Anda di halaman 1dari 6

KERAJAAN ISLAM

DI JAMBI
fidya wiedya putri (2108624)
1 . Lahirnya kerajaan islam di jambi
Berdasarkan temuan-temuan arkeologis kemungkinan kehadiran islam di daerah Jambi di
perkirakan di mulai sejak abad ke-10 sampai abad ke-13. Kemungkinan pada masa itu
proses Islamisasi masih terbatas pada perorangan.

Penyebaran Islam di Jambi sudah terjadi sejak sekitar tahun 1460 atau pertengahan
abad ke-15, karena proses islamisasi benar-benar bersamaan dengan tumbuh dan
berkembangnya Kerajaan Islam di Jambi sekitar 1500 M di bawah pemerintahan orang
Kayo Hitam yang juga meluaskan "Bangsa XII" dari "Bangsa IX", anak Datuk Paduka
Berhala.

Konon menurut undang-undang Jambi, Datuk Paduka Berhala adalah orang dari Turki
yang terdampar di Pulau Berhala yang kemudian dikenal dengan sebutan Ahmad Salim. Ia
menikah dengan Putri Salaro Piang Masak yang merupakan seorang muslim, turunan
raja-raja Pagaruyung yang kemudian melahirkan Orang Kayo Hitam,Sultan Jambi yang
terkenal.
2 . perkembangan Kerajaan islam di jambi

Berdasarkan silsilah keturunan Raja Jambi, raja-raja Jambi yang pernah


memerintah dikerajaan Islam di Jambi, antara lain;

Datuk Paduka Berhala beserta Pinang Masak (1460 M)


Orang Kayo Pingai (1480 M)
Orang Kayo Padataran (1490 M)
Orang Kayo Hitam (1500 M)
Panembahan Rantau Kapas (1500-1540 M)
Panembahan Rengas Pandak (1540 M)
Panembahan Bawah Sawoh (1565 M)
Panembahan Kota Baru (1590 M)
Pangeran Keda/ Sultan Abdul Kahar (1615)
Sejak masa pemerintahan kerajaan Islam di Jambi di bawah Sultan Abdul Kahar (1615) itulah mulai kedatanhan
VOC untuk hubungan perdagangan,pembelian hasil-hasil kerajaan Jambi terutama Lada.

Pada masa pemerintahan Sultan Sri Ingalogo (1665-1690) terjadi perperangan antara kerajaan Jambi dengan
kerajaan Johor dimana kerajaan Jambi mendapat bantuan VOC dan akhirnya menang. Meskipun demikian,
sebagai upah bantuan itu VOC berturut-turut menyodorkan perjanjian pada 12 Juli 1681, 20 Agustus 1681, 11
Agustus 1683 dan 20 Agustus 1683.

Pada hakikatnya perjanjian-perjanjian tersebut menguatkan monopoli pbelian lada, dan sebaliknya VOC
memaksalan untuk penjualan kain dan opium. Beberapa tahun kemudian terjadi penyerangan kantor dagang VOC
oleh rakyat Jambi dan kepada pedagang VOC, Sybrandt Swartt terbunuh pada 1690 dan Sultan Jambi di tuduh
terlibat. Oleh karna itu Sultan Sri Ingaloho ditangkap dan di asingkan mula-mula ke Batavia dan akhirnya ke pulau
Banda.

Sultan penggantinya ialah Pangeran Dipati Cakraningrat yang bergelar Sultan Kiai Gede. Dengan demikian
Sultan Ratu yang lebih berhak di singkirkan dan ia dengan sejumlah pengikutnya pindah ke Muaratebo, membawa
keris pusaka Singenjei, keris merupakan lambang bagi raja-raja Jambi yang mempunyai hal atas kerajaan.

Sejak itulah terus menerus terjadi konflik yang memuncak dengan pemberontakan dan perlawanan Sultah Thaha
Syaf al-Din yang dipusatkan terutama di daerah Batang Hulu. Di daerah inilah pada pertempuran yang sengit
Sultah Thaha gugur pada 1 April 1905 dan ia di makamkan di Muaratebo.
adapun nama-nama Sultan di Jambi antara lain;
(1687-1696) Pangeran Dipati Cakraningrat bin Sutan Abdul Muhyi [ Sutlan Kyai Gede ]
Hilir Jambi.
(1690-1721) Pangeran Ratu Raden Kholid( Chulit ) / Sultan Abdul Rahman I bin Sultan
Abdul Muhyi [ Sultan Sri Maharaja Batu ] Hulu Jambi
(1770-1790) Sultan Ahmad Zainuddin / Sultan Anom Sri Ingalaga
(1790-1812) Mas’ud Badruddin bin Ahmad / Sultan Ratu Seri Ingalaga
(1812-1833) Mahmud Muhieddin bin Ahmad Sultan Agung Seri Ingalaga
(1833-1841) Muhammad Fakhruddin bin Mahmud Sultaln Keramat
(1841-1855) Abdul Rahman Nazarddin bin Mamud
(1855-1858)Thaha Safiuddin bin Muhammad (pertama kali)
(1858-1881) Ahmad Nazaruddin bin Mahmud
(1881-1885) Muhammad Muhiedin bin Abdul Rahman
(1885-1899) Ahmad Zainul Abidin bin Muhammad
(1900-1904)Thaha Saffuddin bin Muhammad (kedua kali)
(1904) Dihancurkan Beanda
(2012)Abdurrachman Thaha Safiuddin (Dinobatkan pada Tanggal 18 Maret 2012)
terimakasih
have a nice day ;)

Anda mungkin juga menyukai