Ulama Hanafiyah membagi khiyar menjadi 17 macam, dan ulama Hanabilah membaginya
menjadi 8 (delapan) macam, yaitu; Khiyar Masjlis, Khiyar Syarat, Khiyar Ghubn, Khiyar
Tadlis, Khiyar Aib, Khiyar Takhbir Bitsaman, Khiyar bisababi takhaluf, dan Khiyar ru’yah.
Sementara Ulama Malikiyah membagi khiyar menjadi 2 (dua) macam (khiyar
mutlak dan khiyar naqishah), yakni apabila terdapat kekurangan atau aib pada barang yang
dijual. Sedangkan Ulama Syafi’iyah berpendap bahwa khiyar terbagi dua; Pertama, khiyar at-
tasyahhi, yakni khiyar yang menyebabkan pembeli memperlamakan transaksi sesuai dengan
seleranya terhadap barang, baik dalam majlis maupun syarat. Kedua, khiyar naqhisah yang
disebabkan adanya perbedaan dalam lafazh atau adanya kesalahan dalam pembuatan atau
pergantian.
Khiyar Majilis
khiyar majlis adalah; kebebasan untuk memilih bagi pihak penjual dan pembeli untuk
melangsungkan jual beli atau membatalkannya selama masih berada ditempat jual beli.
Dampak dari khiyar majlis adalah, transaksi jual beli dinilai sah dan mengikat secara hukum
semenjak disepakatinya akad jual beli hingga mereka berpisah, selama mereka berdua tidak
mengadakan kesepakatan untuk tidak ada khiyar, atau kesepakatan untuk menggugurkan hak
khiyar setelah dilangsungkannya akad jual beli.
Khiar Syarat
Khiyar Syarat yaitu, khiyar yang dijadikan syarat pada waktu akad jual beli, artinya pembeli
atau penjual memilih antara meneruskan atau membatalkan transaksi sesuai dengan batas
waktu yang telah ditentukan. Setelah hari yang ditentukan itu tiba, maka jual beli itu harus
dipastikan apakah dilanjutkan atau tidak.
Khiyar ‘Aib
adalah; hak untuk memilih antara membatalkan atau meneruskan akad jual beli apabila
ditemukan kecacatan (aib) pada obyek (barang) yang diperjualbelikan, sedang pembeli tidak
mengetahui adanya kecacatan pada saat akad berlangsung.
Hikmah Disyariatkan Khiyar:
(1) Dapat mempertegas adanya kerelaan dari pihak-pihak yang terikat dalam transaksi jual
beli,
(2) mendatangkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak (penjual dan pembeli),
(4) Menjamin kejujuran dan transparansi bagi pihak penjual dan pembeli,
(6) untuk menjaga agar tidak terjadi perselisihan atau pertengkaran antara penjual dan
pembeli, dan lain-lain.