Anda di halaman 1dari 29

PENGEMBANGAN EKOWISATA MERATUS GEOPARK

MANDIANGIN GEOSITE TAHURA SULTAN ADAM

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Anggi Marista Salsabila (2010716320014)
Dea Nabilla (2010716220010)
Hera Alya Fitria (2010716220006)
Nursela Aprilia (2010716120007)
Putri Lestari (2010716220003)
Ridha Rahmi (2010716120005)

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2023
RINGKASAN

Dalam dunia pariwisata pengembangan pariwisata merupakan salah satu


usaha untuk memperkenalkan alam, atraksi, serta kebudayaan sebagai obyek
dan daya tarik wisata. Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan
Adam adalah Taman Hutan Raya yang terdapat di Kalimantan Selatan. Tahura
Sultan Adam memiliki luas 112.000 hektar dimana termasuk dalam wilayah 2
Kabupaten; yaitu Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Laut, di Provinsi
Kalimantan Selatan. Studi kali ini dilakukan di bagian Kabupaten Banjar tepatnya
di Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam.

Dengan melihat potensi produk ekowisata yang ditawarkan oleh Meratus


Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam, maka diperlukan suatu
analisa aspek finansial, strategi marketing, serta partisipasi masyarakat. Kajian
tersebut kemudian dapat digunakan sebagai pedoman strategi pengembangan
dan pengelolaan wisata taman hutan raya sebagai model ekowisata.

Studi ini dilaksanakan pada hari Minggu, 19 Maret 2023 pada pukul 10.00
– 15.00 WITA, berlokasi di wisata Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura
Sultan Adam, Bukit Besar, Mandiangin, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten
Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif, yaitu penulis melakukan observasi langsung ke lokasi penelitian yaitu di
Ekowisata Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam. Untuk
memperoleh data primer, penulis secara langsung mengunjungi lokasi Ekowisata
Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam sebanyak 1 kali
kunjungan, sedangkan untuk memperoleh data sekunder, penulis melakukan
studi literatur. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan
dan wawancara dengan pengelola Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura
Sultan Adam.
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam dunia pariwisata pengembangan pariwisata merupakan salah satu
usaha untuk memperkenalkan alam, atraksi, serta kebudayaan sebagai obyek
dan daya tarik wisata. Pariwisata di perkirakan akan mengalami perkembangan
yang sangat pesat dalam era globalisasi saat ini, dengan semakin padatnya hiruk
pikuk dunia, maka manusia akan berusaha untuk mencari ketenangan dan
penyegaran baik jasmani maupun rohani. Hal ini didukung dengan kemajuan
teknologi di bidang informasi, telekomunikasi, dan transportasi yang berdampak
pula bagi mobilisasi wisatawan lintas negara, dengan kemajuan teknologi
tersebut manusia semakin mudah mengetahui dan menjangkau daerah manapun
sesuai kehendak masing-masing (Pribadi, T.L, 2017)

Pola hidup kembali kealam (back to nature) telah mendorong masyarakat


untuk melakukan perjalanan ke daerah-daerah alami yang juga dikenal sebagai
wisata alternatif (ekowisata) dalam dunia pariwisata. Model ini sebagai wujud
keinginan untuk mengembangkan pariwisata berwawasan lingkungan, dikelola
secara berkelanjutan, dan bertanggung jawab, bersifat konservatif dan
memberikan manfaat yang lebih besar pada peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat lokal (Anindya, I.M, 2015). Salah satu sumberdaya
alam yang ada di Kalimantan Selatan yang mempunyai potensi tinggi sebagai
ekowisata yaitu Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam.

Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam adalah


Taman Hutan Raya yang terdapat di Kalimantan Selatan. Tahura Sultan Adam
memiliki luas 112.000 hektar dimana termasuk dalam wilayah 2 Kabupaten; yaitu
Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Laut, di Provinsi Kalimantan Selatan.
Studi kali ini dilakukan di bagian Kabupaten Banjar tepatnya di Meratus Geopark
Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam.

Konsep ekowisata menghubungkan antara perjalanan wisata alam yang


memiliki visi dan misi konservasi dan kecintaan lingkungan. Ekowisata menurut
Weaver (2001) adalah suatu bentuk wisata yang membantu perkembangan
belajar berupa pengalaman dan penghargaan terhadap lingkungan ataupun
sebagian komponennya, di dalam konteks budaya yang berhubungan. Kegiatan
ekowisata bertujuan menjadikan lingkungan dan sosial budaya yang
berkelanjutan.

Dengan melihat potensi produk ekowisata yang ditawarkan oleh Meratus


Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam, maka diperlukan suatu
analisa aspek finansial, strategi marketing, serta partisipasi masyarakat. Kajian
tersebut kemudian dapat digunakan sebagai pedoman strategi pengembangan
dan pengelolaan wisata taman hutan raya sebagai model ekowisata.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Analisis Finansial dan Investasi Ekowisata Meratus Geopark


Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam?
2. Bagaimana Analisis Marketing dan Promosi Yang Diterapkan di Ekowisata
Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam?
3. Bagaimana Partisipasi Masyarakat Terhadap Pengembangan Bisnis
Ekowisata Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam?

1.3. Tujuan

1. Menganalisis Kondisi Finansial dan Investasi Ekowisata Meratus Geopark


Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam.
2. Mengetahui Analisis Marketing dan Promosi Yang Diterapkan di Ekowisata
Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam.
3. Mengetahui Partisipasi Masyarakat Sekitar Terhadap Bisnis Ekowisata
Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam.
BAB 2. M ETODE STUDI

2.1. Waktu dan Tempat

Gambar 2.1. Rute dan Jarak Yang ditempuh Menuju Lokasi

Dilaksanakan pada hari Minggu, 19 Maret 2023 pada pukul 10.00 – 15.00
WITA, berlokasi di wisata Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan
Adam, Bukit Besar, Mandiangin, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar,
Provinsi Kalimantan Selatan.
2.2. Metode Pengumpulan Data

Gambar 2.2. Dokumentasi Wawancara bersama Narasumber


Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu penulis melakukan
observasi langsung ke lokasi penelitian yaitu di Ekowisata Meratus Geopark
Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam. Untuk memperoleh data primer,
penulis secara langsung mengunjungi lokasi Ekowisata Meratus Geopark
Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam sebanyak 1 kali kunjungan, sedangkan
untuk memperoleh data sekunder, penulis melakukan studi literatur.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan dan


wawancara dengan pengelola Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura
Sultan Adam.

2.3. Metode Analisis Data

1. Analisis finansial dan investasi, Data analisis finansial dari objek wisata
Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam ini akan di
analisis menggunakan 4 metode pendekatan yang terdiri dari metode
analisis laba rugi, analisis revenue/cost ratio, analisis payback period, dan
analisis break event point.
a. Analisis Laba Rugi
Laba=TR−TC
TC=TFC +TVC
b. Analisis Revenue/Cost Ratio (R/C)
Total penerimaan
R/C=
Totalbiaya tetap+ Total biaya variabel
c. Analisis Payback Period (PP)
Total investasi ×1 tahun
PP=
Keuntungan
d. Analisis Break Event Point (BEP)
FC
BEP produksi ( unit )=
P/unit−VC /unit
FC
BEP harga ( Rp ) =
1−(Vc /unit
P/unit )
2. Analisis marketing dan promosi, Analisis dilakukan dengan menggunakan
pendekatan analisis deskriptif. Dalam analisis ini yang dilakukan yaitu
mengidentifikasi hubungan, pola dan tema, mengkaji informasi,
menyusun peristiwa sesuai urutannya dan menyajikan data sesuai apa
adanya tanpa memberikan tambahan apapun (Wahyuni, 2012).
3. Analisis partisipasi masyarakat, metode yang digunakan yaitu metode
penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif menggambarkan apa yang
ada sekarang, menyebutkan pertanyaan penelitian yang didasarkan pada
status keadaan sekarang dan menghasilkan data kuantitatif dan kualitatif.
Dimana untuk membuktikan hipotesis pertama menggunakan alat ukur skala
likert.
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Gambaran Umum Lokasi


Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam ditetapkan berdasarkan
Keputusan Presiden RI Nomor 52 Tahun 1989 seluas 112.000 Ha, secara
geografis terletak di antara 3° 2’ – 3° 45’ LS dan 114° 5’ – 115° 10’ BT yang
secara administratif meliputi wilayah Kabupaten Banjar dan wilayah Kabupaten
Tanah Laut. Nama Tahura ini diambil dari nama Sultan Adam Al-Watsiq Billah bin
Sultan Sulaiman Saidullah II yang merupakan Sultan Banjar yang memerintah
dari tahun 1825 hingga 1857. Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam
Mandiangin merupakan salah satu kawasan yang dijadikan sebagai hutan
pendidikan UNLAM berdasarkan Surat Keputusan Gubernur No.
DA.144/PHT/1980 Tanggal 31 Desember 1980 dengan luas +2.000 hektar.
Namun, selain sebagai kawasan hutan pendidikan, kawasan ini juga menjadi
tempat wisata yang berada di wilayah Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.
Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam termasuk salah satu
alternatif wisata yang murah. Lokasinya pun tidak terlalu jauh dengan kota, 45
kilometer dari pusat kota Banjarmasin dan sekitar 15 kilometer dari Banjarbaru
(Faradina, 2018).

3.2. Analisis Finansial dan Investasi


1. Analisa Laba Rugi
a. Total Pendapatan
Secara garis besar, terdapat 4 unsur sumber potensial penerimaan dari
Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam, yaitu: karcis
masuk wisatawan, karcis masuk kendaraan, pas masuk sarana, dan
persewaan alat/sarana/jasa. Rata-rata pendapatan yang diperoleh pada
tahun 2022 dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:
Tabel 3.1. Pendapatan Usaha Meratus Geopark Mandiangin Geosite
Tahura Sultan Adam Selama Tahun 2022
Tahun Pendapatan Harga (Rp) Nominal (Rp)
2022 Penjualan karcis 10.000 1.232.000.000
masuk wisatawan
sebanyak 123.200
lembar
Penjualan karcis 25.000 770.000.000
masuk kendaraan
sebanyak 30.800
lembar
Penjualan pas 5.000 378.560.000
masuk sarana
sebanyak 75.712
lembar
Persewaan 300.000 1.134.000.000
alat/sarana/jasa
sebanyak 3.780 unit
Total Pendapatan 3.514.560.000

b. Total Pengeluaran
Total pengeluaran adalah pengeluaran/biaya keseluruhan yang
dikeluarkan selama usaha itu berlangsung. Total pengeluaran terdiri dari
pengeluaran tetap dan pengeluaran tidak tetap. Pengeluaran/biaya tetap
adalah biaya yang dalam periode tertentu jumlahnya tetap dan tidak
dipengaruhi oleh jumlah produksi (Karya dkk, 2022).
Pengeluaran tetap usaha Meratus Geopark Mandiangin Geosite
Tahura Sultan Adam meliputi Jasa Karyawan. Adapun rincian
pengeluaran tetap dapat dilihat pada Tabel 3.2. di bawah ini.
Tabel 3.2. Pengeluaran Tetap Meratus Geopark Mandiangin Geosite
Tahura Sultan Adam Selama Tahun 2022.
Pengeluaran Tetap Nominal (Rp) Deskripsi
Jasa Karyawan 900.000.000 Membayar jasa karyawan
sejumlah 30 orang untuk
setiap bulan
Total Pengeluaran Tetap 900.000.000

Pengeluaran tidak tetap adalah pengeluaran yang jumlahnya dapat


berubah dan tergantung pada tingkat kunjungan wisatawan yang datang
(Karya dkk, 2022). Rata-rata pengeluaran tidak tetap pada usaha Meratus
Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam meliputi membeli
keperluan mencetak tiket, membayar listrik, membayar PDAM, membeli
perlengkapan kamar mandi, dan biaya operasional lainnya. Adapun
rincian pengeluaran tidak tetap dapat dilihat pada Tabel 3.3. berikut ini.
Tabel 3.3. Pengeluaran Tidak Tetap Meratus Geopark Mandiangin
Geosite Tahura Sultan Adam Selama Tahun 2022
Pengeluaran Tidak Tetap Nominal (Rp) Deskripsi
ATK dan Cetak Tiket 13.858.000 Mencetak tiket untuk
retribusi pengunjung
Listrik 5.743.900 Kebutuhan listrik di area
objek wisata
PDAM 8.468.000 Air bersih untuk toilet
Perlengkapan Kamar 8.246.000 Tisu, sabun cuci tangan,
Mandi obat untuk mengepel
lantai, dsb
Pembelian alat kebersihan 6.800.000 Sapu lidi, sapu, skop
sampah, dsb
Biaya Pemeliharaan 32.493.000 Biaya ongkos
Kawasan pemeliharaan meliputi
pemangkasan pohon,
pemeliharaan bangunan,
dsb
Biaya Lainnya 51.422.000 Ongkos ongkos pembelian
peralatan penunjang, dan
biaya operasional lainnya
Total Pengeluaran Tidak 127.030.900
Tetap

Total biaya yang dikeluarkan oleh Meratus Geopark Mandiangin Geosite


Tahura Sultan Adam pada tahun 2022 dapat dilihat pada Tabel 3.4. di
bawah ini.
Tabel 3.4. Total Pengeluaran Meratus Geopark Mandiangin Geosite
Tahura Sultan Adam Selama Tahun 2022
Tahun Pengeluaran Tetap Pengeluaran Jumlah
(Rp) Tidak Tetap (Rp)
2022 900.000.000 127.030.900 1.027.030.900
Total Biaya 1.027.030.900

Pengeluaran tetap yang dikeluarkan pengelola Meratus Geopark


Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam pada tahun 2022 yaitu sebesar
Rp. 900.000.000. Pengeluaran tidak tetap yang dikeluarkan oleh
pengelola Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam
yaitu Rp. 127.030.900. Maka total biaya yang dikeluarkan selama tahun
2022 yaitu sebesar Rp. 1.027.030.900.
c. Laba (Keuntungan)
Keuntungan merupakan selisih dari total pendapatan dengan total biaya.
Perhitungan keuntungan dapat dilihat pada Tabel 3.5. berikut ini:
Tabel 3.5. Laba usaha Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura
Sultan Adam selama tahun 2022
Tahun Total Pendapatan (Rp) Total Biaya (Rp) Laba (Rp)
2022 3.514.560.000 1.027.030.900 2.487.529.100
Pada table di atas dapat dilihat bahwa nilai penerimaan (Total Revenue)
lebih besar daripada total pengeluaran (Total Cost) sehingga Meratus
Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam pada tahun 2022
dapat dikategorikan menguntungkan.
2. Revenue Cost Ratio (R/C)
Revenue Cost Ratio (R/C) merupakan perbandingan antara penerimaan
dan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Rasio ini dapat
digunakan untuk mengukur kelayakan usaha yang dikembangkan dengan
kententuan apabila R/C > 1 maka usaha tersebut dinilai menguntungkan dan
layak untuk dikembangkan, sebaliknya apabila R/C < 1, maka usaha tersebut
dinilai tidak layak atau tidak mampu memberikan keuntungan bagi
pengusahanya (Ranita & Hanum, 2018).
Revenue Cost Ratio merupakan alat analisis untuk melihat keuntungan
relative suatu usaha dalam satu tahun terhadap total biaya yang dipakai
dalam kegiatan tersebut. Nilai revenue cost ratio Meratus Geopark
Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam pada tahun 2022 dapat dilihat pada
Tabel 3.6. berikut ini:
Tabel 3.6. Perhitungan Revenue Cost Ratio (R/C)
R/C
Revenue (Rp) 3.514.560.000
Cost (Rp) 1.027.030.900
Nilai R/C 3,42

Suatu usaha dikatakan layak bila R/C > 1. Hal ini menggambarkan
semakin tinggi nilai R/C maka tingkat keuntungan suatu usaha akan semakin
tinggi. Selama tahun 2022, didapatkan nilai R/C Meratus Geopark
Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam sebesar 3,42. Hal ini menunjukkan
bahwa usaha Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam
sangat menguntungkan.
3. Payback Period (PP)
Menurut Gittinger (1986) menyatakan payback period adalah jangka
waktu kembalinya keseluruhan jumlah investasi modal yang ditanamkan
dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus nilai neto produksi
tambahan, sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal yang
ditanamkan. Analisis pengembalian modal atau payback period (PP) dapat
diartikan dengan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan
biaya investasi yang telah dikeluarkan oleh perusahaan (Yudaswara dkk,
2018).
Sebelum menentukan nilai payback period, harus diketahui terlebih
dahulu modal investasi usaha. Komponen investasi dari Meratus Geopark
Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam dapat dilihat dalam tabel 3.7.
berikut ini:
Tabel 3.7. Komponen Investasi Meratus Geopark Mandiangin Geosite
Tahura Sultan Adam
No. Jenis Jumlah Biaya/unit (Rp) Total (Rp)
1. Loket tiket 1 153.700.000 153.700.000
2. Aula 1 317.920.000 317.920.000
3. Musholla 2 161.459.539 322.919.078
4. Villa 1 426.300.000 426,300,000
5. Toilet 10 5.611.589 56.115.890
6. Gazebo 20 13.440.000 268.800.000
7. Kios Sovenir 1 276.557.208 276.557.208
8. Jalan dan pedestrian 1 2,114.027.000 2.114.027.000
9. Jaringan air bersih 1 210.700.000 210.700.000
10. Jaringan air kotor 1 147.900.000 147.900.000
11. Kolam pemandian 1 90.000.000 90.000.000
12. Ruang ganti/ruang
4 36.000.000 144.000.000
bilas
Total Investasi 4.528.939.176

Adapun payback period Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura


Sultan Adam dapat dilihat pada tabel 3.8. berikut ini:
Tabel 3.8. Perhitungan Payback Period
Payback Period (PP)
Total Investasi (Rp) 4.528.939.176
Keuntungan (Rp) 2.487.529.100
Nilai PP (Tahun) 1,82

Jumlah keuntungan (laba) yang diperoleh oleh Meratus Geopark Mandiangin


Geosite Tahura Sultan Adam yaitu Rp. 2.487.529.100 sehingga dengan nilai
investasi sebesar Rp. 4.528.939.176 nilai payback period yang diperoleh
yaitu 1,82 tahun. Hal ini berarti bahwa pengembalian biaya investasi yang
telah dikeluarkan untuk pembangunan sarana dan fasilitas penunjang di
wisata Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam dapat
kembali dalam waktu 1 tahun 10 bulan. Nilai ini tergolong cepat karena nilai
payback period kurang dari 3 tahun.
4. Break Event Point (BEP)
Break Even Point (BEP) merupakan kondisi yang bisa terjadi pada
perusahaan, yaitu suatu kondisi perusahaan dalam operasionalnya tidak
mendapat keuntungan dan juga tidak menderita kerugian. Dengan kata lain,
antara pendapatan dan biaya ada pada kondisi yang sama, sehingga laba
perusahaan adalah nol (penghasilan=total biaya). Analisa BEP adalah suatu
teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara volume penjualan dan
profitabilitas. Laba bersih akan diperoleh bila volume penjualan melebihi
biaya yang dikeluarkan, sedangkan perusahaan akan menderita kerugian bila
penjualan hanya cukup untuk menutup sebagian biaya yang dikeluarkan,
dapat dikatakan di bawah titik impas. Secara umum manfaat analisis BEP
adalah untuk mengetahui titik pulang pokok dari sebuah usaha. Informasi titik
pulang pokok menyebabkan manajemen dapat mengetahui harus
memproduksi atau menjual pada jumlah berapa unit agar peruasahaan tidak
mengalami kerugian (Manuho dkk, 2021).
Persamaan terhadap analisa break event point terbagi atas: BEP dalam unit
(produk) yaitu gambaran berapa unit produk yang harus dihasilkan pada
tingkat biaya tetap dan biaya variabel serta harga tertentu agar tercapai agar
tercapai titik pulang pokok. Sedangkan BEP dalam rupiah (harga) yaitu
gambaran berapa rupiah penerimaan yang harus didapat pada tingkat biaya
tetap dan biaya variabel serta harga tertentu agar tercapai titik pulang pokok
(break event point) (Nasution, 2014).
a. BEP Produksi
Pada tahun 2022, biaya tetap yaitu sebesar Rp. 900.000.000. Biaya
variabel yaitu Rp. 127.030.900 dengan jumlah penjualan tiket 123.200
lembar sehingga dapat diasumsikan biaya variabel sebesar Rp. 1031,09
per unit. Apablia harga tiket perlembarnya yaitu Rp. 10.000 maka nilai
BEP produksi dapat dilihat dalam Tabel 3.9. berikut:
Tabel 3.9. Perhitungan BEP Produksi
BEP Produksi
Biaya Tetap (Rp) 900.000.000
Biaya Tidak Tetap per unit (Rp) 1031,09
Harga per unit 10.000
BEP Produksi 100.347 unit
Hal ini berarti bahwa Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan
Adam harus menjual setidaknya 100.347 unit agar mencapai titik tidak
rugi dan tidak untung (Break event point).
b. BEP Harga
Pada tahun 2022, biaya tetap yaitu sebesar Rp. 900.000.000. Biaya
variabel yaitu Rp. 127.030.900 dengan jumlah penjualan tiket 123.200
lembar sehingga dapat diasumsikan biaya variabel sebesar Rp. 1031,09
per unit. Apablia harga tiket perlembarnya yaitu Rp. 10.000 maka nilai
BEP harga dapat dilihat dalam Tabel 3.10. berikut:
Tabel 3.10. Perhitungan BEP Harga
BEP Harga
Biaya Tetap (Rp) 900.000.000
Biaya Tidak Tetap per unit (Rp) 1031,09
Harga per unit 10.000
BEP Harga (Rp) 1.003.466.419

Hal ini berarti bahwa pendapatan Meratus Geopark Mandiangin Geosite


Tahura Sultan Adam harus berada di atas Rp. 1.003.466.419. Jika
dibawah nilai tersebut maka pengelola akan mengalami kerugian.
3.3. Marketing dan Promosi
Strategi pemasaran yang akan digunakan dalam memasarkan
ekowisata Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam ini yaitu
dengan menggunakan konsep marketing mix 4P diantaranya yaitu Product,
Price, Place dan Promotion.

3.3.1. Bentuk Marketing Mix Ekowisata Meratus Geopark Mandiangin


Geosite Tahura Sultan Adam
1. Produk (product)

Tjiptono (2014), menjelaskan produk merupakan segala sesuatu yang


dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli,
digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau
keinginan pasar yang bersangkutan.
Ekowisata Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam
memiliki produk pariwisata berupa lingkungan alam dan keanekaragaman
hayati. Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam terdiri
dari kawasan hutan lindung, suaka marga satwa, hingga area pendidikan.
Ekowisata ini memiliki beberapa unit penangkaran satwa endemik
Kalimantan yang masuk dalam kategori langka dan terlindungi seperti owa,
beruang madu, binturong, dan rusa. Kawasan ini juga memiliki beberapa
spot lain yang dapat dinikmati wisatawan, yaitu:
a. Plaza Mandiangin

Gambar 3.1. Plaza Mandiangin


Tempat ini seperti yang terlihat pada gambar 3.1 diatas, merupakan
lapangan yang bisa digunakan untuk komunitas melakukan upacara karena
disana terdapat tiang bendera dan ada monumen penandatangan oleh
Presiden Soeharto dalam acara Penghijauan Nasional ke 29 Tahun 1989.
b. Paralayang dan Gantole

Gambar 3.2. Wisata Paralayang Tahura

Fasilitas yang ada di Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura


Sultan Adam kini dilengkapi dengan hadirnya olahraga paralayang dan
gantole seperti pada gambar 3.2 yang dapat memacu adrenalin wisatawan.
Wisata paralayang dan gantole di Meratus Geopark Mandiangin Geosite
Tahura Sultan Adam ini merupakan salah satu upaya peningkatan sektor
wisata yang dapat menyumbang pendapatan asli daerah (PAD) di Kalsel
dari sektor kehutanan.

c. Penangkaran Flora dan Fauna

Gambar 3.3. Rusa Sambar di Penangkaran Tahura Sultan Adam


Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam juga
memiliki tempat wisata Penangkaran Rusa Sambar. Penangkaran ini
dilakukan untuk menjaga kelestarian hewan Rusa Sambar yang bernama
lain Cervus Unicolor seperti pada gambar 3.3.

Gambar 3.4. Penangkaran Kijang di Tahura Sultan Adam


Tidak hanya rusa di Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura
Sultan Adam juga ada tempat Penangkaran Kijang seperti pada gambar 3.4.
Tempat ini merupakan salah satu daya tarik bagi pengunjung untuk menjadi
tempat edukasi bagi anak-anak mengenai hewan yang kini mulai langka
tersebut. Hewan lainnya yang ada di Meratus Geopark Mandiangin Geosite
Tahura Sultan Adam seperti bekantan, lutung kasarung, babon, babi hutan,
elang, lebah, beruang madu, dan lain-lain.

Gambar 3.5. Konservasi Anggrek Tahura Sultan Adam


Jika beruntung, pengunjung juga bisa menikmati keindahan bunga
beragam jenis anggrek di kawasan Meratus Geopark Mandiangin Geosite
Tahura Sultan Adam salah satunya seperti pada gambar 3.5 yaitu anggrek
lilin yang memiliki nama latin Aerides odorata. Umumnya anggrek-anggrek
alam tersebut tumbuh di dahan-dahan pepohonan yang dibawahnya
mengalir mata air (sungai kecil). Beberapa jenis anggrek yang bisa
ditemukan di Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam
antara lain Dendrobium secundum, Dendrobium crumenatum, Cymbidium,
dan Aerides. Tidak hanya anggrek yang ada di Meratus Geopark Mandiangin
Geosite Tahura Sultan Adam ada berbagai jenis pohon contohnya ada
pohon ulin, pohon karet, pohon pinus, pohon garu, pohon beringin dan lain-
lain.
d. Tempat Perkemahan (Camping Ground)

Gambar 3.6. Camping Ground Tahura Sultan Adam


Kawasan Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam
memang merupakan tempat favorit untuk berkemah di Kabupaten Banjar
karena mempunyai area yang luas dan punya 3 lokasi area perkemahan
terpisah namun tidak terlalu jauh dengan pemandangan yang asri. Camping
Area seperti pada gambar 3.6 ini sering digunakan oleh Komunitas Pencinta
Alam, Kegiatan Pramuka, Pendidikan Dasar Instansi bahkan Latihan Dasar
Militer di Kalimantan Selatan.
e. Air Terjun

Gambar 3.7. Spot Air Terjun Tahura Sultan Adam


Terdapat tiga air terjun di Meratus Geopark Mandiangin Geosite
Tahura Sultan Adam, yakni Mandin Putri, Mandin putri Kembar, dan Mandin
Tirai Hujan. Terlihat pada gambar 3.7. kawasan air terjun ini bersih dan alami
dari pegunungan. Wisatawan dapat bermain air, juga tersedia kamar mandi
untuk berbilas.
f. Kolam Belanda

Gambar 3.8. Kolam Renang Belanda


Wisata kolam pemandian Meneer Belanda pada gambar 3.8 diatas
berukuran sekitar 30m x 50m ini tepat berada di pinggir jalan. Kolam yang
dibangun pada jaman belanda ini memiliki nilai historis yang tinggi.
Pengunjung dapat berenang atau sekadar merendam kaki merasakan
kesegaran air asli pegunungan tanpa dipungut biaya.
g. Puncak Repeater

Gambar 3.9. Spot Puncak Tahura Sultan Adam


Terdapat dua puncak di kawasan ini, yaitu puncak Tengger dengan
ketinggian 356 mdpl dan puncak Repeater dengan ketinggian 455 mdpl.
Tempat ini dapat melihat semua yang ada disekitar mandiangin, serta
pengunjung dapat menikmati fenomena matahari terbit (Sunrise) dan
matahari tenggelam (Sunset). Tidak jarang pengunjung rela menginap di
kaki bukit kemudian jika mendekati jamnya matahari terbit ataupun
tenggelam mereka segera menuju spot yang dapat melihat fenomena
tersebut.
h. Pesanggrahan Mandiangin

Gambar 3.10. Pasanggrahan Mandiangin

Pasanggarahan Mandiangin adalah tempat peristirahatan Ambtenaar


(pejabat) Belanda yang diresmikan pada tanggal 26 februari 1939 oleh
Gouverneur Van Borneo, Dr. Bauke Jan (B.J.) Haga. Pasanggrahan ini di
fungsikan sejak tahun 1939. Bangunan pasanggrah yang terlihat pada gambar
3.10 terdiri dari ruang tamu, kamar tidur, dapur, kamar mandi dan toilet.
Kemudian dilengkapi dengan tandon dan bak air. Memori haga yang pernah
mendiami pasanggrahan tersaji di area ini.
2. Harga (price)
Tjiptono (2014) dalam bukunya mejelaskan: Harga merupakan satu-
satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau
pendapatan bagi perusahaan
Untuk dapat memasuki kawasan Meratus Geopark Mandiangin
Geosite Tahura Sultan Adam, wisatawan domestik dikenakan biaya tiket
sebesar Rp 10.000,00 untuk dewasa dan Rp 8.000,00 untuk anak-anak.
Sedangkan untuk wisatawan mancanegara sebesar Rp 100.000,00 untuk
dewasa dan Rp 50.000,00 untuk anak-anak. Jika datang Bersama
rombongan maka harga tiket masuk menjadi lebih murah, yaitu Rp 8.000,00
untuk dewasa dan Rp 6.000,00 untuk anak-anak.
Bagi wisatawan yang ingin masuk fasilitas camping ground, arboretum, dan
penangkaran satwa akan dikenakan biaya tambahan sebesar Rp 5.000,00
dan Rp 1.000,00 untuk asuransi.
Dengan harga tersebut fasilitas yang didapatkan wisatawan dalam
melakukan wisata adalah informasi terkait keanekaragaman vegetasi di
Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam, hewan-hewan
endemik Kalimantan, dan sejarah terbentuknya Tahura Sultan Adam.
Tersedia juga toilet, mushola, gazebo, tempat parkir, dan tempat penjualan
makanan dan minuman. Tarif parkir kendaraan sebesar Rp 10.000,00 untuk
kendaraan roda dua dan Rp 25.000,00 untuk kendaraan roda empat atau
lebih.
3. Tempat (place)
Tjiptono (2014) dalam bukunya mejelaskan, pendistribusian dapat
diartikan sebagai kegiatan yang berusaha memperlancar dan mempermudah
penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen.
Ekowisata Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan
Adam terletak di Jalan Ir. Pangeran Mohammad Noor, Desa Mandiangin
Timur, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar. Jalur yang dilalui pun
sudah mulus dan beraspal, sehingga berkendara menggunakan motor
maupun mobil akan terasa nyaman. Sejauh ini belum ada kerjasama yang
dilakukan pihak pengelola dalam memasarkan produk ekowisata ini dengan
travel agent maupun pihak swasta lainnya. Sehingga wisatawan yang
berkunjung dapat melakukan pembelian pada ekowisata ini secara langsung
datang ke lokasi tanpa adanya perantara distribusi yang dilakukan. Untuk
mencapai lokasi wisatawan dapat mengikuti petunjuk arah yang disediakan
dari jalan utama hingga menuju lokasi wisata.
4. Promosi (promotion)
Strategi promosi yang digunakan adalah melalui strategi Promotion Mix.
Berdasarkan model Strategi Promotion Mix yang ditetapkan maka untuk
mencapai target pasar dalam hal ini peningkatan jumlah wisatawan domestic
maupun internasional perlu ada pengembangan tujuan komunikasi
pariwisata yang jelas. Hal tersebut dikarenakan tujuan komunikasi ini lah
yang akan menentukan masing-masing komponen bauran promosi
digunakan dalam program pemasaran. Strategi Promotion Mix adalah
sebagai berikut:
a. Periklanan (advertising)
Periklanan merupakan bentuk komunikasi nonpersonal dan
dibayar melalui media massa, seperti surat kabar, majalah, radio,
televisi dan billboard. Keberadaan sosial media dapat menjadi alternatif
dalam mempromosikan sector pariwisata, terlebih saat ini semakin
berkembangnya food blogger, traveler blogger dan tourism blogger.
Sehingga pihak Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan
Adam melakukan promosi iklan di beberapa sosial media seperti
Instagram, Facebook, Youtube, Blog hingga kerjasama dengan berbagai
hotel. Periklanan digunakan untuk mencapai beragam tujuan, termasuk
mengubah perilaku konsumen, membangun image, dan mencapai
penjualan yang diinginkan.
b. Promosi Penjualan (sales promotion)
Promosi penjualan melibatkan semua kativitas yang menawarkan
insentif utnuk memengaruhi Hasrat konsumen potensial, perantara
produk, atau mencapai target penjualan. Promosi penjualan akan
membuat nilai tambah kepada produk. Seperti yang terdapat di Meratus
Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam yaitu Galeri Tahura
yang menjual hasil hutan bukan kayu seperti, madu kelulut, kopi aranio,
sirup jahe merah, madu lebah alam, sasirangan dan souvenir lainnya
yang memiliki ciri khas tahura.
c. Hubungan Masyarakat (public relations)
Merupakan komunikasi nonpersonal yang ditujukan untuk
mengubah opini atau mencapai liputan audiens seluas-luasnya. Pihak
Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam melakukan
kerja sama dengan mediamassa, antara lain stasiun televisi seperti
trans tv, SCTV, TVRI dan lain-lain serta melakukan kerjas ama dengan
SKPD terkait, seperti Dinas PUPR, Dispora, Dinas Pariwisata dan pihak-
pihak lainnya dalam hal pengembangan dan pengelolaan objek wisata.
d. Pemasaran Langsung (direct marketing)
Pemasaran langsung merupakan pendekatan pemasaran yang
bersifat bebas dalam menggunakan saluran distribusi dan komunikasi
pemasaran, yang memungkinkan pemasar memiliki strategi dalam
hubungannya dengan konsumen. Pada pemasaran langsung, pihak
Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam
menyelenggarakan event seperti yang baru saja dilaksanakan yaitu
acara Tahura Music Fest yang didalamnya terdapat beberapa agenda
dalam memasarkan produk wisata kepada masyarakat maupun
wisatawan.

3.4. Analisis Partisipasi Masyarakat


Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai komponen evaluasi
partisipasi masyarakat dan hasil analisis yang dilakukan berdasarkan
pengamatan (observasi) dan wawancara. berdasarkan wawancara yang telah
dilakukan, kemudian dibuktikan menggunakan alat ukur skala likert. Adapun
komponen evaluasi partisipasi masyarakat sekitar Meratus Geopark Mandiangin
Geosite Tahura Sultan Adam dapat dilihat pada tabel 3.11. sebagai berikut:

Tabel 3.11. komponen evaluasi partisipasi masyarakat sekitar Meratus Geopark


Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam

No Variabel Pengertian Indikator satuan

1. Partisipasi Partisipasi masyarakat menurut - Sumbangan Skala


Masyarakat Isbandi (2007:27) adalah Tenaga.
keikutsertaan masyarakat dalam
proses pengidentifikasian masalah
dan potensi yang ada di
masyarakat, pemilihan dan
pengambilan keputusan tentang
alternatif solusi untuk menangani
masalah, pelaksanaan upaya
mengatasi masalah, dan
keterlibatan masyarakat dalam
proses mengevaluasi perubahan
yang terjadi.
2. Sumbangan keikutsertaan masyarakat pada - Ikut serta Skala
Tenaga penerapan atau pelaksanaan dalam
program dilihat dari jam kerja yang kegiatan
kemudian dikonfersikan dalam pencegahan
bentuk upah/hari) (Amarta et al, dan
2022). penanggulang
an kebakaran
hutan dan
lahan.
- Ikut serta
dalam taman
Konservasi
Anggrek.
- Ikut serta
dalam
pelaksaan
suatu program
penanaman
dan
pelestarian
Hutan.

Pada tabel 3.11. di atas dapat dilihat partisipasi masyarakat sekitar


memberikan sumbangan tenaga. Sumbangan tenaga tersebut dalam bentuk
membantu dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan,
kemudian ikut serta dalam menjaga taman konservasi angrek, dan juga ikut serta
dalam pelaksanaan suatu program penanaman dan pelestarian hutan. Untuk
menganalisis partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pengembangan
Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam dalam partisipasi
yaitu masyarakat ikut memberi sumbangan tenaga berupa kegiatan gotong
royong dalam pelaksanaan pengembangan ekowisata Meratus Geopark
Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam.

Jika sebuah bisnis ekowisata ingin maju dan perkembangan semakin baik
maka peran dan partisipasi masyarakat sangatlah dibutuhkan karena akan sulit
bagi ekowisata untuk berkembang dengan lancar dengan tanpa adanya
dukungan partisipasi dari masyarakat sekitar. Tingkat pasrtisipasi Masyarakat
dalam Sumbangan tenaga di Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura
Sultan Adam dapat dilihat pada tabel 3.12. di bawah ini:

Tabel 3.12. Tingkat pasrtisipasi Masyarakat dalam Sumbangan tenaga di


Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam

Tingkat Partisipasi Jumlah Responden Total Skor


Sangat tidak setuju 0 0
Kurang setuju 0 0
Cukup setuju 2 6
Setuju 8 32
Sangat setuju 10 50
Jumlah 20 88
Sumber: Data Olahan Primer, 2023
Berdasarkan data pada tabel 3.12. di atas diketahui bahwa total skor
yang diperoleh dari jawaban responden daam partisipasi masyarakat dalam
memberikan sumbangan tenaga dalam pengembangan Meratus Geopark
Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam yakni sebesar 88. Oleh karena itu
dapat dikatakan partisipasi masyarakat dalam sumbangan tenaga sangat setuju
dan bisa dikatakan masyarakat ikut terlibat dalam kegiatan pembangunan desa.

Untuk memperjelas hasil analisis yang telah dilakukan berdasarkan


rumus yaitu:
Rumus :
= Total Skor x 100%
Y

88
= 100 %
100
= 88%
Berdasarkan pada perhitungan rumus diatas diketahui secara umum
dapat dikemukakan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam sumbangan
tenaga dalam pengembangan Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura
Sultan Adam tergolong “Sangat Setuju” sebagaimana yang disimpulkan oleh
tabel skor gabungan hasil penelitian mencapai 88%, hal ini dibuktikan dengan
adanya keterlibatan masyarakat sekitar dalam hal kegiatan pegembangan dan
gotong royong sesuai dengan yang dikatakan oleh salah satu pegawai bagian
tiket masuk, yaitu di Meratus Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam
sendiri memiliki beberapa komunitas seperti Masyarakat Peduli Api (MPA) dan
Kelompok Tani Hutan. Masyarakat Peduli Api (MPA) sendiri merupakan
komunitas dari masyarakat sekitar yang berfokus dalam pencegahan dan
penanganan kebakaran hutan dan lahan. Kemudian untuk Kelompok Tani Hutan
merupakan komunitas yang mengelola usaha di bidang kehutanan di dalam dan
di luar Kawasan hutan yang meliputi usaha hasil hutan kayu, hasil hutan bukan
kayu, dan jasa lingkungan. Kemudian, adapula kegiatan lebih luas karena tidak
hanya dari masyarakat sekitar, tetapi juga dari instansi terkait seperti Lembaga
Pedidikan. Partisipasi dari Lembaga Pendidikan seperti Fakultas Kehutanan
Universitas Lambung Mangkurat yang rutin melaksanakan praktek lapang di
hutan Tahura. Kemudian banyak juga kegiatan penanaman pohon yang
dilakukan oleh berbagai organisasi mahasiswa dari beberapa lembaga
pendidikan yang ada di Kalimantan Selatan. Analisis ini dapat diperjelas dengan
menggunakan gambaran skala skor gabungan relative sebagi berikut:

STT KS CS S ST

0 20 40 60 80 100

88

Sumber : Data Olahan Primer, 2023


BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

1. Pada tahun 2022, total pendapatan Taman Hutan Raya Sultan Adam yaitu
Rp. 3.514.560.000 dan total biaya yaitu Rp. 1.027.030.900 sehingga besar
keuntungan yaitu sebesar Rp. 2.487.529.100. Nilai revenue cost ratio yaitu
3,42 sehingga dinilai sangat menguntungkan. Berdasarkan analisa payback
period, pengembalian biaya investasi menggunakan nilai keuntungan tahun
2022 yaitu dapat kembali dalam waktu 1,82 tahun. Nilai break event point
agar usaha Taman Hutan Raya Sultan Adam dapat menguntungkan yaitu
dengan penjualan 100.347 tiket atau pendapatan minimal Rp.
1.003.466.419.
2. Strategi pemasaran yang digunakan oleh Ekowisata Taman Hutan Raya
Sultan Adam menggunakan konsep mix 4P meliputi Product, Price, Place,
dan Promotion. Produk yang ditawarkan yaitu produk pariwisata berupa
lingkungan alam dan keanekaragaman hayati. Meratus Geopark Mandiangin
Geosite Tahura Sultan Adam terdiri dari kawasan hutan lindung, suaka
marga satwa, hingga area pendidikan. Harga tiket masuk yang ditawarkan
dibedakan antara tiket dewasa dan anak-anak serta mancanegara. Tempat
wisata memiliki akses yang mudah dengan jalanan yang telah mulus dan
beraspal. Bentuk promosi yang dilakukan berupa periklanan, promosi
penjualan, hubungan masyarakat, dan pemasaran langsung.
3. Partisipasi masyarakat sekitar yaitu dalam bentuk sumbangan tenaga.
Sumbangan tenaga tersebut membantu dalam pencegahan dan
penanggulangan kebakaran hutan dan lahan, kemudian ikut serta dalam
menjaga taman konservasi angrek, dan juga ikut serta dalam pelaksanaan
suatu program penanaman dan pelestarian hutan. Tingkat partisipasi
masyarakat dalam sumbangan tenaga dalam pengembangan Meratus
Geopark Mandiangin Geosite Tahura Sultan Adam tergolong “Sangat Setuju”
sebagaimana yang disimpulkan oleh tabel skor gabungan hasil penelitian
mencapai 88%.

4.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anindya, I. M. (2015). Studi Potensi Hutan Mangrove Sebagai Ekowisata


Berbasis Edukasi Konservasi Dan Estetika Di Indonesia. Retrieved
January, 4, 2017.

Faradina, N. (2018). Laporan Observasi di Taman Hutan Raya Sultan Adam,


Bukit Besar, Mandiangin. Diakses pada Sabtu, 01 April 2023 dari:
https://www.academia.edu/45050252/Laporan_Observasi_di_Taman_Hut
an_Raya_Sultan_Adam_Bukit_Besar_Mandiangin

Gittinger,1986. Analisa Proyek-Proyek Pertanian. UI Press. Jakarta.

Isbandi Rukminto Adi. 2007. Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset


Komunitas: dari Pemikiran Menuju Penerapan, Depok: FISIP IU Press.

Karya, N. W. P. P., Restu, I. W., & Wijayanti, N. P. P. (2022). Analisis Kelayakan


Finansial Wisata Air Terjun Kanto Lampo di Kabupaten Gianyar. Jurnal
Bumi Lestari| Vol, 22(01), 20-31.

Manuho, P., Makalare, Z., Mamangkey, T., & Budiarso, N. S. (2021). Analisis
Break Even Point (BEP). Jurnal Ipteks Akuntansi Bagi Masyarakat, 5(1),
21-28.

Nasution, K. (2014). Analisis Break Event Point Usaha Tani Jagung. Jurnal
Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara, 3(2), 670-676.

Pribadi, T. L. (2017). Evaluasi Dan Pengembangan Bisnis Desa Wisata Dengan


Uji Kelayakan Finansial (Studi Kasus: Desa Wisata Pentingsari,
Umbulharjo, Cangkringan, Sleman).

Rahmawati, D., & Handayani, R. D. (2016). Promosi Dan Pemasaran Ekowisata


Konservasi Penyu Di Pantai Goa Cemara, Kabupaten Bantul. Konferensi
Nasional Ilmu Sosial dan Teknologi, 1(1).
Ranita, S. V., & Hanum, Z. (2018). Revenue Cost Dan Analisis Swot Dalam
Pengembangan Usaha. Jurnal Bis-A: Jurnal Bisnis Administrasi, 5(2), 14-
19.

Tjiptono, F. (2014). Strategi Pemasaran . Sleman: ANDI.

Wahyuni, S. 2012. Qualitative Research Method, Jakarta: Salemba Empat.

Weaver, D., 2001. Ecotourism. Australia: John Wiley and Sons Australia, Ltd.

Wulandari, A. D., Isyandi, B., & Ekowrso, H. (2022). Analisis Tingkat Partisipasi
Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Di Kabupaten Indragiri Hulu.
Jurnal Niara, 15(1), 72-87

Yudaswara, R. A., Rizal, A., Pratama, R. I., & Suryana, A. A. H. (2018). Analisis
kelayakan usaha produk olahan berbahan baku ikan nila (Oreochromis
niloticus) (Studi Kasus di CV Sakana Indo Prima Kota Depok). Jurnal
Perikanan Kelautan, 9(1).

Anda mungkin juga menyukai