Anda di halaman 1dari 3

Menurut Wiknjosastro (2009) Kelainan pada siklus :

Polimenorea

Pada Polimenorea siklus haid lebih pendek dan/atau lebih kurang dari

biasanya ( kurang dari 21 hari ). Pendarahan kurang lebih sama atau lebih banyak

dari haid biasa. Hal yang terakhir ini diberi namma epimenorea . Keadaan

polimenore biasa pada siklus ovulatoar maupun siklus anovulatoar.

Poliamenorea dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan

gangguan ovulasi, insufisiensi korpus luteum dan menjadi pendeknya masa luteal,

dan fase folikuler yang memendek. Sebab lain ialah kongesti ovarium karena

peradangan , endometriosis, dan sebagainya.

Oligomenorea

Disini siklus haid lebih panjang , lebih dari 35 hari dan kurang dari 3 bulan. Hal ini

disebabkan fase folikuler dan fase sekresi yang memanjang apabila panjangnya

siklus lebih dari 3 bulan, hal ini sudah mulai dinamakan amenorea. Pendarahan

pada oligonomenore biasanya berkurang.

Oligomenorea dan amenore seringkali mempunyai dasar yang sama , perbedaannya

terletak dalam tingkat. Pada kebanyakan kasus oligomenorea kesehatan wanita

tidak terganggu , dan fertilitas cukup baik. Siklus haid biasanya juga ovulatoar

dengan masa proliferasi lebih panjang dari biasa.

Amenorea

Amenorea merupakan keadaan tidak haid lebih dari 3 siklus berturut-turut. Amenore

dibagi menjadi dua yaitu : (Wiknjosastro,2009)

Amenorea fisiologik
Amenorea fisiologik merupakan amenorea yang terjadi karena proses fisiologik

tubuh seperti pada prapubertas, pasca menopause, hamil dan saat laktasi

( Wiknjosastro,2009).

Amenorea patologik

Amenorea primer

Amenorea primer (dialami oleh 5% wanita amenore ) mungkin disebabkan oleh

defek genetik seperti disgenesis gonad , yang biasanya ciri-ciri seksual tidak

berkembang. Pada amenore primer seorang wanita berumur 18 tahun ke atas tidak

pernah dapat haid. Kondisi ini disebabkan oleh kelainan Duktus Muller seperti tidak

ada uterus , agnesis vagina , septum vagina transversal, atau hymen imperforate.

Pada tiga penyebab terakhir menstruasi dapat terjadi tetapi discharge menstruasi

tidak dapat keluar dari traktus genitalis. Keadaan ini disebut kriptomenore bukan

amenore. Jarang penyebabnya adalah feminisasi testis (Heffner & Schust,2008).

Namun demikian , pada kebanyakan kasus, tidak terdapat kelainan dan wanita

muda tersebut boleh berharap mendapatkan menstruasi pada waktunya. Pada

beberapa wanita dalam kelompok ini , terdapat gangguan makan atau terlalu berat

berolahraga ( Heffner & Schust,2008).

Amenore sekunder

Dikatakan amenore sekunder apabila penderita pernah mendapat haid, tetapi

kemudian tidak dapat . Amenore sekunder lebih menunjuk kepada sebab sebab

yang timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan gizi , gangguan

metabolism, tumor-tumor, penyakit infeksi , dan lain-lain (Heffner & Schust,2008).

Menurut Praworohardjo (2013), ada beberapa faktor yang memegang

peranan dalam siklus menstruasi antara lain:

Faktor enzim
Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim-enzim

hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang pembentukan glikogen dan asam-

asam mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut berperan dalam pembangunan

endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian bawahnya. Pada

pertengahan fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, yang berakibat

mempertinggi permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang sudah berkembang

sejak permulaan fase proliferasi. Dengan demikian lebih banyak zat-zat makanan

mengalir ke stroma endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum apabila

terjadi kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, maka dengan menurunnya kadar

progesterone, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan, karena itu timbul gangguan dalam

metabolisme endometrium yang mengakibatkan regresi endomentrium dan

perdarahan.

Faktor vaskuler

Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan

fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-

arteri, vena-vena. Dengan regresi endometrium timbul statis dalam vena serta

saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi

nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematom baik dari arteri maupun

dari vena.

Faktor prostaglandin

Endometrium mengandung banyak prostaglandin E 2 dan F2. dengan

desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan

berkontraksinya miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan

pada haid.

Anda mungkin juga menyukai