Anda di halaman 1dari 8

REMBUK STUNTING

40
AKSI 3
REMBUK STUNTING

3.1. DEFINISI
Rembuk Stunting merupakan suatu langkah penting yang harus dilakukan pemerintah
daerah untuk memastikan pelaksanaan rencana kegiatan intervensi pencegahan dan
penurunan stunting dilakukan secara terintegrasi antara OPD penanggung jawab layanan
dengan sektor/lembaga non-pemerintah dan masyarakat, serta untuk memperkuat komitmen
pimpinan daerah terhadap upaya percepatan penurunan stunting.
Pemerintah daerah secara bersama-sama melakukan konfirmasi, sinkronisasi, dan
sinergi hasil Analisis Situasi dan rancangan Rencana Kegiatan dari OPD penanggung jawab
layanan di kabupaten/kota dengan hasil perencanaan partisipatif masyarakat yang
dilaksanakan melalui musrenbang kecamatan dan desa/kelurahan. Untuk itu maka Rembuk
Stunting dapat menjadi sarana konsolidasi lintas sektor yang lebih luas dan dapat dilakukan
di setiap level pemangku kepentingan di tingkat pusat, daerah, hingga desa/kelurahan.
Rembuk Stunting kabupaten/kota dilakukan setelah diperoleh hasil Analisis Situasi
(Aksi 1) dan memiliki Rancangan Rencana Kegiatan (Aksi 2) penurunan stunting terintegrasi
kabupaten/kota yang disandingkan dari data per tahun. Informasi hasil Musrenbang
kecamatan dan desa/kelurahan merupakan bagian yang dibahas dalam Rembuk Stunting
kabupaten/kota. Maka dalam kondisi tersebut pelaksanaan Rembuk Stunting menggunakan
momentum pra musrenbang pengesahan RKPD yang melibatkan forum lintas OPD.
Materi utama yang disampaikan dalam kegiatan Rembuk Stunting adalah:
1. Publikasi hasil Analisis Situasi yang menguraikan isu dan permasalahan utama stunting
di kabupaten/kota;
2. Rumusan prioritas program/kegiatan penurunan stunting yang sedang dan akan
dilakukan pada tahun berjalan serta pada tahun rencana;
3. Dukungan lintas sektor terhadap konvergensi intervensi pada desa/kelurahan prioritas;
4. Arahan pembagian kewenangan desa dan daerah dalam menindaklanjuti hambatan-
hambatan kegiatan strategis yang menjadi prioritas daerah; dan
5. Komitmen dan arahan Pimpinan Daerah untuk secara strategis mempercepat penurunan
stunting dalam kurun waktu tertentu.

3.2. TUJUAN
Rembuk Stunting bertujuan untuk:
1. Menyampaikan hasil Analisis Situasi dan Rancangan Rencana Kegiatan intervensi
penurunan stunting kabupaten/kota terintegrasi;
2. Mendeklarasikan komitmen pemerintah daerah dan menyepakati rencana kegiatan
intervensi penurunan stunting terintegrasi;

41
3. Membangun komitmen publik dalam kegiatan penurunan stunting secara terintegrasi di
kabupaten/kota.

3.3. HASIL YANG DIHARAPKAN


Hasil kegiatan Rembuk Stunting menjadi dasar gerakan penurunan stunting
kabupaten/kota melalui integrasi program/kegiatan yang dilakukan antar OPD penanggung
jawab layanan dan partisipasi masyarakat. Intinya hasil yang diharapkan dari Rembuk
Stunting adalah:
1. Komitmen penurunan stunting yang ditandatangani oleh Bupati/Walikota, DPRD, kepala
desa, pimpinan OPD dan perwakilan sektor non pemerintah dan masyarakat.
2. Rencana kegiatan intervensi gizi terintegrasi penurunan stunting yang telah disepakati
oleh lintas sektor untuk dimuat dalam RKPD/Renja OPD tahun berikutnya.

Bentuk pelaporan rembuk stunting berupa :


1. Salinan undangan dan daftar hadir peserta
2. Berita acara hasil kegiatan dan komitmen bersama
3. Naskah sambutan pimpinan daerah
4. Naskah paparan hasil Aksi 1 dan Aksi 2
5. Salinan publikasi pada media cetak atau elektronik
Rembuk Stunting yang dilaporkan dalam Aksi 3 adalah yang dilakukan di tingkat
kabupaten/kota, dengan kewajiban pelaksanaannya sebanyak 1 (satu) kali setiap tahun.
Kabupaten/kota dapat melaksanakan Rembuk Stunting lebih dari 1 (satu) kali setahun dengan
mempertimbangkan kemendesakan isu yang perlu diangkat serta kemampuan anggaran
yang tersedia. Rumusan agenda pembahasan Rembuk Stunting dimuat dalam bahan
sambutan dan arahan Bupati/Walikota agar tujuan kegiatan dapat tercapai secara efektif.

3.4. PENANGGUNG JAWAB


Wakil Bupati/Wakil Walikota sebagai Ketua TPPS kabupaten/kota mendelegasikan
kewenangannya kepada Sekretaris Pelaksana TPPS untuk membentuk panitia pelaksana
kegiatan Rembuk Stunting. Panitia pelaksana bertanggung jawab untuk:

1. Menyusun rencana persiapan, waktu, agenda, serta kebutuhan-kebutuhan


penyelenggaraan Rembuk Stunting yang akan dilakukan;
2. Konsultasi rencana kegiatan Rembuk untuk mendapat persetujuan Bupati/Walikota; dan
3. Koordinasi dengan OPD dan pihak lainnya (Unit Pelaksana Teknis K/L, lembaga non-
pemerintah, dan swasta) yang akan terlibat dalam pelaksanaan Rembuk Stunting.

Dalam menjalankan fungsi pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan Rembuk


Stunting bagi pemerintah daerah kabupaten/kota, pemerintah daerah provinsi berperan dalam
melakukan pemantauan, mengarahkan sinkronisasi perencanaan kab/kota dengan program
prioritas pusat dan provinsi, serta mendorong peningkatan komitmen kepala daerah provinsi
dan kab/kota.

42
Lembaga non pemerintah dan swasta yang dimaksud misalnya Tim Penggerak PKK
(TP-PKK), Perguruan Tinggi, Lembaga Ikatan Ibu Menyusui, Perkumpulan Obstetri dan
Ginekologi Indonesia (POGI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Ikatan Bidan
Indonesia (IBI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Guru Taman
kanak-kanak Indonesia (IGTKI), Himpunan PAUD Indonesia (Himpaudi), Persatu Ahli
Gizi Indonesia (Persagi), Asosiasi Dinas Kesehatan Indonesia (ADINKES), Himpunan
Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI), Aisyiyah, Fatayat dan Muslimah NU,
WKRI (Wanita Katholik Republik Indonesia), PWKI (Persatuan Wanita Kristen
Indonesia), Wanita Buddhis Indonesia, Persada Hindu, Ikatan Wanita Tani (IWT), Ikatan
Pengusaha Muda Indonesia (IPMI), dan lain sebagainya.

3.5. JADWAL
Waktu penyelenggaraan Rembuk Stunting disesuaikan dengan jadwal perencanaan
tahunan kabupaten/kota sehingga hasilnya dapat terakomodir dalam dokumen perencanaan
dan penganggaran kabupaten/kota. Rembuk Stunting kabupaten/kota dilakukan setiap tahun
sebagai upaya afirmasi kebijakan dan anggaran yang berorientasi pada percepatan penurunan
stunting, sebagaimana upaya membangun keberpihakan isu-isu prioritas lainnya di daerah.

Hal tersebut dikarenakan Rembuk Stunting merupakan ruang dialog dan akuntabilitas
hasil pelaksanaan Aksi 1 dan Aksi 2. Karena itu sangat strategis dilakukan saat momentum
pra musrenbang kabupaten/kota untuk pengesahan RKPD tahun rencana, terutama pada
saat kegiatan Forum Lintas OPD untuk Penyusunan Renja OPD kabupaten/kota.

Namun dalam pelaksanaannya pemerintah daerah dapat mengembangkan materi


Rembuk Stunting untuk membahas tematik isu permasalahan stunting yang pelaksanaannya
dapat dilakukan sesuai kebutuhan, sehingga dapat dilakukan beberapa kali dalam setahun.

3.6. TAHAPAN PELAKSANAAN


Tahap 1 : Merancang Agenda Pelaksanaan Rembuk Stunting
Tahap 2 : Menyiapkan Dokumen Pendukung
Tahap 3 : Sosialisasi dan Diseminasi Komitmen Aksi Integrasi Penurunan Stunting

Tahap Pertama : Merancang Agenda Pelaksanaan Rembuk Stunting

1. Agenda Acara
Rembuk Stunting diselenggarakan dalam bentuk workshop selama satu hari dengan
agenda acara yang disesuaikan dengan temuan dari analisis situasi dan kebutuhan daerah.
Agenda acara setidaknya memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Penyampaian konsep stunting serta pentingnya keterlibatan dan peran lintas sektor,
b. Penyampaian hasil Analisis Situasi berupa perkembangan data stunting dan keluarga
berisiko stunting, capaian seluruh indikator cakupan layanan, serta isu permasalahan
stunting yang lokalistik, serta rumusan rekomendasi usulan program/kegiatan;
c. Penyampaian dan diskusi perkembangan dukungan anggaran daerah;

43
d. Penandatanganan komitmen dan kesepakatan Rencana Kegiatan; dan
e. Sesi apresiasi bagi unsur pemerintahan dan masyarakat yang berhasil dalam upaya
penurunan stunting terintegrasi (mulai tahun kedua).
Rembuk Stunting diselenggarakan selama satu hari dengan tematik agenda acara yang
disesuaikan isu-isu utama permasalahan stunting di daerah. Misalnya membahas berbagai
isu permasalahan stunting dan edukasi bagi masyarakat (dalam hal ini keluarga dan
guru/pendidik PAUD) sebagai bagian dari upaya membangun komunikasi perubahan perilaku
masyarakat dan peningkatan kapasitas pelaku dalam melakukan intervensi layanan.
Metode pelaksanaan dapat berupa workshop, sarasehan, lokakarya dan sebagainya
yang membuka forum/ruang dialog dan interaksi peserta sekaligus sosialisasi dan
peningkatan kapasitas pelaku. Inovasi penyelenggaraan kegiatan Rembuk Stunting dapat
dikembangkan oleh daerah misalnya dengan menampilkan hasil praktik baik, stan-stan
pameran dan sebagainya yang mengangkat beragam potensi dan kearifan lokal.

2. Narasumber
Narasumber dapat berasal dari unsur pemerintah daerah, kementerian/lembaga terkait,
dan/atau perguruan tinggi.

3. Peserta
Peserta Rembuk Stunting tingkat kabupaten/kota adalah Forum Komunikasi Pimpinan
Daerah, Bappeda, OPD penanggung jawab layanan (terutama terkait intervensi gizi spesifik
dan sensitif), Badan/Kantor Perwakilan Kementerian Teknis di daerah, unsur PKK, para
Camat dan Kepala Desa, pendamping dan fasilitator program terkait, akademisi, organisasi
masyarakat sipil, pelaku media, serta unsur-unsur lainnya.

Tahap Kedua : Menyiapkan Dokumen Pendukung

Dalam Rembuk Stunting, diupayakan seminimal mungkin terjadinya penyesuaian atau


revisi terhadap hasil Analisis Situasi (Aksi 1) dan Rencana Kegiatan (Aksi 2) yang telah
diajukan. Oleh karena itu, sangat dianjurkan bahwa hasil Analisis Situasi dan rancangan
Rencana Kegiatan tersebut telah terkonfirmasi secara formal sebelum kegiatan Rembuk
Stunting dilakukan.

1. Dokumentasi Analisis Situasi


a. Sebaran stunting dan cakupan intervensi dalam wilayah kabupaten/kota dan lokasi
prioritas stunting;
b. Rekomendasi program dan kegiatan prioritas untuk meningkatkan cakupan layanan
secara terintegrasi;
c. Rekomendasi tindakan perbaikan manajemen untuk memastikan Rumah Tangga
1.000 HPK mendapatkan intervensi secara lengkap; dan
d. Rekomendasi koordinasi yang dibutuhkan antar OPD dan antara kabupaten/kota
dengan desa melalui dukungan kecamatan.

44
2. Rancangan Rencana Kegiatan

Rancangan Rencana Kegiatan disusun dengan mempertimbangkan daftar usulan


kegiatan d hasil Musrenbang Desa/Kelurahan dan Musrenbang Kecamatan

a. Daftar rekomendasi program dan kegiatan penurunan stunting tahun berjalan


dan/atau tahun berikutnya; dan
b. Kebutuhan anggaran program dan kegiatan terkait penurunan stunting di OPD
penanggung jawab layanan serta unit teknis di tingkat kecamatan dan desa beserta
sumber pendanaan (APBN, APBD, Dana Transfer, APBDes, Dana Desa, dan
sebagainya).

3. Format Komitmen hasil Rembuk Stunting


a. Naskah komitmen; dan
b. Berita acara kesepakatan rencana kegiatan.
Naskah komitmen bersama ditandatangani oleh Bupati/Walikota, DPRD, Kepala OPD,
perwakilan pemerintah desa/kelurahan, perwakilan sektor non-pemerintah, dan perwakilan
masyarakat. Bentuk komitmen harus disusun berdasarkan agenda dan upaya daerah dalam
percepatan penurunan stunting yang strategis, terukur dan berkelanjutan.
Komitmen bersama sekurangnya memuat tentang: 1) target penurunan stunting; 2)
arahan program prioritas daerah dalam percepatan penurunan stunting, 3) peran lintas sektor,
dan 4) dukungan pendanaan desa.

Berdasarkan konsep
dan mekanisme di atas,
Rembuk Stunting tidak
hanya strategis dilakukan
di tingkat kabupaten/kota
sebagaimana yang
diuraikan dalam petunjuk
teknis ini, namun juga
penting dilakukan pada
setiap level pemangku
kepentingan di tingkat
pusat, provinsi,
kabupaten/kota,
kecamatan dan
desa/kelurahan yang
momentumnya tidak hanya
melekat pada salah satu
agenda pra musrenbang.

45
Rembuk Stunting Tingkat Provinsi, Kecamatan dan Desa/Kelurahan

1. Rembuk Stunting yang diuraikan dalam petunjuk teknis ini berkaitan dengan kewajiban
pemerintah daerah kabupaten/kota dalam melaksanakan Aksi 3.
2. Pemerintah daerah di tingkat provinsi, kecamatan dan pemerintah desa/kelurahan dapat
menyelenggarakan Rembuk Stunting sebagaimana konsep dan mekanisme pelaksanaan
Rembuk Stunting di tingkat kabupaten/kota.
3. Rembuk Stunting di tingkat provinsi dilaksanakan sebelum pelaksanaan musrenbang provinsi
dalam penetapan RKPD tahun rencana. Pimpinan daerah tingkat provinsi dapat
menyelenggarakan Rembuk Stunting untuk lebih meningkatkan konsolidasi lintas pelaku pada
beberapa momentum perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi pembangunan untuk
memperkuat dukungan atas isu-isu prioritas nasional dan daerah.
4. Rembuk Stunting di desa/kelurahan dilaksanakan sebelum pelaksanaan musyawarah
desa/kelurahan penyusunan perencanaan pembangunan desa tahun berikutnya. Rembuk
Stunting ini berfungsi sebagai forum musyawarah antara masyarakat desa/kelurahan dengan
pemerintah desa/kelurahan dan lembaga kemasyarakatan desa/kelurahan untuk membahas
berbagai isu dan permasalahan kesehatan di desa/kelurahan khususnya stunting dengan
mendayagunakan sumber daya pembangunan yang ada di desa dan kelurahan.
5. Rembuk Stunting di kecamatan merupakan tindak lanjut hasil usulan kegiatan lintas
desa/kelurahan yang dihasilkan dalam Rembuk Stunting desa/kelurahan maupun
musyawarah perencanaan desa/kelurahan lainnya. Dalam pelaksanaan Rembuk Stunting
pihak kecamatan merumuskan prioritas kegiatan pencegahan dan penanganan stunting antar
desa/kelurahan. Pelaksanaan rembuk stunting kecamatan dilakukan sebelum pelaksanaan
musyawarah perencanaan tingkat kecamatan (musrenbangcam). Rembuk Stunting di tingkat
kecamatan juga dapat dijadikan sarana untuk tindaklanjut hasil Rembuk Stunting di tingkat
kabupaten/kota.
6. Setiap kecamatan diwajibkan melakukan rembuk stunting sebanyak 2 kali setahun pada tahun
2024, sehingga kendali atas capaian pelaksanaan Rembuk Stunting tingkat kecamatan perlu
dilakukan sejak tahun 2022.
7. Pelaksanaan Rembuk Stunting kecamatan dapat berupa kegiatan rembuk stunting beberapa
desa/kelurahan yang dilakukan secara kolektif di kecamatan maupun kegiatan khusus yang
melibatkan lintas pelaku di tingkat kecamatan, sehingga terintegrasi dalam agenda pra
musrenbang kecamatan atau forum-forum lokal dalam mendorong keberpihakan terhadap
permasalahan stunting bagi lintas pelaku di tingkat kecamatan dan antar desa/kelurahan.
8. Materi Rembuk Stunting 2 kali setahun untuk mengawal pra musrenbang kecamatan dan
untuk konsolidasi dan evaluasi capaian kegiatan.
9. Sumber pembiayaan Rembuk Stunting di desa/kelurahan dan kecamatan disesuaikan dengan
kemampuan daerah dan desa yang termuat dalam APBD dan APBDes serta pembiayaan
lainnya.
10. Kendali atas persiapan, pelaksanaan dan pelaporan kegiatan Rembuk Stunting di tingkat
provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan dilakukan secara berjenjang di bawah koordinasi
TPPS. Tematik materi, jadwal pelaksanaan, dan pelaporan disampaikan kepada
Sekda/Kepala Bappeda. Di tingkat desa/kelurahan, kendali atas kegiatan Rembuk Stunting
dikawal oleh Camat.
11. Materi Rembuk Stunting dapat mengangkat tema atau isu koordinasi lintas sektor, analisis
permasalahan stunting antar desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten/kota, integrasi
perencanaan daerah dan desa, serta diseminasi hasil Rembuk Stunting pada level lainnya.
12. Pelaporan kegiatan Rembuk Stunting tingkat Desa/Kelurahan dan Kecamatan di bawah
kendali OPD yang bertanggungjawab atas urusan desa, kelurahan dan kecamatan.

47
Tahap Ketiga : Sosialisasi dan Diseminasi Komitmen Aksi Integrasi
Penurunan Stunting
1. Sosialisasi komitmen bersama dapat dilakukan melalui berbagai media komunikasi yang
tersedia seperti radio, koran, televisi lokal, dan sebagainya.
2. Pemerintah daerah melakukan sosialisasi dan diseminasi komitmen hasil Rembuk
Stunting untuk menegaskan kembali komitmen dan mendorong seluruh pihak untuk
berkontribusi secara aktif dalam upaya penurunan stunting terintegrasi.
3. Dengan adanya sosialisasi dan diseminasi, masyarakat juga dapat melakukan monitoring
sosial terhadap pelaksanaan komitmen dalam upaya penurunan stunting terintegrasi di
wilayahnya masing-masing.

Gambar 1.6 Gambaran umum pelaksanaan rembuk Stunting Kabupaten/Kota

48

Anda mungkin juga menyukai