Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MIKROBIOLOGI LANJUTAN
“Uji Sterilisasi”

Dosen Pengampu:
Alfiranty Yunita. S. Farm., M. Si., Apt.

Oleh:

Kelompok 1
Kelas A
Ayu Efiyanti (212511212)
Feratiwi (212531289)
Ninda Ayu Lestari (212531306)
Pebrianti Palinggi (212531311)
Sabrina Fajri Umar (212521265)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
KOLAKA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sediaan steril merupakan sediaan dengan persyaratan khusus, antara lainsteril
bebas mikroorganisme dan pirogen sehingga haru memerlukan pross sterilisasi.
Sterilisasi berfungsi untuk membunuh semua mikroorganisme baik dalam bentuk
spora maupun non spora dari bakteri, virus dan protozoa yang dapat berbahaya
bagi kesehatan manusia bila mengkontaminasi (WHO, 2015).

Metode sterilisasi secara umum dibagi menjadi dua yaitu sterilisasi panas dan
sterilisasi tanpa panas. Salah satu metode sterilisasi panas yang umum digunakan
adalah sterilisasi uap, dimana pemanas tersebut dihasilkan dari uap pemanasan
air (Dion & Parker, 2013).

Uji sterilisasi sangat penting karena sediaan steril merupakan sediaan yang
sangat kritis dari segi pemakaiannya. Oleh karena itu, uji sterilisasi perlu
dilakukan pada semua sediaan sitostatika yang diproduksi. Tujuannya adalah
untuk memastikan bahwa metode yang dipakai tidak dipengaruhi oleh bahan-
bahan dalam sediaan yang mungkin dapat menghambat pertumbuhan mikroba
yang mengkontaminasi sediaan (Setyani & Dina, 2019).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sterilisasi ?
2. Apa saja metode pada sterilisasi ?
3. Bagaimana cara pemeriksaan sterilisasi ?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi sterilisasi ?
5. Apa saja alat-alat yang harus di sterilisasi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sterilisasi
2. Untuk mengetahui metode pada sterilisasi
3. Untuk mengetahui cara pemeriksaan sterilisasi
4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi sterilisasi
5. Untuk mengetahui alat-alat yang harus disterilisasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses penghilangan atau membunuh mikroorganisme
(protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus) dalam benda atau peralatan untuk
menjaga peralatan dilaboratorium tetap bersih atau steril serta mencegah terjadinya
kontaminasi (Istini, 2020).
Uji sterilisasi adalah suatu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya mikroorganisme hidup atau yang mempunyai daya hidup dalam suatu
sediaan yang telah disterilkan (Istini, 2020).

B. Metode Sterilisasi
Menurut Tungadi (2017), ada 3 metode sterilisasi yang dapat dilakukan yaitu:
1. Metode fisika
a. Dengan pemanasan
Kemampuan mematikan mikroorganisme dengan panas tergantung pada
derajat panas, lamanya pemaparan, dan kehadiran uap air. Metode
sterilisasi panas dapat dibagi menjadi panas kering dan panas lembab:
Pemanasan kering
Bahan-bahan yang tahan terhadap penghancuran pada temperatur di atas
1.400°C (2840°F) dapat dijadikan steril dengan alat-alat dari panas kering.
Dua jam pemaparan pada temperatur 1.800°C (3.560°F) atau 45 menit pada
2.600°C (5.000°F) secara normal dapat membunuh spora sebaik bentuk
vegetatif pada seluruh mikroorganisme.
 Udara Panas- oven
Bahan yang karena karakteristik fisikanya tidak dapat disterilisasi
dengan uap air disterilisasi pada sebuah oven udara panas. Termasuk
kelompok ini adalah minyak-minyak tertentu, parafin, petrolatum,
petrolatum cair, gliserin, propilen glikol; serbuk stabil seperti talk,
kaolin, dan ZnO, dan bahan obat tertentu . Disamping itu, sterilisasi
panas kering lebih efektif untuk alat-alat gelas dan banyak peralatan
bedah. Harus ditekankan bahwa minyak tertentu, petrolatum, serbuk
kering, dan bahan bahan tertentu lainnya tidak dapat disterilisasi pada
autoklaf.
 Penangas Minyak dan Lainnya
Stabilitas kimia kering dari ampul tersegel dapat disterilisasikan dengan
mencelupkan ampul ke dalam sebuah penangas minyak mineral pada
temperatur 1.600°C. Larutan panas yang tersaturasi menggunakan
natrium atau amonium klorida dapat digunakan juga pada sterilisasi
penangas. Metode ini khusus sterilisasi panas kering dimana penangas
minyak digunakan juga untuk sterilisasi pada alat-alat bedah, khususnya
pada gunting bedah. Minyak dapat beraksi sebagai pelincir, untuk
menjaga ketajaman alat, dan pengawetan akhir.
 Pemijaran Langsung
Pemijaran langsung digunakan untuk sterilisasi spatula logam, alat
gelas, filter logam dari bekerfeld dan filter bakteri lainnya, mulut botol,
vial dan labu, gunting, jarum logam dan kawat dan alat lainnya dimana
bakteri tidak hancur dengan pemijaran langsung. Spatula, lumpang dan
alu dapat disterilisasi dengan metode ini. Dalam keadaan darurat ampul
dapat disterilisasi dengan memposisikan bagian leher ampul ke arah
bawah pada lubang kawat keranjang dan dipijarkan langsung pada api
dengan hati-hati. Setelah pendinginan, ampul harus segera diisi dan
disegel.
Pemanasan lembab
Sterilisasi uap dilakukan dalam autoklaf dan menggunakan uap air
dengan tekanan. Cara ini diakui sebagai cara yang tepat pada hampir semua
keadaan dimana produk mampu diperlakukan seperti sterilisasi ini.
Sebagian besar produk farmasi tidak tahan panas dan tidak dapat
dipanaskan dengn aman pada temperatur yang dibutuhkan untuk sterilisasi
panas kering (lebih kurang 1.700°C). Bila ada kelembaban (uap air),
bakteri terkoagulasi dan dirusak pada temperatur yang lebih rendah
daripada bila tidak ada kelembaban. Kenyataannya, sel bakteri dengan
kadar air besar umumnya lebih mudah dimatikan. Spora-spora yang kadar
airnya relatif rendah lebih sukar dihancurkan. Mekanisme penghancuran
bakteri oleh uap air panas adalah karena adanya denaturasi dan koagulasi
beberapa protein esensial organisme tersebut.
 Uap Air di Bawah Tekanan
Penggunaan uap air di bawah tekanan adalah metode yang paling efektif
dan pada umumnya adalah sterilisasi yang memuaskan dan sesuai.
Waktu yang dibutuhkan untuk sterilisasi pada larutan menggunakan
autoklaf pada 1.210°C adalah 12 menit ditambah waktu untuk larutan
dalam wadah untuk mencapai 1.210°C setelah termometer pensteril
menunjukkan temperatur ini. Pada umumnya larutan 100 ml atau 200 ml
dalam botol akan membutuhkan paling kurang 5 menit, 500 ml
membutuhkan antara 10 dan 15 menit, dan 1000 ml membutuhkan
antara 15 dan 20 menit untuk mencapai temperatur 1.210°C setelah
termometer autoklaf menunjukkan temperatur ini.
 Pemanasan Lembab Pada 1.000°C
Pemanasan lembab pada 1.000°C dapat digunakan pada bentuk uap
mengalir atau air mendidih. Metode ini dibatasi penggunaannya dan
kebanyakan efektif digunakan untuk sterilisasi suatu larutan yang terdiri
dari suatu bakterisida dan sterilisasi alat semprot, dan lain-lain.
 Pemanasan dengan Suatu Bakterisida
Pemanasan dengan bakterisida menghasilkan suatu aplikasi khusus dari
pemanasan uap air pada 1.000°C. Kehadiran dari bakterisida
meningkatkan efektifitas dari metode ini. Metode sterilisasi ini
digunakan untuk larutan berair atau suspensi untuk obat-obat yang tidak
stabil pada suhu yang umumnya digunakan pada autoklaf. Larutan
dengan ditambahkan bakterisida dipanaskan dalam wadah akhir yang
disegel pada 1.000°C selama 30 menit pada sterilisator uap air atau
penangas air. Bakterisida yang dapat digunakan meliputi 0,5 % fenol,
0,5 % klorbutanol, 0,2 % klorkresol, atau 0,002 % fenil merkuri nitrat.
Metode ini seharusnya tidak digunakan untuk injeksi intravena jika
dosis tunggal dari larutan lebih dari 15 ml.

a. Tanpa Pemanasan (Sterilisasi dengan Radiasi)


Prinsip sterilisasi dengan radiasi telah diketahui sejak 1940. Pada
dasarnya, interaksi yang diduga antara partikel dengan bahan yang
menyebabkan keduanya terionisasi dan tereksitasi. Ionisasi ini
menghasilkan bentuk pasangan ion, meliputi semburan orbital
elektron (sisi negatif) dan pasangannya (sisi positif).

b. Metode Kimia
 Metode gas
Beberapa senyawa yang tidak tahan panas dan uap disterilkan
dengan baik dengan pemaparan gas etilen oksida atau propilen
oksida. Gas ini sangat mudah terbakar bila kontak dengan udara,
tetapi dapat digunakan dengan aman bila diencerkan dengan gas
inert seperti CO2 atau hidrokarbon terfluoronasi dengan sempurna.
Besarnya sifat penembusan gas etilen oksida membuat gas ini
berguna sebagai zat pensteril pada pemakaian khusus, seperti
sterilisasi peralatan operasi dan kedokteran dan alat-alat seperti
keteter, jarum, alat suntik plastik sekali pakai pada pengemasan
akhir dengan plstik segera sebelum sebelum pengiriman.
Sterilisasi gas digunakan melalui pemaparan suatu gas atau uap air
yang dapat membunuh mikroorganisme dan sporanya. Sterilisasi
gas digunakan dalam farmasi untuk mensterilkan bahan-bahan
termolabil.

c. Metode Mekanik
 Filtrasi
Filtrasi adalah pemindahan bahan-bahan partikulat dari suatu
cairan mengalir. Sterilisasi filtrasi adalah suatu proses
pemindahan, tetapi tidak menghancurkan mikroorganisme.
Filtrasi, salah satu metode sterilisasi paling tua yang merupakan
metode pilihan untuk larutan yang tidak stabil pada proses
sterilisasi.

C. Pemeriksaan Sterilitas
Menurut Setyani (2019), digunakan untuk menetapkan ada tidaknya bakteri,
jamur dan ragi yang hidup dalam sediaan yang diperiksa. Dilakukan dengan teknik
aseptik yang cocok. Sebelum dilakukan uji sterilitas, untuk zat-zat:
 Pengawet larutan diencerkan dahulu, sehingga daya pengawetnya sudah tidak
bekerja lagi.
 Antibiotik: daya bakterisidanya diinaktifkan dulu, misalnya pada Penicillin
ditambah enzym Penicillinase. Pemeriksaan ini dilakukan sebagai berikut:
a. Dibuat perbenihan A untuk memeriksa adanya bakteri yang terdiri dari:
 Perbenihan thioglikolat untuk bakteri aerob, sebagai pembanding digunak
Bacillus subtilise atau Sarcina lutea.
 Perbenihan thioglikolat yang dibebaskan dari oksigen terlarut dengan
memanaskan pada suhu 100°C selama waktu yang diperlukan, untuk
bakteri anaerob, sebagai pembanding digunakan Bacteriodes vulgatusn
atau Clostridium sporogenus.
b. Dibuat perbenihan B untuk memeriksa adanya jamur dan ragi, untuk itu
dipakai perbenihan asam amino, sebagai pembanding digunakan Candida
albicans.Penafsiran hasil: zat uji dinyatakan pada suhu 30°C- 32°C selama
tidak kurang dari 7 hari, tidak terdapat pertumbuhan jasad renik.

D. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Sterilisasi


Menurut Wulandari dkk (2022), ada 8 faktor-faktor yang mempengaruhi
sterilisasi yaitu:
1. Bila mikroorganisme yang berkontaminasi pada alat banyak berkurang oleh
karena pembersihan, maka sterilisasi hanya memerlukan waktu kontak yang
relatif singkat. Keadaan alamiah mikroorganisme pada spesies yang berbeda
mempunyai kepekaan terhadap panas atau zat kimia yang berlainan pula.
Perbedaan paling jelas ialah diantara sel vegetatif dengan endospora bakteri
dimana lingkungan dapat meningkatkan atau menurunkan daya kerja zat
kimia tersebut.
2. Faktor penularan penyakit
Dalam pengendalian penyebaran infeksi, tindakan yang harus dilakukan
adalah memutuskan mata rantai proses penularan penyakit, yang dikenal
dengan istilah "circulair chain of the infectious process", yaitu: Penyebab
(causative agent) merupakan mata rantai pertama yang harus dimusnahkan,
biasanya penyebab penyakit menular ini adalah mikroorganisme baik kuman,
virus, jamur dan sebagainya, untuk memusnahkannya dapat dilakukan dengan
sterilisasi.
3. Penampung (reservoir) Merupakan tempat-tempat mikroorganisme hidup dan
berkembang biak, maka untuk mematahkan mata rantai harus selalu dijaga
kebersihan ruangan, lingkungan serta alat-alat yang dipergunakan di tempat
perawatan, selain itu operator harus selalu menyadari bahwa setiap pasien
mungkin merupakan pembawa dan sumber infeksi.
4. Pintu keluar (portal of exit) yaitu rute atau jalur yang dilalui kuman-kuman
pathogen meninggalkan tubuh manusia.
5. Pemindahan (mode of transfer) adalah penularan bibit penyakit yang dapat
terjadi dengan berbagai cara diantaranya melalui udara, sentuhan badan atau
melalui peralatan.
6. Pintu masuk (portal of entry) yaitu masuknya kuman-kuman pathogen ke
tubuh manusia, dapat melalui saluran pencernaan, saluran pernapasan, kulit
dan selaput lender.
7. Kerentanan penerima (susceptible host) mata rantai ini sukar dipatahkan
karena tergantung pada daya tahan dan kesehatan perorangan.
8. Faktor pelaksana Hal-hal yang perlu diperhatikan pada faktor pelaksana antara
lain: hygiene pribadi dan hygiene tangan yang baik. Faktor pelaksanaan
meliputi kebersihan badan dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pelaksana
selalu berpenampilan rapih, memakai baju pelindung dan masker serta
memperhatikan kebersihan tangan untuk menghindari pemindahan kuman ke
pasien atau sebaliknya.

E. Sterilitas Peralatan
Menurut Wulandari dkk (2021), ada 4 macam sterilisasi peralatan yaitu:
1. Metode Sterilisasi Basah
Metode sterilisasi basah dilakukan menggunakan autoklaf yang dioperasikan
dengan uap air dibaah tekanan. Metode ini digunakan terutama untuk sterilisasi
media, cairan dan peralatan laboratorium. Peralatan laboratorium yang dapat
disterilisasi menggunakan metode ini adalah sebagai berikut:
 Peralatan yang terbuat dari plastik berkualitas baik seperti polypropylene,
polymethylpentene, polyallome, Tefzel, polytetrafluoroethylene (PTFE),
dan Teflon FEP.
 Peralatan yang terbuat dari kaca seperti botol kultur, gelas beaker dan
pipet.

2. Metode Sterilisasi Kering


Oven pengering merupakan peralatan yang digunakan dalam sterilisasi
kering. Sterilisasi ini membutuhkan waktu pemaparan yang lebih lama dan
suhu yang lebih tinggi dibandingkan sterilisasi dengan menggunakan
metode basah.
Metode sterilisasi kering biasanya digunakan pada peralatan
laboratorium yang tidak dapat basah dan peralatan yang tidak dapat
meleleh, terbakar ataupun berubah bentuk jika terkena suhu tinggi. Peralatn
yang dapat disterilisasi menggunakan metode ini adalah sebagai berikut:
 Peralatan yang terbuat dari kaca seperti cawan petri, pipet, tabung reaksi,
botol kultur.
 Peralatan yang terbuat dari logam seperti skalpel, gunting, pinset, mata
pisau, spatula.

3. Sterilisasi Menggunakan Api


Sterilisasi ini biasanya dilakukan dalam Laminar Air Flow (LAF) untuk
peralatan yang terbuat dari logam dengan menggunakan api bunsen.
Peralatan tersebut yaitu:
 Pinset
 Skalpel
 Batang L
 Jarum inokulum
4. Sterilisasi Menggunakan Glass Bead Sterilizer
Peralatan logam selain dapat disterilisasi menggunakan api juga dapat
disterilisasi menggunakan Glass Bead Sterilizer. Alat sterilisasi ini
memiliki panas 2750C – 350 0C sehingga dapat membunuh spora jamur dan
bakteri yang menempel pada permukaan peralatan yang kita gunakan.
Peralatan yang disterilisasi menggunakan Glass Bead Sterilizer yaitu:
 Tang
 Gunting
 Penjepit
 Pisau bedah
 Jarum
 Loop inokulasi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sterilisasi merupakan suatu proses menghilangkan atau membunuh
mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, virus) dalam benda atau peralatan untuk
menjaga peralatan dilaboratorium tetap bersih atau steril, serta mencegah
terjadinya kontaminasi. Terdapat 3 metode sterilisasi yaitu metode fisika, metode
kimia, metode mekanik.
DAFTAR PUSTAKA

Dion,M & Parker, W. 2013. Steam sterilization principles. Pharmaceutical


Engineering. 33 (6).

Istini, I. (2020). Pemanfaatan plastik polipropilen standing pouch sebagai salah satu
kemasan sterilisasi peralatan laboraturium, Indonesian Journal of
Laboratory, 2 (3), 41-46.

Setyani, W., dan Dina, C.A.P., 2019. Resep Dan Peracikan Obat. Ed. 1. Sanata
Dharma University Press, Yogyakarta, Indonesia. PP. 65-66.

Tungadi, R. 2017 . Teknologi Sediaan Steril. Sagung Seto. Jakarta.

World Health Organization. 2015. The International Pharmacopoeia. Fifth Edition.

Wulandari, D.K., Noviyanti, R.P., Lamria, S., Raden, S., Yoga, A.U., Suprapto, A.,
dan Mei, R.E.S. 2022. Manajemen Patient Safety Keperawatan. Ed. 1. PT.
Global Eksekutif Teknologi. Padang, Sumatera Barat, Indonesia. PP. 75-76.

Wulandari, S., Nisa, Y.S., Taryono, T., Indarti, S., & Sayekti, R. S. (2021). Sterilisasi
Peralatan Dan Media Kultur Jaringan. Agrotechnology Innovation
(Agrinova). 4 (2). 16-19.

Anda mungkin juga menyukai