MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) KUPANG 2023 Sumber: https://ojs.unm.ac.id/jppsd/index
Judul Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran melalui bimbingan
berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi guru SD Inpres 10/73 Welado Kabupaten Bone Jurnal Jurnal Pendidikan & pembelajaran sekolah dasar Volume & Halaman Volume 1, nomor 2 Tahun 2021 Penulis Arsyad Reviewer Muhammad Ahda Alfin Syuhada Tanggal 14 Mei 2023
Latar Belakang Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber
daya manusia dan dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju. Tenaga gurulah yang mendapatkan perhatian lebih banyak di antara komponen-komponen sistem pendidikan. Direktorat Pembinaan SD (2008:3) menyatakan ”kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan sekolah dalam mengelola proses pembelajaran, dan lebih khusus lagi adalah proses pembelajaran yang terjadi di kelas, dalam menentukan kualitas pendidikan konsekuensinya, adalah guru harus mempersiapkan (merencanakan ) segala sesuatu agar proses pembelajaran di kelas berjalan dengan efektif”. Hal ini berarti bahwa sebagai fasilitator yang mengelola proses pembelajaran di kelas mempunyai andil dalam menentukan kualitas pendidikan. Perencanaan yang matang diperlukan supaya pelaksanaan pembelajaran berjalan secara efektif. Perencanaan pembelajaran dituangkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP memuat KD, indicator yang akan dicapai, materi yang akan dipelajari, metode pembelajaran, langkah pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar serta penilaian. Guru pada satuan Pendidikan berkewajiban untuk Menyusun silabus dan RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Metode Penelitian Penelitian tindakan sekolah dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat peningkatan kompetensi guru dalam Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP ). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat peningkatan yang terjadi dari siklus ke siklus. Teori - Pembahasan Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan di SD Inpres 10/73 Welado yang merupakan sekolah binaan peneliti berstatus swasta, terdiri atas delapan guru, dan dilaksanakan dalam dua siklus. Kedelapan guru tersebut menunjukkan sikap yang baik dan termotivasi dalam menyusun RPP dengan lengkap. 1. Komponen identitas mata pelajaran Pada siklus pertama semua guru (delapan orang) mencantumkan identitas mata pelajaran dalam RPP-nya (melengkapi RPP-nya dengan identitas mata pelajaran). Lima orang guru mendapat skor 3 (baik) dan tiga orang mendapat skor 4 (sangat baik). Pada siklus kedua kedelapan guru tersebut mencantumkan identitas mata pelajaran dalam RPP-nya. Semuanya mendapat skor 4 (sangat baik). 2. Komponen standar kompetensi Pada siklus pertama semua guru delapan orang) mencantumkan standar kompetensi dalam RPP-nya (melengkapi RPPnya dengan standar kompetensi). Lima orang guru mendapat skor 4 (sangat baik). Pada siklus kedua kedelapan guru tersebut mencantumkan standar kompetensi dalam RPP-nya. Dua orang mendapat skor 3 (baik) dan enam orang mendapat skor 4 (sangat baik). 3. Komponen kompetensi dasar Pada siklus pertama semua guru (delapan orang) mencantumkan kompetensi dasar dalam RPP-nya (melengkapi RPP-nya dengan kompetensi dasar). Pada siklus kedua kedelapan guru tersebut mencantumkan kompetensi dasar dalam RPP-nya. Dua orang mendapat skor 3 (baik) dan enam orang mendapat skor 4 (sangat baik). 4. Komponen indikator pencapaian kompetensi Pada siklus pertama tujuh orang guru mencantumkan indikator pencapaian kompetensi dalam RPP-nya. Sedangkan satu orang tidak mencantumkan/melengkapinya. Dua orang guru masing- masing mendapat skor 1dan 2 (kurang baik dan cukup baik). Empat orang guru mendapat skor 3 (baik). Pada siklus kedua kedelapan guru tersebut mencantumkan indikator pencapaian kompetensi dalam RPP-nya. Tujuh orang mendapat skor 3 (baik) dan satu orang mendapat skor 4 (sangat baik). 5. Komponen tujuan pembelajaran Pada siklus pertama semua guru (delapan orang) mencantumkan tujuan pembelajaran dalam RPP-nya (melengkapi RPP-nya dengan tujuan pembelajaran). Satu orang guru mendapat skor 1 (kurang baik), dua orang mendapat skor 2 (cukup baik), dan lima orang mendapat skor 3 (baik). Pada siklus kedua kedelapan guru tersebut mencantumkan tujuan pembelajaran dalam RPP-nya. Lima orang mendapat skor 3 (baik) dan tiga orang mendapat skor 4 (sangat baik). 6. Komponen materi ajar Pada siklus pertama semua guru (delapan orang) mencantumkan materi ajar dalam RPP-nya (melengkapi RPP- nya dengan materi ajar). Satu orang guru masing-masing mendapat skor 1 dan 4 (kurang baik dan sangat baik), dua orang mendapat skor 2 (cukup baik), dan empat orang mendapat skor 3 (baik). Pada siklus kedua kedelapan guru tersebut mencantumkan materi ajar dalam RPP-nya. Enam orang mendapat skor 3 (baik) dan dua orang mendapat skor 4 (sangat baik). 7. Komponen alokasi waktu Pada siklus pertama semua guru (delapan orang) mencantumkan alokasi waktu dalam RPP-nya (melengkapi RPP-nya dengan alokasi waktu). Semuanya mendapat skor 3 (baik). Pada siklus kedua kedelapan guru tersebut mencantumkan alokasi waktu dalam RPP-nya. Tiga orang mendapat skor 3 (baik) dan lima orang mendapat skor 4 (sangat baik). 8. Komponen metode pembelajaran Pada siklus pertama semua guru (delapan orang) mencantumkan metode pembelajaran dalam RPP-nya (melengkapi RPP-nya dengan metode pembelajaran). Dua orang guru mendapat skor 2 (cukup baik), lima orang mendapat skor 3 (baik), dan satu orang mendapat skor 4 (sangat baik). Pada siklus kedua kedelapan guru tersebut mencantumkan metode pembelajaran dalam RPP-nya. Satu orang mendapat skor 2 (cukup baik), enam orang mendapat skor 3 (baik), dan satu orang mendapat skor 4 (sangat baik 9. Komponen langkah-langkah kegiatan pembelajaran Pada siklus pertama semua guru (delapan orang) mencantumkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam RPP-nya (melengkapi RPP-nya dengan langkah-langkah kegiatanmpembelajaran). Tujuh orang guru mendapat skor 2 (cukup baik), sedangkan satu orang mendapat skor 3 (baik). Pada siklus kedua kedelapan guru tersebut mencantumkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam RPP-nya. Satu orang mendapat skor 2 (cukup baik) dan tujuh orang mendapat skor 3 (baik). 10. Komponen sumber belajar Pada siklus pertama semua guru (delapan orang) mencantumkan sumber belajar dalam RPP-nya (melengkapi RPP-nya dengan sumber belajar). Tiga orang guru mendapat skor 2 (cukup baik), sedangkan lima orang mendapat skor 3 (baik). Pada siklus kedua kedelapan guru tersebut mencantumkan sumber belajar dalam RPP-nya. Dua orang mendapat skor 2 (cukup baik) dan enam orang mendapat skor 3 (baik) 11. Komponen penilaian hasil belajar Pada siklus pertama semua guru (delapan orang) mencantumkan penilaian hasil belajar dalam RPP-nya meskipun sub-sub komponennya (teknik, bentuk instrumen, soal), pedoman penskoran, dan kunci jawabannya kurang lengkap. Dua orang guru masing-masing mendapat skor 1 dan 3 (kurang baik dan baik), tiga orang mendapat skor 2 (cukup baik), dan satu orang mendapat skor 4 (sangat baik). Pada siklus kedua kedelapan guru tersebut mencantumkan penilaian hasil belajar dalam RPP-nya meskipun ada guru yang masih keliru dalam menentukan teknik dan bentuk penilaiannya. Tujuh orang mendapat skor 3 (baik) dan satu orang mendapat skor 4 (sangat baik). Berdasarkan pembahasan di atas terjadi peningkatan kompetensi guru dalam Menyusun RPP. Pada siklus I nilai rata-rata komponen RPP 69%, pada siklus II nilai rata-rata komponen RPP 83%, terjadi peningkatan 14%. Kelebihan Telah dipaparkan dengan baik bagaimana penelitian yang telah dilakukan serta lengkapnya data lapangan yang didapat. Kekurangan Perlu ditambah landasan teori yang lebih kompleks dan terperinci lagi. Kesimpulan Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dapat disimpulkan sebagai berikut. Bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan motivasi guru dalam Menyusun RPP dengan lengkap. Guru menunjukkan keseriusan dalam memahami dan menyusun RPP apalagi setelah mendapatkan bimbingan pengembangan/penyusunan RPP dari peneliti. Bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP. Hal itu dapat dibuktikan dari hasil observasi /pengamatan yang memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP dari siklus ke siklus . Pada siklus I nilai rata-rata komponen RPP 69% dan pada siklus II 83%. Jadi, terjadi peningkatan 14% dari siklus I. Sumber: https://doi.org/10.23887/jppp.v6i3.55749
Judul Kurikulum merdeka: pemaknaan merdeka dalam perencanaan
pembelajaran di Sekolah Dasar Jurnal Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Volume & Halaman Volume 6, Halaman 3 Tahun 2022 Penulis Yekti Ardianti dan Nur Amalia Reviewer Muhammad Ahda Alfin Syuhada Tanggal 14 Mei 2023
Latar Belakang Kurikulum memiliki peranan penting berbentuk perangkat
pembelajaran yang berisi tentang perencanaan kegiatan pembelajaran dalam bentuk suatu proses pemerolehan pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan melalui rangkaian kegiatan pembelajaran. Kurikulum juga dapat diartikan sebagai suatu proses yang meliputi penentu dalam tujuan pembelajaran berdasarkan beberapa aspek seperti aspek kebutuhan, pemilihan materi dan metode pembelajaran, pengembangan materi dan aktivitas pembelajaran, evaluasi hasil pembelajaran yang dirancang dengan mempertimbangkan perkembangan karakteristik peserta didik. urikulum merdeka merupakan sebuah cara dalam menjawab tantangan Pendidikan yang terjadi akibat adanya krisis Pendidikan pasca endemi. Kurikulum merdeka yang lahir untuk mengatasi permasalahan Pendidikan di masa endemi ini merumuskan beberapa kebijakan baru yang secara konseptual memberikan kebebasan baik bagi lembaga maupun peserta didik dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Melalui perubahan kurikulum ini diharapkan akan adanya perubahan dalam dunia Pendidikan yang lebih berfokus pada pengembangan karakter dan keterampilan lunak berdasarkan kompetensi. Merdeka belajar ini terlahir karena ada banyaknya permasalahan yang terjadi di dunia Pendidikan namun lebih berfokus pada sumber daya. Inti dari kebijakan merdeka belajar ini bertujuan untuk mengembalikan pengelolaan Pendidikan kepada sekolah dan pemerintah daerah melalui fleksibilitas dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi program Pendidikan Metode Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teori - Pembahasan 1. Pertama, kesiapan guru dalam pelaksanaan asesmen masih terdapat adanya permasalahan yaitu guru masih merasa bingung dalam penerapan dan pembuatan asesmen diagnostik. Asesmen diagnostic merupakan asesmen yang dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, serta kelemahan peserta didik sehingga pembelajaran dapat dirancang dengan menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik 2. Kedua, perubahan RPP ke modul ajar. Perbedaan yang dirasakan oleh guru dari adanya kurikulum 2013 dengan kurikulum merdeka yaitu adanya perubahan Kompetensi inti (KI) pada kurikulum 2013 menjadi Capaian Pembelajaran (CP) pada kurikulum merdeka. Pada kurikulum merdeka, KI diubah menjadi Capaian Pembelajaran. Dari perubahan tersebut terdapat perbedaan antara CP dengan KI. Perbedaan tersebut yaitu pada kurikulum merdeka CP merupakan rentan waktu yang dialokasikan untuk mencapai tujuan yang sudah ditargetkan yang dirancang berdasarkan fase. Dari CP ini akan dijabarkan menjadi alur tujuan pembelajaran (ATP). Tujuan adanya pengembangan modul ajar ini yaitu untuk memperkaya perangkat sebagian acuan guru pada proses pembelajaran. 3. Ketiga, penyusunan kurikulum operasional. Adanya perbedaan antara kurikulum 2013 dengan kurikulum merdeka tersebut, menimbulkan permasalahan pada guru dalam perencanaan pembelajaran. Setelah mengikuti berbagai pelatihan baik secara online maupun secara langsung, guru masih mendapati kesulitan harus memulia dari mana dalam menyusun modul ajar. Pada penyusunan modul ajar, guru membutuhkan adanya strategi pengembangan modul ajar. Strategi tersebut antara lain yaitu memenuhi kriteria yang telah ada dan kegiatan pembelajaran dalam modul ajar sesuai dengan prinsip pembelajaran dan asesmen. Kriteria penyusunan modul ajar terdiri dari esensial yaitu setiap muatan pembelajaran berkonsep melalui pengalaman belajar dan lintas disiplin ilmu. Menarik, bermakna, dan menantang yaitu guru dapat menumbuhkan minat pada peserta didik dan menyertakan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran. Relevan dan kontekstual yaitu berkaitan dengan unsur kognitif serta pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dan sesuai dengan kondisi waktu dan tempat peserta didik berada. Berkesinambungan yaitu kegiatan pembelajaran harus memiliki keterkaitan dengan fase belajar peserta didik (fase 1, fase 2, fase 3). 4. Keempat, penyusunan modul proyek penguatan profil pelajar Pancasila. Adanya pendidikan karakter yang diterapkan pada kurikulum 2013 dan adanya penguatan profil pelajar Pancasila pada kurikulum merdeka. Pada kurikulum 2013, pendidikan karakter telah diupayakan untuk dapat masuk dalam kurikulum pendidikan yang diatur dalam pasal 3 undang-undang sistem pendidikan nasional yaitu pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa Kelebihan Banyaknya referensi dari beberapa jurnal dan pendapat para ahli Kekurangan Tidak dipaparkan dengan baik bagaimana penelitian yang telah dilakukan serta lengkapnya data lapangan yang didapat Kesimpulan Penerapan kurikulum baru terutama pada kurikulum merdeka ini dibutuhkan adanya pelatihan yang tidak hanya dilakukan sekali namun secara terus-menerus untuk mengkaji lebih dalam komponen dari setiap kurikulum yang akan diterapkan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa guru masih mengalami kesulitan dalam menyusun modul ajar, penilaian sumatif, serta asesmen diagnostik. Guru sudah berusaha untuk mengikuti berbagai pelatihan, namun dalam pelaksanaannya guru masih mengalami kesulitan sehingga menghambat implementasi dari kurikulum merdeka. Dalam kurikulum merdeka ini banyak hal baru yang harus dipelajari oleh guru lebih dalam. Salah satunya yaitu cara dalam menyusun modul ajar, perencanaan asesmen diagnostik, penilaian sumatif serta penguatan profil pelajar Pancasila. Masih banyak kekurangan dalam implementasi dari proyek profil pelajar Pancasila tersebut. Kekurangan tersebut berkaitan dengan perancangannya yang masih kurang tersusun. Sehingga sekolah hanya melaksanakan proyek tersebut sebagai pengguguran dalam kegiatan satu semester.
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional