Disusun Oleh :
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) dengan lancar. Sholawat beriringkan salam semoga senantiasa
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan sahabat-Nya
serta umat Islam yang selalu istiqomah dijalan-Nya.
Penulis sangat berharap, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan para pembaca pada umumnya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar dapat menjadi bahan
pembelajaran atau referensi untuk membuat laporan yang lebih baik ke depannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Produk-produk olahan, baik makanan, minuman, obat-obatan, maupun
kosmetika, kiranya dapat dikategorikan kedalam kelompok musytabihat
(syubhat), apa lagi jika produk tersebut berasal dari negri yang penduduknya
mayoritas non muslim, sekalipun bahan bakunya berupa bahan suci dan halal.
1
berkembang terkait pencampuran daging babi kedalam bahan mentah yang akan
diolah menjadi bakso.
Untuk mengenai hal ini, dan untuk menjadikan masyarakat tenang dan tidak
gelisah atas makanan yang dikonsumsinya maka pihak Majelis Ulama Indonesia
Provinsi Riau mengeluarkan sertifikat halal untuk menentramkan batin yang
mengkonsumsinya serta memberikan rasa aman pada masyarakat. Salah satu
Organisasi dan lembaga dakwah seperti Majelis Ulama Indonesia mempunyai
peran dalam menyelesaikan masalah ini, dan mengupayakan agar masalah ini
tidak menjadi masalah yang serius dalam masyarakat, karena hal ini mampu
menimbulkan konflik dan keresahan pada masyarakat.
2
B. Tujuan Praktek Kkerja Lapangan (Job Training)
1. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan yang tidak didapat di bangku
perkuliahan.
2. Melatih diri mahasiswa untuk belajar berdisiplin dan mematuhi segala
peraturan dan ketentuan yang telah di tetapkan oleh Majelis Ulama
Indonesia Provinsi Riau sebagai tempat pelaksanaan PKL (Job Training).
3. Sebagai wadah untuk belajar bekerja, sebagai persiapan bagi mahasiswa
sebelum memasuki unia kerja.
4. Belajar membiasakan diri untuk bekerja secara professional dan
mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh di bangku kuliah.
5. Menjalin hubungan dan kerja sama antara Majelis Ulama Indonesia
Provinsi Riau dengan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara sebagai
lembaga pendidikan yang menghasilakn tenaga kerja dengan dunia kerja
sebagai lembaga yang menggunakan tenaga kerja.
6. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian professional dengan
tingkat pengetahuan, keterampilan dan etos kerja sesuai dengan tuntutan
lapangan kerja.
7. Untuk mengetahui bagaimana proses tata cara dalam menghasilkan
sebuah sertifikasi halal terhadap suatu produk makanan, minuman, obat-
obatan, ataupun kosmetik.
8. Untuk mengetahui jenis produk apa saja yang telah diberikan sertifkasi
halal oleh Majelis Ulama Indonesia Provinsi Riau.
C. Target PKL
Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara LPPOM MUI dalam
mengetahui bahwa obat, makanan, atau kosmetik tersebut dapat diberikan label
halal atau aman dikonsumsi dan digunakan.
3
E. Alasan Memilih LPPOM MUI RIAU
Alasan kami melaksanakan PKL di kantor LPPOM MUI RIAU adalah untuk
mengetahui proses atau tata cara yang harus ditempuh untuk mendapatkan atau
memperoleh sertifikasi halal. Kami memilih kantor LPPOM MUI RIAU
dikarenakan terlalu penuh (padatnya) mahasiswa yang melaksanakan PKL di
kantor LPPOM MUI Sumatera Utara, sehingga memaksa kami untuk
melaksanakan PKL di kantor LPPOM MUI yang berada di luar Provinsi, dan
kami memutuskan untuk melaksanakan PKL di Kantor MUI RIAU. Perwakilan
kelompok kami datang ke kampus mengurus surat pengantar dari Fakultas
Syari’ah dan Hukum UIN Sumatera Utara. Kemudian kami menempuh jarak yang
lumayan jauh untuk mengunjungi kantor MUI RIAU. Setelah sampai di kantor
MUI RIAU, kami mengajukan surat pengantar yang berisikan permohonan izin
PKL yang diterbitkan. Dikantor MUI RIAU, kami disambut dengan hangat oleh
para pegawai yang berada di kantor. Pada hari Senin, 7 Februari 2022 kami di
terima secara resmi oleh Ketua Umum MUI RIAU Prof. Dr. H. Ilyas Husti, M.A.
4
BAB II
PENJELASAN
5
Ulama Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa mereka adalah
pewaris tugas-tugas para nabi (warasatul anbiya). Maka mereka terpanggil
untuk berperan aktif dalam membangun masyarakat melalui wadah MUI,
seperti yang pernh dilakukan oleh ulama pada zaman penjajahan dan
perjuangan kemerdekaan. Disisi lain umat Indonesia menghadapi
tantangan global yang sangat berat. Kemajuan sains dan teknologi yang
dapat menggoyahkan batas etika dan moral, serta budaya global yang
didominasi Barat, serta pendewaan kebendaan dan pendewaan hawa nafsu
yang dapat melunturkan aspek religiusitas masyarakat serta meremehkan
peran agama dalam kehidupan umat manusia.
6
hubungan serta kerjasama antar organisasi, lembaga Islam dan
cendikiawan muslimin dalam memberikan bimbingan dan tuntunan
kepada masyarakat khususnya umat Islam dengan mengadakan konsultasi
dan informasi secara timbal balik.
7
b) Misi
8
Dari semenjak berdirinya sampai sekarang, MUI Riau telah banyak
mengalami perubahan kepengurusan yakni sebagai berikut:
9
Catatan : Menjelang akhir masa hikmah Ketua Umum KH. Abdul
Hamid Sulaiman wafat, lalu sampai akhir jabatan posisi Ketua Umum
yang dijalankan Dr. H. M. Nazir Karim.
10
Sekretaris : Drs. H. Munziri Ali, MA
Sekretaris : Dr. Heri Sunandar, M.CI
Sekretaris : Drs. Djamaluddin Arbain, MA
Bendahara : H. Marno
11
Ketua : Hj. Sri Evariati, SH, MH
Ketua : Drs. H. Ramli Khatib
Sekretaris Umum : Zulhusni Domo, S. Ag
Sekretaris : Dr. H. Erman Gani, MA
Sekretaris : Drs. H. Abd. Rahman Qoharuddin
Sekretaris : Taslim Prawira, MA
Sekretaris : Drs. H. M. Nasir AS, SH
Sekretaris : Drs. H. Afrizal DS
Sekretaris : Drs. H. Djalaluddin
Sekretaris : Dr. Hj. Daharni Astuti, Lc, MA
Bendahara Umum : Dr. Sri Murhayati, MA
Bendahara : H. Zakariyah, SE
12
Sektretaris : H. Zulhendri, Rais, Lc., M.A.
Sektretaris : Dr. Hj. Daharmi Astuti, Lc., M.A.
Sektretaris : H. Darwison, M.A.
Sektretaris : Dr. Baidarus, M.M., M.Ag.
Sektretaris : Dr. Zamsiswaya, M.A.
Sektretaris : Dr. Nurnasrina, M.Si.
Bendahara Umum : Dr. Sri Murhayati, S.Ag. M.Ag.
Bendahara : H. Jailani
Bendahara : Putri Handayani, S.E.
13
Hamid Sulaiman Terkenal sebagai ulama yang berpandangan Modern atau
pembaharu. KH. Abdul Hamid Sulaiman sangat terkenal dari sudut bidang
keilmuan, kegigihan dan konsistenannya. KH. Abdul Hamid Sulaiman
Pernah pernah dipercaya menjadi Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas
Islam Riau (UIR) di Bangkinang Kampar tahun 1958. Ia pernah pula
menjabat sebagai Dekan Tarbiyah IAIN (Institut Agama Islam Negeri)
Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru pada tahun 1964 dan Dekan Fakultas
Tarbiyah IAIN cabang Tembilahan tahun 1972.
Abdul Hamid Sulaiman juga termasuk salah seorang yang pernah
menjadi ketua Mejlis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Riau. Pada bidang
pemerintahan, KH. Abdul Hamid Sulaiman pernah menjabat sebagai
Anggota DPRD Daerah Tingkat II Indragiri di Rengat. Kiprahnya ini
menunjukkan bahwa KH. Abdul Hamid Sulaiman bukan sebagai seorang
ulama, tetapi juga akademisi pendidikan dan politikus. Selain itu, karena
berasal dari suku Banjar, KH. Abdul Hamid Sulaiman dianggap sebagai
penurus perjuangan Tuan Guru Sapat Syekh Abdurrahman Siddiq al-
Banjari (1967-1939).
3. KH. Bakhtiar Daud (1999-2004/ Hasil Musda III)
Adalah sosok seorang tauladan bagi masyarakat Riau, dimana
berkat jasa beliau dan dibantu dengan masyarakat setempat, maka
berdirilah pondok Pesantren Islamic Centre Al-Hidayah Kampar tercinta
ini, yang telah banyak melahirkan kader-kader bangsa yang berpondasikan
ilmu agama. Beliau dilahirkan tepatnya di Kecematan Kampar pada
tanggal 20 April 1940. mengenai riwayat pendidikan beliau yaitu: SR
1953, SLTP/ MTS 1956, SLTA/ MAN 1960 dan masih banyak yang
lainnya. Tentang Riwayat Pekerjaan: Anggota DPRD Provinsi Riau: 1971-
1977, 1982-1987, 1992- 2004. Dan Guru Agama: 1963 s/d Beliau
dipanggil oleh Allah SWT, dan lain-lainya. Dan mengenai riwayat
Pengalaman organisasi dari KH. Bakhtiar Daud adalah Partai GOLKAR
1970 s/d Beliau Wafat, pengurus MUI Prov. Riau 1974 s/d 2005, ketua
MUI Prov Riau dan lain-lainnya.
14
4. Prof. Dr. H. Mahdini, MA (2004-2015/ Hasil Musda IV dan V)
Lahir di Tembilahan, Riau pada tanggal 13 Maret 1961. Ia adalah
seorang ulama dan akademisi yang menjabat sebagai Ketua MUI Provinsi
Riau pada periode 2004-2015. Dia juga merupakan Guru Besar peradilan
Islam dan Direktur Pascasarjana UIN Sultan Syarif Kasim Riau. Prof. Dr.
H. Mahdini MA adalah seorang berdarah Banjar. Ia menempuh pendidikan
S1 Fakultas Syariah IAIN Sultan Syarif Kasim Riau (1985). Gelar
Magister (S2) dan Dokter (S3) ia peroleh dari IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
5. Prof. Dr. H. M. Nazir Karim, MA
Adalah mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Suska,
ditunjuk menjadi Pelaksana tugas (Plt) Rektor, menjelang rektor terpilih
dilantik. Selain itu beliau merupakan penulis, pembicara dan juga beliau
merupakan seorang pengkritis.
6. Prof. Dr. H. Ilyas Husti, MA (2020-2025Hasil Musda VII)
Prof. Dr. H. Ilyas Husti, adalah mantan ketua Majlis Ulama
Indonesia (MUI) Kota Pekanbaru, yang kemudian terpilih sebagai Ketua
Umum MUI Provinsi Riau, dengan masa jabatan 2020 s/d2025. Selain
sebagai ketua MUI beliau juga pernah menjabat sebagai pimpinan
Program Pascasarjana (PPs) UIN SUSKA Riau pada tahun2014 s/d 2018.
Beliau tercatat pernah melakukan studi manajemen pengelolaan perguruan
tinggi Universitas Jordania, studi pengelolaan perpustakaan King Abdul
Aziz di Universitas Jeddah, studi manajemen pengelolaan perguruan tinggi
di Universitas Madinah dan studi manajemen pengelolaan perguruan
tinggi di university of Ankara. Selain itu beliau juga pernah melakukan
studi pendalaman keislaman Universitas Abu Nur Suriah, studi
pendalaman kajian Qur’an Hadits Universitas Umm Al-Qura Makkah,
penelitian konflik kehidpan beragama di Asia Tenggara di Malaysia pada
tahun 2015, Thailand pada 2006 dan Vietnam pada tahun 2011. Beberapa
penelitian beliau tentang al-Qur’an antara lain, 2motode pengembangan
tahfidz al-Qur’an di Moroko 2012 dan di Bangkok pada 2015,
15
pengembangan motode pengajaran Qur’an Hadits di Al-Azhar Mesir serta
penelitian kehidupan muslim Shanghai dan Guangzou.
Bukan hanya ahli pada penelitian di bidangnya, tetapi juga, pada
masa menjabat sebagai wakil Rektor II UIN SUSKA Riau, beliau mampu
dan juga berhasil mengakselerasi pembangunan gedung kampus, sebanyak
13 gesung berrhasil dirampungkan selama masa jabatan tahun 2005 s/d
2008,sehingga banyak berdampak baik da nada peningkatan dalam
penerimaan mahasiswa baru.
16
C. LPPOM MUI
1. Sejarah LPPOM MUI
Berdirinya Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan kosmetika
Majelis Ulama Indonesia ini, dilatar belakangi oleh isu lemak babi tahun 1988
oleh senat mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang,
dimuat tulisan Prof. Dr. Ir. Tri Susanto, M.Sc. mengenai beberapa jenis
makanan dan minuman yang mengandung lemak babi. Pada mulanya hanya
disebutkan beberapa produk yang diduga kuat mengandung bahan-bahan
haram. Kenyataan ini didasarkan karena terdapatnya bahan-bahan baku
makanan, minuman dan kosmitika mengandung unsur mencurigakan seperti
gelatin, shortening lesitin dan lemak yang sangat mungkin berasal dari hewan
babi dan produk-produk turunannya. Tulisan tersebut kemudian diedarkan
kepada masyarakat luas, bahkan muncul kemudian produk-produk lain diluar
yang disebutkan semula.
Kondisi ini hampir saja memicu kemarahan umat Islam dan melumpuhkan
perekonomian nasional dengan terancam bangkrut perusahaan makanan besar
di Indonesia. Melalui proses, MUI mendirikan suatu lembaga pengkajian
dengan nama “Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika
Majelis Ulama Indonesia” pada tanggal 26 Jumadil Awal 1409 H/6 Januari
1989. Majelis Ulama Indonesia menerbitkan surat keputusan Nomor: Kep.
18/MUI/I/1989 tentang Pembentukan LPPOM MUI yang dipimpin oleh Dr. Ir.
M.Amin Aziz, selaku Direktur.
17
organisasi dibawah Koordinasi LPPOM Riau. Tetapi setelah pemekaran
menjadi Provinsi Kepulawan Riau, dibentuklah LPPOM MUI Kepulawan
Riau dan LPPOM MUI Batam diintegrasikan kedalamnya. Oleh sebab itu
tugas dan tanggung jawab sertifikasi halal produk-produk Dikepulawan Riau
diserahkan sepenuhnya kepada LPPOM MUI Kepulawan Riau setelah selesai
auditing Produk Prusahaan Prenjak di Tanjung Pinang pada Maret tahun 2007.
b. Misi
1) Membina dan menghidupkan LPPOM MUI Daerah sebagai bagian
dari LPPOM MUI pusat.
2) Mengintensifkan pemeriksaan kehalalan pangan, obat-obatan dan
kosmetika yang beredar diwilayah Indonesia bersama LPPOM
MUI Daerah.
3) Meningkatkan kesadaran ummat dalam mengkonsumsi produk
halal melalui penyuluhan dan pendidikan mengenai kehalalan
bersama-sama dengan instansi terkait.
4) Mempererat dan memperluas kerjasama dengan berbagai lembaga
Islam nasional maupun internasional yang berorientasi pada Islam.
5) Mempererat dan memperluas kerjasama dengan berbagai lembaga
terkait nasional maupun internasional.
18
3. Regulasi Halal
Berikut adalah Regulasi Halal untuk suatu produk di Indonesia
19
Bagian Sistem dan Jaminan Halal
1) Ir. Khafzan
1) BPOM
2) Dinas Kesehatan Riau
3) Dinas Peternakan Riau
4) Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM
5) Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
6) Dinas Ketahanan Pangan
7) Perguruan Tinggi Islam
Tim Auditor
a. Auditor Nasional
1) Drs. H. T. Abu Hanifah, M.Si
2) Yuliarti, S.Si
3) Ir. Khafzan
20
4) Amelia Hilda Sari, S.Si
5) Riana Zulfa, M.Si
6) Oktavia Surya Indra, M.Si
7) Ade Putra Perdana, S.Si
8) Fitra Okta Rezi, S.Si
5. Sertifikasi Halal
a) Pengertian Sertifikasi Halal
1) Sertifikat Halal adalah fatwa tertulis MUI yang menyatakan
kehalalan suatu produk sesuai dengan syari’at Islam. Sertifikat
halal ini merupakan syarat untuk mencantuknan label halal.
2) Yang dimaksud dengan produk halal adalah produk yang
memenuhi syarat kehalalan sesuai dengan syari’at Islam yaitu:
Tidak mengandung babi dan bahan yang berasal dari babi.
Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti:
bahan-bahan yang berasal dari organ manusia, darah, kotoran-
kotoran dan lain sebagainya.
Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembelih
menurut tata cara syari’at Islam.
Semua tempat penyimpanan, penjualan, pengelolaan, dan
transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi. Jika pernah
digunakan untuk babi atau barang yang tidak halal lainnya
terlebih dahulu harus dibersihkan dengan tata cara yang diatur
menurut syari’at Islam.
Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung
khamar.
3) Pemegang sertifikat Halal MUI bertanggung jawab untuk
memelihara kehalalan produk yang diproduksinya, dan sertifikat
ini tidak dapat dipindah tangankan.
21
4) Sertifikat yang sudah berakhir masa berlakunya, termasuk foto
kopi nya tidak boleh digunakan atau dipasang untuk maksud-
maksud tertentu.
22
berfungsi sebagai rujukan tetap dalam melaksanakan dan
memelihara kehalalan produk tersebut.
Produsen menyiapkan prosedur baku pelaksanaan untuk
mengawasi setiap proses yang kritis agar kehalalan produknya
terjamin.
Baik panduan halal maupun prosedur baku pelaksanaan yang
disiapkan harus disosialisasikan dan diuji coba dilingkungan
produsen, sehingga seluruh jajaran, dari mulai direksi sampai
karyawan memahami betul bagaimana memproduksi produk halal
dan baik.
Produsen melakukan pemeriksaan intern (audit Internal) serta
mengevaluasi apakah system jaminan halal yang menjamin
kehalalan produk ini dilakukan sebagaimana mestinya.
d) System Pengawasan
Perusahaan wajib menandatangani perjanjian untuk menerima tim
sidik LPPOM MUI.
Perussahaan berkewajiban menyerahkan laporan audit internal
setiap 6 (enam) bulan setelah terbitnya sertifikat halal.
e) Sertifikat MUI Bagi Pengembangan Produk
Pengembangan produk yang dilakukan oleh produsen pemegang
sertifikat MUI harus dilaporkan kepada LPPOM MUI.
Jika produk yang dikembangkan berbeda jenisnya dengan
kelompok produk yang sudah bersertifikat halal MUI, produk
tersebut didaftarkan sebagai produk baru dan diproses mengikuti
prosedur sertifikat halal yang berlaku.
Produk yang sejenis dengan kelompok produk yang sudah
mendapat sertifikat MUI, diinformasikan kepada LPPOM MUI.
Informasi tersebut berisi data tambahan dan nama produk dan
dilengkapi dengan sertifikasi dan bukti pembelian bahan. Dana
tersebut akan dipelajari oleh LP POM MUI untuk ditentukan
tahapan proses selanjutnya.
23
Pendaftaran penambahan produk dengan jenis produk yang sama
dengan produk yang telah mendapat sertifikat halal dan pernah
diaudit sebelumnya tidak perlu melalui pengisian formulir baru.
Pendaftaran dilakukan dengan cara mengajukan surat kepada
direktur LPPOM disertai lampiran daftar ingredient dan alur
prosesnya. Bila dianggap perlu audit dilakukan untuk memeriksa
kesesuaian informasi dalam surat dengan di lapangan.
Hasil auditing dilaporkan dalam rapat auditor. Jika tidak ditemukan
masalah maka dibawa kepada rapat komisi fatwa dan apabila tidak
ada masalah maka direktur akan mengeluarkan surat rekomendasi
yang menyatakan bahwa produk tersebut dapat diproduksi karena
menggunakan bahan-bahan yang pernah digunakan dari produk
yang telah difatwakan sebelumnya.
f) Produk Kemas Ulang (Repacking Product)
Produk kemas ulang (repacking product) atau produk distributor
diaudit ke tempat produksi (Negara asal).
g) Berproduksi Dalam Lingkaran Halal
Prinsip etika dalam produksi yang wajib dilaksanakan oleh setiap
Muslim, baik individu maupun kelompok, adalah berpegang pada
semua yang dihalalkan Allah dan tidak melewati batas. Benar daerah
halal itu luas, tetapi mayoritas jiwa manusia ambisius merasa kurang
puas dengan hal yang halal. Maka akan banyak kita temukan jiwa
manusia yang tergiur kepada sesuatu yang haram dengan melanggar
hukum-hukum Allah.
Islam menghalalkan yang baik-baik, umat Islam dating ketika
manusia dalam keadaan seperti ini dalam memandang makanan
hewani, ada yang mengkonsumsinya secara berlebihan, ada pula yang
secara ekstrim meninggalkannya. Ia menyeru mereka dalam statusnya
sebagai umat manusia agar makan yang baik-baik dari makanan yang
disediakan untuk mereka. Yaitu bumi dengan segala isinya yang telah
diciptakan untuk mereka, agar mereka tidak mengikuti langkah dan
24
jalan setan, yang dihiyasinya untuk sebagian orang, agar mereka
mengharamkan hal-hal yang dihalalkan Allah.
h) Produk Flavour
Khusus untuk produk flavour jika proses lokal hanya berupa proses
sederhana, dimana “base”nya dibuat di pabrik lain di luar negeri, maka
audit harus dilakukan di tempat produksi “base” tersebut. Perlu
tidaknya audit dilakukan untuk penambahan produk baru ditentukan
kasus per kasus.
i) Prosedur Pemusnahan Bahan
Jika ditemukan produk atau bahan yang harus dimusnahkan karena
ketidak halalannya maka pemusnahan harus disaksikan oleh auditor
disertai bukti berita acara pemusnahannya. Penentuan tentang
pemusnahan dilakukan oleh Rapat Auditor atau Rapat Tenaga Ahli.
j) Audit Produk Beragam
Jika produk yang diaudit banyak dan beragam, maka tidak setiap
produk harus diproduksi pada saat diaudit, cukup diwakili tiap
kelompok produknya. Akan tetapi auditor harus memeriksa
formula tidak hanya pada database tapi juga di ruang produksi.
Bila pada saat audit dilakukan perusahaan belum dapat
melaksanakan proses produksi sesungguhnya, maka dapat diaudit
dalam proses skala laboraturium. Namun pada waktu produksi
auditor akan melihat kembali kesesuaian proses produksi
sesungguhnya denga proses produksi sekala laboraturium yang
pernah dilihatnta.
k) Pembuatan Matriks Bahan
Setiap perusahaan yang diaudit akan diminti untuk menbuat
matriks bahan terakhir yang telah disetujui untuk diajukan ke rapat
Komisi Fatwa. Jika tidak ada permasalahan dalam rapat Komisi Fatwa,
maka matriks ini akan disetujui oleh direktur setelah diperiksa oleh
auditor. Matriks tersebut akan dimasukkan kedalam database dan
menjadi pegangan dalam pelaksanaan.
25
l) Proses Sertifikasi Halal
Setiap produsen yang mengajukan Sertifikat Halal bagi produknya,
harus mengisi formulir yang telah disediakan dengan melampirkan:
Spesifikasi dan sertifikat halal bahan baku, bahan tambahan
dan bahan penolong serta bagan alir proses.
Sertifikat halal atau surat keterangan halal dari MUI Daerah
(produk lokal) atau sertifikat halal dari Lembaga Islam yang
telah diakui oleh MUI (produk impor) untuk bahan yang
berasal dari hewan dan turunannya.
Sistem jaminan halal yang diuraikan dalam panduan halal
beserta prosedur baku pelaksanaannya.
Tim Auditor LPPOM MUI melakukan pemeriksaan/audit ke lokasi
produsen setelah pormulir beserta lampiran-lampirannya
dikembalikan ke LPPOM MUI dan diperiksa kelengkapannya.
Hasil pemeriksaan/audit dan hasil laboraturium dievaluasi dalam
rapat tenaga ahli LPPOM MUI. Jika telah memenuhi persyaratan,
maka dibuat laporan hasil audit untuk diajukan kepada Sidang
Komisi Fatwa MUI untuk diputuskan status kehalalannya.
Sidang Komisi Fatwa MUI dapat menolak laporan hasil audit jika
dianggap belum memenuhi semua persyaratan yang telah
ditentukan.
Sertifikat halal dikeluarkan oleh MUI setelah ditetapkan status
kehalalannya oleh Komisi Fatwa MUI.
Perusahaan yang produknya telah mendapat sertifikat halal, harus
mengangkat auditor halal internal sebagai bagian dari sistem
jaminan halal. Jika kemudian ada perubahan dalam penggunaan
bahan baku, bahan tambahan atau bahan penolong pada peruses
produksinya, auditor halal internal diwajibkan segera melaporkan
untuk mendapat “ketidak beratan penggunaannya” Bila ada
perusahaan yang terkait dengan produk halal hasil dikonsultasikan
dengan LPPOM MUI oleh auditor halal internal.
26
m) Masa Berlaku Sertifikat Halal
Sertifikat halal hanya berlaku selama empat tahun, untuk daging
yang diekspor surat keterangan halal diberikan untuk setiap
pengapalan.
Tiga bulan sebelum berakhir masa berlakunya sertifikat, LPPOM
MUI akan mengirimkan surat pemberitahuan kepada produsen
yang bersangkutan.
Dua bulan sebelum berakhir masa berlakunya sertifikat, produsen
harus daftar kembali untuk sertifikat halal yang baru.
Produsen yang tidak memperbaharui sertifikat halalnya, tidak
diizinkan lagi menggunakan sertifikat halal tersebut dan dihapus
dari daftar yang terdapat dalam majalah resmi LPPOM MUI,
jurnal halal.
Jika sertifikat halal hilang, pemegang harus segera melaporkan ke
LPPOM MUI.
Sertifikat yang dikeluarkan oleh MUI adalah milik MUI. Oleh
sebab itu, jika karena sesuatu hal diminta kembali oleh MUI,
maka pemegang wajib menyerahkannya.
Keputusan MUI yang didasarkan atas fatwa MUI tidak dapat
diganggu gugat.
27
halal, terlebih dahulu akan dikemukakan secara singkat tentang
masalah halal dan haram, dengan menitik beratkan masalah haram.
Menurut hukum Islam, secara garis perkara (benda) haram terbagi
menjadi dua, haram li-zatih dan haram li-gairih. Kelompok pertama
subtansi tersebut diharamkan oleh agama. Sedang yang kedua, subtansi
bendanya halal (tidak haram) namun secara penanganan atau
memperolehnya tidak dibenarkan oleh ajaran Islam. Dengan demikian,
benda haram jenis kedua terbagi menjadi dua. Pertama, bendanya halal
tapi cara penanganannya tidak dibenarkan oleh ajaran Islam, misalnya
kambing yang tidak dipotong secara syar’i, sedang yang kedua
bendanya halal tapi diperoleh dengan jalan aatau cara yang dilaarang
oleh agama, misalnya hasil korupsi, menipu dan sebagainya.38
Mengenai benda haram ini, dijelaskan dalam firman Allah :
ّ اًَِّ َوا َح َّر َم َعلَ ْي ُك ُن ْال َو ْيتَةَ َوال َّذ َم َولَحْ َن ْال ِخ ٌْ ِزي ِْر َو َهآ اُ ِه َّل بِ ٖه لِ َغي ِْر ه
ّللاِ ۚ فَ َو ِي
ّ َل اِ ْث َن َعلَ ْي ِه ۗ اِ َّى ه
ِ ّللاَ َغفُوْ ٌر ر
َّح ْي ٌن ٍ َاضْ طُ َّر َغي َْر ب
ٓ َ َاغ َّو ََل عَا ٍد ف
Artinya: “Sesungguhnya allah hanya mengharamkan bagimu
bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang ketika disembelih)
disebut (nama) selain Allah. Akan tetapi, barang siapa dalam keadaan
terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak
(pula) melampai batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya
allah maha pengampun, maha penyayang” QS. Al-Baqarah (173)
28
barang siapa yang dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia
tidak menginginkannya dan tidak pula melampai batas, maka
sesungguhnya Tuhan Maha Pengampun, Maha Penyayang” QS. Al-
An’am (145)
29
Dengan arti kata, para auditor harus mempunyai pengetahuan
memadai tentang hal-hal tersebut.
ii. Para auditor melakukan penelitian dan audit ke pabrik-pabrik
(perusahaan) yang meminta sertifikat halal. Pemeriksaan yang
dilakukan meliputi:
Pemeriksaan secara seksama terhadap bahan-bahan
produk, baik bahan baku maupun bahan tambahan
(penolong).
Pemeriksaan terhadap bukti-bukti pembelian bahan
produk.
iii. Bahan-bahan tersebut kemudian diperiksa di laboraturium,
terutama bahan-bahan yang dicurigai sebagai benda haram atau
mengandung benda haram (najis) untuk mendapat kepastian.
iv. Pemeriksaan terhadap suatu perusahaan tidak jarang dilakukan
lebih dari satu kali, dan tidak jarang pula auditor (LPPOM)
menyarankan bahkan mengharuskan agar mengganti suatu
bahan yang dicurigai atau diduga mengandung bahan yang
haram (najis) dengan bahan yang diyakini kehalalannya atau
sudah bersertifikat halal dari MUI atau dari lembaga lain yang
dipandang berkompeten, jika perusahaan tersebut tetap
menginginkan mendapat sertifikat halal dari MUI.
v. Hasil pemeriksaan dan audit LPOM tersebut kemudian
dituangkan kedalam sebuah berita acara, kemudian berita acara
itu diajukan ke Komisi Fatwa MUI untuk disidang.
vi. Dalam siding Komisi Fatwa, LPPOM menyampaikan dan
menjelaskan isi berita acara, dan kemudian dibahas secara teliti
dan mendalam oleh Sidang Komisi.
vii. Suatu produk yang masih mengandung bahan yang diragukan
kehalalannya, atau terdapat bukti-bukti pembeliah bahan produk
yang dipandang tidak transparan oleh Sidang Komisi,
30
dikembalikan kepada LP POM untuk dilakukan penelitian atau
auditing ulang ke perusahaan bersangkutan.
viii. Sedangkan produk yang telah diyakini kehalalannya oleh Sidang
Komisi, diputuskan fatwa halalnya oleh Sidang Komisi.
ix. Hasil Sidang Komisi yang berupa fatwa halal kemudian
dilaporkan kepada Dewan Pimpinan MUI untuk di-tanfz-kan
dan keluarkan Surat Keputusan Fatwa Halal dalam bentuk
Sertifikat Halal. Untuk menjamin kehalalan suatu produk yang
telah mendapat sertifikat halal, MUI menetapkan dan
menekankan bahwa jika sewaktu waktu ternyata diketahui
produk tersebut mengandung unsur-unsur barang haram (najis),
MUI berhak mencabut sertifikat halal produk bersangkutan. Di
samping itu, setiap produk yang telah mendapat sertifikat halal
diharuskan pula memperbaharui atau memperpanjang sertifikat
halalnya setiap dua tahun, dengan prosedur dan mekanisme yang
sama. Setelah dua tahun telah terhitung sejak berlakunya
sertifikat halal, prusahaan bersangkutan tidak mengajukan
permohonan (perpanjangan) sertifikat halal. Perusahaan itu
dipandang tidak lagi berhak atas sertifikat halal, dan kehalalan
produk-produknya diluar tanggung jawab MUI.
31
b) Penyembelihan ayam
Penyembelihan hewan ruminansia (sapi dan kerbau)
Penyembelihan ayam
c) Pabrik
Pabrik gula
Pabrik minyak goreng
d) Paguyuban bakso
Penggilingan bakso
e) Kateringan
f) Restoran / Rumah makan
g) Hotel
32
bekas menggiling daging babi). Namun juga dikhawatirkan terkontaminasi
fasilitas atau bahan yang tidak halal dan tidak bersih. Sementara untuk
ayam penyet, titik kritis kehalalan nya berada di penyembelihan ayam
(dikhawatirkan orang yang menyembelih tidak mengucapkan lafal
Bislmillah). Demikian informasi yang kami dapatkan setelah melakukan
wawancara dengan tim auditor LPPOM MUI Provinsi Riau.
33
34
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peran Majelis Ulama Indonesia Provinsi Riau dalam menetapkan sertifikasi
halal produk makanan, setelah penulis menganalisis data yang telah penulis
dapatkan dilapangan dapat penulis simpulkan bahwa Majelis Ulama Indonesia
Provinsi Riau telah berperan aktif dalam menetapkan sertifikasi halal produk
makanan. Majelis Ulama Indonesia Provinsi Riau memiliki program yang jelas
dan berjalan dengan baik, melakukan pengawasan terhadap peroduk-produk
makanan yang sudah diberikan sertifikat halal, melakukan pengawasan secara
langsung proses pengolahan makanan yang bersertifikat halal, pengurus sangat
mengontrol produk makanan terutama bahan-bahan yang digunakan,
mengsosialisasikan secara lisan tentang kriteria produk halal kepada masyarakat,
mengsosialisasikan kriteria produk halal dengan memperbanyak buku-buku,
melaksanakan seminar tentang menetapkan sertifikat halal, memiliki data tentang
produk makanan yang bersertifikat halal dan mengsosialisasikannya kepada
masyarakat. Maka penulis menyimpulkan bahwa pengurus Majelis Ulama
Indonesia Provinsi Riau telah berperan aktif dalam menetapkan sertifikasi halal
produk makanan dan sesuai dengan prosedurnya. Pengurus Majelis Ulama
Indonesia Provinsi Riau memiliki tanggung jawab yang penuh dalam menetapkan
sertifikasi halal produk makanan serta meberikan fatwa kepada umat Islam.
B. Saran
Adapun saran-saran yang penulis berikan kepada Majelis Ulama Indonesia
Provinsi Riau adalah sebagai berikut:
35
Majelis Ulama Indonesia Provinsi Riau harus lebih banyak lagi sumber
daya manusia (SDM) yang berkompeten dalam menanganai produk
produk makanan yang tidak jelas status kehalalannya khususnya di Riau.
Kepada pemerintah hendaknya memberikan bantuan dan dukungan yang
lebih kepada Majelis Ulama Indonesia Provinsi Riau terutama dalam
anggaran untuk melaksanakan program kerja dan kegiatan yang dilakukan
oleh pengurus Majelis Ulama Indonesia Provinsi Riau.
36
LAMPIRAN
37
Surat Pengantar PKL
38
Surat Disposisi Penerimaan Dari LPPOM
39
Foto Depan Kantor MUI Provinsi Riau Foto Bersama Pak Khafzan (LPPOM
MUI)
40
Membuat Rundown Acara
41
Pembekalan Dari Direktur LPPOM MUI
42
Contoh Peralatan Laboratorium
43
Penyerahan Plakat Dari Mahasiswa
44
45
46
47
48
49