Anda di halaman 1dari 186

MODUL KOMPETENSI

PENERBITAN
SUKUK
KORPORASI
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu
Wa Ta’ala, karena atas rahmat dan karunia-Nya, Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk
Korporasi ini dapat diselesaikan. Penyusunan modul ini dilatarbelakangi belum
adanya standardisasi atas kompetensi kesyariahan yang dimiliki pelaku industri pasar
modal syariah. Hal ini dapat menyebabkan tingkat pengetahuan dan pemahaman di
antara masing-masing pelaku menjadi berbeda. Adapun pihak yang terlibat dalam
penerbitan sukuk korporasi antara lain penjamin emisi efek, wali amanat, perusahaan
pemeringkat efek, konsultan hukum, notaris dan tim ahli syariah.

Dalam penyusunan modul ini melibatkan Tim Penyusun Modul yang kompeten di
bidangnya masing-masing. Pembahasan pada modul ini difokuskan pada sukuk
korporasi (tidak termasuk sukuk negara dan sukuk securities crowdfunding) yang tidak
menggunakan skema Special Purpose Vehicle (SPV). Para pihak yang terlibat dalam
penerbitan sukuk korporasi tidak cukup hanya berpedoman pada modul ini, tetapi
juga harus memahami dan mematuhi seluruh ketentuan dalam peraturan terkait.
Namun demikian, apabila terdapat perbedaan substansi antara isi modul ini dengan
peraturan terkait, maka yang digunakan adalah ketentuan dalam peraturan yang
berlaku.

Penulisan peraturan di dalam modul ini adalah peraturan yang berlaku saat
penyusunan modul. Jika terdapat peraturan yang terbaru maka ketentuan yang
berlaku menyesuaikan dengan peraturan yang terbaru tersebut.

Dengan diterbitkannya modul ini, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman


dan membantu proses penerbitan sukuk bagi pihak terkait. Semoga modul ini dapat
bermanfaat untuk meningkatkan kompetensi pihak yang terlibat dalam penerbitan
sukuk korporasi agar dapat mendukung kinerjanya.

Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Tim
Penyusun Modul dan pihak lainnya yang telah membantu penyelesaian Modul
Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi. Kami menyadari bahwa modul ini masih
terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan masukan yang membangun sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan modul dimaksud.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi iii


TIM PENYUSUN MODUL

Budi Suwasono

Sarmiati

Ah. Azharuddin Lathif

Direktorat Pasar Modal Syariah - Otoritas Jasa Keuangan

iv Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii


DAFTAR ANGGOTA TIM PENYUSUN MODUL iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR TABEL x

1 SUKUK MELALUI PENAWARAN UMUM

A. Proses Penerbitan Sukuk


3
8
Persiapan Penerbitan Sukuk 9
Proses Registrasi dan Pernyataan Pendaftaran Sukuk 23
Penawaran Umum dan Penjatahan Sukuk 31
Hal-hal Lain yang Harus Diperhatikan dalam Penerbitan Sukuk 35

B. Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Sukuk 36


Persyaratan PUB 37
Pernyataan Pendaftaran PUB Sukuk 38
Hal-hal Lain yang Harus Diperhatikan dalam PUB Sukuk 40

C. Penawaran Umum Sukuk kepada Pemodal Profesional 41


Pemodal Profesional 41
Pernyataan Pendaftaran dan Prospektus 42

D. Kontrak/Perjanjian Perwaliamanatan Sukuk 43


Identitas Para Pihak dan Premis/Pendahuluan 46
Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum Sukuk 46
Penunjukan, Penggantian, dan Berakhirnya Tugas Wali Amanat 47

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi v


Wewenang Wali Amanat 48
Imbalan Jasa Wali Amanat 49
Syarat-Syarat Sukuk 49
Pembatasan dan Kewajiban Emiten 54
Penyisihan Dana 55
Kuasa Pemegang Sukuk Kepada Wali Amanat 56
Pernyataan Wali Amanat 56
Kelalaian Wali Amanat 57
Pernyataan Emiten 57
Kelalaian Emiten 58
Rapat Umum Pemegang Sukuk 59
Jaminan 60
Sanksi 61
Keadaan Kahar (Force Majeure) 61
Penyelesaian Perselisihan 62
Ketentuan Lain-lain 62
Pemberitahuan 63

E. Penjamin Emisi Efek dan Wali Amanat 64


Penjamin Emisi Efek 64
Wali Amanat 65

2 SUKUK TANPA MELALUI PENAWARAN UMUM

A. Proses Penerbitan Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum


75
79
Persiapan Penerbitan Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum 79
Prosedur Penerbitan Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum 82
Hal-hal Lain yang Harus Diperhatikan dalam Penerbitan Sukuk
Tanpa Melalui Penawaran Umum 84

vi Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


B. Penerbitan Secara Bertahap Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum 84
Ketentuan Penerbitan Bertahap 84
Informasi Tambahan Penerbitan Bertahap 85

C. Penata Laksana Penerbitan dan Agen Pemantau 86


Penata Laksana Penerbitan 86
Agen Pemantau 88

3 ASPEK SYARIAH TERKAIT SUKUK

A. Pengertian dan Karakteristik Sukuk


99
101
B. Dasar Hukum Sukuk 102
C. Larangan Syariah dalam Penerbitan Sukuk 103
Riba 103
Gharar 105
Maysir/Qimar 107
Tadlis    108
Dharar 109
Risywah 109
Objek Haram Zatnya 110
Zhulm 110

D. Akad dan Skema dalam Penerbitan Sukuk 111


Sukuk Mudharabah 112
Sukuk Ijarah 116
Sukuk Wakalah (bi al-istitsmar) 121
Sukuk Musyarakah 126
Sukuk Murabahah 129

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi vii


Sukuk Salam 132
Sukuk Istishna 134
Sukuk Wakaf 138

E. Aspek Syariah Lainnya terkait Sukuk 141


Penggunaan Aset yang Menjadi Dasar Sukuk/Underlying Asset 141
Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum Sukuk 146

4 PIHAK YANG TERKAIT DALAM PENERBITAN SUKUK

A. Perusahaan Pemeringkat Efek


149
151
Metodologi Pemeringkatan 152
Pemeringkatan Atas Sukuk 157
Peran Perusahaan Pemeringkat Efek 159
Hal-hal yang Harus Diperhatikan oleh Perusahaan Pemeringkat Efek 161

B. Konsultan Hukum 162


Peran Konsultan Hukum 163
Hal-hal yang Harus Diperhatikan oleh Konsultan Hukum 167

C. Notaris 169
Peran Notaris 169
Hal-hal yang Harus Diperhatikan oleh Notaris 172

D. Tim Ahli Syariah (TAS) dan Dewan Pengawas Syariah (DPS) 173
Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Tim Ahli Syariah 174
Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Dewan Pengawas Syariah 174
Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Menelaah Prinsip Syariah
Pada Penerbitan Sukuk 175

viii Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Alur Proses Penawaran Umum Sukuk 8


Gambar 2 Alur proses persiapan penerbitan sukuk 10
Gambar 3 Proses Registrasi di BEI 25
Gambar 4 Skema Hubungan antara Emiten, Wali Amanat dan Investor 66
Gambar 5 Alur proses persiapan penerbitan sukuk 79
Gambar 6 Pengelompokan Riba Berdasarkan Ibnu Rusyd 104
Gambar 7 Skema Sukuk Mudharabah Model A 113
Gambar 8 Skema Sukuk Mudharabah Model B 114
Gambar 9 Skema Sukuk Mudharabah di Luar Negeri 115
Gambar 10 Skema Sukuk Ijarah Model A 117
Gambar 11 Skema Sukuk Ijarah Model B 118
Gambar 12 Skema Sukuk Ijarah di Luar Negeri 119
Gambar 13 Skema Sukuk Wakalah 124
Gambar 14 Skema Sukuk Wakalah bi al-Istitsmar di Luar Negeri 125
Gambar 15 Skema Sukuk Musyarakah di Luar Negeri 128
Gambar 16 Skema Sukuk Murabahah di Luar Negeri 131
Gambar 17 Skema Sukuk Salam di Luar Negeri 133
Gambar 18 Skema Sukuk Istishna’ di Luar Negeri 135
Gambar 19 Skema Sukuk Ijarah Al-Intifa di Mekah 139
Gambar 20 Skema Sukuk Musyarakah di Singapura 140
Gambar 21 Contoh Ilustrasi Proses Pemeringkatan 151
Gambar 22 Contoh Metodologi Pemeringkatan atas Surat Utang dan Sukuk 153
Gambar 23 Struktur Surat Utang atau Sukuk 155
Gambar 24 Simulasi Pemeringkatan atas Surat Utang 156
Gambar 25 Data Internal yang Dibutuhkan dalam Pemeringkatan 160
Gambar 26 Jenis-jenis Pemantauan oleh Perusahaan Pemeringkat Efek 161

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi ix


DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perbedaan Karakteristik Sukuk dan Obligasi 6

Tabel 2 Pengungkapan dalam Prospektus 18

Tabel 3 Dokumen Pernyataan Pendaftaran yang Wajib Disampaikan ke OJK 27

Tabel 4 Dokumen Final yang Disampaikan ke OJK 33

Tabel 5 Perbedaan Ketentuan Antara PUB Sukuk Stand Alone dan


Bersamaan dengan PUB Obligasi 37

Tabel 6 Dokumen Pernyataan Pendaftaran kepada Pemodal Profesional 42

Tabel 7 Daftar Isi Kontrak Perwaliamanatan Sukuk 45

Tabel 8 Perbedaan Karakteristik Antara Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum


dan Sukuk Melalui Penawaran Umum 77

Tabel 9 Daftar Dokumen Uji Tuntas Pada Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum 80

Tabel 10 Perbedaan Antara Agen Pemantau dan Wali Amanat 89

Tabel 11 Aset yang Menjadi Dasar Sukuk/Underlying Asset Berdasarkan


Penerbitan Sukuk di Indonesia 145

Tabel 12 Penggunaan Dana Berdasarkan Penerbitan Sukuk di Indonesia 147

Tabel 13 Contoh Ilustrasi Penulisan Peringkat dari Dua Perusahaan Pemeringkat 157

x Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


SUKUK
MELALUI
PENAWARAN
UMUM

1
8 Proses Penerbitan Sukuk
36 Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Sukuk
41 Penawaran Umum Sukuk kepada
Pemodal Profesional
43 Kontrak/Perjanjian Perwaliamanatan Sukuk
64 Penjamin Emisi Efek dan Wali Amanat
BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

B
erdasarkan POJK Nomor 18/POJK.04/2015 tentang Penerbitan dan Persyaratan
Sukuk, sukuk didefinisikan sebagai efek syariah berupa sertifikat atau bukti
kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak terpisahkan
atau tidak terbagi atas aset yang mendasarinya. Sukuk merupakan alternatif sumber
pendanaan melalui pasar modal yang dapat digunakan oleh perusahaan. Perusahaan
dapat menerbitkan sukuk baik secara “stand alone” maupun bersamaan dengan efek
lain seperti obligasi. Selain itu, penerbitan sukuk dapat dilakukan melalui penawaran
umum atau tanpa melalui penawaran umum (private placement). Sebagai suatu efek,
jika melihat karakteristiknya, antara sukuk dan obligasi sebagai surat utang memiliki
beberapa persamaan sekaligus perbedaan.

Persamaan antara sukuk dan obligasi antara lain sebagai berikut:


1. Terdapat pengembalian pokok di akhir periode (bullet payment). Hal ini dapat
memberikan keleluasaan bagi perusahaan dalam mengalokasikan dana cash
untuk ekspansi atau untuk belanja modal.
2. Memiliki tenor yang beragam dan lebih panjang dari satu tahun hingga 10 tahun
atau lebih.
3. Memiliki fitur pelunasan atau pengembalian modal dan/atau kewajiban
dipercepat.
4. Memberikan imbal hasil tertentu yang rutin sesuai dengan kesepakatan.
5. Dapat digunakan untuk refinancing, dengan menggunakan dana hasil penerbitan
sukuk yang baru untuk pelunasan sukuk sebelumnya.
6. Perusahaan yang telah menjadi emiten dapat mendanai kebutuhan pendanaan
(fund raising) lebih cepat melalui fasilitas Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB).
7. Dapat mengurangi risiko mismatch financing dengan mencocokkan tenor
pendanaan suatu proyek atau pembelian aset disesuaikan dengan tenor sukuk
yang diterbitkan.
8. Dicatat sebagai liabilitas dalam laporan keuangan.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 5


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

Selanjutnya, perbedaan sukuk dan obligasi antara lain sebagai berikut:

Tabel 1 Perbedaan Karakteristik Sukuk dan Obligasi

Sukuk Aspek Obligasi

Sertifikat atau bukti Surat pernyataan utang


kepemilikan bersama atas Prinsip dasar (utang piutang) antara
aset yang mendasarinya penerbit dan investor

Hanya untuk kegiatan usaha


yang tidak bertentangan Penggunaan dana Tidak diatur
dengan prinsip syariah

Bagi hasil/fee/ujrah/margin
Imbal hasil Bunga
(tergantung jenis akad)
Aset yang menjadi dasar
Wajib Tidak perlu
sukuk/ underlying asset
Tim ahli syariah atau dewan
Wajib Tidak perlu
pengawas syariah

Salah satu karakteristik yang membedakan antara sukuk dan obligasi di atas adalah
adanya kewajiban memiliki aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset. Salah
satu fungsi dari underlying asset adalah agar penerbitan sukuk dapat terhindar dari
transaksi money to money yang berpotensi mengandung unsur riba. Underlying
asset ini tidak sama dengan jaminan. Pada praktiknya, sebagaimana halnya dengan
obligasi, penerbitan sukuk dapat menggunakan jaminan atau tanpa menggunakan
jaminan.

Selain persamaan dan perbedaan sukuk dan obligasi di atas, sukuk memiliki beberapa
keunggulan antara lain sebagai berikut :
1. Adanya insentif biaya pendaftaran ke OJK yaitu sebesar 0,05% dari nilai emisi
dengan besaran maksimum sebesar Rp150 juta (untuk obligasi besaran maksimum
sebesar Rp750 juta).
2. Adanya insentif biaya pencatatan tahunan ke BEI sebesar 50% dari tarif biaya
pencatatan yang telah ditentukan (untuk obligasi tidak mendapatkan insentif )

6 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

3. Dalam hal PUB sukuk dilakukan tidak bersamaan dengan PUB obligasi:
a. PUB sukuk dapat dilakukan oleh pihak yang telah menjadi emiten atau
perusahaan publik dalam jangka waktu paling cepat 1 tahun (untuk obligasi
dilakukan paling cepat 2 tahun).
b. PUB sukuk dapat dilaksanakan dalam periode lebih panjang yaitu 3 tahun
(untuk obligasi dalam periode 2 tahun).
4. Cakupan investor sukuk lebih luas dibandingkan obligasi. Selain dapat ditawarkan
kepada investor syariah seperti asuransi syariah, reksa dana syariah, dana pensiun
syariah, bank syariah, maupun Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), juga
dapat ditawarkan kepada investor umum seperti bank, asuransi, dana pensiun
konvensional. Hal ini akan membantu optimalisasi fungsi penjamin emisi efek
dalam memasarkan sukuk.

Sukuk korporasi merupakan instrumen pendanaan yang diterbitkan oleh perusahaan


swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau anak perusahaan BUMN yang dalam
penerbitannya berada dalam pengawasan OJK. Sukuk korporasi yang diterbitkan
melalui penawaran umum merujuk pada tata cara yang diatur dalam Undang-
Undang dan peraturan pelaksanaannya, antara lain yaitu:
1. Peraturan IX.A.2 Lampiran atas Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-
122/BL/2009 tentang Tata Cara Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum.
2. POJK No.36/POJK.04/2014 tentang Penawaran Umum Berkelanjutan Efek Bersifat
Utang dan/atau Sukuk.
3. POJK No. 15/POJK.04/2015 tentang Penerapan Prinsip Syariah di Pasar Modal.
4. POJK Nomor 53/POJK.04/2015 tentang Akad yang Akan Digunakan dalam
Penerbitan Efek Syariah.
5. POJK Nomor 18/POJK.04/2015 tentang Persyaratan dan Penerbitan Sukuk, dan
perubahannya yakni POJK Nomor 3/POJK.04/2018 tentang Perubahan POJK
Nomor 18/POJK.04/2015.
6. POJK No.7/POJK.04/2017 tentang Dokumen Pernyataan Pendaftaran Dalam
Rangka Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas, Efek Bersifat Utang dan/atau
Sukuk.
7. POJK No.9/POJK.04/2017 tentang Bentuk dan Isi Prospektus dan Prospektus
Ringkas Dalam Rangka Penawaran Umum Efek Bersifat Utang.
8. POJK No.11/POJK.04/2018 tentang Penawaran Umum Efek Bersifat Utang dan/
atau Sukuk kepada Pemodal Profesional.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 7


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

A. Proses Penerbitan Sukuk

Penerbitan sukuk melalui penawaran umum merupakan serangkaian proses yang


saling terkait sejak proses persiapan, pengajuan pernyataan pendaftaran, penawaran
umum dan penjatahannya serta kemampuan mengidentifikasi hal-hal yang harus
diperhatikan dalam proses penawaran umum sukuk. Alur proses penawaran umum
sukuk dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Alur Proses Penawaran Umum Sukuk

8 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

*Pada praktiknya, proses permohonan ke BEI untuk memperoleh Persetujuan Prinsip Pencatatan Efek
(No. 3 s.d 9) dapat dilakukan bersamaan dengan proses penyampaian Pernyataan Pendaftaran ke OJK
(No. 10). Persetujuan Prinsip Pencatatan Efek dari BEI sudah harus diterima OJK sebelum pemberian izin
publikasi prospektus ringkas (No. 15).

Persiapan Penerbitan Sukuk

Sebelum mengajukan pernyataan pendaftaran ke OJK dan pencatatan ke BEI, emiten


perlu mempersiapkan hal-hal yang diperlukan baik dari sisi internal maupun eksternal
emiten, termasuk pembentukan tim kerja yang mendukung pelaksanaan proses
penerbitan sukuk. Proses persiapan penerbitan sukuk ini dilakukan oleh perusahaan
dan dibantu oleh penjamin emisi efek yang telah ditunjuk serta profesi dan lembaga
penunjang lainnya.

Sementara itu, penjamin emisi efek serta profesi dan lembaga penunjang lainnya yang
telah ditunjuk tersebut dapat melakukan penilaian mengenai kondisi perusahaan
dan kelayakan perusahaan dalam menerbitkan sukuk. Oleh karena itu, penjamin
emisi efek serta profesi dan lembaga penunjang lainnya dapat mengumpulkan
dokumen yang diperlukan untuk menentukan apakah akan menerima atau menolak
penunjukan tersebut.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 9


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

Hal-hal yang dapat dilakukan dalam proses persiapan ini antara lain sebagai berikut:

Gambar 2 Alur proses persiapan penerbitan sukuk

Gambar 2 di atas hanya menjelaskan secara umum mengenai tahapan proses


persiapan dalam penerbitan sukuk. Pada praktiknya, masing-masing perusahaan
dimungkinkan untuk menerapkan tahapan proses yang berbeda dengan alur
tersebut. Penjelasan mengenai masing-masing proses dapat dilihat pada uraian
berikut:

1. Membentuk Tim Internal


Perusahaan membentuk tim internal yang dapat dipimpin oleh direktur keuangan
(Chief Financial Officer/CFO). Selain itu, perusahaan juga menunjuk penjamin emisi
efek sebagai koordinator serta profesi dan lembaga penunjang lainnya termasuk
tim ahli syariah. Tim internal perusahaan yang ditunjuk merupakan tim kerja yang
berdedikasi dengan lingkup pekerjaan terbagi pada aspek-aspek berikut:
a. Aspek hukum (dapat berasal dari divisi hukum) dengan lingkup pekerjaan:
1) Membantu konsultan hukum dalam proses uji tuntas dari segi hukum.
2) Menelaah seluruh perjanjian-perjanjian sehubungan penerbitan sukuk,
diantaranya Akad Ijarah/Wakalah/Mudharabah atau akad lainnya, Perjanjian
Penawaran Umum, Kontrak Perwaliamanatan Sukuk, Perjanjian Pengakuan
Kewajiban, Perjanjian Agen Pembayaran dan Perjanjian Penjaminan Emisi
Sukuk dan Persetujuan Prinsip dari BEI.
3) Pemenuhan dokumentasi untuk keperluan registrasi ke BEI, KSEI dan OJK.
4) Menelaah prospektus yang berkaitan dengan aspek hukum.
5) Membantu menyusun dan menjawab tanggapan dari OJK dan BEI yang
berkaitan dengan aspek hukum.

10 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

b. Aspek akuntansi (dapat berasal dari divisi accounting/finance) dengan lingkup


pekerjaan:
1) Bekerja sama dengan akuntan publik dalam mempersiapkan laporan
keuangan tahunan audited maupun interim.
2) Mempersiapkan comfort letter dan representation letter.
3) Menyusun proyeksi sepanjang tenor sukuk yang sejalan dengan
perencanaan perusahaan dan mengakomodir penggunaan dana sukuk.
4) Menelaah prospektus yang berkaitan dengan aspek akuntansi atau
keuangan.
5) Membantu menyusun dan menjawab tanggapan dari OJK dan BEI yang
berkaitan dengan aspek akuntansi.
c. Aspek keterbukaan (dapat berasal dari divisi corporate secretary) dengan
lingkup pekerjaan:
1) Bekerja sama dengan penjamin emisi efek dalam menyusun kerangka
prospektus, prospektus ringkas hingga prospektus final.
2) Memastikan seluruh informasi yang diungkapkan pada prospektus telah
memenuhi keterbukaan informasi dan sesuai dengan POJK Nomor 9/
POJK.04/2017 tentang Bentuk dan Isi Prospektus dan Prospektus Ringkas
dalam Rangka Penawaran Umum Efek Bersifat Utang dan POJK terkait
lainnya.
3) Menelaah prospektus yang berkaitan dengan aspek keterbukaan.
4) Membantu menyusun dan menjawab tanggapan dari OJK dan BEI yang
berkaitan dengan aspek keterbukaan.
5) Bekerja sama dengan pihak terkait baik internal maupun eksternal dalam
rangka percetakan, periklanan dan mempersiapkan paparan publik
(investor gathering).
6) Melakukan koordinasi dan pemantauan atas seluruh proses registrasi di
BEI, KSEI dan OJK.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 11


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

2. Melakukan Uji Tuntas atas Aspek Keuangan, Kegiatan Usaha, dan Strategi
Perusahaan
Penjamin emisi efek melakukan uji tuntas awal dengan mengumpulkan informasi
yang telah tersedia di publik seperti laporan tahunan penerbit, company profile,
atau presentasi manajemen terkini (bila telah tersedia di website perusahaan).

Pada keadaan tertentu penjamin emisi efek juga dapat meminta perusahaan
melakukan presentasi kepada lembaga dan profesi penunjang tentang profil
perusahaan, kegiatan usaha, performa keuangan, struktur permodalan, key
investment highlight, legalitas perusahaan, permasalahan hukum, rencana/
strategi perusahaan kedepan, tujuan penggunaan dana sukuk, manfaat aset atau
kegiatan usaha yang nantinya akan menjadi dasar penerbitan sukuk.

Pada tahap uji tuntas ini penjamin emisi efek, wali amanat, konsultan hukum
dan tim ahli syariah dapat mulai untuk melakukan uji tuntas/due diligence sesuai
dengan kapasitas dan bidang masing-masing.

3. Menentukan Struktur Sukuk


Tahapan selanjutnya adalah persiapan dan pembahasan untuk menentukan
struktur awal penerbitan sukuk. Pada tahap ini mengidentifikasi hal-hal yang
perlu dipersiapkan terkait sukuk, antara lain sebagai berikut:

a. Tahapan persiapan dilakukan dengan menentukan indikasi struktur penerbitan


sukuk meliputi nilai emisi, tenor, indikasi peringkat, jaminan (collateral) dan
tujuan penggunaan dana.
b. Pada tujuan penggunaan dana, penjamin emisi efek dapat memberikan
masukan dan saran kepada perusahaan agar memperhatikan besarnya dana
yang dibutuhkan, peruntukan dana yang diperoleh, dan pemenuhan terhadap

12 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

prinsip-prinsip syariah di pasar modal. Hal-hal tersebut akan menjadi dasar


pertimbangan utama bagi tim ahli syariah dalam memberikan pernyataan
kesesuaian syariah pada penerbitan sukuk.
c. Identifikasi aset yang mendasari penerbitan sukuk atau yang akan menjadi
objek sukuk. Penjamin misi efek dapat membantu perusahaan dengan
melakukan check list pemenuhan kriteria sebagai berikut:
1) Aset tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
2) Aset dapat berupa: aset berwujud tertentu, nilai manfaat atas aset berwujud
tertentu baik yang sudah ada maupun yang akan ada, jasa yang sudah ada
maupun yang akan ada, aset proyek tertentu dan/atau kegiatan investasi
yang telah ditentukan. (Contoh penggunaan aset yang menjadi dasar
sukuk dapat dilihat pada bab terkait aspek syariah)
3) Identifikasi penggantian aset yang menjadi dasar sukuk jika terjadi hal-
hal yang menyebabkan ketiadaan/ketidakcukupan nilai komersil sukuk
(nilainya tidak lagi sesuai dengan nilai sukuk yang diterbitkan).
4) Aset memenuhi aspek komersil yaitu memiliki sumber pendapatan
(income stream) dan/atau nilai manfaat yang dapat dijadikan dasar dalam
perhitungan imbal hasil. Perhitungan imbal hasil disesuaikan dengan jenis
akad sukuk yang digunakan.

Contoh:

Pada penerbitan sukuk ijarah dengan nilai emisi sebesar Rp2 triliun tenor
5 tahun dan cicilan imbalan ijarah ekuivalen 10% per tahun. Berapakah nilai
minimal dari manfaat aset yang diperlukan?

Perhitungan sisa imbalan sukuk ijarah adalah nilai emisi dibagi tenor, yaitu
Rp2 triliun dibagi 5 sama dengan Rp400 miliar per tahun. Untuk perhitungan
cicilan imbalan ijarah yaitu 10% dikali dengan nilai emisi Rp2 triliun sama
dengan Rp200 miliar per tahun. Dengan demikian penjamin emisi efek dapat
membantu perusahaan mengidentifikasi aset yang memiliki manfaat dan bisa
dialihkan ke investor sukuk ijarah sebesar minimal Rp600 miliar per tahun. Nilai
manfaat tersebut digunakan untuk pembayaran cicilan imbalan ijarah tiap
kuartal selama umur sukuk dan sisa imbalan ijarah di akhir periode sukuk.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 13


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

Di samping itu, dalam hal penerbitan sukuk dengan akad mudharabah yang
menggunakan aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset berupa kegiatan
usaha atau investasi juga dipertimbangkan nilai hasil usaha yang jika dikalikan
dengan nisbah mencukupi untuk membayar batas bawah dari bagi hasil yang
telah ditetapkan.

d. Mengkonstruksi akad-akad yang dapat digunakan beserta skema dan


penjelasan di masing-masing skema dengan mempertimbangkan karateristik
sukuk maupun persyaratan lainnya. Secara umum akad penerbitan sukuk
dikelompokkan menjadi 3 bagian:
1) Akad dengan basis fixed asset yang memiliki manfaat yang dapat dialihkan
(ijarah);
2) Akad dengan basis kerja sama bagi hasil kegiatan usaha (mudharabah); dan
3) Akad dengan basis pengelolaan investasi (wakalah).
(Penjelasan mengenai jenis-jenis akad dan skema sukuk dapat dilihat pada bab
terkait aspek syariah)

e. Dalam menyusun indikasi struktur penerbitan, menentukan aset yang


mendasari sukuk, tujuan penggunaan dana, alternatif akad-akad yang akan
digunakan, perusahaan bersama dengan penjamin emisi efek dapat melakukan
pembahasan awal bersama dengan tim ahli syariah.

4. Menyusun Jadwal Pelaksanaan (Time Table)


Penjamin emisi efek dalam menjalankan fungsinya sebagai koordinator memiliki
peran mengarahkan sekaligus mengkoordinasi seluruh kegiatan lembaga
dan profesi penunjang untuk menyelesaikan aktivitas dan tanggungjawab
profesinya masing-masing sesuai dengan tenggat waktu. Untuk memastikan
penyelesaian tanggung jawab masing-masing pihak tersebut, penjamin emisi
efek menyusun indikasi jadwal pelaksanaan yang berisi aktivitas dan tenggat
waktu penyelesaiannya. Hal ini sebagai panduan bagi seluruh pihak dalam
evaluasi mingguan (weekly update).

14 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

Dalam penyusunan jadwal pelaksanaan tersebut perlu mempertimbangkan


hari libur nasional, hari libur bursa, cuti bersama nasional, jangka waktu proses
penilaian di BEI, KSEI dan OJK. Selain itu perlu memperhitungkan jangka waktu
masing-masing lembaga dan profesi penunjang dalam menyelesaikan lingkup
pekerjaannya dan mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang memerlukan
kehadiran direksi perusahaan.

Proses atau aktivitas registrasi/pendaftaran yang menjadi pertimbangan dalam


penyusunan jadwal pelaksanaan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
a. Perkiraan dari perusahaan mengenai kapan diperlukan dana hasil penawaran
umum sukuk.
b. Penggunaan tahun buku laporan keuangan.
c. Proses pemeringkatan.
d. Perolehan persetujuan baik dari kreditur, rapat umum pemegang saham,
maupun komisaris.
e. Pembahasan dokumen registrasi (perjanjian, akad dan termasuk prospektus)
bersama para pihak
f. Penandatanganan dokumen registrasi ke OJK yang mencakup registrasi I, II
dan III.
g. Proses registrasi ke KSEI, BEI dan OJK.
h. Perolehan tanggapan dari BEI, KSEI dan OJK.
i. Perolehan ijin publiksi prospektus ringkas dari OJK.
j. Periode penawaran awal (book building).
k. Perolehan surat efektif OJK.
l. Masa penawaran umum, penjatahan, pengembalian dan pembayaran hasil
penawaran umum sukuk ke emiten, serta distribusi sukuk.
m. Pencatatan di BEI.
n. Penyampaian laporan hasil penawaran umum dan lapoan audit atas hasil
penjatahan efek dalam rangka penawaran umum ke OJK.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 15


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

Selain aktivitas terkait registrasi di atas, hal-hal yang menjadi pertimbangan


penjamin pelaksana emisi dalam membuat jadwal pelaksanaan, termasuk
kegiatan koordinasi dan pemasaran, antara lain:
a. Kick off meeting (pertemuan perdana sebelum dimulainya kegiatan).
b. Drafting prospektus dan perjanjian-perjanjian.
c. Analyst meeting (pertemuan/diskusi antara tim analis penjamin emisi efek
dengan emiten untuk penyusunan research report).
d. Penentuan kisaran imbal hasil sukuk untuk keperluan bookbuilding.
e. Pelaksanaan paparan publik (investor gathering).
f. Penetapan struktur final sukuk.

5. Kick Off Meeting


Para lembaga dan profesi penunjang untuk pertama kalinya akan dipertemukan
dalam kick-off meeting sebagai rangkaian kegiatan persiapan penerbitan sukuk.
Penjamin emisi efek yang bertindak sebagai koordinator akan membuka dan
memimpin kick-off meeting bersama dengan perusahaan. Informasi yang
disampaikan pada materi kick-off antara lain sebagai berikut:
a. Perkenalan person in charge (PIC) dari lembaga dan profesi penunjang pasar
modal (konsultan hukum, wali amanat, lembaga pemeringkat, notaris dan tim
ahli syariah) dan PIC dari internal perusahaan yang bertanggung jawab di aspek
hukum, akuntansi dan keterbukaan, untuk memudahkan dalam melakukan
koordinasi.
b. Indikasi struktur penerbitan sukuk yang berisi sifat penawaran, nama
instrumen, jumlah emisi, indikasi peringkat, tenor, metode penetapan harga
(biasanya melalui bookbuilding), pencatatan, penjaminan dan penggunaan
laporan keuangan.
c. Indikasi jadwal. Penjamin emisi efek yang menjadi koordinator meminta
konfirmasi atau masukan dari para pihak mengenai kecukupan waktu dari
jadwal yang telah disusun. Masing-masing pihak tersebut memiliki kewajiban
antara lain sebagai berikut:

16 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

1) Kantor Akuntan Publik, bertanggung jawab dalam penyelesaian laporan


keuangan audit, comfort letter dan management letter.
2) Lembaga Pemeringkat, bertanggung jawab dalam mengeluarkan hasil
pemeringkatan sebelum penandatanganan dokumen registrasi ke OJK.
3) Konsultan hukum, bertanggung jawab dalam pemeriksaan dari segi
hukum (legal audit) dan penyelesaian pendapat dari segi hukum (legal
opini), termasuk perolehan persetujuan dari pemegang saham/komisaris
atau dari para kreditur (bila dipersyaratkan dalam penerbitan sukuk).
4) Para penjamin emisi efek, bertanggung jawab membantu perusahaan
dalam penyusunan prospektus, registrasi ke BEI, KSEI dan OJK.
5) Notaris, bertanggung jawab dalam menyiapkan draft awal perjanjian-
perjanjian.
d. Alokasi pekerjaan antar para penjamin emisi dengan mengelompokkan
pekerjaan dalam 3 (tiga) pekerjaan utama, yaitu:
1) Koordinator yang juga merangkap proses registrasi ke BEI dan KSEI, serta
materi investor gathering atau public expose;
2) Proses registrasi dan tanggapan ke OJK; dan
3) Penyusunan prospektus atau prospektus ringkas di koran.
e. Daftar aktivitas yang akan dilaksanakan selanjutnya, antara lain terkait
kesepakatan mengenai weekly update, proses perolehan persetujuan dari
kreditur, pemegang saham, hasil pemeringkatan, pengajuan surat rekomendasi
ke DSN-MUI terkait permohonan penunjukan tim ahli syariah, penyusunan
draf perjanjian, prospektus serta penyampaian dokumen registrasi ke BEI, OJK
dan KSEI.

6. Menyusun Kerangka Awal Prospektus


Penyusunan prospektus dalam rangka penerbitan sukuk mengacu pada:
a. POJK Nomor 9/POJK.04/2017 tentang Bentuk dan Isi Prospektus dan Prospektus
Ringkas dalam Rangka Penawaran Umum Efek Bersifat Utang;

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 17


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

b. POJK Nomor 18/POJK.04/2015 tentang Penerbitan dan Persyaratan Sukuk; dan


c. POJK Nomor 3/POJK.04/2018 tentang Perubahan atas POJK Nomor 18/
POJK.04/2015 tentang Penerbitan dan Persyaratan Sukuk

Perusahaan wajib mengungkapkan seluruh bagian yang terdapat dalam


prospektus sesuai dengan urutannya. Namun demikian, pengungkapan seluruh
bagian tersebut dapat dikecualikan jika pengungkapan tersebut tidak relevan
atau tidak dapat diterapkan oleh perusahaan. Pengungkapan dalam prospektus
tersebut paling sedikit memuat bagian sebagai berikut:

Tabel 2 Pengungkapan dalam Prospektus

No Isi Prospektus

1 Informasi pada bagian kulit muka prospektus


2 Daftar isi
3 Ringkasan prospektus
4 Penawaran umum
5 Penggunaan dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum
6 Pernyataan utang
7 Ikhtisar data keuangan penting
8 Analisis dan pembahasan oleh manajemen
9 Faktor risiko
10 Kejadian penting setelah tanggal laporan akuntan publik
11 Keterangan tentang emiten, kegiatan usaha, kecenderungan, dan prospek usaha
12 Perpajakan
13 Penjaminan emisi efek (jika ada)
14 Lembaga dan profesi penunjang pasar modal serta pihak lain
15 Keterangan tentang wali amanat dan penanggung (jika ada)
16 Tata cara pemesanan sukuk
17 Penyebarluasan prospektus dan formulir pemesanan pembelian sukuk
18 Pendapat dari segi hukum
19 Laporan keuangan
20 Laporan penilai dan laporan tenaga ahli (jika ada)

18 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

Dalam hal sukuk diterbitkan bersamaan dengan obligasi, maka dalam penyusunan
prospektus dapat menggunakan satu prospektus yang sama antara sukuk dan
obligasi. Informasi yang perlu ditambahkan terkait sukuk yaitu pengungkapan
informasi sukuk pada bagian cover prospektus, definisi dan singkatan, bab
ringkasan, bab penawaran umum, bab penggunaan dana, dan keterbukaan
informasi terkait zakat. Informasi terkait sukuk yang perlu diungkapkan tersebut
adalah sebagai berikut:

a. Cover Prospektus
Informasi tambahan terkait sukuk yang perlu diungkapkan di cover prospektus
antara lain mengenai struktur penerbitan sukuk (contohnya akad yang
digunakan, nominal, harga penawaran, tanggal jatuh tempo, tingkat imbal hasil
dan tanggal pembayarannya), jaminan (ada/tidak adanya jaminan khusus),
peringkat sukuk, dan pemotongan pajak sukuk.

b. Definisi dan Singkatan


Informasi tambahan terkait sukuk yang perlu diungkapkan antara lain
mengenai istilah yang digunakan pada kontrak perwaliamanatan sukuk dan
perjanjian lainnya, seperti definisi efek syariah, prinsip syariah di pasar modal,
akad syariah, aset yang mendasari sukuk, ijarah/mudharabah/wakalah, imbal
hasil, pengakuan kewajiban, perjanjian agen pembayaran sukuk, perjanjian
penjaminan emisi sukuk, Rapat Umum Pemegang Sukuk dan tim ahli syariah
serta istilah lain yang terkait dengan akad yang digunakan dalam skema sukuk.

c. Bab Ringkasan
Informasi tambahan terkait sukuk yang perlu diungkapkan antara lain
mengenai:
1) Struktur penawaran umum sukuk. Contohnya nama sukuk, jumlah sisa/
dana sukuk, jangka waktu (tenor), imbal hasil yang dibayarkan, harga
penawaran, satuan perdagangan, satuan pemindahbukuan, peringkat,
penyisihan dana (ada/tidak adanya sinking fund), jaminan, pembelian
kembali (buyback), dan wali amanat.
2) Rencana penggunaan dana sukuk.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 19


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

d. Bab Penawaran Umum


Informasi tambahan terkait sukuk yang perlu diungkapkan antara lain
mengenai:
1) Keterangan ringkas jenis sukuk yang ditawarkan (nama sukuk, akad yang
digunakan, total dana sukuk, besaran nisbah imbal hasil dan tanggal
pembayarannya, jangka waktu sukuk);
2) Ringkasan skema sukuk berisi diagram beserta penjelasannya, termasuk
sumber dana yang digunakan untuk pembayaran imbal hasil sukuk;
3) Keterangan mengenai aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset
sukuk;
4) Tata cara perubahan akad dan perubahan status sukuk;
5) Pernyataan kesesuaian syariah;
6) Satuan pemindahbukuan dan satuan perdagangan sukuk;
7) Jaminan sukuk;
8) Hak senioritas dan hak-hak pemegang sukuk;
9) Penyisihan dana pembayaran kembali sukuk;
10) Pembatasan dan kewajiban emiten;
11) Kelalaian emiten;
12) Rapat Umum Pemegang Sukuk;
13) Pembelian kembali sukuk;
14) Hasil pemeringkatan sukuk;
15) Kontrak perwaliamanatan sukuk;
16) Wali amanat, perpajakan dan hukum yang berlaku.

e. Bab Penggunaan Dana


Penyajian pada bab penggunaan dana dilakukan secara terpisah antara sukuk
dan obligasi. Emiten wajib menggunakan dana hasil penawaran umum sukuk
untuk membiayai kegiatan atau melakukan investasi yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah di pasar modal.

20 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

Contoh penggunaan dana hasil penawaran


umum sukuk yang tidak bertentangan Contoh penggunaan
dengan prinsip syariah di pasar modal yaitu dana hasil penawaran
penggunaan dana sukuk untuk refinancing umum sukuk yang
pelunasan utang obligasi atau utang bank tidak bertentangan
konvensional. Hal ini dibolehkan selama dengan prinsip
dana sukuk digunakan untuk melunasi syariah di pasar modal
nilai pokok dari utang dan bukan untuk yaitu penggunaan
pembayaran kupon atau bunga. (Contoh dana sukuk untuk
lain mengenai penggunaan dana hasil refinancing pelunasan
penawaran sukuk dapat dilihat pada bab utang obligasi
terkait aspek syariah) atau utang bank
konvensional.
Hal-hal yang wajib diungkapkan dalam
bab penggunaan dana antara lain sebagai
berikut:
1) Keterangan tentang tujuan penawaran umum dan rincian penggunaan
dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum setelah dikurangi dengan
biaya-biaya.
2) Keterangan mengenai sumber dana lain yang akan digunakan untuk
membiayai suatu kegiatan apabila dana hasil penawaran umum tidak
mencukupi.
3) Bentuk penjaminan dari para penjamin emisi efek (full commitment atau
best effort).
4) Informasi tentang perkiraan rincian biaya yang dikeluarkan emiten dalam
rangka penawaran umum sukuk, baik dalam bentuk persentase tertentu
atau nilai absolut dalam denominasi mata uang. Contohnya biaya jasa
penjaminan, biaya jasa penyelenggaraan, biaya jasa penjualan, biaya jasa
profesi penunjang pasar modal, biaya jasa lembaga penunjang pasar modal,
biaya jasa konsultasi keuangan, dan biaya lain-lain (biaya pencatatan di
KSEI, biaya pencatatan di BEI, biaya public expose dll).

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 21


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

Berdasarkan ketentuan yang berlaku, terdapat beberapa hal yang perlu


diketahui emiten terkait penggunaan dana hasil penawaran umum sukuk,
sebagai berikut:

1) Emiten wajib melaporkan realisasi penggunaan dana hasil penawaran


umum sukuk kepada OJK dan wali amanat secara berkala setiap 6 bulan
sampai seluruh dana hasil penawaran umum sukuk digunakan (sesuai
POJK Nomor 30/POJK.04/2015 tentang Laporan Realisasi Penggunaan
Dana Hasil Penawaran Umum).
2) Apabila emiten bermaksud untuk melakukan perubahan penggunaan
dana hasil penawaran umum sukuk, maka emiten wajib menyampaikan
rencana dan alasan perubahan penggunaan dana tersebut kepada OJK
paling lambat 14 hari kerja sebelum penyelenggaraan Rapat Umum
Pemegang Sukuk, dan memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari Rapat
Umum Pemegang Sukuk (sesuai POJK Nomor 30/POJK.04/2015 dan POJK
Nomor 20/POJK.04/2020 tentang Kontrak Perwaliamanatan Efek Bersifat
Utang dan/atau Sukuk).
3) Apabila terdapat dana hasil penawaran umum yang belum direalisasikan,
maka emiten wajib menempatkan dana tersebut dalam instrumen
keuangan yang aman dan likuid serta dapat memberikan keuntungan
finansial yang wajar bagi emiten (sesuai POJK Nomor 20/POJK.04/2020).
Mengingat sukuk merupakan salah satu efek syariah, maka penempatan
dana sementara dari hasil penawaran umum sukuk sebaiknya ditempatkan
pada instrumen yang sesuai dengan prinsip syariah, seperti deposito di
bank syariah.
4) Dalam hal emiten akan melaksanakan transaksi dengan menggunakan
dana hasil penawaran umum sukuk yang merupakan transaksi afiliasi dan
benturan kepentingan transaksi tertentu dan/atau transaksi material, maka
emiten wajib memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan
OJK Nomor 42/POJK.04/2020 tentang Transaksi Afiliasi Dan Benturan
Kepentingan Transaksi Tertentu dan/atau Peraturan OJK Nomor 17/
POJK.04/2020 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha.

22 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

f. Keterbukaan Informasi terkait Zakat


1) Emiten dapat melakukan pemotongan zakat atas imbal hasil sukuk sesuai
dengan karakteristik akad syariah.
2) Emiten wajib mengungkapkan pada halaman luar kulit muka prospektus
informasi terkait ada atau tidaknya pemotongan zakat atas imbal hasil
sukuk.
3) Dalam hal emiten melakukan pemotongan zakat, informasi yang
diungkapkan pada halaman luar kulit muka prospektus paling sedikit
memuat besaran potongan zakat, tata cara pemungutan zakat, dan pihak
yang akan melakukan pendistribusian zakat. Pelaksanaan pemotongan
zakat tersebut wajib dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai zakat.
4) Dalam hal emiten melakukan pemotongan zakat, emiten wajib memuat
keterbukaan informasi mengenai pelaksanaan pemotongan zakat dalam
laporan tahunan emiten. Kewajiban memuat keterbukaan informasi
tersebut wajib dilakukan selama periode sukuk.

Proses Registrasi dan Pernyataan Pendaftaran Sukuk

Perusahaan bersama-sama dengan penjamin emisi beserta lembaga dan profesi


penunjang mempersiapkan seluruh dokumen registrasi dalam rangka pernyataan
pendaftaran kepada KSEI, BEI, dan OJK.
1. Proses Registrasi ke KSEI
Proses registrasi ke KSEI merupakan permohonan pendaftaran sukuk oleh
perusahaan melalui website KSEI di https://spek.ksei.co.id. Setelah registrasi
terdapat beberapa persyaratan dokumen sebagai berikut:
a. Surat permohonan pendaftaran sukuk di KSEI (surat yang berisi
informasi sehubungan rencana pendaftaran sukuk di KSEI).
b. Surat kuasa penunjukan pejabat berwenang (kuasa
dari direksi yang mewakili perusahaan
kepada para pihak yang mewakili
pemberi kuasa). Pihak yang mewakili
pemberi kuasa dapat dibagi menjadi
3 kelompok:

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 23


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

1) Kelompok A: untuk yang menandatangani perjanjian pendaftaran.


2) Kelompok B: untuk yang menandatangani dokumen terkait instruksi atau
corporate action lainnya atau dokumen perpajakan.
3) Kelompok C: untuk yang menandatangani bukti potong pajak terkait
pendapatan imbal hasil.
c. Formulir pendaftaran di KSEI (formulir yang akan muncul setelah mengisi data
pada website https://spek.ksei.co.id)
d. Sertifikat jumbo untuk masing-masing seri sukuk.

Setelah proses registrasi di KSEI, maka perusahaan akan memperoleh 2 perjanjian


yaitu Perjanjian Pendaftaran Sukuk dan Perjanjian Agen Pembayaran Sukuk.

2. Proses Registrasi ke BEI


Sehubungan dengan rencana pencatatan di BEI, perusahaan dibantu oleh
penjamin emisi menyampaikan permohonan pencatatan awal dan dokumen yang
dipersyaratkan. Berdasarkan peraturan BEI terkait pencatatan sukuk, dokumen
yang wajib disampaikan adalah sebagai berikut:
a. Prospektus awal.
b. Copy NPWP.
c. Proyeksi keuangan sesuai dengan tenor sukuk (diparaf dan ditandatangani
oleh direksi perusahaan).
d. Bukti pembayaran biaya pendaftaran ke BEI.
e. Laporan keuangan yang telah diaudit.
f. Kontrak perwaliamanatan sukuk.
g. Hasil pemeringkatan sukuk.
h. Surat pernyataan tentang tanggung jawab atas kebenaran informasi yang
disampaikan kepada BEI dan kesediaan untuk mematuhi peraturan bursa dan
peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal (ditandatangani oleh
direksi perusahaan).

Dokumen-dokumen tersebut di atas disampaikan pada saat registrasi melalui


website Sistem Perizinan dan Registrasi Terintegrasi (SPRINT) https://sprint.ojk.
go.id. Melalui sistem tersebut perusahaan dapat melakukan registrasi ke BEI dan
ke OJK dalam waktu yang bersamaan (paralel).

24 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

Proses registrasi di BEI dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

Gambar 3 Proses Registrasi di BEI

1. Perusahaan menyampaikan permohonan Persetujuan Prinsip Pencatatan Efek


ke BEI.
2. BEI dapat meminta perusahaan untuk melakukan hearing atau mini expose
(jika diperlukan).
3. Setelah melakukan penelaahan, BEI menyampaikan surat permintaan penjelasan
dan/atau kelengkapan dokumen.
4. Perusahaan menyampaikan tanggapan atas permintaan penjelasan dan/atau
melengkapi dokumen yang diperlukan.
5. Jika semua telah lengkap maka BEI akan mengeluarkan Persetujuan Prinsip
Pencatatan Sukuk (ditandatangani bersama antara BEI dan perusahaan).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada proses registrasi di BEI adalah:
a. Laporan keuangan yang telah diaudit merupakan dokumen yang sifatnya
mandatory sehingga perusahaan harus mempersiapkan terlebih dahulu untuk
dilampirkan saat proses registrasi di BEI.
b. Dalam Persetujuan Prinsip Pencatatan Efek terdapat nomor izin prinsip dari
BEI. Pada beberapa praktik yang ada, nomor tersebut perlu dimasukkan
dalam Perjanjian Penjaminan Emisi sebagai salah satu dokumen yang
dipersyaratkan ketika proses registrasi ke OJK. Oleh karena itu perusahaan
perlu mempertimbangkan jadwal pengajuan Permohonan Persetujuan Prinsip
Pencatatan Efek ke BEI agar dokumen yang dibutuhkan dapat disampaikan ke
OJK secara lengkap. Dengan demikian diharapkan agar Persetujuan Prinsip

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 25


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

Pencatatan Efek dari BEI dapat diperoleh paling lambat sebelum perolehan izin
publikasi prospektus ringkas (pra-efektif ) dari OJK.
c. Dalam proses registrasi ke BEI, perusahaan wajib membayar biaya pendaftaran
sebesar Rp25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah) yang nantinya akan
diperhitungkan sebagai pengurang biaya pencatatan awal. Biaya pendaftaran
tersebut wajib dibayarkan meskipun pada praktiknya tanpa didahului
perintah bayar dari sistem dan juga tanpa adanya invoice setelah pembayaran.
Penjamin emisi efek perlu mengkomunikasikan kondisi tersebut sejak awal ke
perusahaan dengan melampirkan peraturan yang berlaku, agar tidak menjadi
kendala dalam proses registrasi ke BEI. Setelah semua proses selesai, BEI akan
menerbitkan semua invoice terkait pembayaran biaya pencatatan di BEI.
Setelah proses registrasi di BEI, maka perusahaan akan memperoleh Persetujuan
Prinsip Pencatatan Efek.

3. Proses Registrasi ke OJK


Perusahaan yang akan menerbitkan sukuk wajib mengajukan pendaftaran atau
registrasi ke OJK melalui website Sistem Perizinan dan Registrasi Terintegrasi
(SPRINT) melalui https://sprint.ojk.go.id. Selanjutnya perusahaan wajib membayar
biaya pendaftaran sebesar 0,05% dari jumlah emisi sukuk (maksimal Rp150 juta)
ke bank yang telah ditunjuk melalui website system informasi penerimaan OJK
melalui website https://sipo.ojk.go.id.

Dokumen pernyataan pendaftaran dalam rangka registrasi ke OJK wajib memenuhi


ketentuan dalam POJK Nomor 7/POJK.04/2017 tentang Dokumen Pernyataan
Pendaftaran dalam Rangka Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas, Efek Bersifat
Utang dan/atau Sukuk dan POJK Nomor 18/POJK.04/2015 tentang Penerbitan
dan Persyaratan Sukuk. Pernyataan pendaftaran dalam rangka registrasi awal ke
OJK ini seringkali disebut dengan registrasi ke-1. Dokumen yang disampaikan ke
OJK tersebut dikelompokkan menjadi 3 aspek yaitu aspek keterbukaan, aspek
hukum dan aspek akuntansi. Rincian dokumen pernyataan pendaftaran yang
wajib disampaikan adalah sebagai berikut:

26 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

Tabel 3 Dokumen Pernyataan Pendaftaran yang Wajib Disampaikan ke OJK

No Dokumen Aspek Keterbukaan

1 Surat Pengantar Pernyataan Pendaftaran Penawaran Umum


2 Surat Pernyataan Emiten tentang Kelengkapan Dokumen
3 ◆ Surat Pernyataan Penjamin Pelaksana Emisi
◆ Surat Kecukupan Dana dan Surat full commitment dari Penjamin Pelaksana Emisi
Sukuk
4 Rencana jadwal penawaran umum
5 Specimen tanda tangan dari perwakilan emiten, penjamin pelaksana emisi,
lembaga dan profesi penunjang pasar modal
6 Prospektus Ringkas yang telah ditandatangani oleh para pihak (di atas materai)
7 Prospektus Awal dan Prospektus Final yang telah ditandatangani oleh para pihak (di
atas materai)
8 Contoh-contoh surat efek dan formulir:
◆ Contoh Daftar Pemesanan Pembelian Sukuk (DPPSu)
◆ Contoh Formulir Pemesanan Pembelian Sukuk (FPPSu)
◆ Contoh Konfirmasi Penjatahan Sukuk (KP)
◆ Contoh Sertifikat Jumbo Sukuk
9 Pernyataan Kesesuaian Syariah
10 Surat Pernyataan Profesi Penunjang Pasar Modal dari akuntan publik, konsultan
hukum, dan notaris (beserta STTD)
11 Struktur yang menggambarkan posisi emiten secara vertikal mulai dari pemegang
saham individu sampai dengan entitas anak pada tingkat paling akhir dan posisi
emiten secara horizontal
12 Surat pernyataan tentang terlibat tidaknya dalam perkara:
◆ Surat Pernyataan tentang terlibat tidaknya emiten dalam kasus hukum (diatas
materai)
◆ Surat Pernyataan tentang terlibat tidaknya dalam kasus hukum dari masing-
masing komisaris dan direksi (diatas materai)

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 27


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

No Dokumen Aspek Keterbukaan

13 Surat Pernyataan tentang memiliki akhlak dan moral yang baik dari masing-masing
komisaris, direksi, dan komisaris independen
14 Riwayat hidup dari para anggota dewan komisaris dan direksi
15 Foto copy KTP dan kewarganegaraan dewan komisaris dan direksi (untuk orang
asing foto copy paspor, KITAS atau bukti identitas lainnya)
16 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) masing-masing dari: emiten, dewan komisaris,
direksi, dan pemegang saham berbentuk badan hukum (diatas 5%)
17 ◆ Surat Pernyataan Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum
◆ Foto copy Realisasi Penggunaan Dana Terakhir
18 ◆ Bukti Pembentukan Komite Audit Emiten
◆ Piagam Komite Audit
19 Surat Penunjukan Sekretaris Emiten (Corporate Secretary)
20 ◆ Foto copy surat penunjukan dan/atau pengangkatan anggota unit audit internal
perusahaan
◆ Piagam Internal Audit Emiten
21 Foto copy surat domisili emiten
22 Foto copy nomor induk berusaha
23 Foto copy Surat Ijin Usaha
24 Surat Pemeringkat Efek yang dikeluarkan oleh perusahaan pemeringkat atas sukuk
yang diterbitkan
25 ◆ Surat Pernyataan dari wali amanat mengenai ada tidaknya hubungan kredit
dengan emiten (di atas meterai)
◆ Surat Pernyataan bahwa wali amanat tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan
emiten (di atas meterai)
◆ Surat Pernyataan dari wali amanat telah dilakukan uji tuntas (due dilligence) atas
emiten dalam rangka penerbitan Sukuk
26 Surat pernyataan tidak adanya pembatasan-pembatasan (negative covenant) yang
dapat merugikan kepentingan pemodal dan bukti persetujuan dari kreditur untuk
mencabut negative covenants (jika ada)

28 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

No Dokumen Aspek Keterbukaan

27 Surat Pernyataan dari emiten yang menyatakan bahwa emiten tidak pernah
mengalami gagal bayar selama jangka waktu 2 (dua) tahun terakhir*)
28 Surat Pernyataan dari akuntan yang menyatakan bahwa emiten tidak pernah
mengalami gagal bayar selama jangka waktu 2 (dua) tahun terakhir*)
29 ◆ Surat pernyataan emiten yang menyatakan bahwa:
1. Aset yang menjadi dasar sukuk tidak bertentangan dengan prinsip syariah di
pasar modal; dan
2. Selama periode sukuk, aset yang menjadi dasar sukuk tidak akan bertentangan
dengan prinsip syariah di pasar modal;
◆ Surat pernyataan emiten yang menyatakan bahwa emiten wajib dengan itikad
baik dan penuh tanggung jawab melakukan pembayaran bagi hasil, marjin, atau
imbal jasa, selama aset yang menjadi dasar sukuk masih ada
30 Surat pernyataan dari wali amanat sukuk yang menyatakan wali amanat sukuk
mempunyai 1 (satu) orang anggota direksi atau penanggung jawab kegiatan
yang diberi mandat oleh direksi yang memiliki pengetahuan yang memadai dan/
atau pengalaman di bidang keuangan syariah dan/atau tenaga ahli di bidang
perwaliamanatan dalam penerbitan sukuk yang memahami kegiatan dan jenis usaha
serta transaksi yang bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal

*) dalam hal penerbitan sukuk tanpa melalui PUB, dokumen surat keterangan gagal bayar (dokumen
nomor 27 dan 28) tidak diperlukan.

No Dokumen Aspek Hukum

1 Perjanjian-Perjanjian:
◆ Kontrak Perwaliamanatan Sukuk (PWA)
◆ Perjanjian Penjamin Emisi Sukuk (PPESu)
◆ Perjanjian Agen Pembayaran
◆ Foto copy Perjanjian Pendaftaran Sukuk dengan PT Kustodian
Sentral Efek Indonesia
◆ Pernyataan Umum Berkelanjutan Sukuk (jika melakukan PUB)

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 29


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

No Dokumen Aspek Hukum

2 Akta Pendirian/Anggaran Dasar emiten dan perubahannya


3 Akta Pendirian/Anggaran Dasar pemegang saham (di atas 5%) berbentuk
badan hukum dan perubahannya
4 Pendapat Segi Hukum (Legal Opinion)
5 Pemeriksaan Segi Hukum (Legal Audit)

No Dokumen Aspek Akuntansi

1 Laporan Keuangan Audit Konsolidasi untuk 2 tahun terakhir


2 Surat Pernyataan Manajemen dalam Bidang Akuntansi (Representation Letter)
3 Management Letter
4 Surat dari Akuntan Publik (Comfort Letter)
5 Checklist Akuntansi
6 Setoran Pajak Tahunan dan Surat Setoran Pajak 3 Tahun terakhir

Setelah OJK menerima semua dokumen yang dipersyaratkan, OJK akan melakukan
review dan menelaah seluruh kelengkapan dokumen yang mencakup kecukupan,
keterbukaan dan substansi informasi yang disampaikan atau diungkapkan. OJK
dapat menyampaikan surat tanggapan berupa pertanyaan, meminta klarifikasi atau
meminta tambahan dokumen atau tambahan informasi berdasarkan pengelompokan
ketiga aspek tersebut.

Selanjutnya, emiten diminta untuk memberikan penjelasan atau tambahan dokumen


dalam periode 10 hari kerja sejak tanggal surat tanggapan dari OJK. Jawaban atas
tanggapan dari OJK beserta tambahan kekurangan dokumen yang disampaikan oleh
emiten ini seringkali disebut dengan registrasi ke-2. Jika emiten tidak memberikan
penjelasan atau melengkapi dokumen dalam periode tersebut maka pernyataan
pendaftaran sukuk menjadi batal.

Jika berdasarkan penjelasan dan kelengkapan dokumen yang disampaikan OJK


sudah tidak membutuhkan tambahan atau tidak ada tanggapan lebih lanjut, maka
OJK akan memberikan izin kepada perusahaan untuk mempublikasikan prospektus
ringkas di surat kabar berperedaran nasional.

30 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

Setelah proses registrasi ke OJK pada tahapan ini, maka emiten akan memperoleh
izin publikasi dari OJK (pra-efektif ).

Penawaran Umum dan Penjatahan Sukuk

Setelah memperoleh izin publikasi dari OJK maka proses selanjutnya adalah masa
penawaran awal (bookbuilding) dengan tahapan sebagai berikut:
1. Publikasi Iklan Prospektus Ringkas di Koran dan Lembar Minat ke Investor
Setelah penyampaian publikasi pada media masa berperedaran nasional atas
rencana penawaran umum penerbitan sukuk, maka selanjutnya penjamin emisi
melakukan penawaran awal (bookbuilding) kepada calon investor potensial.
Penawaran awal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar minat investor
atas sukuk yang ditawarkan termasuk besaran tingkat imbal hasil yang diinginkan
investor. Hal ini dilakukan dengan mengisi lembar minat yang disediakan oleh
penjamin emisi efek.

2. Masa Penawaran Awal dan Penyampaian Lembar Minat ke Investor


a. Periode penawaran awal ini selambat-lambatnya dilaksanakan pada 2 hari
kerja sejak diperolehnya surat izin publikasi OJK. Salah satu informasi penting
yang disampaikan kepada calon investor adalah struktur penerbitan sukuk,
prospektus awal, teaser (informasi ringkas penawaran sukuk), dan lembar
minat yang telah dilengkapi dengan rentang imbal hasil sukuk berupa batas
bawah hingga batas atas imbal hasil. Investor yang telah memiliki kecukupan
informasi dan berminat dengan instrumen sukuk yang ditawarkan akan
menyampaikan lembar minat melalui tim sales atau Debt Capital Market (DCM)
dari penjamin emisi efek.
b. Selama masa penawaran awal dilakukan, penjamin emisi efek akan
menyampaikan perkembangan minat yang telah masuk secara harian. Pada hari
terakhir masa penawaran awal akan dilakukan pengumpulan seluruh lembat
minat investor yang telah masuk ke penjamin emisi efek untuk dilaporkan hasil
final minat kepada emiten.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 31


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

3. Penentuan Imbal Hasil Final dan Feedback Investor


a. Penjamin emisi akan mengajukan usulan imbal hasil berdasarkan lembar
minat investor yang telah masuk pada satu angka (sebelumnya informasi pada
lembar minat berupa rentang imbal hasil) kepada emiten.
b. Melalui proses negosiasi, mempertimbangkan cost of fund emiten, jumlah minat
yang masuk (over/under subscribe), penawaran sejenis yang secara bersamaan
ditawarkan di pasar modal akan diputuskan dan disepakati bersama satu
angka (final pricing). Bila terdapat seri atau tenor yang beragam maka terdapat
satu angka untuk masing-masing seri atau tenor.
c. Selanjutnya penjamin emisi efek melalui tim sales akan menginformasikan
kembali kepada investor yang telah menyampaikan minatnya maupun kepada
investor yang belum menyampaikan minatnya atas keputusan final imbal hasil
kesepakatan penjamin emisi efek dan emiten untuk mendapatkan feedback.
d. Dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama (1 hari setelah keputusan final
pricing), para penjamin emisi efek akan memperoleh feedback dari investor
sehingga akan diketahui imbal hasil final sukuk dari masing-masing seri/tenor
untuk dimintai persetujuan ke emiten.
e. Penjamin emisi efek akan menyampaikan konfirmasi berupa struktur final
penerbitan sukuk termasuk sifat penjaminannya (full commitment atau
best effort atau kombinasi keduanya) untuk dituangkan dalam perjanjian
penjaminan emisi yang akan ditandatangani oleh penjamin emisi sukuk,
perjanjian perwaliamanatan yang akan ditandatangani oleh wali amanat dan
emiten secara akta notariil.
f. Terhitung sejak penandatanganan perjanjian penjaminan emisi sukuk, para
penjamin emisi sukuk melaksanakan kewajibannya (sesuai sifat penjaminannya)
atas penawaran umum sukuk sampai dengan tanggal pembayaran atau
tanggal distribusi sukuk.

4. Penyampaian Dokumen Final ke OJK dan Perolehan Efektif dari OJK


a. Penyampaian registrasi ke-3 ke OJK dilaksanakan paling sedikit 7 hari kerja
dan paling lama 21 hari kerja setelah iklan prospektus ringkas koran. Proses
registrasi ke-3 biasanya melengkapi seluruh dokumen pernyataan pendaftaran
dengan struktur final sukuk meliputi total penerbitan di masing-masing seri/

32 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

tenor beserta imbal hasil dan jumlah nilai emisi sukuk yang di underwrite oleh
para penjamin emisi efek (full commitment maupun kombinasi dengan best
effort).
b. Dokumen final yang disampaikan ke OJK pada registrasi ke-3 mencakup 3
aspek (keterbukaan, hukum dan akuntansi) sebagaimana halnya pada registrasi
ke-1 dan ke-2, namun yang disampaikan pada registrasi ke-3 adalah seluruh
dokumen yang telah dilengkapi dengan struktur final penerbitan sukuk.
Apabila tidak terdapat tanggapan lebih lanjut, maka OJK akan menyampaikan
surat efektif atas pernyataan pendaftaran emisi sukuk. Rincian dokumen final
yang disampaikan ke OJK pada registrasi ke-3 dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4 Dokumen Final yang Disampaikan ke OJK

No. Dokumen Aspek Keterbukaan (Dokumen final)

1 Surat Pengantar Pernyataan Pendaftaran Penawaran Umum


2 Surat Pernyataan Emiten tentang Kelengkapan Dokumen
3 Surat Pernyataan Penjamin Pelaksana Emisi
4 Jadwal Penawaran Umum
5 Prospektus Ringkas Final
6 Prospektus Final
7 Contoh-contoh surat efek dan formulir:
◆ Contoh Daftar Pemesanan Pembelian Sukuk (DPPSu)
◆ Contoh Formulir Pemesanan Pembelian Sukuk (FPPSu)
◆ Contoh Konfirmasi Penjatahan Sukuk (KP)
◆ Contoh Sertifikat Jumbo Sukuk
8 Pernyataan Kesesuaian Syariah
9 Surat Pernyataan Profesi Penunjang Pasar Modal dari akuntan publik, konsultan
hukum, dan notaris (beserta STTD)

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 33


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

No. Dokumen Aspek Hukum (Dokumen final)

1 Perjanjian-Perjanjian:
◆ Kontrak Perwaliamanatan Sukuk (PWA)
◆ Perjanjian Penjamin Emisi Sukuk (PPESu)
◆ Perjanjian Agen Pembayaran
◆ Foto copy Perjanjian Pendaftaran Sukuk dengan PT Kustodian
Sentral Efek Indonesia
◆ Pernyataan Umum Berkelanjutan Sukuk (jika melakukan PUB)
2 Akta Pendirian/Anggaran Dasar emiten dan perubahannya
3 Akta Pendirian/Anggaran Dasar pemegang saham (di atas 5%)
berbentuk badan hukum dan perubahannya
4 Pendapat Segi Hukum (Legal Opinion)
5 Pemeriksaan Segi Hukum (Legal Audit)

No. Dokumen Aspek Akuntansi (Dokumen final)

1 Laporan Keuangan Audit Konsolidasi untuk 2 tahun terakhir


2 Surat Pernyataan Manajemen dalam Bidang Akuntansi (Representation Letter)
3 Management Letter

4 Surat dari Akuntan Publik (Comfort Letter)

c. Setelah memperoleh surat efektif dari OJK, tahapan berikutnya yaitu penawaran
umum sukuk yang merupakan tahap akhir dari proses penerbitan sukuk. Masa
penawaran umum dilaksanakan tidak kurang dari 1 hari kerja dan paling lama
5 hari kerja, serta dilaksanakan selambatnya 2 hari kerja sejak diperolehnya
pernyataan efektif dari OJK.

5. Masa Penawaran Umum dan Penjatahan


a. Pada masa penawaran umum, tanggung jawab lainnya dari penjamin emisi
efek adalah melakukan pengawasan dan memastikan proses pencetakan
formulir-formulir. Di samping itu penjamin emisi efek juga mengawasi distribusi

34 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

prospektus dan formulir pemesanan sukuk hingga seluruhnya diterima oleh


investor serta dana dari investor seluruhnya telah masuk ke rekening penjamin
pelaksana emisi efek.
b. Pada proses penjatahan, dana yang telah terkumpul dari investor diteruskan
ke penerbit sukuk setelah dikurangi fee untuk profesi dan lembaga penunjang.
Di saat yang bersamaan, setelah penerbit sukuk memperoleh dana bersih,
kemudian dilakukan penyerahan sertifikat jumbo sukuk untuk disimpan oleh
KSEI. Selanjutnya emiten menginstruksikan KSEI untuk melakukan distribusi
efek sukuk ke masing-masing investor dengan melampirkan instruksi distribusi
beserta bukti penerimaan dana dari para penjamin emisi efek.
c. Setelah seluruh efek sukuk telah terdistribusi, maka dapat dilakukan proses
pencatatan sukuk di BEI (satu hari setelahnya). Penjamin emisi efek selanjutnya
menyusun laporan manajer penjatahan dan laporan pasar perdana untuk
disampaikan ke OJK.
6. Penyampaian Laporan kepada OJK
Emiten yang telah mendapatkan surat efektif atas pernyataan pendaftarannya
maka akan memiliki kewajiban dalam hal penyampaian laporan ke OJK. Jenis-
jenis laporan yang wajib disampaikan emiten sehubungan dengan penawaran
umum sukuk antara lain adalah sebagai berikut:
a. Laporan pasar perdana;
b. Laporan manajer penjatahan mengenai penjatahan sukuk;
c. Laporan audit penjatahan;
d. Penyampaian bukti prospektus final (hardcopy dan softcopy) beserta surat
penyataan kesesuaian isi prospektus hardcopy dan softcopy;
e. Laporan realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum sukuk.

Hal-hal Lain yang Harus Diperhatikan dalam Penerbitan Sukuk

Dalam proses penerbitan sukuk, terdapat kemungkinan bahwa perusahaan belum


memperoleh satu atau lebih persetujuan/izin yang berkaitan dengan penerbitan
sukuk. Untuk dapat mengantisipasi terjadinya hal tersebut maka mitigasi yang dapat
dilakukan antara lain sebagai berikut:

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 35


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

1. Penunjukan lembaga dan profesi penunjang seperti konsultan hukum dan


wali amanat dapat didahulukan (ditunjuk lebih awal atau sebelum kick-off) dan
diarahkan melakukan uji tuntas sesuai dengan tugas dan tanggung jawab antara
lain legalitas perusahaan dan kondisi keuangan perusahaan.
2. Untuk perusahaan yang memiliki kegiatan usaha di bidang pembiayaan
atau perbankan perlu dipastikan apakah rencana produk/aktivitas baru telah
memperoleh persetujuan atau telah dilakukan pemberitahuan ke departemen
pengawas bank atau departemen pengawas lainnya yang terkait.
3. Redaksional pada surat persetujuan penerbitan sukuk agar tidak hanya menyebut
persetujuan surat utang/obligasi tetapi lebih spesifik persetujuan untuk
penerbitan sukuk. Untuk menghindari kesalahan redaksional maka penjamin
emisi efek dan konsultan hukum dapat membantu mereviu terlebih dahulu draf
surat sebelum difinalisasi serta menghindari menggunakan istilah surat utang/
obligasi jika untuk penerbitan sukuk.
4. Dalam penyusunan aktivitas beserta time table perlu diberikan waktu yang cukup
waktu bagi perusahaan (khususnya yang berbentuk persero atau perusahaan
BUMN) untuk mendapatkan persetujuan dari kementerian terkait. Jika diperlukan,
persetujuan tersebut dapat dijadwalkan sebelum kick-off dimulai atau paling
lambat dijadwalkan sebelum diperolehnya izin publikasi dari OJK.
5. Pada surat persetujuan penerbitan sukuk agar menghindari penyebutan rincian
nilai emisi di tiap tenor maupun imbal hasilnya. Hal ini dapat membatasi fleksibilitas
pemenuhannya saat finalisasi struktur emisi sukuk (harus mempertimbangkan
dinamika pasar surat utang, peringkat, kompetitor maupun kondisi supply dan
demand instrumen sukuk di pasar).

B. Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Sukuk


PUB sukuk merupakan kegiatan penawaran sukuk yang dilakukan secara bertahap.
Ketentuan yang mengatur mengenai PUB sukuk adalah sebagai berikut:
1. POJK Nomor 36/POJK.04/2014 tentang Penawaran Umum Berkelanjutan Efek
Bersifat Utang dan/atau Sukuk.
2. POJK Nomor 18/POJK.04/2015 tentang Persyaratan dan Penerbitan Sukuk, dan
perubahannya yakni POJK Nomor 3/POJK.04/2018 tentang Perubahan POJK
Nomor 18/POJK.04/2015.

36 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

Persyaratan PUB

Dalam PUB sukuk terdapat beberapa persyaratan yang wajib dipenuhi oleh emiten
yang akan mengajukan pernyataan pendaftaran PUB sukuk. Terdapat beberapa
perbedaan ketentuan antara PUB sukuk yang diterbitkan stand alone (tidak bersamaan
dengan PUB obligasi) dengan PUB sukuk yang diterbitkan bersamaan dengan PUB
obligasi, sebagai berikut:

Selain ketentuan tersebut di atas, terdapat beberapa persyaratan lain yang wajib
dipenuhi dalam PUB sukuk, baik yang stand alone maupun yang diterbitkan
bersamaan dengan PUB obligasi, antara lain sebagai berikut:

Tabel 5 Perbedaan Ketentuan Antara PUB Sukuk Stand Alone dan


Bersamaan dengan PUB Obligasi

PUB sukuk bersamaan


PUB sukuk stand alone Aspek
dengan PUB obligasi
Dilaksanakan dalam periode 3 Jangka waktu PUB Dilaksanakan dalam periode 2
tahun tahun

Merupakan emiten atau Persyaratan pihak Merupakan emiten atau


perusahaan publik dalam kurun perusahaan publik dalam kurun
waktu paling singkat 1 tahun waktu paling singkat 2 tahun
dan tidak pernah mengalami dan tidak pernah mengalami
gagal bayar selama 2 tahun gagal bayar selama 2 tahun
terakhir sebelum penyampaian terakhir sebelum penyampaian
pernyataan pendaftaran dalam pernyataan pendaftaran dalam
rangka PUB sukuk rangka PUB sukuk

1. Persyaratan efek
Sukuk yang dapat diterbitkan melalui PUB wajib memiliki peringkat yang
termasuk dalam 4 kategori peringkat teratas yang merupakan urutan 4 kategori
peringkat terbaik dan masuk dalam kategori peringkat layak investasi (investment
grade) berdasarkan standar yang dimiliki oleh perusahaan pemeringkat efek.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 37


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

2. Pernyataan kesesuaian syariah


Dalam hal terdapat perubahan jenis akad syariah, isi akad syariah, dan/atau aset
yang menjadi dasar sukuk pada tahapan penerbitan sukuk selanjutnya dalam
rangka PUB sukuk, emiten harus menyampaikan kembali opini syariah atau
pernyataan kesesuaian syariah (PKS) atas sukuk tersebut.

Pernyataan Pendaftaran PUB Sukuk

Proses registrasi dan pernyataan pendaftaran dalam PUB sama halnya dengan proses
registrasi dan pernyataan pendaftaran dalam penawaran umum. Namun demikian
ada beberapa dokumen yang wajib dilengkapi sebagai berikut:
1. Surat pernyataan dari emiten yang menyatakan emiten tidak pernah mengalami
gagal bayar selama 2 (dua) tahun terakhir sebelum penyampaian pernyataan
pendaftaran.
2. Surat pernyataan dari akuntan yang mengaudit laporan keuangan emiten, yang
menyatakan emiten tidak pernah mengalami gagal bayar selama 2 (dua) tahun
terakhir sebelum penyampaian pernyataan pendaftaran. Gagal bayar merupakan
kondisi dimana emiten tidak mampu memenuhi kewajiban keuangan terhadap
kreditur pada saat jatuh tempo yang nilainya lebih besar dari 0,5% dari modal
disetor.

Di samping itu dalam hal PUB sukuk dan Efek Bersifat Utang (PUB obligasi) dilakukan
secara bersamaan, maka wajib mencantumkan dalam prospektus pada halaman luar
kulit muka sebagai berikut:
1. “Prospektus Penawaran Umum Berkelanjutan efek bersifat utang dan Sukuk”,
dengan menyebutkan nama efek;
2. Total jumlah dana yang akan dihimpun dari efek bersifat utang dan sukuk; dan
3. Total jumlah dana atau indikasi total jumlah dana yang akan dihimpun dari
masing-masing jenis efek.
Selain itu emiten dapat menentukan nilai emisi masing-masing Efek Bersifat Utang
dan sukuk pada setiap periode tahapan PUB.

38 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

Contoh pencantuman total jumlah dana yang akan dihimpun dari jenis sukuk dan
Efek Bersifat Utang dan indikasi total jumlah dana yang akan dihimpun berdasarkan
masing-masing jenis efek pada halaman luar kulit muka prospektus:

1. Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan PT. XYZ dan Sukuk


Berkelanjutan PT. XYZ sebesar Rp1.000.000.000.000,00 dengan indikasi total
jumlah dana yang akan dihimpun dari Obligasi sebesar Rp700.000.000.000,00 dan
Sukuk sebesar Rp300.000.000.000,00.

“Untuk tahap pertama diterbitkan Obligasi Berkelanjutan PT. XYZ Tahap I Tahun
2017 sebesar Rp300.000.000.000,00 dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan PT. XYZ Tahap
I Tahun 2017 sebesar Rp50.000.000.000,00”.

Contoh untuk PUB Sukuk dan/atau Efek Bersifat Utang berikutnya:

2. Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan PT. XYZ dan Sukuk


Berkelanjutan PT. XYZ sebesar Rp1.000.000.000.000,00 dengan indikasi total
jumlah dana yang akan dihimpun dari Obligasi sebesar Rp700.000.000.000,00 dan
Sukuk sebesar Rp300.000.000.000,00.
“Untuk tahap kedua diterbitkan Obligasi Berkelanjutan PT. XYZ Tahap II Tahun
2017 sebesar Rp200.000.000.000,00 dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan PT. XYZ Tahap
II Tahun 2017 sebesar Rp150.000.000.000,00.”

3. Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan PT. XYZ dan Sukuk


Berkelanjutan PT. XYZ sebesar Rp1.000.000.000.000,00 dengan indikasi total
jumlah dana yang akan dihimpun dari Obligasi sebesar Rp700.000.000.000,00 dan
Sukuk sebesar Rp300.000.000.000,00.
“Untuk tahap ketiga diterbitkan Obligasi Berkelanjutan PT. XYZ Tahap III Tahun
2017 sebesar Rp100.000.000.000,00 dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan PT. XYZ Tahap
III Tahun 2017 sebesar Rp200.000.000.000,00.”

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 39


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

Hal-hal Lain yang Harus Diperhatikan dalam PUB Sukuk

Dalam proses penerbitan sukuk melalui PUB, terdapat beberapa hal yang perlu
menjadi perhatian bagi para pihak khususnya untuk emiten, antara lain sebagai
berikut:

1. Dalam hal dana yang dihimpun selama periode PUB sukuk kurang dari yang
direncanakan, maka paling lambat 5 hari kerja setelah periode PUB sukuk
berakhir, emiten wajib menyampaikan informasi mengenai jumlah total dana
yang dihimpun kepada OJK disertai dengan alasan tidak tercapainya target
dana yang akan dihimpun. Selain itu emiten juga wajib mengumumkan kepada
masyarakat mengenai jumlah total dana yang dihimpun disertai dengan alasan
tidak tercapainya target dana yang akan dihimpun melalui 1 (satu) surat kabar
yang berperedaran nasional atau situs web Bursa Efek dan situs web emiten.
2. Dalam hal emiten membutuhkan dana lebih besar sementara sisa dana PUB tidak
mencukupi, maka emiten dapat menghentikan PUB yang sedang berjalan sebelum
menerbitkan kembali pernyataan pendaftaran PUB sukuk yang baru. Dalam hal
emiten akan menghentikan PUB sukuk sebelum periode PUB sukuk berakhir,
maka paling lambat 2 hari kerja setelah keputusan penghentian, emiten wajib
menyampaikan informasi mengenai penghentian kepada OJK disertai dengan
alasan penghentian dan dana yang telah dihimpun, serta mengumumkan kepada
masyarakat mengenai penghentian disertai dengan alasannya dan jumlah dana
yang telah terhimpun.
3. Pemantauan peringkat atas sukuk dilakukan setiap tahun melalui perusahaan
pemeringkat, selama sukuk belum dilunasi sepenuhnya. Dalam hal pelaksanaan
PUB tahap kedua dilakukan kurang dari 1 tahun sejak PUB tahap pertama, maka
emiten dapat meminta konfirmasi peringkat kepada perusahaan pemeringkat
yang ditunjuk. Proses konfirmasi peringkat tersebut lebih sederhana dibandingkan
proses pemeringkatan atas efek yang dilakukan setiap tahunnya.
4. Dalam pelaksanaan PUB tahap kedua dan/atau selanjutnya dimungkinkan
terdapat perubahan jenis akad syariah, isi akad syariah, dan/atau aset yang
menjadi dasar sukuk dibandingkan dengan PUB tahap pertama. Jika hal ini terjadi
maka emiten harus menyampaikan kembali pernyataan kesesuaian syariah atas
sukuk tersebut.

40 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

5. Dalam penyusunan perjanjian perwaliamanatan untuk PUB tahap kedua tidak


boleh berubah dari perjanjian perwaliamanatan tahap pertama kecuali hal-
hal yang diperbolehkan sesuai dengan peraturan yang berlaku antara lain
penggunaan dana, jaminan (bila ada), jumlah nilai emisi, dan tingkat imbal hasil.

C. Penawaran Umum Sukuk kepada Pemodal Profesional

Dalam penawaran umum sukuk tidak hanya ditawarkan kepada masyarakat umum,
namun juga dapat ditawarkan kepada pemodal profesional yang jumlahnya
terbatas. Pemodal profesional merupakan pihak yang memiliki kemampuan untuk
membeli sukuk dan melakukan analisis risiko terhadap investasi atas sukuk tersebut.
Penawaran umum sukuk kepada pemodal profesional ini diatur dalam POJK Nomor
11/POJK.04/2018 tentang Penawaran Umum Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk
kepada Pemodal Profesional.

Emiten atau penjamin emisi efek wajib memastikan bahwa pembeli sukuk
merupakan pemodal profesional yang dapat dibuktikan dengan surat pernyataan
yang ditandatangani oleh calon investor.

Pemodal Profesional

Pemodal profesional dapat terdiri atas:


1. Lembaga jasa keuangan (bank, dana pensiun, perusahaan asuransi, manajer
investasi termasuk produk investasi yang dikelola dan/atau nasabah yang
mewakilinya, dan perusahaan efek), dan
2. Pihak selain lembaga jasa keuangan yang memiliki kemampuan untuk membeli
efek dan melakukan analisis risiko terhadap investasi atas efek tersebut. Pihak
tersebut terdiri atas:
a. Orang perseorangan yang memiliki pengalaman investasi di pasar modal
paling singkat 1 (satu) tahun. Selain itu orang tersebut memiliki aset bersih
minimal Rp10 miliar atau memiliki rata-rata portofolio investasi di pasar modal
minimal Rp3 miliar.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 41


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

b. Badan hukum, usaha bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisasi


yang memiliki pengalaman investasi di pasar modal paling singkat 1 (satu)
tahun. Selain itu badan tersebut memiliki aset bersih minimal Rp20 miliar atau
memiliki rata-rata portofolio investasi di pasar modal minimal Rp6 miliar.

Pernyataan Pendaftaran dan Prospektus

Pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum efek bersifat utang dan/
atau sukuk kepada pemodal profesional paling sedikit harus terdiri atas:

Tabel 6 Dokumen Pernyataan Pendaftaran kepada Pemodal Profesional

Dokumen Pernyataan Pendaftaran kepada


No Keterangan
Pemodal Profesional

1 Surat pengantar Pernyataan Pendaftaran


2 Prospektus
3 Laporan keuangan audited Tidak wajib disampaikan
bagi emiten yang telah
4 Pendapat dari segi hukum
menerbitkan efek bersifat
ekuitas dan/atau emiten yang
telah menerbitkan efek bersifat
utang dan/atau sukuk
5 Peringkat dari perusahaan pemeringkat efek Jika terdapat peringkat
Jika menggunakan penjamin
6 Perjanjian penjaminan emisi efek
emisi efek
7 Kontrak perwaliamanatan sukuk
8 Perjanjian penanggungan Jika terdapat penanggung
9 Pernyataan dari emiten sesuai format yang
ditentukan
10 Pernyataan dari profesi penunjang pasar modal
sesuai format yang ditentukan
11 Pernyataan dari penjamin pelaksana emisi efek Jika menggunakan penjamin
sesuai format yang ditentukan emisi efek

42 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

Dokumen Pernyataan Pendaftaran kepada


No Keterangan
Pemodal Profesional

12 Pernyataan kesesuaian syariah atas sukuk dari


Dewan Pengawas Syariah atau Tim Ahli Syariah
13 Dokumen yang memuat informasi lain sesuai
permintaan OJK

Hal-hal yang wajib diungkapkan dalam prospektus, mengikuti ketentuan dalam POJK
Nomor 9/POJK.04/2017 tentang Bentuk dan Isi Prospektus dan Prospektus Ringkas
dalam rangka Penawaran Umum Efek Bersifat Utang, kecuali kewajiban untuk
memuat bagian mengenai pernyataan utang dan bagian mengenai ikhtisar data
keuangan penting.

Dalam hal emiten telah menerbitkan efek bersifat ekuitas dan/atau emiten telah
menerbitkan efek bersifat utang dan/atau sukuk namun belum jatuh tempo, selain
pengecualian tersebut di atas, emiten dikecualikan dari kewajiban untuk memuat
bagian pendapat dari segi hukum dan laporan keuangan dalam prospektus.
Penawaran umum efek bersifat utang dan/atau sukuk kepada pemodal profesional
ini dapat dilakukan secara bertahap.

D. Kontrak/Perjanjian Perwaliamanatan Sukuk

Sesuai Undang-undang Pasar Modal dan POJK Nomor 20/POJK.04/2020 tentang


Kontrak Perwaliamanatan efek bersifat utang dan/atau Sukuk, dalam setiap
penerbitan efek bersifat utang dan/atau sukuk, wali amanat wajib membuat kontrak
perwaliamanatan. Kontrak perwaliamanatan merupakan perjanjian antara emiten
dan wali amanat dalam rangka penerbitan efek bersifat utang dan/atau sukuk.
Kontrak perwaliamanatan secara garis besar mengatur seluruh hak dan kewajiban
emiten serta hak dan kewajiban para pemegang efek bersifat utang dan/atau sukuk,
yang dalam penyusunannya wajib dibuat secara notariil di hadapan notaris.

Pada praktiknya, dalam proses penerbitan sukuk, penunjukan lembaga/profesi


penunjang (termasuk wali amanat) dilakukan oleh emiten. Penunjukan oleh emiten

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 43


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

tersebut dilakukan karena secara hukum pada saat proses penerbitan sukuk belum
terdapat pemegang efek bersifat utang dan/atau sukuk (investor). Investor baru ada
setelah efek tersebut ditawarkan kepada masyarakat.

Selanjutnya wali amanat beserta lembaga/profesi penunjang lainnya akan


mempersiapkan dokumen yang diperlukan antara lain membuat kontrak
perwaliamanatan. Kontrak perwaliamanatan harus ditandatangani oleh emiten
dan wali amanat yang mewakili para pemodal. Sejak menandatangani kontrak
perwaliamanatan, wali amanat telah mengikatkan diri untuk mewakili kepentingan
investor, namun perwakilan tersebut baru berlaku efektif setelah efek bersifat utang
dan/atau sukuk diterbitkan dan telah dialokasikan kepada investor.

Dalam penyusunan kontrak perwaliamanatan, wali amanat dan emiten harus


memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang
pasar modal, yang mengatur mengenai bentuk dan isi dari kontrak perwaliamanatan.
Khusus untuk penerbitan sukuk, ketentuan yang mengatur kontrak perwaliamanatan
sukuk mengacu pada:

1. POJK Nomor 20/POJK.04/2020 tentang Kontrak Perwaliamanatan Efek Bersifat


Utang dan/atau Sukuk; dan
2. POJK Nomor 18/POJK.04/2015 tentang Penerbitan dan Persyaratan Sukuk.

Berdasarkan ketentuan yang berlaku terkait kontrak perwaliamanatan sukuk, dalam


rangka melindungi dan mewakili hak para pemegang sukuk, kontrak perwaliamanatan
sukuk paling sedikit harus memuat antara lain hal-hal sebagai berikut:

44 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

Tabel 7 Daftar Isi Kontrak Perwaliamanatan Sukuk

No Isi Kontrak Perwaliamanatan Sukuk

1 Identitas para pihak


2 Wewenang wali amanat
3 Penunjukan, penggantian, dan berakhirnya tugas wali amanat
4 Pembatasan terhadap emiten
5 Tugas dan kewajiban agen pembayaran
6 Nilai pokok, jatuh tempo dan imbal hasil sukuk
7 Jaminan
8 Hak keutamaan (senioritas) sukuk
9 Amortisasi sukuk
10 Pembelian kembali sukuk
11 Pemeringkatan sukuk
12 Sukuk dalam denominasi mata uang selain rupiah
13 Penggunaan dana
14 Penyisihan dana
15 Rapat umum pemegang sukuk
16 Sanksi
17 Keadaan lalai (default)
18 Keadaan kahar
19 Akad syariah
20 Aset yang menjadi dasar sukuk
21 Kewajiban wali amanat atas aspek syariah sukuk
22 Ketentuan jika sukuk berubah menjadi utang piutang
23 Penggantian aset yang menjadi dasar sukuk
24 Ketentuan dalam hal akan mengubah akad atau aset yang menjadi dasar sukuk

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 45


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

Pada praktiknya, hal-hal yang wajib diungkapkan dalam kontrak perwaliamanatan


sukuk tersebut di atas memiliki urutan penyajian yang berbeda-beda. Hal
tersebut dibolehkan selama semua poin di atas telah dingkapkan dalam kontrak
perwaliamanatan sukuk. Berikut adalah contoh penyajian kontrak perwaliamanatan
sukuk beserta penjelasan singkat yang wajib diungkapkan:

Identitas Para Pihak dan Premis/Pendahuluan

Mengingat kontrak perwaliamanatan dibuat secara notariil, maka identitas dari notaris
yang membuat akta serta nomor dan tanggal dari akta kontrak perwaliamanatan
perlu dicantumkan pada bagian awal kontrak perwaliamanatan tersebut.

Selain itu, para pihak yang mewakili dan bertindak untuk dan atas nama emiten
maupun wali amanat yang melakukan penandatanganan kontrak perwaliamanatan
harus mencantumkan identitas yang sah secara hukum, serta kewenangan bertindak
masing-masing pihak.

Selanjutnya, di dalam kontrak perwaliamanatan juga harus mencantumkan premis


dan definisi atas istilah yang digunakan. Premis merupakan keterangan awal atau
pernyataan pendahuluan sebagai pengantar atau latar belakang dibuatnya syarat-
syarat dan ketentuan-ketentuan yang dicantumkan dalam kontrak perwaliamanatan.
Definisi merupakan arti dari istilah-istilah yang digunakan di dalam Kontrak
Perwaliamanatan tanpa perlu menjelaskannya satu persatu di setiap istilah yang
digunakan.

Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum Sukuk

Hal-hal yang wajib dimuat antara lain adalah:


1. Uraian mengenai rencana penggunaan dana hasil penawaran umum sukuk.
Emiten wajib menggunakan dana tersebut untuk membiayai kegiatan atau
melakukan investasi yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah di pasar
modal dan harus sesuai dengan karakteristik akad syariah. (Contoh penggunaan
dana yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dapat dilihat pada bab
terkait aspek syariah)

46 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

2. Ketentuan mengenai rencana dan alasan perubahan penggunaan dana,


dalam hal emiten bermaksud untuk melakukan perubahan penggunaan dana
dari yang telah dicantumkan dalam dokumen penerbitan sukuk (antara lain
kontrak perwaliamanatan dan prospektus). Rencana perubahan penggunaan
dana tersebut harus disampaikan kepada OJK beserta alasannya, dan harus
mendapatkan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Sukuk.
3. Ketentuan mengenai penempatan sementara dana hasil penawaran umum sukuk,
dalam hal dana hasil penawaran umum sukuk belum seluruhnya habis digunakan.
Penempatan sementara dana tersebut wajib memperhatikan keamanan dan
likuiditas serta dapat memberikan keuntungan finansial yang wajar bagi emiten,
yaitu dengan menempatkan dana dalam instrumen keuangan yang aman dan
likuid, dilakukan atas nama emiten, serta tidak boleh dijadikan jaminan hutang.
Pada praktiknya, wali amanat dapat meminta emiten untuk menempatkan
sementara dana hasil penawaran umum sukuk di bank syariah.
4. Realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum sukuk wajib dilaporkan oleh
emiten kepada OJK sebagaimana diatur dalam POJK Nomor 30/POJK.04/2015.

Penunjukan, Penggantian, dan Berakhirnya Tugas Wali Amanat

Di dalam kontrak perwaliamanatan sukuk, harus diatur mengenai penunjukan dan


penggantian wali amanat, hak dan kewajiban selaku wali amanat, serta klausul
mengenai berakhirnya tugas selaku wali amanat. Hal-hal yang wajib diungkapkan
antara lain adalah mengenai:
1. Penunjukkan wali amanat untuk pertama kalinya oleh emiten.
2. Penggantian wali amanat.
Wali amanat dapat diganti dengan alasan antara lain: tidak lagi memenuhi
ketentuan untuk menjalankan fungsi sebagai wali amanat; pembatalan surat tanda
terdaftar atau pembekuan kegiatan usaha wali amanat; wali amanat dibubarkan
atau dinyatakan pailit; timbulnya hubungan afiliasi antara wali amanat dengan
emiten; atau karena permintaan para pemegang sukuk.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab wali amanat.
Tugas, kewajiban dan tanggung jawab wali amanat berakhir pada saat antara
lain: sukuk telah dilakukan pembayaran kembali baik nilai pokok sukuk, imbal

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 47


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

hasil sukuk dan kewajiban pembayaran emiten lainnya; sukuk telah dikonversi
seluruhnya menjadi saham; tanggal yang disepakati setelah tanggal jatuh tempo
nilai pokok sukuk; atau setelah diangkatnya wali amanat baru.

Wewenang Wali Amanat

Kontrak perwaliamanatan sukuk wajib memuat ketentuan mengenai hak dan


wewenang wali amanat. Wewenang wali amanat tersebut paling sedikit adalah:
1. Meminta dokumen dan informasi yang diperlukan dari emiten dalam rangka
memantau perkembangan pengelolaan emiten dan mengawasi pelaksanaan
kewajiban emiten;
2. Memegang kuasa untuk mewakili pemegang sukuk dalam melakukan tindakan
hukum yang berkaitan dengan kepentingan pemegang sukuk, termasuk
melakukan penuntutan hak pemegang sukuk baik di dalam maupun di luar
pengadilan;
3. Menunjuk profesi penunjang pasar modal untuk membantu melakukan
pemeriksaan apabila terjadi perbedaan pemahaman terhadap kondisi lalai atau
default; dan
4. Menolak permintaan untuk diselenggarakannya Rapat Umum Pemegang Sukuk
yang diajukan oleh pemegang sukuk atau emiten dengan menyampaikan
pemberitahuan tertulis tentang penolakan dan alasan penolakan tersebut.
5. Mengambil segala tindakan yang diperlukan:
a. untuk memastikan kepatuhan emiten terhadap pemenuhan akad syariah;
b. untuk memastikan aset yang menjadi dasar sukuk tidak bertentangan dengan
prinsip syariah di pasar modal;
c. dalam hal emiten melakukan pelanggaran atas pemenuhan kepatuhan
terhadap penerapan prinsip syariah di pasar modal atau pelanggaran kewajiban
dalam akad syariah dan/atau perjanjian perwaliamanatan (wanprestasi); dan
d. untuk tetap mewakili kepentingan pemegang sukuk sampai dengan
terpenuhinya penyelesaian seluruh kewajiban emiten kepada yang
bersangkutan dalam hal sukuk berubah menjadi utang piutang.

48 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

Imbalan Jasa Wali Amanat

Dalam melaksanakan kegiatan selaku wali amanat tersebut, wali amanat memperoleh
imbalan jasa/fee tertentu yang besarannya ditentukan berdasarkan kesepakatan
antara emiten dan wali amanat. Imbalan jasa tersebut wajib dicantumkan di dalam
kontrak perwaliamanatan.

Syarat-Syarat Sukuk

Kontrak perwaliamanatan sukuk wajib memuat ketentuan mengenai persyaratan


sukuk yang antara lain terdiri dari:
1. Nama sukuk yang diterbitkan.
2. Nilai pokok sukuk.
Nilai pokok sukuk menggunakan penyebutan yang disesuaikan dengan jenis
akad syariah yang digunakan. Misalnya untuk sukuk dengan akad ijarah, nilai
pokok sukuk biasanya disebut dengan sisa imbalan ijarah, sedangkan untuk
sukuk dengan akad mudharabah biasanya disebut dengan dana sukuk.

3. Imbal hasil sukuk.


Hal yang wajib dicantumkan antara lain besaran nisbah atau tingkat imbal hasil
sesuai dengan karakteristik akad syariah, jadwal dan periode pembayaran imbal
hasil, tata cara pembayaran imbal hasil, serta sumber dana yang digunakan untuk
pembayaran imbal hasil sesuai dengan karakteristik akad syariah.

4. Akad syariah
Kontrak perwaliamanatan sukuk wajib
memuat ketentuan mengenai akad
syariah dan skema yang digunakan dalam
penerbitan sukuk. Jenis akad yang saat ini
telah digunakan dalam penerbitan sukuk
adalah ijarah, mudharabah dan wakalah.
(Penjelasan mengenai jenis-jenis akad
dan skema dapat dilihat pada bab terkait
aspek syariah).

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 49


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

5. Aset yang menjadi dasar sukuk


Hal-hal yang wajib diungkapkan tentang aset yang menjadi dasar sukuk atau
dikenal dengan underlying asset paling sedikit terdiri dari jenis/bentuk aset, nilai
aset, lokasi aset, status kepemilikan aset, status aset (sebagai jaminan atau tidak)
dan implikasi hukum dan ekonomi yang menyertainya (jika ada).

Berdasarkan ketentuan terkait penerbitan sukuk, aset yang menjadi dasar sukuk
dapat terdiri atas:
a. Aset berwujud tertentu;
b. Nilai manfaat atas aset berwujud tertentu baik yang sudah ada maupun yang
akan ada;
c. Jasa yang sudah ada maupun yang akan ada;
d. Aset proyek tertentu; dan/atau
e. Kegiatan investasi yang telah ditentukan.

(Contoh mengenai jenis-jenis aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk dapat
dilihat pada bab terkait aspek syariah)
6. Penggantian aset yang menjadi dasar sukuk
Kontrak perwaliamanatan sukuk wajib mengatur mengenai penggantian aset
yang menjadi dasar sukuk jika terjadi hal-hal yang menyebabkan nilainya tidak
lagi sesuai dengan nilai sukuk yang diterbitkan (sesuai karakteristik akad syariah
yang digunakan).

Yang dimaksud dengan “nilainya tidak lagi sesuai dengan nilai sukuk yang
diterbitkan” adalah nilai objek yang menjadi dasar sukuk mengalami perubahan
dan tidak cukup digunakan sebagai dasar dalam pembayaran imbal hasil atau
nilai pokok sukuk.

7. Ketentuan dalam hal akan mengubah akad atau aset yang menjadi dasar sukuk
Dalam hal emiten akan mengubah jenis akad syariah, isi akad syariah, dan/atau
aset yang menjadi dasar sukuk, maka kontrak perwaliamanatan sukuk wajib
mengatur syarat dan ketentuannya antara lain:
a. perubahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah terlebih dahulu disetujui
oleh Rapat Umum Pemegang Sukuk;

50 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

b. mekanisme pemenuhan hak pemegang sukuk yang tidak setuju terhadap


perubahan dimaksud (contohnya mekanisme pembelian kembali sukuk atau
pembatalan terhadap perubahan dimaksud); dan
c. perubahan hanya dapat dilakukan jika ada pernyataan kesesuaian syariah dari
dewan pengawas syariah atau tim ahli syariah sebelum dilaksanakannya Rapat
Umum Pemegang Sukuk.

8. Ketentuan jika sukuk berubah menjadi utang piutang


Dalam hal sukuk berubah menjadi utang piutang maka wali amanat akan
tetap mewakili kepentingan pemegang sukuk sampai dengan terpenuhinya
penyelesaian seluruh kewajiban emiten kepada yang pemegang sukuk. Kontrak
perwaliamanatan sukuk wajib mengatur ketentuan mengenai nilai sukuk menjadi
utang piutang jika sukuk berubah menjadi utang piutang dan penyelesaian
kewajiban emiten atas utang piutang dimaksud kepada pemegang sukuk.

Kondisi yang menyebabkan sukuk tidak lagi menjadi efek syariah dan sukuk
berubah menjadi utang piutang, jika terjadi sebagai berikut:
a. tidak lagi memiliki aset yang menjadi dasar sukuk; dan/atau
b. terjadi perubahan jenis akad syariah, isi akad syariah, dan/atau aset yang
menjadi dasar sukuk, yang menyebabkan bertentangan dengan prinsip syariah
di pasar modal.

9. Pemeringkatan sukuk
Di dalam kontrak perwaliamanatan sukuk wajib mencantumkan hasil
pemeringkatan sukuk. Dalam hal terdapat lebih dari satu pemeringkatan efek
(misalnya terdapat efek bersifat utang dan sukuk yang diterbitkan bersamaaan
maka masing-masing hasil pemeringkatan tersebut wajib dicantumkan dalam
kontrak perwaliamanatan.

10. Pembayaran kembali sukuk.


Ketentuan yang wajib diatur antara lain terkait tanggal pembayaran kembali
atau tanggal jatuh tempo, nilai pokok yang wajib dibayarkan emiten, tata cara
pembayaran kembali, dan sumber dana yang digunakan untuk pembayaran
kembali.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 51


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

11. Pendaftaran dan bukti kepemilikan sukuk.


Sukuk didaftarkan di penitipan kolektif KSEI dan diterbitkan tanpa warkat
(scriptless) kecuali sertifikat jumbo sukuk. Bukti kepemilikan sukuk merupakan
konfirmasi tertulis yang diterbitkan oleh pemegang rekening (bank kustodian
atau perusahaan efek) dan diadministrasikan oleh KSEI yang ditandatangani oleh
pemegang sukuk dengan pemegang rekening. Konfirmasi tertulis tersebut tidak
dapat diperdagangkan.

12. Pengalihan dan satuan perdagangan sukuk.


Berdasarkan ketentuan KSEI, hak kepemilikan sukuk dapat beralih dengan
pemindahbukuan sukuk dari satu rekening efek ke rekening efek lainnya.
Selanjutnya terkait perdagangan sukuk, berdasarkan ketentuan BEI, satuan
perdagangan sukuk senilai Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan/atau
kelipatannya.

13. Pembelian kembali sukuk.


Dalam hal emiten merencanakan untuk melakukan pembelian kembali sukuk,
maka di dalam kontrak perwaliamanatan sukuk wajib mencantumkan ketentuan
yang dipersyaratkan, antara lain bahwa:
a. Pembelian kembali sukuk ditujukan sebagai pelunasan atau disimpan untuk
kemudian dijual kembali dengan harga pasar;
b. Pembelian kembali sukuk baru dapat dilakukan paling cepat 1 (satu) tahun
setelah tanggal penjatahan; dan
c. Pembelian kembali sukuk tidak dapat dilakukan apabila hal tersebut
mengakibatkan emiten tidak dapat memenuhi ketentuan di dalam kontrak
perwaliamanatan.
d. Pembelian kembali sukuk tidak dapat dilakukan apabila emiten melakukan
kelalaian, kecuali telah memperoleh persetujuan Rapat Umum Pemegang
Sukuk.
(Ketentuan dan persyaratan lain terkait pembelian kembali sukuk dapat dilihat
pada POJK Nomor 20/POJK.04/2020 tentang Kontrak Perwaliamanatan Efek
Bersifat Utang dan/atau Sukuk).

52 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

14. Hak keutamaan (senioritas) sukuk


Dalam hal sukuk memiliki hak keutamaan atau senioritas dibandingkan dengan
utang dan/atau pembiayaan lainnya, maka dalam kontrak perwaliamanatan
sukuk wajib diatur ketentuan mengenai:

a. Tingkat keutamaan atau senioritas sukuk;


b. Total jumlah utang dan/atau pembiayaan yang memiliki hak keutamaan atau
senioritas dan batasan atas penerbitan tambahan utang dan/atau pembiayaan
dengan hak keutamaan atau senioritas; dan
c. Batasan hak yang dimiliki oleh sukuk karena adanya penerbitan efek dari jenis
efek yang berbeda.

15. Amortisasi sukuk


Dalam hal emiten akan melaksanakan amortisasi atas sukuk yang diterbitkan,
maka kontrak perwaliamanatan wajib memuat ketentuan:
a. Jika amortisasi dilakukan atas satu jenis sukuk, maka pemegang sukuk tetap
mempunyai hak suara dan hak untuk menghadiri Rapat Umum Pemegang
Sukuk secara proporsional; dan
b. Jika amortisasi dilakukan secara berkala atas satu jenis atau lebih sukuk dan
memiliki jaminan yang sama, maka pemegang sukuk tetap mempunyai hak
suara dan hak untuk menghadiri Rapat Umum Pemegang Sukuk dimaksud
secara proporsional.

16. Sukuk dalam denominasi mata uang selain rupiah


Dalam hal emiten menerbitkan sukuk dalam denominasi mata uang selain mata
uang rupiah, maka kontrak perwaliamanatan sukuk wajib mencantumkan antara
lain:
a. Jumlah, nilai, jangka waktu, dan kesetaraan nilainya dalam mata uang rupiah
pada saat sukuk tersebut ditawarkan;
b. Risiko yang dihadapi berkaitan dengan selisih kurs; dan
c. Ada atau tidak adanya sarana lindung nilai

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 53


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

Pembatasan dan Kewajiban Emiten

Di dalam kontrak perwaliamanatan sukuk harus diatur mengenai adanya pembatasan


atas hal-hal yang emiten tidak diperbolehkan untuk melakukannya, juga mengenai
kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh emiten sehubungan dengan adanya
penerbitan sukuk tersebut.

Baik pembatasan maupun kewajiban (covenant) wajib dipenuhi oleh emiten


selama sukuk tersebut belum berakhir atau belum dilakukan pembayaran kembali
seluruhnya. Di dalam suatu covenant, emiten dilarang untuk melakukan sesuatu
kecuali telah memperoleh izin dari wali amanat atau pemegang sukuk melalui Rapat
Umum Pemegang Sukuk (negative covenant/pembatasan). Di samping itu, terdapat
hal-hal yang menjadi kewajiban emiten untuk dilakukan sesuai ketentuan di dalam
kontrak perwaliamanatan sukuk (positive covenant/kewajiban)

Covenant yang dicantumkan di dalam kontrak perwaliamanatan sukuk merupakan


hasil kesepakatan antara emiten dengan lembaga/profesi penunjang pasar modal
terkait, yang membantu proses penerbitan sukuk, dengan memperhatikan kondisi
dan keadaan keuangan emiten. Dengan demikian ketentuan mengenai pembatasan
dan kewajiban yang dicantumkan dalam kontrak perwaliamanatan sukuk dapat
berbeda-beda di antara emiten.

Hal-hal yang biasanya diatur di dalam kontrak perwaliamanatan mengenai


pembatasan (negative covenant), antara lain emiten tanpa persetujuan tertulis dari
wali amanat atau pemegang sukuk melalui Rapat Umum Pemegang Sukuk, tidak
boleh:
1. Menjaminkan aset dengan jenis/nilai tertentu yang dimiliki oleh emiten kepada
pihak selain kepada pemegang sukuk. wali amanat dapat melarang emiten
menjaminkan aset yang menjadi dasar sukuk kepada pihak selain pemegang
sukuk. Selain itu apabila sukuk diterbitkan tanpa jaminan khusus (unsecured),
maka wali amanat dapat melarang emiten untuk menjaminkan aset tertentu milik
emiten kepada pihak lain.
2. Melakukan penjualan aktiva tetap emiten dalam batasan tertentu.
3. Melakukan pengurangan modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor
emiten.

54 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

Hal-hal yang biasanya diatur di dalam kontrak perwaliamanatan mengenai kewajiban


(positive covenant) antara lain:
1. Kewajiban mengenai pembatasan rasio-rasio keuangan yang minimal harus
dipertahankan oleh emiten selama sukuk belum dilakukan pembayaran kembali.
2. Kewajiban emiten untuk melakukan pembayaran imbal hasil sukuk pada tanggal
pembayaran imbal hasil sukuk serta melakukan pembayaran kembali nilai pokok
sukuk pada tanggal pembayaran kembali nilai pokok sukuk.
3. Kewajiban emiten untuk melakukan pemeringkatan atas sukuk, serta
mempertahankan minimal hasil pemeringkatan. Apabila hasil pemeringkatan
berada di bawah batas tertentu (biasanya di bawah investment grade), maka
emiten memiliki kewajiban untuk memberikan jaminan dengan jenis dan nilai
tertentu.
4. Kewajiban untuk menyerahkan jaminan sesuai yang diatur dalam ketentuan
mengenai jaminan, dalam hal sukuk diterbitkan dengan jaminan.
5. Kewajiban untuk memenuhi ketentuan akad syariah dan mempertahankan aset
yang menjadi dasar sukuk tidak bertentangan dengan prinsip syariah di pasar
modal.
6. Kewajiban untuk tetap menyelesaikan kewajibannya atas utang-piutang kepada
pemegang sukuk dalam hal sukuk berubah menjadi utang-piutang.

Penyisihan Dana

Dalam hal emiten diwajibkan melakukan penyisihan dana untuk pembayaran nilai
pokok sukuk, imbal hasil sukuk, dan sebagainya, maka kontrak perwaliamanatan
harus mencantumkan ketentuan antara lain mengenai:
1. Jumlah yang harus disisihkan dan/atau perbandingan jumlah tersebut dengan
nilai pokok atau imbal hasil sukuk;
2. Periode dan jangka waktu penyisihan; dan
3. Penyimpanan, penempatan, dan pemanfaatan dana yang disisihkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Penyimpanan, penempatan, dan penggunaan pemanfaatan dana yang
disisihkan harus berada di bawah pengawasan dan atas dasar persetujuan
tertulis dari wali amanat;

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 55


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

b. Bukti penyimpanan dan penempatan dana yang disisihkan wajib disampaikan


oleh emiten kepada wali amanat; dan
c. Emiten wajib memisahkan dana tersebut dari aset lain dan jumlah yang
disisihkan wajib tercantum dalam laporan keuangan.

Kuasa Pemegang Sukuk Kepada Wali Amanat

Wali amanat mewakili kepentingan pemegang


sukuk baik di dalam maupun di luar pengadilan,
termasuk untuk mewakili pemegang sukuk
dalam melakukan tindakan hukum yang
berkaitan dengan kepentingan pemegang
sukuk. Dengan demikian pemegang sukuk
diwakili oleh wali amanat sebagai pihak dalam
kontrak perwaliamanatan dan dokumen/
perjanjian lainnya yang berkaitan dengan
kontrak perwaliamanatan.

Sejak diterbitkannya sukuk, setiap pemegang sukuk langsung tunduk kepada kontrak
perwaliamanatan dan menyetujui untuk memberikan kuasa kepada wali amanat
tanpa perlu adanya pemberian surat kuasa secara khusus yang baru dari pemegang
sukuk dalam menjalankan semua hak pemegang sukuk tanpa ada pengecualiannya.

Pernyataan Wali Amanat

Wali amanat wajib mengungkapkan di dalam kontrak perwaliamanatan sukuk, yang


menyatakan dan memberikan jaminan kepada emiten, antara lain sebagai berikut:
1. Pihak yang bertindak selaku wali amanat menyatakan bahwa yang bersangkutan
berhak dan berwenang untuk bertindak selaku wali amanat dan telah terdaftar
sebagai wali amanat di OJK.
2. Wali amanat membuat surat pernyataan yang menyatakan bahwa wali amanat
telah melakukan due diligence. Surat pernyataan tersebut merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan kontrak perwaliamanatan.

56 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

3. Wali amanat membuat surat pernyataan yang menyatakan bahwa wali amanat
mempunyai 1 orang anggota direksi atau penanggung jawab yang diberi mandat
oleh direksi yang memiliki pengetahuan yang memadai dan/atau pengalaman di
bidang keuangan syariah dan/atau tenaga ahli di bidang perwaliamanatan dalam
penerbitan sukuk yang memahami kegiatan dan jenis usaha serta transaksi yang
bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal.

Kelalaian Wali Amanat

Pada praktiknya, di dalam kontrak perwaliamanatan sukuk harus mencantumkan


ketentuan bahwa apabila wali amanat selaku wakil pemegang sukuk lalai atau
melakukan cidera janji terhadap kewajibannya yang tercantum dalam kontrak
perwaliamanatan, maka berlaku ketentuan dalam pasal 1267 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata. Sesuai ketentuan tersebut, wali amanat antara lain dapat dituntut
untuk memberikan suatu penggantian, namun emiten tidak dapat meminta
pembatalan kontrak perwaliamanatan sukuk.

Pernyataan Emiten

Emiten wajib mengungkapkan di dalam kontrak perwaliamanatan sukuk, yang


menyatakan dan memberikan jaminan kepada wali amanat dan pemegang sukuk,
antara lain sebagai berikut:

1. Pernyataan pendaftaran untuk penerbitan sukuk dan perubahan-perubahannya


(apabila ada) yang disampaikan kepada OJK dan dimuat di dalam prospektus
yang diedarkan kepada pemegang sukuk, tidak memuat keterangan-keterangan
yang tidak benar mengenai fakta yang material dan tidak melalaikan/tidak lupa
untuk menyebutkan fakta penting yang harus dimasukkan atau perlu untuk
dimasukkan.
2. Emiten telah mengajukan dan memperoleh semua izin dan persetujuan penting
yang diperlukan untuk memiliki dan menguasai kekayaan yang dimilikinya serta
dapat menjalankan kegiatan usahanya.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 57


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

Selain itu emiten tidak menyalahi atau melanggar atau lalai dalam memenuhi
suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menjalankan kegiatan
usaha emiten secara material atau atas bagian kekayaan emiten tersebut.
3. Pada saat ditandatanganinya kontrak perwaliamanatan sukuk, emiten tidak
tersangkut dalam suatu perkara, baik perkara perdata maupun perkara pidana
ataupun perkara arbitrase atau perkara administratif yang dapat secara berarti
mempengaruhi kemampuan emiten untuk melaksanakan kewajibannya menurut
kontrak perwaliamanatan sukuk.
4. Pembuatan kontrak perwaliamanatan dan dokumen-dokumen sehubungan
dengan kontrak perwaliamanatan telah dibuat sebagaimana mestinya oleh
emiten menurut persyaratan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan telah ditandatangani oleh pihak yang berhak mewakili untuk dan atas nama
emiten serta merupakan kewajiban yang sah dan mengikat bagi emiten.
5. Penerbitan sukuk telah mendapatkan persetujuan-persetujuan sebagaimana
disyaratkan anggaran dasar emiten dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
6. Dalam hal sukuk telah jatuh tempo, maka emiten bersedia dan diwajibkan untuk
bertanggung jawab secara finansial dan hukum mengenai pembayaran kembali
keseluruhan jumlah kewajiban atas sukuk.

Kelalaian Emiten

Kontrak perwaliamanatan wajib memuat ketentuan mengenai kondisi yang


dapat menyebabkan emiten dinyatakan lalai atau default apabila emiten tidak
melaksanakannya atau tidak menaati ketentuan dalam kontrak perwaliamanatan
tersebut, antara lain meliputi:
1. Kewajiban pembayaran nilai pokok sukuk dan/atau imbal hasil sukuk pada
tanggal pembayaran kembali nilai pokok sukuk dan/atau tanggal pembayaran
imbal hasil sukuk;
2. Fakta mengenai jaminan, keadaan, atau status emiten serta pengelolaannya tidak
sesuai dengan informasi dan keterangan yang diberikan oleh emiten;
3. Kondisi emiten yang dinyatakan lalai sehubungan dengan suatu perjanjian kredit
oleh salah satu atau lebih krediturnya (cross default);

58 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

4. Kemungkinan terjadinya:
a. Emiten tidak lagi memiliki aset yang menjadi dasar sukuk; dan atau
b. Perubahan jenis akad syariah, isi dari akad syariah, dan/atau aset tertentu yang
menjadi dasar penerbitan sukuk yang mengakibatkan bertentangan dengan
prinsip syariah di pasar modal.
Apabila hal tersebut terjadi maka sukuk akan berubah menjadi utang piutang dan
emiten wajib menyelesaikan seluruh kewajibannya kepada pemegang sukuk.
5. Adanya penundaan kewajiban pembayaran utang sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan (moratorium); dan
6. Kewajiban lain yang tercantum dalam kontrak perwaliamanatan.
Di samping itu, di dalam kontrak perwaliamanatan sukuk juga harus secara jelas
memuat ketentuan mengenai mekanisme/tata cara emiten dinyatakan default
tersebut, serta memuat cara penyelesaian atas kondisi emiten yang lalai atau
dinyatakan default secara jelas. Apabila kondisi tersebut terjadi atau dilakukan
oleh emiten, maka wali amanat harus mengadakan Rapat Umum Pemegang
Sukuk untuk memberitahukan kejadian kelalaian emiten kepada pemegang
sukuk, meminta emiten untuk memberikan penjelasan dan pertanggungjawaban
atas kelalaian, membahas langkah yang harus
diambil terhadap emiten serta meminta
keputusan kepada pemegang sukuk atas
Salah satu
kondisi default tersebut.
karakteristik yang
membedakan
Rapat Umum Pemegang Sukuk antara sukuk dan
obligasi adalah
Di dalam kontrak perwaliamanatan wajib memuat adanya kewajiban
ketentuan-ketentuan mengenai tata cara Rapat memiliki aset yang
Umum Pemegang Sukuk, yang paling sedikit menjadi dasar sukuk/
mengatur tentang: underlying asset.
1. Tujuan diadakannya Rapat Umum Pemegang Underlying asset ini
Sukuk. tidak sama dengan
2. Permintaan untuk diselenggarakannya Rapat jaminan.
Umum Pemegang Sukuk.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 59


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

3. Pengumuman, pemanggilan dan penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang


Sukuk. Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Sukuk wajib dibuatkan berita
acara secara notariil oleh notaris.
4. Kuorum dan pengambilan keputusan. Emiten, wali amanat, dan pemegang sukuk
wajib memenuhi dan melaksanakan keputusan pemegang sukuk yang diambil
dalam Rapat Umum Pemegang Sukuk.

Jaminan

Salah satu karakteristik yang membedakan antara sukuk dan obligasi adalah adanya
kewajiban memiliki aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset. Underlying
asset ini tidak sama dengan jaminan. Pada praktiknya, sebagaimana halnya dengan
obligasi, penerbitan sukuk dapat menggunakan jaminan atau tanpa menggunakan
jaminan.

Dalam penerbitan sukuk, terdapat sukuk yang diberikan jaminan khusus berupa
harta kekayaan atau aset yang dimiliki oleh emiten. Sukuk yang diterbitkan dengan
jaminan khusus tersebut dapat disebut sebagai sukuk secured.

Selain itu terdapat juga sukuk yang tanpa diberikan jaminan khusus namun dijamin
dengan seluruh harta kekayaan emiten baik barang bergerak maupun barang tidak
bergerak, baik yang telah ada maupun yang akan ada di kemudian hari (sesuai dengan
ketentuan dalam Pasal 1131 dan 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Hak
pemegang sukuk tersebut adalah paripassu tanpa hak preferen dengan hak-hak
kreditur emiten lainnya baik yang ada sekarang maupun di kemudian hari, kecuali
hak-hak kreditur emiten yang dijamin dengan jaminan khusus. Sukuk yang diterbitkan
dengan jaminan umum atau tanpa jaminan khusus tersebut dapat disebut sebagai
sukuk unsecured.

Dalam hal sukuk dijamin secara khusus dengan harta kekayaan atau aset emiten,
maka di dalam kontrak perwaliamanatan wajib diatur mengenai:
1. Jenis benda jaminan yang akan digunakan emiten;
2. Nilai atas jaminan dengan mencantumkan nilai pasar dan/atau nilai likuidasi pada
perhitungan periode tertentu yang dilakukan penilaian oleh pihak tertentu; dan
3. Status kepemilikan atas benda jaminan.

60 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

Pada praktiknya aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk dapat menjadi jaminan
khusus penerbitan sukuk.

Dalam hal sukuk dijamin dengan bentuk penjaminan lainnya (diberikan jaminan
selain harta kekayaan emiten), maka di dalam kontrak perwaliamanatan wajib diatur
mengenai:
1. Rincian benda jaminan dan/atau identitas pemberi jaminan;
2. Identitas dari pihak yang hartanya digunakan sebagai jaminan;
3. Pernyataan pemberi jaminan telah menyatakan dan mengikatkan diri untuk
menjamin kewajiban emiten terhadap para pemegang sukuk, dalam hal emiten
tidak bisa memenuhi kewajibannya;
4. Kedudukan pemegang sukuk terhadap kreditur emiten lainnya yang memegang
hak tanggungan atas benda jaminan yang sama; dan
5. Nilai dan/atau persentase jaminan yang diberikan kepada pemegang sukuk
dibandingkan dengan nilai pokok sukuk.

Sanksi
Sesuai peraturan yang berlaku, dalam kontrak perwaliamanatan dicantumkan adanya
ketentuan sanksi apabila emiten tidak melaksanakan atau tidak mentaati ketentuan
yang terdapat dalam kontrak perwaliamanatan tersebut, yaitu merujuk kepada pasal
yang mengatur mengenai hal-hal yang mengakibatkan kelalaian (default).

Selain ketentuan mengenai potensi adanya default tersebut, apabila emiten lalai
atau tidak melakukan pembayaran kembali nilai pokok sukuk dan/atau pembayaran
imbal hasil sukuk pada tanggal jatuh tempo, maka selain adanya sanksi sebagaimana
dimaksud pada pasal yang mengatur mengenai hal-hal yang mengakibatkan
kelalaian (default), emiten juga diwajibkan untuk membayar kompensasi kerugian
akibat keterlambatan pembayaran (denda).

Keadaan Kahar (Force Majeure)


Di dalam kontrak perwaliamanatan sukuk wajib memuat ketentuan mengenai
keadaan kahar (force majeure). Kondisi yang dapat dikategorikan sebagai keadaan
kahar biasanya terdiri dari hal atau keadaan yang berada di luar kemampuan dan

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 61


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

kekuasaan para pihak dalam kontrak perwaliamanatan sukuk. Dalam hal emiten
mengalami keadaan kahar, kejadian tersebut tidak menghilangkan kewajiban emiten
untuk tetap melakukan pembayaran kembali nilai pokok sukuk, pembayaran imbal
hasil sukuk, dan kompensasi kerugian akibat keterlambatan yang bukan diakibatkan
oleh keadaan kahar.

Penyelesaian Perselisihan

Di dalam kontrak perwaliamanatan sukuk, perlu diatur mengenai forum penyelesaian


perselisihan apabila terjadi perselisihan atau perbedaan pendapat antara emiten
dengan wali amanat dan/atau para pemegang sukuk yang timbul berkaitan dengan
pelaksanaan kontrak perwaliamanatan sukuk. Forum penyelesaian perselisihan yang
dipilih berasal dari kesepakatan para pihak dalam kontrak perwaliamanatan dan
harus dicantumkan dalam kontrak perwaliamanatan sukuk.

Secara umum, forum penyelesaian perselisihan yang pertama kali dilakukan oleh para
pihak dalam kontrak perwaliamanatan sukuk adalah musyawarah secara mufakat.
Apabila tidak dapat diselesaikan secara musyawarah mufakat, maka perselisihan atau
perbedaan pendapat tersebut dapat diselesaikan melalui mekanisme pengadilan
agama atau melalui penyelesaian perselisihan di luar pengadilan, yaitu di lembaga
alternatif penyelesaian sengketa sektor jasa keuangan atau Badan Arbitrase Syariah
Nasional (BASN).

Semua hak dan kewajiban para pihak berdasarkan kontrak perwaliamanatan sukuk
akan terus berlaku selama proses pengadilan atau penyelesaian di luar pengadilan
tersebut.

Ketentuan Lain-lain

Di dalam kontrak perwaliamanatan sukuk, terdapat ketentuan-ketentuan dalam


pasal tambahan yang belum diatur pada pasal-pasal sebelumnya. Hal-hal yang
biasanya diatur dalam pasal ketentuan lain-lain di dalam kontrak perwaliamanatan
sukuk antara lain adalah:

62 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

1. Tugas dan kewajiban agen pembayaran


Kewajiban agen pembayaran yang wajib dimuat di dalam kontrak perwaliamanatan
sukuk antara lain adalah:
a. Memberitahukan kepada emiten dengan tembusan kepada wali amanat,
jumlah dana yang wajib dibayar oleh emiten untuk pembayaran imbal hasil
sukuk dan/atau nilai pokok sukuk sesuai dengan waktu yang telah disepakati
dalam kontrak perwaliamanatan sukuk;
b. Melaksanakan pembayaran imbal hasil sukuk dan/atau nilai pokok sukuk pada
tanggal pembayaran imbal hasil sukuk dan/atau tanggal pembayaran kembali
nilai pokok sukuk kepada para pemegang sukuk sesuai dengan jumlah dan
waktu yang telah disepakati dalam kontrak perwaliamanatan sukuk;
c. Bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pembayaran imbal hasil sukuk
dan/atau nilai pokok sukuk sesuai dengan waktu yang telah disepakati dalam
kontrak perwaliamanatan; dan
d. Menyampaikan laporan secara tertulis kepada wali amanat tentang pemenuhan
kewajiban emiten sesuai dengan kontrak perwaliamanatan paling lambat 2
hari kerja setelah dilakukannya setiap pembayaran.
2. Kewajiban penyampaian laporan wali amanat kepada OJK
a. Wali amanat wajib melaporkan kepada OJK paling lambat 2 hari kerja setelah
ditemukan adanya indikasi kelalaian emiten. Indikasi kelalaian emiten tersebut
harus diperoleh wali amanat dengan adanya bukti yang cukup menurut analisa
wali amanat.
b. Emiten wajib menyampaikan laporan penggantian wali amanat kepada OJK
paling lambat 2 hari kerja setelah diangkatnya wali amanat baru.
c. Wali amanat yang digantikan wajib menyampaikan laporan penggantian wali
amanat kepada OJK paling lambat 2 hari kerja setelah diangkatnya wali amanat
baru.

Pemberitahuan
Untuk keperluan korespondensi dalam rangka memenuhi hak dan/atau kewajiban
masing-masing pihak, di dalam kontrak perwaliamanatan sukuk harus mencantumkan
alamat para pihak dan/atau mekanisme pelaksanaan korepondensi yang dapat
diterima oleh para pihak yang terdapat dalam kontrak perwaliamanatan sukuk.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 63


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

E. Penjamin Emisi Efek dan Wali Amanat

Penjamin Emisi Efek

1. Peran Penjamin Emisi Efek


Dalam mendukung peran utamanya dalam menjamin penerbitan emisi sukuk,
terdapat peran strategis dari penjamin emisi sukuk yaitu:
a. Melakukan due diligence dari aspek keuangan, legal dan perusahaan, antara lain
dengan cara mengidentifikasi size perusahaan, mengecek siapa yang menjadi
auditor atas laporan keuangan, melakukan shadow rating, mengidentifikasi
jenis aset yang digunakan sebagai dasar penerbitan sukuk/underlying asset,
mengecek keabsahan kepemilikan aset yang mendasari/underlying asset sukuk
dan anggaran dasar perusahaan.
b. Memberikan rekomendasi, pendapat, dan usulan kepada perusahaan berkaitan
dengan tingkat imbal hasil dan jangka waktu yang memberikan hasil yang
maksimal bagi penerbit sukuk.
c. Menyusun indikasi jadwal penawaran umum dengan memperhatikan tata cara
pendaftaran yang merujuk pada peraturan OJK dan waktu (kapan) kebutuhan
dana penerbit.
d. Membantu penerbit sukuk dalam menyiapkan seluruh dokumen keperluan
emisi sukuk untuk mengajukan Pernyataan Pendaftaran kepada OJK,
Permohonan Pencatatan ke BEI dan KSEI, serta lembaga pemeringkat.
e. Bertindak sebagai koordinator dan bekerja sama dengan berbagai lembaga
profesi penunjang pasar modal dan/atau penasehat lain yang ditunjuk
oleh perusahaan, serta berpartisipasi aktif dalam berbagai rapat koordinasi
sehubungan dengan penyelesaian transaksi.
f. Membentuk sindikasi penjamin emisi sukuk yang akan berpartisipasi dan
membentuk penjaminan berupa full commitment maupun kombinasi dengan
best effort yang mempertimbangkan hasil penawaran awal.
g. Memberikan informasi dan masukan terkait kondisi pasar sukuk, termasuk
menjelaskan mengenai keadaan demand and supply, appetite calon-calon
investor, informasi terkait sukuk yang sudah dan akan diterbitkan oleh pesaing,
posisi kurva imbal hasil dan kisaran imbal hasil untuk pemeringkatan tertentu.

64 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

h. Melakukan kegiatan pemasaran atas sukuk, meliputi agenda public expose/


investor gathering (bersama dengan event organizer yang ditunjuk perusahaan)
termasuk jika diperlukan untuk melakukan one-on one meeting, dan roadshow
domestik kepada calon investor.
i. Membantu dalam penyusunan prospektus, prospektus ringkas dan serta
penyusunan materi presentasi kepada calon investor sukuk.
j. Melakukan monitoring pelaksanaan penawaran umum sampai dengan
perolehan dana serta pengawasan setelah seluruh dana masuk dalam
pembukuan penerbit sukuk.
k. Menyiapkan data-data dan dokumentasi yang diperlukan oleh kantor akuntan
publik dalam melakukan audit penjatahan.
l. Membuat laporan secara periodik selama penugasan dan melaksanakan weekly
call untuk koordinasi seluruh lembaga dan profesi penunjang.
2. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Oleh Penjamin Emisi Efek
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penjaminan emisi sukuk termasuk yang
membedakan dengan obligasi antara lain yaitu:
a. Dalam menyusun program penjualan dan distribusi emisi sukuk, maka pihak
yang menangani penjualan surat utang (debt capital market atau divisi fixed
income) harus menjangkau basis investor surat utang konvensional dan
investor syariah.
b. Pada penentuan struktur penawaran baik jumlah emisi sukuk, tenor, maupun
tingkat imbal hasil harus mempertimbangkan penawaran umum sukuk
atau surat utang lainnya (obligasi) yang memiliki kesamaan peringkat dan
kemiripan industri/sektor. Bila sukuk diterbitkan bersamaan dengan obligasi
maka penentuan imbal hasil sukuk ekuivalen atau sama dengan kupon pada
obligasi, termasuk denda maupun struktur jaminan.

Wali Amanat

Berdasarkan Pasal 51 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar


Modal dan POJK Nomor 19/POJK.04/2020 tentang Bank Umum yang Melakukan
Kegiatan sebagai Wali Amanat, wali amanat merupakan pihak yang mewakili
kepentingan pemegang efek bersifat utang dan/atau sukuk, baik di dalam maupun di

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 65


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

luar pengadilan. Bank umum yang melakukan kegiatan


sebagai wali amanat wajib terlebih dahulu terdaftar
di OJK.

Dalam penerbitan sukuk, wali amanat


menjalankan fungsinya sebagai lembaga
penunjang yang mewakili kepentingan
pemegang sukuk serta berada di antara emiten
dan investor/pemodal. Wali amanat sudah
mulai menjalankan tugasnya sejak dimulainya
proses persiapan penerbitan sukuk,
sampai dengan sukuk tersebut dilakukan
pembayaran kembali (pelunasan). Berikut
merupakan skema hubungan antara
emiten, wali amanat dan investor:

Gambar 4 Skema Hubungan antara Emiten, Wali Amanat dan Investor

1. Peran Wali Amanat


a. Tugas pokok dan tanggung jawab, kewajiban, serta larangan wali amanat
Wali amanat memiliki tugas pokok dan tanggung jawab dalam mewakili
kepentingan para pemegang sukuk yang mulai berlaku efektif pada saat sukuk
telah dialokasikan kepada pemodal. Tugas pokok dan tanggung jawab tersebut
antara lain yaitu:

66 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

1) Mewakili kepentingan para pemegang sukuk, baik di dalam maupun di luar


pengadilan, sesuai dengan kontrak perwaliamanatan sukuk, POJK terkait
dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2) Mengikatkan diri untuk melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawab
tersebut sejak menandatangani kontrak perwaliamanatan sukuk dengan
emiten;
3) Melaksanakan ketentuan berdasarkan kontrak perwaliamanatan sukuk
dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan kontrak perwaliamanatan
sukuk; dan
4) Memberikan semua keterangan atau informasi sehubungan dengan
pelaksanaan tugas perwaliamanatan kepada OJK.

Bank umum yang telah terdaftar sebagai wali amanat di OJK memiliki kewajiban
menyampaikan laporan kepada OJK antara lain sebagai berikut:
1) Laporan kegiatan, yang meliputi laporan tengah tahunan dan laporan
tahunan.
2) Laporan mengenai peristiwa penting yang menyangkut kegiatan
perwaliamanatan.
3) Laporan penggantian wali amanat disertai dengan alasan dan nama wali
amanat yang baru, dalam hal terjadi pergantian wali amanat
4) Laporan yang terkait dalam kontrak perwaliamanatan.
5) Laporan perubahan data dan informasi terkait pedoman operasional,
pejabat penanggungjawab dan tenaga ahli, atau petimbangan yang
bersifat teknis lainnya.

Selain kewajiban penyampaian laporan, bank umum yang melakukan


kegiatan sebagai wali amanat juga memiliki larangan yang berlaku sejak
penandatanganan kontrak perwaliamanatan sampai dengan berakhirnya
tugas sebagai wali amanat. Larangan bagi wali amanat dimaksud yaitu untuk:
1) Mempunyai hubungan afiliasi dengan emiten kecuali hubungan afiliasi
tersebut terjadi karena kepemilikan atau penyertaan modal oleh
pemerintah.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 67


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

2) Mempunyai hubungan kredit dan/atau pembiayaan dengan emiten dalam


jumlah lebih dari 25% dari jumlah sukuk yang diwaliamanati.
3) Menerima dan meminta pelunasan terlebih dahulu atas kewajiban emiten
kepada wali amanat selaku kreditur dalam hal emiten mengalami kesulitan
keuangan, sehingga tidak mampu memenuhi kewajibannya kepada
pemegang sukuk.
4) Merangkap sebagai penanggung dan/atau pemberi agunan/jaminan
dalam rangka penerbitan sukuk.

2. Kewajiban Wali Amanat dalam Kontrak Perwaliamanatan


a. Kewajiban wali amanat sebelum penandatanganan kontrak perwaliamanatan
sukuk (sebelum sukuk diterbitkan), yaitu:
1) Wali amanat wajib melakukan due dilligence terhadap emiten sebelum
penandatanganan kontrak perwaliamanatan, yang paling sedikit terdiri
dari penelaahan terhadap emiten (antara lain terkait peninjauan lapangan
atau inspeksi proyek yang didanai, jumlah dan jenis efek yang diterbitkan,
kemampuan keuangan emiten, risiko keuangan, hasil pemeringkatan, aset
yang menjadi dasar sukuk) dan penelaahan terhadap rancangan kontrak
perwaliamanatan sukuk.
2) Wali amanat wajib membuat dan menandatangani surat pernyataan
bermaterai cukup yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dengan kontrak perwaliamanatan, yang menyatakan bahwa
wali amanat telah melakukan due dilligence.
3) Wali amanat wajib membuat dan menandatangani kontrak
perwaliamanatan sukuk beserta perjanjian-perjanjian lain yang terkait
dalam setiap penerbitan sukuk sebagaimana diatur dalam POJK.
4) Wali amanat wajib melakukan pengikatan jaminan sukuk, dalam hal
penerbitan sukuk tersebut memberikan jaminan kepada pemegang sukuk.
5) Wali amanat bersama dengan profesi dan lembaga penunjang pasar modal
serta emiten mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan dalam
rangka pernyataan pendaftaran sukuk kepada OJK.

68 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

b. Kewajiban wali amanat setelah sukuk diterbitkan dan dijual kepada masyarakat
Tugas, fungsi dan kewajiban wali amanat sebagaimana telah ditetapkan dalam
kontrak perwaliamanatan sukuk, paling sedikit adalah:
1) Memantau perkembangan pengelolaan kegiatan emiten.
2) Mengawasi dan memantau pelaksanaan kewajiban emiten.
3) Melaksanakan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Sukuk sesuai
dengan tanggung jawabnya.
4) Mengawasi, melakukan inspeksi, dan mengadministrasikan harta yang
menjadi jaminan bagi pembayaran kewajiban kepada pemegang sukuk
(jika terdapat jaminan).
5) Memantau pembayaran yang dilakukan oleh emiten atau agen pembayaran
kepada pemegang sukuk.
6) Mengambil tindakan yang diperlukan apabila terjadi perubahan hasil
pemeringkatan sukuk.
7) Mengambil tindakan yang diperlukan apabila terjadi perubahan nilai atas
jaminan.
8) Mengambil tindakan yang diperlukan sesuai dengan ketentuan dalam
kontrak perwaliamanatan sukuk.
9) Memantau kondisi dan hal-hal yang dapat menyebabkan emiten
dinyatakan lalai atau default sebagaimana ketentuan yang diatur dalam
kontrak perwaliamanatan sukuk.
10) Memantau pemenuhan akad syariah dan pemenuhan aset yang menjadi
dasar sukuk tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah di pasar
modal.

3. Hal-hal yang Harus Diperhatikan oleh Wali Amanat


Dalam penyusunan kontrak perwaliamanatan sukuk, terdapat beberapa hal yang
harus menjadi perhatian bagi wali amanat, yaitu:
a. Perlu adanya kepastian hukum para pihak yang berkontrak termasuk
kewenangan dari masing-masing pihak yang mewakili untuk menandatangani
kontrak perwaliamanatan.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 69


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

b. Perlu adanya pengaturan secara tegas mengenai penggunaan dana hasil


emisi sukuk. Hal ini termasuk penempatan dana apabila dana tersebut belum
digunakan sesuai tujuannya serta langkah-langkah yang harus dilakukan
apabila terdapat perubahan penggunaan dana dari yang semula direncanakan
oleh emiten.
c. Perlu adanya pengaturan secara tegas mengenai tugas dan tanggung jawab
wali amanat yang dicantumkan dalam kontrak perwaliamanatan sukuk dengan
memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengaturan tersebut sangat diperlukan agar hak-hak para pemegang sukuk
dapat terlindungi.
d. Perlu adanya pengaturan secara jelas dan tegas mengenai pemberian kuasa
kepada wali amanat. Sejak tanggal emisi sukuk, setiap pemegang sukuk
langsung tunduk kepada kontrak perwaliamanatan sukuk dan menyetujui
untuk memberikan kuasa kepada wali amanat dalam menjalankan semua hak
pemegang sukuk tanpa ada pengecualiannya. Persetujuan tersebut diberikan
tanpa perlu adanya pemberian surat kuasa secara khusus yang baru dari
pemegang sukuk.
e. Perlu adanya pengaturan secara tegas dan jelas mengenai syarat-syarat sukuk
yang akan diterbitkan. Syarat-syarat sukuk tersebut menjadi kewajiban emiten
dan merupakan hak para pemegang sukuk. Syarat-syarat sukuk tersebut antara

70 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

lain nilai pokok sukuk yang diterbitkan, jangka waktu sukuk yaitu batas waktu
nilai pokok sukuk harus dilakukan pembayaran kembali oleh emiten, nilai
imbal hasil sukuk beserta tanggal pembayarannya, serta tata cara pelaksanaan
pembayarannya. Di samping itu harus diatur juga persyaratan perdagangan
sukuk yang harus tunduk pada peraturan BEI serta pengaturan mengenai bukti
kepemilikan sukuk oleh para pemegang sukuk.
f. Perlu dicantumkan secara tegas dan jelas mengenai pembatasan dan
kewajiban emiten sehubungan dengan penerbitan sukuk tersebut. Dengan
adanya pembatasan dan kewajiban tersebut, maka diharapkan pengelolaan
atau tindakan emiten dapat terjaga dan tidak merugikan kepentingan para
pemegang sukuk.
g. Perlu pengaturan secara tegas dan jelas mengenai kondisi atau keadaan
tertentu yang apabila dilanggar maka emiten dianggap lalai dan para
pemegang sukuk dapat memutuskan/menganggap emiten telah cidera janji,
sehingga dapat membuat kondisi sukuk menjadi jatuh tempo seketika apabila
tidak dilakukan perbaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan oleh
para pemegang sukuk.
h. Perlu secara tegas dan jelas dicantumkan apakah emiten memberikan
jaminan khusus atas harta kekayaannya sehingga sukuk tersebut bersifat
preferen dibandingkan dengan kreditur emiten lainnya. Apabila emiten tidak
memberikan jaminan khusus, maka sukuk tersebut tidak bersifat preferen,
dijamin dengan seluruh harta kekayaan emiten, diperjanjikan secara paripassu
dengan para kreditur lain yang tidak preferen.

4. Upaya Wali Amanat dalam Hal Emiten Gagal Bayar


Wali amanat adalah lembaga yang mewakili kepentingan para pemegang sukuk
dan salah satu tugasnya adalah memantau kewajiban emiten yang tercantum
dalam kontrak perwaliamanatan. Salah satu kewajiban yang harus dilakukan
oleh wali amanat adalah wali amanat harus melakukan pemantauan untuk
mengantisipasi kemungkinan adanya tindakan emiten yang akan berdampak
terhadap pelanggaran kewajiban dalam kontrak perwaliamanatan yang dapat
mengakibatkan sukuk dalam kondisi default.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 71


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

Hal-hal yang harus dilakukan oleh wali amanat untuk mengantisipasi agar emiten
tidak melakukan pelanggaran kewajiban dalam kontrak perwaliamanatan sukuk
adalah antara lain:
a. Memantau secara periodik atas kewajiban-kewajiban emiten yang tercantum
dalam kontrak perwaliamanatan, antara lain:
1) Kewajiban pembayaran kembali nilai pokok sukuk, pembayaran imbal hasil
sukuk, dan kewajiban-kewajiban pembayaran emiten lainnya.
2) Laporan-laporan emiten antara lain laporan keuangan emiten sehingga
dapat melihat rasio-rasio keuangan yang kemungkinan dilanggar oleh
emiten.
3) Laporan hasil pemeringkatan emiten sehingga dapat mengetahui naik
turunnya performa dari perusahaan emiten.
4) Laporan realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum sukuk sehingga
dapat mengetahui dana yang telah digunakan dan yang belum digunakan
oleh emiten.
5) Pemberian jaminan oleh emiten apabila dalam penerbitan sukuk tersebut
emiten memberikan jaminan khusus. Pemantauan atas jaminan tersebut
perlu dilakukan agar apabila terjadi sesuatu terhadap sukuk, maka jaminan
dapat dieksekusi dalam kondisi yang baik sesuai dengan persyaratan
jaminan pada kontrak perwaliamanatan sukuk.
6) Pemantauan terhadap kondisi yang dapat menyebabkan emiten dinyatakan
lalai/default sebagaimana yang diatur dalam kontrak perwaliamanatan
sukuk.
b. Apabila dalam pemantauan tersebut terdapat penyimpangan atau adanya
potensi penyimpangan dari ketentuan yang tercantum dalam kontrak
perwaliamanatan sukuk, maka wali amanat harus memberitahukan kepada
emiten agar penyimpangan tersebut dilakukan perbaikan sesuai jangka waktu
perbaikan (remedial period) sebagaimana yang telah ditetapkan dalam kontrak
perwaliamanatan sukuk. Atas penyimpangan tersebut, wali amanat wajib
memberitahukan kepada OJK.
c. Apabila dalam jangka waktu perbaikan (remedial period) emiten belum
melakukan perbaikan atas pelanggaran yang telah dilakukan, maka wali
amanat harus:

72 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum

1) Memberitahukan kepada para pemegang sukuk sesuai ketentuan yang


tercantum dalam kontrak perwaliamanatan sukuk, serta
2) Mengadakan Rapat Umum Pemegang Sukuk untuk meminta keputusan
para pemegang sukuk atas hal-hal yang telah dilanggar oleh emiten.
d. Wali amanat wajib melaksanakan keputusan Rapat Umum Pemegang Sukuk
apabila penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Sukuk tersebut tidak
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. Apabila pemegang sukuk dalam Rapat Umum Pemegang Sukuk tersebut
memutuskan sukuk menjadi jatuh tempo seketika (default), maka wali amanat
harus melakukan:
1) Menunjuk konsultan hukum (legal consultant) independen untuk
melakukan pengurusan permasalahan hukum sehubungan dengan sukuk
yang default tersebut.
2) Mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan.
3) Mengkoordinasikan pertemuan-pertemuan antara konsultan hukum
dengan pemegang sukuk.
4) Menerima hasil eksekusi jaminan/aset emiten (apabila ada).
5) Memantau pembayaran hasil eksekusi jaminan aset emiten kepada
pemegang sukuk.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 73


Halaman ini sengaja dikosongkan.
SUKUK
TANPA
MELALUI
PENAWARAN
UMUM

2
79 Proses Penerbitan Sukuk Tanpa Melalui
Penawaran Umum
84 Penerbitan Secara Bertahap Sukuk Tanpa
Melalui Penawaran Umum
86 Penata Laksana Penerbitan dan Agen
Pemantau

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 75


BAB II Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum

S
elain melalui penawaran umum, sukuk juga dapat diterbitkan tanpa melalui
penawaran umum. Pada penerbitan sukuk tanpa melalui penawaran umum,
proses penerbitannya relatif lebih sederhana, lebih cepat dan para pihak yang
terlibat tidak sebanyak seperti halnya di penawaran umum. Di samping itu penerbit
yang memilih penerbitan sukuk dilakukan tanpa melalui penawaran umum pada
umumnya telah memiliki satu atau lebih investor potensial yang berminat dengan
instrumen yang akan diterbitkan.

Sebelum adanya pengaturan di OJK, instrumen ini dikenal dengan nama Medium
Term Notes (MTN) syariah dan sifatnya bilateral dari sekumpulan investor langsung
bertransaksi dengan penerbit MTN syariah tanpa melakukan pernyataan pendaftaran.
Saat ini, penerbitan sukuk tanpa melalui penawaran umum telah diatur pada POJK
Nomor 30/POJK.04/2019 tentang Penerbitan Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk yang
Dilakukan Tanpa Melalui Penawaran Umum. Berdasarkan karakteristik yang dimiliki,
terdapat perbedaan antara sukuk tanpa melalui penawaran umum dan sukuk melalui
penawaran umum sebagai berikut:

Tabel 8 Perbedaan Karakteristik Antara Sukuk Tanpa Melalui Penawaran


Umum dan Sukuk Melalui Penawaran Umum

Sukuk Tanpa Melalui Sukuk Melalui


Aspek
Penawaran Umum Penawaran Umum
• Penerbit • Emiten
• Penata laksana Para pihak • Penjamin emisi efek
• Agen pemantau • Wali amanat
Investor umum, kecuali untuk
penawaran umum sukuk yang
Pemodal profesional Investor
ditawarkan kepada pemodal
profesional
Melalui proses pernyataan
Maksimal 30 hari sejak dokumen Batasan
pendaftaran ke OJK, pra-efektif,
penerbitan disampaikan ke OJK penerbitan
dan surat efektif
Wajib diperingkat jika: Wajib diperingkat (kecuali
a. tidak memiliki jaminan; atau Pemeringkatan penawaran sukuk kepada
b. penerbit selain emiten/ sukuk pemodal profesional yang tidak
perusahaan publik dilakukan secara bertahap)

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 77


BAB II Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum

Berdasarkan POJK Nomor 30/POJK.04/2019 tentang Penerbitan Efek Bersifat Utang


dan/atau Sukuk yang Dilakukan Tanpa Melalui Penawaran Umum, terdapat beberapa
ketentuan yang wajib dipenuhi sebagai berikut:
1. Kriteria sukuk tanpa penawaran umum
a. Memiliki jatuh tempo lebih dari 1 tahun atau tidak lebih dari 1 tahun yang tidak
diawasi oleh otoritas lain, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) memiliki jatuh tempo lebih dari 1 tahun, yang nilai penerbitannya paling
sedikit Rp1 miliar atau kurang dari Rp1 miliar yang penerbitannya dilakukan
beberapa kali sehingga dalam jangka waktu 1 tahun mencapai nilai paling
sedikit Rp1 miliar; atau
2) memiliki jatuh tempo tidak lebih dari 1 tahun yang tidak diawasi oleh
otoritas lain, yang nilai penerbitannya paling sedikit Rp1 miliar atau kurang
dari Rp1 miliar yang penerbitannya dilakukan beberapa kali sehingga
dalam jangka waktu 1 tahun mencapai nilai paling sedikit Rp1 miliar.
b. Diperingkat atau dijamin/ditanggung dengan jaminan/penanggungan senilai
paling sedikit 100% dari nilai nominal sukuk tanpa penawaran umum, jika
diterbitkan oleh pihak selain emiten atau perusahaan publik.
c. Memiliki satuan pemindahbukuan paling sedikit Rp25.000.000,00 (dua puluh
lima juta rupiah) atau kelipatannya, dan jumlah pemegang sukuk tanpa
penawaran umum tidak lebih dari 49 pihak.
2. Penerbit sukuk tanpa penawaran umum wajib merupakan emiten atau perusahaan
publik; badan usaha atau badan hukum di Indonesia; lembaga supranasional;
atau Kontrak Investasi Kolektif yang dapat
menerbitkan sukuk.
Pada praktiknya
3. Pihak yang membeli sukuk tanpa penawaran emiten yang
umum wajib memenuhi kriteria sebagai menerbitkan sukuk
pemodal profesional. Pemodal profesional tanpa penawaran
merupakan pihak yang memiliki kemampuan umum sebagian besar
untuk membeli efek dan melakukan analisis menggunakan penata
risiko terhadap investasi atas efek. laksana dan agen
4. Penerbitan sukuk tanpa penawaran umum wajib pemantau.
menggunakan penata laksana penerbitan dan
agen pemantau, kecuali sukuk tanpa penawaran

78 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB II Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum

umum diterbitkan oleh emiten atau perusahaan publik, Kontrak Investasi Kolektif,
atau pihak lain yang menerbitkan sukuk tanpa penawaran umum hanya kepada
reksa dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif penyertaan terbatas.

A. Proses Penerbitan Sukuk Tanpa Melalui Penawaran


Umum

Proses penerbitan sukuk tanpa melalui penawaran umum relatif lebih sederhana
dan ringkas jika dibandingkan dengan proses penerbitan sukuk melalui penawaran
umum, sehingga proses secara keseluruhan dapat dilakukan lebih cepat.

Meskipun penggunaan penata laksana penerbitan dan agen pemantau tidak


diwajibkan untuk penerbit yang merupakan emiten, namun pada praktiknya emiten
yang menerbitkan sukuk tanpa penawaran umum sebagian besar menggunakan
penata laksana dan agen pemantau. Oleh karena itu pada pembahasan di bawah ini
diasumsikan menggunakan penata laksana dan agen pemantau.

Rangkaian proses penerbitan sukuk tanpa penawaran umum dapat dilakukan melalui
tahapan antara lain sebagai berikut:

Persiapan Penerbitan Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum

Meskipun dalam penerbitan sukuk tanpa penawaran umum tidak memerlukan


surat efektif dari OJK, namun perusahaan maupun pihak terkait lainnya juga perlu
melakukan persiapan penerbitan yang antara lain melalui tahapan berikut:

Gambar 5 Alur proses persiapan penerbitan sukuk

Gambar 5 di atas merupakan ilustrasi secara umum mengenai tahapan proses


persiapan dalam penerbitan sukuk tanpa penawaran umum. Pada praktiknya, masing-
masing perusahaan dimungkinkan untuk menerapkan tahapan proses yang berbeda
dengan alur tersebut. Berikut adalah penjelasan masing-masing tahapan tersebut.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 79


BAB II Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum

1. Membentuk tim internal dari perusahaan


Tim internal dimaksud akan fokus pada lingkup pekerjaan sebagai berikut:
a. Pemenuhan dokumen ke Lembaga Pemeringkat, seperti laporan keuangan
tahunan audited, laporan keuangan interim, laporan manajemen, data
operasional, proyeksi keuangan dalam 5 tahun kedepan beserta asumsi.
b. Pemenuhan dokumen registrasi ke KSEI dan dokumen penerbitan ke OJK.
c. Penyusunan memorandum informasi.
2. Melakukan uji tuntas
Penata laksana melakukan uji tuntas awal dengan mengumpulkan informasi yang
tersedia di publik seperti laporan tahunan perseroan, company profile, termasuk
meminta presentasi dari manajemen penerbit terkait kondisi terkini dan terbaru.

Berikut daftar dokumen yang diperlukan untuk uji tuntas pada sukuk tanpa
penawaran umum:

Tabel 9 Daftar Dokumen Uji Tuntas Pada Sukuk


Tanpa Melalui Penawaran Umum

No Daftar Dokumen Uji Tuntas

1 Akta pendirian
2 Anggaran dasar dan perubahan terakhir
3 Akta pengurus perusahaan terakhir
4 Akta susunan pemegang saham terakhir
5 KTP pengurus perusahaan
Persetujuan komisaris dan/atau RUPS yang dilegalisir atas penerbitan sukuk tanpa
6
penawaran umum (bila dipersyaratkan dalam anggaran dasar perusahaan)
7 Persetujuan kreditur (bila dipersyaratkan oleh kreditur)
8 Daftar perkara material yang sedang dihadapi perusahaan (jika ada)
9 Surat Ijin Usaha Perusahaan
10 Tanda Daftar Perusahaan
11 Surat keterangan domisili perusahaan

80 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB II Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum

No Daftar Dokumen Uji Tuntas

12 Perjanjian kredit perusahaan (jika ada)


Serta dokumen terkait lainnya, sesuai dengan proses due diligence dari penata
13
laksana
14 Company profile yang mencakup data operasional dan keuangan perusahaan
15 Laporan keuangan audit 2 tahun terakhir

Penata laksana menyusun profil perusahaan, kegiatan usaha, performa keuangan,


struktur permodalan, key investment highlight, rencana kedepan, tujuan
penggunaan dana sukuk, maupun aset yang akan menjadi dasar penerbitan
sukuk. Pada tahapan uji tuntas ini penata laksana, agen pemantau maupun tim
ahli syariah dapat memetakan isu-isu signifikan yang memerlukan atensi atau
mitigasi termasuk hal-hal yang dapat menghambat proses penerbitan sukuk.

3. Persiapan dan pembahasan struktur awal skema akad sukuk, yaitu:


a. Menyusun indikasi awal struktur penerbitan sukuk meliputi nilai emisi, tenor,
indikasi peringkat, jaminan (collateral) dan tujuan penggunaan dana.
b. Indentifikasi aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk atau yang akan menjadi
objek akad sukuk.
c. Mengkonstruksi akad-akad yang dapat digunakan beserta skema akad apakah
berbasis fixed asset yang memiliki manfaat yang dapat dialihkan (ijarah), atau
akad berbasis kerjasama bagi hasil kegiatan usaha (mudharabah), atau akad
dengan basis pengelolaan investasi (wakalah), atau menggunakan akad
lainnya.
4. Penyusunan jadwal pelaksanaan
Penata laksana menyusun jadwal pelaksanaan untuk memudahkan koordinasi
dan supervisi masing-masing pekerjaan selesai sesuai dengan tenggat waktu
dan menjadi panduan bagi seluruh pihak pada saat evaluasi mingguan (weekly
update).

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 81


BAB II Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum

Dalam penyusunan jadwal tersebut sebaiknya juga mempertimbangkan kegiatan


registrasi/pendaftaran sebagai berikut:
a. Penggunaan tahun buku laporan keuangan audited.
b. Proses pemeringkatan (Proses pemeringkatan sukuk tanpa melalui penawaran
umum relatif sama dengan proses pemeringkatan sukuk melalui penawaran
umum, baik dari proses, dokumen yang dibutuhkan dan peringkat yang
dihasilkan)
c. Perolehan persetujuan dari kreditur/RUPS/komisaris
d. Proses uji tuntas
e. Pembahasan draf dokumen transaksi maupun perjanjian-perjanjian di antara
para pihak
f. Proses registrasi ke KSEI dan perolehan reviu dari KSEI
g. Periode penawaran awal
h. Penandatanganan dokumen transaksi maupun perjanjian-perjanjian
i. Penyampaian memorandum informasi ke OJK
j. Registrasi distribusi ke KSEI dan transfer dana hasil penerbitan sukuk
k. Penyampaian laporan hasil penerbitan sukuk dari penata laksana ke OJK

Prosedur Penerbitan Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum

Perusahaan bersama-sama dengan penata laksana dan agen pemantau


mempersiapkan dokumen yang dibutuhkan dalam rangka registrasi ke KSEI dan
menyampaikan dokumen penerbitan ke OJK sebagai berikut:

1. Dokumen registrasi ke KSEI


Berikut merupakan daftar dokumen yang diperlukan:
a. Surat permohonan pendaftaran;
b. Form pendaftaran;
c. Surat kuasa dan speciment;
d. Perjanjian penerbitan;
e. Info memo;

82 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB II Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum

f. Scan bukti surat izin OJK terkait penatalaksana telah terdaftar sebagai penjamin
emisi efek di OJK; dan
g. Email mengenai pernyataan kebenaran terkait data soft file dan dokumen fisik.

2. Dokumen penerbitan ke OJK


Berikut merupakan daftar dokumen yang diperlukan:
a. Surat permohonan pendaftaran;
b. Form pendaftaran;
c. Surat kuasa dan speciment;
d. Perjanjian penerbitan;
e. Memorandum informasi;
f. Scan bukti surat izin OJK terkait penata laksana telah terdaftar sebagai penjamin
emisi efek di OJK; dan
g. Email mengenai pernyataan kebenaran terkait data soft file dan dokumen fisik.

Memorandum informasi wajib memuat informasi paling sedikit mengenai:


a. Tanggal penerbitan atau tanggal distribusi sukuk tanpa penawaran umum;
b. Pernyataan dalam rangka penerbitan sukuk tanpa penawaran umum;
c. Informasi mengenai penerbit;
d. Informasi mengenai perusahaan sponsor dalam hal penerbit merupakan
badan hukum baru yang dibentuk perusahaan sponsor untuk menerbitkan
sukuk tanpa penawaran umum. Perusahaan sponsor merupakan perusahaan
yang membentuk badan hukum baru dengan tujuan menerbitkan sukuk tanpa
penawaran umum untuk proyek tertentu;
e. Informasi mengenai penerbitan sukuk tanpa penawaran umum;
f. Penggunaan dana yang diperoleh dari hasil penerbitan sukuk tanpa penawaran
umum;
g. Ikhtisar data keuangan penting;
h. Analisis dan pembahasan oleh manajemen;
i. Faktor risiko;
j. Pihak yang terlibat dalam penerbitan sukuk tanpa penawaran umum; dan
k. Tata cara pemesanan sukuk tanpa penawaran umum.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 83


BAB II Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum

Setelah penerbitan sukuk tanpa penawaran umum, penerbit wajib menyampaikan


laporan hasil penerbitan sukuk tanpa penawaran umum kepada OJK paling lambat 5
hari kerja setelah penerbitan.

Hal-hal Lain yang Harus Diperhatikan dalam Penerbitan Sukuk


Tanpa Melalui Penawaran Umum

1. Penerbit selain menunjuk penata laksana dan agen pemantau juga dapat menunjuk
lembaga pemeringkat yang terdaftar di OJK lebih awal untuk melakukan proses
pemeringkatan, karena dalam penerbitan sukuk tanpa melalui penawaran umum
wajib diperingkat (kecuali memberikan jaminan 100% dari nilai nominal sukuk
atau penerbit adalah perusahaan publik atau emiten).
2. Telah tercapai kesepakatan awal struktur penerbitan sukuk dengan beberapa
potensial investor mencakup jumlah emisi, tenor, tingkat imbal hasil, jaminan
maupun hal-hal lain pada struktur awal sukuk.
3. Jumlah emisi sukuk biasanya tidak terlalu besar sehingga yang lebih diperlukan
kecepatan, kesederhanaan proses dan ketepatan waktu kapan dana hasil
penawaran sukuk bisa diperoleh perseroan.
4. Satuan perdagangan pada sukuk tanpa melalui penawaran umum agar
mempertimbangkan jumlah investornya sehingga tidak lebih dari 49 pihak. Hal
ini agar satuan perdagangannya tidak lebih kecil dari nilai emisi sukuk tanpa
melalui penawaran umum dibagi 49.

B. Penerbitan Secara Bertahap Sukuk Tanpa


Melalui Penawaran Umum

Ketentuan Penerbitan Bertahap


Sebagaimana halnya dengan sukuk melalui penawaran umum, sukuk yang diterbitkan
tanpa melalui penawaran umum juga dapat dilakukan melalui penerbitan bertahap.
Penerbitan bertahap sukuk dapat dilaksanakan dalam periode 2 tahun dengan
ketentuan pemberitahuan pelaksanaan penerbitan bertahap terakhir disampaikan
kepada OJK paling lambat pada ulang tahun kedua sejak penyampaian dokumen
penerbitan sukuk tanpa penawaran umum tahap pertama kepada OJK.

84 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB II Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum

Dalam hal dilakukan pemeringkatan, sukuk tanpa penawaran umum ini wajib
memperoleh peringkat yang mencakup keseluruhan nilai penerbitan bertahap.

Informasi Tambahan Penerbitan Bertahap

Dalam penerbitan bertahap sukuk tanpa penawaran umum di tahap kedua dan tahap
selanjutnya, terdapat informasi tambahan atas memorandum informasi yang wajib
disampaikan kepada OJK paling lambat 1 hari kerja sebelum penerbitan tahap kedua
dan tahap selanjutnya. Informasi tambahan atas memorandum informasi tersebut
wajib memuat informasi paling sedikit mengenai:
1. Jumlah dana yang telah dihimpun dalam penerbitan bertahap sukuk tanpa
penawaran umum;
2. Jumlah sukuk tanpa penawaran umum yang akan diterbitkan;
3. Tingkat imbal hasil;
4. Hasil pemeringkatan atas sukuk tanpa penawaran umum atau perubahan hasil
pemeringkatan atas sukuk tanpa penawaran umum (jika penerbitan tahap
pertama diperingkat dan terdapat perubahan hasil pemeringkatan atas sukuk);
5. Perkiraan tanggal penerbitan sukuk tanpa penawaran umum;
6. Rencana Penggunaan Dana;
7. Ikhtisar data keuangan penting untuk laporan keuangan terkini yang dibandingkan
dengan periode yang sama tahun sebelumnya;
8. Pernyataan penerbit bahwa seluruh informasi dan fakta penting telah diungkapkan
dan informasi atau fakta penting tersebut tidak menyesatkan;
9. Pernyataan dalam huruf cetak tebal sebagai berikut: “PENERBITAN EBUS TANPA
PENAWARAN UMUM INI MERUPAKAN PENERBITAN EBUS TANPA PENAWARAN
UMUM TAHAP KE-… DARI PENERBITAN BERTAHAP YANG TELAH DILAPORKAN
KEPADA OTORITAS JASA KEUANGAN PADA TANGGAL...”;
10. Informasi mengenai kewajiban keuangan penerbit sukuk tanpa penawaran umum
yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu 3 bulan ke depan disertai dengan
keterangan mengenai cara pemenuhan kewajiban keuangan dimaksud; dan
11. Perubahan dan/atau tambahan informasi atas memorandum informasi dalam
rangka penerbitan bertahap sukuk tanpa penawaran umum tahap sebelumnya
yang sudah diterbitkan, jika terdapat perubahan dan/atau tambahan informasi.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 85


BAB II Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum

C. Penata Laksana Penerbitan dan Agen Pemantau

Penata Laksana Penerbitan


Penata laksana penerbitan merupakan pihak yang membantu penerbit dalam
proses penerbitan sukuk tanpa penawaran umum. Penata laksana wajib merupakan
perusahaan efek yang terdaftar dan memiliki izin kegiatan usaha sebagai penjamin
emisi dari OJK.

Penerbitan sukuk tanpa penawaran umum wajib menggunakan penata laksana


penerbitan, kecuali sukuk tersebut diterbitkan oleh:
1. Emiten atau perusahaan publik;
2. Kontrak Investasi Kolektif; atau
3. Pihak lain yang menerbitkan sukuk tanpa penawaran umum hanya kepada reksa
dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif penyertaan terbatas.

Penata laksana penerbitan wajib melaksanakan tugas antara lain:


1. Membantu penerbit dalam proses penerbitan sukuk tanpa penawaran umum;
dan
2. Memastikan bahwa pemodal profesional yang akan membeli sukuk tanpa
penawaran umum telah membaca memorandum informasi dan/atau dokumen
lainnya yang berkaitan dengan keterbukaan informasi sebelum menyatakan
pemesanan.
a. Peran Penata Laksana Penerbitan
Berikut merupakan peran strategis dari penata laksana penerbitan:
1) Melakukan uji tuntas atas aspek usaha kondisi keuangan, risiko dan hukum.
Khususnya pada jaminan dilakukan identifikasi awal aspek legalitas,
status jaminan dalam kondisi clear and clean, bisa dialihkan dan memiliki
kecukupan nilai. Tidak terdapat perkara hukum material yang sedang
dihadapi penerbit, pengurus maupun pemegang saham yang sedang
berjalan.
2) Membantu dan memonitor penerbit dalam proses pemeringkatan.

86 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB II Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum

3) Memberikan rekomendasi, pendapat dan usulan kepada penerbit berkaitan


dengan tingkat imbal hasil, jangka waktu, jaminan dan skema akad sukuk
yang memberikan hasil paling maksimal bagi penerbit maupun bagi calon
investor.
4) Menyusun indikasi jadwal dengan memperhatikan tata cara penerbitan
yang merujuk pada peraturan OJK, kecukupan waktu untuk kegiatan
marketing dan waktu kebutuhan dana penerbit.
5) Penyusunan memorandum informasi merujuk pada POJK 30/POJK.04/2019.
6) Menyusun teaser untuk keperluan marketing awal yang berisi profil
penerbit, struktur sukuk, jadwal penting, ikhtisar data keuangan penting
dan analisis keuangan singkat.
7) Melakukan kegiatan pemasaran meliputi agenda investor gathering,
one-on one meeting, dan roadshow domestik kepada para pemodal
profesional, termasuk penyampaian teaser sekaligus pengumpulan data
potensial investor (pemodal profesional yang memenuhi syarat POJK 11/
POJK.04/2018) memiliki minat dengan sukuk penerbit, baik kesesuaian
tingkat imbal hasil, risiko dan karakter dari sukuk yang dilakukan tanpa
melalui penawaran umum.
8) Memastikan pemodal profesional telah memperoleh kecukupan informasi
dan membaca memorandum informasi dan/atau dokumen lainnya
yang berkaitan dengan keterbukaan informasi sebelum menyampaikan
pemesanan.
9) Membantu penerbit dalam proses penerbitan emisi sukuk tanpa penawaran
umum termasuk menyiapkan penyampaian dokumen sukuk kepada OJK
dan KSEI.
10) Bertindak sebagai koordinator dan bekerja sama dengan Lembaga
Pemeringkat, agen pemantau, notaris serta berpartisipasi aktif dalam
berbagai rapat koordinasi sehubungan dengan penyelesaian transaksi.
11) Memberikan informasi dan masukan terkait kondisi pasar sukuk termasuk
menjelaskan mengenai keadaan demand and supply, appetite para pemodal
profesional termasuk kisaran imbal hasil untuk rating tertentu.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 87


BAB II Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum

12) Melakukan monitoring pelaksanaan penawaran umum sampai dengan


perolehan dana serta pengawasan setelah seluruh dana masuk dalam
pembukuan penerbit sukuk.
b. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan oleh Penata Laksana Penerbitan
1) Penerbitan efek tanpa melalui penawaran umum memiliki risiko lebih tinggi
dibandingkan penerbitan efek yang melalui penawaran umum, termasuk
sukuk. Oleh karena itu penata laksana perlu memastikan kelayakan penerbit
(saat proses uji tuntas) secara lebih mendalam.
2) Penata laksana harus memiliki kemampuan dalam mencari pemodal
profesional yang sesuai dengan kriteria, yang antara lain dibuktikan
dengan menandatangani surat pernyataan sebagai pemodal profesional.
Selain itu, penata laksana juga wajib memastikan bahwa pihak investor
sukuk jumlahnya tidak lebih dari 49 pihak.
3) Penata laksana dapat mengusulkan tambahan ruang lingkup kepada agen
pemantau untuk memonitoring secara berkala, dengan meminta kepada
penerbit berupa company update secara berkala. Hal ini untuk memitigasi
jika terjadi risiko lebih awal.

Agen Pemantau

Sesuai POJK No. 30/POJK.04/2019 tentang Penerbitan


Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk yang Dilakukan Tanpa
Melalui Penawaran Umum, agen pemantau adalah pihak
yang melakukan pemantauan atas kewajiban penerbit
sukuk tanpa penawaran umum, sejak penerbitan sukuk
sampai dengan sukuk tersebut dilakukan pembayaran
kembali pada tanggal jatuh tempo (pelunasan). Agen
pemantau wajib merupakan pihak yang telah terdaftar
sebagai wali amanat di OJK.

Sukuk yang diterbitkan tanpa melalui penawaran umum


diwajibkan untuk menggunakan agen pemantau, kecuali
sukuk tersebut diterbitkan oleh:

88 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB II Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum

1. Emiten atau perusahaan publik;


2. Kontrak Investasi Kolektif; atau
3. Pihak lain (badan usaha atau badan hukum di Indonesia selain emiten atau
perusahaan publik) yang menerbitkan sukuk tanpa penawaran umum hanya
kepada reksa dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif penyertaan terbatas.
(Misalnya, sukuk yang diterbitkan untuk menjadi portofolio atau dasar dari
penerbitan reksa dana penyertaan terbatas).
Dalam melakukan kegiatan pemantauan sukuk tanpa penawaran umum, agen
pemantau wajib bertindak independen dan agen pemantau dilarang untuk:
1. Mempunyai hubungan afiliasi dengan penerbit kecuali hubungan afiliasi tersebut
terjadi karena kepemilikan atau penyertaan modal pemerintah.
2. Menerima dan meminta pelunasan terlebih dahulu atas kewajiban penerbit
kepada agen pemantau selaku kreditur dalam hal penerbit mengalami kesulitan
keuangan, berdasarkan pertimbangan agen pemantau, sehingga tidak mampu
memenuhi kewajibannya kepada pemegang sukuk tanpa melalui penawaran
umum.

3. Merangkap menjadi penanggung dan/atau pemberi agunan dalam penerbitan


sukuk tanpa penawaran umum, dan/atau kewajiban penerbit.
Perbedaan antara Agen Pemantau dan Wali Amanat antara lain adalah:

Tabel 10 Perbedaan Antara Agen Pemantau dan Wali Amanat

No. Agen pemantau Wali amanat

1. Diatur dalam POJK No. 30/POJK.04/2019 Diatur dalam POJK No. 19/POJK.04/2020
dan POJK No. 20/POJK.04/2020

2. Tugas pokok agen pemantau adalah Tugas pokok wali amanat antara lain
melakukan pemantauan atas kewajiban mewakili kepentingan para pemegang
penerbit sukuk tanpa penawaran umum sukuk, baik di dalam maupun di
sejak sukuk tanpa penawaran umum luar pengadilan, atas dasar kontrak
diterbitkan sampai dengan dibayar perwaliamanatan, sejak sukuk
kembali pada tanggal jatuh tempo. diterbitkan sampai dengan dibayar
kembali pada tanggal jatuh tempo.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 89


BAB II Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum

No. Agen pemantau Wali amanat

3. Pembuatan perjanjian merupakan Pembuatan kontrak perwaliamanatan


kesepakatan antara penerbit dengan sukuk diatur dalam POJK No. 20/
pemegang sukuk (pemodal profesional), POJK.04/2020, sehingga tugas wali
sehingga tugas agen pemantau adalah amanat memantau pembuatan isi
memantau hal-hal yang disepakati oleh kontrak perwaliamanatan tersebut agar
penerbit dan pemegang sukuk tanpa sesuai dengan ketentuan perundang-
penawaran umum dalam perjanjian undangan yang berlaku. Selain itu wali
tersebut, antara lain kewajiban penerbit amanat juga bertugas memantau isi
yang menjadi hak para pemegang sukuk kontrak yang telah disepakati tersebut,
tanpa penawaran umum. antara lain kewajiban emiten yang
menjadi hak para pemegang sukuk.
4. Ketika Rapat Umum Pemegang Sukuk Sesuai ketentuan dalam perundang-
tanpa penawaran umum memutuskan undangan dan POJK yang berlaku, wali
sukuk menjadi jatuh tempo seketika amanat merupakan pihak yang mewakili
(default), maka pihak yang mewakili pemegang sukuk baik di dalam maupun
pemegang sukuk pada proses di luar pengadilan.
penyelesaian sukuk default di pengadilan
Ketika Rapat Umum Pemegang
dapat diwakili oleh agen pemantau
Sukuk memutuskan sukuk menjadi
atau pemegang sukuk atau pihak
jatuh tempo seketika (default), pada
ketiga lainnya, yang penunjukkannya
proses penyelesaian sukuk default di
berdasarkan hasil keputusan Rapat
pengadilan diwakili oleh wali amanat
Umum Pemegang Sukuk.
selaku wakil dari para pemegang sukuk,
Oleh karena itu agen pemantau belum sesuai dengan ketentuan di dalam
pasti menjadi wakil investor terkait kontrak perwaliamanatan sukuk.
penyelesaian sukuk default.

1. Peran Agen Pemantau


Lembaga yang bertindak sebagai agen pemantau dalam penerbitan sukuk tanpa
penawaran umum wajib melaksanakan tugas paling sedikit:
a. Memantau pelaksanaan kewajiban penerbit berdasarkan perjanjian yang
berkaitan dengan kepentingan pemegang sukuk sesuai dengan syarat dan
ketentuan mengenai penerbitan sukuk tanpa penawaran umum. Perjanjian

90 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB II Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum

tersebut harus dipatuhi/ditaati untuk dilaksanakan oleh penerbit yang


menjadi hak pemegang sukuk tanpa penawaran umum, sehingga di dalam
pembuatan perjanjian tersebut harus dicantumkan hak dan kewajiban penerbit
sebagaimana yang telah disepakati oleh para pihak dengan memperhatikan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
b. Memberitahukan kepada pemegang sukuk tanpa penawaran umum setelah
agen pemantau mengetahui bahwa:
1) Penerbit telah lalai atau melanggar ketentuan yang tercantum dalam
perjanjian yang dibuat, termasuk berlanjutnya suatu peristiwa kelalaian;
dan/atau
2) Terjadi keadaan yang dapat membahayakan kepentingan pemegang sukuk
tanpa penawaran umum dimana penerbit dianggap tidak mampu lagi
melaksanakan kewajibannya kepada pemegang sukuk tanpa penawaran
umum, atau tidak mampu lagi mengurus atau menguasai sebagian
besar atau seluruh harta kekayaannya sehingga secara material memiliki
pengaruh negatif terhadap jalannya usaha penerbit.
Hal-hal tersebut pada pelaksanaannya semuanya akan diatur dalam perjanjian
yang dibuat sehubungan dengan penerbitan sukuk tanpa penawaran umum.
Kondisi pelanggaran penerbit atau untuk menentukan kondisi penerbit yang
dapat membahayakan kepentingan pemegang sukuk tanpa penawaran
umum, harus dilakukan penelaahan secara mendalam oleh agen pemantau
disertai dengan bukti-bukti yang dapat diterima secara umum.

c. Menganalisa dan memantau secara berkala perkembangan pengelolaan usaha


penerbit berdasarkan laporan keuangan atau informasi lain yang berkaitan
dengan bidang usaha penerbit yang disampaikan oleh penerbit kepada agen
pemantau.
Dengan adanya kewajiban menganalisa dan memantau secara berkala
perkembangan pengelolaan usaha penerbit tersebut, maka di dalam perjanjian
yang dibuat sehubungan dengan penerbitan sukuk tanpa penawaran umum,
harus diatur secara jelas kewajiban penerbit untuk menyerahkan secara
berkala mengenai dokumen-dokumen yang berkaitan dengan perkembangan
pengelolaan usaha penerbit. Dokumen tersebut antara lain laporan keuangan
dan informasi-informasi peristiwa penting lain.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 91


BAB II Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum

d. Memberikan semua keterangan jika diminta oleh Lembaga Penyimpanan dan


Penyelesaian (KSEI) selaku agen pembayaran dan Rapat Umum Pemegang
Sukuk tanpa penawaran umum, mengenai pelaksanaan tugas yang telah
dilakukan oleh Agen Pemantau.
e. Menyampaikan laporan kepada OJK paling lambat 2 hari kerja setelah agen
pemantau mengetahui kondisi-kondisi tertentu (informasi material). Kondisi
yang harus dilaporkan oleh agen pemantau tersebut antara lain adalah:
1) Penerbit sukuk tanpa penawaran umum yang bukan merupakan emiten,
perusahaan publik, Kontrak Investasi Kolektif atau pihak yang menerbitkan
sukuk tanpa penawaran umum hanya kepada reksa dana berbentuk
Kontrak Investasi Kolektif penyertaan terbatas, telah lalai atau melanggar
ketentuan yang tercantum dalam perjanjian termasuk berlanjutnya suatu
peristiwa kelalaian; dan/atau
2) Terjadi keadaan yang dapat membahayakan kepentingan pemegang
sukuk tanpa penawaran umum dimana berdasarkan bukti yang diterima
dan berlaku secara umum, penerbit yang bukan merupakan emiten,
perusahaan publik, atau Kontrak Investasi Kolektif:
a) Dianggap tidak mampu lagi melaksanakan kewajibannya kepada
pemegang sukuk tanpa penawaran umum; atau
b) Tidak mampu lagi mengurus atau menguasai sebagian besar atau
seluruh harta kekayaaannya sehingga secara material memiliki
pengaruh negatif terhadap jalannya kegiatan usahanya.

Dalam melaksanakan tugas selaku agen pemantau tersebut, pada dasarnya hal-
hal yang dilakukan oleh agen pemantau hampir sama dengan tugas dan kegiatan
yang dilakukan oleh wali amanat. Berikut beberapa detail
tugas agen pemantau baik sebelum maupun sesudah
sukuk tanpa penawaran umum diterbitkan:
a. Tahap sebelum sukuk tanpa penawaran umum
diterbitkan
1) Agen pemantau melakukan penelaahan terhadap
penerbit sebelum penandatanganan perjanjian
sehubungan dengan penerbitan sukuk tanpa
penawaran umum, antara lain:

92 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB II Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum

a) Menelaah jumlah dan jenis akad sukuk yang akan diterbitkan.


b) Menelaah kemungkinan adanya benturan kepentingan antara agen
pemantau dengan penerbit.
c) Bersama dengan lembaga dan profesi penunjang yang lain yaitu penilai
dan notaris, melakukan pengecekan atas hasil penilaian dan dokumen
jaminan yang akan diberikan oleh penerbit kepada pemegang sukuk
tanpa penawaran umum, jika menggunakan jaminan.
d) Melakukan pengecekan apakah sukuk tanpa penawaran umum
yang akan diterbitkan tersebut diterbitkan dengan menggunakan
pemeringkatan atau tidak. Apabila menggunakan pemeringkatan,
maka agen pemantau akan meminta bukti pemeringkatan tersebut
kepada penerbit.
e) Bersama dengan konsultan hukum melakukan penelaahan mengenai
aset yang dijadikan dasar penerbitan sukuk.
f ) Meminta dokumen-dokumen yang diperlukan sehubungan dengan
penerbitan sukuk tanpa penawaran umum kepada penerbit, sebagai
dasar pembuatan perjanjian.
g) Melakukan penelaahan terhadap rancangan/draf perjanjian
sehubungan dengan penerbitan sukuk tanpa penawaran umum
dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku, kesepakatan penerbit
dan calon investor pemegang sukuk tanpa penawaran umum, serta
ketentuan-ketentuan yang dapat merugikan kepentingan pemegang
sukuk tanpa penawaran umum.
2) Agen pemantau menadatangani perjanjian sehubungan dengan
penerbitan sukuk tanpa penawaran umum.
b. Tahap setelah sukuk tanpa penawaran umum diterbitkan
Agen pemantau memiliki kewajiban untuk melakukan pemantauan terhadap
kewajiban-kewajiban penerbit yang tercantum dalam perjanjian sehubungan
dengan penerbitan sukuk tanpa penawaran umum. Pelaksanaan kegiatan
pemantauan yang dilakukan oleh agen pemantau tersebut antara lain adalah:
1) Memantau pelaksanaan pembayaran kembali nilai pokok sukuk dan/atau
imbal hasil sukuk yang diterbitkan oleh penerbit. Di dalam memantau
kewajiban pembayaran tersebut, agen pemantau akan mengingatkan

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 93


BAB II Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum

penerbit (reminder) agar penerbit melaksanakan kewajiban-kewajiban


pembayaran yang harus dilakukannya.
2) Memantau perkembangan pengelolaan usaha penerbit berdasarkan
data dan/atau informasi yang diterima dari penerbit antara lain laporan
keuangan dan informasi lain yang diberikan oleh penerbit. Dalam
pemantauan terhadap perkembangan pengelolaan usaha penerbit
tersebut, yang diperhatikan oleh agen pemantau adalah:
a) Kondisi keuangan penerbit apakah masih dalam kondisi yang cukup
baik dilihat dari segi likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitasnya.
b) Melakukan perhitungan mengenai rasio keuangan yang dipersyaratkan
dalam perjanjian sehubungan dengan penerbitan sukuk tanpa
penawaran umum.
3) Memantau pemenuhan pemberian jaminan yang diberikan penerbit
kepada para pemegang sukuk tanpa penawaran umum yang telah
dicantumkan dalam perjanjian sehubungan dengan penerbitan sukuk
tanpa penawaran umum.
4) Memantau pelaksanaan penyampaian laporan penggunaan dana hasil
penerbitan sukuk tanpa penawaran umum yang telah disepakati dan
dicantumkan dalam perjanjian sehubungan dengan penerbitan sukuk
tanpa penawaran umum.
5) Memantau ketentuan mengenai persyaratan pemeringkatan sukuk tanpa
penawaran umum apabila dalam penerbitan sukuk tersebut dipersyaratkan
pemeringkatan.
6) Memantau pemenuhan penyampaian laporan keuangan penerbit
sesuai dengan yang telah disepakati dan dicantumkan dalam perjanjian
sehubungan dengan penerbitan sukuk tanpa penawaran umum.
7) Memantau kondisi yang dapat menyebabkan penerbit dinyatakan lalai/
default sebagaimana yang diatur dalam perjanjian sehubungan dengan
penerbitan sukuk tanpa penawaran umum.

94 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB II Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum

2. Hal-hal yang Harus Diperhatikan oleh Agen Pemantau


Sebagai agen pemantau, terdapat beberapa hal yang perlu menjadi perhatian
dalam melakukan tugasnya terkait penerbitan sukuk tanpa penawaran umum,
antara lain yaitu:
a. Sebelum menerima penugasan dari penerbit, yang perlu menjadi perhatian
agen pemantau:
1) Melakukan penelaahan bersama dengan konsultan hukum yang telah
ditunjuk penerbit, terkait kepastian hukum dan kondisi penerbit secara
umum. Hal tersebut dilakukan karena efek yang diterbitkan tanpa melalui
penawaran umum mempunyai risiko lebih tinggi dibandingkan efek yang
diterbitkan melalui penawaram umum.
2) Melakukan penelaahan terhadap rencana penggunaan dana sukuk.
Penggunaan dana tersebut sebaiknya digunakan untuk mendapatkan nilai
tambah pada penerbit.
3) Melakukan penelaahan kondisi keuangan penerbit yaitu kemampuan
keuangan sebelum penerbitan dan selama umur sukuk.
b. Perjanjian sehubungan dengan penerbitan sukuk tanpa penawaran umum
disusun berdasarkan kesepakatan para pihak, tidak diatur secara khusus dalam
POJK terkait. Oleh karena itu agen pemantau harus memastikan bahwa isi dari
perjanjian tersebut telah mencakup semua hal-hal yang disepakati, termasuk
kewajiban penerbit yang menjadi hak pemegang sukuk tanpa penawaran
umum.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 95


BAB II Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum

c. Agen pemantau perlu juga memastikan batasan-batasan yang diberikan


oleh investor. Contohnya antara lain pemberian kewenangan untuk mewakili
investor dalam proses penyelesaian kewajiban perusahaan baik di dalam
maupun di luar pengadilan.
3. Upaya Penyelesaian dalam Hal Penerbit Gagal Bayar
Salah satu bentuk pemantauan yang dilakukan oleh agen pemantau adalah
melakukan pemantauan atas kondisi yang dapat menyebabkan penerbit
dinyatakan lalai/default sebagaimana yang diatur dalam perjanjian sehubungan
dengan penerbitan sukuk tanpa penawaran umum.
a. Hal-hal yang dilakukan oleh agen pemantau untuk melakukan mitigasi risiko
adanya potensi default terhadap penerbit:
1) Memantau secara periodik atas kewajiban-kewajiban penerbit yang diatur
dalam perjanjian sehubungan dengan penerbitan sukuk tanpa penawaran
umum, antara lain:
a) Kewajiban pembayaran kembali nilai pokok sukuk, pembayaran imbal
hasil sukuk, dan kewajiban-kewajiban pembayaran penerbit lainnya.
b) Laporan-laporan penerbit antara lain laporan keuangan penerbit untuk
melihat rasio-rasio keuangan yang dipersyaratkan dalam perjanjian.
c) Laporan hasil pemeringkatan penerbit sehingga akan dapat
mengetahui naik turunnya performa peringkat dari penerbit (apabila
dilakukan pemeringkatan).
d) Pemberian jaminan oleh penerbit apabila dalam penerbitan sukuk tanpa
penawaran umum tersebut penerbit memberikan jaminan khusus.
Pemantauan atas jaminan tersebut perlu dilakukan agar apabila terjadi
sesuatu terhadap sukuk tanpa penawaran umum, maka jaminan dapat
dieksekusi dalam kondisi yang baik sesuai dengan persyaratan jaminan
yang terdapat dalam perjanjian sehubungan dengan penerbitan sukuk
tanpa penawaran umum.
2) Pemantauan terhadap kondisi yang dapat menyebabkan penerbit
dinyatakan lalai (default) sebagaimana yang diatur dalam perjanjian
sehubungan dengan penerbitan sukuk tanpa penawaran umum.

96 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB II Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum

b. Apabila dalam pemantauan tersebut di atas, menurut penelitian agen pemantau


terdapat penyimpangan dari ketentuan yang tercantum dalam perjanjian
sehubungan dengan penerbitan sukuk tanpa penawaran umum, maka agen
pemantau harus memberitahukan kepada penerbit agar penyimpangan
tersebut dilakukan perbaikan sesuai dengan ketentuan mengenai jangka
waktu perbaikan (remedial period) sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
perjanjian sehubungan dengan penerbitan sukuk tanpa penawaran umum.
Atas penyimpangan tersebut, agen pemantau mempunyai tugas untuk
memberitahukannya kepada OJK.
c. Apabila dalam jangka waktu perbaikan (remedial period) tersebut penerbit
belum melakukan perbaikan atas pelanggaran yang telah dilakukan, maka
agen pemantau harus:
1) Memberitahukan kepada para pemegang sukuk tanpa penawaran umum
sesuai ketentuan yang tercantum dalam perjanjian sehubungan dengan
penerbitan sukuk tanpa penawaran umum, serta
2) Mengadakan Rapat Umum Pemegang Sukuk untuk memberitahukan
kejadian kelalaian penerbit kepada pemegang sukuk, meminta penerbit
untuk memberikan penjelasan dan pertanggungjawaban atas kelalaian,
membahas langkah yang harus diambil terhadap penerbit serta meminta
keputusan dari para pemegang sukuk tanpa penawaran umum atas hal-hal
yang telah dilanggar oleh penerbit.
d. Agen pemantau wajib melaksanakan keputusan Rapat Umum Pemegang
Sukuk apabila Rapat Umum Pemegang Sukuk tersebut diselenggarakan
dengan tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
e. Apabila dalam Rapat Umum Pemegang Sukuk yang diadakan karena adanya
pelanggaran oleh penerbit dan pemegang sukuk tanpa penawaran umum
memutuskan sukuk tanpa penawaran umum menjadi jatuh tempo seketika
(default), maka kegiatan yang dilakukan agen pemantau tergantung pada
kesepakatan antara agen pemantau dan para pemegang sukuk, yaitu antara
lain:

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 97


BAB II Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum

1) Dalam hal sukuk tanpa penawaran umum yang default diselesaikan oleh
para pemegang sukuk tanpa menggunakan agen pemantau, maka agen
pemantau berhenti melaksanakan tugasnya selaku agen pemantau.
2) Dalam hal sukuk tanpa penawaran umum yang default diselesaikan oleh
para pemegang sukuk dengan bantuan agen pemantau, maka yang dapat
dilakukan adalah:
a) Mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan oleh para
pemegang sukuk dan/atau pihak yang ditunjuk oleh para pemegang
sukuk untuk menyelesaikan permasalahan sukuk tanpa penawaran
umum tersebut, antara lain konsultan hukum.
b) Ikut serta dalam pertemuan-pertemuan antara pihak yang ditunjuk
untuk menyelesaikan permasalahan sukuk tanpa penawaran umum
tersebut antara lain konsultan hukum dengan pemegang sukuk tanpa
penawaran umum.
c) Memantau hasil eksekusi jaminan/aset penerbit (apabila ada).

98 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


ASPEK
SYARIAH
TERKAIT
SUKUK

3
101 Pengertian dan Karakteristik Sukuk
102 Dasar Hukum Sukuk
103 Larangan Syariah dalam Penerbitan Sukuk
111 Akad dan Skema dalam Penerbitan Sukuk
141 Aspek Syariah Lainnya terkait Sukuk

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 99


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

A. Pengertian dan Karakteristik Sukuk

I
stilah sukuk berasal dari bahasa Arab,
yaitu dari kata sakk dengan bentuk
jamak sukuk. Secara bahasa, sukuk
Sukuk adalah efek syariah berupa
dapat diartikan sebagai dokumen atau sertifikat atau bukti kepemilikan yang
sertifikat. bernilai sama dan mewakili bagian yang
tidak terpisahkan atau tidak terbagi
Berdasarkan definisi tersebut, karakteristik (syuyu’/undivided share), atas aset yang
dari sukuk yang membedakannya dengan mendasarinya.”
obligasi adalah sebagai berikut: Berdasarkan POJK Nomor 18/POJK.04/2015 tentang
Penerbitan dan Persyaratan Sukuk
1. Aset yang menjadi dasar sukuk/
underlying asset (ushul al-shukuk) yang
digunakan sebagai dasar penerbitan
sukuk harus sesuai dengan prinsip
syariah. Aset yang menjadi dasar sukuk/
underlying asset terdiri atas: Sukuk adalah surat berharga syariah
(efek syariah) berupa sertifikat atau bukti
a. Aset berwujud (al-a’yan);
kepemilikan yang bernilai sama, dan
b. Nilai manfaat atas aset berwujud mewakili bagian kepemilikan yang tidak
(manali’ al-a’yan); bisa ditentukan batas-batasnya (musya’)
atas aset yang mendasarinya (aset sukuk/
c. Jasa (al-khadamat); ushul al-shukuk) setelah diterimanya
d. Aset proyek tertentu (maujudat dana sukuk, ditutupnya pemesanan dan
dimulainya penggunaan dana sesuai
masyru’ mu’ayyan); dan/atau
peruntukannya.”
e. Aset kegiatan investasi yang telah
ditentukan (nasyath istitsmar Berdasarkan Fatwa DSN-MUI No. 137/DSN-MUI/
khashsh). IX/2020 tentang Sukuk

2. Aset yang menjadi dasar sukuk/


underlying asset merupakan milik
pemegang sukuk (sukuk holder).
3. Setiap unit sukuk wajib memiliki nilai yang sama (mutasawiyah al-qimah).
4. Sukuk pada saat diterbitkan tidak mencerminkan utang penerbit kepada
pemegang sukuk, melainkan mencerminkan kepemilikan pemegang sukuk
terhadap aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 101


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

5. Sukuk dapat berubah menjadi utang/piutang (dain) dalam hal aset yang menjadi
dasar sukuk/underlying asset berubah menjadi piutang (dain) pemegang sukuk.
6. Pada prinsipnya penerbitan sukuk harus ada jangka waktu tertentu kecuali
disepakati lain dalam akad atau diatur oleh peraturan perundangan yang berlaku.
7. Penerbit wajib membayarkan pendapatan kepada pemegang sukuk berupa bagi
hasil/margin/fee dan membayar kembali dana sukuk pada saat jatuh tempo sesuai
dengan skema akad.
8. Imbal hasil sukuk dengan akad mudharabah dan musyarakah harus berasal dari
kegiatan usaha yang menjadi aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset.

B. Dasar Hukum Sukuk

Dalam penerbitan sukuk baik melalui penawaran umum maupun tanpa melalui
penawaran umum wajib memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku,
POJK dan ketentuan lain serta fatwa DSN-MUI yang terkait.

Selain mengacu pada POJK terkait yang sudah


dijelaskan pada bab sebelumnya, berikut
merupakan POJK dan fatwa DSN-MUI yang
menjadi dasar penerbitan sukuk, yaitu antara Prinsip syariah di pasar modal adalah
prinsip hukum Islam dalam kegiatan
lain:
syariah di pasar modal berdasarkan
fatwa Dewan Syariah Nasional - Majelis
1. POJK Nomor 15/POJK.04/2015 tentang Ulama Indonesia, sepanjang fatwa
Penerapan Prinsip Syariah di Pasar Modal. dimaksud tidak bertentangan dengan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
2. POJK Nomor 53 /POJK.04/2015 tentang
ini dan/atau Peraturan Otoritas Jasa
Akad Yang Digunakan Dalam Penerbitan Keuangan lainnya yang didasarkan
Efek Syariah Di Pasar Modal. pada fatwa Dewan Syariah Nasional -
Majelis Ulama Indonesia.”
3. POJK Nomor 18/POJK.04/2015 tentang
Penerbitan dan Persyaratan Sukuk. Berdasarkan POJK Nomor 15/POJK.04/2015
tentang Penerapan Prinsip Syariah
4. POJK Nomor 3/POJK.04/2018 tentang di Pasar Modal,
Perubahan atas POJK Nomor 18/
POJK.04/2015 tentang Penerbitan dan
Persyaratan Sukuk.

102 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

5. Fatwa DSN-MUI Nomor 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah.


6. Fatwa DSN-MUI Nomor 33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah
Mudharabah.
7. Fatwa DSN-MUI Nomor 41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah.
8. Fatwa DSN-MUI Nomor 127/DSN-MUI/VII/2019 tentang Sukuk Wakalah Bi Al-
Istitsmar.
9. Fatwa DSN-MUI Nomor 131/DSN-MUI/X/2019 tentang Sukuk Wakaf.
10. Fatwa DSN-MUI Nomor 137/DSN-MUI/IX/2020 tentang Sukuk.

C. Larangan Syariah dalam Penerbitan Sukuk

Dalam penerbitan sukuk harus terhindar dari unsur-unsur yang bertentangan


dengan prinsip syariah atau yang dilarang dalam syariah, yaitu antara lain riba, gharar,
maysir, tadlis, dharar (membahayakan/merugikan), risywah, haram zatnya, zhulm
(penganiayaan) dan maksiat. Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing
larangan tersebut:

Riba
Riba adalah tambahan yang diberikan dalam Unsur-unsur yang
pertukaran barang-barang ribawi (al-amwal al- bertentangan dengan
ribawiyyah) dan tambahan yang diberikan atas prinsip syariah atau
pokok utang dengan imbalan penangguhan yang dilarang dalam
pembayaran secara mutlak. syariah, yaitu antara
Para pakar hukum Islam (fuqaha) memiliki lain riba, gharar,
pengelompokan riba yang dapat berbeda antara maysir, tadlis, dharar
satu dan lainnya, tergantung dari pemahaman (membahayakan/
masing-masing fuqaha. Contohnya antara Hanafi, merugikan), risywah,
Maliki dan Hambali dengan Syafi’iyyah dan juga haram zatnya, zhulm
dengan Ibnu Rusyd memiliki pengelompokan riba (penganiayaan) dan
yang berbeda-beda meskipun konsep dasarnya maksiat.
adalah sama.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 103


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

Larangan riba terdapat dalam Al-Qur’an dan juga hadis yaitu sebagai berikut:

Jika emas dijual dengan emas, perak Hai orang – orang yang beriman,
dijual dengan perak, gandum dijual bertakwalah kepada Allah dan lepaskan
dengan gandum, sya’ir (salah satu jenis sisa-sisa riba (yang belum dipungut) jika
gandum) dijual dengan sya’ir, kurma kamu orang – orang yang beriman. Jika
dijual dengan kurma, dan garam dijual kamu tidak mengerjakan (meninggalkan
dengan garam, maka jumlah (takaran sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah
atau timbangan) harus sama dan dan Rasulnya akan memerangimu.
dibayar kontan (tunai). Jika jenis barang Jika kamu bertaubat (dari pengambilan
tadi berbeda, maka silakan engkau riba) maka bagimu modalmu.
membarterkannya sesukamu, namun Kamu tidak menganiaya dan
harus dilakukan secara kontan (tunai).” tidak (pula) dianiaya”

(HR. Muslim) (QS. Al-Baqarah: 278-279)

Pengelompokkan riba berdasarkan salah satu fuqaha yaitu Ibnu Rusyd adalah sebagai
berikut:

Gambar 6 Pengelompokan Riba Berdasarkan Ibnu Rusyd

Namun demikian dalam praktiknya, dapat terjadi dua jenis riba sekaligus dalam satu
kegiatan. Contohnya pada asuransi konvensional yang dapat terjadi riba fadhl dan
nasiah sekaligus. Jika perusahaan asuransi membayar klaim kepada tertanggung

104 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

melebihi uang premi yang ia bayarkan maka terjadi riba fadhl. Selanjutnya jika
perusahaan membayar kepada tertanggung setelah masa tertentu sejumlah premi
yang dibayarkan tertanggung atau perusahaan menginvestasikan kekayaannya
secara ribawi maka terjadi riba nasiah.

Gharar

Secara etimologi gharar adalah akibat, bencana, bahaya, risiko, dan ketidakpastian.
Dalam istilah fikih muamalah, gharar adalah ketidakpastian dalam suatu akad, baik
mengenai kualitas atau kuantitas objek akad maupun mengenai penyerahannya.

Baik gharar maupun tadlis keduanya terjadi karena adanya informasi yang tidak utuh.
Pada tadlis, informasi yang tidak utuh hanya dialami oleh satu pihak saja (misalnya
pembeli atau penjual saja). Namun pada gharar, informasi yang tidak utuh dialami
oleh kedua belah pihak (baik pembeli maupun penjual). Kasus gharar terjadi apabila
ada unsur ketidakpastian yang melibatkan kedua belah pihak.

Terdapat 4 macam bentuk gharar yaitu:


1. Gharar dalam kuantitas 
Contohnya ketika petani sepakat untuk menjual hasil panennya (beras dengan
kualitas A) kepada tengkulak dengan harga Rp750ribu. Namun pada saat
kesepakatan dilakukan sawah si petani belum dapat dipanen. Dalam hal ini
kesepakatan jual beli dilakukan tanpa menyebutkan spesifikasi mengenai
berapa kuantitas yang dijual (misalnya berapa ton/kuintal) padahal harga sudah
ditetapkan. Dengan demikian terjadi ketidakpastian menyangkut kuantitas
barang yang ditransaksikan.

2. Gharar dalam kualitas


Contohnya ketika menjual anak
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
sapi yang masih dalam kandungan melarang jual beli al-hashah (dengan
induknya. Penjual sepakat untuk melempar batu) dan jual beli yang
menyerahkan anak sapi tersebut mengandung gharar.”
segera setelah anak sapi itu lahir Larangan gharar dalam hadis yang diriwayatkan
seharga Rp1juta. Dalam hal ini baik Abu Hurairah, Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbas,
Abu Sa‘id dan Anas
penjual maupun pembeli tidak

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 105


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

dapat memastikan kondisi fisik anak sapi tersebut bila nanti sudah lahir, apakah
akan lahir normal, cacat, atau lahir dalam keadaan mati. Dengan demikian terjadi
ketidakpastian menyangkut kualitas barang yang ditransaksikan.

3. Gharar dalam harga


Contohnya ketika penjual menyatakan akan menjual satu panci merk ABC
seharga Rp10.000 bila dibayar tunai atau Rp50ribu apabila dibayar dengan kredit
selama lima bulan, dan pembeli menyetujuinya. Dalam hal ini ketidakpastian
muncul karena adanya dua harga dalam satu akad. Terdapat ketidakjelasan
harga mana yang berlaku jika misalnya pembeli membayar lunas pada bulan
ketiga atau ekstrimnya pada satu hari setelah penyerahan barang. Dengan
demikian, walaupun kuantitas dan kualitas barang sudah ditentukan, tetapi
terjadi ketidakpastian dalam harga barang karena penjual dan pembeli tidak
menyepakati satu harga dalam satu akad.

4. Gharar dalam waktu penyerahan


Contohnya ketika Adi kehilangan mobil BMW miliknya. Ida kebetulan sudah lama
ingin memiliki mobil BMW seperti yang dimiliki Adi dan ia ingin membelinya.
Akhirnya Adi dan Ida membuat kesepakatan, Adi menjual mobilnya yang hilang
tersebut kepada Ida seharga Rp100 juta ketika harga mobilnya Rp300 juta. Mobil
BMW Adi akan diserahkan ke Ida segera setelah ditemukan. Dalam hal ini terdapat
ketidakpastian terkait waktu penyerahan barang karena barang yang dijual tidak
diketahui keberadaannya. Mobil tersebut mungkin akan ditemukan satu bulan
lagi, atau satu tahun lagi, atau bahkan tidak akan ditemukan sama sekali.

Para ulama sepakat bahwa gharar yang diharamkan adalah gharar yang sangat
dominan mempengaruhi akad. Menurut Al-Baji (403-494 H) dalam karyanya al-
Muntaqa menyatakan bahwa ada dua kategori gharar, yaitu gharar ringan dan gharar
berat. 
1. Gharar ringan yaitu gharar yang secara signifikan tidak mempengaruhi terhadap
sahnya akad. Contohnya ketika jual beli rumah yang tidak dapat diketahui secara
pasti pondasinya karena penjual dan pembeli sama-sama tidak mengetahui secara
pasti kekuatan pondasi rumah tersebut. Contoh lainnya adalah pembayaran
jasa (ujrah) WC umum yang tidak ada takaran yang jelas berapa banyak air

106 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

yang digunakan oleh konsumen dan berapa lama waktu pemakaiannya. Kedua
transaksi tersebut (jual beli rumah dan jasa WC umum) tergolong kepada gharar
ringan yang secara signifikan tidak mempengaruhi sahnya akad.

2. Gharar berat yaitu gharar yang secara signifikan dapat mempengaruhi terhadap
sahnya akad. Contohnya pada jual beli anak sapi yang masih dalam perut induknya.
Baik penjual maupun pembeli tidak mengetahui secara pasti bagaimana keadaan
anak sapi ketika dilahirkan oleh induknya, apakah dalam keadaan sehat, cacat,
atau bahkan lahir dalam keadaan mati. Kemungkinan-kemungkinan di atas
dapat menyebabkan unsur penyesalan bagi pihak yang bertransaksi (penjual
dan pembeli). Pembeli akan diuntungkan ketika anak sapi lahir dalam keadaan
baik dan sehat, akan tetapi apabila anak sapi tersebut lahir dalam keadaan cacat
atau bahkan dalam keadaan mati maka pembeli yang akan menanggung resiko
kerugian. 

Di pasar modal, praktik gharar terjadi ketika jual beli efek yang bukan milik penjual
dan penjual tidak diberi izin oleh pemilik untuk menjualkan. Contoh lainnya ketika
beli efek secara tunai padahal penjual tidak memiliki efek yang dijualnya (short selling).

Maysir/Qimar

Secara harfiah kata maysir berarti


memperoleh sesuatu dengan Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya meminum khamr, berjudi,
sangat mudah tanpa kerja keras
berkorban untuk berhala, mengundi
atau mendapatkan keuntungan nasib dengan panah, adalah perbuatan
tanpa bekerja. Sementara itu secara keji termasuk perbuatan setan. Maka
terminologi maysir adalah setiap akad jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keberuntungan”
yang dilakukan dengan tujuan yang
tidak jelas dan perhitungan yang Larangan terkait maysir terdapat dalam Al Qur’an
(QS A l-Maidah: 90)
tidak cermat, spekulasi, atau untung-
untungan.

Contoh maysir adalah taruhan atas pertandingan sepak bola, judi melalui undian
berhadiah. Di pasar modal, transaksi yang bersifat option sangat berpeluang dijadikan
ajang perjudian/spekulasi.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 107


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

Tadlis   

Tadlis adalah tindakan


menyembunyikan kecacatan objek
Barangsiapa yang menipu kami, berarti
akad yang dilakukan oleh penjual
bukan termasuk golongan kami”
untuk mengelabui pembeli seolah-
olah objek akad tersebut tidak cacat. (HR. Muslim)
Larangan tadlis terdapat dalam hadis
Rasulullah SAW
Tadlis dapat terjadi dari segi kuantitas
barang, kualitas barang, harga barang,
serta waktu penyerahan.  Contohnya
antara lain adalah:
1. Tadlis dari segi kuantitas: pedagang yang mengurangi takaran (timbangan)
barang yang dijualnya.
2. Tadlis dari segi kualitas: penjual yang menyembunyikan cacat barang yang
ditawarkan.
3. Tadlis dari segi harga: penjual yang memanfaatkan ketidaktahuan pembeli
akan harga sesungguhnya dengan menaikkan harga barang di atas harga
sesungguhnya.
4. Tadlis dari segi waktu penyerahan: petani yang menjual buah di luar musimnya
padahal si petani mengetahui bahwa dia tidak dapat menyerahkan buah yang
dijanjikan itu pada waktunya, atau seorang konsultan yang berjanji untuk
menyelesaikan proyek dalam waktu dua bulan untuk memenangkan tender,
padahal konsultan tersebut mengetahui bahwa proyek tersebut tidak dapat
diselesaikan dalam batas waktu tersebut.

Selanjutnya contoh tindakan-tindakan yang termasuk dalam kategori tadlis di pasar


modal adalah sebagai berikut:
1. Front running, yaitu tindakan anggota bursa yang melakukan transaksi lebih
dahulu atas suatu efek tertentu atas dasar adanya informasi bahwa nasabahnya
akan melakukan transaksi dalam volume besar atas efek tersebut yang
diperkirakan mempengaruhi harga pasar, tujuannya untuk meraih keuntungan
atau mengurangi kerugian.

108 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

2. Misleading information (informasi menyesatkan), yaitu membuat pernyataan atau


memberikan keterangan yang secara material tidak benar atau menyesatkan
sehingga mempengaruhi harga efek di bursa efek.

Dharar

Dharar adalah tindakan yang dapat Tidak boleh membahayakan/merugikan


menimbulkan bahaya atau kerugian orang lain dan tidak boleh (pula)
membalas bahaya (kerugian yang
pihak lain. ditimbulkan oleh orang lain) dengan
bahaya (perbuatan yang merugikannya)” 
Oleh karena itu segala bentuk transaksi
yang berpeluang menimbulkan bahaya (HR. Ibnu Majah)
Larangan dharar terdapat dalam hadis
dan kerugian bagi pihak lain termasuk Rasulullah SAW
ke dalam kategori dharar yang dilarang,
seperti transaksi yang mengandung
riba, gharar, khilabah, maysir, ghisy, dan
ikhtikar.
Dan janganlah kalian makan harta
diantara kalian dengan jalan yang bathil,
Risywah
dan janganlah kalian menyuap dengan
harta itu kepada para hakim dengan
Risywah adalah suatu pemberian yang maksud agar kalian dapat memakan
bertujuan untuk mengambil sesuatu sebagian harta orang lain itu dengan cara
yang bukan haknya dan menjadikan dosa padahal kamu mengetahui.”
sesuatu yang batil sebagai sesuatu Larangan risywah terdapat dalam
yang benar. Praktek suap menyuap ini Al Qur’an (QS Al Baqarah: 188)

seringkali tidak terlalu jelas karena telah


menjadi budaya. Dalam pemasaran
asuransi konvensional sering kali
praktek ini ditemui untuk memudahkan
urusan. Allah SWT melaknat penyuap dan
penerima suap dalam masalah hukum.”

(HR Ahmad dan Tirmidzi)

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 109


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

Objek Haram Zatnya


Islam melarang beberapa objek
Ma haruma fi’luhu haruma tholabuhu”
muamalah untuk ditransaksikan karena
Artinya: Setiap apa yang diharamkan atas
subtansi zatnya diharamkan Allah SWT, objeknya, maka diharamkan pula atas
seperti minuman keras (khamr), bangkai, usaha dalam mendapatkannya.
daging babi, sebagaimana yang terdapat
(Kaidah Fikih)
dalam Al Qur’an dan hadis sebagai
berikut:

Hadis di samping sesuai dengan kaidah


fikih berikut:
Sesungguhnya Allah SWT telah
“Ma haruma fi’luhu haruma tholabuhu” mengharamkan khamr dan hasil
penjualannya dan mengharamkan
Artinya: Setiap apa yang diharamkan
bangkai dan hasil penjualannya
atas objeknya, maka diharamkan pula serta mengharamkan babi dan hasil
atas usaha dalam mendapatkannya. penjualannya.” 

Berdasarkan larangan objek haram (HR. Abu Daud)

tersebut, maka segala bentuk instrumen


pasar modal yang dasar transaksi atau kegiatan usaha emitennya terkait produksi
barang atau jasa yang secara zatnya haram maka dilarang.

Zhulm
Zhulm adalah sesuatu yang mengandung
unsur ketidakadilan, ketidakseimbangan, Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba), maka
dan merugikan pihak lain. Transaksi
ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya
ribawi merupakan salah satu bentuk akan memerangimu. Dan jika kamu
zhulm. Selain transaksi ribawi, bentuk bertaubat (dari pengambilan riba), maka
larangan-larangan dalam transaksi bagimu pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” 
yang telah diuraikan sebelumnya,
bisa termasuk kategori zhulm apabila Larangan zhulm terdapat dalam
Al Qur’an (QS Al-Baqarah: 279)
berpeluang memunculkan ketidakadilan
dan ketidakseimbangan yang berujung
pada kerugian pihak lain.

110 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

D. Akad dan Skema dalam Penerbitan Sukuk

Berdasarkan fatwa DSN-MUI Nomor 137/DSN-MUI/IX/2020 tentang Sukuk, disebutkan


bahwa penerbitan sukuk wajib menggunakan akad-akad yang sesuai dengan prinsip
syariah, yaitu:
1. Mudharabah; 5. Murabahah;
2. Ijarah; 6. Salam;
3. Wakalah; 7. Istishna’; atau
4. Musyarakah; 8. Akad lain yang sesuai dengan prinsip syariah.

Saat ini akad yang digunakan dalam penerbitan sukuk adalah akad mudharabah,
ijarah dan wakalah. Dalam pengembangan sukuk di Indonesia diharapkan terdapat
penerbitan sukuk dengan akad lain selain ketiga akad yang sudah ada, termasuk
kombinasi dua akad atau lebih. Demikian juga untuk skema yang digunakan,
dimungkinkan untuk terdapat pengembangan dari skema yang telah ada, seperti
sukuk amortisasi dan perpetual sukuk.

Saat ini, sukuk korporasi di Indonesia tidak ada yang diterbitkan melalui Special Purpose
Vehiche (SPV), sedangkan penerbitan sukuk di luar negeri dapat dilakukan melalui
SPV atau tanpa melalui SPV. Penerapan penerbitan sukuk melalui SPV sebagaimana
dilakukan di luar negeri sampai dengan saat ini masih menjadi tantangan dalam hal
implementasinya di Indonesia.

Selain itu, penerbitan sukuk yang ada di luar negeri


apabila akan diterapkan di Indonesia, wajib di review dan
mendapatkan pernyataan kesesuaian syariah dari tim ahli
syariah serta telah sesuai dengan regulasi dan fatwa yang
berlaku di Indonesia.

Berikut penjelasan masing-masing akad dalam


penerbitan sukuk dan beberapa contoh implementasi
skema yang digunakan. Penjelasan lebih detail
terkait skema sukuk korporasi dilihat dalam
“Himpunan Skema Sukuk” melalui
https://pasarmodalsyariah.
com/p/publikasi/lainnya

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 111


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

Sukuk Mudharabah

Pada sukuk dengan akad mudharabah, emiten bertindak sebagai mudharib


(pengelola dana hasil penerbitan sukuk) sedangkan pemegang sukuk mudharabah
adalah shahibul mal (pemodal/investor). Dalam penerbitannya, berlaku ketentuan
dan batasan sebagaimana tertuang pada fatwa DSN-MUI berikut:

1. Fatwa DSN-MUI Nomor 137/DSN-MUI/IX/2020 tentang Sukuk.


2. Fatwa DSN-MUI Nomor 115/DSN-MUI/IX/2017 tentang Akad Mudharabah.
3. Fatwa DSN-MUI Nomor 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah
(Qiradh).

Ketentuan khusus terkait sukuk mudharabah sebagaimana terdapat dalam Fatwa


DSN-MUI Nomor 33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah dan
Fatwa DSN-MUI Nomor 137/DSN-MUI/IX/2020 tentang Sukuk adalah sebagai berikut:
1. Jenis usaha yang dilakukan emiten (mudharib) tidak boleh bertentangan dengan
syariah dengan memperhatikan substansi Fatwa DSN-MUI Nomor 20/DSN-MUI/
IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah.
2. Pendapatan (hasil) investasi yang dibagikan emiten (mudharib) kepada pemegang
sukuk mudharabah (shahibul mal) harus bersih dari unsur non halal.
3. Nisbah keuntungan dalam sukuk mudharabah ditentukan sesuai kesepakatan,
sebelum emisi (penerbitan) sukuk mudharabah.
4. Pembagian keuntungan sukuk dengan akad mudharabah harus berasal dari
kegiatan usaha yang menjadi aset sukuk (ushul al-shukuk).
5. Pembagian pendapatan (hasil) dapat dilakukan secara periodik sesuai kesepakatan,
dengan ketentuan pada saat jatuh tempo diperhitungkan secara keseluruhan.
6. Apabila emiten (mudharib) lalai dan/atau melanggar syarat perjanjian dan/
atau melampaui batas, mudharib berkewajiban menjamin pengembalian dana
mudharabah, dan shahibul mal dapat meminta mudharib untuk membuat surat
pengakuan utang.
7. Apabila emiten (mudharib) diketahui lalai dan/atau melanggar syarat perjanjian
dan/atau melampaui batas kepada pihak lain, pemegang sukuk mudharabah
(shahibul mal) dapat menarik dana sukuk mudharabah.

112 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

8. Sukuk dengan akad mudharabah dapat diperdagangkan di pasar sekunder


setelah penawaran umum dan dana yang diterima penerbit mulai digunakan
untuk kegiatan usaha.

Contoh skema sukuk mudharabah yang digunakan dalam penerbitan sukuk korporasi
di Indonesia adalah sebagai berikut:

Gambar 7 Skema Sukuk Mudharabah Model A

Penjelasan skema model A di atas adalah sebagai berikut:


1. Investor menyerahkan sejumlah dana sebesar nilai sukuk kepada emiten dan
emiten menerbitkan sukuk mudharabah dengan nilai tertentu.
2. Dana hasil emisi sukuk digunakan untuk meningkatkan aktiva produktif yang akan
disalurkan untuk pembiayaan syariah (dapat berupa pembiayaan mudharabah,
musyarakah, murabahah, salam, ijarah, atau istishna).
3. Dari kegiatan usaha dalam bentuk pembiayaan syariah kepada nasabah, diperoleh
pendapatan margin yang kemudian dipisahkan dan didistribusikan sesuai dengan
proporsi sumber dana pembiayaan syariah yang berasal dari dana sukuk, dana
emiten dan dana pihak ketiga.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 113


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

4. Pendapatan marjin yang berasal dari dana sukuk, didistribusikan sebagai


pendapatan bagi hasil kepada investor dan emiten dalam suatu periode yang
telah ditentukan sesuai dengan nisbah yang disepakati.
5. Pada saat jatuh tempo, emiten membayar kembali modal kepada investor sebesar
nilai sukuk pada saat penerbitan.

Gambar 8 Skema Sukuk Mudharabah Model B

Penjelasan skema model B di atas adalah sebagai berikut:


1. Investor menyerahkan sejumlah dana sebesar nilai sukuk kepada emiten dan
emiten menerbitkan sukuk mudharabah dengan nilai tertentu.
2. Dana hasil emisi sukuk dipergunakan oleh emiten untuk penambahan kapasitas
produksi dan modal kerja.
3. Dari kegiatan usaha (produksi) emiten tersebut, diperoleh pendapatan yang
kemudian didistribusikan sebagai pendapatan bagi hasil.
4. Distribusi pendapatan yang dibagihasilkan untuk investor dan emiten berasal
dari laba kotor atas nilai kontrak penjualan dalam satu periode perhitungan
dikurangi harga pokok penjualan yang diperoleh dalam satu periode tersebut,
sesuai dengan nisbah yang disepakati.

114 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

5. Pada saat jatuh tempo, emiten membayar kembali modal kepada investor sebesar
nilai sukuk pada saat penerbitan.

Contoh skema sukuk mudharabah di luar negeri1 adalah sebagai berikut:

Gambar 9 Skema Sukuk Mudharabah di Luar Negeri

Penjelasan skema sukuk mudharabah di luar negeri di atas adalah sebagai berikut:
1. Saat penerbitan, trustee akan menerbitkan sukuk dan investor akan membayar
sebesar harga penerbitan sukuk kepada trustee. Sesuai dengan perjanjian
“declaration of trust”, maka trustee akan mewakili investor sukuk dalam penerbitan
sukuk dan mewakili atas semua hak, kepemilikan dan kepentingan investor sukuk
baik saat ini maupun di masa depan atas aset murabahah.
2. Trustee sebagai rabbul-maal akan memberikan uang dari hasil penerbitan sukuk
kepada mudharib (Ahli United Bank K.S.C.P) sebagai modal mudharabah sesuai
dengan perjanjian mudharabah. Modal mudharabah tersebut akan bercampur
dengan ekuitas mudharib dan akan diinvestasikan pada kegiatan bisnis secara
umum secara pro-rata.

1
Contoh penerbitan sukuk dengan skema mudharabah yang diterbitkan oleh Ahli United Bank K.S.C.pada tahun
2021 melalui Ahli United Perpetual Sukuk Ltd sebagai trustee.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 115


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

3. Secara periodik, mudharib akan mendistribusikan keuntungan yang dihasilkan


kepada trustee sesuai dengan rasio bagi hasil yang disepakati (99% untuk trustee
dan 1% untuk mudharib). Atas keuntungan tersebut trustee akan membayarkan
secara berkala kepada para investor.
4. Perjanjian mudharabah perpetual ini tanpa ada batas waktu tertentu untuk proses
pelunasan. Dalam keadaan tertentu, berdasarkan kesepakatan dengan trustee,
mudharib dapat melakukan proses likuidasi atas keseluruhan aset mudharabah
untuk dilakukan pembagian secara pro-rata. Jika dalam investasi tersebut
terjadi kerugian, kerugian ditanggung oleh rabbul-maal, sedangkan mudharib
menanggung kerugian tenaga dan manajemen.

Sukuk Ijarah

Pada sukuk dengan akad ijarah, pemegang sukuk dapat bertindak sebagai penyewa
(musta’jir) dan dapat pula bertindak sebagai pemberi sewa (mu’jir). Sementara itu,
emiten dalam kedudukannya sebagai wakil pemegang sukuk dapat menyewa
ataupun menyewakan kepada pihak lain dan dapat pula bertindak sebagai penyewa.
Dalam penerbitannya, berlaku ketentuan dan batasan sebagaimana tertuang pada
fatwa DSN-MUI berikut:

1. Fatwa DSN-MUI Nomor 137/DSN-MUI/IX/2020 tentang Sukuk.


2. Fatwa DSN-MUI Nomor 112/DSN-MUI/IX/2017 tentang Akad Ijarah.
3. Fatwa DSN-MUI Nomor 41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah.
4. Fatwa DSN-MUI Nomor 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah.

Ketentuan khusus terkait sukuk ijarah sebagaimana diatur dalam Fatwa DSN-MUI
Nomor 41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah dan Fatwa DSN-MUI
Nomor 137/DSN-MUI/IX/2020 tentang Sukuk adalah sebagai berikut:
1. Objek ijarah harus berupa manfaat yang dibolehkan.
2. Jenis usaha yang dilakukan emiten tidak boleh bertentangan dengan syariah
dengan memperhatikan substansi Fatwa DSN-MUI Nomor 20/DSN-MUI/IX/2000
tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksadana Syariah dan Fatwa
DSN-MUI Nomor 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum
Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal.

116 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

3. Emiten dalam kedudukannya sebagai penerbit sukuk dapat mengeluarkan sukuk


ijarah baik untuk aset yang telah ada maupun aset yang akan diadakan untuk
disewakan.
4. Pemegang sukuk ijarah sebagai pemilik aset (a’yan) atau manfaat (manafi’) dalam
menyewakan (ijarah) aset atau manfaat yang menjadi haknya kepada pihak lain
dilakukan melalui emiten sebagai wakil.
5. Emiten yang bertindak sebagai wakil dari pemegang sukuk ijarah dapat menyewa
untuk dirinya sendiri atau menyewakan kepada pihak lain.
6. Dalam hal emiten bertindak sebagai penyewa untuk dirinya sendiri, maka emiten
wajib membayar sewa dalam jumlah dan waktu yang disepakati sebagai imbalan
(‘iwadh ma’lum) sebagaimana jika penyewaan dilakukan kepada pihak lain.
7. Sukuk dengan akad ijarah hanya boleh diperdagangkan sepanjang ma’jur (mahall
al-manfa’ah dan/atau manfa’ah) dimiliki oleh pemegang sukuk, sedangkan sukuk
ijarah yang asetnya telah menjadi dain tidak dapat diperdagangkan di pasar
sekunder.

Contoh skema sukuk ijarah yang digunakan dalam penerbitan sukuk korporasi di
Indonesia adalah sebagai berikut:

Gambar 10 Skema Sukuk Ijarah Model A

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 117


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

Penjelasan skema Model A di atas adalah sebagai berikut:


1. Investor menyerahkan sejumlah dana sebesar nilai sukuk kepada emiten dan
emiten menerbitkan sukuk ijarah dengan nilai tertentu yang didasarkan pada
objek ijarah tertentu.
2. Atas penerbitan sukuk ijarah tersebut, emiten mengalihkan hak manfaat objek
ijarah kepada investor, dan investor yang diwakili wali amanat sukuk menerima
hak manfaat objek ijarah (berupa fixed asset yang sudah ada dengan jenis aset
dan spesifikasi yang jelas) dari emiten.
3. Investor yang diwakili wali amanat sukuk memberikan kuasa (akad wakalah)
kepada emiten untuk menyewakan objek ijarah tersebut kepada pihak ketiga.
4. Emiten selaku penerima kuasa dari investor bertindak sebagai pemberi sewa
(mu’jir) menyewakan objek ijarah tersebut kepada pihak ketiga sebagai penyewa
(musta’jir). Atas objek ijarah yang disewa tersebut, pihak ketiga memberikan
pembayaran sewa kepada emiten.
5. Emiten meneruskan pembayaran sewa yang diterima dari pihak ketiga kepada
investor berupa cicilan fee ijarah secara periodik sesuai dengan waktu yang
diperjanjikan serta sisa fee ijarah pada saat jatuh tempo sukuk.

Setelah sukuk jatuh tempo dan setelah pelunasan sisa fee ijarah, maka investor yang
diwakili oleh wali amanat mengalihkan kembali hak manfaat beserta objek ijarah
(mahalul manfaat) kepada emiten.

Gambar 11 Skema Sukuk Ijarah Model B

118 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

Penjelasan skema Model B di atas adalah sebagai berikut:


1. Investor menyerahkan sejumlah dana sebesar nilai sukuk kepada emiten dan
emiten menerbitkan sukuk ijarah dengan nilai tertentu yang didasarkan pada
objek ijarah tertentu.
2. Atas penerbitan sukuk tersebut, emiten mengalihkan hak manfaat objek ijarah
kepada investor, dan investor yang diwakili wali amanat sukuk menerima hak
manfaat objek ijarah dari emiten.
3. Investor yang diwakili wali amanat sukuk bertindak sebagai pemberi sewa (mu’jir)
menyewakan objek ijarah tersebut kepada emiten sebagai penyewa (musta’jir).
Atas objek ijarah yang disewa tersebut emiten memberikan pembayaran sewa
kepada investor berupa cicilan fee ijarah secara periodik sesuai dengan waktu
yang diperjanjikan serta sisa fee ijarah pada saat jatuh tempo sukuk.

Setelah sukuk jatuh tempo dan setelah pelunasan sisa fee ijarah, maka investor yang
diwakili oleh wali amanat mengalihkan kembali hak manfaat beserta objek ijarah
(mahalul manfaat) kepada emiten.

Contoh skema sukuk ijarah di luar negeri2 adalah sebagai berikut:

Gambar 12 Skema Sukuk Ijarah di Luar Negeri

2
Contoh sukuk ijarah yang diterbitkan oleh TNB Northern Energy Berhard pada tahun 2013.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 119


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

Penjelasan skema sukuk ijarah di luar negeri di atas adalah sebagai berikut:
1. TNB sebagai induk TNB Prai mendapatkan proyek, selanjutnya TNB memberikan
proyek tersebut kepada TNB Prai untuk menjadi penjamin (guarantor), penyewa
(lessee), maupun sebagai servicing agent. TNB Prai sebagai penjamin mengadakan
perjanjian grant of right agreement dengan TNB NE sebagai penerima penjaminan
yang mewakili investor sukuk untuk memberikan hak atas manfaat tanah sebagai
proyek ijarah dan mengambil manfaat atas aset tanah tersebut dalam waktu 24
tahun. TNB NE akan membayar sewa dalam 1 kali pembayaran kepada TNB Prai
dengan jumlahnya sama dengan nilai penerbitan sukuk TNB NE.
2. Berdasarkan declaration trust, TNB NE menetapkan hak atas aset, termasuk
hak kepemilikan, imbal hasil dan manfaat, saat ini dan yang akan datang, di
dalam perjanjian grant of right agreement, ijarah lease agreement, service agency
agreement dan purchase undertaking atas aset, untuk kepentingan investor.
Issuer menerbitkan sukuk TNB NE ke investor yang merepresentasikan proporsi
hak kepemilikan manfaat yang tidak terbagi, di bawah trust asset. Hasil dari
penerbitan sukuk TNB NE digunakan untuk membayar sewa ke TNB Prai sesuai
grant of right agreement.
3. TNB NE sebagai issuer sukuk mengadakan perjanjian sewa dengan TNB Prai
(sebagai penyewa), untuk menyewakan aset dalam jangka waktu yang sesuai
dengan jangka waktu sukuk, misalnya lebih dari 4 tahun dan tidak lebih dari 23
tahun.
4. Berdasarkan perjanjian sewa ijarah, TNB Prai harus membayar biaya sewa ijarah
ke TNB NE sejumlah uang yang setara dengan rata-rata dari pembayaran berkala,
yang digunakan untuk membayar kepada investor secara berkala dan sesuai
proporsi.
5. Berdasarkan perjanjian wakalah, TNB Prai menunjuk TNB NE sebagai wakil untuk
penyediaan layanan tertentu selama periode konstruksi pabrik sesuai kontrak.
TNB NE sebagai wakil bertanggung jawab untuk: (i) menyimpan dana pembayaran
sewa yang harus dibayarkan kepada TNB Prai dengan basis wadiah; dan (ii) untuk
melakukan pembayaran kepada TNB Prai termasuk biaya sewa dan biaya lain yang
berhubungan dengan proyek.

120 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

6. Berdasarkan service agency agreement, TNB NE (sebagai pihak yg memberikan


sewa), bertindak atas nama investor, menunjuk TNB Prai sebagai servicing agent
dengan fee RM100 dimana selama periode sewa untuk melaksanakan kewajiban
tertentu. Servicing agent tersebut bertanggung jawab menyediakan asuransi
atas aset yang cukup untuk mengantisipasi kerugian karena kerusakan atau
kehancuran aset. Jika hasil dari asuransi tidak cukup menutupi kerugian, maka
servicing agent harus membayar kekurangan tersebut.
7. Perjanjian wakalah akan berakhir setelah pabrik selesai dibangun sesuai kontrak.
TNB Prai sebagai penyewa membayar biaya sewa secara langsung kepada TNB NE
sebagai pihak yg menyewakan, untuk selanjutnya oleh TNB NE didistribusikan
kepada investor sebagai pembayaran berkala sukuk ijarah.
8. TNB Prai sebagai pembeli, memberikan janji berupa purchase undertaking kepada
TNB NE, dimana TNB Prai membeli proporsi kepemilikan aset sesuai sisa masa
periode sukuk pada nilai yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil tersebut
digunakan TNB NE untuk melunasi pokok sukuk kepada investor.

Sukuk Wakalah (bi al-istitsmar)

Pada penerbitan sukuk dengan akad wakalah bi al-istitsmar, berlaku ketentuan dan
batasan sebagaimana tertuang pada fatwa DSN-MUI berikut:
1. Fatwa DSN-MUI Nomor 137/DSN-MUI/IX/2020 tentang Sukuk.
2. Fatwa DSN-MUI Nomor 127/DSN-MUI/VII/2019 tentang Sukuk Wakalah bi al-
istitsmar.
3. Fatwa DSN-MUI Nomor 113/DSN-MUI/IX/2017 tentang Akad Wakalah bi al-Ujrah.
4. Fatwa DSN-MUI Nomor 10/DSN-MUI/IV/2000 tentang Wakalah.

Ketentuan khusus terkait sukuk mudharabah sebagaimana diatur dalam Fatwa DSN-
MUI Nomor 127/DSN-MUI/VII/2019 tentang Sukuk Wakalah Bi Al-Istitsmar adalah
sebagai berikut:
1. Jenis usaha yang dilakukan penerbit sukuk tidak boleh bertentangan dengan
prinsip syariah dengan mengikuti, tunduk, dan patuh pada substansi Fatwa DSN-
MUI Nomor 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 121


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

Reksadana Syariah, Fatwa DSN-MUI Nomor 40/DSN-MUIDU2003 tentang Pasar


Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal, dan
Fatwa DSN-MUI Nomor 80/DSN-MUI/III/2011 tentang Penerapan Prinsip Syariah
Dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek.
2. Penerbit sukuk wakalah bi al-istitsmar wajib menyatakan bahwa dirinya bertindak
sebagai wakil dari pemegang sukuk, untuk mengelola dana hasil penerbitan
sukuk dalam berbagai kegiatan yang menghasilkan keuntungan.
3. Penjaminan dana pemegang sukuk oleh penerbit, mengikuti, tunduk, dan patuh
pada substansi pada ketentuan Fatwa DSN-MUI Nomor 105/DSN-MUI/X/2016
tentang Penjaminan Pengembalian Modal Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah,
dan Wakalah bi al-Istitsmar.
4. Penerbit sukuk dalam pengelolaan dana hasil penerbitan sukuk wajib:
a. Menyampaikan kepada calon pemegang sukuk tentang rencana penggunaan
dana dalam berbagai kegiatan investasi yang akan dilakukannya, antara lain
rencana jenis kegiatan, dan perkiraan keuntungan masing-masing kegiatan.
b. Menyampaikan kepada calon pemegang sukuk tentang jenis akad wakalah
yang digunakan, yaitu wakalah tanpa ujrah (wakalah bi ghairi al-ujrah) atau
wakalah dengan ujrah (wakalah bi al-ujrah). Dalam hal wakalah bil ujrah,
penerbit sukuk wajib menyampaikan jumlah ujrah dan waktu pembayarannya.
c. Menyampaikan kepada calon pemegang sukuk tentang rencana skema akad
yang akan digunakan dalam kegiatan investasi dana hasil penerbitan sukuk
seperti mudharabah, musyarakah, ijarah, bai’, atau akad lain yang sesuai
dengan prinsip syariah.
d. Menyampaikan kepada pemegang sukuk dan otoritas tentang realisasi
penggunaan dana dalam kegiatan investasi yang dilakukan.
e. Meminta persetujuan kepada pemegang sukuk dan otoritas apabila terdapat
perbedaan antara penggunaan dana dengan rencana yang telah disampaikan.
f. Menyerahkan seluruh keuntungan yang diperoleh kepada pemegang sukuk
dalam bentuk imbalan sukuk secara periodik dan/atau pada saat jatuh tempo
sesuai kesepakatan, kecuali disepakati lain dalam akad.
g. Menyampaikan data dan informasi yang diperlukan oleh tim ahli syariah dalam
rangka memberikan pernyataan kesesuaian syariah. an pr

122 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

5. Penerbit sukuk dalam pengelolaan dana hasil penerbitan sukuk dilarang:


a. Melakukan kegiatan di luar wewenang yang diberikan dalam akad wakalah bi
al-istitsmar.
b. Mengambil atau menerima keuntungan dari hasil kegiatan investasi kecuali
disepakati lain dalam akad berdasarkan Fatwa DSN-MUI Nomor 26/DSN-MUI/
VII/2019 tentang Akad Wakalah bi al-Istitsmar; dan
c. Mengambil ujrah selain yang telah disepakati dalam akad wakalah bi al-
istitsmar.
6. Penerbit sukuk dapat membeli sebagian atau seluruh aset sukuk wakalah bi
al-istitsmar sebelum jatuh tempo, dengan membayar harga sesuai dengan
kesepakatan.
7. Untuk pembelian aset sukuk sebelum jatuh tempo, para pihak melakukan
perubahan atau pengakhiran akad aset sukuk.
8. Dengan izin dari pemegang sukuk (muwakkil), penerbit sukuk sebagai wakil boleh
membentuk cadangan (profit equalisation reserve) dari sebagian keuntungan
untuk memitigasi kemungkinan terjadinya risiko investasi. 
9. Penerbit sukuk wajib mengembalikan dana sukuk kepada pemegang sukuk pada
saat sukuk jatuh tempo dengan ketentuan sebagai berikut: 
a. Jika terdapat keuntungan maka penerbit sukuk wajib mengembalikan dana
sukuk beserta keuntungannya.
b. Jika terjadi kerugian maka penerbit sukuk wajib mengembalikan sisa dana
sukuk.
10. Sukuk dengan akad wakalah bi al-Istitsmar dapat diperdagangkan di pasar
sekunder setelah penawaran umum dan dana yang diterima penerbit mulai
digunakan untuk kegiatan usaha.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 123


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

Contoh skema sukuk wakalah yang digunakan dalam penerbitan sukuk korporasi
di Indonesia adalah sebagai berikut:

Gambar 13 Skema Sukuk Wakalah

Penjelasan skema wakalah di atas adalah sebagai berikut:


1. Investor menyerahkan sejumlah dana kepada emiten dan emiten menerbitkan
sukuk wakalah dengan nilai tertentu.
2. Investor yang diwakili wali amanat sukuk memberikan kuasa (akad wakalah)
kepada emiten, dan selanjutnya emiten sebagai wakil investor bertindak untuk
mengelola dana hasil penerbitan sukuk dalam rangka kegiatan investasi yang
menghasilkan keuntungan.
3. Emiten melakukan investasi melalui anak perusahaan sebagai pemilik proyek
investasi. Proyek investasi yang dilakukan dapat dalam bentuk investasi dengan
akad mudharabah, ijarah, dan/atau hiwalah.
4. Keuntungan yang diperoleh dari proyek investasi tersebut diterima oleh emiten.
5. Berdasarkan hasil keuntungan tersebut, emiten memberikan cicilan imbalan
secara periodik sesuai dengan waktu yang diperjanjikan serta sisa imbalan
pada saat jatuh tempo sukuk. Bentuk imbalan yang diberikan kepada investor
tergantung dari jenis akad yang digunakan dalam melakukan investasi.
a. Jika investasi dengan akad mudharabah, maka imbalan yang diberikan berupa
bagi hasil dan pada saat jatuh tempo diberikan berupa pengembalian modal.
b. Jika investasi dengan akad ijarah, maka imbalan yang diberikan berupa cicilan
imbalan ijarah dan pada saat jatuh tempo diberikan berupa sisa imbalan ijarah.

124 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

c. Jika investasi dengan akad hiwalah, maka imbalan yang diberikan berupa
cicilan hiwalah dan pada saat jatuh tempo diberikan berupa pelunasan hiwalah.

Contoh skema sukuk wakalah bi al-Istitsmar di luar negeri3 adalah sebagai berikut:

Gambar 14 Skema Sukuk Wakalah bi al-Istitsmar di Luar Negeri

Penjelasan skema wakalah di atas adalah sebagai berikut:


1. Penerbitan sukuk dilakukan oleh Dar Al-Arkan Real Estate Development Company
melalui Dar Al-Arkan Sukuk Company Ltd, yang berfungsi sebagai penerbit (SPV)
dan wali amanat. Penerbitan sukuk ini menggunakan akad wakalah. Penerbit
wajib membayarkan imbal hasil secara berkala dan pembayaran pokok di akhir
periode sukuk.
2. Investor melakukan pemesanan sukuk dan melakukan pembayaran sukuk kepada
penerbit.

3
Sukuk dengan skema wakalah pernah diterbitkan oleh Dar Al-Arkan Dubai (2013,2014,2017).

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 125


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

3. Dana penerbitan sukuk diinvestasikan oleh penerbit melalui manajer investasi


ke dalam portofolio investasi berdasarkan akad ijarah dan akad murabahah
di beberapa anak perusahaan Dar Al-Arkan. Jumlah minimal investasi pada
perjanjian ijarah adalah sebesar 51 persen dari jumlah emisi sukuk, kecuali dalam
periode sukuk terdapat perubahan akad ijarah.
4. Manajer investasi hanya akan menginvestasikan dana sukuk ke dalam portofolio
yang menghasilkan pengembalian dana dengan jumlah yang minimal sama
dengan jumlah imbal hasil pada jangka waktu yang sama atau lebih besar
dari periode sukuk. Selain itu manajer investasi juga harus memastikan hasil
investasi dapat membayar jumlah pokok sukuk. Manajer investasi dilarang
menggabungkan antara aset yang dimiliki sendiri dengan portofolio sukuk serta
harus memenuhi persyaratan investasi tertentu yang tertuang dalam perjanjian
manajemen investasi.
5. Sebelum tanggal jatuh tempo, manajer investasi harus menjual portofolionya
dan membayarkan hasilnya kepada investor melalui agen pembayar. Dar Al-
Arkan, sebagai penjamin, berkewajiban untuk membayar kekurangan antara hasil
penjualan portofolio dengan kewajiban pembayaran pokok sukuk.

Sukuk Musyarakah

Pada sukuk dengan akad musyarakah, berlaku ketentuan dan batasan sebagaimana
tertuang pada fatwa DSN-MUI berikut:
1. Fatwa DSN-MUI Nomor 137/DSN-MUI/IX/2020 tentang Sukuk.
2. Fatwa DSN-MUI Nomor 114/DSN-MUI/IX/2017 tentang Akad Syirkah.
3. Fatwa DSN-MUI Nomor 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah.

Ketentuan terkait sukuk musyarakah belum diatur secara khusus dalam fatwa
DSN-MUI. Oleh karena itu, dapat merujuk pada ketentuan umum fatwa DSN-MUI
sebagaimana disebutkan di atas.

126 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

Adapun ketentuan terkait sukuk musyarakah adalah sebagai berikut:

1. Struktur sukuk musyarakah dilakukan dengan tujuan untuk menggabungkan


modal dalam rangka menjalankan proyek atau kegiatan tertentu. Dengan
demikian, sukuk musyarakah merepresentasikan partisipasi kepemilikan atas
proyek atau kegiatan.
2. Jenis usaha yang dilakukan emiten (syarik) tidak boleh bertentangan dengan
syariah dengan memperhatikan substansi Fatwa DSN-MUI Nomor 20/DSN-MUI/
IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah.
3. Aset yang bisa digunakan sebagai dasar penerbitan sukuk musyarakah dapat
berupa proyek seperti proyek pembangunan, serta kegiatan seperti kegiatan
investasi dan sebagainya.
4. Pendapatan (hasil) investasi yang dibagikan emiten (syarik) kepada pemegang
sukuk musyarakah (syarik) harus bersih dari unsur non halal.
5. Nisbah keuntungan dalam sukuk musyarakah ditentukan sesuai kesepakatan,
sebelum emisi (penerbitan) sukuk musyarakah.
6. Pembagian keuntungan sukuk dengan akad musyarakah harus berasal dari
kegiatan usaha yang menjadi aset sukuk (ushul al-shukuk).
7. Pembagian pendapatan (hasil) dapat dilakukan secara periodik sesuai kesepakatan,
dengan ketentuan pada saat jatuh tempo diperhitungkan secara keseluruhan.
8. Apabila emiten (syarik) lalai dan/atau melanggar syarat perjanjian dan/atau melampaui
batas, emiten berkewajiban menjamin pengembalian dana/modal musyarakah
dan pemegang sukuk musyarakah dapat meminta emiten untuk membuat surat
pengakuan utang.
9. Apabila emiten (syarik) diketahui lalai dan/atau melanggar syarat perjanjian dan/
atau melampaui batas kepada pihak lain, pemegang sukuk musyarakah dapat
menarik dana/modal sukuk musyarakah.
10. Sukuk dengan akad musyarakah dapat diperdagangkan di pasar sekunder setelah
penawaran umum dan dana yang diterima penerbit mulai digunakan untuk kegiatan
usaha.
Sukuk dengan skema akad musyarakah belum pernah diterbitkan di Indonesia.
Namun demikian di beberapa negara, skema akad musyarakah telah digunakan
dalam penerbitan sukuk.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 127


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

Contoh skema sukuk musyarakah di luar negeri4 adalah sebagai berikut:

Gambar 15 Skema Sukuk Musyarakah di Luar Negeri

Penjelasan skema sukuk musyarakah di luar negeri di atas adalah sebagai berikut:
1. Penerbit menerbitkan sukuk musyarakah dan dibeli oleh investor. Uang dari
investor atas penerbitan sukuk dihitung sebagai penyetoran modal ke dalam
musharakah venture, sedangkan penerbit akan menyetorkan aset sebagai modal
untuk kepentingan venture. Venture dalam hal ini mengacu pada investasi di aset
tertentu. Penerbit bertindak sebagai asset trustee yaitu pemegang manfaat dari
aset sesuai kesepakatan dalam declaration of trust.
Pembagian keuntungan hasil venture antara investor dan penerbit yaitu
berdasarkan rasio pembagian keuntungan sesuai kesepakatan sebesar 85% :
15%. Investor dan penerbit berhak atas pendapatan yang dihasilkan dari venture
selama masa periode sukuk dan/atau hasil dari penjualan aset sukuk sesuai
purchase undertaking.

2. Trustee, atas nama investor, menunjuk penerbit sebagai manajer dari musharakah
venture.

4
Contoh sukuk (MTN syariah) dengan skema musyarakah yang diterbitkan oleh BGSM Management Sdn. Bhd. pada
tahun 2013.

128 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

Keuntungan yang dihasilkan dari venture akan dibagikan kepada masing-masing


pihak pada tanggal pembayaran. Investor membagi keuntungan yang dihasilkan
dari venture berdasarkan proporsi modal di venture. Kerugian dari venture akan
ditanggung antara investor dan penerbit sesuai proporsi setoran modal di venture.

Jika keuntungan yang dihasilkan dari venture lebih besar daripada pembayaran
yang telah ditentukan sesuai tanggal pembayaran, maka kelebihannya akan
diakui oleh manajer sebagai biaya insentif atas pengelolaan venture.

Dalam hal keuntungan yang dihasilkan dari venture tidak cukup untuk membayar
bagi hasil sesuai tanggal pembayaran yang telah ditetapkan, maka penerbit
sebagai obligor akan menambah (top-up) pendanaannya hingga dapat menutupi
defisiensi. Top-up pendanaan tersebut akan di set-off dengan harga sukuk saat
jatuh tempo.

3. Penerbit sebagai obligor membuat perjanjian ke trustee dimana obligor akan


membeli proporsi investor atas aset pada harga dan waktu yang telah ditentukan
dalam perjanjian.

Sukuk Murabahah

Pada sukuk dengan akad murabahah, berlaku ketentuan dan batasan sebagaimana
tertuang pada fatwa DSN-MUI berikut:
1. Fatwa DSN-MUI Nomor 137/DSN-MUI/IX/2020 tentang Sukuk.
2. Fatwa DSN-MUI Nomor 111/DSN-MUI/IX/2017 tentang Akad Jual Beli Murabahah.
3. Fatwa DSN-MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah.
Sukuk murabahah dapat diartikan sebagai sukuk yang diterbitkan untuk
membiayai pembelian dan/atau penjualan barang melalui akad murabahah
sehingga aset tersebut menjadi milik pemegang sukuk.

Ketentuan terkait sukuk murabahah belum diatur secara khusus dalam Fatwa
DSN-MUI. Oleh karena itu, dapat merujuk pada ketentuan umum fatwa DSN-MUI
sebagaimana disebutkan di atas.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 129


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

Adapun ketentuan sukuk murabahah adalah sebagai berikut:

1. Aset yang bisa digunakan sebagai dasar penerbitan sukuk murababah dapat
berupa aset atau barang seperti kapal, kendaraan, komoditas barang tambang
dan sebagainya, yang secara syariah bisa dijual melalui akad murabahah.
2. Penerbitan sukuk murabahah dilakukan dalam rangka memperoleh dana yang
diperlukan untuk membiayai pembelian barang melalui akad murabahah,
sehingga aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset tersebut menjadi milik
pemegang sukuk.
3. Aset tersebut dapat dijual kepada pihak lain dalam rangka menghasilkan
keuntungan bagi investor.
4. Kepemilikan investor atas sukuk merepresentasikan kepemilikan atas aset/barang
tersebut.
5. Sukuk dengan akad murabahah hanya boleh diperdagangkan sepanjang aset
yang menjadi dasar penerbitan sukuk masih dimiliki oleh pemegang sukuk. Jika
aset sukuk telah dijual kepada pihak lain maka tidak boleh diperdagangkan karena
sukuk menjadi representasi atas kepemilikan piutang pembayaran murabahah
(berlaku ketentuan jual beli sharf).

Sukuk dengan skema akad murabahah belum pernah diterbitkan di Indonesia.


Namun demikian di beberapa negara, skema akad murabahah telah digunakan
dalam penerbitan sukuk.

130 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

Contoh skema sukuk murabahah di luar negeri5 adalah sebagai berikut:

Gambar 16 Skema Sukuk Murabahah di Luar Negeri

Penjelasan skema sukuk murabahah di luar negeri di atas adalah sebagai berikut:
1. Originator sebagai calon pembeli suatu barang membuat persetujuan dengan
SPV untuk membeli barang tertentu dengan menggunakan kontrak murabahah.
2. Berdasarkan persetujuan tersebut SPV mengeluarkan sertifikat sukuk murabahah
dan menjualnya kepada investor.
3. Investor menyerahkan uang kepada SPV sesuai nilai harga sukuk murabahah.
4. SPV membeli barang yang dimaksudkan oleh originator dengan menyerahkan
uang tunai sejumlah harga barang.
5. Penjual menyerahkan barang kepada SPV.
6. SPV menyerahkan barang kepada originator dan SPV membuat kontrak sewa
dengan pembeli (akad ijarah muntahiya bittamlik).

5
Sukuk dengan skema murabahah pernah diterbitkan oleh Murabahah Medium-term Notes; Kumpulan Guthrie Bhd
(2004), Murabahah Notes Issuance Facility: Petronas Fertiliser Petroliam Nasional Bhd (Petronas) (2003), BBA Islamic
Debt Securities; Talam Corp Bhd (2003), Lingkaran Laboh Raya Kajang: Deutshe Bank (2001), dan Islamic Commercial
Papers; Wah Seong Corp Bhd (2004).

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 131


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

7. Pembeli membayar harga secara angsuran beserta jumlah sewa barang tertentu.
8. SPV membayar sewa kepada investor sesuai kesepakatan
9. Pada waktu sertifikat sukuk jatuh tempo (maturity), SPV mengembalikan pokok
sukuk kepada investor.

Sukuk Salam

Pada sukuk dengan akad salam, berlaku ketentuan dan batasan sebagaimana
tertuang dalam Fatwa DSN-MUI Nomor 05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Salam.

Sukuk salam adalah sukuk yang diterbitkan untuk membiayai pembelian barang
melalui akad salam (pembayaran dilakukan di muka, penyerahan dilakukan di masa
yang akan datang).

Ketentuan terkait sukuk salam belum diatur secara khusus dalam Fatwa DSN-MUI.
Oleh karena itu, dapat merujuk pada ketentuan umum Fatwa DSN-MUI sebagaimana
disebutkan di atas. Adapun ketentuan sukuk salam adalah sebagai berikut:

1. Aset yang bisa digunakan sebagai dasar penerbitan sukuk salam adalah barang-
barang seperti komoditas pertanian, pertambangan dan sebagainya yang proses
penyerahannya dilakukan di masa yang akan datang sesuai kesepakatan.
2. Jumlah dan kriteria objek jual beli salam yang ditentukan dan diketahui secara
jelas untuk menghindari adanya unsur gharar (uncertainty) dan maysir (gambling).
3. Penerbitan sukuk salam dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan dana guna
membiayai pembelian barang yang dilakukan berdasarkan akad salam.
4. Sukuk salam dalam hal ini merepresentasikan kepemilikan investor terhadap aset
yang menjadi dasar sukuk/underlying asset berupa barang, termasuk keuntungan
(profit) yang diperoleh dari hasil penjualan barang tersebut.
5. Sukuk dengan akad salam tidak boleh diperdagangkan di pasar sekunder (non-
tradable), karena aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset masih belum
ada.

Sukuk dengan skema akad salam belum pernah diterbitkan di Indonesia. Namun
demikian di beberapa negara, skema akad salam telah digunakan dalam penerbitan
sukuk.

132 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

Contoh skema sukuk salam di luar negeri6 adalah sebagai berikut:

Gambar 17 Skema Sukuk Salam di Luar Negeri

Penjelasan skema sukuk salam di luar negeri di atas adalah sebagai berikut:
1. Originator/pembeli aset salam menunjuk guarantor untuk memberikan jaminan
terhadap kontrak jual beli salam.
2. Originator/pembeli aset salam membuat kontrak salam dengan SPV untuk
membangun sebuah proyek tertentu dengan masa penyelesaian 1 tahun.
3. Guarantor memberi jaminan kepada SPV bahwa aset yang diorder originator akan
sanggup dibelinya dengan harga yang disepakati.
4. SPV mengeluarkan sukuk salam untuk membiayai proyek dan menjualnya kepada
investor.
5. Investor membiayai proyek dengan membeli sukuk salam dalam tempo 1 tahun
dengan keuntungan tertentu.

6
Sukuk dengan skema salam pernah diterbitkan oleh Bahrain Monetary Agency (2002, 2002, 2004)

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 133


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

6. SPV menunjuk kontraktor untuk membangun proyek dimaksud dengan


menggunakan dana hasil sukuk.
7. Apabila proyek selesai dibangun, kontraktor menyerahkannya kepada SPV dan
SPV melakukan pembayaran pembangunan proyek kepada kontraktor.
8. SPV menyerahkan proyek salam kepada originator sebagaimana yang
diperjanjikan.
9. Originator membayar tunai kepada SPV sebagai harga pembelian proyek.
10. SPV mengembalikan pokok sukuk salam kepada investor dan membayar
keuntungan sebagaimana telah disepakati sebelumnya.

Sukuk Istishna

Pada sukuk dengan akad istishna’, berlaku ketentuan dan batasan sebagaimana
tertuang dalam Fatwa DSN-MUI Nomor 06/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli
Istishna’.

Sukuk istishna’ diterbitkan untuk membiayai produksi suatu aset/barang (pemesanan


produksi barang), sehingga aset tersebut menjadi milik pemegang sukuk.

Ketentuan terkait sukuk istishna’ belum diatur secara khusus dalam Fatwa DSN-MUI.
Oleh karena itu, dapat merujuk pada ketentuan umum Fatwa DSN-MUI sebagaimana
disebutkan di atas. Adapun ketentuan sukuk istishna’ adalah sebagai berikut:

1. Aset yang bisa digunakan sebagai dasar penerbitan sukuk istishna’ dapat berupa
aset atau barang yang diproduksi atau dibangun. Seperti proyek pembangunan
gedung, jembatan, jalan, pembuatan pesawat, kapal, kendaraan dan sebagainya
yang secara syariah bisa dilakukan melalui akad istishna’.
2. Penerbitan sukuk dengan struktur sukuk istishna’ dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan dana yang diperlukan untuk memproduksi suatu aset atau barang,
sehingga aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset tersebut menjadi milik
pemegang sukuk.
3. Aset sukuk tersebut dapat dijual atau disewakan kepada pihak lain dalam rangka
menghasilkan keuntungan bagi investor.

134 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

4. Kepemilikan investor atas sukuk merepresentasikan kepemilikan atas aset yang


sedang dalam proses produksi tersebut. Namun setelah aset sukuk tersebut
dijual kepada pihak lain maka sukuk merepresentasikan kepemilikan atas piutang
pembayaran
5. Ketika aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset masih belum wujud
maka sukuk istishna’ menjadi tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder
(non tradable). Sukuk istishna’ baru dapat tradable jika aset tersebut telah wujud
dan selesai diproduksi. Namun jika aset tersebut dijual kepada pihak lain, maka
sukuk tidak lagi merepresentasikan kepemilikan atas aset, tetapi atas piutang
pembayaran penjualan aset tersebut sehingga sukuk istishna’ menjadi tidak dapat
diperdagangkan.

Sukuk dengan skema akad istishna’ belum pernah diterbitkan di Indonesia. Namun
demikian di beberapa negara, skema akad istishna’ telah digunakan dalam penerbitan
sukuk.

Contoh skema sukuk istishna’ di luar negeri7 adalah sebagai berikut:

Gambar 18 Skema Sukuk Istishna’ di Luar Negeri

7
Contoh sukuk dengan skema Istishna pernah diterbitkan oleh Tadau Energy Sdn Bhd pada tahun 2017.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 135


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

Penjelasan skema sukuk istishna’ di luar negeri di atas adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan perjanjian yang dibuat antara penerbit dengan sukuk trustee dimana
sukuk trustee setuju dan bertindak atas nama investor sukuk SRI Sukuk Tadau
menandatangani beberapa perjanjian yaitu Perjanjian Istishna, Perjanjian Ijarah,
Service Agency Agreement, dan Purchase Undertaking.
2. Perjanjian Istishna
Sukuk Trustee melakukan perjanjian istishna dengan penerbit (bertindak sebagai
kontraktor) atas aset 1 dan 2 berupa “Solar PV Plant” untuk melakukan hal sebagai
berikut:
a. Kontraktor akan membangun konstruksi dan menyampaikan aset sesuai
dengan harga pemesanan (istishna price). Kontraktor boleh menggunakan
sub kontraktor untuk membangun aset tersebut. Harga istihsna ditentukan
sebelum penerbitan pertama sukuk Tadau SRI dan dicicil sesuai perjanjian.
b. Dalam hal aset tidak selesai dibangun, maka penerbit wajib mengembalikan
sesuai harga istishna, dan wajib membayar ganti rugi sebagai kompensasi atas
kegagalan menyelesaikan pembangunan

136 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

3. Perjanjian Ijarah
Sukuk trustee (bertindak atas nama investor) akan melakukan perjanjian ijarah
dengan penerbit (sebagai penyewa) terhadap aset yang menjadi dasar sukuk/
underlying asset berdasarkan konsep ijarah mawsufah fi zimmah (forwad lease).
Kemudian penerbit selaku penyewa harus membayar uang muka sewa (advance
rental) sesuai perjanjian.

4. Penerbitan SRI Sukuk Tadau


Penerbit menerbitkan Sukuk Tadau yang merepresentasikan kepentingan dan hak
investor sukuk, termasuk proporsi kepemilikan atas aset pada saat penyerahan.
Hasil dari penerbitan Sukuk Tadau SRI akan digunakan untuk membayar penerbit
(selaku kontraktor) berdasarkan harga dalam kontrak istishna yang akan
dibayarkan sesuai dengan penerbitan sukuk Tadau SRI.

5. Service Agency Agreement


Berdasarkan perjanjian tersebut maka:
a. Sukuk trustee akan menunjuk penerbit sebagai “servicing agent” selama masa
sewa berdasarkan perjanjian ijarah.
b. Servicing agent akan melakukan semua perbaikan, penggantian, atau tindakan
pemeliharaan atau membayar atas setiap pekerjaan pemeliharaan atas aset
selama masa sewa.
c. Servicing agent wajib memberikan asuransi yang cukup untuk melakukan
pembelian Sukuk Tadau SRI bila terjadi kerugian total.

6. Setelah konstruksi selesai, kontraktor akan menginformasikan kepada sukuk


trustee terkait penyelesaian dan penyerahan aset.

7. Selama masa sewa, maka Tadau selaku penyewa akan membayar uang sewa
kepada sukuk trustee sesuai perjanjian ijarah.

8. Purchase Undertaking
Di akhir periode, penerbit berjanji akan membeli aset dari sukuk trustee sesuai
dengan harga yang diperjanjikan di awal.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 137


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

Sukuk Wakaf

Berdasarkan Fatwa DSN-MUI Nomor 131/DSN-MUI/X/2019 tentang Sukuk Wakaf, yang


dimaksud sukuk wakaf adalah sukuk yang diterbitkan dalam rangka mengoptimalkan
manfaat aset wakaf dan/atau imbal hasilnya untuk kepentingan umum (mashalih
‘ammah) yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Aset wakaf adalah harta
benda yang menjadi objek wakaf (mawquf).

Ketentuan yang berlaku sesuai fatwa tersebut antara lain adalah:


1. Sukuk wakaf boleh diterbitkan dengan syarat:
a. Aset wakaf tidak boleh dijadikan dasar penerbitan sukuk.
b. Manfaat aset wakaf boleh dijadikan dasar penerbitan sukuk.
c. Kegiatan usaha pada aset wakaf boleh dijadikan dasar penerbitan sukuk.

2. Akad yang dapat digunakan dalam penerbitan sukuk wakaf adalah mudharabah,
ijarah, wakalah bi al-Istitsmar, musyarakah, atau akad lain yang sesuai dengan
prinsip syariah.

3. Ketentuan terkait nazhir dalam sukuk wakaf yaitu:


a. Dalam penerbitan sukuk wakaf, nazhir boleh berperan sebagai penerbit sukuk
atau tidak sebagai penerbit sukuk.
b. Dalam hal nazhir sebagai penerbit sukuk, kedudukan nazhir dalam penerbitan
sukuk disesuaikan dengan akad yang digunakan dalam skema sukuk yang
diterbitkannya.
c. Dalam hal nazhir bukan sebagai penerbit sukuk, pihak lain yang bertindak
sebagai penerbit sukuk melakukan akad dengan nazhir sesuai dengan prinsip
syariah, antara lain akad ijarah dan akad hikr (sewa-menyewa atas tanah/aset
wakaf berjangka panjang untuk mendirikan bangunan atau kegiatan usaha di
atasnya).

4. Ketentuan terkait skema sukuk


Ketentuan khusus yang berlaku pada masing-masing sukuk dengan skema akad
mudharabah, ijarah, wakalah bi al-Istitsmar, dan musyarakah, dapat dilihat pada
fatwa tersebut.

138 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

Sampai dengan saat ini di Indonesia belum ada penerbitan sukuk korporasi yang
diterbitkan melalui penawaran umum, dengan mengoptimalkan aset wakaf. Namun
demikian terdapat beberapa praktik penerbitan sukuf wakaf di luar negeri dengan
skema sukuk sebagai berikut:

1. Sukuk Ijarah Al-Intifa di Mekah untuk pembangunan Zam-Zam Tower


Gambar 19 Skema Sukuk Ijarah Al-Intifa di Mekah

Penjelasan skema:
1) King Abdul Azis Waqf (KAAW) sebagai nazir tanah wakaf dari Raja Arab Saudi
di kompleks Masjidil Haram, Makkah, menandatangani kontrak sewa jangka
Panjang 28 tahun dengan kontraktor bangunan Bin Ladin Group (BLG) dalam
kerangka BOT.
2) Kontrak pembangunan tersebut meliputi pembangunan gedung bertingkat
yang terdiri dari komplek perbelanjaan, 4 tower dan satu hotel di bawah proyek
Zam-Zam Tower (ZZT).
3) BLG kemudian menandatangani kontrak sewa jangka panjang (sub-lease) 28
tahun dengan perusahaan swasta Munshaat Real Estate Projects KSC (MRE) untuk
membiayai pembangunan Zam Zam Tower.
4) Untuk membiayai pembangunan Zam Zam Tower, MRE menerbitkan Sukuk
Al-Intifa’ (time share bond) berjangka 24 tahun sebesar US$390 juta, di mana
pemegang Sukuk Al-Intifa’ memiliki hak manfaat akomodasi Zam Zam Tower dan
pembagian sewa gedung.
5) Di akhir masa sewa (setelah 28 tahun), kepemilikan Zam Zam Tower akan kembali
ke KAAW.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 139


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

2. Sukuk Musyarakah di Singapura, untuk pembangunan Ben Coolen Complex - Al


Warees
Gambar 20 Skema Sukuk Musyarakah di Singapura

Penjelasan skema:
1) MUIS Baitul Mal bertindak sebagai penyedia dana, MUIS sebagai nazir, dan
WAREES Investments Pte. Ltd. sebagai penyedia management expertise.
Kemudian ketiganya membentuk Musharakah Venture (MV).
2) Properti yang dibangun berupa 104 apartemen, sebuah masjid dan komplek
komersial bertingkat 6 lantai, dengan biaya S$35juta.
3) MUIS menerbitkan Sukuk Musyarakah untuk membangun properti dimaksud.
4) Setelah selesai, MV melalui SPV kemudian menyewakan selama 10 tahun kepada
Ascott International Pte.Ltd. untuk mengelola properti komersial (tidak termasuk
masjid), sehingga MV mendapatkan aliran penghasilan yang stabil untuk
membayar Sukuk Musyarakah dan sumber pendapatan.
5) Setelah sewa jangka panjang berakhir, pengelolaan diserahkan kepada WAREES.

140 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

A. Aspek Syariah Lainnya terkait Sukuk

Berdasarkan Fatwa DSN-MUI Nomor 137/DSN-MUI/IX/2020 tentang Sukuk, terdapat


ketentuan terkait perdagangan sukuk di pasar sekunder, sebagai berikut:
1. Sukuk boleh diperdagangkan di pasar sekunder dengan syarat aset sukuk (ushul
al-shukuk) tidak berupa dain (utang atau piutang) atau uang.
2. Sukuk dengan akad bai’ (murabahah, salam, istishna’) tidak dapat diperdagangkan
di pasar sekunder.
3. Sukuk dengan akad mudharabah, musyarakah dan wakalah bi al-Istitsmar dapat
diperdagangkan di pasar sekunder setelah penawaran umum dan dana yang
diterima penerbit mulai digunakan untuk kegiatan usaha.
4. Sukuk dengan akad ijarah hanya boleh diperdagangkan sepanjang ma’jur (mahall
al-manfa’ah dan/atau manfa’ah) dimiliki oleh pemegang sukuk, sedangkan sukuk
ijarah yang asetnya telah menjadi dain tidak dapat diperdagangkan di pasar
sekunder.

Penggunaan aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset

Salah satu karakteristik utama keuangan syariah


adalah adanya keterkaitan erat antara sektor Salah satu fungsi
finansial dengan sektor ekonomi riil, mengingat dari underlying
fungsi uang dalam keuangan syariah adalah asset adalah agar
sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas. penerbitan sukuk
Untuk itu, sistem keuangan syariah mensyaratkan dapat terhindar
agar setiap transaksi finansial, harus didasari oleh dari transaksi
aset riil yang jelas dan terukur. money to money
Dalam konteks ini, sukuk sebagai instrumen yang berpotensi
keuangan syariah memerlukan keberadaan aset mengandung unsur
riil yang menjadi dasar transaksi penerbitan sukuk, riba. Underlying asset
sehingga sukuk dapat merepresentasikan bukti ini tidak sama dengan
bagian kepemilikan atas aset tersebut. Aset yang jaminan.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 141


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

menjadi dasar transaksi penerbitan sukuk itulah yang disebut sebagai underlying
asset, atau dalam bahasa arab diistilahkan sebagai “ushul al-shukuk”.

Salah satu karakteristik yang membedakan antara sukuk dan obligasi adalah adanya
kewajiban memiliki aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset. Salah satu fungsi
dari underlying asset adalah agar penerbitan sukuk dapat terhindar dari transaksi
money to money yang berpotensi mengandung unsur riba. Underlying asset ini
tidak sama dengan jaminan. Pada praktiknya, sebagaimana halnya dengan obligasi,
penerbitan sukuk dapat menggunakan jaminan atau tanpa menggunakan jaminan.

Aset yang menjadi dasar sukuk dalam Fatwa DSN-MUI Nomor 137/DSN-MUI/IX/2020
tentang Sukuk, didefiniskan sebagai aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk.
Adapun jenis aset yang menjadi dasar sukuk tersebut dapat berupa:
1. Aset berwujud (al-a’yan)
Contoh aset berwujud atau aset fisik antara lain dapat berupa tanah, bangunan,
mesin-mesin, jalan tol, jembatan, menara atau tower, kendaraan, inventory dan
semua aset fisik lainnya dapat menjadi dasar penerbitan sukuk sepanjang aset
tersebut tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

Apabila sukuk diterbitkan dengan menggunakan aset berwujud sebagai dasar


penerbitannya, maka terjadi transfer kepemilikan aset tersebut dari emiten
kepada investor sukuk selama masa sukuk.

2. Nilai manfaat atas aset berwujud (manafi’ al-a’yan)


Nilai manfaat merupakan nilai tambah atau faedah dari suatu aset fisik. Contoh
nilai manfaat atas aset berwujud antara lain dapat berupa nilai sewa dari aset
gedung, mobil atau mesin selama periode tertentu.

Apabila sukuk diterbitkan berdasarkan nilai manfaat atas aset berwujud, maka
terjadi transfer kepemilikan manfaat dari emiten kepada investor sukuk selama
periode sukuk, sedangkan kepemilikan atas aset tersebut tetap berada di emiten.

3. Jasa (al-khadamat)
Jasa merupakan perbuatan yang memberikan manfaat untuk pihak lain baik
saat ini maupun di masa depan. Contoh penggunaan jasa yang dijadikan dasar
dalam penerbitan sukuk antara lain dapat berupa jasa layanan haji, jasa layanan
transportasi, jasa layanan pendidikan dan jasa pengangkutan.

142 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

4. Aset proyek tertentu (maujudat masyru’ mu’ayyan)


Aset proyek tertentu merupakan aset khusus yang spesifik dibuat untuk tujuan
tertentu. Contohnya dapat berupa pembangunan proyek jalan tol, pembangunan
proyek jembatan, pembangunan proyek perkantoran pemerintah.

5. Aset kegiatan investasi yang telah ditentukan (nasyath istitsmar khashsh)


Contohnya dapat berupa kegiatan usaha dari perusahaan yang berpotensi
memberikan keuntungan, seperti investasi pada kegiatan usaha ke anak
perusahaan, pembiayaan melalui skema akad-akad tertentu kepada penerima
pembiayaan.

Secara umum, fungsi aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset dalam
penerbitan sukuk dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Sebagai dasar penerbitan sukuk dimana pihak penerbit sukuk mentransfer
kepemilikan aset, nilai manfaat atas aset berwujud, atau jasa kepada investor,
sehingga investor menjadi pemilik dari aset sukuk atau pemilik dari manfaat aset
sukuk.
2. Sebagai dasar pembayaran keuntungan (imbalan) sukuk, dimana aset sukuk
ditransaksikan melalui akad/kontrak syariah sehingga dapat dihasilkan
keuntungan baik berupa uang sewa (ujrah), fee, bagi hasil, atau margin.
3. Sebagai dasar transaksi dan kesesuaian dengan prinsip syariah, agar sukuk
terhindar dari transaksi yang bersifat money to money dan cenderung kepada riba.
4. Sesuai dengan karakteristik dasar dari sistem keuangan syariah dimana transaksi
di sektor keuangan terkait erat dengan sektor ini sehingga dapat menciptakan
nilai tambah ekonomi serta manfaat bagi masyarakat.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 143


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

Agar dapat digunakan sebagai aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset,
aset tersebut harus sesuai dengan prinsip syariah. Untuk itu ketentuan syariah
menghendaki agar aset sukuk setidaknya memenuhi persyaratan antara lain sebagai
berikut:
1. Dapat berwujud secara fisik (tangible asset seperti tanah, bangunan, mesin dan
lain-lain) maupun non-fisik (intangible asset), seperti nilai manfaat atas aset
berwujud dan jasa, atau berupa aset proyek tertentu (maujudat masyru’ mu’ayyan)
dan aset kegiatan investasi yang telah ditentukan (nasyath istitsmar khashsh).
2. Harus bebas dari hal-hal yang diharamkan.
3. Memiliki manfaat atau dapat didayagunakan khususnya untuk hal-hal yang
dihalalkan.
4. Diketahui secara jelas melalui spesifikasi, deskripsi, lokasi, dll, jika aset yang
menjadi dasar sukuk/underlying asset berupa aset berwujud (al-a’yan).

Bentuk-bentuk aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset berdasarkan skema


akad yang pernah digunakan dalam penerbitan sukuk di Indonesia, yaitu:
1. Sukuk dengan akad mudharabah
Diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki aset yang menjadi dasar sukuk/
underlying aset yang terkait dengan pembiayaan atau proyek yang memberikan
profit yang dapat dibagi hasilkan, yaitu antara lain:
a. Lembaga jasa keuangan syariah (seperti perbankan syariah, pembiayaan
syariah, dan unit usaha syariah) untuk kegiatan penyaluran pembiayaan yang
menggunakan akad mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, ijarah,
istishna, MMQ atau IMBT; dan
b. Perusahaan yang kegiatan usahanya bergerak di bidang antara lain
telekomunikasi, penyediaan jasa listrik, produksi makanan dan minuman dan
lainnya.

2. Sukuk dengan akad ijarah


Diterbitkan oleh perusahaan dengan aset yang menjadi dasar sukuk/underlying
asset berupa nilai manfaat atas aset berwujud yang dimiliki perusahaan atau anak
perusahaan baik yang telah ada maupun yang akan ada (maushufah fi dhimmah),
atau yang disewa perusahaan dari pihak ketiga.

144 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

3. Sukuk dengan akad wakalah


Diterbitkan oleh perusahaan dengan aset yang menjadi dasar sukuk/underlying
asset berupa kegiatan investasi oleh emiten melalui anak perusahaan sebagai
pemilik proyek investasi. Proyek investasi yang dilakukan dapat dalam bentuk
investasi dengan akad mudharabah, ijarah, dan/atau hiwalah.

Berikut merupakan contoh aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset yang
diperoleh berdasarkan prospektus penerbitan sukuk di Indonesia:

Tabel 11 Aset yang Menjadi Dasar Sukuk/Underlying Asset Berdasarkan


Penerbitan Sukuk di Indonesia

Skema Akad Contoh Aset yang Menjadi Dasar Sukuk/ Underlying Asset

Mudharabah Pembiayaan syariah perseroan

Pembiayaan syariah, investasi syariah, jasa advisory, dan persiapan


proyek oleh perseroan

Piutang berdasarkan Unit Usaha Syariah perseroan yang merupakan


hasil dari penyaluran pembiayaan syariah berbasis murabahah

Aset produktif dalam rangka pembiayaan ekspor yang tidak bertentangan


dengan prinsip syariah

Ijarah
Hak manfaat atas peralatan-peralatan telekomunikasi milik perseroan

Hak manfaat dari 6 unit kapal keruk dan 18 unit kapal isap produksi yang
diusahakan oleh perseroan

Hak manfaat atas jaringan listrik perseroan

Hak manfaat atas tanah, mesin-mesin, dan peralatan tangki penyimpanan


dan/atau peralatan lainnya milik perseroan

Wakalah Hak manfaat atas peralatan-peralatan telekomunikasi milik perseroan


yang ditetapkan perseroan

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 145


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum Sukuk

Ketentuan dalam POJK dan Fatwa DSN-MUI yang


menyebutkan mengenai penggunan dana sukuk antara lain
adalah sebabagi berikut:
1. POJK Nomor 18/POJK.04/2015 tentang Penerbitan dan
Persyaratan Sukuk, yaitu “Emiten wajib menggunakan
dana hasil Penawaran Umum Sukuk untuk membiayai
kegiatan atau melakukan investasi yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah di Pasar Modal.”
2. Fatwa DSN-MUI Nomor 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan
Investasi untuk Reksadana Syariah dan Fatwa DSN-MUI Nomor 40/DSN-
MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah
di Bidang Pasar Modal, yaitu “Jenis usaha yang dilakukan emiten tidak boleh
bertentangan dengan syariah.”
3. Fatwa DSN-MUI Nomor: 127/DSN-MUI/VII/2019 tentang Sukuk Wakalah Bi Al-
Istitsmar, yaitu:
“Penerbit sukuk wajib:
1) Menyampaikan kepada calon pemegang sukuk tentang rencana
penggunaan dana dalam berbagai kegiatan investasi yang akan
dilakukannya, antara lain rencana jenis kegiatan, dan perkiraan keuntungan
masing-masing kegiatan;
2) Menyampaikan kepada pemegang sukuk dan otoritas tentang realisasi
penggunaan dana dalam kegiatan investasi yang dilakukan.”

Berdasarkan ketentuan POJK dan Fatwa DSN-MUI tersebut di atas, maka salah satu
hal yang harus diperhatikan oleh tim ahli syariah adalah terkait rencana penggunaan
dana hasil penawaran umum sukuk, apakah digunakan oleh emiten sesuai dengan
karakteristik skema akad sukuk atau tidak.

146 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB III Aspek Syariah Terkait Sukuk

Beberapa contoh penggunaan dana dari penerbitan sukuk antara lain untuk modal
kerja, pengembangan usaha emiten atau anak dan kegiatan bisnis yang salah satu
penggunaan dananya untuk membayar kewajiban kepada pihak lain.

Berikut merupakan contoh penggunaan dana yang diperoleh berdasarkan


prosepektus penerbitan sukuk di Indonesia:

Tabel 12 Penggunaan Dana Berdasarkan Penerbitan Sukuk di Indonesia

Skema Akad Contoh Penggunaan Dana

Mudharabah Tambahan modal kerja kegiatan usaha pembiayaan

Modal kerja proyek infrastuktur dan gedung

Pembiayaan aset produktif dalam bentuk pembiayaan ekspor

Pembiayaan konsumen kendaraan bermotor

Ijarah Melakukan pembayaran sebagian utang pokok perseroan

Ekspansi usaha perseroan dan modal kerja perseroan

Pelunasan lebih awal sebagian pokok utang bank milik perusahaan anak,
dan kebutuhan modal kerja perseroan.

Investasi pembangkit, dan/atau jaringan transmisi, interkoneksi, dan


jaringan distribusi tenaga listrik

Pinjaman modal kerja ke entitas anak perusahaan emiten

Pelunasan utang ke bank dan modal kerja proyek real estate

Wakalah Investasi ke kegiatan usaha anak perusahaan dengan menggunakan


akad ijarah, mudharabah, dan hawalah.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 147


Halaman ini sengaja dikosongkan.
PIHAK YANG
TERKAIT DALAM
PENERBITAN
SUKUK

151
162
169
173
Perusahaan Pemeringkat Efek
Konsultan Hukum
Notaris
Tim Ahli Syariah (TAS) dan
Dewan Pengawas Syariah (DPS)
4
Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 149
BAB IV Pihak yang Terkait dalam Penerbitan Sukuk

D
alam praktiknya, penerbitan instrumen sukuk merupakan kerja sama antara
emiten, penjamin emisi efek dengan para lembaga dan profesi penunjang
yang terlibat dalam penerbitan sukuk, antara lain yaitu:

1. Wali Amanat;
2. Pemeringkat Efek;
3. Konsultan Hukum;
4. Notaris;
5. Akuntan Publik, dan
6. Tim Ahli Syariah
Peran wali amanat telah diuraikan dalam Bab 1 modul ini. Selanjutnya, dalam bab ini
akan dipaparkan peran dari lembaga dan profesi penunjang yang berkaitan langsung
dengan penerbitan sukuk.

A. Perusahaan Pemeringkat Efek

Perusahaan pemeringkat efek memiliki peran untuk menerbitkan peringkat


bagi emiten yang menerbitkan sukuk. Dalam melakukan proses pemeringkatan,
perusahaan pemeringkat efek membutuhkan waktu kurang lebih 30 hari kerja sejak
sejak disepakatinya perjanjian pemeringkatan atau dalam waktu yang disepakati
oleh perusahaan pemeringkat efek dengan pihak yang meminta pemeringkatan.
Hal ini sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam POJK Nomor 24/POJK.04/2021
tentang Pedoman Kegiatan Perusahaan Pemeringkat Efek. Berikut contoh ilustrasi
proses pemeringkatan yang dilakukan:

Gambar 21 Contoh Ilustrasi Proses Pemeringkatan

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 151


BAB IV Pihak yang Terkait dalam Penerbitan Sukuk

Pada proses pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum sukuk, hasil
peringkat sukuk diharapkan dapat diperoleh paling lambat sebelum penandatanganan
perjanjian dan dokumen registrasi pertama ke OJK. Untuk menyiasati hal tersebut,
perusahaan dapat menunjuk lebih dahulu Lembaga Pemeringkat agar dapat segera
memulai proses pemeringkatan (dilakukan lebih awal sebelum pelaksanaan kick-off).

Metodologi Pemeringkatan

Peringkat atau juga dikenal credit rating adalah opini yang dilakukan oleh Lembaga
Pemeringkat tentang kemampuan pemenuhan kewajiban keuangan di masa depan
oleh emiten berkaitan dengan sukuk secara penuh dan tepat waktu. Peringkat dapat
mencerminkan probabilitas gagal bayar atas pemenuhan kewajiban keuangan
oleh suatu entitas atau atas sukuk. Namun demikian peringkat bukan rekomendasi
investasi atas efek, bukan valuasi atas entitas atau efek, dan juga bukan hasil audit
atas entitas. Ketentuan mengenai pemeringkatan efek diatur dalam POJK Nomor 49/
POJK.04/2020 tentang Pemeringkatan Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk.

Metodologi pemeringkatan merupakan prosedur yang digunakan oleh perusahaan


pemeringkat efek untuk menentukan peringkat. Adapun beberapa faktor yang
diperlukan dalam proses metodologi pemeringkatan meliputi:
1. Informasi yang harus dipertimbangkan dan dianalisis; dan
2. Kerangka analisis, termasuk rumus,
pengukuran keuangan, asumsi, kriteria, atau
Peringkat atau juga
faktor kuantitatif atau kualitatif lainnya.
dikenal credit rating
Objek pemeringkatan yang dilakukan oleh adalah opini yang
perusahaan pemeringkat efek dapat berupa: dilakukan oleh Lembaga
1. Pemeringkatan atas pihak sebagai entitas; Pemeringkat tentang
dan/atau kemampuan pemenuhan
kewajiban keuangan di
2. Pemeringkatan atas efek bersifat utang,
masa depan oleh emiten
sukuk, efek beragun aset, atau efek lain yang
berkaitan dengan sukuk
dapat diberikan peringkat.
secara penuh dan tepat
waktu.

152 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB IV Pihak yang Terkait dalam Penerbitan Sukuk

Dalam melakukan pemeringkatan atas objek tersebut di atas, setiap perusahaan


pemeringkatan efek memiliki metode pemeringkatan yang berbeda-beda. Contoh
ilustrasi metodologi pemeringkatan atas sukuk adalah sebagai berikut:

Gambar 22 Contoh Metodologi Pemeringkatan atas Surat Utang dan Sukuk

1. Dalam menganalisis risiko dapat dilihat dari 3 aspek yaitu industri, bisnis dan
keuangan.
a. Faktor yang dapat dipertimbangkan ketika menganalisis risiko industri antara
lain adalah: pertumbuhan dan stabilitas industri, komposisi pendapatan dan
biaya, persaingan industri, kerangka regulasi terkait, serta profil keuangan
industri.
b. Faktor yang dapat dipertimbangkan ketika menganalisis risiko bisnis antara
lain adalah: pelaksanaan tata kelola perusahaan, posisi pasar, diversifikasi
produk serta manajemen proyek dan manajemen operasi (contoh untuk sektor
konstruksi).
c. Faktor yang dapat dipertimbangkan ketika menganalisis risiko keuangan
antara lain adalah: kebijakan keuangan, struktur permodalan, proteksi arus kas
dan likuiditas, serta fleksibilitas keuangan.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 153


BAB IV Pihak yang Terkait dalam Penerbitan Sukuk

2. Untuk mengetahui profil kredit perusahaan dapat dilihat dari aspek bisnis dan
keuangan.
a. Analisis profil bisnis perusahaan berdasarkan faktor penentu keberhasilan (key
success factors). Analisis ini akan menghasilkan peringkat profil bisnis. Faktor
yang dapat dipertimbangkan ketika menganalisis profil bisnis antara lain
adalah: posisi pasar, manajemen, diversifikasi produk, serta jaringan distribusi
dan kapabilitas.
b. Analisis profil keuangan berdasarkan data keuangan historis dan proyeksi,
yang kemudian dibandingkan dengan benchmark dan kondisi industri.
Analisis ini akan menghasilkan peringkat profil keuangan. Faktor yang dapat
dipertimbangkan ketika menganalisis profil keuangan antara lain adalah:
permodalan, kualitas aset, profitabilitas, dan fleksibilitas keuangan.
3. Ketika menganalisis dukungan induk perlu diidentifikasi siapa yang menjadi
induk perusahaan, apakah pemerintah atau perusahaan swasta. Hal ini sangat
menentukan bentuk analisis yang dilakukan.
a. Faktor yang dapat dipertimbangkan ketika menganalisis dukungan induk dari
pemerintah antara lain adalah: bentuk dukungan pemerintah itu sendiri dan
faktor lainnya, seperti kendali dan pengawasan, kekuatan regulasi, rekam jejak
dukungan, layanan publik yang diberikan, serta dampak terhadap ekonomi.
b. Faktor yang dapat dipertimbangkan ketika menganalisis dukungan induk dari
perusahaan swasta antara lain adalah: kemampuan induk (peringkat induk dan
kekuatan keuangan induk) dan tingkat kepentingan anak perusahaan, seperti
kendali dan pengawasan, tingkat integrasi bisnis, risiko reputasi, rekam jejak
dukungan, serta kontribusi terhadap induk.
4. Setelah melakukan analisis pada nomor 1, 2, dan 3 di atas maka akan diperoleh
peringkat atas perusahaan. Selanjutnya untuk mengetahui peringkat atas efek
perlu dilakukan tahapan analisis selanjutnya.
5. Dalam melakukan analisis atas surat utang atau sukuk, perlu diidentifikasi
mengenai struktur dari surat utang atau sukuk antara lain sebagai berikut:

154 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB IV Pihak yang Terkait dalam Penerbitan Sukuk

Gambar 23 Struktur Surat Utang atau Sukuk

Khusus ketika menganalisis sukuk, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan,
antara lain sebagai berikut:
a. Pada dasarnya sukuk memiliki karakteristik khusus karena mengharuskan
adanya aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset. Namun demikian
perlu dipastikan apakah ada struktur transaksi yang tegas yang memisahkan
antara risiko aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset dengan risiko
entitas dari penerbit sukuk. Hal ini dapat dilihat dari skema sukuk dan akad
yang digunakan.
b. Berdasarkan praktik penerbitan sukuk selama
ini, pada umumnya tidak terdapat pembatasan
bahwa arus kas pembayaran sukuk hanya
berasal dari aset yang menjadi dasar sukuk/
underlying asset saja, namun juga bisa berasal
dari arus kas entitas penerbit.
c. Pemeringkatan juga relatif dipengaruhi
oleh adanya jaminan atas sukuk tersebut.
Jaminan tersebut dapat berasal dari internal
perusahaan dalam bentuk dana yang khusus
disisihkan untuk pelunasan sukuk (sinking
fund) atau berasal dari eksternal perusahaan
dalam bentuk jaminan pihak ketiga (credit
enhancement).

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 155


BAB IV Pihak yang Terkait dalam Penerbitan Sukuk

d. Oleh karena itu risiko gagal bayar atas sukuk tidak berbeda dengan risiko gagal
bayar atas kewajiban entitas secara umum, sehingga pada umumnya peringkat
sukuk setara dengan peringkat entitas penerbit.
e. Dalam hal sukuk yang diterbitkan bersifat junior/subordinasi, maka
perlakuannya sama dengan obligasi junior/subordinasi yaitu peringkat sukuk
lebih kecil dibandingkan peringkat entitas penerbit.
6. Berdasarkan tahapan analisis di atas, perusahaan pemeringkat akan melakukan
proses analisis dan selanjutnya penentuan peringkat atas surat utang/sukuk.
Berikut merupakan contoh simulasi pemeringkatan atas surat utang yang
dilakukan oleh perusahaan pemeringkat:

Gambar 24 Simulasi Pemeringkatan atas Surat Utang

No Analisis Case 1 Case 2 Case 3 Case 4


1 Industry Risk Low Risk Intermediate Moderately High Highrisk
2 Business Risk AAA AA- A+ BBB
3 Financial Risk AA- A- A+ BBB+
4 Standalone Credit AA A+ A+ BBB
5 Parent Rating AAA
id
AA
id id
AAA AA
id

6 Parent Support Parent - 0 Standalone + 0 Parent - 2 Standalone + 1


7 Peringkat Perusahaan (GO) id
AAA id
A+ id
AA id
BBB+
8 Jenis surat utang Konvensional Sukuk Konvensional Sukuk
9 Struktur surat utang Subordinated debt Senior, unsecured 100% parent guarantee 100% parent guarantee
10 Peringkat Surat Utang id
AA AA+(sy)
id
AAA(cg)
id
AA(sy) (cg)
id

(peringkat < GO karena (peringkat = GO) (peringkat = parent (peringkat = parent


subordinasi) sebagai guarantor) sebagai guarantor)

Simulasi tersebut tidak mencerminkan kondisi sesungguhnya pada perusahaan


tertentu. Penentuan peringkat yang dihasilkan dapat berbeda-beda di antara masing-
masing perusahaan pemeringkat, tergantung dari metode yang digunakan.

156 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB IV Pihak yang Terkait dalam Penerbitan Sukuk

Pemeringkatan Atas Sukuk

Sampai dengan saat ini perusahaan pemeringkat efek yang telah mendapatkan
izin usaha dari OJK ada 4 perusahaan, yaitu PT Pemeringkat Efek Indonesia, PT Fitch
Ratings Indonesia, PT Kredit Rating Indonesia, dan PT Pemeringkat Kredit Indonesia.
Setiap perusahaan pemeringkat memiliki simbol peringkatnya masing-masing yang
menunjukkan risiko dalam urutan peringkat yang relatif. Berikut merupakan contoh
ilustrasi penulisan peringkat dari 2 perusahaan pemeringkat yang telah mendapatkan
izin OJK:

Tabel 13 Contoh Ilustrasi Penulisan Peringkat dari Dua Perusahaan


Pemeringkat

PT Pemeringkat Efek
PT Fitch Ratings Indonesia
Indonesia
Peringkat jangka panjang idAAA AAA(idn)
idAA+ s.d idAA- AA+(idn) s.d AA-(idn)
idA+ s.d idA- A+(idn) s.d A-(idn)
idBBB+ s.d idBBB- BBB+(idn) s.d BBB-(idn)
idBB+ s.d idBB- BB+(idn) s.d BB-(idn)
idB+ s.d idB- B+(idn) s.d B-(idn)
kurang dari idB- kurang dari B-(idn)
Peringkat jangka pendek idA1 F1+(idn) s.d F1(idn)
idA2 F2(idn)
idA3 s.d idA4 F3(idn)
kurang dari idA4 kurang dari F3(idn)
Minimum investment grade:
◆ Surat berharga jangka idBBB- BBB-(idn)
menengah dan jangka panjang
◆ Surat berharga jangka pendek idA4 F3(idn)

Sumber: www.kanalperbankanojk.go.id

Investment grade  merupakan sebuah peringkat yang menunjukkan sukuk yang


diterbitkan perusahaan memiliki risiko gagal bayar yang relatif lebih rendah
dibandingkan dengan non-investment grade. Dalam hal ini perusahaan yang

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 157


BAB IV Pihak yang Terkait dalam Penerbitan Sukuk

memperoleh investment grade  pada peringkat atas sukuknya berarti kondisi


keuangan perusahaan kuat, sumber likuiditas dan/atau tingkat profitabilitas dan
laba yang tinggi, sehingga dapat memberikan rasa aman kepada investor dari
kemungkinan kerugian atau gagal bayar. Peringkat sukuk layak investasi (investment
grade) dipandang sebagai investasi yang aman dan stabil.

Peringkat atas sukuk menjadi salah satu pertimbangan utama saat menentukan
berapa rentang imbal hasil yang akan ditawarkan kepada calon investor di masa
penawaran awal (bookbuilding) selain jumlah emisi, tenor, penggunaan dana maupun
struktur jaminan.

Berdasarkan POJK Nomor 49/POJK.04/2020 tentang Pemeringkatan Efek Bersifat


Utang dan/atau Sukuk, ketentuan terkait pemeringkatan antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Emiten yang akan menerbitkan sukuk melalui penawaran umum harus
memperoleh peringkat sukuk atas setiap klasifikasi sukuk dari perusahaan
pemeringkat efek.
2. Masa berlaku peringkat sukuk yaitu 1 tahun setelah peringkat tersebut diterbitkan,
sedangkan jangka waktu antara tanggal hasil pemeringkatan dengan tanggal
efektifnya pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum sukuk adalah
paling lama 6 bulan.
3. Emiten wajib menyampaikan peringkat tahunan atas setiap klasifikasi sukuk
kepada OJK paling lambat 10 hari kerja setelah berakhirnya masa berlaku
peringkat terakhir sampai dengan emiten telah menyelesaikan seluruh kewajiban
yang terkait dengan sukuk yang diterbitkan.
4. Dalam hal perusahaan pemeringkat efek menerbitkan peringkat yang berbeda
dengan sebelumnya karena adanya fakta material atau kejadian penting,
maka emiten wajib menyampaikan kepada OJK serta mengumumkan kepada
masyarakat setelah diterimanya peringkat yang berbeda dengan sebelumnya.
Peringkat yang berbeda dengan sebelumnya tersebut berlaku sampai dengan
akhir periode peringkat tahunan.
5. Emiten yang menerbitkan sukuk melalui PUB wajib memperoleh peringkat atas
sukuk, yang mencakup keseluruhan nilai PUB sukuk yang direncanakan.

158 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB IV Pihak yang Terkait dalam Penerbitan Sukuk

6. Dalam hal emiten menerima hasil pemeringkatan ulang dari perusahaan


pemeringkat efek terkait dengan peringkat sukuk, maka emiten wajib
menyampaikan hasil pemeringkatan ulang kepada OJK setelah diterimanya
peringkat dimaksud.
7. Dalam hal emiten tidak lagi memiliki peringkat sukuk (contohnya karena peringkat
ditarik oleh perusahaan pemeringkat efek), maka emiten wajib menyampaikan
informasi kepada OJK dan mengumumkan kepada masyarakat setelah terjadinya
hal dimaksud; serta memperoleh peringkat paling lambat 30 hari kerja sejak
emiten tidak lagi memiliki peringkat.
8. Dalam hal emiten memperoleh peringkat default, maka kewajiban pemeringkatan
atas sukuk tidak berlaku sampai terdapat perkembangan yang menunjukkan
kemampuan emiten untuk menyelesaikan kewajiban atas sukuk.

Peran Perusahaan Pemeringkat Efek

Perusahaan pemeringkat efek dalam melakukan perannya sebagai pihak yang


mengeluarkan peringkat wajib memiliki dan menerapkan pedoman perilaku dalam
melakukan kegiatan pemeringkatan, sesuai POJK Nomor 24/POJK.04/2021 tentang
Pedoman Kegiatan Perusahaan Pemeringkat Efek.

Untuk menjaga kualitas proses pemeringkatan, berikut merupakan hal-hal yang


menjadi kewajiban dari perusahaan pemeringkat efek:
1. Memiliki dan menerapkan metodologi pemeringkatan secara tertulis dengan
memenuhi kondisi paling sedikit: tepat dan sistematis, diterapkan secara
konsisten, telah diuji keandalannya, serta dapat menghasilkan peringkat yang
dapat divalidasi secara objektif berdasarkan historis.
2. Menerapkan tahapan proses pemeringkatan sebagaimana contoh ilustrasi di atas.
3. Bertanggung jawab atas setiap hasil peringkat yang dikeluarkan dan wajib
mendefinisikan interpretasi dari setiap kategori hasil peringkat serta menerapkan
kategori dimaksud secara konsisten pada setiap pihak dan/atau efek yang
diperingkat.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 159


BAB IV Pihak yang Terkait dalam Penerbitan Sukuk

4. Memiliki dan menerapkan kebijakan serta prosedur untuk melakukan pemantauan


dan pemutakhiran secara terus-menerus dan/atau berkala atas setiap hasil
peringkat yang telah dipublikasikan.
5. Memiliki analis dan fungsi penelaahan, serta komite pemeringkat.

Dalam melakukan analisis untuk menentukan peringkat, perusahaan pemeringkat


membutuhkan data-data dari internal perusahaan antara lain sebagai berikut:

Gambar 25 Data Internal yang Dibutuhkan dalam Pemeringkatan

Pada dasarnya, masing-masing perusahaan pemeringkat memiliki metode tersendiri


dalam pemeringkatan atas sukuk dan/atau atas surat utang lainnya. Namun demikian,
dalam proses pemeringkatan sukuk dibutuhkan tambahan dokumen pendukung
antara lain skema sukuk dan pernyataan kesesuaian syariah.

Selanjutnya, setelah perusahaan pemeringkat mengeluarkan peringkat tertentu


atas perusahaan atau efek (sukuk), perusahaan pemeringkat memiliki kewajiban
untuk memantau peringkat tersebut. Jenis pemantauan yang dapat dilakukan oleh
perusahaan pemeringkat efek adalah pemantauan tahunan, pemantauan kuartalan,
pemantauan sukuk yang jatuh tempo, dan pemantauan atas fakta material. Berikut
merupakan penjelasan dari masing-masing jenis pemantauan tersebut:

160 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB IV Pihak yang Terkait dalam Penerbitan Sukuk

Gambar 26 Jenis-jenis Pemantauan oleh Perusahaan Pemeringkat Efek

Hal-hal yang Harus Diperhatikan oleh Perusahaan Pemeringkat Efek

Berikut merupakan hal-hal yang perlu menjadi perhatian bagi perusahaan


pemeringkat sukuk dalam melakukan perannya, antara lain yaitu:
1. Perusahaan pemeringkat perlu memastikan bahwa informasi yang diberikan
oleh perusahaan telah cukup memadai dan akurat sesuai dengan kondisi bisnis
dan keuangan perusahaan. Dalam hal informasi yang diterima dari perusahaan
tidak cukup memadai, maka perusahaan pemeringkat dapat menolak penugasan
untuk melakukan pemeringkatan tersebut.
2. Perusahaan pemeringkat wajib mengungkapkan hasil peringkat dalam hal
terdapat keterbatasan data historis dan/atau terdapat penyesuaian yang material
dari laporan keuangan yang telah dipublikasikan.
3. Publikasi perubahan peringkat selalu dilakukan setiap pemantauan dilakukan,
baik annual, quartal, debt maturity dan special review. Hal ini dengan maksud
memberikan gambaran yang jelas pada pengguna peringkat mengenai kondisi
entitas atau sukuk.
4. Dalam hal perusahaan pemeringkat berhenti melakukan pemantauan atas hasil
peringkat yang telah dipublikasikan, maka perusahaan pemeringkat wajib menarik
hasil peringkat tersebut, kemudian mengumumkan kepada masyarakat dan
melaporkan kepada OJK. Penghentian pemantauan tersebut dapat disebabkan
antara lain karena efek yang diperingkat telah dilunasi seluruhnya.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 161


BAB IV Pihak yang Terkait dalam Penerbitan Sukuk

5. Perusahaan pemeringkat dilarang memberikan kepastian atau jaminan, baik


secara implisit maupun eksplisit atas hasil peringkat sebelum selesainya proses
pemeringkatan.
6. Dalam hal perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang berpotensi
mengakibatkan gagal bayar sukuk, maka perusahaan pemeringkat dapat
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Melakukan pemeringkatan kembali atas sukuk meskipun masih dalam masa
berlakunya sukuk. Contoh kondisi substansial terhadap kondisi keuangan
perusahaan, antara lain adalah adanya divestasi segmen bisnis utama atau
adanya gagal bayar/restrukturisasi pada kewajiban keuangan lainnya.
b. Perusahaan pemeringkat dapat melakukan pemantauan secara khusus
atas hasil Rapat Umum Pemegang Sukuk agar dapat ditindaklanjuti melalui
pembaruan peringkat yang akan diberikan
c. Apabila dalam melakukan penelaahan perusahaan pemeringkat tidak
memiliki kecukupan data dan informasi yang mendukung, maka perusahaan
pemeringkat dapat menarik peringkat perusahaan dan sukuk yang telah
dikeluarkan sebelumnya.

B. Konsultan Hukum

Dalam melakukan kegiatannya di bidang pasar modal, selain kewajiban untuk


memenuhi persyaratan sebagai advokat, konsultan hukum wajib terlebih dahulu
terdaftar di OJK dan memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam POJK Nomor
66/POJK.04/2017 tentang Konsultan Hukum yang Melakukan Kegiatan di Pasar
Modal. Berdasarkan POJK tersebut definisi dari konsultan hukum adalah ahli hukum
yang memberikan pendapat hukum kepada pihak lain yang melakukan kegiatan di
bidang pasar modal dan terdaftar di OJK.

Konsultan hukum yang telah terdaftar di OJK wajib antara lain:


1. Menaati kode etik dan standar profesi konsultan hukum;
2. Bersikap independen, objektif, dan profesional;
3. Mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan sesuai ketentuan yang berlaku;

162 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB IV Pihak yang Terkait dalam Penerbitan Sukuk

4. Menyampaikan laporan kepada OJK, baik laporan berkala maupun laporan


perubahan data dan informasi;
5. Melakukan uji tuntas hukum dan memberikan pendapat hukum sesuai standar
profesi; dan
6. Memenuhi panggilan dan/atau menjalani pemeriksaan oleh OJK.

Selanjutnya, konsultan hukum yang telah terdaftar di OJK dilarang:


1. Mengalihkan tanggung jawab penugasan di bidang pasar modal kepada pihak
lain yang tidak terdaftar di OJK; dan/atau
2. Tergabung dan/atau bekerja rangkap dalam jabatan apapun di kantor konsultan
hukum lain dan/atau profesi penunjang lainnya yang terdaftar di OJK.

Peran Konsultan Hukum

Dalam penerbitan sukuk, konsultan hukum memiliki


peran dalam memeriksa aspek hukum dari perusahaan
berdasarkan dokumentasi/fakta/bukti yang ada dari
perusahaan dan hasil pengecekan mandiri yang
dilakukan oleh konsultan hukum. Hasil pemeriksaan
tersebut akan tertuang pada laporan pemeriksaan segi
hukum yang menjadi dasar dalam mengeluarkan opini/
pendapat hukum.

Pemeriksaan atas aspek hukum yang dilakukan oleh


konsultan hukum memiliki lingkup tugas dan objek yang
sama antara penerbitan sukuk yang dilakukan melalui
penawaran umum maupun penerbitan sukuk yang
dilakukan tanpa melalui penawaran umum. Secara garis
besar, tugas pokok konsultan hukum dalam penerbitan
sukuk mencakup 3 hal sebagai berikut:

1. Melakukan uji tuntas aspek hukum


Uji tuntas berdasarkan aspek hukum (legal due diligence) merupakan kegiatan
pemeriksaan secara seksama (namun bukan investigative) dari segi hukum yang
dilakukan oleh konsultan hukum terhadap suatu perusahaan atau objek transaksi

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 163


BAB IV Pihak yang Terkait dalam Penerbitan Sukuk

sesuai dengan tujuan transaksi. Selain itu juga untuk memperoleh informasi atau
fakta material yang dapat menggambarkan kondisi suatu perusahaan atau objek
transaksi.

Dalam menjalankan uji tuntas tersebut, konsultan hukum wajib melakukan


analisis pada objek antara lain sebagai berikut:
a. Anggaran dasar perusahaan.
b. Notulen rapat.
c. Struktur permodalan dan susunan pemegang saham.
d. Dewan komisaris dan direksi.
e. Perizinan berusaha dan/atau persetujuan.
f. Laporan keuangan.
g. Asuransi.
h. Ketenagakerjaan.
i. Perkara hukum.
j. Perjanjian dengan pihak ketiga dan terafiliasi; dan
k. Pendapat akuntan atau management letter.

Di samping objek tersebut di atas, khusus untuk penerbitan sukuk, terdapat


tambahan objek yang wajib dianalisis oleh konsultan hukum antara lain sebagai
berikut:
a. Aset yang menjadi dasar sukuk.
b. Peringkat yang dikeluarkan oleh perusahaan pemeringkatan efek atau sukuk.
c. Akad syariah dalam penerbitan sukuk.
d. Perjanjian perwaliamanatan.
e. Perjanjian jaminan (jika ada).
f. Besaran nisbah pembayaran bagi hasil, marjin, atau imbal jasa sesuai dengan
karakteristik akad syariah.
g. Rencana penggunaan dana hasil penerbitan sukuk sesuai dengan karakteristik
akad syariah.
h. Sumber dana yang digunakan untuk melakukan pembayaran bagi hasil, marjin,
atau imbal jasa sesuai dengan karakteristik akad syariah.

164 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB IV Pihak yang Terkait dalam Penerbitan Sukuk

i. Penggantian aset yang menjadi dasar sukuk jika terjadi hal-hal yang
menyebabkan nilainya tidak lagi sesuai dengan nilai sukuk yang diterbitkan
(jika diperlukan sesuai karakteristik akad syariah).
j. Syarat dan ketentuan dalam hal emiten akan mengubah jenis akad syariah, isi
akad syariah dan/atau aset yang menjadi dasar sukuk.
k. Ketentuan apabila emiten gagal dalam memenuhi kewajibannya.
l. Mekanisme penanganan dalam hal emiten gagal dalam memenuhi
kewajibannya.
m. Pernyataan kesesuaian syariah atas sukuk dalam penawaran umum dari dewan
pengawas syariah emiten atau tim ahli syariah.
2. Memberikan pendapat hukum
Pendapat hukum merupakan pendapat yang diberikan oleh konsultan hukum
mengenai keadaan, transaksi dan/atau hubungan hukum tertentu, yang akan
memberikan wawasan atas konsekuensi hukum dan/atau risiko-risiko hukum
yang terkait dengan keadaan, transaksi dan/atau hubungan hukum yang menjadi
objek pendapat hukum dimaksud, kepada pihak yang menerima pendapat
hukum tersebut.

Bagi konsultan hukum, pendapat hukum berfungsi untuk menjelaskan kondisi


atau keadaan suatu perusahaan berdasarkan segi hukum. Contohnya mengenai
sejauh mana perusahaan telah menaati ketentuan anggaran dasar dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Selain itu, kondisi mengenai perikatan-perikatan material yang dilakukan oleh
perusahaan, aset-aset material yang dimiliki perusahaan maupun hal-hal penting
lainnya sesuai dengan transaksi yang dilakukan perusahaan tersebut. Dengan
demikian pihak penerima pendapat hukum dapat mengambil keputusan
terhadap transaksi yang akan dijalankan.

Pendapat hukum tersebut memiliki 2 unsur, yaitu:


a. Ketentuan peraturan perundangan yang berlaku pada periode terkait, dan
b. Pendapat hukum sebagai hasil dari pemeriksaan uji tuntas yang telah dilakukan.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 165


BAB IV Pihak yang Terkait dalam Penerbitan Sukuk

Berdasarkan POJK Nomor 9/POJK.04/2017 tentang Bentuk dan Isi Prospektus dan
Prospektus Ringkas dalam Rangka Penawaran Umum Bersifat Utang, pendapat dari
segi hukum oleh konsultan hukum yang wajib diungkapkan dalam prospektus antara
lain memuat:
a. Keabsahan akta pendirian;
b. Kesesuaian anggaran dasar terakhir dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di sektor pasar
modal;
c. Keabsahan perjanjian dalam rangka
penawaran Umum dan perjanjian penting
lainnya;
d. Izin dan persetujuan pokok yang diperlukan
dalam pelaksanaan kegiatan usaha atau kegiatan usaha yang direncanakan
emiten;
e. Status kepemilikan, pembebanan, asuransi, dan sengketa atas aset emiten
yang nilainya material;
f. Perkara yang penting dan relevan, tuntutan perdata atau pidana, serta
tindakan hukum lainnya menyangkut emiten dan perusahaan anak, anggota
direksi atau anggota dewan komisaris (jika ada);
g. Struktur permodalan dan pemegang saham emiten serta setiap perubahannya
selama 2 tahun terakhir atau sejak berdirinya bagi emiten yang berdiri kurang
dari 2 tahun; dan
h. Aspek hukum material lainnya sehubungan dengan emiten dan penawaran
sukuk.
3. Melakukan review atas dokumen transaksi
Dalam melakukan pemeriksaan atas dokumen transaksi, konsultan hukum juga
termasuk mereviu kesesuaiannya dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia. Dokumen transaksi yang diperiksa adalah semua dokumen
yang terkait dengan penerbitan sukuk, baik dokumen yang berbentuk akta
notariil maupun dokumen perjanjian antara kedua belah pihak yang dibuat di
bawah tangan. Untuk dokumen yang berbentuk akta notariil, konsultan hukum
akan bekerja sama (rely) dengan notaris dalam pengecekan keabsahannya. Untuk

166 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB IV Pihak yang Terkait dalam Penerbitan Sukuk

dokumen yang berbentuk perjanjian di bawah tangan, konsultan hukum akan


melakukan pengecekan secara mandiri terhadap perjanjian tersebut, termasuk
terkait dengan keabsahannya.

Dokumen transaksi yang menjadi objek pemeriksaan konsultan hukum dalam


penerbitan sukuk antara lain:

a. Perjanjian perwaliamanatan sukuk;


b. Perjanjian penjaminan emisi sukuk;
c. Perjanjian pengelolaan administrasi sukuk;
d. Perjanjian pencatatan sukuk;
e. Perjanjian pendaftaran sukuk;
f. Akta pengakuan/pengikatan kewajiban; dan
g. Akad-akad sukuk.

Ketika melakukan reviu atas akad-akad sukuk, konsultan hukum bekerja sama dengan
Tim Ahli Syariah, selaku pihak yang memiliki kompetensi dalam aspek kesyariahan.

Selain ketiga tugas pokok konsultan hukum di atas, peran konsultan hukum lainnya
adalah dapat membantu emiten dalam mempersiapkan draf perjanjian-perjanjian
yang dilakukan antara emiten sukuk dan investor sukuk.

Hal-hal yang Harus Diperhatikan oleh Konsultan Hukum

Dalam menjalankan perannya sebagai pihak yang melakukan pemeriksaan segi


hukum dan mengeluarkan opini/pendapat hukum dalam penerbitan sukuk, terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan konsultan hukum, antara lain sebagai berikut:
1. Dalam melakukan uji tuntas, konsultan hukum melakukan pemeriksaan secara
seksama atas segi hukum dari objek transaksi. Namun demikian pemeriksaan
tidak dilakukan secara investigasi.
2. Dalam melakukan uji tuntas, dimungkinkan adanya objek pemeriksaan yang sama
antara konsultan hukum dengan lembaga dan profesi penunjang pasar modal
lainnya. Oleh karena itu perlu adanya kerja sama, komunikasi dan rekonsiasi yang
baik antara pihak-pihak tersebut agar proses uji tuntas yang dilakukan saling

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 167


BAB IV Pihak yang Terkait dalam Penerbitan Sukuk

melengkapi dan bukan saling tumpang tindih pekerjaan karena sudut pandang
dari masing-masih pihak dapat saja berbeda.
3. Konsultan hukum dapat menjadi perumus perjanjian-perjanjian antara emiten
dan investor. Dalam perumusan tersebut perlu dilakukan perjanjian terlebih
dahulu dengan emiten mengenai batasan pekerjaan yang dilakukan oleh
konsultan hukum agar tidak terjadi konflik kepentingan.
4. Dalam penerbitan sukuk tanpa melalui penawaran umum, meskipun tidak ada
kewajiban untuk menyampaikan pendapat segi hukum ke OJK, namun konsultan
hukum tetap wajib melakukan pemeriksaan atas aspek hukum dari perusahaan.
5. Dalam penawaran umum berkelanjutan sukuk, meskipun pada tahap kedua atau
tahap selanjutnya tidak ada kewajiban menyampaikan laporan hasil pemeriksaan
hukum ke OJK, namun konsultan hukum tetap wajib melakukan update
pemeriksaan aspek hukum dari emiten setelah tanggal penawaran umum tahap
pertama atau tahap sebelumnya.
6. Dalam hal mendapat penugasan untuk menyusun perjanjian terkait penerbitan
sukuk, konsultan hukum perlu menyiapkan akad yang menjadi pelengkap
atau basis penerbitan sukuk. Sebagai contoh pada penerbitan sukuk ijarah,
maka konsultan hukum menyiapkan akad ijarah yang berisi lingkup akad, masa
pengalihan manfaat objek ijarah, nilai pengalihan hak manfaat, pernyataan
dan jaminan, kondisi force majeure dan turunnya nilai objek ijarah, prosedur
penggantian objek ijarah dan pengakhiran akad ijarah serta penyelesaian
sengketa. Dalam hal ini konsultan hukum akan berkoordinasi dengan ahli syariah
yang ditunjuk.
7. Pada dasarnya pengalihan aset yang mendasari/underlying asset berupa
pengalihan manfaat atau jasa dari emiten kepada wali amanat yang mewakili
pemegang sukuk tidak tergolong “true sale” atau tidak ada perpindahan aset
nyata. Oleh karena itu, kegiatan tersebut bukan termasuk golongan sebagai
transaksi material maupun transaksi afiliasi.

168 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB IV Pihak yang Terkait dalam Penerbitan Sukuk

C. Notaris

Dalam melakukan kegiatannya di bidang pasar modal, notaris wajib terlebih


dahulu terdaftar di OJK dan memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam
POJK Nomor 67/POJK.04/2017 tentang Notaris yang Melakukan Kegiatan di Pasar
Modal. Berdasarkan POJK tersebut definisi dari notaris adalah pejabat umum yang
berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang mengenai jabatan notaris, yang
terdaftar di OJK sebagai profesi penunjang pasar modal untuk membuat akta autentik
yang dipersyaratkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
Undang-Undang mengenai jabatan notaris dimaksud adalah Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2014 tentang Perubahan atas UU Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

Notaris yang telah terdaftar di OJK wajib antara lain:


1. Menaati kode etik notaris;
2. Bersikap independen, objektif, dan profesional;
3. Mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan sesuai ketentuan yang berlaku;
4. Menyampaikan laporan kepada OJK, baik laporan berkala maupun laporan
perubahan data dan informasi; dan
5. Memenuhi panggilan dan/atau menjalani pemeriksaan oleh OJK.
6. Selanjutnya, notaris yang telah terdaftar di OJK dilarang:
7. Mengalihkan tanggung jawab penugasan di bidang pasar modal kepada pihak
lain yang tidak terdaftar di OJK; dan/atau
8. Bekerja rangkap sebagai profesi penunjang lainnya dan/atau jabatan lain yang
oleh ketentuan dilarang untuk dirangkap dengan jabatan notaris.

Peran Notaris

Profesi notaris harus dapat menjadi pihak yang independen dan harus dapat menjaga
kepentingan para pihak yang terkait dengan penerbitan sukuk yaitu penerbit sukuk
dengan para investor sukuk. Dalam menjalankan tugasnya, notaris akan menerbitkan
akta notaris (akta autentik), yaitu akta yang mempunyai kekuatan pembuktian

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 169


BAB IV Pihak yang Terkait dalam Penerbitan Sukuk

sempurna. Para pihak yang tertera dalam akta tersebut wajib mematuhi semua
klausul yang terdapat dalam akta dan tidak dapat membantah terhadap isi dari
akta tersebut. Apabila ada pihak yang menyangkal dari akta dimaksud maka pihak
tersebut yang harus dapat membuktikannya. Oleh karena itu, maka seorang notaris
harus dapat menyusun akta yang memenuhi syarat-syarat akta autentik sesuai UU
Jabatan Notaris.

Dalam penerbitan sukuk, terdapat beberapa dokumen yang dibuat secara notariil (di
hadapan notaris) dan dokumen perjanjian antar pihak (tidak di hadapan notaris).

Adapun dokumen terkait penerbitan sukuk yang perlu dibuatkan akta notaris
(autentik) antara lain sebagai berikut:
1. Akta Perwaliamanatan Sukuk
Kontrak perwaliamanatan sukuk merupakan perjanjian antara emiten selaku
penerbit sukuk dengan wali amanat selaku wakil investor sukuk dalam rangka
penerbitan efek sukuk. Kontrak perwaliamanatan ini wajib dibuat secara notariil
di hadapan notaris mengingat akan menjadi pedoman para pihak sejak sukuk
diterbitkan sampai dengan sukuk jatuh tempo.

2. Akta Penjaminan Emisi Sukuk


Perjanjian penjaminan emisi sukuk merupakan perjanjian antara penjamin emisi
efek dengan emiten atau penerbit sukuk untuk melakukan penawaran umum
sukuk bagi kepentingan emiten dengan atau
tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek
yang tidak terjual. Perjanjian penjaminan emisi
Dalam menjalankan
sukuk ini memiliki masa berlaku sejak awal
tugasnya, notaris
penerbitan sukuk sampai dengan selesainya
akan menerbitkan
penawaran umum sukuk (kurang lebih selama
akta notaris (akta
3-6 bulan). Berdasarkan ketentuan yang
autentik), yaitu akta
ada, tidak ada kewajiban untuk membuat
yang mempunyai
perjanjian penjaminan emisi sukuk secara
kekuatan pembuktian
notariil di hadapan notaris. Namun dalam
sempurna.
praktiknya perjanjian ini selalu dibuat secara
notariil untuk menjaga kepercayaan investor
mengingat nilai emisi sukuk yang cenderung
besar.

170 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB IV Pihak yang Terkait dalam Penerbitan Sukuk

3. Akta Pengakuan/Pengikatan Kewajiban


Dalam penerbitan sukuk selalu dibuatkan akta pengakuan kewajiban secara
notariil di hadapan notaris. Pembuatan akta ini merupakan modifikasi dari akta
pengakuan utang yang dikenal dalam penerbitan obligasi dan utang di perbankan,
mengingat akta pengakuan utang merupakan salah satu Grosse Akta yang memiliki
kekuatan eksekutorial sebagaimana diatur dalam, pasal 55 UU No.30 Tahun 2004
tentang Jabatan Notaris dan pasal 572 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah yang
diterbitkan Mahkamah Agung RI. Adanya akta ini dapat memungkinkan wali
amanat sebagai wakil dari investor sukuk untuk mempercepat eksekusi jaminan
secara langsung tanpa memerlukan gugatan terlebih dahulu kepada emiten.

4. Akta Penawaran Umum Berkelanjutan


Perjanjian ini berisi kegiatan perjanjian terkait kegiatan penawaran umum sukuk
yang dilakukan secara bertahap. Perjanjian ini juga dibuat dalam bentuk notariil
di hadapan notaris.

5. Akta Jaminan
Dalam hal perusahan menerbitkan sukuk dengan jaminan (secured), maka
perlu dibuat akta jaminan antara lain akta hak tanggungan, fidusia, atau gadai.
Penerbitan akta jaminan ini akan disesuaikan dengan jenis aset yang dijadikan
jaminan atas penerbitan sukuk.

6. Akta Agen Pembayaran


Akta ini merupakan perjanjian yang dibuat antara emiten dengan KSEI untuk
melaksanakan pembayaran bagi hasil, marjin, atau imbal jasa dan/atau pelunasan
jumlah pokok atau nilai pokok sukuk termasuk denda kepada pemegang sukuk
untuk dan atas nama emiten.

Selain dokumen tersebut di atas, terdapat


beberapa dokumen terkait penerbitan sukuk
yang tidak dibuat secara notariil di hadapan
notaris, antara lain yaitu Perjanjian/Akad
Syariah Sukuk. Akad syariah sukuk merupakan
perjanjian para pihak yang terkait dengan aspek
syariah dari penerbitan sukuk. Judul perjanjian
ini mengikuti akad yang digunakan misalnya

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 171


BAB IV Pihak yang Terkait dalam Penerbitan Sukuk

ijarah, mudharabah, musyarakah atau wakalah. Perjanjian ini dibuat tidak secara
notariil di hadapan notaris. Dalam beberapa kondisi, akad syariah ini dapat dilegalisir
oleh notaris untuk memastikan keberadaan para pihak yang telah melakukan tanda
tangan di akad. Namun demikian isi dari perjanjian ini tidak dapat dikonfirmasi
keabsahannya oleh notaris mengingat dokumen ini tidak dibuat dalam bentuk
notariiil.

Di samping dokumen yang terkait langsung dengan penerbitan sukuk, terdapat


dokumen lain yang tidak terkait langsung dengan penerbitan sukuk namun perlu
dibuatkan secara notariil di hadapan notaris, yaitu antara lain pembuatan akta
pernyataan keputusan Rapat Umum Pemegang Sukuk, akta risalah lelang, dan
perubahan anggaran dasar.

Hal-hal yang Harus Diperhatikan oleh Notaris

Dalam menjalankan tugasnya terkait penerbitan sukuk, terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh seorang notaris, antara lain sebagai berikut:
1. Notaris wajib memastikan bahwa para pihak yang menandatangani dokumen
akta merupakan pihak yang sah secara hukum dan berhak mewakili dan bertindak
untuk dan atas nama emiten maupun wali amanat. Akta perwaliamanatan sukuk,
akta penjaminan emisi sukuk dan akta lainnya dapat ditandatangani oleh pihak
yang mendapat penunjukan atau pihak lain sepanjang mendapatkan kuasa yang
sah untuk menandatangani akta dimaksud.
2. Notaris harus memastikan para pihak yang berkontrak memahami hak dan
kewajiban yang disepakati bersama, ditulis dengan bahasa jelas dan mudah
dipahami agar tidak terjadi dispute di masa depan.
3. Notaris harus memastikan bahwa dokumen yang bersifat eksekutorial (seperti
akta pengakuan kewajiban) harus memenuhi syarat dokumen yang bersifat
eksekutorial.
4. Dalam hal terjadi default dan sukuk menjadi utang piutang, maka notaris harus
memastikan bahwa perjanjian perwaliamanatan sukuk tetap berlaku sebagai
dasar upaya hukum yang akan dilakukan wali amanat dalam menjalankan
tugasnya.

172 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB IV Pihak yang Terkait dalam Penerbitan Sukuk

D. Tim Ahli Syariah (TAS) dan Dewan Pengawas Syariah


(DPS)

Berdasarkan POJK Nomor 18/POJK.04/2015 tentang Penerbitan dan Persyaratan


Sukuk dan POJK Nomor 30/POJK.04/2019 tentang Penerbitan Efek Bersifat Utang
dan/atau Sukuk yang Dilakukan Tanpa Melalui Penawaran Umum, disebutkan bahwa
baik emiten yang menerbitkan sukuk melalui penawaran umum maupun pihak
yang menerbitkan sukuk tanpa melalui penawaran umum, wajib mendapatkan
pernyataan kesesuaian syariah atas sukuk dalam penawaran umum tersebut dari
Dewan Pengawas Syariah (DPS) emiten atau Tim Ahli Syariah (TAS).

Dewan Pengawas Syariah atau Tim Ahli Syariah baru berhak memberikan pernyataan
kesesuaian syariah/opini jika telah memiliki izin profesi Ahli Syariah Pasar Modal
(ASPM) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Berdasarkan POJK Nomor 5/POJK.04/2021 tentang Ahli Syariah Pasar Modal, berikut
merupakan definisi dari DPS, TAS dan ASPM:
1. Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah dewan yang bertanggung jawab
memberikan nasihat dan saran serta mengawasi pemenuhan prinsip syariah di
pasar modal terhadap pihak yang melakukan kegiatan syariah di pasar modal.
2. Tim Ahli Syariah (TAS) adalah tim yang bertanggung jawab terhadap kesesuaian
syariah atas produk atau jasa syariah di pasar modal yang diterbitkan atau
dikeluarkan pihak yang melakukan kegiatan syariah di pasar modal.
3. Ahli Syariah Pasar Modal (ASPM) adalah orang perseorangan yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman di bidang syariah yang memiliki izin untuk
memberikan nasihat dan/atau mengawasi pelaksanaan penerapan prinsip syariah
di pasar modal oleh pihak yang melakukan kegiatan syariah di pasar modal; dan/
atau memberikan pernyataan kesesuaian syariah atas produk atau jasa syariah di
pasar modal.
Pernyataan kesesuaian syariah atas sukuk diberikan oleh dewan pengawas syariah
jika emiten merupakan perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan berdasarkan
prinsip syariah, seperti bank syariah, asuransi syariah, perusahaan pembiayaan syariah,

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 173


BAB IV Pihak yang Terkait dalam Penerbitan Sukuk

dan gadai syariah. Sementara jika emiten merupakan perusahaan yang kegiatan
usahanya tidak didasarkan pada prinsip syariah, maka pernyataan kesesuaian syariah
atas sukuk dalam penawaran umum dapat diberikan oleh tim ahli syariah.

Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Tim Ahli Syariah

1. Menelaah pemenuhan prinsip syariah di pasar modal atas produk atau jasa syariah
yang diterbitkan oleh pihak yang melakukan kegiatan syariah di pasar modal.
2. Memberikan pendapat dan memberikan pernyataan (opini) kesesuaian syariah
terhadap prinsip syariah di pasar modal atas produk atau jasa syariah di pasar
modal; dan
3. Meminta data dan informasi kepada pihak yang melakukan kegiatan syariah di
pasar modal dalam rangka memberikan pernyataan (opini) kesesuaian syariah.

Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Dewan Pengawas Syariah

1. Memberikan nasihat dan saran kepada direksi dan dewan komisaris atau organ
lain yang setara dari pihak yang melakukan kegiatan syariah di pasar modal
mengenai hal yang berkaitan dengan prinsip syariah di pasar modal.
2. Mengawasi pemenuhan penerapan prinsip syariah di pasar modal oleh pihak
yang melakukan kegiatan syariah di pasar modal.
3. Melakukan penelaahan secara berkala atas penerapan prinsip syariah di pasar
modal oleh pihak yang melakukan kegiatan syariah di pasar modal.
4. Memberikan peringatan tertulis dan meminta direksi atau organ lain yang setara
dari pihak yang melakukan kegiatan syariah di pasar modal untuk melakukan
upaya perbaikan, paling lama 2 hari kerja setelah ditemukannya penyimpangan,
dengan tembusan kepada OJK dan dewan komisaris atau organ lain yang setara
dari pihak yang melakukan kegiatan syariah di pasar modal.
5. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan informasi pihak yang melakukan
kegiatan syariah di pasar modal yang diawasi dan diberi nasihat.
6. Meminta data dan informasi kepada pihak yang melakukan kegiatan syariah di
pasar modal dalam rangka pengawasan pelaksanaan penerapan prinsip syariah
di pasar modal.

174 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi


BAB IV Pihak yang Terkait dalam Penerbitan Sukuk

7. Mendampingi atau mewakili pihak yang melakukan kegiatan syariah di pasar


modal dalam berdiskusi dengan DSN-MUI; dan
8. Memberikan pernyataan (opini) kesesuaian syariah terhadap prinsip syariah di
pasar modal atas produk atau jasa syariah di pasar modal.

Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Menelaah Prinsip


Syariah Pada Penerbitan Sukuk

Ketika seseorang ditunjuk sebagai tim ahli syariah untuk mendampingi penerbitan
sukuk, maka ada beberapa hal yang harus dipersiapkan:

1. Mencermati dengan baik keinginan calon emiten yang biasanya disampaikan


oleh penjamin emisi atau penata laksana sukuk, meliputi:
a. Tujuan calon emiten menerbitkan sukuk.
b. Aset atau kegiatan usaha/investasi yang digunakan sebagai dasar penerbitan
sukuk.
c. Jenis akad yang akan digunakan.
d. Sumber pendapatan yang menjadi dasar penghitungan pembayaran bagi
hasil, marjin, atau imbal jasa sesuai dengan karakteristik akad.
e. Besaran nisbah pembayaran bagi hasil, marjin, atau imbal jasa sesuai dengan
karakteristik akad.
f. Rencana penggunaan dana hasil penerbitan sukuk.
g. Sumber dana yang digunakan untuk melakukan pembayaran bagi hasil, marjin,
atau imbal jasa sesuai dengan karakteristik akad.
h. Penggantian aset yang menjadi dasar sukuk jika terjadi hal-hal yang
menyebabkan nilainya tidak lagi sesuai dengan nilai sukuk yang diterbitkan.
i. Mekanisme penanganan dalam hal emiten gagal dalam memenuhi
kewajibannya.

2. Mendiskusikan dengan pihak penjamin emisi atau penata laksana sukuk dan
calon emiten jika dalam materi presentasi terkait hal-hal di atas ada yang dinilai
belum sesuai dengan prinsip syariah.

Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 175


BAB IV Pihak yang Terkait dalam Penerbitan Sukuk

3. Meminta draf dokumen-dokumen penerbitan sukuk untuk dilakukan reviu yang


meliputi:
a. Prospektus.
b. Perjanjian Perwaliamanatan Sukuk.
c. Perjanjian Penjaminan Emisi Sukuk.
d. Dokumen aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk, atau rencana kegiatan
usaha/investasi.
e. Akad-akad yang digunakan (seperti mudharabah, ijarah dan wakalah).
f. Pengakuan Atas Kewajiban Dalam Sukuk.
g. Perjanjian Agen Pembayaran.
h. Perjanjian tentang Pendaftaran Sukuk di KSEI.
i. Dokumen Permohonan Pencatatan Sukuk.

4. Memberikan catatan-catatan perbaikan draf dokumen jika ditemukan adanya


ketidaksesuaian dengan prinsip-prinsip syariah.
Jika masih belum ada kesepakatan terkait isu-isu syariah yang menjadi concern
tim ahli syariah, dimungkinkan diadakan beberapa kali pembahasan antara
tim ahli syariah dengan pihak-pihak terkait. tim ahli syariah dapat memberikan
pernyataan kesesuaian syariah/opini setelah catatan-catatan perbaikan dalam
draf dokumen penerbitan sukuk telah diperbaiki oleh pihak-pihak terkait.

176 Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi

Anda mungkin juga menyukai