PENERBITAN
SUKUK
KORPORASI
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu
Wa Ta’ala, karena atas rahmat dan karunia-Nya, Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk
Korporasi ini dapat diselesaikan. Penyusunan modul ini dilatarbelakangi belum
adanya standardisasi atas kompetensi kesyariahan yang dimiliki pelaku industri pasar
modal syariah. Hal ini dapat menyebabkan tingkat pengetahuan dan pemahaman di
antara masing-masing pelaku menjadi berbeda. Adapun pihak yang terlibat dalam
penerbitan sukuk korporasi antara lain penjamin emisi efek, wali amanat, perusahaan
pemeringkat efek, konsultan hukum, notaris dan tim ahli syariah.
Dalam penyusunan modul ini melibatkan Tim Penyusun Modul yang kompeten di
bidangnya masing-masing. Pembahasan pada modul ini difokuskan pada sukuk
korporasi (tidak termasuk sukuk negara dan sukuk securities crowdfunding) yang tidak
menggunakan skema Special Purpose Vehicle (SPV). Para pihak yang terlibat dalam
penerbitan sukuk korporasi tidak cukup hanya berpedoman pada modul ini, tetapi
juga harus memahami dan mematuhi seluruh ketentuan dalam peraturan terkait.
Namun demikian, apabila terdapat perbedaan substansi antara isi modul ini dengan
peraturan terkait, maka yang digunakan adalah ketentuan dalam peraturan yang
berlaku.
Penulisan peraturan di dalam modul ini adalah peraturan yang berlaku saat
penyusunan modul. Jika terdapat peraturan yang terbaru maka ketentuan yang
berlaku menyesuaikan dengan peraturan yang terbaru tersebut.
Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Tim
Penyusun Modul dan pihak lainnya yang telah membantu penyelesaian Modul
Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi. Kami menyadari bahwa modul ini masih
terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan masukan yang membangun sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan modul dimaksud.
Budi Suwasono
Sarmiati
C. Notaris 169
Peran Notaris 169
Hal-hal yang Harus Diperhatikan oleh Notaris 172
D. Tim Ahli Syariah (TAS) dan Dewan Pengawas Syariah (DPS) 173
Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Tim Ahli Syariah 174
Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Dewan Pengawas Syariah 174
Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Menelaah Prinsip Syariah
Pada Penerbitan Sukuk 175
Tabel 9 Daftar Dokumen Uji Tuntas Pada Sukuk Tanpa Melalui Penawaran Umum 80
Tabel 13 Contoh Ilustrasi Penulisan Peringkat dari Dua Perusahaan Pemeringkat 157
1
8 Proses Penerbitan Sukuk
36 Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Sukuk
41 Penawaran Umum Sukuk kepada
Pemodal Profesional
43 Kontrak/Perjanjian Perwaliamanatan Sukuk
64 Penjamin Emisi Efek dan Wali Amanat
BAB I Sukuk Melalui Penawaran Umum
B
erdasarkan POJK Nomor 18/POJK.04/2015 tentang Penerbitan dan Persyaratan
Sukuk, sukuk didefinisikan sebagai efek syariah berupa sertifikat atau bukti
kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak terpisahkan
atau tidak terbagi atas aset yang mendasarinya. Sukuk merupakan alternatif sumber
pendanaan melalui pasar modal yang dapat digunakan oleh perusahaan. Perusahaan
dapat menerbitkan sukuk baik secara “stand alone” maupun bersamaan dengan efek
lain seperti obligasi. Selain itu, penerbitan sukuk dapat dilakukan melalui penawaran
umum atau tanpa melalui penawaran umum (private placement). Sebagai suatu efek,
jika melihat karakteristiknya, antara sukuk dan obligasi sebagai surat utang memiliki
beberapa persamaan sekaligus perbedaan.
Bagi hasil/fee/ujrah/margin
Imbal hasil Bunga
(tergantung jenis akad)
Aset yang menjadi dasar
Wajib Tidak perlu
sukuk/ underlying asset
Tim ahli syariah atau dewan
Wajib Tidak perlu
pengawas syariah
Salah satu karakteristik yang membedakan antara sukuk dan obligasi di atas adalah
adanya kewajiban memiliki aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset. Salah
satu fungsi dari underlying asset adalah agar penerbitan sukuk dapat terhindar dari
transaksi money to money yang berpotensi mengandung unsur riba. Underlying
asset ini tidak sama dengan jaminan. Pada praktiknya, sebagaimana halnya dengan
obligasi, penerbitan sukuk dapat menggunakan jaminan atau tanpa menggunakan
jaminan.
Selain persamaan dan perbedaan sukuk dan obligasi di atas, sukuk memiliki beberapa
keunggulan antara lain sebagai berikut :
1. Adanya insentif biaya pendaftaran ke OJK yaitu sebesar 0,05% dari nilai emisi
dengan besaran maksimum sebesar Rp150 juta (untuk obligasi besaran maksimum
sebesar Rp750 juta).
2. Adanya insentif biaya pencatatan tahunan ke BEI sebesar 50% dari tarif biaya
pencatatan yang telah ditentukan (untuk obligasi tidak mendapatkan insentif )
3. Dalam hal PUB sukuk dilakukan tidak bersamaan dengan PUB obligasi:
a. PUB sukuk dapat dilakukan oleh pihak yang telah menjadi emiten atau
perusahaan publik dalam jangka waktu paling cepat 1 tahun (untuk obligasi
dilakukan paling cepat 2 tahun).
b. PUB sukuk dapat dilaksanakan dalam periode lebih panjang yaitu 3 tahun
(untuk obligasi dalam periode 2 tahun).
4. Cakupan investor sukuk lebih luas dibandingkan obligasi. Selain dapat ditawarkan
kepada investor syariah seperti asuransi syariah, reksa dana syariah, dana pensiun
syariah, bank syariah, maupun Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), juga
dapat ditawarkan kepada investor umum seperti bank, asuransi, dana pensiun
konvensional. Hal ini akan membantu optimalisasi fungsi penjamin emisi efek
dalam memasarkan sukuk.
*Pada praktiknya, proses permohonan ke BEI untuk memperoleh Persetujuan Prinsip Pencatatan Efek
(No. 3 s.d 9) dapat dilakukan bersamaan dengan proses penyampaian Pernyataan Pendaftaran ke OJK
(No. 10). Persetujuan Prinsip Pencatatan Efek dari BEI sudah harus diterima OJK sebelum pemberian izin
publikasi prospektus ringkas (No. 15).
Sementara itu, penjamin emisi efek serta profesi dan lembaga penunjang lainnya yang
telah ditunjuk tersebut dapat melakukan penilaian mengenai kondisi perusahaan
dan kelayakan perusahaan dalam menerbitkan sukuk. Oleh karena itu, penjamin
emisi efek serta profesi dan lembaga penunjang lainnya dapat mengumpulkan
dokumen yang diperlukan untuk menentukan apakah akan menerima atau menolak
penunjukan tersebut.
Hal-hal yang dapat dilakukan dalam proses persiapan ini antara lain sebagai berikut:
2. Melakukan Uji Tuntas atas Aspek Keuangan, Kegiatan Usaha, dan Strategi
Perusahaan
Penjamin emisi efek melakukan uji tuntas awal dengan mengumpulkan informasi
yang telah tersedia di publik seperti laporan tahunan penerbit, company profile,
atau presentasi manajemen terkini (bila telah tersedia di website perusahaan).
Pada keadaan tertentu penjamin emisi efek juga dapat meminta perusahaan
melakukan presentasi kepada lembaga dan profesi penunjang tentang profil
perusahaan, kegiatan usaha, performa keuangan, struktur permodalan, key
investment highlight, legalitas perusahaan, permasalahan hukum, rencana/
strategi perusahaan kedepan, tujuan penggunaan dana sukuk, manfaat aset atau
kegiatan usaha yang nantinya akan menjadi dasar penerbitan sukuk.
Pada tahap uji tuntas ini penjamin emisi efek, wali amanat, konsultan hukum
dan tim ahli syariah dapat mulai untuk melakukan uji tuntas/due diligence sesuai
dengan kapasitas dan bidang masing-masing.
Contoh:
Pada penerbitan sukuk ijarah dengan nilai emisi sebesar Rp2 triliun tenor
5 tahun dan cicilan imbalan ijarah ekuivalen 10% per tahun. Berapakah nilai
minimal dari manfaat aset yang diperlukan?
Perhitungan sisa imbalan sukuk ijarah adalah nilai emisi dibagi tenor, yaitu
Rp2 triliun dibagi 5 sama dengan Rp400 miliar per tahun. Untuk perhitungan
cicilan imbalan ijarah yaitu 10% dikali dengan nilai emisi Rp2 triliun sama
dengan Rp200 miliar per tahun. Dengan demikian penjamin emisi efek dapat
membantu perusahaan mengidentifikasi aset yang memiliki manfaat dan bisa
dialihkan ke investor sukuk ijarah sebesar minimal Rp600 miliar per tahun. Nilai
manfaat tersebut digunakan untuk pembayaran cicilan imbalan ijarah tiap
kuartal selama umur sukuk dan sisa imbalan ijarah di akhir periode sukuk.
Di samping itu, dalam hal penerbitan sukuk dengan akad mudharabah yang
menggunakan aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset berupa kegiatan
usaha atau investasi juga dipertimbangkan nilai hasil usaha yang jika dikalikan
dengan nisbah mencukupi untuk membayar batas bawah dari bagi hasil yang
telah ditetapkan.
No Isi Prospektus
Dalam hal sukuk diterbitkan bersamaan dengan obligasi, maka dalam penyusunan
prospektus dapat menggunakan satu prospektus yang sama antara sukuk dan
obligasi. Informasi yang perlu ditambahkan terkait sukuk yaitu pengungkapan
informasi sukuk pada bagian cover prospektus, definisi dan singkatan, bab
ringkasan, bab penawaran umum, bab penggunaan dana, dan keterbukaan
informasi terkait zakat. Informasi terkait sukuk yang perlu diungkapkan tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Cover Prospektus
Informasi tambahan terkait sukuk yang perlu diungkapkan di cover prospektus
antara lain mengenai struktur penerbitan sukuk (contohnya akad yang
digunakan, nominal, harga penawaran, tanggal jatuh tempo, tingkat imbal hasil
dan tanggal pembayarannya), jaminan (ada/tidak adanya jaminan khusus),
peringkat sukuk, dan pemotongan pajak sukuk.
c. Bab Ringkasan
Informasi tambahan terkait sukuk yang perlu diungkapkan antara lain
mengenai:
1) Struktur penawaran umum sukuk. Contohnya nama sukuk, jumlah sisa/
dana sukuk, jangka waktu (tenor), imbal hasil yang dibayarkan, harga
penawaran, satuan perdagangan, satuan pemindahbukuan, peringkat,
penyisihan dana (ada/tidak adanya sinking fund), jaminan, pembelian
kembali (buyback), dan wali amanat.
2) Rencana penggunaan dana sukuk.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada proses registrasi di BEI adalah:
a. Laporan keuangan yang telah diaudit merupakan dokumen yang sifatnya
mandatory sehingga perusahaan harus mempersiapkan terlebih dahulu untuk
dilampirkan saat proses registrasi di BEI.
b. Dalam Persetujuan Prinsip Pencatatan Efek terdapat nomor izin prinsip dari
BEI. Pada beberapa praktik yang ada, nomor tersebut perlu dimasukkan
dalam Perjanjian Penjaminan Emisi sebagai salah satu dokumen yang
dipersyaratkan ketika proses registrasi ke OJK. Oleh karena itu perusahaan
perlu mempertimbangkan jadwal pengajuan Permohonan Persetujuan Prinsip
Pencatatan Efek ke BEI agar dokumen yang dibutuhkan dapat disampaikan ke
OJK secara lengkap. Dengan demikian diharapkan agar Persetujuan Prinsip
Pencatatan Efek dari BEI dapat diperoleh paling lambat sebelum perolehan izin
publikasi prospektus ringkas (pra-efektif ) dari OJK.
c. Dalam proses registrasi ke BEI, perusahaan wajib membayar biaya pendaftaran
sebesar Rp25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah) yang nantinya akan
diperhitungkan sebagai pengurang biaya pencatatan awal. Biaya pendaftaran
tersebut wajib dibayarkan meskipun pada praktiknya tanpa didahului
perintah bayar dari sistem dan juga tanpa adanya invoice setelah pembayaran.
Penjamin emisi efek perlu mengkomunikasikan kondisi tersebut sejak awal ke
perusahaan dengan melampirkan peraturan yang berlaku, agar tidak menjadi
kendala dalam proses registrasi ke BEI. Setelah semua proses selesai, BEI akan
menerbitkan semua invoice terkait pembayaran biaya pencatatan di BEI.
Setelah proses registrasi di BEI, maka perusahaan akan memperoleh Persetujuan
Prinsip Pencatatan Efek.
13 Surat Pernyataan tentang memiliki akhlak dan moral yang baik dari masing-masing
komisaris, direksi, dan komisaris independen
14 Riwayat hidup dari para anggota dewan komisaris dan direksi
15 Foto copy KTP dan kewarganegaraan dewan komisaris dan direksi (untuk orang
asing foto copy paspor, KITAS atau bukti identitas lainnya)
16 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) masing-masing dari: emiten, dewan komisaris,
direksi, dan pemegang saham berbentuk badan hukum (diatas 5%)
17 ◆ Surat Pernyataan Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum
◆ Foto copy Realisasi Penggunaan Dana Terakhir
18 ◆ Bukti Pembentukan Komite Audit Emiten
◆ Piagam Komite Audit
19 Surat Penunjukan Sekretaris Emiten (Corporate Secretary)
20 ◆ Foto copy surat penunjukan dan/atau pengangkatan anggota unit audit internal
perusahaan
◆ Piagam Internal Audit Emiten
21 Foto copy surat domisili emiten
22 Foto copy nomor induk berusaha
23 Foto copy Surat Ijin Usaha
24 Surat Pemeringkat Efek yang dikeluarkan oleh perusahaan pemeringkat atas sukuk
yang diterbitkan
25 ◆ Surat Pernyataan dari wali amanat mengenai ada tidaknya hubungan kredit
dengan emiten (di atas meterai)
◆ Surat Pernyataan bahwa wali amanat tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan
emiten (di atas meterai)
◆ Surat Pernyataan dari wali amanat telah dilakukan uji tuntas (due dilligence) atas
emiten dalam rangka penerbitan Sukuk
26 Surat pernyataan tidak adanya pembatasan-pembatasan (negative covenant) yang
dapat merugikan kepentingan pemodal dan bukti persetujuan dari kreditur untuk
mencabut negative covenants (jika ada)
27 Surat Pernyataan dari emiten yang menyatakan bahwa emiten tidak pernah
mengalami gagal bayar selama jangka waktu 2 (dua) tahun terakhir*)
28 Surat Pernyataan dari akuntan yang menyatakan bahwa emiten tidak pernah
mengalami gagal bayar selama jangka waktu 2 (dua) tahun terakhir*)
29 ◆ Surat pernyataan emiten yang menyatakan bahwa:
1. Aset yang menjadi dasar sukuk tidak bertentangan dengan prinsip syariah di
pasar modal; dan
2. Selama periode sukuk, aset yang menjadi dasar sukuk tidak akan bertentangan
dengan prinsip syariah di pasar modal;
◆ Surat pernyataan emiten yang menyatakan bahwa emiten wajib dengan itikad
baik dan penuh tanggung jawab melakukan pembayaran bagi hasil, marjin, atau
imbal jasa, selama aset yang menjadi dasar sukuk masih ada
30 Surat pernyataan dari wali amanat sukuk yang menyatakan wali amanat sukuk
mempunyai 1 (satu) orang anggota direksi atau penanggung jawab kegiatan
yang diberi mandat oleh direksi yang memiliki pengetahuan yang memadai dan/
atau pengalaman di bidang keuangan syariah dan/atau tenaga ahli di bidang
perwaliamanatan dalam penerbitan sukuk yang memahami kegiatan dan jenis usaha
serta transaksi yang bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal
*) dalam hal penerbitan sukuk tanpa melalui PUB, dokumen surat keterangan gagal bayar (dokumen
nomor 27 dan 28) tidak diperlukan.
1 Perjanjian-Perjanjian:
◆ Kontrak Perwaliamanatan Sukuk (PWA)
◆ Perjanjian Penjamin Emisi Sukuk (PPESu)
◆ Perjanjian Agen Pembayaran
◆ Foto copy Perjanjian Pendaftaran Sukuk dengan PT Kustodian
Sentral Efek Indonesia
◆ Pernyataan Umum Berkelanjutan Sukuk (jika melakukan PUB)
Setelah OJK menerima semua dokumen yang dipersyaratkan, OJK akan melakukan
review dan menelaah seluruh kelengkapan dokumen yang mencakup kecukupan,
keterbukaan dan substansi informasi yang disampaikan atau diungkapkan. OJK
dapat menyampaikan surat tanggapan berupa pertanyaan, meminta klarifikasi atau
meminta tambahan dokumen atau tambahan informasi berdasarkan pengelompokan
ketiga aspek tersebut.
Setelah proses registrasi ke OJK pada tahapan ini, maka emiten akan memperoleh
izin publikasi dari OJK (pra-efektif ).
Setelah memperoleh izin publikasi dari OJK maka proses selanjutnya adalah masa
penawaran awal (bookbuilding) dengan tahapan sebagai berikut:
1. Publikasi Iklan Prospektus Ringkas di Koran dan Lembar Minat ke Investor
Setelah penyampaian publikasi pada media masa berperedaran nasional atas
rencana penawaran umum penerbitan sukuk, maka selanjutnya penjamin emisi
melakukan penawaran awal (bookbuilding) kepada calon investor potensial.
Penawaran awal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar minat investor
atas sukuk yang ditawarkan termasuk besaran tingkat imbal hasil yang diinginkan
investor. Hal ini dilakukan dengan mengisi lembar minat yang disediakan oleh
penjamin emisi efek.
tenor beserta imbal hasil dan jumlah nilai emisi sukuk yang di underwrite oleh
para penjamin emisi efek (full commitment maupun kombinasi dengan best
effort).
b. Dokumen final yang disampaikan ke OJK pada registrasi ke-3 mencakup 3
aspek (keterbukaan, hukum dan akuntansi) sebagaimana halnya pada registrasi
ke-1 dan ke-2, namun yang disampaikan pada registrasi ke-3 adalah seluruh
dokumen yang telah dilengkapi dengan struktur final penerbitan sukuk.
Apabila tidak terdapat tanggapan lebih lanjut, maka OJK akan menyampaikan
surat efektif atas pernyataan pendaftaran emisi sukuk. Rincian dokumen final
yang disampaikan ke OJK pada registrasi ke-3 dapat dilihat sebagai berikut:
1 Perjanjian-Perjanjian:
◆ Kontrak Perwaliamanatan Sukuk (PWA)
◆ Perjanjian Penjamin Emisi Sukuk (PPESu)
◆ Perjanjian Agen Pembayaran
◆ Foto copy Perjanjian Pendaftaran Sukuk dengan PT Kustodian
Sentral Efek Indonesia
◆ Pernyataan Umum Berkelanjutan Sukuk (jika melakukan PUB)
2 Akta Pendirian/Anggaran Dasar emiten dan perubahannya
3 Akta Pendirian/Anggaran Dasar pemegang saham (di atas 5%)
berbentuk badan hukum dan perubahannya
4 Pendapat Segi Hukum (Legal Opinion)
5 Pemeriksaan Segi Hukum (Legal Audit)
c. Setelah memperoleh surat efektif dari OJK, tahapan berikutnya yaitu penawaran
umum sukuk yang merupakan tahap akhir dari proses penerbitan sukuk. Masa
penawaran umum dilaksanakan tidak kurang dari 1 hari kerja dan paling lama
5 hari kerja, serta dilaksanakan selambatnya 2 hari kerja sejak diperolehnya
pernyataan efektif dari OJK.
Persyaratan PUB
Dalam PUB sukuk terdapat beberapa persyaratan yang wajib dipenuhi oleh emiten
yang akan mengajukan pernyataan pendaftaran PUB sukuk. Terdapat beberapa
perbedaan ketentuan antara PUB sukuk yang diterbitkan stand alone (tidak bersamaan
dengan PUB obligasi) dengan PUB sukuk yang diterbitkan bersamaan dengan PUB
obligasi, sebagai berikut:
Selain ketentuan tersebut di atas, terdapat beberapa persyaratan lain yang wajib
dipenuhi dalam PUB sukuk, baik yang stand alone maupun yang diterbitkan
bersamaan dengan PUB obligasi, antara lain sebagai berikut:
1. Persyaratan efek
Sukuk yang dapat diterbitkan melalui PUB wajib memiliki peringkat yang
termasuk dalam 4 kategori peringkat teratas yang merupakan urutan 4 kategori
peringkat terbaik dan masuk dalam kategori peringkat layak investasi (investment
grade) berdasarkan standar yang dimiliki oleh perusahaan pemeringkat efek.
Proses registrasi dan pernyataan pendaftaran dalam PUB sama halnya dengan proses
registrasi dan pernyataan pendaftaran dalam penawaran umum. Namun demikian
ada beberapa dokumen yang wajib dilengkapi sebagai berikut:
1. Surat pernyataan dari emiten yang menyatakan emiten tidak pernah mengalami
gagal bayar selama 2 (dua) tahun terakhir sebelum penyampaian pernyataan
pendaftaran.
2. Surat pernyataan dari akuntan yang mengaudit laporan keuangan emiten, yang
menyatakan emiten tidak pernah mengalami gagal bayar selama 2 (dua) tahun
terakhir sebelum penyampaian pernyataan pendaftaran. Gagal bayar merupakan
kondisi dimana emiten tidak mampu memenuhi kewajiban keuangan terhadap
kreditur pada saat jatuh tempo yang nilainya lebih besar dari 0,5% dari modal
disetor.
Di samping itu dalam hal PUB sukuk dan Efek Bersifat Utang (PUB obligasi) dilakukan
secara bersamaan, maka wajib mencantumkan dalam prospektus pada halaman luar
kulit muka sebagai berikut:
1. “Prospektus Penawaran Umum Berkelanjutan efek bersifat utang dan Sukuk”,
dengan menyebutkan nama efek;
2. Total jumlah dana yang akan dihimpun dari efek bersifat utang dan sukuk; dan
3. Total jumlah dana atau indikasi total jumlah dana yang akan dihimpun dari
masing-masing jenis efek.
Selain itu emiten dapat menentukan nilai emisi masing-masing Efek Bersifat Utang
dan sukuk pada setiap periode tahapan PUB.
Contoh pencantuman total jumlah dana yang akan dihimpun dari jenis sukuk dan
Efek Bersifat Utang dan indikasi total jumlah dana yang akan dihimpun berdasarkan
masing-masing jenis efek pada halaman luar kulit muka prospektus:
“Untuk tahap pertama diterbitkan Obligasi Berkelanjutan PT. XYZ Tahap I Tahun
2017 sebesar Rp300.000.000.000,00 dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan PT. XYZ Tahap
I Tahun 2017 sebesar Rp50.000.000.000,00”.
Dalam proses penerbitan sukuk melalui PUB, terdapat beberapa hal yang perlu
menjadi perhatian bagi para pihak khususnya untuk emiten, antara lain sebagai
berikut:
1. Dalam hal dana yang dihimpun selama periode PUB sukuk kurang dari yang
direncanakan, maka paling lambat 5 hari kerja setelah periode PUB sukuk
berakhir, emiten wajib menyampaikan informasi mengenai jumlah total dana
yang dihimpun kepada OJK disertai dengan alasan tidak tercapainya target
dana yang akan dihimpun. Selain itu emiten juga wajib mengumumkan kepada
masyarakat mengenai jumlah total dana yang dihimpun disertai dengan alasan
tidak tercapainya target dana yang akan dihimpun melalui 1 (satu) surat kabar
yang berperedaran nasional atau situs web Bursa Efek dan situs web emiten.
2. Dalam hal emiten membutuhkan dana lebih besar sementara sisa dana PUB tidak
mencukupi, maka emiten dapat menghentikan PUB yang sedang berjalan sebelum
menerbitkan kembali pernyataan pendaftaran PUB sukuk yang baru. Dalam hal
emiten akan menghentikan PUB sukuk sebelum periode PUB sukuk berakhir,
maka paling lambat 2 hari kerja setelah keputusan penghentian, emiten wajib
menyampaikan informasi mengenai penghentian kepada OJK disertai dengan
alasan penghentian dan dana yang telah dihimpun, serta mengumumkan kepada
masyarakat mengenai penghentian disertai dengan alasannya dan jumlah dana
yang telah terhimpun.
3. Pemantauan peringkat atas sukuk dilakukan setiap tahun melalui perusahaan
pemeringkat, selama sukuk belum dilunasi sepenuhnya. Dalam hal pelaksanaan
PUB tahap kedua dilakukan kurang dari 1 tahun sejak PUB tahap pertama, maka
emiten dapat meminta konfirmasi peringkat kepada perusahaan pemeringkat
yang ditunjuk. Proses konfirmasi peringkat tersebut lebih sederhana dibandingkan
proses pemeringkatan atas efek yang dilakukan setiap tahunnya.
4. Dalam pelaksanaan PUB tahap kedua dan/atau selanjutnya dimungkinkan
terdapat perubahan jenis akad syariah, isi akad syariah, dan/atau aset yang
menjadi dasar sukuk dibandingkan dengan PUB tahap pertama. Jika hal ini terjadi
maka emiten harus menyampaikan kembali pernyataan kesesuaian syariah atas
sukuk tersebut.
Dalam penawaran umum sukuk tidak hanya ditawarkan kepada masyarakat umum,
namun juga dapat ditawarkan kepada pemodal profesional yang jumlahnya
terbatas. Pemodal profesional merupakan pihak yang memiliki kemampuan untuk
membeli sukuk dan melakukan analisis risiko terhadap investasi atas sukuk tersebut.
Penawaran umum sukuk kepada pemodal profesional ini diatur dalam POJK Nomor
11/POJK.04/2018 tentang Penawaran Umum Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk
kepada Pemodal Profesional.
Emiten atau penjamin emisi efek wajib memastikan bahwa pembeli sukuk
merupakan pemodal profesional yang dapat dibuktikan dengan surat pernyataan
yang ditandatangani oleh calon investor.
Pemodal Profesional
Pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum efek bersifat utang dan/
atau sukuk kepada pemodal profesional paling sedikit harus terdiri atas:
Hal-hal yang wajib diungkapkan dalam prospektus, mengikuti ketentuan dalam POJK
Nomor 9/POJK.04/2017 tentang Bentuk dan Isi Prospektus dan Prospektus Ringkas
dalam rangka Penawaran Umum Efek Bersifat Utang, kecuali kewajiban untuk
memuat bagian mengenai pernyataan utang dan bagian mengenai ikhtisar data
keuangan penting.
Dalam hal emiten telah menerbitkan efek bersifat ekuitas dan/atau emiten telah
menerbitkan efek bersifat utang dan/atau sukuk namun belum jatuh tempo, selain
pengecualian tersebut di atas, emiten dikecualikan dari kewajiban untuk memuat
bagian pendapat dari segi hukum dan laporan keuangan dalam prospektus.
Penawaran umum efek bersifat utang dan/atau sukuk kepada pemodal profesional
ini dapat dilakukan secara bertahap.
tersebut dilakukan karena secara hukum pada saat proses penerbitan sukuk belum
terdapat pemegang efek bersifat utang dan/atau sukuk (investor). Investor baru ada
setelah efek tersebut ditawarkan kepada masyarakat.
Mengingat kontrak perwaliamanatan dibuat secara notariil, maka identitas dari notaris
yang membuat akta serta nomor dan tanggal dari akta kontrak perwaliamanatan
perlu dicantumkan pada bagian awal kontrak perwaliamanatan tersebut.
Selain itu, para pihak yang mewakili dan bertindak untuk dan atas nama emiten
maupun wali amanat yang melakukan penandatanganan kontrak perwaliamanatan
harus mencantumkan identitas yang sah secara hukum, serta kewenangan bertindak
masing-masing pihak.
hasil sukuk dan kewajiban pembayaran emiten lainnya; sukuk telah dikonversi
seluruhnya menjadi saham; tanggal yang disepakati setelah tanggal jatuh tempo
nilai pokok sukuk; atau setelah diangkatnya wali amanat baru.
Dalam melaksanakan kegiatan selaku wali amanat tersebut, wali amanat memperoleh
imbalan jasa/fee tertentu yang besarannya ditentukan berdasarkan kesepakatan
antara emiten dan wali amanat. Imbalan jasa tersebut wajib dicantumkan di dalam
kontrak perwaliamanatan.
Syarat-Syarat Sukuk
4. Akad syariah
Kontrak perwaliamanatan sukuk wajib
memuat ketentuan mengenai akad
syariah dan skema yang digunakan dalam
penerbitan sukuk. Jenis akad yang saat ini
telah digunakan dalam penerbitan sukuk
adalah ijarah, mudharabah dan wakalah.
(Penjelasan mengenai jenis-jenis akad
dan skema dapat dilihat pada bab terkait
aspek syariah).
Berdasarkan ketentuan terkait penerbitan sukuk, aset yang menjadi dasar sukuk
dapat terdiri atas:
a. Aset berwujud tertentu;
b. Nilai manfaat atas aset berwujud tertentu baik yang sudah ada maupun yang
akan ada;
c. Jasa yang sudah ada maupun yang akan ada;
d. Aset proyek tertentu; dan/atau
e. Kegiatan investasi yang telah ditentukan.
(Contoh mengenai jenis-jenis aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk dapat
dilihat pada bab terkait aspek syariah)
6. Penggantian aset yang menjadi dasar sukuk
Kontrak perwaliamanatan sukuk wajib mengatur mengenai penggantian aset
yang menjadi dasar sukuk jika terjadi hal-hal yang menyebabkan nilainya tidak
lagi sesuai dengan nilai sukuk yang diterbitkan (sesuai karakteristik akad syariah
yang digunakan).
Yang dimaksud dengan “nilainya tidak lagi sesuai dengan nilai sukuk yang
diterbitkan” adalah nilai objek yang menjadi dasar sukuk mengalami perubahan
dan tidak cukup digunakan sebagai dasar dalam pembayaran imbal hasil atau
nilai pokok sukuk.
7. Ketentuan dalam hal akan mengubah akad atau aset yang menjadi dasar sukuk
Dalam hal emiten akan mengubah jenis akad syariah, isi akad syariah, dan/atau
aset yang menjadi dasar sukuk, maka kontrak perwaliamanatan sukuk wajib
mengatur syarat dan ketentuannya antara lain:
a. perubahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah terlebih dahulu disetujui
oleh Rapat Umum Pemegang Sukuk;
Kondisi yang menyebabkan sukuk tidak lagi menjadi efek syariah dan sukuk
berubah menjadi utang piutang, jika terjadi sebagai berikut:
a. tidak lagi memiliki aset yang menjadi dasar sukuk; dan/atau
b. terjadi perubahan jenis akad syariah, isi akad syariah, dan/atau aset yang
menjadi dasar sukuk, yang menyebabkan bertentangan dengan prinsip syariah
di pasar modal.
9. Pemeringkatan sukuk
Di dalam kontrak perwaliamanatan sukuk wajib mencantumkan hasil
pemeringkatan sukuk. Dalam hal terdapat lebih dari satu pemeringkatan efek
(misalnya terdapat efek bersifat utang dan sukuk yang diterbitkan bersamaaan
maka masing-masing hasil pemeringkatan tersebut wajib dicantumkan dalam
kontrak perwaliamanatan.
Penyisihan Dana
Dalam hal emiten diwajibkan melakukan penyisihan dana untuk pembayaran nilai
pokok sukuk, imbal hasil sukuk, dan sebagainya, maka kontrak perwaliamanatan
harus mencantumkan ketentuan antara lain mengenai:
1. Jumlah yang harus disisihkan dan/atau perbandingan jumlah tersebut dengan
nilai pokok atau imbal hasil sukuk;
2. Periode dan jangka waktu penyisihan; dan
3. Penyimpanan, penempatan, dan pemanfaatan dana yang disisihkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Penyimpanan, penempatan, dan penggunaan pemanfaatan dana yang
disisihkan harus berada di bawah pengawasan dan atas dasar persetujuan
tertulis dari wali amanat;
Sejak diterbitkannya sukuk, setiap pemegang sukuk langsung tunduk kepada kontrak
perwaliamanatan dan menyetujui untuk memberikan kuasa kepada wali amanat
tanpa perlu adanya pemberian surat kuasa secara khusus yang baru dari pemegang
sukuk dalam menjalankan semua hak pemegang sukuk tanpa ada pengecualiannya.
3. Wali amanat membuat surat pernyataan yang menyatakan bahwa wali amanat
mempunyai 1 orang anggota direksi atau penanggung jawab yang diberi mandat
oleh direksi yang memiliki pengetahuan yang memadai dan/atau pengalaman di
bidang keuangan syariah dan/atau tenaga ahli di bidang perwaliamanatan dalam
penerbitan sukuk yang memahami kegiatan dan jenis usaha serta transaksi yang
bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal.
Pernyataan Emiten
Selain itu emiten tidak menyalahi atau melanggar atau lalai dalam memenuhi
suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menjalankan kegiatan
usaha emiten secara material atau atas bagian kekayaan emiten tersebut.
3. Pada saat ditandatanganinya kontrak perwaliamanatan sukuk, emiten tidak
tersangkut dalam suatu perkara, baik perkara perdata maupun perkara pidana
ataupun perkara arbitrase atau perkara administratif yang dapat secara berarti
mempengaruhi kemampuan emiten untuk melaksanakan kewajibannya menurut
kontrak perwaliamanatan sukuk.
4. Pembuatan kontrak perwaliamanatan dan dokumen-dokumen sehubungan
dengan kontrak perwaliamanatan telah dibuat sebagaimana mestinya oleh
emiten menurut persyaratan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan telah ditandatangani oleh pihak yang berhak mewakili untuk dan atas nama
emiten serta merupakan kewajiban yang sah dan mengikat bagi emiten.
5. Penerbitan sukuk telah mendapatkan persetujuan-persetujuan sebagaimana
disyaratkan anggaran dasar emiten dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
6. Dalam hal sukuk telah jatuh tempo, maka emiten bersedia dan diwajibkan untuk
bertanggung jawab secara finansial dan hukum mengenai pembayaran kembali
keseluruhan jumlah kewajiban atas sukuk.
Kelalaian Emiten
4. Kemungkinan terjadinya:
a. Emiten tidak lagi memiliki aset yang menjadi dasar sukuk; dan atau
b. Perubahan jenis akad syariah, isi dari akad syariah, dan/atau aset tertentu yang
menjadi dasar penerbitan sukuk yang mengakibatkan bertentangan dengan
prinsip syariah di pasar modal.
Apabila hal tersebut terjadi maka sukuk akan berubah menjadi utang piutang dan
emiten wajib menyelesaikan seluruh kewajibannya kepada pemegang sukuk.
5. Adanya penundaan kewajiban pembayaran utang sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan (moratorium); dan
6. Kewajiban lain yang tercantum dalam kontrak perwaliamanatan.
Di samping itu, di dalam kontrak perwaliamanatan sukuk juga harus secara jelas
memuat ketentuan mengenai mekanisme/tata cara emiten dinyatakan default
tersebut, serta memuat cara penyelesaian atas kondisi emiten yang lalai atau
dinyatakan default secara jelas. Apabila kondisi tersebut terjadi atau dilakukan
oleh emiten, maka wali amanat harus mengadakan Rapat Umum Pemegang
Sukuk untuk memberitahukan kejadian kelalaian emiten kepada pemegang
sukuk, meminta emiten untuk memberikan penjelasan dan pertanggungjawaban
atas kelalaian, membahas langkah yang harus
diambil terhadap emiten serta meminta
keputusan kepada pemegang sukuk atas
Salah satu
kondisi default tersebut.
karakteristik yang
membedakan
Rapat Umum Pemegang Sukuk antara sukuk dan
obligasi adalah
Di dalam kontrak perwaliamanatan wajib memuat adanya kewajiban
ketentuan-ketentuan mengenai tata cara Rapat memiliki aset yang
Umum Pemegang Sukuk, yang paling sedikit menjadi dasar sukuk/
mengatur tentang: underlying asset.
1. Tujuan diadakannya Rapat Umum Pemegang Underlying asset ini
Sukuk. tidak sama dengan
2. Permintaan untuk diselenggarakannya Rapat jaminan.
Umum Pemegang Sukuk.
Jaminan
Salah satu karakteristik yang membedakan antara sukuk dan obligasi adalah adanya
kewajiban memiliki aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset. Underlying
asset ini tidak sama dengan jaminan. Pada praktiknya, sebagaimana halnya dengan
obligasi, penerbitan sukuk dapat menggunakan jaminan atau tanpa menggunakan
jaminan.
Dalam penerbitan sukuk, terdapat sukuk yang diberikan jaminan khusus berupa
harta kekayaan atau aset yang dimiliki oleh emiten. Sukuk yang diterbitkan dengan
jaminan khusus tersebut dapat disebut sebagai sukuk secured.
Selain itu terdapat juga sukuk yang tanpa diberikan jaminan khusus namun dijamin
dengan seluruh harta kekayaan emiten baik barang bergerak maupun barang tidak
bergerak, baik yang telah ada maupun yang akan ada di kemudian hari (sesuai dengan
ketentuan dalam Pasal 1131 dan 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Hak
pemegang sukuk tersebut adalah paripassu tanpa hak preferen dengan hak-hak
kreditur emiten lainnya baik yang ada sekarang maupun di kemudian hari, kecuali
hak-hak kreditur emiten yang dijamin dengan jaminan khusus. Sukuk yang diterbitkan
dengan jaminan umum atau tanpa jaminan khusus tersebut dapat disebut sebagai
sukuk unsecured.
Dalam hal sukuk dijamin secara khusus dengan harta kekayaan atau aset emiten,
maka di dalam kontrak perwaliamanatan wajib diatur mengenai:
1. Jenis benda jaminan yang akan digunakan emiten;
2. Nilai atas jaminan dengan mencantumkan nilai pasar dan/atau nilai likuidasi pada
perhitungan periode tertentu yang dilakukan penilaian oleh pihak tertentu; dan
3. Status kepemilikan atas benda jaminan.
Pada praktiknya aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk dapat menjadi jaminan
khusus penerbitan sukuk.
Dalam hal sukuk dijamin dengan bentuk penjaminan lainnya (diberikan jaminan
selain harta kekayaan emiten), maka di dalam kontrak perwaliamanatan wajib diatur
mengenai:
1. Rincian benda jaminan dan/atau identitas pemberi jaminan;
2. Identitas dari pihak yang hartanya digunakan sebagai jaminan;
3. Pernyataan pemberi jaminan telah menyatakan dan mengikatkan diri untuk
menjamin kewajiban emiten terhadap para pemegang sukuk, dalam hal emiten
tidak bisa memenuhi kewajibannya;
4. Kedudukan pemegang sukuk terhadap kreditur emiten lainnya yang memegang
hak tanggungan atas benda jaminan yang sama; dan
5. Nilai dan/atau persentase jaminan yang diberikan kepada pemegang sukuk
dibandingkan dengan nilai pokok sukuk.
Sanksi
Sesuai peraturan yang berlaku, dalam kontrak perwaliamanatan dicantumkan adanya
ketentuan sanksi apabila emiten tidak melaksanakan atau tidak mentaati ketentuan
yang terdapat dalam kontrak perwaliamanatan tersebut, yaitu merujuk kepada pasal
yang mengatur mengenai hal-hal yang mengakibatkan kelalaian (default).
Selain ketentuan mengenai potensi adanya default tersebut, apabila emiten lalai
atau tidak melakukan pembayaran kembali nilai pokok sukuk dan/atau pembayaran
imbal hasil sukuk pada tanggal jatuh tempo, maka selain adanya sanksi sebagaimana
dimaksud pada pasal yang mengatur mengenai hal-hal yang mengakibatkan
kelalaian (default), emiten juga diwajibkan untuk membayar kompensasi kerugian
akibat keterlambatan pembayaran (denda).
kekuasaan para pihak dalam kontrak perwaliamanatan sukuk. Dalam hal emiten
mengalami keadaan kahar, kejadian tersebut tidak menghilangkan kewajiban emiten
untuk tetap melakukan pembayaran kembali nilai pokok sukuk, pembayaran imbal
hasil sukuk, dan kompensasi kerugian akibat keterlambatan yang bukan diakibatkan
oleh keadaan kahar.
Penyelesaian Perselisihan
Secara umum, forum penyelesaian perselisihan yang pertama kali dilakukan oleh para
pihak dalam kontrak perwaliamanatan sukuk adalah musyawarah secara mufakat.
Apabila tidak dapat diselesaikan secara musyawarah mufakat, maka perselisihan atau
perbedaan pendapat tersebut dapat diselesaikan melalui mekanisme pengadilan
agama atau melalui penyelesaian perselisihan di luar pengadilan, yaitu di lembaga
alternatif penyelesaian sengketa sektor jasa keuangan atau Badan Arbitrase Syariah
Nasional (BASN).
Semua hak dan kewajiban para pihak berdasarkan kontrak perwaliamanatan sukuk
akan terus berlaku selama proses pengadilan atau penyelesaian di luar pengadilan
tersebut.
Ketentuan Lain-lain
Pemberitahuan
Untuk keperluan korespondensi dalam rangka memenuhi hak dan/atau kewajiban
masing-masing pihak, di dalam kontrak perwaliamanatan sukuk harus mencantumkan
alamat para pihak dan/atau mekanisme pelaksanaan korepondensi yang dapat
diterima oleh para pihak yang terdapat dalam kontrak perwaliamanatan sukuk.
Wali Amanat
Bank umum yang telah terdaftar sebagai wali amanat di OJK memiliki kewajiban
menyampaikan laporan kepada OJK antara lain sebagai berikut:
1) Laporan kegiatan, yang meliputi laporan tengah tahunan dan laporan
tahunan.
2) Laporan mengenai peristiwa penting yang menyangkut kegiatan
perwaliamanatan.
3) Laporan penggantian wali amanat disertai dengan alasan dan nama wali
amanat yang baru, dalam hal terjadi pergantian wali amanat
4) Laporan yang terkait dalam kontrak perwaliamanatan.
5) Laporan perubahan data dan informasi terkait pedoman operasional,
pejabat penanggungjawab dan tenaga ahli, atau petimbangan yang
bersifat teknis lainnya.
b. Kewajiban wali amanat setelah sukuk diterbitkan dan dijual kepada masyarakat
Tugas, fungsi dan kewajiban wali amanat sebagaimana telah ditetapkan dalam
kontrak perwaliamanatan sukuk, paling sedikit adalah:
1) Memantau perkembangan pengelolaan kegiatan emiten.
2) Mengawasi dan memantau pelaksanaan kewajiban emiten.
3) Melaksanakan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Sukuk sesuai
dengan tanggung jawabnya.
4) Mengawasi, melakukan inspeksi, dan mengadministrasikan harta yang
menjadi jaminan bagi pembayaran kewajiban kepada pemegang sukuk
(jika terdapat jaminan).
5) Memantau pembayaran yang dilakukan oleh emiten atau agen pembayaran
kepada pemegang sukuk.
6) Mengambil tindakan yang diperlukan apabila terjadi perubahan hasil
pemeringkatan sukuk.
7) Mengambil tindakan yang diperlukan apabila terjadi perubahan nilai atas
jaminan.
8) Mengambil tindakan yang diperlukan sesuai dengan ketentuan dalam
kontrak perwaliamanatan sukuk.
9) Memantau kondisi dan hal-hal yang dapat menyebabkan emiten
dinyatakan lalai atau default sebagaimana ketentuan yang diatur dalam
kontrak perwaliamanatan sukuk.
10) Memantau pemenuhan akad syariah dan pemenuhan aset yang menjadi
dasar sukuk tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah di pasar
modal.
lain nilai pokok sukuk yang diterbitkan, jangka waktu sukuk yaitu batas waktu
nilai pokok sukuk harus dilakukan pembayaran kembali oleh emiten, nilai
imbal hasil sukuk beserta tanggal pembayarannya, serta tata cara pelaksanaan
pembayarannya. Di samping itu harus diatur juga persyaratan perdagangan
sukuk yang harus tunduk pada peraturan BEI serta pengaturan mengenai bukti
kepemilikan sukuk oleh para pemegang sukuk.
f. Perlu dicantumkan secara tegas dan jelas mengenai pembatasan dan
kewajiban emiten sehubungan dengan penerbitan sukuk tersebut. Dengan
adanya pembatasan dan kewajiban tersebut, maka diharapkan pengelolaan
atau tindakan emiten dapat terjaga dan tidak merugikan kepentingan para
pemegang sukuk.
g. Perlu pengaturan secara tegas dan jelas mengenai kondisi atau keadaan
tertentu yang apabila dilanggar maka emiten dianggap lalai dan para
pemegang sukuk dapat memutuskan/menganggap emiten telah cidera janji,
sehingga dapat membuat kondisi sukuk menjadi jatuh tempo seketika apabila
tidak dilakukan perbaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan oleh
para pemegang sukuk.
h. Perlu secara tegas dan jelas dicantumkan apakah emiten memberikan
jaminan khusus atas harta kekayaannya sehingga sukuk tersebut bersifat
preferen dibandingkan dengan kreditur emiten lainnya. Apabila emiten tidak
memberikan jaminan khusus, maka sukuk tersebut tidak bersifat preferen,
dijamin dengan seluruh harta kekayaan emiten, diperjanjikan secara paripassu
dengan para kreditur lain yang tidak preferen.
Hal-hal yang harus dilakukan oleh wali amanat untuk mengantisipasi agar emiten
tidak melakukan pelanggaran kewajiban dalam kontrak perwaliamanatan sukuk
adalah antara lain:
a. Memantau secara periodik atas kewajiban-kewajiban emiten yang tercantum
dalam kontrak perwaliamanatan, antara lain:
1) Kewajiban pembayaran kembali nilai pokok sukuk, pembayaran imbal hasil
sukuk, dan kewajiban-kewajiban pembayaran emiten lainnya.
2) Laporan-laporan emiten antara lain laporan keuangan emiten sehingga
dapat melihat rasio-rasio keuangan yang kemungkinan dilanggar oleh
emiten.
3) Laporan hasil pemeringkatan emiten sehingga dapat mengetahui naik
turunnya performa dari perusahaan emiten.
4) Laporan realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum sukuk sehingga
dapat mengetahui dana yang telah digunakan dan yang belum digunakan
oleh emiten.
5) Pemberian jaminan oleh emiten apabila dalam penerbitan sukuk tersebut
emiten memberikan jaminan khusus. Pemantauan atas jaminan tersebut
perlu dilakukan agar apabila terjadi sesuatu terhadap sukuk, maka jaminan
dapat dieksekusi dalam kondisi yang baik sesuai dengan persyaratan
jaminan pada kontrak perwaliamanatan sukuk.
6) Pemantauan terhadap kondisi yang dapat menyebabkan emiten dinyatakan
lalai/default sebagaimana yang diatur dalam kontrak perwaliamanatan
sukuk.
b. Apabila dalam pemantauan tersebut terdapat penyimpangan atau adanya
potensi penyimpangan dari ketentuan yang tercantum dalam kontrak
perwaliamanatan sukuk, maka wali amanat harus memberitahukan kepada
emiten agar penyimpangan tersebut dilakukan perbaikan sesuai jangka waktu
perbaikan (remedial period) sebagaimana yang telah ditetapkan dalam kontrak
perwaliamanatan sukuk. Atas penyimpangan tersebut, wali amanat wajib
memberitahukan kepada OJK.
c. Apabila dalam jangka waktu perbaikan (remedial period) emiten belum
melakukan perbaikan atas pelanggaran yang telah dilakukan, maka wali
amanat harus:
2
79 Proses Penerbitan Sukuk Tanpa Melalui
Penawaran Umum
84 Penerbitan Secara Bertahap Sukuk Tanpa
Melalui Penawaran Umum
86 Penata Laksana Penerbitan dan Agen
Pemantau
S
elain melalui penawaran umum, sukuk juga dapat diterbitkan tanpa melalui
penawaran umum. Pada penerbitan sukuk tanpa melalui penawaran umum,
proses penerbitannya relatif lebih sederhana, lebih cepat dan para pihak yang
terlibat tidak sebanyak seperti halnya di penawaran umum. Di samping itu penerbit
yang memilih penerbitan sukuk dilakukan tanpa melalui penawaran umum pada
umumnya telah memiliki satu atau lebih investor potensial yang berminat dengan
instrumen yang akan diterbitkan.
Sebelum adanya pengaturan di OJK, instrumen ini dikenal dengan nama Medium
Term Notes (MTN) syariah dan sifatnya bilateral dari sekumpulan investor langsung
bertransaksi dengan penerbit MTN syariah tanpa melakukan pernyataan pendaftaran.
Saat ini, penerbitan sukuk tanpa melalui penawaran umum telah diatur pada POJK
Nomor 30/POJK.04/2019 tentang Penerbitan Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk yang
Dilakukan Tanpa Melalui Penawaran Umum. Berdasarkan karakteristik yang dimiliki,
terdapat perbedaan antara sukuk tanpa melalui penawaran umum dan sukuk melalui
penawaran umum sebagai berikut:
umum diterbitkan oleh emiten atau perusahaan publik, Kontrak Investasi Kolektif,
atau pihak lain yang menerbitkan sukuk tanpa penawaran umum hanya kepada
reksa dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif penyertaan terbatas.
Proses penerbitan sukuk tanpa melalui penawaran umum relatif lebih sederhana
dan ringkas jika dibandingkan dengan proses penerbitan sukuk melalui penawaran
umum, sehingga proses secara keseluruhan dapat dilakukan lebih cepat.
Rangkaian proses penerbitan sukuk tanpa penawaran umum dapat dilakukan melalui
tahapan antara lain sebagai berikut:
Berikut daftar dokumen yang diperlukan untuk uji tuntas pada sukuk tanpa
penawaran umum:
1 Akta pendirian
2 Anggaran dasar dan perubahan terakhir
3 Akta pengurus perusahaan terakhir
4 Akta susunan pemegang saham terakhir
5 KTP pengurus perusahaan
Persetujuan komisaris dan/atau RUPS yang dilegalisir atas penerbitan sukuk tanpa
6
penawaran umum (bila dipersyaratkan dalam anggaran dasar perusahaan)
7 Persetujuan kreditur (bila dipersyaratkan oleh kreditur)
8 Daftar perkara material yang sedang dihadapi perusahaan (jika ada)
9 Surat Ijin Usaha Perusahaan
10 Tanda Daftar Perusahaan
11 Surat keterangan domisili perusahaan
f. Scan bukti surat izin OJK terkait penatalaksana telah terdaftar sebagai penjamin
emisi efek di OJK; dan
g. Email mengenai pernyataan kebenaran terkait data soft file dan dokumen fisik.
1. Penerbit selain menunjuk penata laksana dan agen pemantau juga dapat menunjuk
lembaga pemeringkat yang terdaftar di OJK lebih awal untuk melakukan proses
pemeringkatan, karena dalam penerbitan sukuk tanpa melalui penawaran umum
wajib diperingkat (kecuali memberikan jaminan 100% dari nilai nominal sukuk
atau penerbit adalah perusahaan publik atau emiten).
2. Telah tercapai kesepakatan awal struktur penerbitan sukuk dengan beberapa
potensial investor mencakup jumlah emisi, tenor, tingkat imbal hasil, jaminan
maupun hal-hal lain pada struktur awal sukuk.
3. Jumlah emisi sukuk biasanya tidak terlalu besar sehingga yang lebih diperlukan
kecepatan, kesederhanaan proses dan ketepatan waktu kapan dana hasil
penawaran sukuk bisa diperoleh perseroan.
4. Satuan perdagangan pada sukuk tanpa melalui penawaran umum agar
mempertimbangkan jumlah investornya sehingga tidak lebih dari 49 pihak. Hal
ini agar satuan perdagangannya tidak lebih kecil dari nilai emisi sukuk tanpa
melalui penawaran umum dibagi 49.
Dalam hal dilakukan pemeringkatan, sukuk tanpa penawaran umum ini wajib
memperoleh peringkat yang mencakup keseluruhan nilai penerbitan bertahap.
Dalam penerbitan bertahap sukuk tanpa penawaran umum di tahap kedua dan tahap
selanjutnya, terdapat informasi tambahan atas memorandum informasi yang wajib
disampaikan kepada OJK paling lambat 1 hari kerja sebelum penerbitan tahap kedua
dan tahap selanjutnya. Informasi tambahan atas memorandum informasi tersebut
wajib memuat informasi paling sedikit mengenai:
1. Jumlah dana yang telah dihimpun dalam penerbitan bertahap sukuk tanpa
penawaran umum;
2. Jumlah sukuk tanpa penawaran umum yang akan diterbitkan;
3. Tingkat imbal hasil;
4. Hasil pemeringkatan atas sukuk tanpa penawaran umum atau perubahan hasil
pemeringkatan atas sukuk tanpa penawaran umum (jika penerbitan tahap
pertama diperingkat dan terdapat perubahan hasil pemeringkatan atas sukuk);
5. Perkiraan tanggal penerbitan sukuk tanpa penawaran umum;
6. Rencana Penggunaan Dana;
7. Ikhtisar data keuangan penting untuk laporan keuangan terkini yang dibandingkan
dengan periode yang sama tahun sebelumnya;
8. Pernyataan penerbit bahwa seluruh informasi dan fakta penting telah diungkapkan
dan informasi atau fakta penting tersebut tidak menyesatkan;
9. Pernyataan dalam huruf cetak tebal sebagai berikut: “PENERBITAN EBUS TANPA
PENAWARAN UMUM INI MERUPAKAN PENERBITAN EBUS TANPA PENAWARAN
UMUM TAHAP KE-… DARI PENERBITAN BERTAHAP YANG TELAH DILAPORKAN
KEPADA OTORITAS JASA KEUANGAN PADA TANGGAL...”;
10. Informasi mengenai kewajiban keuangan penerbit sukuk tanpa penawaran umum
yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu 3 bulan ke depan disertai dengan
keterangan mengenai cara pemenuhan kewajiban keuangan dimaksud; dan
11. Perubahan dan/atau tambahan informasi atas memorandum informasi dalam
rangka penerbitan bertahap sukuk tanpa penawaran umum tahap sebelumnya
yang sudah diterbitkan, jika terdapat perubahan dan/atau tambahan informasi.
Agen Pemantau
1. Diatur dalam POJK No. 30/POJK.04/2019 Diatur dalam POJK No. 19/POJK.04/2020
dan POJK No. 20/POJK.04/2020
2. Tugas pokok agen pemantau adalah Tugas pokok wali amanat antara lain
melakukan pemantauan atas kewajiban mewakili kepentingan para pemegang
penerbit sukuk tanpa penawaran umum sukuk, baik di dalam maupun di
sejak sukuk tanpa penawaran umum luar pengadilan, atas dasar kontrak
diterbitkan sampai dengan dibayar perwaliamanatan, sejak sukuk
kembali pada tanggal jatuh tempo. diterbitkan sampai dengan dibayar
kembali pada tanggal jatuh tempo.
Dalam melaksanakan tugas selaku agen pemantau tersebut, pada dasarnya hal-
hal yang dilakukan oleh agen pemantau hampir sama dengan tugas dan kegiatan
yang dilakukan oleh wali amanat. Berikut beberapa detail
tugas agen pemantau baik sebelum maupun sesudah
sukuk tanpa penawaran umum diterbitkan:
a. Tahap sebelum sukuk tanpa penawaran umum
diterbitkan
1) Agen pemantau melakukan penelaahan terhadap
penerbit sebelum penandatanganan perjanjian
sehubungan dengan penerbitan sukuk tanpa
penawaran umum, antara lain:
1) Dalam hal sukuk tanpa penawaran umum yang default diselesaikan oleh
para pemegang sukuk tanpa menggunakan agen pemantau, maka agen
pemantau berhenti melaksanakan tugasnya selaku agen pemantau.
2) Dalam hal sukuk tanpa penawaran umum yang default diselesaikan oleh
para pemegang sukuk dengan bantuan agen pemantau, maka yang dapat
dilakukan adalah:
a) Mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan oleh para
pemegang sukuk dan/atau pihak yang ditunjuk oleh para pemegang
sukuk untuk menyelesaikan permasalahan sukuk tanpa penawaran
umum tersebut, antara lain konsultan hukum.
b) Ikut serta dalam pertemuan-pertemuan antara pihak yang ditunjuk
untuk menyelesaikan permasalahan sukuk tanpa penawaran umum
tersebut antara lain konsultan hukum dengan pemegang sukuk tanpa
penawaran umum.
c) Memantau hasil eksekusi jaminan/aset penerbit (apabila ada).
3
101 Pengertian dan Karakteristik Sukuk
102 Dasar Hukum Sukuk
103 Larangan Syariah dalam Penerbitan Sukuk
111 Akad dan Skema dalam Penerbitan Sukuk
141 Aspek Syariah Lainnya terkait Sukuk
I
stilah sukuk berasal dari bahasa Arab,
yaitu dari kata sakk dengan bentuk
jamak sukuk. Secara bahasa, sukuk
Sukuk adalah efek syariah berupa
dapat diartikan sebagai dokumen atau sertifikat atau bukti kepemilikan yang
sertifikat. bernilai sama dan mewakili bagian yang
tidak terpisahkan atau tidak terbagi
Berdasarkan definisi tersebut, karakteristik (syuyu’/undivided share), atas aset yang
dari sukuk yang membedakannya dengan mendasarinya.”
obligasi adalah sebagai berikut: Berdasarkan POJK Nomor 18/POJK.04/2015 tentang
Penerbitan dan Persyaratan Sukuk
1. Aset yang menjadi dasar sukuk/
underlying asset (ushul al-shukuk) yang
digunakan sebagai dasar penerbitan
sukuk harus sesuai dengan prinsip
syariah. Aset yang menjadi dasar sukuk/
underlying asset terdiri atas: Sukuk adalah surat berharga syariah
(efek syariah) berupa sertifikat atau bukti
a. Aset berwujud (al-a’yan);
kepemilikan yang bernilai sama, dan
b. Nilai manfaat atas aset berwujud mewakili bagian kepemilikan yang tidak
(manali’ al-a’yan); bisa ditentukan batas-batasnya (musya’)
atas aset yang mendasarinya (aset sukuk/
c. Jasa (al-khadamat); ushul al-shukuk) setelah diterimanya
d. Aset proyek tertentu (maujudat dana sukuk, ditutupnya pemesanan dan
dimulainya penggunaan dana sesuai
masyru’ mu’ayyan); dan/atau
peruntukannya.”
e. Aset kegiatan investasi yang telah
ditentukan (nasyath istitsmar Berdasarkan Fatwa DSN-MUI No. 137/DSN-MUI/
khashsh). IX/2020 tentang Sukuk
5. Sukuk dapat berubah menjadi utang/piutang (dain) dalam hal aset yang menjadi
dasar sukuk/underlying asset berubah menjadi piutang (dain) pemegang sukuk.
6. Pada prinsipnya penerbitan sukuk harus ada jangka waktu tertentu kecuali
disepakati lain dalam akad atau diatur oleh peraturan perundangan yang berlaku.
7. Penerbit wajib membayarkan pendapatan kepada pemegang sukuk berupa bagi
hasil/margin/fee dan membayar kembali dana sukuk pada saat jatuh tempo sesuai
dengan skema akad.
8. Imbal hasil sukuk dengan akad mudharabah dan musyarakah harus berasal dari
kegiatan usaha yang menjadi aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset.
Dalam penerbitan sukuk baik melalui penawaran umum maupun tanpa melalui
penawaran umum wajib memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku,
POJK dan ketentuan lain serta fatwa DSN-MUI yang terkait.
Riba
Riba adalah tambahan yang diberikan dalam Unsur-unsur yang
pertukaran barang-barang ribawi (al-amwal al- bertentangan dengan
ribawiyyah) dan tambahan yang diberikan atas prinsip syariah atau
pokok utang dengan imbalan penangguhan yang dilarang dalam
pembayaran secara mutlak. syariah, yaitu antara
Para pakar hukum Islam (fuqaha) memiliki lain riba, gharar,
pengelompokan riba yang dapat berbeda antara maysir, tadlis, dharar
satu dan lainnya, tergantung dari pemahaman (membahayakan/
masing-masing fuqaha. Contohnya antara Hanafi, merugikan), risywah,
Maliki dan Hambali dengan Syafi’iyyah dan juga haram zatnya, zhulm
dengan Ibnu Rusyd memiliki pengelompokan riba (penganiayaan) dan
yang berbeda-beda meskipun konsep dasarnya maksiat.
adalah sama.
Larangan riba terdapat dalam Al-Qur’an dan juga hadis yaitu sebagai berikut:
Jika emas dijual dengan emas, perak Hai orang – orang yang beriman,
dijual dengan perak, gandum dijual bertakwalah kepada Allah dan lepaskan
dengan gandum, sya’ir (salah satu jenis sisa-sisa riba (yang belum dipungut) jika
gandum) dijual dengan sya’ir, kurma kamu orang – orang yang beriman. Jika
dijual dengan kurma, dan garam dijual kamu tidak mengerjakan (meninggalkan
dengan garam, maka jumlah (takaran sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah
atau timbangan) harus sama dan dan Rasulnya akan memerangimu.
dibayar kontan (tunai). Jika jenis barang Jika kamu bertaubat (dari pengambilan
tadi berbeda, maka silakan engkau riba) maka bagimu modalmu.
membarterkannya sesukamu, namun Kamu tidak menganiaya dan
harus dilakukan secara kontan (tunai).” tidak (pula) dianiaya”
Pengelompokkan riba berdasarkan salah satu fuqaha yaitu Ibnu Rusyd adalah sebagai
berikut:
Namun demikian dalam praktiknya, dapat terjadi dua jenis riba sekaligus dalam satu
kegiatan. Contohnya pada asuransi konvensional yang dapat terjadi riba fadhl dan
nasiah sekaligus. Jika perusahaan asuransi membayar klaim kepada tertanggung
melebihi uang premi yang ia bayarkan maka terjadi riba fadhl. Selanjutnya jika
perusahaan membayar kepada tertanggung setelah masa tertentu sejumlah premi
yang dibayarkan tertanggung atau perusahaan menginvestasikan kekayaannya
secara ribawi maka terjadi riba nasiah.
Gharar
Secara etimologi gharar adalah akibat, bencana, bahaya, risiko, dan ketidakpastian.
Dalam istilah fikih muamalah, gharar adalah ketidakpastian dalam suatu akad, baik
mengenai kualitas atau kuantitas objek akad maupun mengenai penyerahannya.
Baik gharar maupun tadlis keduanya terjadi karena adanya informasi yang tidak utuh.
Pada tadlis, informasi yang tidak utuh hanya dialami oleh satu pihak saja (misalnya
pembeli atau penjual saja). Namun pada gharar, informasi yang tidak utuh dialami
oleh kedua belah pihak (baik pembeli maupun penjual). Kasus gharar terjadi apabila
ada unsur ketidakpastian yang melibatkan kedua belah pihak.
dapat memastikan kondisi fisik anak sapi tersebut bila nanti sudah lahir, apakah
akan lahir normal, cacat, atau lahir dalam keadaan mati. Dengan demikian terjadi
ketidakpastian menyangkut kualitas barang yang ditransaksikan.
Para ulama sepakat bahwa gharar yang diharamkan adalah gharar yang sangat
dominan mempengaruhi akad. Menurut Al-Baji (403-494 H) dalam karyanya al-
Muntaqa menyatakan bahwa ada dua kategori gharar, yaitu gharar ringan dan gharar
berat.
1. Gharar ringan yaitu gharar yang secara signifikan tidak mempengaruhi terhadap
sahnya akad. Contohnya ketika jual beli rumah yang tidak dapat diketahui secara
pasti pondasinya karena penjual dan pembeli sama-sama tidak mengetahui secara
pasti kekuatan pondasi rumah tersebut. Contoh lainnya adalah pembayaran
jasa (ujrah) WC umum yang tidak ada takaran yang jelas berapa banyak air
yang digunakan oleh konsumen dan berapa lama waktu pemakaiannya. Kedua
transaksi tersebut (jual beli rumah dan jasa WC umum) tergolong kepada gharar
ringan yang secara signifikan tidak mempengaruhi sahnya akad.
2. Gharar berat yaitu gharar yang secara signifikan dapat mempengaruhi terhadap
sahnya akad. Contohnya pada jual beli anak sapi yang masih dalam perut induknya.
Baik penjual maupun pembeli tidak mengetahui secara pasti bagaimana keadaan
anak sapi ketika dilahirkan oleh induknya, apakah dalam keadaan sehat, cacat,
atau bahkan lahir dalam keadaan mati. Kemungkinan-kemungkinan di atas
dapat menyebabkan unsur penyesalan bagi pihak yang bertransaksi (penjual
dan pembeli). Pembeli akan diuntungkan ketika anak sapi lahir dalam keadaan
baik dan sehat, akan tetapi apabila anak sapi tersebut lahir dalam keadaan cacat
atau bahkan dalam keadaan mati maka pembeli yang akan menanggung resiko
kerugian.
Di pasar modal, praktik gharar terjadi ketika jual beli efek yang bukan milik penjual
dan penjual tidak diberi izin oleh pemilik untuk menjualkan. Contoh lainnya ketika
beli efek secara tunai padahal penjual tidak memiliki efek yang dijualnya (short selling).
Maysir/Qimar
Contoh maysir adalah taruhan atas pertandingan sepak bola, judi melalui undian
berhadiah. Di pasar modal, transaksi yang bersifat option sangat berpeluang dijadikan
ajang perjudian/spekulasi.
Tadlis
Dharar
Zhulm
Zhulm adalah sesuatu yang mengandung
unsur ketidakadilan, ketidakseimbangan, Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba), maka
dan merugikan pihak lain. Transaksi
ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya
ribawi merupakan salah satu bentuk akan memerangimu. Dan jika kamu
zhulm. Selain transaksi ribawi, bentuk bertaubat (dari pengambilan riba), maka
larangan-larangan dalam transaksi bagimu pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.”
yang telah diuraikan sebelumnya,
bisa termasuk kategori zhulm apabila Larangan zhulm terdapat dalam
Al Qur’an (QS Al-Baqarah: 279)
berpeluang memunculkan ketidakadilan
dan ketidakseimbangan yang berujung
pada kerugian pihak lain.
Saat ini akad yang digunakan dalam penerbitan sukuk adalah akad mudharabah,
ijarah dan wakalah. Dalam pengembangan sukuk di Indonesia diharapkan terdapat
penerbitan sukuk dengan akad lain selain ketiga akad yang sudah ada, termasuk
kombinasi dua akad atau lebih. Demikian juga untuk skema yang digunakan,
dimungkinkan untuk terdapat pengembangan dari skema yang telah ada, seperti
sukuk amortisasi dan perpetual sukuk.
Saat ini, sukuk korporasi di Indonesia tidak ada yang diterbitkan melalui Special Purpose
Vehiche (SPV), sedangkan penerbitan sukuk di luar negeri dapat dilakukan melalui
SPV atau tanpa melalui SPV. Penerapan penerbitan sukuk melalui SPV sebagaimana
dilakukan di luar negeri sampai dengan saat ini masih menjadi tantangan dalam hal
implementasinya di Indonesia.
Sukuk Mudharabah
Contoh skema sukuk mudharabah yang digunakan dalam penerbitan sukuk korporasi
di Indonesia adalah sebagai berikut:
5. Pada saat jatuh tempo, emiten membayar kembali modal kepada investor sebesar
nilai sukuk pada saat penerbitan.
Penjelasan skema sukuk mudharabah di luar negeri di atas adalah sebagai berikut:
1. Saat penerbitan, trustee akan menerbitkan sukuk dan investor akan membayar
sebesar harga penerbitan sukuk kepada trustee. Sesuai dengan perjanjian
“declaration of trust”, maka trustee akan mewakili investor sukuk dalam penerbitan
sukuk dan mewakili atas semua hak, kepemilikan dan kepentingan investor sukuk
baik saat ini maupun di masa depan atas aset murabahah.
2. Trustee sebagai rabbul-maal akan memberikan uang dari hasil penerbitan sukuk
kepada mudharib (Ahli United Bank K.S.C.P) sebagai modal mudharabah sesuai
dengan perjanjian mudharabah. Modal mudharabah tersebut akan bercampur
dengan ekuitas mudharib dan akan diinvestasikan pada kegiatan bisnis secara
umum secara pro-rata.
1
Contoh penerbitan sukuk dengan skema mudharabah yang diterbitkan oleh Ahli United Bank K.S.C.pada tahun
2021 melalui Ahli United Perpetual Sukuk Ltd sebagai trustee.
Sukuk Ijarah
Pada sukuk dengan akad ijarah, pemegang sukuk dapat bertindak sebagai penyewa
(musta’jir) dan dapat pula bertindak sebagai pemberi sewa (mu’jir). Sementara itu,
emiten dalam kedudukannya sebagai wakil pemegang sukuk dapat menyewa
ataupun menyewakan kepada pihak lain dan dapat pula bertindak sebagai penyewa.
Dalam penerbitannya, berlaku ketentuan dan batasan sebagaimana tertuang pada
fatwa DSN-MUI berikut:
Ketentuan khusus terkait sukuk ijarah sebagaimana diatur dalam Fatwa DSN-MUI
Nomor 41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah dan Fatwa DSN-MUI
Nomor 137/DSN-MUI/IX/2020 tentang Sukuk adalah sebagai berikut:
1. Objek ijarah harus berupa manfaat yang dibolehkan.
2. Jenis usaha yang dilakukan emiten tidak boleh bertentangan dengan syariah
dengan memperhatikan substansi Fatwa DSN-MUI Nomor 20/DSN-MUI/IX/2000
tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksadana Syariah dan Fatwa
DSN-MUI Nomor 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum
Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal.
Contoh skema sukuk ijarah yang digunakan dalam penerbitan sukuk korporasi di
Indonesia adalah sebagai berikut:
Setelah sukuk jatuh tempo dan setelah pelunasan sisa fee ijarah, maka investor yang
diwakili oleh wali amanat mengalihkan kembali hak manfaat beserta objek ijarah
(mahalul manfaat) kepada emiten.
Setelah sukuk jatuh tempo dan setelah pelunasan sisa fee ijarah, maka investor yang
diwakili oleh wali amanat mengalihkan kembali hak manfaat beserta objek ijarah
(mahalul manfaat) kepada emiten.
2
Contoh sukuk ijarah yang diterbitkan oleh TNB Northern Energy Berhard pada tahun 2013.
Penjelasan skema sukuk ijarah di luar negeri di atas adalah sebagai berikut:
1. TNB sebagai induk TNB Prai mendapatkan proyek, selanjutnya TNB memberikan
proyek tersebut kepada TNB Prai untuk menjadi penjamin (guarantor), penyewa
(lessee), maupun sebagai servicing agent. TNB Prai sebagai penjamin mengadakan
perjanjian grant of right agreement dengan TNB NE sebagai penerima penjaminan
yang mewakili investor sukuk untuk memberikan hak atas manfaat tanah sebagai
proyek ijarah dan mengambil manfaat atas aset tanah tersebut dalam waktu 24
tahun. TNB NE akan membayar sewa dalam 1 kali pembayaran kepada TNB Prai
dengan jumlahnya sama dengan nilai penerbitan sukuk TNB NE.
2. Berdasarkan declaration trust, TNB NE menetapkan hak atas aset, termasuk
hak kepemilikan, imbal hasil dan manfaat, saat ini dan yang akan datang, di
dalam perjanjian grant of right agreement, ijarah lease agreement, service agency
agreement dan purchase undertaking atas aset, untuk kepentingan investor.
Issuer menerbitkan sukuk TNB NE ke investor yang merepresentasikan proporsi
hak kepemilikan manfaat yang tidak terbagi, di bawah trust asset. Hasil dari
penerbitan sukuk TNB NE digunakan untuk membayar sewa ke TNB Prai sesuai
grant of right agreement.
3. TNB NE sebagai issuer sukuk mengadakan perjanjian sewa dengan TNB Prai
(sebagai penyewa), untuk menyewakan aset dalam jangka waktu yang sesuai
dengan jangka waktu sukuk, misalnya lebih dari 4 tahun dan tidak lebih dari 23
tahun.
4. Berdasarkan perjanjian sewa ijarah, TNB Prai harus membayar biaya sewa ijarah
ke TNB NE sejumlah uang yang setara dengan rata-rata dari pembayaran berkala,
yang digunakan untuk membayar kepada investor secara berkala dan sesuai
proporsi.
5. Berdasarkan perjanjian wakalah, TNB Prai menunjuk TNB NE sebagai wakil untuk
penyediaan layanan tertentu selama periode konstruksi pabrik sesuai kontrak.
TNB NE sebagai wakil bertanggung jawab untuk: (i) menyimpan dana pembayaran
sewa yang harus dibayarkan kepada TNB Prai dengan basis wadiah; dan (ii) untuk
melakukan pembayaran kepada TNB Prai termasuk biaya sewa dan biaya lain yang
berhubungan dengan proyek.
Pada penerbitan sukuk dengan akad wakalah bi al-istitsmar, berlaku ketentuan dan
batasan sebagaimana tertuang pada fatwa DSN-MUI berikut:
1. Fatwa DSN-MUI Nomor 137/DSN-MUI/IX/2020 tentang Sukuk.
2. Fatwa DSN-MUI Nomor 127/DSN-MUI/VII/2019 tentang Sukuk Wakalah bi al-
istitsmar.
3. Fatwa DSN-MUI Nomor 113/DSN-MUI/IX/2017 tentang Akad Wakalah bi al-Ujrah.
4. Fatwa DSN-MUI Nomor 10/DSN-MUI/IV/2000 tentang Wakalah.
Ketentuan khusus terkait sukuk mudharabah sebagaimana diatur dalam Fatwa DSN-
MUI Nomor 127/DSN-MUI/VII/2019 tentang Sukuk Wakalah Bi Al-Istitsmar adalah
sebagai berikut:
1. Jenis usaha yang dilakukan penerbit sukuk tidak boleh bertentangan dengan
prinsip syariah dengan mengikuti, tunduk, dan patuh pada substansi Fatwa DSN-
MUI Nomor 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk
Contoh skema sukuk wakalah yang digunakan dalam penerbitan sukuk korporasi
di Indonesia adalah sebagai berikut:
c. Jika investasi dengan akad hiwalah, maka imbalan yang diberikan berupa
cicilan hiwalah dan pada saat jatuh tempo diberikan berupa pelunasan hiwalah.
Contoh skema sukuk wakalah bi al-Istitsmar di luar negeri3 adalah sebagai berikut:
3
Sukuk dengan skema wakalah pernah diterbitkan oleh Dar Al-Arkan Dubai (2013,2014,2017).
Sukuk Musyarakah
Pada sukuk dengan akad musyarakah, berlaku ketentuan dan batasan sebagaimana
tertuang pada fatwa DSN-MUI berikut:
1. Fatwa DSN-MUI Nomor 137/DSN-MUI/IX/2020 tentang Sukuk.
2. Fatwa DSN-MUI Nomor 114/DSN-MUI/IX/2017 tentang Akad Syirkah.
3. Fatwa DSN-MUI Nomor 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah.
Ketentuan terkait sukuk musyarakah belum diatur secara khusus dalam fatwa
DSN-MUI. Oleh karena itu, dapat merujuk pada ketentuan umum fatwa DSN-MUI
sebagaimana disebutkan di atas.
Penjelasan skema sukuk musyarakah di luar negeri di atas adalah sebagai berikut:
1. Penerbit menerbitkan sukuk musyarakah dan dibeli oleh investor. Uang dari
investor atas penerbitan sukuk dihitung sebagai penyetoran modal ke dalam
musharakah venture, sedangkan penerbit akan menyetorkan aset sebagai modal
untuk kepentingan venture. Venture dalam hal ini mengacu pada investasi di aset
tertentu. Penerbit bertindak sebagai asset trustee yaitu pemegang manfaat dari
aset sesuai kesepakatan dalam declaration of trust.
Pembagian keuntungan hasil venture antara investor dan penerbit yaitu
berdasarkan rasio pembagian keuntungan sesuai kesepakatan sebesar 85% :
15%. Investor dan penerbit berhak atas pendapatan yang dihasilkan dari venture
selama masa periode sukuk dan/atau hasil dari penjualan aset sukuk sesuai
purchase undertaking.
2. Trustee, atas nama investor, menunjuk penerbit sebagai manajer dari musharakah
venture.
4
Contoh sukuk (MTN syariah) dengan skema musyarakah yang diterbitkan oleh BGSM Management Sdn. Bhd. pada
tahun 2013.
Jika keuntungan yang dihasilkan dari venture lebih besar daripada pembayaran
yang telah ditentukan sesuai tanggal pembayaran, maka kelebihannya akan
diakui oleh manajer sebagai biaya insentif atas pengelolaan venture.
Dalam hal keuntungan yang dihasilkan dari venture tidak cukup untuk membayar
bagi hasil sesuai tanggal pembayaran yang telah ditetapkan, maka penerbit
sebagai obligor akan menambah (top-up) pendanaannya hingga dapat menutupi
defisiensi. Top-up pendanaan tersebut akan di set-off dengan harga sukuk saat
jatuh tempo.
Sukuk Murabahah
Pada sukuk dengan akad murabahah, berlaku ketentuan dan batasan sebagaimana
tertuang pada fatwa DSN-MUI berikut:
1. Fatwa DSN-MUI Nomor 137/DSN-MUI/IX/2020 tentang Sukuk.
2. Fatwa DSN-MUI Nomor 111/DSN-MUI/IX/2017 tentang Akad Jual Beli Murabahah.
3. Fatwa DSN-MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah.
Sukuk murabahah dapat diartikan sebagai sukuk yang diterbitkan untuk
membiayai pembelian dan/atau penjualan barang melalui akad murabahah
sehingga aset tersebut menjadi milik pemegang sukuk.
Ketentuan terkait sukuk murabahah belum diatur secara khusus dalam Fatwa
DSN-MUI. Oleh karena itu, dapat merujuk pada ketentuan umum fatwa DSN-MUI
sebagaimana disebutkan di atas.
1. Aset yang bisa digunakan sebagai dasar penerbitan sukuk murababah dapat
berupa aset atau barang seperti kapal, kendaraan, komoditas barang tambang
dan sebagainya, yang secara syariah bisa dijual melalui akad murabahah.
2. Penerbitan sukuk murabahah dilakukan dalam rangka memperoleh dana yang
diperlukan untuk membiayai pembelian barang melalui akad murabahah,
sehingga aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset tersebut menjadi milik
pemegang sukuk.
3. Aset tersebut dapat dijual kepada pihak lain dalam rangka menghasilkan
keuntungan bagi investor.
4. Kepemilikan investor atas sukuk merepresentasikan kepemilikan atas aset/barang
tersebut.
5. Sukuk dengan akad murabahah hanya boleh diperdagangkan sepanjang aset
yang menjadi dasar penerbitan sukuk masih dimiliki oleh pemegang sukuk. Jika
aset sukuk telah dijual kepada pihak lain maka tidak boleh diperdagangkan karena
sukuk menjadi representasi atas kepemilikan piutang pembayaran murabahah
(berlaku ketentuan jual beli sharf).
Penjelasan skema sukuk murabahah di luar negeri di atas adalah sebagai berikut:
1. Originator sebagai calon pembeli suatu barang membuat persetujuan dengan
SPV untuk membeli barang tertentu dengan menggunakan kontrak murabahah.
2. Berdasarkan persetujuan tersebut SPV mengeluarkan sertifikat sukuk murabahah
dan menjualnya kepada investor.
3. Investor menyerahkan uang kepada SPV sesuai nilai harga sukuk murabahah.
4. SPV membeli barang yang dimaksudkan oleh originator dengan menyerahkan
uang tunai sejumlah harga barang.
5. Penjual menyerahkan barang kepada SPV.
6. SPV menyerahkan barang kepada originator dan SPV membuat kontrak sewa
dengan pembeli (akad ijarah muntahiya bittamlik).
5
Sukuk dengan skema murabahah pernah diterbitkan oleh Murabahah Medium-term Notes; Kumpulan Guthrie Bhd
(2004), Murabahah Notes Issuance Facility: Petronas Fertiliser Petroliam Nasional Bhd (Petronas) (2003), BBA Islamic
Debt Securities; Talam Corp Bhd (2003), Lingkaran Laboh Raya Kajang: Deutshe Bank (2001), dan Islamic Commercial
Papers; Wah Seong Corp Bhd (2004).
7. Pembeli membayar harga secara angsuran beserta jumlah sewa barang tertentu.
8. SPV membayar sewa kepada investor sesuai kesepakatan
9. Pada waktu sertifikat sukuk jatuh tempo (maturity), SPV mengembalikan pokok
sukuk kepada investor.
Sukuk Salam
Pada sukuk dengan akad salam, berlaku ketentuan dan batasan sebagaimana
tertuang dalam Fatwa DSN-MUI Nomor 05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Salam.
Sukuk salam adalah sukuk yang diterbitkan untuk membiayai pembelian barang
melalui akad salam (pembayaran dilakukan di muka, penyerahan dilakukan di masa
yang akan datang).
Ketentuan terkait sukuk salam belum diatur secara khusus dalam Fatwa DSN-MUI.
Oleh karena itu, dapat merujuk pada ketentuan umum Fatwa DSN-MUI sebagaimana
disebutkan di atas. Adapun ketentuan sukuk salam adalah sebagai berikut:
1. Aset yang bisa digunakan sebagai dasar penerbitan sukuk salam adalah barang-
barang seperti komoditas pertanian, pertambangan dan sebagainya yang proses
penyerahannya dilakukan di masa yang akan datang sesuai kesepakatan.
2. Jumlah dan kriteria objek jual beli salam yang ditentukan dan diketahui secara
jelas untuk menghindari adanya unsur gharar (uncertainty) dan maysir (gambling).
3. Penerbitan sukuk salam dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan dana guna
membiayai pembelian barang yang dilakukan berdasarkan akad salam.
4. Sukuk salam dalam hal ini merepresentasikan kepemilikan investor terhadap aset
yang menjadi dasar sukuk/underlying asset berupa barang, termasuk keuntungan
(profit) yang diperoleh dari hasil penjualan barang tersebut.
5. Sukuk dengan akad salam tidak boleh diperdagangkan di pasar sekunder (non-
tradable), karena aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset masih belum
ada.
Sukuk dengan skema akad salam belum pernah diterbitkan di Indonesia. Namun
demikian di beberapa negara, skema akad salam telah digunakan dalam penerbitan
sukuk.
Penjelasan skema sukuk salam di luar negeri di atas adalah sebagai berikut:
1. Originator/pembeli aset salam menunjuk guarantor untuk memberikan jaminan
terhadap kontrak jual beli salam.
2. Originator/pembeli aset salam membuat kontrak salam dengan SPV untuk
membangun sebuah proyek tertentu dengan masa penyelesaian 1 tahun.
3. Guarantor memberi jaminan kepada SPV bahwa aset yang diorder originator akan
sanggup dibelinya dengan harga yang disepakati.
4. SPV mengeluarkan sukuk salam untuk membiayai proyek dan menjualnya kepada
investor.
5. Investor membiayai proyek dengan membeli sukuk salam dalam tempo 1 tahun
dengan keuntungan tertentu.
6
Sukuk dengan skema salam pernah diterbitkan oleh Bahrain Monetary Agency (2002, 2002, 2004)
Sukuk Istishna
Pada sukuk dengan akad istishna’, berlaku ketentuan dan batasan sebagaimana
tertuang dalam Fatwa DSN-MUI Nomor 06/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli
Istishna’.
Ketentuan terkait sukuk istishna’ belum diatur secara khusus dalam Fatwa DSN-MUI.
Oleh karena itu, dapat merujuk pada ketentuan umum Fatwa DSN-MUI sebagaimana
disebutkan di atas. Adapun ketentuan sukuk istishna’ adalah sebagai berikut:
1. Aset yang bisa digunakan sebagai dasar penerbitan sukuk istishna’ dapat berupa
aset atau barang yang diproduksi atau dibangun. Seperti proyek pembangunan
gedung, jembatan, jalan, pembuatan pesawat, kapal, kendaraan dan sebagainya
yang secara syariah bisa dilakukan melalui akad istishna’.
2. Penerbitan sukuk dengan struktur sukuk istishna’ dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan dana yang diperlukan untuk memproduksi suatu aset atau barang,
sehingga aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset tersebut menjadi milik
pemegang sukuk.
3. Aset sukuk tersebut dapat dijual atau disewakan kepada pihak lain dalam rangka
menghasilkan keuntungan bagi investor.
Sukuk dengan skema akad istishna’ belum pernah diterbitkan di Indonesia. Namun
demikian di beberapa negara, skema akad istishna’ telah digunakan dalam penerbitan
sukuk.
7
Contoh sukuk dengan skema Istishna pernah diterbitkan oleh Tadau Energy Sdn Bhd pada tahun 2017.
Penjelasan skema sukuk istishna’ di luar negeri di atas adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan perjanjian yang dibuat antara penerbit dengan sukuk trustee dimana
sukuk trustee setuju dan bertindak atas nama investor sukuk SRI Sukuk Tadau
menandatangani beberapa perjanjian yaitu Perjanjian Istishna, Perjanjian Ijarah,
Service Agency Agreement, dan Purchase Undertaking.
2. Perjanjian Istishna
Sukuk Trustee melakukan perjanjian istishna dengan penerbit (bertindak sebagai
kontraktor) atas aset 1 dan 2 berupa “Solar PV Plant” untuk melakukan hal sebagai
berikut:
a. Kontraktor akan membangun konstruksi dan menyampaikan aset sesuai
dengan harga pemesanan (istishna price). Kontraktor boleh menggunakan
sub kontraktor untuk membangun aset tersebut. Harga istihsna ditentukan
sebelum penerbitan pertama sukuk Tadau SRI dan dicicil sesuai perjanjian.
b. Dalam hal aset tidak selesai dibangun, maka penerbit wajib mengembalikan
sesuai harga istishna, dan wajib membayar ganti rugi sebagai kompensasi atas
kegagalan menyelesaikan pembangunan
3. Perjanjian Ijarah
Sukuk trustee (bertindak atas nama investor) akan melakukan perjanjian ijarah
dengan penerbit (sebagai penyewa) terhadap aset yang menjadi dasar sukuk/
underlying asset berdasarkan konsep ijarah mawsufah fi zimmah (forwad lease).
Kemudian penerbit selaku penyewa harus membayar uang muka sewa (advance
rental) sesuai perjanjian.
7. Selama masa sewa, maka Tadau selaku penyewa akan membayar uang sewa
kepada sukuk trustee sesuai perjanjian ijarah.
8. Purchase Undertaking
Di akhir periode, penerbit berjanji akan membeli aset dari sukuk trustee sesuai
dengan harga yang diperjanjikan di awal.
Sukuk Wakaf
2. Akad yang dapat digunakan dalam penerbitan sukuk wakaf adalah mudharabah,
ijarah, wakalah bi al-Istitsmar, musyarakah, atau akad lain yang sesuai dengan
prinsip syariah.
Sampai dengan saat ini di Indonesia belum ada penerbitan sukuk korporasi yang
diterbitkan melalui penawaran umum, dengan mengoptimalkan aset wakaf. Namun
demikian terdapat beberapa praktik penerbitan sukuf wakaf di luar negeri dengan
skema sukuk sebagai berikut:
Penjelasan skema:
1) King Abdul Azis Waqf (KAAW) sebagai nazir tanah wakaf dari Raja Arab Saudi
di kompleks Masjidil Haram, Makkah, menandatangani kontrak sewa jangka
Panjang 28 tahun dengan kontraktor bangunan Bin Ladin Group (BLG) dalam
kerangka BOT.
2) Kontrak pembangunan tersebut meliputi pembangunan gedung bertingkat
yang terdiri dari komplek perbelanjaan, 4 tower dan satu hotel di bawah proyek
Zam-Zam Tower (ZZT).
3) BLG kemudian menandatangani kontrak sewa jangka panjang (sub-lease) 28
tahun dengan perusahaan swasta Munshaat Real Estate Projects KSC (MRE) untuk
membiayai pembangunan Zam Zam Tower.
4) Untuk membiayai pembangunan Zam Zam Tower, MRE menerbitkan Sukuk
Al-Intifa’ (time share bond) berjangka 24 tahun sebesar US$390 juta, di mana
pemegang Sukuk Al-Intifa’ memiliki hak manfaat akomodasi Zam Zam Tower dan
pembagian sewa gedung.
5) Di akhir masa sewa (setelah 28 tahun), kepemilikan Zam Zam Tower akan kembali
ke KAAW.
Penjelasan skema:
1) MUIS Baitul Mal bertindak sebagai penyedia dana, MUIS sebagai nazir, dan
WAREES Investments Pte. Ltd. sebagai penyedia management expertise.
Kemudian ketiganya membentuk Musharakah Venture (MV).
2) Properti yang dibangun berupa 104 apartemen, sebuah masjid dan komplek
komersial bertingkat 6 lantai, dengan biaya S$35juta.
3) MUIS menerbitkan Sukuk Musyarakah untuk membangun properti dimaksud.
4) Setelah selesai, MV melalui SPV kemudian menyewakan selama 10 tahun kepada
Ascott International Pte.Ltd. untuk mengelola properti komersial (tidak termasuk
masjid), sehingga MV mendapatkan aliran penghasilan yang stabil untuk
membayar Sukuk Musyarakah dan sumber pendapatan.
5) Setelah sewa jangka panjang berakhir, pengelolaan diserahkan kepada WAREES.
menjadi dasar transaksi penerbitan sukuk itulah yang disebut sebagai underlying
asset, atau dalam bahasa arab diistilahkan sebagai “ushul al-shukuk”.
Salah satu karakteristik yang membedakan antara sukuk dan obligasi adalah adanya
kewajiban memiliki aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset. Salah satu fungsi
dari underlying asset adalah agar penerbitan sukuk dapat terhindar dari transaksi
money to money yang berpotensi mengandung unsur riba. Underlying asset ini
tidak sama dengan jaminan. Pada praktiknya, sebagaimana halnya dengan obligasi,
penerbitan sukuk dapat menggunakan jaminan atau tanpa menggunakan jaminan.
Aset yang menjadi dasar sukuk dalam Fatwa DSN-MUI Nomor 137/DSN-MUI/IX/2020
tentang Sukuk, didefiniskan sebagai aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk.
Adapun jenis aset yang menjadi dasar sukuk tersebut dapat berupa:
1. Aset berwujud (al-a’yan)
Contoh aset berwujud atau aset fisik antara lain dapat berupa tanah, bangunan,
mesin-mesin, jalan tol, jembatan, menara atau tower, kendaraan, inventory dan
semua aset fisik lainnya dapat menjadi dasar penerbitan sukuk sepanjang aset
tersebut tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Apabila sukuk diterbitkan berdasarkan nilai manfaat atas aset berwujud, maka
terjadi transfer kepemilikan manfaat dari emiten kepada investor sukuk selama
periode sukuk, sedangkan kepemilikan atas aset tersebut tetap berada di emiten.
3. Jasa (al-khadamat)
Jasa merupakan perbuatan yang memberikan manfaat untuk pihak lain baik
saat ini maupun di masa depan. Contoh penggunaan jasa yang dijadikan dasar
dalam penerbitan sukuk antara lain dapat berupa jasa layanan haji, jasa layanan
transportasi, jasa layanan pendidikan dan jasa pengangkutan.
Secara umum, fungsi aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset dalam
penerbitan sukuk dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Sebagai dasar penerbitan sukuk dimana pihak penerbit sukuk mentransfer
kepemilikan aset, nilai manfaat atas aset berwujud, atau jasa kepada investor,
sehingga investor menjadi pemilik dari aset sukuk atau pemilik dari manfaat aset
sukuk.
2. Sebagai dasar pembayaran keuntungan (imbalan) sukuk, dimana aset sukuk
ditransaksikan melalui akad/kontrak syariah sehingga dapat dihasilkan
keuntungan baik berupa uang sewa (ujrah), fee, bagi hasil, atau margin.
3. Sebagai dasar transaksi dan kesesuaian dengan prinsip syariah, agar sukuk
terhindar dari transaksi yang bersifat money to money dan cenderung kepada riba.
4. Sesuai dengan karakteristik dasar dari sistem keuangan syariah dimana transaksi
di sektor keuangan terkait erat dengan sektor ini sehingga dapat menciptakan
nilai tambah ekonomi serta manfaat bagi masyarakat.
Agar dapat digunakan sebagai aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset,
aset tersebut harus sesuai dengan prinsip syariah. Untuk itu ketentuan syariah
menghendaki agar aset sukuk setidaknya memenuhi persyaratan antara lain sebagai
berikut:
1. Dapat berwujud secara fisik (tangible asset seperti tanah, bangunan, mesin dan
lain-lain) maupun non-fisik (intangible asset), seperti nilai manfaat atas aset
berwujud dan jasa, atau berupa aset proyek tertentu (maujudat masyru’ mu’ayyan)
dan aset kegiatan investasi yang telah ditentukan (nasyath istitsmar khashsh).
2. Harus bebas dari hal-hal yang diharamkan.
3. Memiliki manfaat atau dapat didayagunakan khususnya untuk hal-hal yang
dihalalkan.
4. Diketahui secara jelas melalui spesifikasi, deskripsi, lokasi, dll, jika aset yang
menjadi dasar sukuk/underlying asset berupa aset berwujud (al-a’yan).
Berikut merupakan contoh aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset yang
diperoleh berdasarkan prospektus penerbitan sukuk di Indonesia:
Skema Akad Contoh Aset yang Menjadi Dasar Sukuk/ Underlying Asset
Ijarah
Hak manfaat atas peralatan-peralatan telekomunikasi milik perseroan
Hak manfaat dari 6 unit kapal keruk dan 18 unit kapal isap produksi yang
diusahakan oleh perseroan
Berdasarkan ketentuan POJK dan Fatwa DSN-MUI tersebut di atas, maka salah satu
hal yang harus diperhatikan oleh tim ahli syariah adalah terkait rencana penggunaan
dana hasil penawaran umum sukuk, apakah digunakan oleh emiten sesuai dengan
karakteristik skema akad sukuk atau tidak.
Beberapa contoh penggunaan dana dari penerbitan sukuk antara lain untuk modal
kerja, pengembangan usaha emiten atau anak dan kegiatan bisnis yang salah satu
penggunaan dananya untuk membayar kewajiban kepada pihak lain.
Pelunasan lebih awal sebagian pokok utang bank milik perusahaan anak,
dan kebutuhan modal kerja perseroan.
151
162
169
173
Perusahaan Pemeringkat Efek
Konsultan Hukum
Notaris
Tim Ahli Syariah (TAS) dan
Dewan Pengawas Syariah (DPS)
4
Modul Kompetensi Penerbitan Sukuk Korporasi 149
BAB IV Pihak yang Terkait dalam Penerbitan Sukuk
D
alam praktiknya, penerbitan instrumen sukuk merupakan kerja sama antara
emiten, penjamin emisi efek dengan para lembaga dan profesi penunjang
yang terlibat dalam penerbitan sukuk, antara lain yaitu:
1. Wali Amanat;
2. Pemeringkat Efek;
3. Konsultan Hukum;
4. Notaris;
5. Akuntan Publik, dan
6. Tim Ahli Syariah
Peran wali amanat telah diuraikan dalam Bab 1 modul ini. Selanjutnya, dalam bab ini
akan dipaparkan peran dari lembaga dan profesi penunjang yang berkaitan langsung
dengan penerbitan sukuk.
Pada proses pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum sukuk, hasil
peringkat sukuk diharapkan dapat diperoleh paling lambat sebelum penandatanganan
perjanjian dan dokumen registrasi pertama ke OJK. Untuk menyiasati hal tersebut,
perusahaan dapat menunjuk lebih dahulu Lembaga Pemeringkat agar dapat segera
memulai proses pemeringkatan (dilakukan lebih awal sebelum pelaksanaan kick-off).
Metodologi Pemeringkatan
Peringkat atau juga dikenal credit rating adalah opini yang dilakukan oleh Lembaga
Pemeringkat tentang kemampuan pemenuhan kewajiban keuangan di masa depan
oleh emiten berkaitan dengan sukuk secara penuh dan tepat waktu. Peringkat dapat
mencerminkan probabilitas gagal bayar atas pemenuhan kewajiban keuangan
oleh suatu entitas atau atas sukuk. Namun demikian peringkat bukan rekomendasi
investasi atas efek, bukan valuasi atas entitas atau efek, dan juga bukan hasil audit
atas entitas. Ketentuan mengenai pemeringkatan efek diatur dalam POJK Nomor 49/
POJK.04/2020 tentang Pemeringkatan Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk.
1. Dalam menganalisis risiko dapat dilihat dari 3 aspek yaitu industri, bisnis dan
keuangan.
a. Faktor yang dapat dipertimbangkan ketika menganalisis risiko industri antara
lain adalah: pertumbuhan dan stabilitas industri, komposisi pendapatan dan
biaya, persaingan industri, kerangka regulasi terkait, serta profil keuangan
industri.
b. Faktor yang dapat dipertimbangkan ketika menganalisis risiko bisnis antara
lain adalah: pelaksanaan tata kelola perusahaan, posisi pasar, diversifikasi
produk serta manajemen proyek dan manajemen operasi (contoh untuk sektor
konstruksi).
c. Faktor yang dapat dipertimbangkan ketika menganalisis risiko keuangan
antara lain adalah: kebijakan keuangan, struktur permodalan, proteksi arus kas
dan likuiditas, serta fleksibilitas keuangan.
2. Untuk mengetahui profil kredit perusahaan dapat dilihat dari aspek bisnis dan
keuangan.
a. Analisis profil bisnis perusahaan berdasarkan faktor penentu keberhasilan (key
success factors). Analisis ini akan menghasilkan peringkat profil bisnis. Faktor
yang dapat dipertimbangkan ketika menganalisis profil bisnis antara lain
adalah: posisi pasar, manajemen, diversifikasi produk, serta jaringan distribusi
dan kapabilitas.
b. Analisis profil keuangan berdasarkan data keuangan historis dan proyeksi,
yang kemudian dibandingkan dengan benchmark dan kondisi industri.
Analisis ini akan menghasilkan peringkat profil keuangan. Faktor yang dapat
dipertimbangkan ketika menganalisis profil keuangan antara lain adalah:
permodalan, kualitas aset, profitabilitas, dan fleksibilitas keuangan.
3. Ketika menganalisis dukungan induk perlu diidentifikasi siapa yang menjadi
induk perusahaan, apakah pemerintah atau perusahaan swasta. Hal ini sangat
menentukan bentuk analisis yang dilakukan.
a. Faktor yang dapat dipertimbangkan ketika menganalisis dukungan induk dari
pemerintah antara lain adalah: bentuk dukungan pemerintah itu sendiri dan
faktor lainnya, seperti kendali dan pengawasan, kekuatan regulasi, rekam jejak
dukungan, layanan publik yang diberikan, serta dampak terhadap ekonomi.
b. Faktor yang dapat dipertimbangkan ketika menganalisis dukungan induk dari
perusahaan swasta antara lain adalah: kemampuan induk (peringkat induk dan
kekuatan keuangan induk) dan tingkat kepentingan anak perusahaan, seperti
kendali dan pengawasan, tingkat integrasi bisnis, risiko reputasi, rekam jejak
dukungan, serta kontribusi terhadap induk.
4. Setelah melakukan analisis pada nomor 1, 2, dan 3 di atas maka akan diperoleh
peringkat atas perusahaan. Selanjutnya untuk mengetahui peringkat atas efek
perlu dilakukan tahapan analisis selanjutnya.
5. Dalam melakukan analisis atas surat utang atau sukuk, perlu diidentifikasi
mengenai struktur dari surat utang atau sukuk antara lain sebagai berikut:
Khusus ketika menganalisis sukuk, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan,
antara lain sebagai berikut:
a. Pada dasarnya sukuk memiliki karakteristik khusus karena mengharuskan
adanya aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset. Namun demikian
perlu dipastikan apakah ada struktur transaksi yang tegas yang memisahkan
antara risiko aset yang menjadi dasar sukuk/underlying asset dengan risiko
entitas dari penerbit sukuk. Hal ini dapat dilihat dari skema sukuk dan akad
yang digunakan.
b. Berdasarkan praktik penerbitan sukuk selama
ini, pada umumnya tidak terdapat pembatasan
bahwa arus kas pembayaran sukuk hanya
berasal dari aset yang menjadi dasar sukuk/
underlying asset saja, namun juga bisa berasal
dari arus kas entitas penerbit.
c. Pemeringkatan juga relatif dipengaruhi
oleh adanya jaminan atas sukuk tersebut.
Jaminan tersebut dapat berasal dari internal
perusahaan dalam bentuk dana yang khusus
disisihkan untuk pelunasan sukuk (sinking
fund) atau berasal dari eksternal perusahaan
dalam bentuk jaminan pihak ketiga (credit
enhancement).
d. Oleh karena itu risiko gagal bayar atas sukuk tidak berbeda dengan risiko gagal
bayar atas kewajiban entitas secara umum, sehingga pada umumnya peringkat
sukuk setara dengan peringkat entitas penerbit.
e. Dalam hal sukuk yang diterbitkan bersifat junior/subordinasi, maka
perlakuannya sama dengan obligasi junior/subordinasi yaitu peringkat sukuk
lebih kecil dibandingkan peringkat entitas penerbit.
6. Berdasarkan tahapan analisis di atas, perusahaan pemeringkat akan melakukan
proses analisis dan selanjutnya penentuan peringkat atas surat utang/sukuk.
Berikut merupakan contoh simulasi pemeringkatan atas surat utang yang
dilakukan oleh perusahaan pemeringkat:
Sampai dengan saat ini perusahaan pemeringkat efek yang telah mendapatkan
izin usaha dari OJK ada 4 perusahaan, yaitu PT Pemeringkat Efek Indonesia, PT Fitch
Ratings Indonesia, PT Kredit Rating Indonesia, dan PT Pemeringkat Kredit Indonesia.
Setiap perusahaan pemeringkat memiliki simbol peringkatnya masing-masing yang
menunjukkan risiko dalam urutan peringkat yang relatif. Berikut merupakan contoh
ilustrasi penulisan peringkat dari 2 perusahaan pemeringkat yang telah mendapatkan
izin OJK:
PT Pemeringkat Efek
PT Fitch Ratings Indonesia
Indonesia
Peringkat jangka panjang idAAA AAA(idn)
idAA+ s.d idAA- AA+(idn) s.d AA-(idn)
idA+ s.d idA- A+(idn) s.d A-(idn)
idBBB+ s.d idBBB- BBB+(idn) s.d BBB-(idn)
idBB+ s.d idBB- BB+(idn) s.d BB-(idn)
idB+ s.d idB- B+(idn) s.d B-(idn)
kurang dari idB- kurang dari B-(idn)
Peringkat jangka pendek idA1 F1+(idn) s.d F1(idn)
idA2 F2(idn)
idA3 s.d idA4 F3(idn)
kurang dari idA4 kurang dari F3(idn)
Minimum investment grade:
◆ Surat berharga jangka idBBB- BBB-(idn)
menengah dan jangka panjang
◆ Surat berharga jangka pendek idA4 F3(idn)
Sumber: www.kanalperbankanojk.go.id
Peringkat atas sukuk menjadi salah satu pertimbangan utama saat menentukan
berapa rentang imbal hasil yang akan ditawarkan kepada calon investor di masa
penawaran awal (bookbuilding) selain jumlah emisi, tenor, penggunaan dana maupun
struktur jaminan.
B. Konsultan Hukum
sesuai dengan tujuan transaksi. Selain itu juga untuk memperoleh informasi atau
fakta material yang dapat menggambarkan kondisi suatu perusahaan atau objek
transaksi.
i. Penggantian aset yang menjadi dasar sukuk jika terjadi hal-hal yang
menyebabkan nilainya tidak lagi sesuai dengan nilai sukuk yang diterbitkan
(jika diperlukan sesuai karakteristik akad syariah).
j. Syarat dan ketentuan dalam hal emiten akan mengubah jenis akad syariah, isi
akad syariah dan/atau aset yang menjadi dasar sukuk.
k. Ketentuan apabila emiten gagal dalam memenuhi kewajibannya.
l. Mekanisme penanganan dalam hal emiten gagal dalam memenuhi
kewajibannya.
m. Pernyataan kesesuaian syariah atas sukuk dalam penawaran umum dari dewan
pengawas syariah emiten atau tim ahli syariah.
2. Memberikan pendapat hukum
Pendapat hukum merupakan pendapat yang diberikan oleh konsultan hukum
mengenai keadaan, transaksi dan/atau hubungan hukum tertentu, yang akan
memberikan wawasan atas konsekuensi hukum dan/atau risiko-risiko hukum
yang terkait dengan keadaan, transaksi dan/atau hubungan hukum yang menjadi
objek pendapat hukum dimaksud, kepada pihak yang menerima pendapat
hukum tersebut.
Berdasarkan POJK Nomor 9/POJK.04/2017 tentang Bentuk dan Isi Prospektus dan
Prospektus Ringkas dalam Rangka Penawaran Umum Bersifat Utang, pendapat dari
segi hukum oleh konsultan hukum yang wajib diungkapkan dalam prospektus antara
lain memuat:
a. Keabsahan akta pendirian;
b. Kesesuaian anggaran dasar terakhir dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di sektor pasar
modal;
c. Keabsahan perjanjian dalam rangka
penawaran Umum dan perjanjian penting
lainnya;
d. Izin dan persetujuan pokok yang diperlukan
dalam pelaksanaan kegiatan usaha atau kegiatan usaha yang direncanakan
emiten;
e. Status kepemilikan, pembebanan, asuransi, dan sengketa atas aset emiten
yang nilainya material;
f. Perkara yang penting dan relevan, tuntutan perdata atau pidana, serta
tindakan hukum lainnya menyangkut emiten dan perusahaan anak, anggota
direksi atau anggota dewan komisaris (jika ada);
g. Struktur permodalan dan pemegang saham emiten serta setiap perubahannya
selama 2 tahun terakhir atau sejak berdirinya bagi emiten yang berdiri kurang
dari 2 tahun; dan
h. Aspek hukum material lainnya sehubungan dengan emiten dan penawaran
sukuk.
3. Melakukan review atas dokumen transaksi
Dalam melakukan pemeriksaan atas dokumen transaksi, konsultan hukum juga
termasuk mereviu kesesuaiannya dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia. Dokumen transaksi yang diperiksa adalah semua dokumen
yang terkait dengan penerbitan sukuk, baik dokumen yang berbentuk akta
notariil maupun dokumen perjanjian antara kedua belah pihak yang dibuat di
bawah tangan. Untuk dokumen yang berbentuk akta notariil, konsultan hukum
akan bekerja sama (rely) dengan notaris dalam pengecekan keabsahannya. Untuk
Ketika melakukan reviu atas akad-akad sukuk, konsultan hukum bekerja sama dengan
Tim Ahli Syariah, selaku pihak yang memiliki kompetensi dalam aspek kesyariahan.
Selain ketiga tugas pokok konsultan hukum di atas, peran konsultan hukum lainnya
adalah dapat membantu emiten dalam mempersiapkan draf perjanjian-perjanjian
yang dilakukan antara emiten sukuk dan investor sukuk.
melengkapi dan bukan saling tumpang tindih pekerjaan karena sudut pandang
dari masing-masih pihak dapat saja berbeda.
3. Konsultan hukum dapat menjadi perumus perjanjian-perjanjian antara emiten
dan investor. Dalam perumusan tersebut perlu dilakukan perjanjian terlebih
dahulu dengan emiten mengenai batasan pekerjaan yang dilakukan oleh
konsultan hukum agar tidak terjadi konflik kepentingan.
4. Dalam penerbitan sukuk tanpa melalui penawaran umum, meskipun tidak ada
kewajiban untuk menyampaikan pendapat segi hukum ke OJK, namun konsultan
hukum tetap wajib melakukan pemeriksaan atas aspek hukum dari perusahaan.
5. Dalam penawaran umum berkelanjutan sukuk, meskipun pada tahap kedua atau
tahap selanjutnya tidak ada kewajiban menyampaikan laporan hasil pemeriksaan
hukum ke OJK, namun konsultan hukum tetap wajib melakukan update
pemeriksaan aspek hukum dari emiten setelah tanggal penawaran umum tahap
pertama atau tahap sebelumnya.
6. Dalam hal mendapat penugasan untuk menyusun perjanjian terkait penerbitan
sukuk, konsultan hukum perlu menyiapkan akad yang menjadi pelengkap
atau basis penerbitan sukuk. Sebagai contoh pada penerbitan sukuk ijarah,
maka konsultan hukum menyiapkan akad ijarah yang berisi lingkup akad, masa
pengalihan manfaat objek ijarah, nilai pengalihan hak manfaat, pernyataan
dan jaminan, kondisi force majeure dan turunnya nilai objek ijarah, prosedur
penggantian objek ijarah dan pengakhiran akad ijarah serta penyelesaian
sengketa. Dalam hal ini konsultan hukum akan berkoordinasi dengan ahli syariah
yang ditunjuk.
7. Pada dasarnya pengalihan aset yang mendasari/underlying asset berupa
pengalihan manfaat atau jasa dari emiten kepada wali amanat yang mewakili
pemegang sukuk tidak tergolong “true sale” atau tidak ada perpindahan aset
nyata. Oleh karena itu, kegiatan tersebut bukan termasuk golongan sebagai
transaksi material maupun transaksi afiliasi.
C. Notaris
Peran Notaris
Profesi notaris harus dapat menjadi pihak yang independen dan harus dapat menjaga
kepentingan para pihak yang terkait dengan penerbitan sukuk yaitu penerbit sukuk
dengan para investor sukuk. Dalam menjalankan tugasnya, notaris akan menerbitkan
akta notaris (akta autentik), yaitu akta yang mempunyai kekuatan pembuktian
sempurna. Para pihak yang tertera dalam akta tersebut wajib mematuhi semua
klausul yang terdapat dalam akta dan tidak dapat membantah terhadap isi dari
akta tersebut. Apabila ada pihak yang menyangkal dari akta dimaksud maka pihak
tersebut yang harus dapat membuktikannya. Oleh karena itu, maka seorang notaris
harus dapat menyusun akta yang memenuhi syarat-syarat akta autentik sesuai UU
Jabatan Notaris.
Dalam penerbitan sukuk, terdapat beberapa dokumen yang dibuat secara notariil (di
hadapan notaris) dan dokumen perjanjian antar pihak (tidak di hadapan notaris).
Adapun dokumen terkait penerbitan sukuk yang perlu dibuatkan akta notaris
(autentik) antara lain sebagai berikut:
1. Akta Perwaliamanatan Sukuk
Kontrak perwaliamanatan sukuk merupakan perjanjian antara emiten selaku
penerbit sukuk dengan wali amanat selaku wakil investor sukuk dalam rangka
penerbitan efek sukuk. Kontrak perwaliamanatan ini wajib dibuat secara notariil
di hadapan notaris mengingat akan menjadi pedoman para pihak sejak sukuk
diterbitkan sampai dengan sukuk jatuh tempo.
5. Akta Jaminan
Dalam hal perusahan menerbitkan sukuk dengan jaminan (secured), maka
perlu dibuat akta jaminan antara lain akta hak tanggungan, fidusia, atau gadai.
Penerbitan akta jaminan ini akan disesuaikan dengan jenis aset yang dijadikan
jaminan atas penerbitan sukuk.
ijarah, mudharabah, musyarakah atau wakalah. Perjanjian ini dibuat tidak secara
notariil di hadapan notaris. Dalam beberapa kondisi, akad syariah ini dapat dilegalisir
oleh notaris untuk memastikan keberadaan para pihak yang telah melakukan tanda
tangan di akad. Namun demikian isi dari perjanjian ini tidak dapat dikonfirmasi
keabsahannya oleh notaris mengingat dokumen ini tidak dibuat dalam bentuk
notariiil.
Dalam menjalankan tugasnya terkait penerbitan sukuk, terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh seorang notaris, antara lain sebagai berikut:
1. Notaris wajib memastikan bahwa para pihak yang menandatangani dokumen
akta merupakan pihak yang sah secara hukum dan berhak mewakili dan bertindak
untuk dan atas nama emiten maupun wali amanat. Akta perwaliamanatan sukuk,
akta penjaminan emisi sukuk dan akta lainnya dapat ditandatangani oleh pihak
yang mendapat penunjukan atau pihak lain sepanjang mendapatkan kuasa yang
sah untuk menandatangani akta dimaksud.
2. Notaris harus memastikan para pihak yang berkontrak memahami hak dan
kewajiban yang disepakati bersama, ditulis dengan bahasa jelas dan mudah
dipahami agar tidak terjadi dispute di masa depan.
3. Notaris harus memastikan bahwa dokumen yang bersifat eksekutorial (seperti
akta pengakuan kewajiban) harus memenuhi syarat dokumen yang bersifat
eksekutorial.
4. Dalam hal terjadi default dan sukuk menjadi utang piutang, maka notaris harus
memastikan bahwa perjanjian perwaliamanatan sukuk tetap berlaku sebagai
dasar upaya hukum yang akan dilakukan wali amanat dalam menjalankan
tugasnya.
Dewan Pengawas Syariah atau Tim Ahli Syariah baru berhak memberikan pernyataan
kesesuaian syariah/opini jika telah memiliki izin profesi Ahli Syariah Pasar Modal
(ASPM) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Berdasarkan POJK Nomor 5/POJK.04/2021 tentang Ahli Syariah Pasar Modal, berikut
merupakan definisi dari DPS, TAS dan ASPM:
1. Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah dewan yang bertanggung jawab
memberikan nasihat dan saran serta mengawasi pemenuhan prinsip syariah di
pasar modal terhadap pihak yang melakukan kegiatan syariah di pasar modal.
2. Tim Ahli Syariah (TAS) adalah tim yang bertanggung jawab terhadap kesesuaian
syariah atas produk atau jasa syariah di pasar modal yang diterbitkan atau
dikeluarkan pihak yang melakukan kegiatan syariah di pasar modal.
3. Ahli Syariah Pasar Modal (ASPM) adalah orang perseorangan yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman di bidang syariah yang memiliki izin untuk
memberikan nasihat dan/atau mengawasi pelaksanaan penerapan prinsip syariah
di pasar modal oleh pihak yang melakukan kegiatan syariah di pasar modal; dan/
atau memberikan pernyataan kesesuaian syariah atas produk atau jasa syariah di
pasar modal.
Pernyataan kesesuaian syariah atas sukuk diberikan oleh dewan pengawas syariah
jika emiten merupakan perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan berdasarkan
prinsip syariah, seperti bank syariah, asuransi syariah, perusahaan pembiayaan syariah,
dan gadai syariah. Sementara jika emiten merupakan perusahaan yang kegiatan
usahanya tidak didasarkan pada prinsip syariah, maka pernyataan kesesuaian syariah
atas sukuk dalam penawaran umum dapat diberikan oleh tim ahli syariah.
1. Menelaah pemenuhan prinsip syariah di pasar modal atas produk atau jasa syariah
yang diterbitkan oleh pihak yang melakukan kegiatan syariah di pasar modal.
2. Memberikan pendapat dan memberikan pernyataan (opini) kesesuaian syariah
terhadap prinsip syariah di pasar modal atas produk atau jasa syariah di pasar
modal; dan
3. Meminta data dan informasi kepada pihak yang melakukan kegiatan syariah di
pasar modal dalam rangka memberikan pernyataan (opini) kesesuaian syariah.
1. Memberikan nasihat dan saran kepada direksi dan dewan komisaris atau organ
lain yang setara dari pihak yang melakukan kegiatan syariah di pasar modal
mengenai hal yang berkaitan dengan prinsip syariah di pasar modal.
2. Mengawasi pemenuhan penerapan prinsip syariah di pasar modal oleh pihak
yang melakukan kegiatan syariah di pasar modal.
3. Melakukan penelaahan secara berkala atas penerapan prinsip syariah di pasar
modal oleh pihak yang melakukan kegiatan syariah di pasar modal.
4. Memberikan peringatan tertulis dan meminta direksi atau organ lain yang setara
dari pihak yang melakukan kegiatan syariah di pasar modal untuk melakukan
upaya perbaikan, paling lama 2 hari kerja setelah ditemukannya penyimpangan,
dengan tembusan kepada OJK dan dewan komisaris atau organ lain yang setara
dari pihak yang melakukan kegiatan syariah di pasar modal.
5. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan informasi pihak yang melakukan
kegiatan syariah di pasar modal yang diawasi dan diberi nasihat.
6. Meminta data dan informasi kepada pihak yang melakukan kegiatan syariah di
pasar modal dalam rangka pengawasan pelaksanaan penerapan prinsip syariah
di pasar modal.
Ketika seseorang ditunjuk sebagai tim ahli syariah untuk mendampingi penerbitan
sukuk, maka ada beberapa hal yang harus dipersiapkan:
2. Mendiskusikan dengan pihak penjamin emisi atau penata laksana sukuk dan
calon emiten jika dalam materi presentasi terkait hal-hal di atas ada yang dinilai
belum sesuai dengan prinsip syariah.