektronik, kalau
untuk undang-undangnya ada UU LLAJ namanya, itu tentang lalu lintas
dan angkutan jalan”.84
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan, maka dapat disimpulkan

bahwasanya untuk dasar hukum dari adanya ETLE ini adalah adanya intruksi dari

Kapolri, dan dari UU LLAJ. Selanjutnya, peneliti juga meminta pandangan

masyarakat melalui wawancara berikut:

82
Wawancara dengan Bapak Alfin selaku Kasatlantas Polresta Padang pada tanggal 16 Januari
2023
83
Wawancara dengan Bapak Ade Wiranata, selaku Petugas ETLE Polresta Kota Padang pada 28
November 2022
84
Wawancara dengan Ibu Dewi Suryani selaku Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Sumbar pada
15 Februari 2023

85
“..awak sabananyo agak bingung lo mah, patang ko katonyo ndak ado
tilang langsuang, tilang elektronik se buliahnyo, nah kini ko lah mulai lo ado
tangkok-tangkok dijalan, padahal lah intruksi dari kapolri bana dilarang tilang
langsuangkan”.85
Pandangan dari masyarakat ini membuktikan bahwasanya ketidakjelasan

peraturan sebagai sarana dasar hukum yang kuat mengakibatkan efek

ketidakjelasan dalam mekanisme pelaksanaan sebuah program. Tentu ini sejalan

denganyang diterangkan VanMeter VanHorn tentang standar yang jelas dan

terukur, maka dapat disimpulkan bahwasanya program ETLE belum memenuhi

kriteria jelas dan terukur, karena belum memiliki satu payung hukum yang khusus

membahas secara detail dan komprehensifmengenai ETLE ini. Untuk melihat

bagaimana ETLE hanya dalam UU yang tertuang dalam Undang-Undang No 20

Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

5.1.1.2 Keadilan

Selain standar dan sasaran dari pelaksanaan suatu program,

ternyata ada hal lain yang harus menjadi perhatian dari implementasi suatu

program, yakni keadilan dalam menerapkanprogram. Keadilan menjadi

suatu syarat yang harus dipenuhi dan diterapkan dalam proses pelaksanaan

suatu program untuk terciptanya program yang baik.86Adil menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online yaitu kondisi dimana sesuatu itu

sama berat, tidak memihak, berpihak pada kebenaran dan tidak sewenang-

wenang.87

85
Wawancara dengan Bapak Rhenaldo Resta selaku Masyarakat pengguna kendaraan bermotor
pada tanggal 6 Februari 2023
86
Masda Ridho, 2019. Pengembangan Program Minyak Atsiri Di Kota Solok. Skripsi.
UniversitasAndalas.Hal.124
87
https://kbbi.web.id>keadilan Diakses pada tanggal 7 Februari 2023 pukul 21:53

86
Pelaksanaan Program ETLE, bentuk dari keadilan dapat kita lihat

dari bagaimana masyaratkat mendapatkan perlakuan yang sama dari

sebuah kegiatan atau program tersebut, tidak pandang bulu dalam

menindak, dan tidak boleh ada tendensi kepada para penguasa atau orang

dalam (orang yang dikenal). Sesuai dengan wawancara yang dilakukan

dengan pihak ETLE Polres Padang, yaitu:

“Untuk proses penindakan kita menggunakan kamera CCTV yang


dilengkapi dengan fitur otomatis, jadi kalau misalnya adek gak pakai helm
dan lewat dijalan yang ada CCTV nya, maka akan otomatis di-Capture
atau difoto sama CCTV nya. Nah, baru nanti dari tim operator yang
menindak lanjutinya, apakah memang adek tidak pakai helm atau
melanggar apa tidak. Kita juga melakukan penindakan itu dengan penuh
keadialan, dan tentu ini juga kita melaksanakannya dengan semestinya,
kalau memang mereka melakukan pelanggaran dan itu terbukti, maka akan
segera ditindak lanjuti.”88
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan, maka dapat

kita lihat bahwasanya dalam implementasi program ETLE yang dilakukan

oleh pihak Polresta Kota Padang sudah melaksanakan dan menggunakan

prinsip keadilan. Artinya, semua masyrakat dari berbagai kalangan

mendapatkan perlakuan yang sama dalam proses implementasi dari ETLE

tersebut. Hal ini juga beriringan dengan hasil wawancara yang peneliti

lakukan dengan ditlantas Polda Sumbar yakni :

“…kalau untuk sasarannya itu kan masyrakat pengguna jalan, jadi


siapapun yang melanggar akan ditindak lanjuti, jadi kami akan bersikap
adil kepada seluruh masyrakat dan tidak membeda-bedakan dalam
memproses pelanggaran”.89

88
Wawancara dengan Bapak Ade Wiranata selaku Petugas ETLE Polresta Kota Padang tanggal 28
November 2022
89
Wawancara dengan Ibu Dewi Suryani selaku bagian Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Sumbar
pada 15 Februari 2023

87
Dari hasil wawancara diatas mencerminkan bahwasanya ada

prinsip keadilan yang dilaksanakan dalam implementasi program ETLE

ini. Hanya saja ada terdapat kendala dalam pelaksanaan ETLE ini yakni

ketika ada motor atau kendaraan yang terkena pelanggaran tapi bukan atas

nama si pelanggar, maka beban pembayaran dan surat tilang diantar ke

alamat pemilik kendaraan bukan si pelanggar. Sesuai dengan hasil

wawancara yang peneliti lakukan dengan pihak petugas ETLE yakni :

“..pernah ada kasus seperti ini, si A pemilik motor, si B meminjam


motor A, ketika si B membawa motor A ternyata tidak menggunakan
helm, alhasil si B kena ETLE. Kasus diatas pernah terjadi. Makanya
disediakan waktu untuk konfirmasi serta verifikasi kepada pihak polresta
yang dilakukan sipemilik kendaraan, apakah benar sipemilik kendaraan
yang melakukan pelanggaran atau bagaimana. ”90
Wawancara diatas maka peneliti menyimpulkan bahwasanya

adanya solusi dari masalah diatas dengan menggunakan konsep keadilan

yang terjadi, artinya masyarakat yang memang tidak terbukti melanggar

bisa melakukan konfirmasi kepada polresta terkait pelanggaran

menggunakan motor yang kena ETLE tersebut.

Menurut teori yang dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn

tentang adanya keadilan dalam proses implementasi dari sebuah program

ataupun kegiatan maka, Polresta Kota Padang, selaku leading sector dari

implementasi program ETLE sudah mengakomodir prinsip dari keadilan

tersebut. terbukti dengan adanya kesama rataan perlakuan yang dilakukan

kepada masyrakat serta membuka pintu konfirmasi kepada masyarakat

yang merasa tidak melakukan pelanggaran tapi mendapatkan surat tilang.

90
Wawancara dengan Bapak Ade Wiranata selaku Petugas ETLE Polresta Kota Padang tanggal 18
Maret 2023

88
Berdasarkan pemaparan dari temuan yang peneliti lakukan, maka

variabel standar dan sasaran kebijakan dari program ETLE yang berisikan

dua indikator yakni, indikator terukur dan jelas, dan keadilan yang telah

diimplementasikan sudah dapat dikatakan baik, hanya saja terkait

peraturan ataupun undang-undang yang khusus membahas persoalan

ETLE masih belum ada, jadi peraturan yang digunakan masih peraturan

ataupun Undang-Undang No 20 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan.

5.1.2 Sumber Daya

Pelaksanaan dari proses kebijakan publik, perlu adanya dukungan oleh

sumber daya, yakni sumber daya yang bersifat materil dan juga sumber daya yang

bersifat non materil (manusia).91 Mumpuninya ketersedian dari sumberdaya

menjadi alasan dari lancarnya kebijakan ataupun program tersebut untuk

diimplementasikan. Sumber daya untuk merealisasikan implementasi(sumberdaya

manusia ataupun sumberdaya non-manusia)merupakan salah satu alasan kinerja

dari sebuah kebijakan dapat diimplementasikan dengan baik.92

Implementasi program ETLE oleh Polresta Kota Padang tentunya juga tak

lepas dari hadirnya sumberdaya manusia dan sumberdaya non-manusia yang baik.

Sumber daya manusia yang baik akan menghasilkan para pelaksana yang baik

dalam menjalankan tugasnya. Begitupun sebaliknya, sumber daya non manusia

seperti sarana prasarana dan juga anggaran berfungsi untuk menunjang jalannya

kelancaran dari implementasi program yang ada.

91
Dedy Mulyadi. Op.cit, hlm 46
92
Dwiyanto Indiahono. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analysisi. Yogyakarta:Gava
Media. 2009.

89
5.1.2.1 Sumberdaya Manusia

Van Meter dan Van Horn mengatakan dalam buku Leo Agustino

bahwa manusia merupakan faktor penting dalam mengarahkan

keberhasilan proses implementasi. Tahapan proses implementasi

membutuhkan adanya sumber daya manusia yang kompeten yang

memenuhi persyaratan kebijakan yang ditetapkan.93 Artinya sumberdaya

dalam bentuk manusia merupakan objek yang vital dalam melaksakan

agenda implementasi kebijakan ataupun program. Apabila program yang

ingin diimplementasikan ingin mendapatkan hasil yang positif maka,

sumberdaya manusianya juga harus sesuai dan berkompeten.

Pelaksanaan dari implementasi ETLE pada Polresta Kota Padang

dijalankan oleh bidang dari Satlantas (Satuan Lalu Lintas), yang membuat

tim khusus untuk melaksanakan implementasi ETLE yakni petugas

operator ETLE. Hasil wawancara peneliti dengan pihak petugas ETLE

juga senada dengan pernyataan diatas yakni :

“Dalam penerapan ETLE, untuk petugas ETLE ini bagian dari


bidang lantas, jadi kami yang ada untuk melaksanakan ETLE ini berasal
dari bagian dari lantas juga. Dan untuk petugas ETLE itu ada 6 Orang”.94
Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan, maka dapat kita

artikan bahwasanya untuk petugas ETLE ini juga bagian dari bagian

Lantas Polresta Kota Padang, dan jumlah dari petugas ETLE yang ada

dalam melaksanakan ETLE ini berjumlah 6 Orang. Petugas ETLE ini akan

dipaparkan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

93
Agustino, Leo. Loc.cit
94
Hasil wawancara dengan Bapak Ade Wiranata Selaku Petugas ETLE Polresta Kota Padang pada
7 Januari 2023

90
Tabel 5.1 Daftar Nama Petugas ETLE Polresta Kota Padang
NO NAMA JABATAN

1. Ade Wiranata Bripka


(Brigadir Polisi Kepala)

2. Deni Hadi Sastra S.H Bripka


(Brigadir Polisi Kepala)

3 Wahyu Andika Bripka


(Brigadir Polisi Kepala)

4. Andika Kurnia Jamba Briptu


(Brigadir Polisi Satu

5. Irwansyah Briptu
(Brigadir Polisi Satu)

6. Afdal Musyid S.H Briptu


(Brigadir Polisi Satu)

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat kita lihat bahwasanya petugas ETLE

pada Polresta Kota Padang berjumlah sebanyak 6 orang, yang terdiri dari 3

orang petugas yang berpangkat Brigadir Polisi Kepala atau Bripka, dan 3

orang Brigadir Polisi Satu atau Briptu. 6 orang petugas inilah yang natinya

melakukan program ETLE, yang dimulai dari proses validasi dari potret

gambar yang tertangkap otomatis oleh CCTV, dan pembuatan surat tindak

pelanggaran dari pelanggar. Hal ini juga senada dari hasil wawancara yang

peneliti lakukan, yakni :

“Tugas dari petugas ETLE ini nantinya akan melakukan proses


validasi dari para masyrakat yang melanggar, seperti orang yang gak pakai
sabuk pengaman, yang gak pakai helem, dan yang melawan arus atau putar

91
arah. Lalu nanti setelah dilakukan validasi dan identifikasi, terus nanti
dibuatkan surat pelanggarannya, dan nanti kita kasih sama pihak pos…”.95
Hasil wawancara yang peneliti lakukan diatas maka, dapat

diartikan bahwasanya, nanti pihak dari petugas ETLE Polresta terlebih

dahulu terhadapa gambar-gambar yang berhasil dipotret oleh kamera

CCTV yang ada. Setelah dipastikan gambar-gambar masyrakat yang

dipotret oleh CCTV tadi memang melakukan pelanggaran, maka akan

dibuat surat sebagai bukti pelanggarannya, yang nantinya akan dikirimkan

kepada seluruh masyrakat yang melanggar melalui Pos Indonesia Regional

Padang.

Selain dari sumberdaya manusia dari segi kuantitas, ternyata

bagian dari kualitas sumberdaya juga diperlukan untuk proses

implementasi yang optimal. Dari segi sumberdaya manusia yang ada

dibagian petugas ETLE, juga sudah terbilang sudah cukup baik dan

kompeten dalam menjalankan tugasnya, hal ini juga dibuktikan dari hasil

temuan dalam wawancara yang dilakukan peneliti, yakni :

“untuk para petugas yang menjalankan tugas itu sudah dilakukan


pemberdayaan ataupun pelatihan dulu terkait teknologi bagaimana
menjalankan komputer dan bahasan tentang ETLE, agar para petugas
paham akan tugas yang nantinya akan dilaksakan.”96
Wawancara yang peneliti lakukan dengan petugas ETLE, dapat

diartikan bahwasanya petugas yang menjalankan atau

mengimplementasikan ETLE sudah memiliki kompetensi dan juga

pengetahuan yang bagus, karena sudah diberikan pelatihan ataupun

95
Wawancara dengan Bapak Ade Wiranata Selaku Petugas ETLE Polresta Kota Padang pada
tanggal 7 Januari 2023
96
Wawancara dengan Bapak Ade Wiranata selaku Petugas ETLE Polresta Padang pada tanggal 7
Januari 2023.

92
pembekalan terlebih dahulu sebelum menjalankan program ETLE ini. Hal

ini menjadi tanda bahwasanya petugas ETLE pada Polresta Kota Padang,

sudah memiliki kemampuan dan juga kualitas yang baik dalam

menjalankan program ETLE ini. temuan senada juga peneliti dapatkan

ketika wawancara dengan pihak Ditlantas Polda Sumbar, yakni :

“..orang-orang yang menjalankan ETLE itu sudah ada pelatihan


terlebih dahulu yang diadakan oleh pusat (mabes polri), jadi ada pelatihan
kira-kira 14 hari atau 2 minggu dulu, sebelum melaksanakan program
ETLE ini”.97
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan, maka sumberdaya

manusia yang ada dibagian ETLE Polresta Padang sudah melaksakan

pelatihan terebih dahulu dalam rangka untuk memiliki pengetahuan dan

juga kemampuan yang kompeten dalam menjalankan program ETLE

tersebut.

Van Meter dan Van Horn menyatakan dimensi sumberdaya

manusia menjadi hal yang kritis dan vital dalam menjalankan kinerja

implementasi yang baik.Keberhasilan suatu program sangat bergantung

pada kualitas sumberdaya manusianya karena dengan adanya sumberdaya

manusia yang menajadi aktor sekaligus penggerak dari berbagai tahapan

dari implementasi. Pada temuan yang peneliti dapatkan, maka sumberdaya

yang di petugas ETLE Polresta Kota Padang sudah cukup baik. Terbukti

dari adanya pembekalan atau pelatihan terlebih dahulu sebelum

menjalankan program ETLE tersebut.

5.1.2.2 Sumber Daya Non Manusia


97
Wawancara dengan Ibu Dewi Suryani selaku bagian Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Sumbar
pada 15 Februari 2023

93
Disamping sumber daya manusia, ada dimensi lain yang penting

untuk mempercepat pelaksanaan program, yaitu dimensi sumber daya non-

manusia seperti, berbentuk sarana prasarana, dan juga dalam bentuk

anggaran atau dana. Sumberdaya non manusia ini bertujuan sebagai

penunjang agar sebuah implementasi dari sebuah program atau kebijakan

dapat berjalan dengan baik.

Pelaksanaan atau implementasi dari program ETLE pun

membuthkan sumberdaya berupa sarana prasarana dan juga anggaran.

Untuk penerapan ETLE ada berbagai sarana dan prasarana yang ditujukan

sebagai penunjang dalam berjalannya implementasi, yakni :

Tabel 5.2 Inventaris Sarana Prasarana Bagian ETLE


No Nama Barang Jumlah Keterangan

1. Komputer 6 Unit Untuk melakukan


olah data dan
verifikasi oleh
petugas ETLE

2. Printer 6 Unit Untuk mencetak surat


bukti pelanggaran

3. Proyektor Infokus 1 Unit Berguna untuk


memantau kamera
CCTV

4. CCTV 20 Unit Terdiri dari 10


kamera penindakan
dan 10 kamera
pemantauan

Sumber : Hasil Olahan Peneliti 2023

Dari hasil wawancara peneliti kepada petugas ETLE, ada beberapa

hal yang perlu ditambahkan seperti jumlah CCTV yang masih, karena

masih belum memadai untuk seluruh lampu merah yang ada di Kota

94
Padang, hanya dibeberapa tempat saja. Hal ini juga sejalan dengan

pendapat dari wawancara yang peneliti lakukan yakni :

”Untuk jumlah CCTV yang ada dipadang itu ada 20 totalnya punya
Satlantas Polresta Kota Padang, tapi untuk penindakan itu hanya
10 saja, dan itu disepanjang jalan protocol yang ada di Padang”.98
Dari wawancara diatas dapat peniliti lihat, bahwasanya untuk

persoalan sarana ETLE terkhusus dalam hal penyedian CCTV masih

kurang, karena belum dapat menavigasi atau melihat atau menindak dalam

jangkauan seluruh Kota Padang. Hal ini menjadikan proses penyidakan

dari ETLE terbatas kepada jalan protocol saja.

Gambar 5.2 Titik Lokasi Kamera CCTV ETLE di Padang

98
Wawancara dengan Bapak Ade Wiranata Selaku Petugas ETLE Polresta Kota Padang pada 7
Januari 2023

95
Sumber : Dokumentasi Instagram Official Account Infosumbar99

Dari gambar diatas dapat kita lihat bahwasanya ada 5 titik dan 10

Kamera CCTV yang dimiliki untuk melakukan penyidakan terhadap

pelanggaran ETLE ini. Titik pertama ada di Simpang DPRD Provinsi

Sumatera Barat. Titik Kedua ada di Simpang Lamun Ombak. Titik Ketiga

ada di Simpang Jamria. Titik Keempat ada di Simpang Ujung Gurun. Titik

Kelima ada di Depan Bank Indonesia.

Disamping sumberdaya dalam bentuk sarana prasarana, ada

sumberdaya yang tak kalah penting untuk menunjang jalannya

implementasi dari program, yakni sumberdaya dalam bentuk anggaran.

Pada program ETLE untuk merelasisasikan dibuthkan anggaran, mulai dari

penyediaan anggaran untuk CCTV. Hasil wawancara peneliti tentang

anggaran sebagai berikut:

“..CCTV itu anggarannya besar, untuk CCTV itu harganya sekitar


100jt-an, karena untuk CCTV yang digunakan itu dari luar negeri, dan
CCTV-nya sistemnya juga otomatis untuk memotret pelanggaran yang
terjadi, CCTV-nya juga bisa 360 derajad, jadi bisa diputar-putar…”100
Dari hasi wawancara yang peneliti lakukan dengan petugas ETLE

Polresta Padang, untuk anggaran sebenarnya dalam penyediaan CCTV

masih terkendala untuk menghadirkan CCTV dengan jumlah yang

mencukupi untuk seluruh lampu merah yang ada di Kota Padang. Hal ini

terkendala karena harga CCTV yang otomatis untuk menangkap

pelanggaran lalu lintas harganya terbilang cukup mahal.Selaras dengan

percakapan dengan pihak Ditlantas Polda Sumbar, yaitu :


99
Dilihat di https://instagram.com.infosumbar diakses pada 28 Maret 2023 pukul 23:55
100
Wawancara dengan Bapak Ade Wiranata selaku Petugas ETLE Polresta Kota Padang pada 7
Januari 2023

96
“…CCTV itu beda dengan CCTV di toko-toko, CCTV nya lebih
canggih dan lebih jernih, bisa menangkap pelanggaran juga secara
otomatis, dan untuk anggarannya yang ini itu dari pusat, dan untuk
nantoinya di pertengahan tahun 2023 rencana bakalan ada penambahan
CCTV sebanyak 3 lagi”.101
Wawancara yang peneliti lakukan diatas dapat kita artikan

bahwasanya untuk proses anggaran dari CCTV itu dari mabes polri

memberikan CCTVnya, hanya saja tidak semua lampu merah yang ada di

Kota Padang yang pakai CCTV ETLE, hanya beberapa saja, karena yang

dikasih dari pusat baru segitu. Angggaran-anggaran lain yang juga untuk

implementasi program ETLE ini yakni dalam proses pengiriman surat

pelanggaran. Pengiriman surat pelanggaran ini bekerjasama dengan pihak

Pos Indonesia Regional Padang, hal ini juga senada dengan hasil temuan

peneliti dalam hasil wawancara dengan pihak Pos Indonesia Regional

Padang, yakni :

“…Surat atau bukti pelanggaran itu kita akan hantarkan sampai-


sampai ke alamat dari orang tersebut. Biasanya, anggarannya nanti
dikumpulkan dulu perbulan, baru nanti dihitung berapa total biaya dari
pengiriman surat tadi. Dan untuk besarannya perbulan itu beda-beda,
kadang bulan satu dengan bulan lainnya itu kadang banyak, kadang sedikit.
Paling sedikit itu biaya sebulan mengantarkan surat itu kira-kira kisaran
1,5 juta, kalau paling besar kadang bisa sampai 4 juta.”102
Hasil wawancara diatas yang peneliti lakukan dengan pihak POS

Indonesia Regional Padang maka dapat disimpulkan bahwasanya untuk

anggaran dari pembayaran pengiriman surat pelanggaran kepada

masyrakat yang melanggar tidak menentu untuk biaya perbulannya.

Terkadang ada bulan yang biayanya banyak, ada yang biayanya sedikit.

101
Wawancara dengan Ibu Dewi Suryani selaku bagian Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Sumbar
pada 15 Februari 2023
102
Wawancara dengan Bapak Apriandi Putra selaku Pihak Pos Indonesia Regional Padang Bidang
Enterprise pada tanggal 24 Januari.

97
Agar setiap tahapan implementasi bekerja dengan selaras, maka

perlu adanya sumberdaya yang mumpuni dan baik. Sumberdaya yang

dimaksud adalah sumberdaya manusia dan manusia, apabila sumberdaya

manusia sudah baik tetapi sumberdaya non manusia tidak tercukupi maka

implementasi kebijakan atau program tersebut akan memiliki kendala.

Begitupun sebaliknya, apabila sumberdaya non manusianya sudah

mencukupi tetapi sumberdaya manusia yang menjalankannya belum

memenuhi kompetensi, maka program ataupun kebijakan tersebut akan

terkendala.

Dari implementasi program ETLE pada Polresta Kota Padang

apabila kita lihat dari segi sumberdaya manusia, tidak ada kendala dari

pelaksanaan implementasi dari Program ETLE ini. Hanya saja kendala

terjadi dari sumberdaya non manusia, penyediaan CCTV yang hanya

berada pada 10 titik CCTV saja, belum mengakomodir keseluruhan lampu

merah yang ada di Kota Padang, karena harganya yang terbilang mahal.

Lalu untuk persoalan biaya pengiriman juga terbilang mahal, karena

pengiriman surat pelanggaran dalam bentuk Hardcopy membuat biaya

pengiriman menjadi banyak, yang seharusnya apabila pengiriman surat

atau bukti pelanggaran dilakukan dalam bentuk Softcopy maka akan

meringankan biaya dari pengiriman.

5.1.3 Karakteristik Organisasi

Karakteristik organisasi merupakan salah satu variabel yang dikemukakan

oleh Van Meter dan Van Horn. Variabel karakteristik organisasi merupakan sifat

ataupun bentuk yang ada dalam sebuah organisasi yang melaksanakan

98
implementasi. Struktur birokrasi dari suatu organisasi, nilai yang hadirpada

organisasi dan pola hubungan yang terjadi dalam suatu organisasi merupakan

indikator yang mempengaruhi jalannya implementasi. Pada penelitian kali ini

peneliti akan melihat bagaimana karakteristik organisasi dari Polresta Kota

Padang dan akan fokus dibagian Satlantas dari Polresta Kota Padang.

5.1.3.1 Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah salah satu indikator yang ada dalam

karateristik dari oraganisasi pelaksana program ataupun kebijakan.

Struktur organisasi merupakan bagaian yang ada dalam sebuah organisasi,

yang akan mempengaruhi bagaimana implementasi akan berjalan dengan

baik atau tidak. Panjanganya rantai birokrasi atau struktur birokrasi akan

menyebakan lambatnya berjalan suatu implementasi. Gemuknya struktur

organisasi juga nantinya akan membuat para aktor dari implementasi

kebijakan atau program kebingungan dalam hal penyelenggaraan

implementasi.

Dalam hal ini peneliti melihat bagaimana struktur organisasi dari

Satlantas Polresta Kota Padang yang khususnya pada Petugas ETLE

Polresta Kota Padang. Dari hasi wawancara yang peneliti lakukan dengan

pihak petugas ETLE Polresta Kota Padang yakni :

“…kami di ETLE itu gak ada pakai struktur, kami ber 6 itu petugas
bagian ETLE itu kan bagian dari Satlantas, jadi gak pakai juga struktur
organisasi, jadi kitapun ber 6 itu sama rata semuanya”.103

103
Wawancara dengan Bapak Ade Wiranata selaku Petugas ETLE Polresta Padang pada 7 Januari
2023

99
Hasil wawancara diatas membuktikan bahwasanya pada bagian

ETLE Polresta Padang tidak menggunakan struktur birokrasi, hanya saja

bagian petugas ETLE itu masuk kedalam bagian dari Satlantas Polresta

dan untuk petugas ETLE itu sama rata sifatnya, tidak ada yang diatas atau

dibawah.

Struktur organisasi, semakin besar suatu struktur organisasi maka

semakin panjang rentang kendali dari organisasi atau insansi tersebut, dan

semakin kompleks suatu struktur organisasi maka semakin sulit

membedakan dan semakin tidak jelas jobdesk masing-masing bidang atau

bagian. Dari hal ini dapat kita simpulkan dalam indikator dari struktur

birokrasi yang ada pada bagian ETLE Polresta Padang tidak memiliki

struktur organisasi, karena dari tugas yang dilaksanakan hanya melakukan

verifikasi dari penindakan CCTV. Dan sementara bagian-bagian lainnya

bertugas untuk melakukan pengantaran surat seperti Kantor Pos Indonesia,

dan juga bank BRI sebagai fasilitator untuk pembayarannya. Namun

untuk proses dari berjalannya program ETLE tidak memiliki gangguan

dalam pelaksanaanya.

5.1.3.2 Norma-Norma

Sebuah organisasi tentunya punya sebuah norma-norma yang

berlaku dalam sebuah instansi. Norma-norma ini menjadi sandaran dari

setiap orang yang ada dalam sebuah organisasi ini dalam bertindak.

Norma-norma dalam suatu organisasi dapat dikatakan sebagai seperangkat

nilai ataupun aturan yang menjadi acuan orang-orang dalam suatu

organisasi untuk berbuat ataupun bertindak. Nilai ataupun aturan ini akan

100
menjadi refleksi dari setiap anggota dalam berpikir yang nantinya akan

bermuara menjadi karakter dari suatu organisasi.

Pada pelaksanaan ETlE yang dilakukan oleh Polresta Kota Padang

juga memiliki norma-norma yang berlaku dalam instansinya. Norma-

norma ini secara umum mengacu kepada aturan terkait dari kedisiplinan

dari anggota ataupun orang yang akan menjalankan implementasi

program. dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan pihak

Polresta Kota Padang, yakni sebagai berikut:

“..kalau untuk aturan terkait dari kedisiplinan dari anggota polisi


itu sudah ada aturannya, peraturannya itu bisa dilihat di peraturan
kapolri no 14 tahun 2011 tentang kode etik polri, disitu sudah jelas
aturan aturan secara umum dan formalnya bagaimana”104
Wawancara diatas, maka dapat diartikan bahwasanya ada

ketentuan terkait kedisiplinan dari anggota kepolisian, dan ini sudah diatur

juga dengan jelas dalam Peraturan Kapolri No 14 Tahun 2011 Tentang

Kode Etik Polri. Dalam peraturan ini sudah diatur dengan jelas aturan-

aturan umum dan formal tentang bagaimana kedisiplinan dari anggota

Polri. Hal ini juga senada dengan penyampaian oleh pihak dirlantas Polda

Sumbar, yakni :

“….aturan tentang kedisipliplinan dari anggota itu bisa kita lihat di,
apa ya namanya kemaren itu, ohiya, itu di PerKap no 14 tahun
2011 tentang kode etik anggota polri. Jadi kalau mau lihat gmana
aturannya jadi polisi atau anggota, bisa kita lihat disitu, polisi itu
tidak boleh ngapain, dan harusnya ngapain, batasan-batasannya pun
jelas disana”.105

104
Wawancara dengan Bapak Ade Wiranata selaku Petugas ETLE Polresta Padang pada 7 Januari
2023
105
Wawancara dengan Ibu Dewi Suryani selaku Kasubdit Gakkum Polda Sumbar pada 15
Februari 2023

101
Wawancara yang peneliti laksanakan, maka dapat diartikan untuk

aturan yang mengatur tentang bagaimana batasan, ataupun kedisiplinan

menjadi seorang anggota kepolisian sudah ada di Perkap No 14 Tahun

2011 Tentang Kode Etik Kepolisian RI. Disamping adanya peraturan

perundang-undangan yang berlaku untuk mengatur jalannya kedisiplinan

dari anggota kepolisian, untuk pelayanan terhadap ETLE ini juga sudah

memiliki komitmen yang baik dan bagus dalam melaksankannya, terbukti

dari hasil wawancara peneliti yakni :

“.. kami dari Lantas Polresta Padang juga memiliki komitmen agar
dapat memberikan yang terbaik untuk masyrakat, dan juga kami
menghimbau kepada para pengendara mobil ataupun motor agar
lebih bijak dan berhati-hati dalam berkendara dijalanan. Patuhi lalu
lintas serta tetap perhatikan keselamatan.” 106
Hasil wawancara yang peneliti lakukan maka, dapat disimpulkan

bahwasanya bidang Satlantas Polresta Padang sudah memiliki komitmen

untuk menjalankan program ETLE ini dengan baik dan benar sesuai

dengan aturan yang berlaku.

Norma ialah nilai yang dianut atau atauran yang disepakati

bersama yang telah ditetapkan oleh instansi menurut Van Meter . Pada

pelaksanaan Program ETLE oleh Polresta Kota Padang sudah memiliki

norma disiplin yang baik, terbukti dari adanya peraturan yang mengatur

tentang kedisiplinan anggota kepolisian untuk berkegiatan dan bekerja.

Disamping itu pihak Polresta Kota Padang yang disampaikan melalui

bagian Satlantas Polresta Padang sudah memiliki komitmen dalam

106
Wawancara dengan Bapak Alfin selaku Kasatlantas Polresta Padang pada 16 Januari 2023

102
menjalankan segala bentuk kegiatan dalam proses penertiban masyrakat

melalui program ETLE ini.

5.1.3.3 Pola-Pola Hubungan yang Terjadi di Dalam Organisasi

Bentuk interaksi ataupun komunikasi antar anggota pada organisasi

demi mencapai cita-cita dari organisasi merupakan Pola hubungan yang

terjadi. Pola hubungan yang terjadi pada Implementasi program ETLE

pada Polresta Kota Padang merujuk kepada bagaimana interaksi ataupun

komunikasi dari anggota yang menjalankan implementasi. Hasil

wawancara yang peneliti lakukan, yakni :

“…kalau kita biasanya untuk komunikasi itu biasanya


langsung saja, tapi kalau gak bisa ketemu biasanya kita kontak-
kontakan aja via WA, untuk grubnya juga ada. Supaya komunikasi
juga mudahkan. Kamipun juga selalu menjaga kerjasama agar
dapat memebrikan yang terbaik.”107
Hasil wawancara diatas membuktikan bahwasanya komunikasi

yang dilaksanakan oleh para petugas ETLE dilakukan dengan seringkas

mungkin dan sebisa mungkin melakukan komunikasi secara langsung,

walaupun terkadang nanti akan berkomunikasi via WhatsApp. Tujuan

dari bentuk komunikasi ini yakni mempercepat arus informasi yang ada

dalam melaksakan implementasi dari program ETLE.

Untuk persoalan interaksi secara formal dalam bentuk rapat, para

petugas ETLE juga melakukan rapat. Wawancara dengan petugas ETLE

sebagai berikut:

107
Wawancara dengan Bapak Ade Wiranata selaku Petugas ETLE Polresta Kota Padang tanggal 7
Januari 2023

103
“…kalau rapat ada, tapi gak ada jadwal pastinya, tidak menentu
untuk melakukan rapat, biasanya kalau ada hal yang penting aja”108
Dari hasil wawancara diatas dapat diartikan bahwasanya dalam

interaksi secara formal dalam bentuk rapat, para petugas ETLE tidak

melakukan rapat setiap hari, hanya saja dilaksakan ketika ada hal-hal yang

penting ataupun urgen untuk dibahas dan diadakan rapat.Pun dengan

komunikasi yang baik serta kerjasama yang baik, untuk proses

pelaksanaan dari ETLE ini dapat optimal.

Hubungan yang terjadi diorganisasi dapat memberikan pengaruh

pada proses dari implementasi kegiatan, ini terang VanMeter dan

VanHorn. Pola hubungan terlihat bagaimana komunikasi dan interaksi

yang terjalin dengan dalam instansi pada pelaksanaan implementasi

Program ETLE ini. pola hubungan yang terjadi dapat dilihat melalui

komunikasi secara langsung yang sifatnya non formalyang dilakukan oleh

sesama petugas ETLE pun komunikasi terjalin dengan baik serta

kerjasama agar program ETLE ini berjalan dengan optimal, dan juga

komunikasi yang digunakan dengan sifat non-formal melalui grub

WhatsApp apabila tidak bisa dilakukan dengan langsung. Dapat dilihat

bahwasanya indikator dari pola hubungan yang terjadi dalam internal

organisasi berjalan dengan optimal.

5.1.4 Komunikasi Antar Organisasi dan Penyelenggara Kegiatan

Implementasi kebijakan merupakan salah satu rangkaian proses kebijakan

secara garis besar dapat kita lihat dimulai dari proses agenda setting, formulasi,

108
Wawancara dengan Bapak Ade Wiranata selaku Petugas ETLE Polresta Kota Padang tanggal 7
Januari 2023

104
implementasi serta proses evaluasi. Penyelenggaraan dari implementasi kebijakan

publik tentu banyak dimensi akan terpengaruh jalannya implementasi, seperti

aktor-aktor yang terlibat dalam proses implementasi kebijakan. Van Horn dan

Van Meter dalam buku Winarno menjelaskan bahwasanya implementasi yang

sukses diterapkan sangat seringmemerlukan mekanisme-mekanisme serta

prosedur-prosedur dari lembaga.109

Komunikasi yang tercipta antara instansi dengan instansi lainnyaakan

mempengaruhi keberhasilan suatu program atau kebijakan. Hal ini menjadikan

komunikasi yang bagus dan baik akan mengahasilkan implementasi kebijakan

yang baik. keberhasilan sebuah program juga dilihat dari bagaimana komunikasi

yang terjalin antar instansi yang terlibat. Hasilnya adalah semakin baik suatu

komunikasi yang terjadi antar organisasi atau instansi yang telibat, maka

probability dari keberhasilan suatu implementasi menjadi semakin besar.

Implementasi program ETLE pada Polresta Kota Padang yang peneliti

lakukan akan melihat bentukkomunikasi secara vertikal dan komunikasi secara

horizontal. Peneliti akan melihat komunikasi yang terjadi di internal dalam

Polresta Kota Padang. Wawancara yang peneliti laksankan dengan petugas ETLE

Polresta Kota Padang yakni :

“…kalau untuk rapat kita biasanya ada rapat, walaupun tidak terjadwal
rapatnya, dan untuk hasil pekerjaan juga nantinya kita akan komunikasikan
dengan pihak polda.”110

109
Van Meter dan Van Horn dalam Buku Winarno. 2008. Kebijakan Publik Teor idan
Proses.Medpress. Yogyakarta. Hlm 159
110
Wawancara dengan Bapak Ade Wiranata Selaku Petugas ETLE Polresta Kota Padang pada
tanggal 7 Januari 2023

105
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan, bentuk komunikasi secara

horizontal yang dilakukan oleh petugas ETLE Kota Padang melakukan dengan

agenda rapat, namun dilakukan dengan tidak terjadwal. Agenda rapat biasanya

dilaksanakan ketika ada hal-hal yang penting saja. Lalu untuk komunikasi secara

vertikal petugas ETLE nantinya akan melakukan komunikasikan hasil kegiatan

dari penindakan ETLE kepada atasan.

Lalu untuk koordinasi yang dilakukan pihak Polresta Kota Padang dengan

pihak-pihak lain yang mendukung jalannya program ETLE ini antara lain ada

beberapa instansi yakni, Pos Indonesia, Kejaksaan Negeri Padang dan Bank BRI

selaku penyedia layanan pembayaran. Aktor organisasi inilah yang nantinya akan

mendukung jalannya perjalanan dari program ETLE.

Perjalanan ETLE dimulai dari penindakan yang ditangkap oleh CCTV

otomatis di persimpangan jalan lampu merah, lalu Petugas ETLE Polresta Padang

akan melakukan verifikasi terlebih dahulu untuk menentukan apakah gambar yang

ditangkap atau dipotret dari CCTV ini memang benar mengambil pelanggaran.

Setelah verifikasi terjadi dan ternyata memang benar dalam gambar tadi

menangkap pelanggaran, maka akan dibuatkan surat bukti pelanggaran oleh pihak

ETLE Polresta Kota Padang dalam bentuk Hardcopy. Bukti Pelanggaran ini

nantinya akan diantarkan oleh pihak dari Pos Indonesia Regional Padang kepada

para pelanggar. Bentuk koordinasi yang terjadi dalam pengantaran surat ini adalah

bentuk kerjasama yang menggunakan Mou antara pihak Polresta Padang dengan

Pos Indonesia Regional Padang. Hal tersebut sejalan dengan yang diasampaikan

pihak Pos Indonesia Regional Padang, yakni :

106
“kami (pihak pos) itu ada MoU-nya dalam bentuk perjanjian kerjasama,
jadi nanti pihak polresta akan ngasih kami surat bukti pelanggaran, lalu tugasnya
kami itu mengantarkan surat bukti pelanggaran sesuai dengan alamat. Untuk surat
yang gak sampai itu kami kembalikan kepada polresta, karena tidak ketemu
alamatnya.”111
Dari Penjelasan yang peneliti temukan, artinya bentuk koordinasi yang

terjadi adalah bentuk kerjasama yang dilakukan oleh Polresta dan Pos Indonesia

Regional Padang menggunakan MoU. Pada dasarnya pihak dari Polresta Kota

Padang akan memberikan surat secara berkala kepada Pos Indonesia, dan

selanjutnya Pos Indonesia akan berugas dalam pengiriman surat bukti pelanggaran

secara Hardcopy kepada para masyrakat yang melanggar. Lalu apabila ada surat

bukti pelanggaran yang tidak ditemukan alamatnya maka akan dikembalikan

kepada pihak Polresta Padang.

Setelah surat bukti pelanggaran yang diantarkan Pos Indonesia Regional

Padang tadi diantarkan dan telah sampai kepada masyrakat yang melanggar maka,

masyrakat tadi harus melakukan pembayaran sesuai dengan tanggal yang telah

ditetapkan masa tenggang pembayarannya yang tertera pada surta bukti

pelanggaran tersebut.Proses pembayaran dilakukan dengan menggunakan metode

pembayaran melalui BRIVA (BRI Virtual Account). Hal ini juga senada dengan

hasil wawancara peneliti dengan pihak BANK BRI, yakni :

“Jadi, kami di bank BRI itu ada perjanjian kerjasama. Bentuknya itu
semacam kayak MoU. Kerjasamanya itu di Bank BRI Pusat dengan Kapolri, jadi
kami di kantor cabang ini tugasnya cuma bertugas sebagai tempat pembayaran
saja. Dan setelah pembayaran selesai akan didata dan direkap. Lalu Untuk untuk
proses pembayarannya, biasanya customer atau masyarakat itu membawa bukti
pelanggarannya, terus membayar besaran denda tilang sebesar lima ratus ribu, dan
nanti kan ada pakai kode BRIVAnya itu jadi nanti tinggal masukkan aja kode

111
Wawancara Dengan Bapak Apriandi Putra Selaku Pos Indonesia Regional Padang Bidang
Enterprise pada tanggal 24 Januari 2023

107
BRIVA-nya. Nanti kalau sudah dibayarkan, akan direkap langsung oleh sistemnya
dan terdata, jadi uangnya langsung masuk kas negara”112
Temuan diatas dari pihak Bank BRI Kantor Cabang Padang menyatakan

bahwasanya, untuk koordinasi antara Bank BRI Pusat dengan Kapolri melakukan

perjanjian kerjasama. Hal ini ditandai dengan adanya MoU (Memorandum Of

Understanding). Jadi tugas dari Bank BRI itu hanya sebagai tempat pelayanan

pembayaran saja, dan untuk pembayarannya langsung diinput melalui sistem.

Lalu untuk proses pembayaran dilakukan dengan metode memasukkan kode

BRIVA yang ada pada surat bukti pelanggaran yang sudah tersedia. Dan setelah

itu akan terdata dan direkap didalam sistem pun uang dari pembayaran akan

masuk kedalam kas negara.

Pembayaran Via BRIVA harus dilakukan dengan tenggat waktu yangtelah

dilakukan dan apabila tidak dilakukan proses pembayaran maka STNK dari

masyrakat yang melanggar akan diblokir, hal itu sejalan bersama pihak petugas

ETLE Polresta Padang, yakni :

“…kalau memang tak ada tanggapan yang dilakukan oleh orang yang
melanggar dengan membayarkan denda, maka nantinya STNK tersebut akan kami
blokir, sampai sudah dibayar oleh masyrakat yang melanggar”.113
Dari wawancara yang peneliti lakukan, apabila tidak ada respon dari

masyrakat yang melanggar untuk melaksanakan pembayaran sesuai dengan

tenggat waktu yang tertera akan dilakukan pemblokiran STNK oleh pihak petugas

ETLE Kepolisian Resort Kota Padang. Selanjutnya apabila orang yang tidak

membayarkan denda tadi ingin STNK-nya dibuka maka harus melakukan

112
Wawancara dengan Ibuk Sri Rahmi Ananda selaku Petugas Bank BRI KC Padang pada 13
Februari 2023
113
Wawancara dengan Bapak Ade Wiranata selaku Petugas ETLE Polresta Kota Padang pada 7
Januari 2023

108
pengurusan pembayaran dengan Kejaksanaan Negeri Padang. Hal ini juga

disampaikan oleh pihak Kejaksaan Negeri Padang, yakni :

“…pembayaran melalui BRIVA itu ada tenggat waktunya, jadi kalau tidak
dibayarkan akan diblokir STNK-nya, dan proses untuk bukak blokirnya itu
harus kesini (kejaksaan) untuk buka blokir dan harus melakukan
pembayaran. Pembayarannya bisa offline dan bisa online disini, bisa pakai
Bank apasaja kalau mau, atau pakai E-money apa saja juga bisa. Dan
untuk besaran denda itu merujuk kepada UU LLAJ, disitu udah jelas dan
detail itu besarannya berapa. Lalu untuk sistem koordinasinya itu
dilakukan dengan sistem yang sudah terintegritas. Jadi tidak ada rapat-
rapat dengan pihak-pihak lain, hanya melakukan proses dengan sistem
yang sudah terintegrasi”114
Hasil wawancara yang peneliti lakukan diatas dapat kita artikan

bahwasanya untuk denda tilang yang tidak dibayarkan oleh masyrakat oleh

melanggar akan dilakukan pemblokiran STNK. Pemblokiran ini tidak akan

terbuka hingga masyrakat yang melanggar tadi membayarkan dendanya kepada

Kejaksaan Negeri Padang.Bentuk koordinasi yang dilakukan yang dilakukan

pihak-pihak terkait itu dilaksanakan dengan metode online saja yang sudah

tersistem dan terintegrasi, hal ini digunakan agar tidak ada pihak-pihak yang

melakukan kecurangan dalam melakukan proses pembayaran yang ada.

Dari penjelasan yang peneliti jabarkan diatas maka, dapat kita lihat

bahwasanya untuk indikator komunikas dan koordinasi yang disampaikan oleh

Van Meter dan Van Horn sudah berjalan dengan baik. Komunikasi yang

dilakukan oleh pihak ETLE Polresta Kota Padang sudah berjalan dengan baik.

Arus informasi dibuat sedemikian rupa untuk dapat disampaik dengan secepat dan

sebaik mungkin. Untuk koordinasi antara berbagai aktor-aktor yang terlibat dalam

pelaksaan ETLE pada Kepolisian Resort Kota Padang juga sudah terjadi dengan

114
Wawancara dengan Bapak Medie Eka Putra Selaku Petugas Kejaksaan Negeri Padang pada
tanggal 14 Februari 2023

109
baik. Adanya koordinasi yang tersistem dan juga terjaga juga sudah dilakukan

oleh berbagai macam aktor dalam menjalankan peranannya masing-masing.

5.1.5 Sikap atau Kecenderungan Pelaksana (Disposisi)

Van Mater dan Van Horn mengartikan bahwasanya sikap dan

kecenderungan pelaksana merupakan persepsi atau pandangan pelaksana dalam

yurisdiksi kebijakan. Unsur dari tanggapan pelaksana dalam melaksanakan

kebijakan yaitu kognisi atau pemahaman implementor terhadap kebijakan,

bermacam tanggapan terhadap kebijakan seperti penerimaan, netralitas, dan

penolakan serta intensitas tanggapan pelaksana tersebut terhadap kebijakan. 115

Respon dari implementor nantinya akan mempengaruhi bagaimana kebijakan inin

berjalan. Apabila respon dari implementor kebijakan postif maka akan

menghasilkan kelancaran dalam pelaksanan implementasi, namun apabila respon

penolakan atau negative yang diberikan oleh implementor, maka akan menjadi

penghambat implementasi itu dijalankan.

5.1.5.1 Respon Implementor Terhadap Kebijakan

Cara merespon suatu kebijakan atau program merupakan

tanggapan implementor terhadap kebijakan atau program akan mempengaruhi

bagaimana suatu kebijakan ataupun program yang akan dijalankan. Hal ini

didasari pada sikap implementor terhadap suatu kebijakan yang akan dijalankan,

apakah implementor menyanggupi serta menyetujui pelaksanaan dari sebuah

program kebijakan yang berkorelasi dengan keseriusan implementor dalam

melaksanakan program atau kebijakan.

115
Budi Winarno. Opcit, hlm 168

110
Implementasi Program ETLE pada Polresta Kota Padang pada umumnya

memiliki respon yang baik dalam menjalankan program ETLE ini, hal ini terbukti

dari adanya dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dilapangan, yakni sebagai

berikut :

“… untuk pelaksanaan ETLE ini kami mendukung penuh, karena ini juga
sudah instruksi dari pusat. Ditambah kan ini memudahkan dalam melakukan
pemantauan serta penindakan pelanggaran dilapangan.”116
Wawancara yang peniliti lakukan dengan Satlantas Polres Kota Padang

diatas membuktikan adanya keseriusan dan komitmen dalam mendukung program

ETLE ini berjalan. Ditambah adanya intruksi dari kepolisian pusat, menjadikan

program ini memiliki dukungan dalam menjalankan penerapan implementasi

program ETLE.Ini sejalan dengan yang disampaikan pihak petugas ETLE, yakni :

“…pelaksanaan ETLE ini kan hadir karena adanya pengaruh revolusi


industry 4.0. kita juga harus menyambut datangnya perkembangan dari teknologi
yang ada. Bahkan kita sebenarnya kita udah telat nih, jadi untuk dukungan kita
support untuk ETLE ini”.117
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan pihak petugas ETLE

Polres Kota Padang, pihak Polresta Padang memiliki respon yang baik dalam

menanggapi program ETLE ini. hal ini dikarenakan adanya penyambutan revolusi

industry 4.0 terkhusus dalam penggunaan teknologi dalam penyidakan. Disisi lain

karena kurangnya sumberdaya yang memadai dalam penyedia CCTV,

mengakibatkan implementor menghasikan respon sebagai berikut:

“..CCTV yang ada itu 10 unit, agar pelaksanaan ETLE ini tetap berjalan,
kami melakukan dengan Handheld, jadi menggunakan kamera hp sebagai alat
pembantu untuk memotret para pelanggar”118
116
Wawancara dengan Bapak Alfin selaku Kasatlantas Polres Padang pada 16 Januari 2023
117
Wawancara dengan Bapak Ade Wiranata selaku Petugas ETLE Polres Padang pada 7
Januari2023
118
Wawancara dengan Bapak Ade Wiranata selaku Petugas ETLE Polres Kota Padang pada 7
Januari 2023

111
Wawancara diatas dapat diartikan bahwasanya karena sumberdaya yang

belum memadai dan belum mengakomodir maka dari pihak kepolisian juga

melakukan dengan metode langsung dijalanan menggunakan hp untuk memotret

(Handheld). Respon sependapat juga diperkuat dengan wawancara sebagai

berikut:

“..karena CCTV kita juga terbataskan, jadi ada surat telegram juga dari

pusat agar diberlakukan penindakan menggunakan kamera hp, namanya itu

Handheld”.119

Berdasarkan temuan yang peneliti lakukan, apabila direlevansikan dengan

teori implementasi kebijkaan menuru Van Meter Van Horn maka, dalam

pelaksanaan program ataupun kebijakan, respon atau dukungan dari setiap

implementor sangat mempengaruhi jalannya keberhasilan sebuah program

ataupun kebijakan. Kesempatan ini dapat dilihat bahwa dalam pelaksanaan

program ETLE pada Polres Kota Padang memiliki respon yang positif dari

implementor yang menjalankannya. Ada inisiatif yang tinggi yang direspon pihak

kepolisian dalam mengatasi permasalahan sumberdaya yang ada. Hal ini

dibuktikan dari adanya keseriusan dan juga respon positif dalam menjalankan

implementasi program ETLE ini.

5.1.5.2 Kognisi

Pengetahuan dan pemahaman implementor dalam menjalankan

kebijakan ataupun program merupakan bagian dari variabel dari disposisi atau

respon implementor yang bisa disebut kognisi. Pemahaman implementor atau

119
Wawancara dengan Ibu Dewi Suryani selaku bagian Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Sumbar
pada tanggal 15 Februari 2023

112
pelaksana dalam menjalanka kebijakan atau program akan membuat pengaruh

terhadap implementasi kebijakan ataupun program. Kognisi yang baik tentu akan

mempengaruhi kebijakan ataupun program dapat terarah dan berjalan dengan

baik. Sebaliknya, apabila kognisi dari implementor ataupun pelaksana rendah.

Maka akan berakibat kepada tidak jelasnya program ataupun kebijakan

terimplementasi dengan baik.

Pada implementasi program ETLE pada Polres Kota Padang

kognisi dilihat dari seberapa jauh implementor mengetahui serta memahami

bagaimana jalannya kebijakan dan implementasi program ETLE ini. Hal ini dapat

dilihat dari wawancara yang peneliti lakukan dengan pihak Kepolisian Resort

Kota Padang yakni :

“…pelaksanaan ETLE ini memang harus orang yang paham dalam


melaksanakannya, paham dengan teknologi juga itu pentingkan, karena kalau
gapaham teknologi (gaptek) susah dalam mengoperasikan computer, lalu juga
paham dengan proses verivikasi orang-orang yang melanggar itu seperti apa”.120
Dari proses wawancara yang peneliti lakukan, maka dapat kita

artikan bahwasanya dalam proses implementasi program ETLE ini harus mengerti

dan paham dalam menjalankan teknologi berupa computer, dan paham bagaimana

proses verifikasi dari orang-orang yang melanggar. Perkataan senada juga

disampaikan oleh pihak Satlantas Polres Padang, yakni :

“..proses ETLE ini tentu harus mendapatkan sorotan yang lebih,


karena program ini dijalankan dengan metode yang berbeda, tentu orang-orang
yang menjalakannya pun harus diberikan pengarahan terlebih dahulu sebelum
mengerjakan ETLE ini. jangan sampai, ketika sudah ada gambar orang yang
melanggar ternyata dia tidak melanggar karena proses verifikasi itukan
penting.”121

120
Wawancara dengan Bapak Ade Wiranata selaku Petugas ETLE Polres Kota Padang pada 30
Januari 2023

113
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan pihak Satlantas

Polresta Padang membuktikan bahwasanya adanya kognisi yang baik dari

implementor dari implementasi program ETLE. Adanya pengarahan terlebih

dahulu dalam menjalan implementasi ETLE ini, dan dalam pelaksanaannya tidak

serta merta kerja saja, jadi harus diberikan sedikit arahan terlebih dahulu dalam

menjalankan program ETLE ini.

Van meter Van horn menyebutkan bahwasanya pemahaman dari

implementor pada sebuahkebijakan ataupun program yang akan dilaksanakan

akan mempenagruhi bagaimana pelaksanaan dari implementasi kebijakan ataupun

program tersebut. Apabila pelaksana ataupun implementor program tidak

memiliki respon dan pemahaman yang bagus serta tidak memahami lingkup dari

program tersebut maka akan sulit untuk dijalankan. Dari uraian yang peneliti

jabarkan diatas maka, dapat disimpulkan bahwa implementor dari implementasi

program ETLE pada Polres Kota Padang sudah cukup memahami dan juga

memiliki kulaifikasi yang baik dari segi pemahaman terkait program yang akan

dijalankannya.

5.1.6 Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Politik

Kondisi dari lingkungan dari tempat kebijakan diimplementasikan

merupakan salah satu faktor yang menunjang baiknya sautu penyelenggaraan dari

implementasi Apabila fakto lingkungan atau eksternalnya tidak baik dalam

mendukung jalannya program, artinya program tadi akan susah untuk dilaksakan

atau diimplementasikan. Van Mater dan Van Horn menyebutkan bahwasanya

kondisi lingkungan ini akan dilihat dari 3 aspek yakni : kondisi sosial, kondisi
121
Wawancara dengan Ibu Dewi Suryani selaku bagian Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Sumbar
pada 15 Februari 2023

114
ekonomi, dan kondisi politik. 3 aspek inilah yang nantinya akan mempengaruhi

jalannya implementasi kebijakan.

5.1.6.1 Kondisi Sosial

Kondisi lingkungan sosial dapat kita lihat dari pandangan ataupun opini

masyrakat terhadap jalannya suatu implementasi kebijakan ataupun program.

Pandangan masyrakat terhadap suatu kebijakan dapat berupa respon yang baik

ataupun buruk. Pandangan ini nantinya akan menjadi pengaruh bagi pelaksanaan

ataupun implementasi dari suatu kebijakan ataupun program, begitupun

implementasi program ETLE pada Polresta Kota Padang dalam. Kondisi sosial ini

dapat kita lihat dari hasil wawancara yang peneliti lakukan yakni :

“kalau masyarakat itu biasanya akan tertib kalau misalnya ada razia, kalau
tidak ada razia masyrakat itu kadang tidak tertib, mungkin beberapa ada
yang tertib seperti memakai helem, tapi masih banyak juga yang tidak
pakai”122
Hasil wawancara yang peneliti lakukan ini dapat dilihat bahwasanya

masyrakat sebagian besar masih banyak yang belum sadar akan hukum,

masyarakat akan sadar dengan hukum ketika ada razia saja, tapi kalau tidak ada

razia, masyarakat banyak yang belum sadar akan hukum. Hal ini juga senada

dengan apa yang disampaikan oleh masyrakat yang terkena ETLE, yakni :

“…awak awalnyo takajuik mah ado surek tilang sampai karumah awak
dianta pak pos mah, padahal rasonyo aman-aman se nyo, kironyo patang
ado wak ndk pakai sabuk pas baok oto wak tau dek di surek tilang tu ado
foto wak sadang ndk pakai foto sabuk pengaman kan, kok tau bantuak itu
ancak wak pakai patang tu lai. Akhirnyo wak urus se lai untuk
bayianyo.”123

122
Wawancara dengan Ibuk Dewi Suryani Selaku Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda pada tanggal
15 Februari
123
Wawancara dengan Bapak Wahyu Ramadhan Selaku Masyarakat yang pernah kena ETLE
menggunakan Mobil pada tanggal 3 Februari 2023

115
Hasil wawancara diatas yang dilakukan peneliti, dapat diartikan

bahwasanya masyarakat sebenarnya masih dalam tahap belum sadar akan hukum

yang berlaku. Masyarakat lebih ingin mematuhi aturan lintas jikalau ada hal yang

memantau meraka, karena ada tekanan yang menuntut mereka agar sadar hukum

bukan karena kesadaran dari meraka sendiri. Hal ini juga disampaikan oleh

masyarakat yang terkenal ETLE dengan kendaran bermotor yakni :

“awalnyo awak kiro aman-aman sajo motor ko untuk dibaok, awakpun


ndk nyangko bahwasanyo ado kamera ETLE disinan, kalau tahu yo mungkin ndk
lewat sinan wak do, wak pilih se jalan yang lain yg aman, dan lagian patang itu
awak ado dapek kaba lo kok misalnyo wak bengkok an se plat BA nyo tu ndk
kanai wak do.”.124
Hasil wawancara dengan masyrakat yang peneliti temukan bahwasanya,

masyrakat akan mencoba sebisa mungkin untuk tidak terkena penilangan, dan

akan sadar akan hukum ketika ada hal yang tegas dilakukan dengan sangsi. Lalu

yang menjadi sorotan adalah ketika ada plat BA yang dibengkokkan menjadi salah

satu cara masyarakat untuk mengelak dari sistem yang ada untuk penindakan

ETLE ini.

Kondisi sosial yang ada disebabkan dari kebiasaan dari masyarakat sehari-

hari dalam menanggapi sebuah kegiatan dari program ataupun kebijakan dalam

Van Mater van Horn. Implementasi Program ETLE pada Polresta Padang dilihat

dari aspek sosial, ternyata masih banyak masyrakat yang belum mematuhi aturan

hukum, masih banyak yang belum sadar akan hukum. Masyarakat akan patuh

hukum ketika ada razia atau ketika dia mengetahui disana ada CCTV ETLE,

ketika diberikan tekanan dengan sangsi yang jelas, ketika ada yang memantau

124
Wawancara dengan Bapak Rian Putra selaku Masyarakat yang Terkena ETLE dengan Motor
pada 8 Februari 2023

116
jalannya berlalu lintas. Hal ini menyebabkan kondisi sosial dari masyarakat masih

belum patuh terhadap hukum yang berlaku.

5.1.6.2 Kondisi Ekonomi

Kondisi Ekonomi dari suatu masyrakat yang ada dalam lingkup

dari implementasi akan memiliki dampak yang berpengaruh pada tahapan

implementasi. Lingkungan ekonomi merupakan ketersediaan sumberdaya

ekonomi dalam lingkungan pelaksanaan programseperti apa yang

diungkapkan Van Meter dan Van Horn. Pada pelaksanaan program ETLE

pada Polresta Kota Padang, peneliti akan melihat seperti apa kondisi

kondisi ekonomi serta bagaimana pengaruh terhadap implementasi

ataupun penerapan dari progam ETLE ini. Dari hal tersebut, peneliti

melakukan wawancara dengan masyrakat sebagai berikut :

“awak kok tau dima selatak kamera ETLE ko mungkin wak pakai
helm pas disinan mah, soalnyo beko kok kanai tilang tu lah pitih kalua lo
dek diak kan?.”125
Dapat disimpulkan dari wawancara yang peneliti lakukan, bahwasanya ada

pengaruh antara ekonomi dari masyarakat dengan tingkat kepatuhannya.

Masyarakat tidak mau ekonominya terganggu karena adanya ETLE ini, alhasil

masyarakat akan lebih berhati-hati lagi dengan adanya kamera CCTV ETLE ini.

Kondisi ekonomi merupakan salah satu kondisi lingkungan yang penting

menjadi fokus Van Metter dan Van Horn dalam mengidentifikasi konidisi-kondisi

lingkungan dalam proses implementasi kebijakan. Dari pemaparan yang peneliti

buat diatas, dapat kita lihat bahwasanya ada hubungan antara tingkat ekonomi dari

125
Wawancara dengan Bapak Rhenaldo Resta Selaku masyarakat pengguna kendaraan bermotor
pada tanggal 6 Februari 2023

117
masyarakat dalam implementasi program ETLE ini. Hal ini terbukti bahwsanya

ketika dihadapkan pada sangsi untuk membayar uang denda, ada rasa tegas dan

tertib yang diciptakan agar masyarkat mematuhi hukum dalam berlalu lintas.

5.1.6.3 Kondisi Politik

Selain adanya kondisi lingkungan sosial, kondisi lingkungan

ekonomi, ternyata ada satu lagi kondisi lingkungan politik. Kondisi politik

dalam Van Meter dan Van Horn menyatakan bahwasnya dalam

implementasi kebijakan ataupun program nantinya akan dipengaruhi oleh

para pejabat, petinggi ataupun elit dalam memperlancar pelaksanaan dari

implementasi kebijakan. Implementasi program ETLE ini sudah

mendapatkan dukungan pula dari para elit dari Kapolri, hal ini sesuai

dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan yaitu :

“ETLE ini adalah intruksi dari Kapolri juga, dan ini masuk
kedalam program prioritas dari Kapolri bapak sigit. Jadi kalau dukungan
dari elit itu sudah ada.”126
Wawancara yang peneliti lakukan dengan pihak Dirlantas Polda Sumbar

menyatakan bahwasanya sudah ada dukungan Kapolri sebagai institusi Kepolisian

nomor 1 di Indonesia. Hal ini berupa intruksi yang disampaikan oleh Bapak

Listyo Sigit kepada kepolisian yang ada ditiap-tiap daerah untuk segera

melaksanakan program prioritas ini.Van Meter Van Horn mengatakan

bahwasanyalingkungan politik itu terdiri dari peran elit politik untuk

memperlancara pelaksanaan dari implementasi program. Dari penjabaran yang

peneliti temukan diatas maka, pada Impelementasi Program ETLE pada

Kepolisian Resort Kota Padang sudah mendapatkan perhatian serta dukungan dari
126
Wawancara dengan Ibu Dewi Suryani selaku bagian Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Sumbar
pada tanggal 15 Februari 2023

118
Kepolisian Republik Indonesia. Hal ini ditandai dengan program ETLE

merupakan salah satu dari program priortas yang diamanatkan oleh Kapolri

kepada kepolisian yang ada ditiap tiap daerah.

5.2 Kinerja Kebijakan

Kinerja kebijakan ialah akibat dari hubungan-hubungan serta korelasi yang

disebabkan oleh 6 variabel yang ada, yakni standar dan sasaran kebijakan, sumber

daya, komunikasi antar organisasi, karateristik agen pelaksana, sikap para

implementor serta lingkungan sosial, ekonomi, dan politik. Kinerja kebijakan

merupaka penilaian dari standar dan sasaran kebijakan yang telah ditetapkan dari

awalmenurut Van Meter dan Van Horn.127

Kinerja kebijakan memiliki hubungan langsung pada 3 variabel yakni

disposisi implementor, lingkungan ekonomi, sosial dan politik serta karateristik-

karateristik aktor. Sedangkan standar dan tujuan kebijakan merupakan sebuah

landasan dalam berhubungan dengan implementor kebijakan di organisasi.

Kecenedrungan para implementor akan dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya

dalam melaksanakan kebijakan ataupun program. Sumber daya berhubungan

dengan lingkungan ekonomi, politik, sosial. Lingkungan ekonomi, politik dan

sosial juga berpengaruh pada kecendrungan-kecenrungan para pelaksana.

Variabel standar dan sasaran kebijakan pada penelitian kali ini mengacu

pada Undang-Undang No 20 Tahun 2009 Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang

seterusnya disingkat sebagai UU LLAJ. Namun dalam UU LLAJ tidak membahas

secara spesifik tentang mekanisme dari ETLE dengan khusus. Hal ini menjadikan

127
Winarno Budi, Kebijakan Publik, Teori dan Proses, Media Pressindo, Yogyakarta,
2007,halaman155

119
peraturan yang membahas tentang ETLE secara khusus tidak ada. Padahal

standard dan sasaran kebijakan harus memiliki kejelasan dan terukur agar dapat

dilaksanakan dengan baik bagi setiap implementor.

Variabel standard dan sasaran kebijakan akan mempengaruhu bagaimana

respon dari implementor dalam menanggapi bagaimana dia akan menjalankan

kebijakannya. Dari respon implementor pada program ETLE ini sudah bagus dan

baik, respon positif banyak ditemukan dari hasil temuan peneliti. Hanya saja

pemahaman para pelaksana terkait dari adanya ETLE ini mirip dengan

pelaksanaan tilang manual, hanya saja dalam prosesnya saja yang berbeda. ETLE

menggunakan perangkat elektronik berupa CCTV sedangkan tilang manual tidak.

Walaupun demikian, para implementor diberikan pengarahan dan juga pelatihan

terlebih dahulu dalam melaksanakan program ETLE ini agar lebih mempunyai

kompetensi yang baik, hal ini tentu berhubungan dengan variabel sumber daya

yang ada terkhusus pada sumber daya manusia yang sudah diberikan pelatihan

terlebih dahulu sebelum melaksanakan proses implementasi dari program ETLE

ini. Hanya saja, dari segi sumber daya non manusia, seperti penyedian CCTV

yang belum mumpuni masih memberikan beban untuk berjalannya implementasi

dari program ETLE ini menjadi lebih optimal.

Hal diatas berkaitan dengan dimensi ataupun variabel disposisi

implementor. Respon dari implementor dari kurangnya sumberdaya non-manusia

yakni penyediaan CCTVyang ada dalam implementasi program ETLE ini masih

kurang, maka implementor merespon dengan melakukan inisiatif berupa

melakukan metode Handheld hal ini tentu menjadi respon positif yang dilakukan

pihak kepolisian dalam mensiasati sumberdaya yang belum mencukupi.

120
Variabel lingkungan dari sosial masyarakat, ekonomi serta politik, juga

tentu mempengaruhi terhadap berjalannya implementasi dari program ETLE ini,

hal ini berkaitan dengan sumber daya khususnya sumber daya non manusia karena

jumlah CCTV yang belum melingkupi seluruh lampu merah yang ada di Kota

Padang, akhirnya masyrakat lebih memilih-milih jalan kalau seandainya tidak

memiliki kelengkapan dalam berkendara. Hal ini membuktikan bahwasanya

masyarakat belum memiliki kesadaran hukum tentang bagaimana berkendara

dengan baik dan benar. Untuk hubungan dengan karakteristik organisasi.

Karakteristik dari organisasi sudah cukup baik, tidak ada hal yang menjadi

kendala. Dan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadapa jalannya

implementasi program ETLE ini. Berdasarkan pemaparan yang peneliti jabarkan

diatas, terkait implementasi program ETLE pada Polresta Padang, masih terdapat

kendala dalam implementasi, sehingga menjadikan implementasi program masih

belum terimplementasi dengan optimal.

Adapun goals akhir dari program ini adalah dapat memberikan kesadaran

hukum bagi seluruh masyarakat pengguna jalan, dengan harapan rendahnya

tingkat pelanggaran yang terjadi, hanya saja hal ini masih belum dapat tercapai

karena berbagai macam faktor penghambat seperti jumlah CCTV yang belum

mencukupi keseluruhan lampu merah dipadang, kurangnya payung hukum yang

kuat serta kedudukan pelaksanaan ETLE dengan tilang manual yang berujung

kepada masih adanya penindakan manual dijalanan, yang berakhir kepada belum

terwujudnya semua masyarakat yang memiliki kesadaran hukum dalam berlalu

lintas. Pun pada dasarnya dengan program ini harusnya dapat mengakomodir

121
eskalasi kesadaran dari masyarakat pengguna jalan agar lalu lintas dapat menjadi

tertib.

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Implementasi program ETLE pada Kepolisian Resort Kota Padang

merupakan implementasi program yang dijalankan oleh Polresta Padang.

Berdasarkan hasil temuan yang peneliti temukan maka, dapat disimpulkan

bahwasanya program ETLE sudah terimplementasikan, namun belum optimal,

dikarenakan ada beberapa hal yang menjadi hambatan dalam proses

implementasinya. Pertama, masih adanya kendala dalam hal sumber daya non

manusia, yakni jumlah CCTV yang ada masih belum mencukupi. CCTV hanya

berjumlah 10 untuk seluruh wilayah kota padang, yang mengakibatkan tidak

122
semua titik yang ada di Kota Padang bisa terpantau dengan pantau CCTV ETLE

ini. Kedua, kendala selanjutnya adalah masih kurangnya kesadaran masyarakat

akan kesadaran hukum dalam berlalu lintas. Hal ini dibuktikan dari adanya

masyarakat yang tidak lengkap malah menghindar dari pantau CCTV. Hal

tersebut menjadikan tujuan dari hadirnya ETLE membias, yang seharusnya hadir

untuk menertibkan malah menjadi ketakutan bagi masyarakat. Ketiga, peraturan

yang digunakan masih bersifat umum, artinya belum ada peraturan ataupun

kebijakan khusus yang membahas secara komprehensif tentang mekanisme yang

terukur dari program ETLE ini. Dari berbagai macam penghambat yang terdapat

dari implementasi kebijakan ini maka alhasil, kinerja dari kebijakan ini belum

mampu mengakomodir goals dari tujuan dari kebijakan itu sendiri yang

seyogyangnya dapat untuk memberikan kesaran hukum dalam berlalu lintas agar

tingkat eskalasi dari jumlah pelanggaran dapat terus menerus turun.

Kendala-kendala tersebut yang menjadikan hambatan bagi pelaksanaan

program ETLE ini untuk dapat optimal. Setelah peneliti melihat dengan seksama

dan mengalisis dengan baik, maka peneliti mencoba untuk memberikan beberapa

saran atau rekomendasi. Rekomendasi atau saran ini kiranya dimaksudkan agar

program ini dapat terimplementasikan dengan baik, yakni sebagai berikut :

6.2 Saran

1. Perlu adanya payung hukum yang khusus membahas tentang

mekanisme ETLE secara komprehensif dan detail. Hal ini bertujuan agar dasar

hukum yang dimiliki dalam implementasi program ETLE ini lebih kuat dan jelas.

123
2. Perlu adanya penambahan CCTV agar dapat memauntau keseluruhan

lalu lintas Kota Padang secara menyeluruh.

3. Perlu adanya pendidikan khusus terkait adanya kesadaran hukum dan

ketaatan berlalu lintas kepada masyarkat yang berkendara dijalan. Pendidikan ini

dapat dilakukan ketika masyarakat ingin membuat SIM sebagai tanda atau lisesnsi

boleh berkendara dijalan.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Agustino. Leo. 2006. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Bahtiar Irianto, Yoyon. 2011. Kebijakan Pembaharuan Pendidikan, Konsep, Teori


dan Model. Jakarta: Rajagrafindo Persada

BPS. 2021. Statistik Transportasi Darat. BPS RI.

Islamy, M. Irfan. 2009. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara.


Jakarta: Bumi Aksara

Lexy, J. Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosda

Masri, Singarimbun. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

124
Miles dan Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI.

Nazir. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia

Nugroho, Riant. 2017. Public Policy. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Nurdin & Usman. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta: Raja
Grafindo Persada

Rukajat. 2018. Pendekatan Penelitian Kuantitatif: Quantitative Research


Approach. Yogyakarta: Deepublish

Solihin. Abdul Wahab. 2004. Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi ke


Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

Subarsono. 2006. Analisis Kebijakan Publik (Konsep, Teori dan Aplikasi).


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta:


Remaja Rosdakarya

Suharsimi, Arikunto. 1992. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Bina Aksara.

T. Keban. Yeremias. 2008. Enam Dimensi Strategi Administrasi Publik: Konsep,


Teori, dan Isu. Yogyakarta: Gava Media.

Tangkilisan. 2003. Implementasi Kebijakan Publik: Transformasi Pemikiran.


Yogyakarta: Y.A.P.

Widodo, Joko. 2008. Analisis Kebijakan Publik Konsep & Aplikasi Analisis
Proses Kebijakan Publik. Malang: Bayu Media Publishing

Winarno. Budi. 2012. Kebijakan Publik: Teori, Proses dan Studi Kasus.
Yogyakarta: Media Pressindo

Jurnal/Skripsi

Afifur. Rahman. 2020. Implementasi Kebijakan Electronic Government Melalui


Aplikasi Electronic Bukti Pelanggaran (E-Tilang) Pada Satuan Polisi Lalu
Lintas Kepolisian Resor Kota Besar Medan. Skripsi Program Studi Ilmu
Administrasi Publik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas
Sumatera Utara.

Annabella Siahaan. Angeline. 2022. Penerapan Electronic Traffic Law


Enforcement (ETLE) Titik H.R Soebrantas Bagi Pelanggar Lalu Lintas
Pengguna Handphone Oleh Kendaraan Roda 4 di Wilayah Hukum Polda
Riau. Skripsi. Program Studi Ilmu Hukum. Universitas Islam Riau.

125
Djodi Saputra. 2019. Implementasi E-Tilang Dalam Penyelesaian Perkara Lalu
Lintas (Studi Pada Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resort Kota Malang).
Skripsi Ilmu Administrasi Negara. Universitas Brawijaya.

Endah Syafitri. Efektivitas Implementasi Program Electronic Traffic Law


Envorcement (ETLE) Nasional dalam Peningkatan Pelayanan Publik di
Pekanbaru. Jurnal Cross-Bordet Vol.5 No.2 Juli – Desember 2022. Hlm.
1322-1337

Hasmita. 2021. Efektivitas Penerapan Sistem Electronic Traffic Law Enforcement


(ETLE) Melalui Pengawasan CCTV Lalu Lintas dalam Upaya Penertiban
Pengguna Jalan di Kota Makassar. Skripsi: Program Studi Ilmu
Administrasi Publik, Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin. Makassar.

Muhammad Sulthon. 2020. Kesiapan dan Kendala Satuan Lalu Lintas Kota
Surakarta dalam Implementasi Kebijakan Elektronik Tilang. Skripsi
Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Puja Saputra, Novendi. April 2021. Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE)
dan Permasalahannya. Jurnal Info Singkat. Vol. XIII. No. 7.

Sulis. Aditya. 2020. Problematika Penerapan Tilang Elektronik dalam


Mengurangi Pelanggaran Lalu Lintas. ALDEV. Volume 2 Nomor 1

Suryana. Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor di


Kabupaten Aceh Tamiang. Sekolah Pascasarjana. Universitas Sumatera
Utara

Tiur. Margareth S. 2020. Implementasi Kebijakan Elektronik Tilang di Wilayah


Hukum Kepolisian Resor Kabupaten Ogan Ilir. Skripsi Ilmu Administrasi
Publik. Universitas Sriwijaya.

Peraturan

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 12 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penyelesaian Pelanggaran Lalu Lintas

Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan


Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang


Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik


Indonesia

126
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Jalan dan Angkutan
Jalan

Website/Berita

Andy Suryadi, Menakar Program E-Tilang Kapolri, detikNews,


https://news.detik.com/kolom/d-5368988/menakar-program-e-tilang-
kapolri diakses pada tanggal 29 Juli 2022

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/09/20/11104201/polda-metro-jaya-
catat-19-juta-pelanggaran-lalu-lintas-di-jakarta?page=all diakses pada
tanggal 29 Juli 2022

Laporan Tahunan Subdit Gakkum Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya Tahun
2017 s.d 2019

Lihat http://bappeda.jogjaprov.go.id/dataku/data_dasar/chart/4803 diakses pada


tanggal 26 Juli 2022

Lihat https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/24/angka-kecelakaan-
lalu-lintas-di-indonesia-meningkat-di-2021-tertinggi-dari-kecelakaan-
motor diakses pada tanggal 29 Juli 2022

Lihat https://korlantas.polri.go.id/news/dirlantas-polda-jatim-ingatkan-
pengendara-untuk-tertib-berlalu-lintas/ diakses pada tanggal 30 Juli 2022

Lihat https://ombudsman.go.id/news/r/ombudsman-kepolisian-paling-banyak-
dilaporkan-sepanjang-2020 diakses pada tanggal 26 Juli 2022

Lihat https://potensibisnis.pikiran-rakyat.com/news/pr-691659603/polda-metro-
jaya-etle-turunkan-angka-pelanggaran-642-persen diakses pada tanggal 29
Juli 2022

Lihat https://www.antaranews.com/berita/2059590/etle-dan-pembuktian-kerja-
kapolri diakses pada tanggal 30 Juli 2022

Lihat https://www.tribunnews.com/nasional/2022/01/24/136-ribu-pelanggaran-
lalu-lintas-terekam-etle-selama-2021-hanya-76-ribu-pelanggar-yang-
bayar-denda diakses pada tanggal 26 Juli 2022

Lihat https://padang.sumbar.polri.go.id/struktur-organisasi/diakses pada tanggal


31 Januari 2023

Lihat https://padang.go.id/diakses pada tanggal 31 Januari 2023

Lihat https://www.posindonesia.co.id/id diakses pada tanggal 1 Februari 2023

Lihat https://bapenda.sumbarprov.go.id/content/pppd/1 diakses pada tanggal 1


Februari 2023

127
Lihat https://bri.co.id/info-perusahaandiakses pada tanggal 1 Februari 2023

Lihat https://kejari-padang.kejaksaan.go.id/profil/visi/diakses pada tanggal 1


Februari 2023

LAMPIRAN

PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN


“Implementasi Program ETLE (Electornic Traffic Law Enforcemment Pada
Polresta Padang)”

Pedoman wawancara ini merupakan panduan bagi peneliti, yang nantinya akan
peneliti gunakan untuk mendapatkan dan menggali informasi dari para informan
yang dijadikan sebagai narasumber. Pedoman wawancara ini tidak diikat dan
dibuat sebaik mungkin oleh peneliti yang nantinya bertujuan untuk memperoleh
informasi secara baik untuk penelitian kali ini. Peneliti melakukan wawancara
dengan pertanyaan yang lebih fleksibel namun tetap memiliki rules ataupun garis
besar yang dijadikan batasan, yakni sebagai berikut :

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN :

1. Standar dan Tujuan

128
A. Kejelasan :
a. Bagaimana pandangan pemahaman bapak/ibu terkait
implementasi dari Program ETLE ini?
b. Bagaimana pemahaman bapak/ibu terkait tentang pelaksanaan
teknis dari implementasi program ETLE ini?
B. Keadilan :
a. Apakah dalam melaksanakan implementasi program ETLE ini
berlaku kepada seluruh khalayak atau bagaimana?
b. Apakah dalam pelaksanaan implementasi program ETLE ini
sudah sesuai dengan aturan yang berlaku?
2. Sumber Daya
A. Sumber Daya Manusia :
a. Untuk melaksanakan implementasi program ETLE ini,
bagaimana kesiapan dari anggota atau personil dari
implementor?
b. Berapa jumlah anggota atau personil yang terlibat dalam
melaksanakan implementasi Program ETLE ini? Dan
latarbelakang dari orang tersebut bagaimana?
B. Sumber Daya Finansial :
a. Bagaimana anggaran ataupun finansial dalam melaksanakan
program ETLE ini?
b. Apakah dalam melaksanakan program ETLE ini terdapat
kendala dalam hal anggaran?
C. Sumber Daya Waktu :
a. Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam melaksanakan
program ETLE ini? Penindakan dan ataupun pengiriman waktu
serta pembayaran?
3. Karakteristik Agen Pelaksana
A. Struktur Birokrasi :
a. Bagaimana bentuk struktur birokrasi yang ada dalam
melaksanakan program ETLE tersebut?
b. Bagaimana mekanisme dalam melaksanakan Program ETLE
ini dari awal penindakan hingga proses pembayaran?
B. Norma-norma
a. Bagaimana menurut bapak/ibu terkait norma-norma yang
berlaku dalam implementasi program ETLE ini?
C. Pola-pola hubungan yang terjadi di organisasi
a. Bagaimana pola hubungan yang terjadi dalam internal ataupun
eksternal yang terjadi?
4. Komunikasi Antar Organisasi dan Penyelenggara Kegiatan
A. Komunikasi :

129
a. Bagaimana komunikasi vertikal ataupun horizontal yang terjadi
dalam implementasi program ETLE?
b. Apakah terdapat kendala dalam menyampaikan informasi
kepada anggota ataupun personil dalam melaksanakan
implementasi program ETLE?
B. Koordinasi :
a. Siapa Stakeholder ataupun pihak yang terlibat dalam
melaksanakan implementasi program ETLE ini?
b. Bagaimana bentuk koordinasi antar lembaga dalam
melaksanakan implementasi program ETLE ini?
c. Apakah ada konflik yang terjadi dalam melakukan koordinasi
antara pihak yang terjadi untuk proses implementasi?
5. Sikap atau Kecenderungan Para Pelaksana
A. Respon Implementor Terhadap Kebijakan
a. Bagaimana komitmen serta respon implementor dalam
melaksanakan program ETLE ini?
B. Pemahaman dan Kemampuan Implementor dalam Implementasi
Kebijakan
a. Bagaimana pemahaman dan preferensi nilai implementor
dalam melaksanakan program ETLE ini?
b. Apakah bapak sudah melaksanakan implementasi program
ETLE ini sesuai dengan peraturan yang berlaku?
6. Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Politik

a. Bagaimana kondisi sosial mempengaruhi jalannya implementasi


program ETLE ini?

b. Bagaimana kondisi ekonomi mempengaruhi jalannya


implementasi program ETLE ini?

c.Bagaimana kondisi politik mempengaruhi jalannya implementasi


program ETLE ini?

130
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK TRIANGULASI :

1. Ukuran dan Tujuan Keibjakan


A. Kejelasan
a. Bagaimana pemahaman ataupun pandangan bapak/ibu terkait
implementasi program ETLE ini?
b. Bagaimana pemahaman ataupun pandangan bapak/ibu terkait
teknis dalam pelaksanaan ETLE ini?
B. Keadilan
a. Apakah program ETLE ini mengakomodir kepentingan dari
masyarakat?
b. Apakah program ETLE ini melaksanakan implementasi sama
rata terhadap seluruh masyrakat?
2. Sumber Daya
A. Sumber Daya Manusia
a. Bagaimanakah menurut bapak/ibu terkait jumlah ataupun
anggota yang melaksanakan implementasi program ETLE ini?
b. Bagaimana latar belakang pendidikan implementor program
ETLE ini?

131
c. Apakah ada kendala yang dihadapi dalam melaksanakan
program ETLE ini?
B. Sumber Daya Finansial
a. Bagaimana anggaran finansial terkait pelaksanaan program
ETLE ini?
b. Apakah ada kendala yang dihadapi dalam melaksanakan
program ETLE ini?
C. Sumber Daya Waktu
a. Bagaimanakah waktu terkait pelaksanaan program ETLE ini?
b. Bagaiman wakatu terkait teknis dari pelaksanaan program
ETLE ini?
3. Karakteristik Agen Pelaksana
A. Sturktur Birokrasi
a. Bagaimana Struktur birokrasi yang ada dalam instansi
organisasi?
b. Bagaimana bentuk atau mekanisme dalam pelaksanaan
program ETLE?
B. Norma-norma
a. Bagaimana norma-norma yang berlaku dalam pelaksanaan
program ETLE?
C. Pola-pola Hubungan yang Terjadi
a. Bagaimana pola hubungan yang terjadi dalam interaksi internal
ataupun eksternal?
4. Komunikasi Antar Organisasi dan Penyelenggara Kegiatan
A. Komunikasi
a. Bagaimana bentuk komunikasi vertikal dan horizontal yang
dalam internal organisasi?
b. Apakah masih ada kendala dalam penyampaian informasi
kepada para implementor?
B. Koordinasi
a. Siapa pihak ataupun stakeholder yang terlibat dalam proses
implementasi program ETLE ini?
b. Bagaimana bentuk koordinasi yang terjadi dalam
melaksanakan implementasi program ETLE ini?
c. Apakah ada konflik yang terjadi dalam koordinasi untuk
menerapkan implementasi program ETLE?
5. Sikap atau Kecenderungan Para Pelaksana
A. Respon Implementor Terhadap Kebijakan
a. Bagaimana respon dan komitmen implementor dalam
melaksanakan program ETLE?
B. Pemahaman dan Kemampuan Implementor dalam Implementasi
Kebjakan

132
a. Bagaimana pemahaman dan preferensi nilai implementor dalam
melaksanakan implementasi program ETLE?
b. Apakah dalam melaksanakan implementasi program ETLE ini
sudah sesuai dengan peraturan yang ada?
6. Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Politik
a. Bagaimana pandangan bapak atau ibuk terkait kondisi sosial
dalam mempengaruhi implementasi program ETLE
b. Bagaimana pandangan bapak atau ibuk terkait kondisi ekonomi
dalam mempengaruhi implementasi program ETLE
c. Bagaimana pandangan bapak atau ibuk terkait kondisi politik
dalam mempengaruhi implementasi program ETLE

Foto Bukti Surat Pelanggaran

133
Foto Wawancara dengan Informan dan Triangulasi

134
135
136

Anda mungkin juga menyukai