Pendahuluan
Rumusan Masalah
Sultan Banten XVII yang memiliki nama asli Maulana Mohammad Shafiuddin merupakan
cucu dari Sunan Gunung Djati dan putera dari sultan Muhammad Muhyiddin Zainussalihin.
Ia menggantikan Sultan Aliuddin II yang sempat diwakilkan oleh Sultan Wakil
Suramenggala karena dirasa ia belum cukup dewasa. Kekuasaan Banten lemah ditangannya
karena mendapat tekanan dari beberapa kekuatan global silih berganti memengaruhi
kesultanan banten. Pada tahun 1813 ketika Inggris memerintah Sultan Shafiuddin diasingkan
dan dipaksa turun takhta.
1
Tubagus Nurfadhil Azmathkhan Al-Husaini, Sejarah Kesultanan Banten dari Masa ke Masa (Bag.3). 4 Mei
2017, diakses Pada 23 November 2019
2
Titik Pudjiastuti,Surat-Surat Sultan Banten. Wacana Vol.6 No.1 April 2004
3
Titik Pudjiastuti, Perang, Dagang , Persahabatan : Surat-Surat Sultan Banten. (Jakarta :Yayasan Obor
Indonesia,2007)
(Sultan Penuh Banten ke 13) sebagai penanda pengakuan dari keluarga ketrunan
Aliyuddin I atas hak dan sahnya Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin sebagai
pewaris tunggal Kesultanan Banten. Pada saat itu juga Sultan Maulana Muhammad
Shafiuddin resmi menjadi Sultan Banten. Rakyat merasa tidak puas terhadap Belanda
karena mereka merasa tersiksa sehingga mereka melakukan perlawanan, namun pihak
Belanda tidak kehilangan akal untuk melemahkan perlawanan mereka Banten dibagi
menjadi tiga daerah yang statusnya kini sama dengan Kabupaten yakni: Banten Hulu,
Banten Hilir, dan Anyer. Sultan Maulana Muhammad Shafiddin ditunjuk oleh
Belanda untuk memimpin Banten Hulu.
Pada tahun 1809 Pemerintah Hindia Belanda menghapus Kesultanan Banten
dan mengintegrasikan wilayahnya kedalam wilayah Hindia Belanda. Pada tahun yang
sama, wilayah Banten diotak-atik oleh penjajah Asing dengan pembagian wilayah-
wilayah yang meminimalisir kekuatan pengaruh Kesultanan Banten selain itu juga
memperlemah kekuatan perlawanan rakyat Banten yang pada saat itu terus melawan.
Ketika terjadi peralihan kekuasaan di Nusantara dari Belanda kepada Inggris ,
diakibatkan kekalahan Napoleon Perancis kepada Inggris. Pada tahun 1813 Gubernur
Thomas Stanford Rafles dari Inggris membagi wilayah Banten menjadi 4 kabupaten
yakni Banten Lor (Banten Utara yang kelak menjadi kabpaten Serang), Banten Kidul
(Banten Selatan yang kelak menjadi Kabupaten Caringin pada tahn 1907 masuk
kabupaten Pandeglang) , Banten Tengah (yang kelak menjadi Kabupaten
Pandeglang), dan Banten Kulon (Banten Barat yang kelak menjadi kabupaten Lebak).
Kemudian pada tahun 1816 kekuasaan Inggris dikembalikan pada Belanda.
Pada tahun 1832 perlawanan dilakukan terus menerus oleh rakyat Banten
kepada pemerintah Hindia Belanda, terutama semenjak ada bajak laut di Selat Sunda
rakyat semakin geram. Dari perlawanan tersebut pemerintah Belanda menganggap
bahwa Kesultanan ikut membantu rakyat melakukan perlawanan sehingga pada tahun
itu juga Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin dan keluarga dibuang di Surabaya
oleh Belanda dan tidak boleh kembali menginjakkan kakinya di Banten.
4
Eddie Dipo,Sultan Banten Terakhir Shafiuddin atau Rafiuddin. 26 Juni 2015 (diakses pada 24 Nov 2019 pukul
5:38 AM)
5
http://fesbukbantennews.com/boto-putih-surabaya-makam-sultan-banten-ke-xvii-sultan-maulana-muhammad-
shafiuddin/