Anda di halaman 1dari 10

Siklus Haid Perubahan histologik pada endometrium dalam siklus menstruasi Pada masa reproduksi dan dalam keadaan

tidak hamil, selaput lendir uterus mengalami perubahanperubahan siklik yang berkaitan erat dengan aktivitas ovarium. Dapat dibedakan 4 fase endometrium dalam siklus menstruasi yaitu: a. Fase menstruasi atau deskuamasi Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai perdarahan. Hanya stratum basale yang tinggal utuh. Darah menstruasi mengandung darah vena dan arteri dengan sel-sel darah merah yang hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan stroma yang mengalami disintegrasi dan otolisis dan sekret dari uterus, serviks, dan kelenjar-kelenjar vulva. Fase ini berlangsung 3-4 hari. b. Fase pascahaid atau fase regenerasi Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang tumbuh dari sel-sel epitel endometrium. Pada waktu ini tebal endometrium 0,5 mm. Fase ini telah dimulai sejak fase menstruasi dan berlangsung 4 hari. c. Fase intermenstruum atau fase proliferasi Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 siklus menstruasi. Fase proliferasi dapat dibagi atas 3 subfase, yaitu: (Wiknjosastro, 2005) 1) Fase proliferasi dini (early proliferation phase) Fase proliferasi dini berlangsung hanya antara hari ke-4 sampai hari ke-7. fase ini dapat dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel, terutama dari mulut kelenjar. Kelenjarkelenjar kebanyakan lurus, pendek dan sempit Bentuk kelenjar ini merupakan ciri khas fase proliferasi, sel-sel kelenjar mengalami mitosis. Sebagian sediaan masih menunjukkan suasana fase menstruasi dimana terlihat perubahan-perubahan involusi dari epitel kelenjar yang berbentuk kuboid. Stroma padat dan sebagian menunjukkan aktivitas mitosis, sel-selnya berbentuk bintang dan dengan tonjolan-tonjolan anastomosis. Nukleus sel stroma relatif besar sebab sitoplasma relatif sedikit. 2) Fase proliferasi madya (midproliferation phase) Fase ini berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10. fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenal dari epitel permukaan yang berbentuk toraks dan tinggi. Kelenjar berlekuk-lekuk dan bervariasi. Sejumlah stroma mengalami edema. Tampaknya bentuk mitosis dengan inti berbentuk telanjang (naked nucleus). 3) Fase proliferasi akhir (late proliferation phase)

Fase ini berlangsung pada hari ke-11 sampai hari ke-14. Fase ini dapat dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan banyak mitosis. Inti epitel kelenjar membentuk pseudostratifikasi. Stroma berbentuk aktif dan padat. d. Fase prahaid atau fase sekresi Fase ini sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14 sampai hari ke-28. Pada fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang, berkelukkeluk dan mengeluarkan getah, yang makin lama makin nyata. Dalam endometrium telah tertimbun glikogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi. Fase sekresi dibagi atas: (Wiknjosastro, 2005) 1) Fase sekresi dini Dalam fase ini endometriu lebih tipis daripada fase sebelumnya karena kehilangan cairan. Pada saat ini dapat dibedakan beberapa lapisan, yakni: a) stratum basale, yaitu lapisan endometrium bagian dalam yang berbatasan dengan lapisan miometrium. Lapisan ini tidak aktif, kecuali mitosis pada kelenjar. b) Stratum spongiosum, yaitu lapisan tengah berbentuk anyaman seperti spons. Ini disebabkan oleh banyaknya kelenjar yang melebar dan berkeluk-keluk dan hanya sedikit stroma diantaranya. c) Stratum kompaktum, yaitu lapisan atas yang padat Saluran-saluran kelenjar sempit, lumennya berisi sekret, dan stromanya edema. 2) Fase sekresi lanjut Endometrium dalam fase ini tebalnya 5-6 mm. Dalam fase ini terdapat peningkatan dari fase sekresi dini, dengan endometrium sangat banyak mengandung pembuluh darah yang berkeluk-keluk dan kaya dengan glikogen. Fase ini sangat ideal untuk nutrisi dan perkembangan ovum. Sitoplasma selsel stroma bertambah. Sel stroma menjadi sel desidua bila terjadi kehamilan

Patofisiologi Perubahan hormonal pada siklus menstruasi normal Pada siklus ovulasi, hipotalamus mensekresi gonadotropin-releasing hormone (GnRH), yang menstimulasi kelenjar pituitari untuk melepaskan follicle-stimulating hormone (FSH). Hal ini selanjutnya akan mengakibatkan folikel pada ovarium untuk berkembang dan menjadi matang. Pada pertengahan siklus, peningkatan pelepasan (surge) dari luteinizing hormone (LH) yang terjadi bersamaan dengan peningkatan pelepasan FSH, mengakibatkan terjadinya ovulasi. Folikel yang berkembang tersebut menghasilkan estrogen, yang kemudian menstimulasi endometrium untuk berproliferasi. Setelah sel telur dilepaskan, FSH dan LH kadarnya kemudian menurun, dan folikel yang ruptur tadi kemudian berkembang menjadi korpus luteum, dan progesteron disekresi dari ovarium. Progesteron menyebabkan endometrium yang berproliferasi untuk berdiferensiasi dan menjadi stabil. Empat belas hari setelah ovulasi, berlangsunglah menstruasi akibat dari pelepasan

dinding endometrium sekunder terhadap penurunan yang cepat dari kadar estrogen dan progesteron yang disebabkan korpus luteum yang berinvolusi Perubahan hormonal selama siklus anovulasi Siklus anovulasi umum terjadi pada 2 tahun pertama setelah menarke karena ketidakmatangan dari aksis HPO. Hal ini juga terjadi pada berbagai kondisi yang patologis. Pada siklus anovulasi, perkembangan folikular terjadi dengan stimulasi FSH, tetapi karena kurangnya surge dari LH, ovulasi gagal terjadi. Akibatnya, tidak terjadi pembentukan korpus luteum dan tidak disekresikan progesteron. Endometrium tetap berkembang ke fase proliferatif. Ketika folikel yang berkembang berinvolusi, kadar estrogen menurun dan perdarahan akibat penarikan (withdrawal) terjadi. Kebanyakan siklus anovulasi terjad teratur dengan perdarahan normal. Tetapi endometrium yang berproliferatif secara tidak stabil terjadi secara tidak teratur, mengakibatkan perdarahan berat yang berkepanjangan DISMENORE Etiologi dan faktor resiko Pada suatu studi ditemukan bahwa merokok, menarke awal (<12 tahun), siklus menstruasi yang panjang, jumlah darah menstruasi yang berlebihan (Widjanarko, 2006), usia kurang dari 30 tahun, BMI yang rendah, nulliparitas, sindroma premenstrual, sterilisasi, secara klinis diduga adanya pelvic inflammatory disease (PID), penyimpangan seksual dan gejala psikologis berhubungan dengan dismenore (Latthe P, Mignini L, Gray R, Hills R, Khan K, 2006 dan Veronika, 2008). Menurut French (2005), faktor resiko untuk dismenore diantaranya usia dibawah 20 tahun, nulliparitas, perdarahan menstruasi yang berat, usaha untuk menurunkan berat badan, merokok dan depresi atau ansietas, dan gangguan jaringan sosial. Sedangkan menurut Edmundson (2006), faktor resiko dismenore yang lain diantaranya obesitas dan riwayat keluarga positif untuk dismenore, endometriosis, adenomyosis, leiomyomata (fibroids), intrauterine device (IUD), karsinoma endometrium, kista ovarium, malformasi pelvik kongenital dan stenosis serviks. Calis, Popat, Devra dan Kalantaridou (2009) menyatakan bahwa obesitas dan konsumsi alkohol ditemukan berhubungan dengan dismenore pada beberapa tetapi tidak semua penelitian mengenai dismenore. Disamping itu menurut Calis, Popat, Devra dan Kalantaridou (2009), aktivitas fisik dan durasi dari siklus menstruasi tidak berhubungan dengan peningkatan nyeri menstruasi. Patofisiologi Prostaglandin dikeluarkan selama menstruasi, karena luruhnya dinding endometrium beserta isinya (Lethaby A, Augood C, Duckitt K, Farquhar C, 2007). Menurut French (2005), dismenore diduga akibat pengeluaran prostaglandin di cairan menstruasi, yang mengakibatkan kontraksi uterus dan nyeri. Kadar prostaglandin endometrium yang meningkat selama fase luteal dan menstruasi menyebabkan kontraksi uterus (Chandran, 2008). Selama periode menstruasi, kadar prostaglandin meningkat, kemudian pada permulaan periode, kadar prostaglandin tetap tinggi dengan berlanjutnya masa menstruasi, kadar prostaglandin menurun, hal ini menjelaskan mengapa nyeri cenderung berkurang setelah beberapa hari pertama periode menstruasi (ACOG, 2006). Vasopressin juga berperan pada peningkatan kontraktilitas uterus dan menyebabkan nyeri iskemik sebagai akibat

dari vasokonstriksi. Adanya peningkatan kadar vasopressin telah dilaporkan terjadi pada wanita dengan dismenore primer (Chandran, 2008 dan Edmundson, 2006). Teori lain yang menyebabkan dismenore primer yaitu dari faktor kejiwaan, faktor konstitusi dan faktor alergi. Dari faktor kejiwaan dinyatakan bahwa gadis remaja yang secara emosional belum stabil jika tidak mendapat penjelasan yang baik dan benar tentang menstruasi mudah untuk timbul dismenore. Sedangkan dari faktor konstitusi dinyatakan bahwa faktor ini dapat menurunkan ketahanan terhadap nyeri, seperti kondisi fisik lemah, anemia, penyakit menahun dan lain sebagainya (Wiknjosastro, 2005). Teori dari faktor alergi dikemukakan setelah adanya hubungan antara dismenore dengan urtikaria, migren atau asma bronkiale (Warianto, 2008). Menurut Wiknjosastro (2005), teori lain penyebab dismenore selain teori kejiwaan, konstitusi, alergi dan endokrin (PGF2) adalah teori obstruksi kanalis servikalis, yang merupakan salah satu teori paling tua untuk menjelaskan terjadinya dismenore primer yaitu karena terjadinya stenosis servikalis. Hubungan antara dismenore dengan endometriosis masih tidak jelas. Endometriosis mungkin asimtomatik, atau mungkin bersamaan dengan nyeri pelvik yang tidak terbatas pada masa menstruasi dan pada bagian pelvik anterior bawah. Pada suatu studi dari wanita yang mengalami sterilisasi efektif, tidak terdapat perbedaan antara wanita dengan maupun wanita tanpa endometriosis. Meskipun begitu, suatu studi observasional pada wanita yang dilakukan laparoskopi untuk infertilitas mendukung adanya hubungan antara dismenore dan keparahan dari endometriosis (French, 2005). Diagnosis Pada kebanyakan pasien dengan nyeri menstruasi, terapi empiris diberikan dengan presumpsi diagnosis dismenore primer, berdasarkan riwayat adanya nyeri pelvik anterior bagian bawah yang dimulai pada masa remaja dan berhubungan secara spesifik dengan periode menstruasi. Riwayat yang inkonsisten dan atau adanya penemuan massa di pelvik pada pemeriksaan fisik, keluarnya cairan vagina yang abnormal, atau kaku pelvik yang tidak terbatas pada periode menstruasi mengarahkan diagnosis kepada dismenore sekunder (French, 2005). Pengobatan Pengobatan dismenore diantaranya medikamentosa dan teknik lain untuk mengurangi nyeri. Jika penyebab dismenore ditemukan, pengobatan difokuskan pada menghilangkan penyebab. Pada beberapa kasus, mungkin diperlukan pembedahan untuk menghilangkan penyebab atau mengurangi nyeri (ACOG, 2006). a. Medikamentosa Obat seperti OAINS (obat anti-inflamasi non steroid) menghambat pembentukan prostaglandin. Hal ini mengurangi rasa kram. Obat ini juga mencegah gejala seperti mual dan diare. OAINS bekerja maksimal jika diberikan pada permulaan timbulnya gejala dan biasanya dikonsumsi hanya selama 1 atau 2 hari. Menurut Hart dan Norman (2000), pengobatan jangka panjang dengan progesteron juga mengurangi nyeri menstruasi.

b. Kontrasepsi oral Kontrasepsi oral dosis rendah terbukti efektif mengurangi dismenore pada remaja wanita pada studi terhadap76 pasien (Zoler, 2004). Hormon-hormon pada kontrasepsi membantu mengontrol pertumbuhan dinding uterus sehingga prostaglandin sedikit dibentuk. Akibatnya kontraksi lebih sedikit, aliran darah lebih sedikit dan nyeri berkurang. c. Pembedahan d. Thermoablasi Brunk (2005) melakukan penelitian dengan thermoablasi pada 330 wanita dengan rata-rata 42 tahun mendapatkan bahwa mayoritas wanita (83%) melaporkan pengurangan nyeri menstruasi dan premenstrual syndrome (PMS) dalam 1 tahun. e. Terapi nutrisi Perubahan pada pola makan atau diet dapat membantu mengurangi atau mengobati nyeri menstruasi: (Tran, 2001) 1) Peningkatan masukan makanan seperti serat, kalsium, makanan dari bahan kedelai, buah-buahan dan sayuran. 2) Mengurangi konsumsi makanan yang memicu sindrom premenstrual seperti kafein, garam dan gula. 3) Berhenti merokok karena memperburuk kram. 4) Mengkonsumsi suplemen multi-vitamin dan mineral yang mengandung kadar magnesium dan vitamin B6 (piridoksin) yang tinggi setiap hari, dan suplemen minyak ikan (fish oil) (Tran, 2001). Menurut Werbach (2004), adanya peningkatan permeabilitas kapiler oleh vitamin C akan meningkatkan efek vasodilatasi dari niasin. Vitamin E menghambat pelepasan tromboksan A2 dan menstimulasi sintesis prostasiklin, sedangkan magnesium mempunyai efek vasodilator dan efek merelaksasikan otot serta menghambat sintesis prostaglandin F2 alfa (PGF2). f. Metode lain Akupuntur dan obat tumbuh-tumbuhan dari China popular sebagai terapi alternatif untuk kram. Aromaterapi dan pemijitan dapat mengurangi nyeri pada beberapa wanita. Akupuntur bekerja dengan menyelaraskan aliran Qi dan darah, melancarkan meridian yang tersumbat, membantu meredakan hati yang murung dan emosi yang tertekan, menguatkan Qi tubuh sehingga tubuh sanggup beradaptasi dengan perubahan yang terjadi saat menstruasi (Warianto, 2008). METRORAGIA Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengansiklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatuspotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh.Penyebabnya adalah kelainan organik (polip endometrium, karsinoma endometrium,karsinoma serviks), kelainan fungsional dan penggunaan estrogen eksogenMenoragia adalah Perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari dengan jumlah darah kadang-kadang

cukup banyak. Penyebab dan pengobatan kasus ini samadengan hipermenorea.Menometroragia, yaitu perdarahan yang terjadi dengan interval yang tidak teratur disertai perdarahan yang banyak dan lama Penyebab: Sebab-sebab organik Perdarahan dari uterus, tuba dan ovarium disebabkan olah kelainan pada:

serviks uteri; seperti polip servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada portio uteri, karsinoma servisis uteri. Korpus uteri; polip endometrium, abortus imminens, abortus insipiens, abortusincompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma, subinvolusio uteri, karsinomakorpus uteri, sarkoma uteri, mioma uteri. Tuba fallopii; kehamilan ekstopik terganggu, radang tuba, tumor tuba. Ovarium; radang overium, tumor ovarium.

Sebab fungsional Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebaborganik, dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan menopause. Tetapi kelainan inui lebih seringdijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungs ovarium. Dua pertiga wanitadari wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan disfungsional berumur diatas 40tahun, dan 3 % dibawah 20 tahun. Sebetulnya dalam praktek dijumpai pula perdarahan disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi karenakeadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarana diperlukan perawatn di rumahsakit.Hingga saat ini penyebab pasti perdarahan rahim disfungsional belum diketahuisecara pasti. Beberapa kondisi yang dikaitkan dengan perdarahan rahim disfungsional,antara lain: Kegemukan (obesitas), Faktor kejiwaan,Alat kontrasepsi hormonal Alatkontrasepsi dalam rahim (intra uterine devices),Beberapa penyakit dihubungkandengan perdarahan rahim, misalnya: trombositopenia (kekurangan trombosit ataufaktor pembekuan darah), Kencing Manis (diabetus mellitus), dan lain-lai Walaupun jarang, perdarahan rahim dapat terjadi karena: tumor organ reproduksi, kista ovarium(polycystic ovary disease), infeksi vagina, dan lain lain. Patogenesis Secara garis besar, kondisi di atas dapat terjadi pada siklus ovulasi (pengeluaran seltelur/ovum dari indung telur), tanpa ovulasi maupun keadaan lain, misalnya padawanita premenopause (folikel persisten).Sekitar 90% perdarahan uterus difungsional(perdarahan rahim) terjadi tanpa ovulasi (anovulation) dan 10% terjadi dalam siklusovulasi. Pada siklus ovulasi. Perdarahan rahim yang bisa terjadi pada pertengahan menstruasi maupun bersamaandengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi karena rendahnya kadar hormonestrogen, sementara hormon progesteron tetap terbentuk.

Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation), Perdarahan rahim yang sering terjadi padamasa pre-menopause dan masa reproduksi. Hal ini karena tidak terjadi ovulasi,sehingga kadar hormon estrogen berlebihan sedangkan hormon progesteron rendah. Akibatnya dinding rahim (endometrium) mengalami penebalan berlebihan(hiperplasi) tanpa diikuti penyangga (kaya pembuluh darah dan kelenjar) yangmemadai. kondisi inilah penyebab terjadinya perdarahan rahim karena dindingrahim yang rapuh. Di lain pihak, perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaandinding rahim di satu bagian baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaanlainnya. Jadilah perdarahan rahim berkepanjangan. PENATALAKSANAAN Setelah menegakkan diagnosa dan setelah menyingkirkan berbagai kemungkinan kelainan organ, teryata tidak ditemukan penyakit lainnya, maka langkah selanjutnya adalah melakukan prinsipprinsip pengobatan sebagai berikut:1. Menghentikan perdarahan. 2. Mengatur menstruasi agar kembali normal. 3.Transfusi jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 8 gr%. Menghentikan perdarahan. Langkah-langkah upaya menghentikan perdarahan adalah sebagai berikut:Kuret (curettage). Hanya untuk wanita yang sudah menikah. Tidak bagi gadis dantidak bagi wanita menikah tapi belum sempat berhubungan intim. O b a t(medikamentosa)1. Golongan estrogen. Pada umumnya dipakai estrogen alamiah,misalnya: estradiol valerat (nama generik) yang relatif menguntungkan karena tidak membebani kinerja liver dan tidak menimbulkan gangguan pembekuan darah. Jenislain, misalnya: etinil estradiol, tapi obat ini dapat menimbulkan gangguan fungsi liver.Dosis dan cara pemberian: Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 2,5 mg diminumselama 7-10 hari.Benzoas estradiol: 20 mg disuntikkan intramuskuler. (melalui bokong) Jika perdarahannya banyak, dianjurkan nginap di RS (opname), dan diberikan Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 25 mg secara intravenus (suntikanlewat selang infus) perlahan-lahan (10-15 menit), dapat diulang tiap 3-4 jam. Tidak boleh lebih 4 kali sehari. Estrogen intravena dosis tinggi ( estrogen konjugasi 25 mgsetiap 4 jam sampai perdarahan berhenti ) akan mengontrol secara akut melalui perbaikan proliferatif endometrium dan melalui efek langsung terhadap koagulasi,termasuk peningkatan fibrinogen dan agregasi trombosit. Terapi estrogen bermanfaatmenghentikan perdarahan khususnya pada kasus endometerium atrofik atauinadekuat. Estrogen juga diindikasikan pada kasus DUB sekunder akibat depot progestogen ( Depo Provera ). Keberatan terapi ini ialah bahwa setelah suntikandihentikan,perdarahan timbul lagi. 2. Obat Kombinasi Terapi siklik merupakan terapi yang paling banyak digunakan dan paling efektif. Pengobatan medis ditujukan pada pasien dengan perdarahan yang banyak atau perdarahan yang terjadi setelah beberapa bulan amenore. Cara terbaik adalah memberikan kontrasepsi oral ; obat ini dapat

dihentikan setelah 3 6 bulan dan dilakukan observasi untuk melihat apakah telah timbul pola menstruasi yang normal.Banyak pasien yang mengalami anovulasi kronik dan pengobatan berkelanjutan diperlukan. Paparan estrogen kronik dapat menimbulkan endometrium yang berdarah banyak selama penarikan progestin . Speroff menganjurkan pengobatan denganmenggunakan kombinasi kontrasepsi oral dengan regimen menurun secara bertahap.Dua hingga empat pil diberikan setiap hari setiap enam hingga duabelas jam , selama5 sampai 7 hari untuk mengontrol perdarahan akut. Formula ini biasanya mengontrol perdarahan akut dalam 24 hingga 48 jam ; penghentian obat akan menimbulkan perdarahan berat. Pada hari ke 5 perdarahan ini, mulai diberikan kontrasepsi oralsiklik dosis rendah dan diulangi selama 3 siklus agar terjadi regresi teratur endometrium yang berproliferasi berlebihan. Cara lain, dosis pil kombinasi dapatditurunkan bertahap ( 4 kali sehari, kemudian 3 kali sehari, kemudian 2 kali sehari )selama 3 hingga 6 hari, dan kemudian dilanjutkan sekali setiap hari. Kombinasikontrasepsi oral menginduksi atrofi endometrium, karena paparan estrogen progestinkronik akan menekan gonadotropin pituitari dan menghambat steroidogenesisendogen. Kombinasi ini berguna untuk tatalaksana DUB jangka panjang pada pasientanpa kontraindikasi dengan manfaat tambahan yaitu mencegah kehamilan.Khususnya untuk pasien perimenarche, perdarahan berat yang lama dapatmengelupaskan endometrium basal, sehingga tidak responsif terhadap progestin.Kuretase untuk mengontrol perdarahan dikontraindikasikan karena tingginya resikoterjadinya sinekia intrauterin ( sindroma Asherman ) jika endometrium basal dikuret.OC aman pada wanita hingga usia 40 dan diatasnya yang tidak obes, tidak merokok dan tidak hipertensi. 3. Golongan progesterone Pertimbangan di sini ialah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional bersifat anovulatoar, sehingga pemberian obat progesterone mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium. Obat untuk jenis ini, antaralain: Medroksi progesteron asetat (MPA): 10-20 mg per hari, diminum selama 7 10hari. Norethisteron: 31 tablet, diminum selama 7-10 hari. Kaproas hidroksi- progesteron 125 mg secara intramuscular

4. OAINS Menorragia dapat dikurangi dengan obat anti inflamasi non steroid. Fraser dan Shearman membuktikan bahwa OAINS paling efektif jika diberikan selama 7 hingga10 hari sebelum onset menstruasi yang diharapkan pada pasien DUB ovulatori, tetapi umumnya dimulai pada onset menstruasi dan dilanjutkan selama espisode perdarahan dan berhasil baik. Obat ini mengurangi kehilangan darah selama menstruasi (mensturual blood loss / MBL ) dan manfaatnya paling besar pada DUB ovulatoridimana jumlah pelepasan prostanoid paling tinggi.2Mengatur menstruasi agar kembali normal Setelah perdarahan berhenti, langkah selanjutnya adalah pengobatanuntuk mengatur siklus menstruasi, misalnya dengan pemberian: Golongan progesteron: 21 tablet diminum selama 10 hari. Minum obat dimulai pada hari ke14-15 menstruasi.Transfusi jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%.Terapi yang ini diharuskan pasiennya untuk menginap di Rumah Sakit atau klinik.Sekantong darah (250 cc) diperkirakan dapat menaikkan kadar hemoglobin (Hb) 0,75gr%. Ini berarti, jika kadar Hb ingin dinaikkan menjadi 10 gr% maka kira-kira perlusekitar 4 kantong darah

MENORRHAGIA PENATALAKSANAAN Non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) Perempuan dengan Menorrhagia terutama dengan kram manfaat dari obat-obatan antiinflamasiNon-Steroid (NSAID) atau obat penghilang rasa sakit. Ini kadang-kadang mengurangi pendarahan. Ini termasuk Mefenamic asam, Naproxen dan Ibuprofen. Melepaskan hormon intrauterine perangkat (Intra-Uterine IUDs) Kebanyakan wanita mendapat manfaat dengan melepaskan hormon intrauterine perangkat (IntraUterine IUDs). Sistem intra-Uterin levonorgestrel (LNG-IUS) merupakan salah satu perangkat tersebut. Perangkat ini dimasukkan ke dalam rahim dan akan disimpan di dalam untuk hampir lima tahun. Efek samping dari LNG IUS yang tidak teratur pendarahan selama enam bulan atau lebih, payudara kelembutan, kecenderungan untuk jerawat, sakit kepala dan tidak ada periode pada semua dll. LNG IUS mengurangi kehilangan darah 71-96% di sebagian besar wanita dan pengobatan pilihan pertama untuk perempuan dengan Menorrhagia.

Pil kontrasepsi oral Beberapa wanita mungkin perlu pil kontrasepsi oral. Ini berisi estrogen dan progesteron. Komponen progesteron terutama membantu mengurangi pendarahan. Pada wanita dengan gangguan hormon seperti ovarium polikistik atau dengan kurangnya pelepasan telur dari indung telur (anovulatory siklus) OCP mungkin dapat bermanfaat. Beberapa wanita mungkin perlu hanya progesteron. Norethistrone mungkin diresepkan untuk wanita-wanita ini. Umum efek samping dengan progesteron hanya pil meliputi berat badan, berat badan, kembung, kelembutan payudara, sakit kepala dan kecenderungan untuk jerawat.

Asam Tranexamic Tranexamic asam dapat digunakan pada wanita dengan berat perdarahan haid. Hal ini memungkinkan pembekuan darah dan mengurangi kecenderungan pendarahan. Efek sementara dan kurang dari IUD melepaskan hormon.

Gonadotropin - dilepaskan hormon agonists Gonadotropin - dilepaskan hormon agonists digunakan secara jangka pendek untuk mengurangi aliran darah. Mereka menghambat pituitari (kelenjar kecil di otak) rilis FSH dan LH. Ini menekan indung telur.

Operasi Operasi fibroid (myoma) dan polip rahim mungkin menyarankan agar pendarahan yang berlebihan. Penghapusan myoma disebut Miomektomi. Beberapa wanita dapat menjalani operasi untuk penghapusan endometrium atau lapisan rahim. Ini disebut Reseksi endometrium. Kadang-kadang endometrium dapat dibakar atau cauterized menggunakan listrik. Ini disebut pengangkatan sebagian endometrium. Ini dapat dilakukan menggunakan sinar laser juga.

Kadang-kadang Roller pisau curette dapat digunakan untuk melakukan ablation. Microwave, panas cairan mengisi balon pilihan terapi lain. Kadang-kadang wanita mungkin perlu menyelesaikan penghapusan rahim sebagai ukuran untuk menghentikan pendarahan rahim. Terapi alternatif Dalam banyak kasus ada kondisi-kondisi tidak ada dasar untuk menjelaskan Menorrhagia. Yoga dan relaksasi teknik dapat membantu wanita-wanita ini. Latihan teratur juga membantu beberapa wanita.

Anda mungkin juga menyukai