Anda di halaman 1dari 46

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengujian Bahan


Pengujian bahan adalah pengujian awal yang hasilnya akan digunakan dalam
pengujian-pengujian lainnya. Pengujian bahan ini meliputi analisis agregat halus (pasir),
analisis agregat kasar (kerikil), dan pengujian kuat tekan beton silinder.
4.1.1 Analisis Agregat Halus dan Agregat Kasar
Analisis agregat halus dan analisis agregat kasar terdiri dari analasis gradasi, kadar air,
berat jenis jenuh kering permukaan (bulk specific gravity saturated), penyerapan air
(absorption), modulus kehalusan (fineness modulus), dan berat isi. Analisis agregat halus
dan kasar akan berpengaruh terhadap komposisi dalam menentukan kuat tekan beton. Hasil
analisis agregat halus ditunjukkan pada tabel 4.1, sedangkan hasil analisis agregat kasar
ditunjukkan pada tabel 4.2.
Tabel 4.1 Hasil Analisis Agregat Halus (Pasir)
Material Analisis Nilai Satuan
Agregat Halus Modulus Kehalusan 3,625
Kadar air 1,805 %
Berat jenis jenuh kering 2,644
permukaan
Penyerapan air 0,361 %
Berat isi (Rodded) 1,563 gr/cc
Berat isi (Shoveled) 1,453 gr/cc
Gradasi Zona 1

Tabel 4.2 Hasil Analisis Agregat Kasar (Kerikil)


Material Analisis Nilai Satuan
Agregat Kasar Modulus Kehalusan 3,399
Kadar air 4,199 %
Berat jenis jenuh kering 2,406
permukaan
Penyerapan air 2,603 %
Berat isi (Rodded) 1,453 gr/cc
Berat isi (Shoveled) 1,297 gr/cc
Gradasi Zona 3

41
42

4.1.2 Perencanaan Mix Design


Mutu beton (f’c) yang digunakan pada penelitian ini ada dua yaitu mutu beton taraf
tinggi dan taraf rendah yang nilainya 30 MPa dan 20 MPa. Penjelasan tentang mix design
yang dipergunakan dapat dilihat pada tabel 4.3 dan tabel 4.4.
Tabel 4.3 Mix Design 20 MPa
NO URAIAN TABEL / GRAFIK NILAI
1 Kuat tekan yang disyaratkan (14 HR, Ditetapkan 20 Mpa
5%)
2 Deviasi standar Diketahui -
3 Nilai Tambah (Margin) (K=1,64) 12 Mpa
4 Kuat tekan rata2 yg ditargetkan (1) + (3) 32 Mpa
5 Jenis Semen Ditetapkan Normal (Tipe I)
6 Jenis Agregat Kasar Ditetapkan Batu pecah
Jenis Agregat Halus Ditetapkan Pasir
7 Faktor Air semen Bebas Tabel 2, Grafik 1/2 0,55
8 Faktor air semen Maksimum Ditetapkan 0,6
9 Slump Ditetapkan 60 - 180 mm
10 Ukuran Agregat Maksimum Ditetapkan 40 mm
11 Kadar Air Bebas TABEL 6 205 kg/m3
12 Jumlah semen (11) : (8) atau 372,727 kg/m3
(11): (7)
13 Jumlah Semen Maksimum Ditetapkan -
14 Jumlah Semen Minimum Ditetapkan 275 kg/m3
15 FAS yg disesuaikan - -
16 Susunan besar butir agregat halus Grafik 3 - 6 Zona 1
17 Persen agregat halus Grafik 13 - 15 45%
18 Berat Jenis Relatif Agregat (SSD) Diketahui 2,513 kg/m3
19 Berat isi beton Grafik 16 2217 kg/m3
20 Kadar agregat gabungan (19) - (11) - (12) 1639,273 kg/m3
21 Kadar agregat halus (17) x (20) 737,673 kg/m3
22 Kadar agregat kasar (20) - (21) 901,600 kg/m3

Banyaknya Bahan Semen Air Ag. Halus Ag. Kasar


(Teoritis) ( kg ) ( kg/lt ) ( kg ) ( kg )
3
Tiap m dg ketelitian 5kg 372,73 205,00 737,67 901,60
(Teoritis)
Tiap campuran uji 0,032 m3 2,37 1,30 4,69 5,74
Proporsi (Teoritis) (1/3) 1,00 0,55 1,98 2,42
43

Berdasarkan hasil perencanaan mix design seperti tabel 4.3 didapatkan untuk membuat
satu buah balok dengan f’c 20 MPa dibutuhkan campuran 36,07 kg semen, 71,38 kg agregat
halus, 87,25 kg agregat kasar, dan 19,84 kg air.
Tabel 4.4 Mix Design 30 MPa
NO URAIAN TABEL / GRAFIK NILAI
1 Kuat tekan yang disyaratkan (14 HR, Ditetapkan 30 Mpa
5%)
2 Deviasi standar Diketahui -
3 Nilai Tambah (Margin) (K=1,64) 12 Mpa
4 Kuat tekan rata2 yg ditargetkan (1) + (3) 42 Mpa
5 Jenis Semen Ditetapkan Normal (Tipe I)
6 Jenis Agregat Kasar Ditetapkan Batu pecah
Jenis Agregat Halus Ditetapkan Pasir
7 Faktor Air semen Bebas Tabel 2, Grafik 1/2 0,39
8 Faktor air semen Maksimum Ditetapkan 0,6
9 Slump Ditetapkan 60 - 180 mm
10 Ukuran Agregat Maksimum Ditetapkan 40 mm
11 Kadar Air Bebas TABEL 6 205 kg/m3
12 Jumlah semen (11) : (8) atau 525,641 kg/m3
(11): (7)
13 Jumlah Semen Maksimum Ditetapkan -
14 Jumlah Semen Minimum Ditetapkan 275 kg/m3
15 FAS yg disesuaikan - -
16 Susunan besar butir agregat halus Grafik 3 - 6 Zona 1
17 Persen agregat halus Grafik 13 - 15 41%
18 Berat Jenis Relatif Agregat (SSD) Diketahui 2,408 kg/m3
19 Berat isi beton Grafik 16 2212,5 kg/m3
20 Kadar agregat gabungan (19) - (11) - (12) 1481,859 kg/m3
21 Kadar agregat halus (17) x (20) 607,562 kg/m3
22 Kadar agregat kasar (20) - (21) 874,297 kg/m3

Banyaknya Bahan Semen Air Ag. Halus Ag. Kasar


(Teoritis) ( kg ) ( kg/lt ) ( kg ) ( kg )
3
Tiap m dg ketelitian 5kg 525,64 205,00 607,56 874,30
(Teoritis)
Tiap campuran uji 0,032 m3 3,35 1,30 3,87 5,56
Proporsi (Teoritis) (1/3) 1,00 0,39 1,16 1,66

Berdasarkan hasil perencanaan mix design seperti tabel 4.4 didapatkan untuk membuat
satu buah balok dengan f’c 30 MPa dibutuhkan campuran 50,87 kg semen, 58,79 kg agregat
halus, 84,6 kg agregat kasar, dan 19,84 kg air.
44

4.1.3 Pengujian Kuat Tekan Silinder Beton


Pengujian silinder untuk mendapatkan nilai kuat tekan beton dilakukan pada umur 28
hari. Benda uji silinder dibuat sebanyak 2 buah perbalok sebagai sampel pengecoran untuk
mendapatkan karakteristik campuran beton dari masing-masing balok. Silinder yang di uji
berjumlah 48 buah yang masing – masing di bagi menjadi 24 silinder untuk mutu beton
rencana 20 MPa dan 24 silinder untuk mutu beton rencana 30 MPa. Hasil pengujian untuk
mutu beton rencana 20 MPa ditampilkan pada tabel 4.5 dan untuk mutu beton rencana 30
MPa ditampilkan pada tabel 4.6.
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Silinder Mutu Beton Rencana 20 MPa
Benda Uji Luas Berat P max Kuat Tekan Kuat Tekan
(kg) (N) (N/mm2)
Penampang Rata-rata
(mm²) (N/mm2)
a1b2c1d1 1 17671,46 12,1 588000 33,274
1 17671,46 12,1 277000 15,675
2 17671,46 12,05 561000 31,746
2 17671,46 11,8 403000 22,805
3 17671,46 12,15 511000 28,917
3 17671,46 12,15 453000 25,635
a1b1c1d2 1 17671,46 12,08 489000 27,672
1 17671,46 12,1 441000 24,955
2 17671,46 11,9 405000 22,918
2 17671,46 12,4 319000 18,052
3 17671,46 12,08 431000 24,390
3 17671,46 11,9 437000 24,729
25,092
a1b1c2d1 1 17671,46 11,75 195000 11,035
1 17671,46 12,2 446000 25,238
2 17671,46 12,25 603000 34,123
2 17671,46 12,45 339000 19,183
3 17671,46 12,15 484000 27,389
3 17671,46 12,1 554000 31,350
a1b2c2d2 1 17671,46 12,22 411000 23,258
1 17671,46 12,06 500000 28,294
2 17671,46 12,18 469000 26,540
2 17671,46 12,06 395000 22,352
3 17671,46 12,08 554000 31,350
3 17671,46 11,9 377000 21,334
Keterangan :
a1 : Mutu Beton 20 MPa c1 : Rasio Tulangan 0,8 %
a2 : Mutu Beton 30 MPa c2 : Rasio Tulangan 1,6%
45

b1 : Jarak Kait 6 cm d1 : Jenis Kait Bambu


b2 : Jarak Kait 12 cm d2 : Jenis Kait Kayu Kamper

Dari hasil pengujian kuat tekan beton dengan mutu yang direncanakan sebesar 20 MPa
didapatkan nilai kuat tekan beton rata-rata sebesar 25,092 MPa dari 24 sampel silinder yang
mewakili 12 benda uji balok. Hasil ini menunjukan bahwa hasil mutu beton tidak sesuai
dengan perencanaan.
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Silinder Mutu Beton Rencana 30 MPa
Benda Uji Luas Berat P max Kuat Tekan Kuat Tekan
(kg) (N) (N/mm2)
Penampang Rata-rata
(mm²) (N/mm2)
a2b1c1d1 1 17671,46 11,8 580000 32,821
1 17671,46 11,9 279000 15,788
2 17671,46 11,84 602000 34,066
2 17671,46 12,08 506000 28,634
3 17671,46 11,8 457000 25,861
3 17671,46 11,86 430000 24,333
a2b2c1d2 1 17671,46 12,02 325000 18,391
1 17671,46 12,02 465000 26,314
2 17671,46 11,88 554000 31,350
2 17671,46 12,1 466000 26,370
3 17671,46 11,94 394000 22,296
3 17671,46 12,26 602000 34,066
29,733
a2b2c2d1 1 17671,46 12,02 612000 34,632
1 17671,46 11,92 405000 22,918
2 17671,46 12,02 764000 43,234
2 17671,46 11,94 771000 43,630
3 17671,46 12,14 533000 30,162
3 17671,46 12,2 339000 19,183
a2b1c2d2 1 17671,46 11,98 561000 31,746
1 17671,46 12,1 577000 32,652
2 17671,46 12,04 552000 31,237
2 17671,46 12,16 606000 34,293
3 17671,46 12,04 562000 31,803
3 17671,46 12,14 668000 37,801

Keterangan :
a1 : Mutu Beton 20 MPa c1 : Rasio Tulangan 0,8 %
a2 : Mutu Beton 30 MPa c2 : Rasio Tulangan 1,6%
46

b1 : Jarak Kait 6 cm d1 : Jenis Kait Bambu


b2 : Jarak Kait 12 cm d2 : Jenis Kait Kayu Kamper

Dari hasil pengujian kuat tekan beton dengan mutu yang direncanakan sebesar 30 MPa
didapatkan nilai kuat tekan beton rata-rata sebesar 29,733 MPa dari 24 sampel silinder yang
mewakili 12 benda uji balok. Hasil ini menunjukan bahwa hasil mutu beton sesuai dengan
perencanaan karena selisih dari perencanaan dengan mutu beton yang didapat tidak melebihi
batasan.
4.1.4 Pengujian Pull Out
Pengujian pull out untuk mencari nilai suatu beban maksimum yang dapat ditahan oleh
lekatan bambu terhadap beton. Pengujian ini juga untuk mengetahui apakah jumlah kait,
mutu beton, dan jenis kait mempengaruhi kuat lekat bambu terhadap beton.
Output dari pengujian pull out sendiri ialah nilai beban maksimum lekatan sehingga
dapat diketahui nilai tegangan lekatan dari tulangan bambu dengan beton. Dengan pengujian
seperti pada gambar 4.1 dan gambar 4.2 Jumlah benda uji pull out sebanyak 16 buah dengan
rincian yang ditampilkan pada tabel 4.7.

Gambar 4.1 Pengujian Benda Uji Pull Out


47

Tabel 4.7 Rincian Benda Uji Pull Out


No Benda Uji Jumlah Benda Uji

1 a1b1d1 2
2 a1b1d2 2
3 a1b2d1 2
4 a1b2d2 2
5 a2b1d1 2
6 a2b1d2 2
7 a2b2d1 2
8 a2b2d2 2

Keterangan :
a1 : Mutu Beton 20 MPa d1 : Jenis Kait Bambu
a2 : Mutu Beton 30 MPa d2 : Jenis Kait Kayu Kamper
b1 : Jarak Kait 6 cm
b2 : Jarak Kait 12 cm

Gambar 4.2 Pengujian Benda Uji Pull Out

Pengujian pull out dari beberapa kombinasi variasi menghasilkan beban maksimum
yang ditampilkan pada tabel 4.8.
48

Tabel 4.8 Beban Maksimum Pengujian Pull Out


a1 a2
b1 b2 b1 b2
2700 2150 2650 2350
d1 2050 3050 2750 2750
2700 3550 3365 1350
d1 3650 1850 3850 1900
Keterangan :
a1 : Mutu Beton 20 MPa d1 : Jenis Kait Bambu
a2 : Mutu Beton 30 MPa d2 : Jenis Kait Kayu Kamper
b1 : Jarak Kait 6 cm
b2 : Jarak Kait 12 cm
Dari tabel di atas didapat nilai beban maksimum dari masing-masing benda uji pull-
out untuk mendapatkan nilai dari tegangan lekat perlu diperhatikan tipe keruntuhan dalam
pengujian pull-out. Keruntuhan pull-out pada penelitian ini terjadi keruntuhan dimana
tercabutnya tulangan dari beton seperti terlihat pada gambar 4.3

Gambar 4.3 Keruntuhan Pada Pull-Out

4.1.4.1 Analisis Pengujian Pull-Out


Pada gambar tulangan mengalami perpanjangan akibat tercabutnya tulangan dari
beton. Meskipun tercabutnya tulangan dari beton tidak tercabut hingga keseluruhan akan
tetapi tulangan sudah mencapai gaya cabut maksimum menahan gaya cabut hal ini dapat
dilihat dari tidak dapat ditambah gaya cabut pada tulangan dengan beton. Perbandingan gaya
cabut dengan selip pada benda uji pull-out dapat dilihat pada tabel 4.9
49

Tabel 4.9 Perbandingan Selip dan Gaya Cabut


Kode Rata-Rata
Gaya Selip Rata-Rata
Benda Ulangan Gaya Cabut
Cabut (kg) (mm) Selip (mm)
Uji (kg)
1 2700 5.25
a1b1d1 2375 5.015
2 2050 4.78
1 2150 3.97
a1b2d1 2600 8,915
2 3050 13.86
1 3050 4.81
a1b1d2 3350 4.935
2 3650 5.06
1 3550 5.95
a1b2d2 2700 5.21
2 1850 4.47
1 2650 5.25
a2b1d1 2700 6.895
2 2750 8.54
1 2350 3.75
a2b2d1 2550 4.205
2 2750 4.66
1 3350 5.95
a2b1d2 3600 7.245
2 3850 8.54
1 1900 3.65
a2b2d2 2075 3.915
2 2250 4.18
Keterangan :
a1 : Mutu Beton 20 MPa d1 : Jenis Kait Bambu
a2 : Mutu Beton 30 MPa d2 : Jenis Kait Kayu Kamper
b1 : Jarak Kait 6 cm
b2 : Jarak Kait 12 cm
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata benda uji pull-out mencapai gaya cabut
maksimum ketika telah terjadi selip sebesar 4 mm hingga 5 mm. Pada benda uji mutu beton
rendah, jarak kait 12 cm, dan dengan jenis kait bambu terjadi penyimpangan data pada
sampel kedua hal ini dapat disebabkan pada ketidak sentrisan beban dan kesalahan alat dial
gauge.
Ketika mencapai gaya cabut maksimum, selip yang terjadi pada beton akan meningkat
secara drastis. Hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi keruntuhan pada benda uji pull-
out.
Meskipun tulangan atas dan bawah mengalami perpanjangan akan tetapi
perpanjangannya tidak sama hal ini disebabkan oleh tidak sentrisnya beban pada tengah
50

bentang yang mengakibatkan pendistribusian beban yang tidak sama. Akan tetapi hal ini
dapat diabaikan karena pengaruh yang sangat kecil.
Pada keruntuhan terlepasnya tulangan dari beton dapat didapatkan nilai tegangan lekat
tulangan dengan balok dengan persamaan sebagai berikut:
𝑃𝑛 = µ . 𝑑 . 𝑙𝑑
dengan:
Pn = besarnya gaya cabut angkur
µ = tegangan lekatan rata-rata
d = keliling tulangan
ld = panjang penyaluran
Maka pada variabel benda uji pull-out dengan mutu beton 20 MPa, jarak kait 6 cm, dan
dengan kait bambu (a1b1d1) dapat dihitung tegangan lekatnya sebagai berikut :
Pn = 1187,5 kg
d = (2+1)x2 = 6 cm
ld = 60 cm
Maka,
𝑃𝑛 = µ . 𝑑 . 𝑙𝑑
1187,5 = µ . 6 . 60
1187,5
µ=
6 𝑥 60
µ = 3,299 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
µ = 0,33 MPa
Pada perhitungan diatas digunakan nilai keliling dikali panjang dikarenakan
tegangan lekat berhubungan dengan friksi pada selimut bambu. Dengan perhitungan yang
sama dapat dicari nilai tegangan lekat dari benda uji pull-out yang lain.
51

Tabel 4.10 Tegangan Lekatan Tulangan Bambu


No. Kode P maks Gaya Cabut Rata-Rata Tegangan Tegangan
Benda Uji (kg) Per Batang Gaya Cabut Lekat Lekat
Pull-Out (kg) (kg) (kg/cm2) (MPa)
1 a1b1d1-1 2700 1350 1187,5 3,299 0,330
a1b1d1-2 2050 1025
2 a1b2d1-1 2150 1075 1300 3,611 0,361
a1b2d1-2 3050 1525
3 a1b1d2-1 3050 1525 1675 4,653 0,465
a1b1d2-2 3650 1825
4 a1b2d2-1 3550 1775 1350 3,750 0,375
a1b2d2-2 1850 925
5 a2b1d1-1 2650 1325 1350 3,750 0,375
a2b1d1-2 2750 1375
6 a2b2d1-1 2350 1175 1275 3,542 0,354
a2b2d1-2 2750 1375
7 a2b1d2-1 3350 1675 1800 5,000 0,500
a2b1d2-2 3850 1925
8 a2b2d2-1 1900 950 1037,5 2,882 0,288
a2b2d2-2 2250 1125
Keterangan :
a1 : Mutu Beton 20 MPa d1 : Jenis Kait Bambu
a2 : Mutu Beton 30 MPa d2 : Jenis Kait Kayu Kamper
b1 : Jarak Kait 6 cm
b2 : Jarak Kait 12 cm
Berdasarkan hasil yang ditampilkan pada tabel 4.9, perbedaan nilai tegangan lekatan
dari variabel ke variabel yang lain tidak terlalu signifikan. Pengaruh pada mutu beton
terhadap tegangan lekat yang didapat dapat dilihat dengan melihat presentase perbandingan
kontras. Perhitungan perbandingan kontras dapat didpat dengan persamaan berikut :
Pengaruh faktor mutu beton :
Nilai a2 = a2b1d1 + a2b2d2 + a2b2d1 + a2b1d2
= 0,375 + 0,288 + 0,354 + 0,5
= 1,517
Nilai a1 = a1b2d1 + a1b1d2 + a1b1d1 + a1b2d2
= 0,361 + 0,465 + 0,333 + 0,375
= 1,531
52

Presentase faktor mutu beton :


𝑎1−𝑎2
Presentase = 𝑥100%
𝑎1
1,531−1,517
Presentase = 𝑥100%
1,531

Presentase = 0,91 %
Dari perbandingan presentase mutu beton terhadap tegangan lekat, didapat hasil
sebesar 0,91% dimana nilai yang lebih besar berasal dari mutu beton rendah sebesar 20 MPa,
hal ini terjadi akibat tidak konstannya nilai mutu beton yang didapat dari masing-masing
mutu beton. Serta ketidaksesuaian mutu beton rencana dan aktual, dimana pada perencanaan
mutu beton 20 MPa didapat hasil sebesar 25 MPa. Hal ini yang menyebabkan kesalahan dari
nilai tegangan lekat yang didapat.

4.2 Pengujian Lentur Balok Beton


Pengujian balok beton sebagai balok dengan tumpuan sederhan yaitu sendi dan rol,
kemudian diberi beban pada bentang 57 cm dan 97 cm (dari kiri) seperti pada skema
pembebanan. Lendutan balok diperoleh dari pembacaan LVDT yang dipasang tepat di
tengah bentang balok di bagian depan dan belakang. Pengujian ini menghasilkan nilai beban
dan nilai lendutan yang terjadi pada balok tiap beban dinaikkan. Nilai beban maksimum yang
dapat ditahan oleh balok dengan berbagai variasi ditunjukkan pada tabel 4.11 sampai tabel
4.18
Tabel 4.11 Beban Maksimum a1b2c1d1 Tabel 4.12 Beban Maksimum a1b1c2d1
Benda Uji Ulangan Beban Benda Uji Ulangan Beban
Balok Ke- Maksimum (kg) Balok Ke- Maksimum (kg)
a1b2c1d1 1 6700 a1b1c2d1 1 7050
a1b2c1d1 2 5550 a1b1c2d1 2 8750
a1b2c1d1 3 5000 a1b1c2d1 3 8500
Beban Maksimum 5750 Beban Maksimum 8100
Rata-rata Rata-rata
Keterangan :
a1 : Mutu Beton 20 MPa c1 : Rasio Tulangan 0,8 %
a2 : Mutu Beton 30 MPa c2 : Rasio Tulangan 1,6%
b1 : Jarak Kait 6 cm d1 : Jenis Kait Bambu
b2 : Jarak Kait 12 cm d2 : Jenis Kait Kayu Kamper
53

Tabel 4.13 Beban Maksimum a2b1c1d1 Tabel 4.14 Beban Maksimum a2b2c2d1
Benda Uji Ulangan Beban Benda Uji Ulangan Beban
Balok Ke- Maksimum (kg) Balok Ke- Maksimum (kg)
a2b1c1d1 1 4800 a2b2c2d1 1 6750
a2b1c1d1 2 4750 a2b2c2d1 2 7500
a2b1c1d1 3 5000 a2b2c2d1 3 7750
Beban Maksimum 4850 Beban Maksimum 7333,33
Rata-rata Rata-rata

Tabel 4.15 Beban Maksimum a1b1c1d2 Tabel 4.16 Beban Maksimum a1b2c2d2
Benda Uji Ulangan Beban Benda Uji Ulangan Beban
Balok Ke- Maksimum (kg) Balok Ke- Maksimum (kg)
a1b1c1d2 1 5800 a1b2c2d2 1 7500
a1b1c1d2 2 6900 a1b2c2d2 2 8000
a1b1c1d2 3 5950 a1b2c2d2 3 8500
Beban Maksimum 6216.67 Beban Maksimum 8000
Rata-rata Rata-rata

Tabel 4.17 Beban Maksimum a2b2c1d2 Tabel 4.18 Beban Maksimum a2b1c2d2
Benda Uji Ulangan Beban Benda Uji Ulangan Beban
Balok Ke- Maksimum (kg) Balok Ke- Maksimum (kg)
a2b2c1d2 1 6200 a2b1c2d2 1 7550
a2b2c1d2 2 5500 a2b1c2d2 2 8050
a2b2c1d2 3 4200 a2b1c2d2 3 6200
Beban Maksimum 5300 Beban Maksimum 7266.67
Rata-rata Rata-rata
Keterangan :
a1 : Mutu Beton 20 MPa c1 : Rasio Tulangan 0,8 %
a2 : Mutu Beton 30 MPa c2 : Rasio Tulangan 1,6%
b1 : Jarak Kait 6 cm d1 : Jenis Kait Bambu
b2 : Jarak Kait 12 cm d2 : Jenis Kait Kayu Kamper

Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa dalam satu variabel terdapat tiga ulangan, tiga
ulangan ini digunakan agar diketahui nilai yang mendekati agar diketahui sampel yang
mengalami penyimpangan data yang signifikan. Contohnya pada benda uji mutu beton 30
MPa, jarak kait 6 cm, rasio tulangan 1,6 %, dan dengan jenis kait kayu kamper pada sampel
ketiga didapat nilai beban maksimum 6200 padahal sampel 1 dan sampel 2 memiliki beban
7550 dan 8050 dari range yang jauh ini kemunginan pada sampel 3 mengalami kesalahan.
54

Grafik hubungan antara beban dengan lendutan yang terjadi pada balok di tengah
bentang saat pengujian ditunjukkan oleh gambar 4.4 sampai gambar 4.11.

7000
6500
6000
5500
5000
4500
Beban- P (kg)

4000
3500
3000
2500
BU 1
2000
1500 BU 2
1000 BU 3
500
0
0 -5 -10 -15 -20 -25 -30 -35 -40 -45 -50 -55 -60
Lendutan- Δ (mm)

Gambar 4.4 Grafik Hubungan Beban dengan Lendutan Benda Uji a1b2c1d1

7500
7000
6500
6000
5500
5000
Beban- P (kg)

4500
4000
3500
3000
2500 BU 1
2000
1500 BU 2
1000 BU 3
500
0
0 -5 -10 -15 -20 -25 -30 -35 -40
Lendutan- Δ (mm)

Gambar 4.5 Grafik Hubungan Beban dengan Lendutan Benda Uji a1b1c1d2
Keterangan :
a1 : Mutu Beton 20 MPa c1 : Rasio Tulangan 0,8 %
a2 : Mutu Beton 30 MPa c2 : Rasio Tulangan 1,6%
b1 : Jarak Kait 6 cm d1 : Jenis Kait Bambu
b2 : Jarak Kait 12 cm d2 : Jenis Kait Kayu Kamper
55

9000
8500
8000
7500
7000
6500
6000
Beban- P (kg)

5500
5000
4500
4000
3500
3000 BU 1
2500
2000 BU 2
1500
1000 BU 3
500
0
0 -5 -10 -15 -20 -25 -30 -35 -40 -45
Lendutan- Δ (mm)

Gambar 4.6 Grafik Hubungan Beban dengan Lendutan Benda Uji a1b1c2d1

9000
8500
8000
7500
7000
6500
6000
Beban- P (kg)

5500
5000
4500
4000
3500
3000 BU 1
2500
2000 BU 2
1500
1000 BU 3
500
0
0 -5 -10 -15 -20 -25 -30 -35 -40
Lendutan- Δ (mm)

Gambar 4.7 Grafik Hubungan Beban dengan Lendutan Benda Uji a1b2c2d2
Keterangan :
a1 : Mutu Beton 20 MPa c1 : Rasio Tulangan 0,8 %
a2 : Mutu Beton 30 MPa c2 : Rasio Tulangan 1,6%
b1 : Jarak Kait 6 cm d1 : Jenis Kait Bambu
b2 : Jarak Kait 12 cm d2 : Jenis Kait Kayu Kamper
56

5500
5000
4500
4000
Beban- P (kg)

3500
3000
2500
2000
BU 1
1500
BU 2
1000
500 BU 3

0
0 -5 -10 -15 -20 -25 -30 -35 -40 -45
Lendutan- Δ (mm)

Gambar 4.8 Grafik Hubungan Beban dengan Lendutan Benda Uji a2b1c1d1

6500
6000
5500
5000
4500
Beban- P (kg)

4000
3500
3000
2500
2000 BU 1
1500 BU 2
1000
BU 3
500
0
0 -5 -10 -15 -20 -25 -30 -35 -40
Lendutan- Δ (mm)

Gambar 4.9 Grafik Hubungan Beban dengan Lendutan Benda Uji a2b2c1d2
Keterangan :
a1 : Mutu Beton 20 MPa c1 : Rasio Tulangan 0,8 %
a2 : Mutu Beton 30 MPa c2 : Rasio Tulangan 1,6%
b1 : Jarak Kait 6 cm d1 : Jenis Kait Bambu
b2 : Jarak Kait 12 cm d2 : Jenis Kait Kayu Kamper
57

8000
7500
7000
6500
6000
5500
Beban- P (kg)

5000
4500
4000
3500
3000
2500 BU 1
2000
BU 2
1500
1000 BU 3
500
0
0 -5 -10 -15 -20 -25 -30 -35 -40 -45 -50 -55 -60 -65 -70 -75 -80
Lendutan- Δ (mm)

Gambar 4.10 Grafik Hubungan Beban dengan Lendutan Benda Uji a2b2c2d1

8500
8000
7500
7000
6500
6000
5500
Beban- P (kg)

5000
4500
4000
3500
3000 BU 1
2500
2000 BU 2
1500
1000 BU 3
500
0
0 -5 -10 -15 -20 -25 -30 -35 -40 -45
Lendutan- Δ (mm)

Gambar 4.11 Grafik Hubungan Beban dengan Lendutan Benda Uji a2b1c2d2
Keterangan :
a1 : Mutu Beton 20 MPa c1 : Rasio Tulangan 0,8 %
a2 : Mutu Beton 30 MPa c2 : Rasio Tulangan 1,6%
b1 : Jarak Kait 6 cm d1 : Jenis Kait Bambu
b2 : Jarak Kait 12 cm d2 : Jenis Kait Kayu Kamper
58

Berdasarkan gambar 4.4 sampai gambar 4.11 dapat diketahui besarnya beban
maksimum dan lendutan yang terjadi pada tengah bentang balok. Nilai rata-rata beban
maksimum dan lendutan ditunjukkan pada tabel 4.19.

Tabel 4.19 Nilai Pmax dan Δmax pada Balok Beton Sederhana
Benda Uji P Maks Δmaks di Tengah
(kg) Bentang (mm)
1 6700 -30.99
a1b2c1d1 2 5550 -42.775
3 5000 -50.265
1 5800 -18.005
a1b1c1d2 2 6900 -33.74
3 5950 -30.575
1 7050 -28.395
a1b1c2d1 2 8500 -41.575
3 8750 -34.84
1 7500 -20.44
a1b2c2d2 2 8000 -31.33
3 8500 -21.27
1 4800 -43.32
a2b1c1d1 2 4750 -18.31
3 5000 -19.735
1 6200 -29.55
a2b2c1d2 2 5500 -31.27
3 4200 -12.02
1 6750 -66.85
a2b2c2d1 2 7500 -42.14
3 7750 -38.5
1 7550 -42.04
a2b1c2d2 2 8050 -32.66
3 6200 -25.31

Keterangan :
a1 : Mutu Beton 20 MPa c1 : Rasio Tulangan 0,8 %
a2 : Mutu Beton 30 MPa c2 : Rasio Tulangan 1,6%
b1 : Jarak Kait 6 cm d1 : Jenis Kait Bambu
b2 : Jarak Kait 12 cm d2 : Jenis Kait Kayu Kamper
59

Berdasarkan tabel 4.19 terlihat bahwa perbedaan beban maksimum yang dapat
ditahan oleh balok beton akibat berbagai variasi pada penelitian yang dilakukan. Benda uji
a1b1c2d1 memiliki nilai beban maksimum yang paling besar diantara benda uji yang lain
dengan nilai 8750 kg dan dengan rata-rata nilai sebesar 8100 kg.

4.2.1 Analisis Balok Beton Bertulangan Bambu


4.2.1.1 Perhitungan Pmaks Teoritis
Perhitungan pmaks teoritis digunakan untuk mengetahui beban maksimum teoirits dari
balok dengan data-data yang didapat dari pengujian bahan dan pull out. Gambar pemodelan
pembebanan struktur untuk mengetahui beban maksimum dapat dilihat pada gambar.
Analisis mengenai lentur yang terjadi pada balok beton bertulangan bambu yang
dilakukan pada penelitian ini menggunakan dasar dari penelitian yang dilakukan oleh
Ghavami (2005). Gaya tekan yang ada pada beton (C) harus seimbang dengan gaya tarik
yang ada pada tulangan bambu (T), sehingga keseimbangan gaya yang ada dapat terpenuhi.
Gaya tarik pada tulangan bambu (T) didapatkan melalui perkalian antara tegangan lekatan
(pull out) dengan luas geser tulangan. Tegangan lekatan digunakan karena berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan, keruntuhan balok beton bertulangan bambu diakibatkan oleh
tegangan lekatan antara tulangan bambu dan balok beton yang hilang.
P

57 57
0.5 P 0.5 P

154

Gambar 4.12 Pemodelan Pembebanan Struktur


60

18

28

Gambar 4.13 Potongan Melintang Balok

Contoh perhitungan P maks teoritis untuk balok dengan mutu beton 20 MPa, jarak kait 12
cm, rasio tulangan 0,8% dan jenis kait bambu (a1b2c1d1)
b = 180 mm
d = 250 mm
As geser = 2 x 1540 x (2 x (10+20)) = 18480 mm2
f’c = 26,342 MPa
μ = 0,3611 MPa
terjadi keruntuhan tarik
T=Cc
As geser . μ = 0,85 . f’c . b . a
18480 . 0,3611 =0,85 . 26,342 . 180 . a
a = 16,558 mm
𝑎
c = 𝛽1

16,558
c= 0,85

c= 19,48 mm
Karena terjadi keruntuhan tarik maka momen nominalnya,
𝑎
Mn = T.( d - 2 )
19,48
Mn = 66733,33 . (250 - )
2

Mn = 16130853 Nmm
Maka momen ultimate
Mu = Ø . Mn
61

Mu = 0,8 . 16130853 Nmm


Mu = 12904682 Nmm
Sehingga beban maksimum (Pu) teoritisnya adalah
RVa = 0,5 P
MMax = 0,5 P . 570
MMax = 285 . P
12904682 = 285 . P
P = 45279,59 N
P = 4527,959 kg
Jadi didapat beban maksimum teoritis untuk balok a1b2c1d1 sebesar 4527,959 kg, dengan cara
yang sama dapat dicari beban maksimum teoritis untuk balok yang lain.
Beban maksimum dengan berbagai variasi yang dapat dipikul oleh balok beton
berdasarkan perhitungan secara teoritis ditampilkan pada tabel 4.20.
Tabel 4.20 Nilai Pmaks Balok Beton Bertulangan Bambu secara Teoritis
No Benda Uji Pmaks (kg)
1 a1b2c1d1 4527.958
2 a1b1c1d2 5748.796
3 a1b1c2d1 8003.978
4 a1b2c2d2 9035.843
5 a2b1c1d1 4699.491
6 a2b2c1d2 3639.108
7 a2b2c2d1 8699.229
8 a2b1c2d2 12026.381
Keterangan :
a1 : Mutu Beton 20 MPa c1 : Rasio Tulangan 0,8 %
a2 : Mutu Beton 30 MPa c2 : Rasio Tulangan 1,6%
b1 : Jarak Kait 6 cm d1 : Jenis Kait Bambu
b2 : Jarak Kait 12 cm d2 : Jenis Kait Kayu Kamper

Beradasarkan tabel 4.20 didapat bahwa balok yang memiliki beban maksimum
paling tinggi yaitu benda uji a2b1c2d2 dengan nilai p maksimum sebesar 12026,381 kg.
62

4.2.1.2 Perbandingan Beban Maksimum Teoritis dengan Aktual


Hasil analisis beban maksimum secara Teoritis didapatkan, maka dapat digunakan
dalam membandingkan hasil beban maksimum secara teoritis dengan beban maksimum
secara eksperimen. Perbandingan antara hasil beban maksimum teoritis dengan beban
maksimum eksperimen ditunjukkan pada tabel 4.21 dan gambar 4.13.
Tabel 4.21 Perbandingan P Maks Teoritis dengan P Maks Rata-Rata
Kode Benda Uji Pmaks Pmaks Rata-Rata KR %
Teoritis (kg) Aktual (kg)
a1b2c1d1 4527.959 5750 21.253
a1b1c1d2 5748.796 6216.67 7.526
a1b1c2d1 8003.978 8100 1.185
a1b2c2d2 9035.844 8000 12.948
a2b1c1d1 4699.491 4850 3.103
a2b2c1d2 3639.108 5300 31.338
a2b2c2d1 8699.230 7333.33 18.626
a2b1c2d2 12026.382 7266.67 65.501

14000

12000

10000

8000

6000

4000

2000

Teoritis Aktual

Gambar 4.14 Diagram Perbandingan Beban Maksimum Teoritis dan Eksperimen


Keterangan :
a1 : Mutu Beton 20 MPa c1 : Rasio Tulangan 0,8 %
a2 : Mutu Beton 30 MPa c2 : Rasio Tulangan 1,6%
b1 : Jarak Kait 6 cm d1 : Jenis Kait Bambu
b2 : Jarak Kait 12 cm d2 : Jenis Kait Kayu Kamper
63

Berdasarkan gambar 4.13 dan tabel 4.21, dapat dilihat perbandingan yang berbeda-
beda antara beban teoritis dengan beban aktual yang terjadi. Pada benda uji mutu beton 30
MPa, jarak kait 6 cm, rasio tulangan 1,6 %, dan jenis kait kayu kamper (a2b1c2d2) terjadi
selisih yang sangat tinggi dimana beban teoritis sangat besar dibandingkan dengan beban
aktualnya dimana perbedaannya mencapai 65,501 % dengan nilai beban teoritis lebih besar.
Perbandingan tren dari beban juga relatif sama akan tetapi hanya benda uji uji mutu beton
30 MPa, jarak kait 6 cm, rasio tulangan 1,6 %, dan jenis kait kayu kamper (a2b1c2d2) yang
mengalami penyimpangan paling jauh.

4.2.1.3 Lendutan Teoritis dan Aktual


Analisis lendutan secara teoritis dapat dihitung berdasarkan beban saat kondisi elastis
yaitu sebesar 2000 kg. Nilai ini diambil dari grafik hubungan beban dengan lendutan, dimana
besarnya beban berbanding lurus dengan lendutan yang terjadi. P elastis 2000 kg dibagi
menjadi dua bagian yang berjarak 40 cm sehingga P1 dan P2 menjadi sebesar 1000 kg.
analisis lendutan menggunakan metode conjugate beam seperti pada Gambar 4.9. langkah-
langkah perhitungan lendutan teoritis yaitu:
P

0.5 P 0.5 P

60 40 60
160

0.5 P 0.5 P

60000 kgcm 60000 kgcm

60000 kgcm 60000 kgcm

Q1 Q2 Q3

Gambar 4.15 Conjugate Beam Untuk Perhitungan Lendutan Teoritis


64

Tabel 4.22 Momen Akibat Beban 2000 kg Pada Penampang


Titik Momen Titik Momen
(cm) (kgcm) (cm) (kgcm)
0 0 90 60000
10 10000 100 60000
20 20000 110 50000
30 30000 120 40000
40 40000 130 30000
50 50000 140 20000
60 60000 150 10000
70 60000 160 0
80 60000

Nilai momen dibalik sehingga menjadi beban (Q) pada penampang sebesar:
1
𝑄1 = × 60 × 60000 = 1800000 𝑘𝑔𝑐𝑚2
2
𝑄2 = 40 × 60000 = 2400000 𝑘𝑔𝑐𝑚2
1
𝑄3 = × 60 × 60000 = 1800000 𝑘𝑔𝑐𝑚2
2
𝑄 𝑄1 + 𝑄2 + 𝑄3 6000000
Ra′ = Rb′ = = = = 3000000 𝑘𝑔𝑐𝑚2
2 2 2
Contoh perhitungan lendutan balok beton a1b2c1d1-1:
f’c = 24,474 MPa
b = 18 cm
h = 28 cm
1 1
𝐼= × 𝑏 × ℎ3 = × 18 × 283 = 32928 𝑐𝑚4
12 12
𝐸𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛 = 4700√𝑓′𝑐 = 4700√24,474 = 23251,698 𝑀𝑃𝑎 = 232517 𝑘𝑔/𝑐𝑚2

𝑀𝐸 ′
∆𝐸 =
𝐸𝐼
1
𝑅𝑎′ × 80 − 𝑄1 × 40 − 2 𝑄2 × 10
=
𝐸𝐼
1
3000000 × 80 − 1800000 × 40 − 2 × 2400000 × 10
=
232517 × 32928
= 0,204 𝑚𝑚
65

Dari hasil perhitungan secara teoritis dibandingkan dengan hasil percobaan yang dilakukan
ditunjukan pada tabel 4.23 dan gambar 4.16
Tabel 4.23 Nilai Lendutan Aktual dan Teoritis
Lendutan (mm) KR (%)
Benda Uji Ulangan f'c Aktual Rata-rata Teoritis Rata-rata
Aktual Teoritis
1 24.47 2.950 2.277 0.204 0.197 91.365
a1b2c1d1 2 27.28 2.145 0.193
3 27.28 1.735 0.193
1 26.31 1.180 2.027 0.197 0.208 89.760
a1b1c1d2 2 20.49 1.890 0.223
3 24.56 3.010 0.203
1 18.14 1.535 1.673 0.237 0.206 87.690
a1b1c2d1 2 26.65 1.625 0.195
3 29.37 1.860 0.186
1 25.78 1.365 1.790 0.199 0.200 88.849
a1b2c2d2 2 24.45 1.925 0.204
3 26.34 2.080 0.196
1 24.3 1.315 1.762 0.204 0.195 88.918
a2b1c1d1 2 31.35 2.665 0.180
3 25.1 1.305 0.201
1 22.35 1.415 1.367 0.213 0.197 85.592
a2b2c1d2 2 28.86 1.600 0.188
3 28.18 1.085 0.190
1 28.78 1.490 1.667 0.188 0.181 89.124
a2b2c2d1 2 43.43 2.035 0.153
3 24.67 1.475 0.203
1 32.2 0.945 1.542 0.178 0.175 88.657
a2b1c2d2 2 32.76 1.960 0.176
3 34.8 1.720 0.171
66

2.5

1.5

0.5

Teoritis Aktual

Gambar 4.16 Perbandingan Lendutan Teoritis dan Aktual


Keterangan :
a1 : Mutu Beton 20 MPa c1 : Rasio Tulangan 0,8 %
a2 : Mutu Beton 30 MPa c2 : Rasio Tulangan 1,6%
b1 : Jarak Kait 6 cm d1 : Jenis Kait Bambu
b2 : Jarak Kait 12 cm d2 : Jenis Kait Kayu Kamper

Berdasarkan tabel 4.23 dan gambar 4.16 di atas dapat dilihat bahwa perbandingan
antara lendutan teoritis dan lendutan aktual cukup jauh dengan KR yang cukup besar lebih
dari 50%. Hal ini bisa disebabkan karena pengaruh modulus elastisitas beton yang tidak tetap
karena penambahan beban ataupun tidak adanya koreksi pada lendutan aktual, sehingga hasil
perhitungan lendutan teoritis berbeda jauh dengan lendutan aktual saat percobaan.

4.2.1.4 Analisis Grafik Hubungan P – Δ


Grafik antara P – Δ hasil dari pengujian kuat lentur balok yang didapatkan
menunjukkan hubungan antara setiap penambahan beban dengan interval per 50 kg dengan
lendutan yang terbaca dari LVDT masing – masing benda uji yang dikelompokkan
berdasarkan ulangannya. Grafik tersebut menunjukkan bahwa balok beton yang diuji
mengalami fase elastis, fase plastis hingga mencapai beban maksimum yang dapat ditahan
oleh balok.
67

Pada grafik beban dan lendutan ini saat mencapai beban 2000 kg, perbandingan
beban dengan lendutan masih berbanding lurus sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
beban 2000 kg balok masih dalam keadaan elastis.
Pada beberapa grafik yang didapatkan menunjukkan bahwa balok belum mencapai
kondisi beban maksumum yang dapat ditahan seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.17

Gambar 4.17 Diagram Beban dan Lendutan


Gambar di atas menunjukkan bahwa grafik P – Δ pada benda uji ulangan ke-1 dan
ke-3 tidak mendapatkan beban maksimum, hal ini disebabkan karena karena kehati-kehatian
pada kapasitas frame, pada benda uji pertama beban yang diberikkan hanya mencapai 7500
kg dan masih dapat bertambah. Sedangkan pada benda uji ketiga beban dihentikan saat
mencapai 8500 kg karena frame telah diperkuat dengan pengaku sehingga kapasitas
kekuatan frame meningkat, akan tetapi belum mencapai P maksimum. Tetapi pada keadaan
dimana tidak mencapai beban maksimu grafik antara beban dan lendutan sudah mulai
melandai atau sudah mendekati nilai beban runtuh.
Beberapa dari grafik yang didapatkan menunjukkan bahwa setelah mencapai beban
maksimum, beban langsung turun secara drastis akan tetapi nilai lendutan meningkat secara
signifikan seperti telihat pada gambar berikut
68

Gambar 4.18 Diagram Beban dan Lendutan


Pada grafik tersebut terlihat penurunan yang signifikan setelah balok mencapai beban
maksimum, hal ini terjadi disebabkan oleh tulangan yang berada di dalam balok mengalami
selip sehingga mengakibatkan balok tidak dapat lagi menerima penambahan beban dan
lendutan yang terjadi bertambah secara drastis. Tulangan yang mengalami selip ditunjukkan
pada gambar berikut

Gambar 4.19 Selip Pada Bambu terhadap Beton


69

4.2.1.5 Analisis Beban Maksimum Aktual


Untuk mengetahui pengaruh faktor mutu beton dan rasio tulangan terhadap kuat
lentur balok beton pada percobaan ini perlu dilakukan anlisis dengan membandingkan hasil
dari beban maksimum yang didapat dari penelitian. Dengan mencari nilai presentase
perbedaan terhadap taraf tinggi dengan taraf rendah dari nilai yang didapat, sehingga dapat
dilihat pengaruhnya. Taraf tinggi sendiri mewakili mutu beton 30 MPa dan rasio tulangan
1,6 % sedangkan pada taraf rendah mewakili mutu beton 20 MPa dan rasio tulangan 0,8 %.
Untuk mengetahui nilai yang dicari diperlukan pengurangan untuk menghilangkan
faktor yang tidak diinginkan yaitu faktor b dan faktor d, dengan cara menjumlahkan dan
mengurangi dengan faktor yang ada sehingga hanya terdapat faktor a dan faktor c. Data yang
diperlukan seperti terlihat pada tabel 4.24.
Tabel 4.24 Hasil Beban Maksimum Aktual
No Benda Uji P Maks Rata-
Rata
Eksperimen (kg)
1 a1b2c1d1 5750.00
2 a1b1c1d2 6216.67
3 a2b2c2d1 7333.33
4 a2b1c2d2 7266.67
5 a1b1c2d1 8100.00
6 a1b2c2d2 8000.00
7 a2b1c1d1 4850.00
8 a2b2c1d2 5300.00

Keterangan :
a1 : Mutu Beton 20 MPa c1 : Rasio Tulangan 0,8 %
a2 : Mutu Beton 30 MPa c2 : Rasio Tulangan 1,6%
b1 : Jarak Kait 6 cm d1 : Jenis Kait Bambu
b2 : Jarak Kait 12 cm d2 : Jenis Kait Kayu Kamper

Presentase perbandingan didapatkan dari perhitungan berikut :


Pengaruh faktor a :
Nilai a2 = a2b1c1d1 + a2b2c1d2 + a2b2c2d1 + a2b1c2d2
= 4850 + 5300 + 7333,33 + 7266,67
= 24750
70

Nilai a1 = a1b2c1d1 + a1b1c1d2 + a1b1c2d1 + a1b2c2d2


= 5750 + 6216,67 + 8100 + 8000
= 28066,667
Dari nilai ini dapat dilihat bahwa mutu 20 MPa dapat menahan beban lebih besar
dibandingkan dengan mutu 30 MPa, sehingga
𝑎1−𝑎2
Presentase = 𝑥100%
𝑎1
28066,67−24750
= 𝑥100%
28066,67

= 11,817 %
Jadi terdapat pengaruh variasi mutu beton terhadap beban maksimum dari balok,
sedangkan untuk pengaruh rasio tulangan dapat dilihat pada perhitungan berikut :
Pengaruh faktor c :
Nilai c2 = a2b2c2d1 + a2b1c2d2 + a1b1c2d1 + a1b2c2d2
= 7300 + 7266,67 + 8100 + 8000
= 30700
Nilai c1 = a2b1c1d1 + a2b2c1d2 + a1b2c1d1 + a1b1c1d2
= 4850 + 5300 + 5750 + 6216,67
= 22116,67
Dari nilai inidapat dilihat bahwa rasio tulangan tinggi dapat menahan beban lebih besar
dibandingkan dengan rasio tulangan rendah, sehingga
𝑐2−𝑐1
Presentase = 𝑥100%
𝑐2
30700−22116.67
= 𝑥100%
30666.67

= 27,96 %
Jadi terdapat pengaruh yang besar pada variasi rasio tulangan terhadap beban
maksimum dari balok. Untuk mencari pengaruh interkasi antara mutu beton dan rasio
tulangan maka dapat dilihat pada perhitungan dibawah berikut:
Interaksi faktor a dan c :
Taraf tinggi = a1b2c1d1 + a1b1c1d2 + a2b2c2d1 + a2b1c2d2
= 5750 + 6216,67 + 7300 + 7266,67
= 26566,67
71

Taraf rendah = a1b1c2d1 + a1b2c2d2 + a2b1c1d1 + a2b2c1d2


= 8100 + 8000 + 4850 + 5300
= 26250
Maka,
𝑡𝑎𝑟𝑎𝑓 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑡𝑎𝑟𝑎𝑓 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
Presentase = 𝑥100%
𝑡𝑎𝑟𝑎𝑓 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

26566,67−26250
= 𝑥100%
26566,67

= 1,19 %
Jadi interaksi antara rasio tulangan dengan mutu beton sangatlah kecil, meskipun
pengaruh dari masing-masing faktor besar terhadap beban maksimumnya.

4.2.1.6 Analisis Lendutan Dalam Kondisi Elastis Pada Keadaan Aktual


Untuk mengetahui pengaruh factor mutu beton dan rasio tulangan terhadap lendutan
pada keadaan elastis balok beton pada percobaan ini perlu dilakukan analisis dengan
membandingkan hasil dari lendutan yang terjadi pada beban yang sama pada penelitian ini.
Dengan mencari nilai presentase perbedaan terhadap taraf tinggi dengan taraf rendah.. Taraf
tinggi sendiri mewakili mutu beton 30 MPa dan rasio tulangan 1,6 % sedangkan pada taraf
rendah mewakili mutu beton 20 MPa dan rasio tulangan 0,8 %. Lendutan yang didapat dari
masing-masing taraf akan dilihat presentasenya sehingga dapat dilihat pengaruh taraf faktor
mutu beton dan rasio tulangan terhadap lendutan.
Nilai lendutan yang dicari diperlukan pengurangan untuk menghilangkan faktor yang
tidak diinginkan yaitu faktor b dan faktor d, dengan cara menjumlahkan dan mengurangi
dengan faktor yang ada sehingga hanya terdapat faktor a dan faktor c. Data yang diperlukan
seperti terlihat pada tabel 4.25.
72

Tabel 4.25 Hasil Lendutan Aktual


Benda Lendutan (mm)
Uji Ulangan f'c Aktual Rata-rata
Aktual
1 24,47 2,95
a1b2c1d1 2 27,28 2,145 2,2766667
3 27,28 1,735
1 26,31 1,18
a1b1c1d2 2 20,49 1,89 2,0266667
3 24,56 3,01
1 18,14 1,535
a1b1c2d1 2 26,65 1,625 1,6733333
3 29,37 1,86
1 25,78 1,365
a1b2c2d2 2 24,45 1,925 1,79
3 26,34 2,08
1 24,3 1,315
a2b1c1d1 2 31,35 2,665 1,7616667
3 25,1 1,305
1 22,35 1,415
a2b2c1d2 2 28,86 1,6 1,3666667
3 28,18 1,085
1 28,78 1,49
a2b2c2d1 2 43,43 2,035 1,6666667
3 24,67 1,475
1 32,2 0,945
a2bc2d2 2 32,76 1,96 1,5416667
3 34,8 1,72
Keterangan :
a1 : Mutu Beton 20 MPa c1 : Rasio Tulangan 0,8 %
a2 : Mutu Beton 30 MPa c2 : Rasio Tulangan 1,6%
b1 : Jarak Kait 6 cm d1 : Jenis Kait Bambu
b2 : Jarak Kait 12 cm d2 : Jenis Kait Kayu Kamper
Presentase perbandingan didapatkan dari perhitungan berikut :
Interaksi faktor a dan c :
Taraf tinggi = a1b2c1d1 + a1b1c1d2 + a2b2c2d1 + a2b1c2d2
= 2,276 + 2,027 + 1,667 + 1,54
= 7,511
73

Taraf rendah = a1b1c2d1 + a1b2c2d2 + a2b1c1d1 + a2b2c1d2


= 1,673 + 1,79 + 1,76 + 1,367
= 6,592
𝑡𝑎𝑟𝑎𝑓 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑡𝑎𝑟𝑎𝑓 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
Maka, Presentase = 𝑥100%
𝑡𝑎𝑟𝑎𝑓 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

7,511−6,592
= 𝑥100%
7,511

= 12,25 %
Jadi terdapat interaksi antara rasio tulangan dengan mutu beton terhadap lendutan
yang terjadi meskipun pengaruhnya kecil, sehingga mutu beton yang tinggi dan rasio
tulangan yang besar akan membuat nilai dari lendutan semakin kecil.

4.2.2 Pola Retak


Berdasarkan dari pengujian lentur balok beton bertulangan bambu yang dianggap
sebagai balok sederhana dengan 2 tumpuan yang telah dilakukan, dapat diamati bagaimana
pola retak yang terjadi pada balok beton bertulangan bambu dengan kait. Retakan pertama
yang terjadi adalah retak lentur yang terjadi pada tengah bentang balok yang merupakan
daerah dimana nilai terbesar dari momen yang terjadi, kemudian retak geser muncul seiring
dengan penambahan beban serta mulai masuknya retakan ke daerah tekan dari beton.
Sebagian beton yang terlepas diakibatkan oleh lekatan antara tulangan bambu dan
beton hilang. sehingga dapat disimpulkan bahwa keruntuhan yang terjadi sesuai dengan
perencanaan yaitu keruntuhan tarik. Pola retak benda uji diperlihatkan pada gambar 4.20
sampai gambar 4.27.
74

103

62 85
108 82 50 57 89
76 57 39
36
33

= 6700 kg

49 35
78 47 33
59 63
59
67

44 31

= 5550 kg

75
72 44 77
58

=
38

5000 kg
31
28

Gambar 4.20 Pola Retak Benda Uji a1b2c1d1

84
106 87
53 87
73 84
74
67
97

64 64

55

53
57

= 5800 kg

= 6900 kg

66 54
85 51 86
66

=
46 43

5950 kg
34
33

21

Gambar 4.21 Pola Retak Benda Uji a1b1c1d2


Keterangan :
a1 : Mutu Beton 20 MPa c1 : Rasio Tulangan 0,8 %
a2 : Mutu Beton 30 MPa c2 : Rasio Tulangan 1,6%
b1 : Jarak Kait 6 cm d1 : Jenis Kait Bambu
b2 : Jarak Kait 12 cm d2 : Jenis Kait Kayu Kamper
75

= 7050 kg

122
113 81 103
128
71

63 130 81 59
87

61 48

=
58
55

8750 kg
44
54
43
41
39

37
30 32

57
92
84 48
65

63 127 44
84 118
64 34
90 64 36
32 113

=
36 37
30 35

8500 kg
29 33
33

47
41 29

34 20
24

Gambar 4.22 Pola Retak Benda Uji a1b1c2d1

= 7500 kg

46 46 72 39
50 37
43

=
34 34

28
29

23
28

24
8000 kg
66 26
16

56

85 75
57

=
41
35
34 85
75

8500 kg
60 25
27

24
26

32

Gambar 4.23 Pola Retak Benda Uji a1b2c2d2


Keterangan :
a1 : Mutu Beton 20 MPa c1 : Rasio Tulangan 0,8 %
a2 : Mutu Beton 30 MPa c2 : Rasio Tulangan 1,6%
b1 : Jarak Kait 6 cm d1 : Jenis Kait Bambu
b2 : Jarak Kait 12 cm d2 : Jenis Kait Kayu Kamper
76

59 59
66 59
53 70 71
53 33 50 66
41

=
53 33 25 45 25
25 33 59

38
4800 kg

55

44
41 53 54
44 52

=
32 37

4750 kg
31

31

25
35

23
31
71

51
56

39
40
71
= 5000 kg

Gambar 4.24 Pola Retak Benda Uji a2b1c1d1

57

68

24

= 6200 kg

45
53 34
71 59
76

=
38

5500 kg

39 53
43 53 53

50

43

= 4200 kg
Gambar 4.25 Pola Retak Benda Uji a2b2c1d2

Keterangan :
a1 : Mutu Beton 20 MPa c1 : Rasio Tulangan 0,8 %
a2 : Mutu Beton 30 MPa c2 : Rasio Tulangan 1,6%
b1 : Jarak Kait 6 cm d1 : Jenis Kait Bambu
b2 : Jarak Kait 12 cm d2 : Jenis Kait Kayu Kamper
77

85 82
95
30
30
82 97
82 81
66 34 23
61 30
28 28 82 129

=
25
23

6650 kg

98
92 51 94
92 55 26 48
89

=
51 33 64
75

7500 kg
40 26 87
25

107

54 102 95
90 112 73 30

7750 kg
48 71 71
78 130

=
43 102 117
60 69 125
45 123 33
44 26

54 64 129
126

Gambar 4.26 Pola Retak Benda Uji a2b2c2d1

126 98 126
114

43
41 62
98 104

=
57

7550 kg
98

63
63

126 47

56 110
110

54
26 110
72 45
29 39
123 56
25 54
35
25 37

127
54

127
= 8050 kg

81

48
82 54
66 45 24
84

=
33
71 61 38
24 74
72
23

6200 kg
45 44

44

44

Gambar 4.27 Pola Retak Benda Uji a2b1c2d2

Keterangan :
a1 : Mutu Beton 20 MPa c1 : Rasio Tulangan 0,8 %
a2 : Mutu Beton 30 MPa c2 : Rasio Tulangan 1,6%
b1 : Jarak Kait 6 cm d1 : Jenis Kait Bambu
b2 : Jarak Kait 12 cm d2 : Jenis Kait Kayu Kamper
78

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa retakan pertama yang terkecil pada benda uji
mutu beton 30 MPa, jarak kait 6 cm, rasio tulangan 0,8%, dan jenis kait bambu sampel 3
(a2,b1,c1,d1-3) yaitu retakan pertama pada saat beban ke 23 atau 2150 kg. Retakan pertama
ini terjadi ketika beban telah melewati batas elastisnya yaitu sebesar 2100 kg. Dan
keseluruhan benda uji mengalami retakan pertama ketika melewati batas elastis.

4.3 Analisis Tegangan pada Tulangan


Tulangan bambu yang digunakan tidak dilakukan pengujian tegangan lelehnya. Karena
hanya mengambil dari penelitian sebelumnya. Keruntuhan lentur yang terjadi pada balok di
asumsikan terjadinya akibat dari selip atau kehilangan lekatan antara tulangan dengan beton
dengan pembuktian dari gambar 4.28

Gambar 4.28 Selip pada Beton


Pada gambar 4.28 terlihat bahwa tulangan tidak mengalami kehancuran dan hanya
terjadi selip pada tulangan dengan beton. Pembuktian bahwa balok mengalami keruntuhan
akibat kehilangan lekatan dari tulangan dapat dibuktikan dengan perhitungan dengan
membandingkan tegangan leleh dari tulangan dengan hasil dari literatur. Apabila nilai
tegangan leleh yang didapat lebih kecil dibandingkan dengan tegangan leleh dari literatur
maka dapat dipastikan bahwa balok mengalami keruntuhan akibat dari hilangnya lekatan
dari tulangan dengan balok.
Beban benda uji pull-out pada mutu beton 30 MPa, jarak kiat 6 cm, dan jenis kait kayu
kamper yaitu sebesar 3.850 kg sehingga dapat dihitung tegangan pada tulangan:
P=3.850 kg
A= 2 x 1 x 2 = 4 cm2
𝑃
σ=𝐴
79

3850
σ= 4

σ = 962,5 kg/cm2 = 96,25 MPa


Sedangkan pada benda uji pull-out pada mutu beton 20 MPa, jarak kiat 6 cm, dan jenis kait
kayu kamper yaitu sebesar 3.650 kg sehingga dapat dihitung tegangan pada tulangan:
P=3.650 kg
A= 2 x 1 x 2 = 4 cm2
𝑃
σ=𝐴
3650
σ= 4

σ = 912,5 kg/cm2 = 91,25 MPa


Dari nilai tegangan tarik dari pull-out didapatkan nilai bahwa pada benda uji dengan mutu
beton 20 MPa didapatkan nilai tegangan tarik sebesar 91,25 MPa sedangkan pada mutu beton
30 MPa didapatkan nilai tegangan tarik sebesar 96,25 MPa.
Beban pada benda uji balok mutu beton 20 MPa, jarak kait 6cm, rasio tulangan 1,6%,
dan jenis kait bambu yaitu sebesar 8.750 kg sehingga dapat dihitung tegangan pada tulangan:
P=8.750 kg
Mu= Rva . 57
Mu= 0,5 P . 57
Mu= 0,5 . 8750 . 57
Mu= 249375 kgcm = 24937500 Nmm
maka,
Mu= ɸ Mn
𝑀𝑢
Mn = ɸ

24937500
Mn= 0,8

Mn= 31171875 Nmm


Karena telah didapat nilai dari Mn, maka
𝑎
Mn= T.(d- 2)
𝑎
31171875 = T. (250 - 2 )
31171875
T= 𝑎
(250− )
2

T=Cc
80

31171875
𝑎 = 0,85 . f’c . b . a
(250− )
2

31171875
𝑎 = 0,85 . 29,34 . 180 . a
(250− )
2

1122255 a – 2244,51 a2 – 31171875 = 0


a2 – 500 a + 13888,05 = 0
dari akar persamaan didapatkan nilai a= 29,52 mm, kemudian dimasukan ke persamaan T.
31171875
T= 𝑎
(250− )
2

31171875
T= 29,52
(250− )
2

T= 132510,95 N
Kemudian dicari nilai tegangan dengan beban dari T.
𝑇
σ=𝐴
132510,95
σ = (20 . 10 . 4)

σ = 165 MPa
Didapat nilai tegangan paling besar pada tulangan balok sebesar 165 MPa.
Beban pada benda uji balok mutu beton 30 MPa, jarak kait 6cm, rasio tulangan 0,8%,
dan jenis kait bambu yaitu sebesar 5.000 kg sehingga dapat dihitung tegangan pada tulangan:
P= 5.000 kg
Mu= Rva . 57
Mu= 0,5 P . 57
Mu= 0,5 . 5000 . 57
Mu= 142500 kgcm = 14250000 Nmm
maka,
Mu= ɸ Mn
𝑀𝑢
Mn = ɸ

14250000
Mn= 0,8

Mn= 17812500 Nmm


Karena telah didapat nilai dari Mn, maka
𝑎
Mn= T.(d- 2)
81

𝑎
17812500 = T. (250 - 2 )
17812500
T= 𝑎
(250− )
2

T=Cc
17812500
𝑎 = 0,85 . f’c . b . a
(250− )
2

17812500
𝑎 = 0,85 . 25,1 . 180 . a
(250− )
2

960075 a – 1920,15 a2 – 17812500 = 0


a2 – 500 a + 9276,62 = 0
dari akar persamaan didapatkan nilai a= 19,29 mm, kemudian dimasukan ke persamaan T.
17812500
T= 𝑎
(250− )
2

17812500
T= 19,29
(250− )
2

T= 74109,13 N
Kemudian dicari nilai tegangan dengan beban dari T.
𝑇
σ=𝐴
74109,13
σ = (20 . 10 . 2)

σ = 185,27 MPa
Didapat nilai tegangan paling besar pada tulangan balok sebesar 185,27 MPa.
Dari nilai tegangan tarik dari balok didapatkan nilai bahwa pada benda uji dengan mutu
beton 20 MPa didapatkan nilai tegangan tarik sebesar 165 MPa sedangkan pada mutu beton
30 MPa didapatkan nilai 185,27 MPa. Jadi mutu beton 30 MPa memiliki tegangan tarik yang
lebih besar dibandingkan mutu beton 20 MPa dan rasio tulangan besar menghasilkan nilai
tegangan tarik yang lebih kecil dari masing-masing tulangan.
Dari nilai tegangan bambu pada pull-out didapatkan nilai sebesar 96,25 MPa dan 91,25
sedangakan pada balok didapatkan nilai sebesar 165 MPa dan 185,27. Pada penelitian
terdahulu didapatkan tegangan leleh bambu sebesar 190 MPa. Dapat disimpulkan tulangan
pada benda uji pull-out dan balok belum mengalami leleh. Sehingga keruntuhan pada benda
uji pull-out dan balok disebabkan oleh hilangnya lekatan dari tulangan dengan beton.
82

4.4 Uji Hipotesis


Uji hipotesis dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh
dari variabel bebas yakni variasi jarak kait (Faktor AC) terhadap variabel terikat pada hasil
pengujian pull out maupun pada pengujian kuat lentur balok bertulangan bambu dengan kait.
Uji hipotesis yang digunakan menggunakan metode analisis variansi (ANOVA).

4.4.1 Uji Hipotesis untuk Pengujian Kuat Lentur Balok Bertulangan Bambu dengan
Kait dengan Metode ANOVA
Uji hipotesis pada pengujian kuat lentur dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh
variasi jarak kait terhadap besarnya beban yang maksimum yang mampu dipikul oleh balok
beton bertulangan bambu dengan kait.
H0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada interaksi antara mutu beton dan rasio
tulangan pada kuat lentur balok beton bertulangan bambu dengan kait.
H1 : terdapat pengaruh yang signifikan pada interaksi antara mutu beton dan rasio
tulangan pada kuat lentur balok beton bertulangan bambu dengan kait.
Level of significance (α) =0,05
Tabel 4.26 Rancangan Penelitian Pengujian Kuat Lentur Balok Bertulangan Bambu dengan
Kait
a1 a2
b1 b2 b1 b2
c1 d1 a1b1c1d1 a1b2c1d1 a2b1c1d1 a2b2c1d1
d2 a1b1c1d2 a1b2c1d2 a2b1c1d2 a2b2c1d2
c2 d1 a1b1c2d1 a1b2c2d1 a2b1c2d1 a2b2c2d1
d2 a1b1c2d2 a1b2c2d2 a2b1c2d2 a2b2c2d2
Keterangan :
a1 : Mutu Beton 20 MPa c1 : Rasio Tulangan 0,8 %
a2 : Mutu Beton 30 MPa c2 : Rasio Tulangan 1,6%
b1 : Jarak Kait 6 cm d1 : Jenis Kait Bambu
b2 : Jarak Kait 12 cm d2 : Jenis Kait Kayu Kamper
83

Tabel 4.27 Rancangan Pembagian Blok Positif Negatif Penelitian Pengujian Kuat Lentur
Balok Bertulangan Bambu dengan Kait
a1 a2
b1 b2 b1 b2
c1 d1 + - - +
d2 - + + -
c2 d1 - + + -
d2 + - - +

Tabel 4.28 Hasil Penelitian Pengujian Kuat Lentur Balok Bertulangan Bambu dengan Kait
a1 a2
b1 b2 b1 b2
6700 4800
d1 5550 4750
c1 5000 5000
5800 6200
d2 6900 5500
5950 4200
7050 6750
d1 8750 7500
c2 8500 7750
7500 7550
d2 8000 8050
8500 6200
Keterangan :
a1 : Mutu Beton 20 MPa c1 : Rasio Tulangan 0,8 %
a2 : Mutu Beton 30 MPa c2 : Rasio Tulangan 1,6%
b1 : Jarak Kait 6 cm d1 : Jenis Kait Bambu
b2 : Jarak Kait 12 cm d2 : Jenis Kait Kayu Kamper

Kontras AC = (a1b2c1d1 + a1b1c1d2 + a2b2c2d1 + a2b1c2d2) - ( a1b1c2d1 + a1b2c2d2 + a2b1c1d1 +


a2b2c1d2)
= (5750+6216,667+7333,33+7266,667) – (8100+8000+4850+5300)
= 950
Kontras(AC)
Pengaruh Efek AC =
4n
84

−950
= = 79,167
4(3)

DB (A) = DB (A)
= (A – 1)
= (2 – 1) = 1
DB (C) = DB (C)
= (C-1)
= (2 – 1) = 1
DB (AC) = DB (AC)
= (A – 1) (C-1)
= (2 – 1) (2 – 1) = 1

DB Perlakuan = DB (A) + + DB (B) + DB (C) + DB (D) + DB (AC) + DB (BD) + DB (AB)


+ DB (AD) + DB (BC) + DB (CD)
=10
DB Total = nabcd – 1
= (2 x 2 x 2 x 2 x 2 ) – 1 = 23
DB Galat = DB total – DB perlakuan
= 23 – 10 = 13
2
[Kontras(A) ]
JK (A) =
24−2 n

[−9950]2
= = 4125104.16
22 3
2
[Kontras(C) ]
JK (C) =
24−2 n

[25750]2
= = 27627604.167
22 3
2
[Kontras(AC) ]
JK (AC) =
24−2 n

[950]2
= = 37604.167
22 3
85

JK Perlakuan = JK (A) + + JK (B) + JK (C) + JK (D) + JK (AC) + JK (BD) + JK (AB)


+ JK (AD) + JK (BC) + JK (CD)
= 32920208,333

𝑦2
JK Total =∑∑∑𝑦𝑖𝑗𝑘 −1
2𝑘 𝑛
2

1583502
= 1086072500 − = 41312395.83
0,5.3.(24 )

JK Galat = JK Total – JK Perlakuan


= 41312395.83– 32920208,333
= 8392187,5

JK (AC)
KT (AC) =
DB (AC)

37604.167
= = 37604.167
1
JK Galat
KT Galat =
DB Galat
8392187,5
= = 645552.885
13

KT (AC)
F Hitung =
KT (G)
37604.167
= = 0,058
645552,885
86

Tabel 4.29 Analisis Variansi Interaksi Antara A (Rasio Tulangan) dengan C (Mutu Beton)
terhadap Kuat Lentur Balok Tulangan Bambu dengan Kait
Perilaku JK DB KT f hitung F tabel Keterangan
5%
Pengaruh Utama
A 4125104.167 1 4125104.167 6.390 4.67 TRUE
B 937.500 1 937.500 0.001 4.67 FALSE
C 27627604.167 1 27627604.167 42.797 4.67 TRUE
D 210937.500 1 210937.500 0.327 4.67 FALSE
Interaksi
AC 37604.167 1 37604.167 0.058 4.67 FALSE
BD 37604.167 1 37604.167 0.058 4.67 FALSE
AB 440104.167 1 440104.167 0.682 4.67 FALSE
AD 104.167 1 104.167 0.00016 4.67 FALSE
BC 104.167 1 104.167 0.00016 4.67 FALSE
CD 440104.167 1 440104.167 0.682 4.67 FALSE
Galat 8392187.500 13 645552.885
Total 41312395.833 23

Dengan menggunakan level of significance (α)= 0,05 diperoleh nilai F tabel= F0,005; 1;
13= 4,68. Karena nilai F hitung < F tabel (0,058 < 4,67), maka H0 diterima. Sehingga tidak
terdapat interaksi signifikan antara rasio tulangan dengan mutu beton terhadap kuat lentur
balok bertulangan bambu dengan kait. Dengan F hitung sebesar 0,058 maka besarnya level
of significance (α) untuk interaksi AC (rasio tulangan dengan mutu beton) adalah 0,83.

Anda mungkin juga menyukai