I. IKHTISAR EKSEKUTIF
Ikan termasuk bahan pangan yang sangat mudah mengalami pembusukan (high perishable
product) dan kerusakan lainnya yang disebabkan oleh kontaminasi mikroba, salah satunya Vibrio
parahaemolyticus patogenik. Cemaran Vibrio parahaemolyticus pada produk ekspor perikanan
mengakibatkan ditolaknya produk ini di negara tujuan. Keberadaan V. parahaemolyticus patogenik
pada produk perikanan dapat menyebabkan penyakit bawaan pangan (foodborne disease) pada
manusia. Kemampuan V. parahaemolyticus sebagai penyebab penyakit pada manusia umumnya
terkait dengan produksi hemolisin yaitu Thermostable Direct Hemolysin (TDH) dan Thermostable
Direct Hemolysin- related Hemolysin (TRH). Identifikasi/deteksi V. parahaemolyticus patogenik
dapat dilakukan berdasarkan reaksi biokimiawi yang dikenal dengan Kanagawa (KP+) akan tetapi
metode ini memiliki kelemahan, antara lain: waktu preparasi dan analisis yang panjang, interpretasi
hasil analisis yang kurang akurat, dan sensivitas yang rendah. Metode multiplex PCR merupakan
metode amplifikasi yang menggunakan target gen penyandi lebih dari 1 primer yang diamplifikasi
secara simultan dalam satu reaksi PCR. Deteksi dengan metode ini memberikan hasil analisis yang
lebih cepat dengan tingkat akurasi, sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi.
Tujuan dari penelitian ini adalah memperbaharui metode uji V. parahaemolyticus secara
konvensional dengan metode molekuler (metode simplex PCR) untuk Rancangan Standar Nasional
serta menghasilkan rekomendasi metode uji V. parahaemolyticus secara molekuler pada produk
perikanan dengan multiplex PCR.
Sampel udang vaname diperoleh dari tambak udang intensif yang berlokasi di wilayah Jawa
Timur (Sidoarjo) dan tambak intensif yang berlokasi di Jawa Tengah (Semarang). Penentuan lokasi
tambak didasarkan pada daftar tambak yang direkomendasi oleh Badan Karantina Ikan,
Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Jakarta sebagai pemasok udang untuk
UPI/ ekspor. Selain itu juga akan dilakukan pengambilan sampel ikan hasil tangkapan nelayan dan
ritel yang berasal dari wilayah DKI Jakarta, Indramayu, Semarang, dan Surabaya. Metode riset
meliputi Isolasi & identifikasi V. parahaemolyticus secara biokimia menurut SNI (2006) dan
Pengembangan metode uji V. parahaemolyticus secara molekuler. Pengembangan metode uji V.
parahaemolyticus secara molekuler terdiri dari: Optimasi protokol amplifikasi multiplex PCR, uji
sensitivitas, spesifisitas & limit deteksi, serta aplikasi metode Multiplex PCR untuk mendeteksi V.
parahaemolyticus patogenik pada produk perikanan yang dilanjutkan dengan penyusunan draft
RSNI.