Anda di halaman 1dari 11

Senior Pendamping : Muhammad Wildan H.

Kelompok 2 : Kaspia

Anggota :

1. Rey Bagas Al-Antaki


2. Aliyyah Khoirunnissa
3. Azizah Salma Ramadhani
4. Guntur Rahmat Samudra
5. Muhammad Rio Hardians
6. Diva Zelika Heilyn Suharman
7. Rizky Fajar Satriya
8. Refi Leilita Febriani
9. Hilan Aghashi Ihasof
10. Adellia handayani

STUDI KASUS GDO

Fakultas Hastabrata merupakan suatu fakultas di Universitas Batara.


Fakultas Hastabrata memiliki ormawa eksekutif, di antara lain: 1 BEM-Fakultas
(BEM-F) dan 7 Himpunan Mahasiswa Departemen (HMD), serta 1 ormawa
legislatif, yaitu Senat Mahasiswa (SM). BEM Hastabrata menjadi wadah yang
menghimpun aspirasi, mengembangkan mahasiswa, dan memberdayakan
masyarakat sekitarnya.

Keberadaan BEM Hastabrata disambut baik oleh universitas, fakultas,


bahkan mahasiswa, karena ketertarikan mahasiswa terhadap kegiatan magang,
beasiswa, riset, serta minat dalam pengembangan olahraga. Hal ini dapat terjadi
salah satunya karena mudahnya akses perizinan dari birokrasi. Namun, hal
tersebut berbanding terbalik dengan keadaan Himpunan Mahasiswa yang
memiliki permasalahan penurunan kualitas berupa penurunan jumlah bahkan
kualitas SDM, hal ini terjadi akibat mahasiswa merasa kurangnya relevansi
organisasi mahasiswa terhadap kehidupan kampus. Ketidakberhasilan Himpunan
Mahasiswa dalam menjalankan fungsinya ini juga membuat stigma tersebut
berlanjut ke BEM. Kondisi tersebut semakin buruk dengan fakta bahwa hubungan
antara BEM dan Senat tidak harmonis, dikarenakan kurangnya pelaksanaan dan
fungsi yang dilakukan oleh Senat Mahasiswa.

BEM Hastabrata sendiri merupakan organisasi mahasiswa yang memiliki


reputasi sangat baik di Universitas Batara. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan
BEM dalam pengupayaan penurunan UKT, serta keberhasilan BEM dalam
melakukan beberapa kerjasama dengan stakeholder eksternal. BEM Hastabrata
juga memiliki Desa Mitra yang menjadi tempat kegiatan pemberdayaan
masyarakat.

BEM Hastabrata sudah merancang landasan organisasi, baik AD/ART dan


arahan gerak bidang serta sistem organisasi yang baik. Keadaan ini didukung pula
dengan kondisi internal BEM Hastabrata yang memiliki fungsionaris dengan
kemampuan berpikir kritis dan BPH BEM yang memiliki landasan berpikir, serta
pemahaman yang baik dalam pelaksanaan suatu program kerja. BEM sudah
memanfaatkan adanya perkembangan teknologi sebagai sarana bekerja
fungsionaris BEM. Namun, akibat tingginya ketertarikan mahasiswa terhadap
kegiatan magang, beasiswa, riset, dan minat dalam olahraga, minat partisipasi
mahasiswa terhadap organisasi BEM juga kian menurun.

Adanya degradasi moral serta learning loss terhadap mahasiswa baru yang
terjadi akibat COVID-19 juga menjadi suatu masalah besar yang mengakibatkan
menurunnya minat partisipasi mahasiswa baru fakultas terhadap beberapa
kegiatan pewadahan yang diadakan oleh BEM, seperti kegiatan LKMM-PD dan
pelatihan kewirausahaan. Hal ini tetap terjadi walaupun program kerja BEM
sudah dibuat berdasarkan analisis yang relevan dan tepat untuk mewadahi
kebutuhan mahasiswa.

Permasalahan tersebut semakin memburuk karena fenomena itu juga


dialami fungsionaris BEM, sehingga muncul rasa tidak hormat fungsionaris
terhadap BPH BEM yang berdampak pada gagalnya beberapa arahan strategis
yang diberikan BPH ke fungsionaris, serta hubungan internal BEM yang kurang
harmonis. BEM Hastabrata sudah melakukan upaya untuk meningkatkan
kemampuan fungsionaris dengan melakukan kegiatan upgrading yang membahas
profesionalisme sistem kerja dan manajemen event. Namun, pengadaan tersebut
tidak terlaksana dengan baik karena fungsionaris tidak terbiasa untuk mengerjakan
program kerja secara mandiri. Hal ini mengakibatkan sering terjadinya
pengambilan tupoksi fungsionaris oleh BPH BEM.

Selain permasalahan internal yang telah disebutkan, BEM Hastabrata juga


memiliki masalah eksternal dalam hal pendayagunaan bidang sesuai fungsi,
pendanaan, dan atensi mahasiswa akan pewadahan yang diberikan. Permasalahan
tersebut secara konkret terjadi antara lain masih kurangnya pengawalan isu yang
dilakukan oleh BEM terhadap isu-isu serta permasalahan di kampus, minimnya
pendanaan pada kaderisasi, riset, serta program kerja BEM. Kurangnya akses
BEM terhadap alumni Fakultas Hastabrata juga mengakibatkan hubungan
mahasiswa dengan alumni yang kurang baik, hal ini mengakibatkan sulitnya
fakultas Hastabrata mencari mentor atau pemateri yang baik untuk memberikan
pelatihan kepada mahasiswa fakultas.

Buatlah Grand Design Organization (GDO) dari universitas ini dengan


perancangan yang baru dan baik. Terdapat sektor-sektor yang harus ada
dalam kepengurusan BEM fakultas tersebut, yaitu pergerakan dan
kesejahteraan mahasiswa, pengelolaan internal, kaderisasi dan keilmuan,
relasi publik dan perwajahan, dan kreativitas mahasiswa

Jawaban :

ANALISIS GAP

Internal

1. Kurangnya Keseimbangan antar Bidang dalam BEM Hastabrata


Keberjalanan sebuah organisasi dalam mencapai tujuan dan cita-
citanya adalah melalui perancangan dan pelaksanaan suatu program kerja
yang seimbang antar bidang. Kondisi ini juga seharusnya terwujud dalam
organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa yang menaungi sebuah fakultas.
Praktiknya, dalam hal ini tidak terealisasikan pada BEM Hastabrata yang
mengalami keseimbangan antar bidang. Hal ini dibuktikan dengan adanya
fenomena-fenomena proker yang kurang optimal sehingga semua proker
BEM Hastabrata menjadi boomerang karena mahasiswa lebih tertarik pada
proker BEM dan Pendayagunaan fungsi bidang yang kurang optimal.
Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini terjadi adalah kurangnya
minat mahasiswa untuk terlibat sebagai fungsionaris BEM. Mahasiswa
sekarang sudah berpikir realistis karena mereka mementingkan hasil
daripada proses, sehingga lebih berminat pada Lomba, Magang, Riset dan
Bidang keolahragaan yang mana mereka dapat merasakan hasilnya secara
instan. Mahasiswa cenderung melihat proker BEM sebagai ajang untuk
mengikuti kegiatan yang membuahkan hasil secara langsung, namun
kurang berminat untuk secara aktif terlibat dalam organisasi BEM yang
menjadi fungsionaris yang bertanggungjawab dalam
mengimplementasikan proker tersebut. Kurang optimalnya fungsi bidang
ini perlu solusi untuk mengatasinya. Penting bagi BEM untuk secara aktif
mengkomunikasikan manfaat dan pentingnya menjadi fungsionaris,
kemudian menyediakan kesempatan pengembangan dan pelatihan yang
relevan sesuai kebutuhan peminat. Perwujudan pengembangan juga dapat
diciptakan melalui suasana belajar yang sesuai dengan karakteristik
mahasiswa. Dengan ini, dapat menjembatani adanya kekurangan dalam
pendayagunaan dan keseimbangan antar bidang.

2. Kurangnya Hubungan Internal yang Harmonis


Hubungan yang baik menjadi hal yang penting dalam menjalankan
fungsi dan me ncapai tujuan bersama dalam suatu organisasi. Landasan
organisasi dan arahan strategis yang sudah dirancang sudah semestinya
dapat menjadi modal awal untuk menjalankan tugas dan fungsi.
Munculnya fenomena permasalahan yang dialami fungsionaris BEM
Hastabrata dapat memperburuk situasi yang berdampak negatif munculnya
rasa tidak hormat fungsionaris terhadap BPH BEM. Dampak buruk yang
terjadi adalah kegagalan implementasi terhadap arahan strategis yang
sudah dirancang dan diberikan oleh BPH kepada fungsionaris. Selain itu,
hubungan internal BEM menjadi kurang harmonis dan sering terjadi
tupoksi fungsionaris yang diambil alih oleh BPH. Upaya untuk
meningkatkan kemampuan fungsionaris dengan melakukan kegiatan
upgrading, namun upaya ini tidak berhasil dilaksanakan dengan baik
karena fungsionaris tidak terbiasa untuk mengerjakan program kerja secara
mandiri. Fungsionaris yang terbiasa melakukan team work tidak terbiasa
bekerja sendiri. Akibatnya, terjadi pengambilan tugas dan tanggung jawab
fungsionaris secara berulang. Fungsionaris harus dapat mengambil inisiatif
dan bertanggung jawab atas tugas-tugas yang diberikan kepada mereka.
Perlu dilakukan langkah-langkah yang memperkuat kemandirian
fungsionaris dengan pelatihan dan pembinaan intensif untuk
mengembangkan ketrampilan manajerial dan kepemimpinan fungsionaris.
Selain itu, penting pula untuk membangun hubungan yang lebih harmonis
dengan menignkatkan komunikasi dan saling memahami peran masing-
masing.

3. Kurangnya Sistem Upgrading Internal yang Efektif untuk


Fungsionaris
Sebagai fungsionaris organisasi yang menaungi satu lingkup
fakultas memiliki tanggungjawab dalam upgrading diri yang lebih
maksimal. Hal ini merupakan upaya guna menjalankan tugas dan
fungsinya yang terwujud dalam implementasi program kerja.
Kenyataannya meskipun sudah dilakukan upgrading diri yang membahas
tentang profesionalisme sistem kerja dan manajemen event, fungsionaris
tidak mampu bekerja secara mandiri sehingga dalam praktiknya masih
membutuhkan BPH. Fungsionaris yang terbiasa melakukan hal dengan
sistem team work tidak dapat menerima pembelajaran secara langsung
melalui upgrading yang diadakan. Hal ini dapat disebabkan adanya
implementasi sistem upgrading yang kurang sesuai dengan karakter
fungsionaris. Perlu adanya pendekatan khusus sehingga dapat mengetahui
kebutuhan sistem yang efektif untuk dilaksanakan.

4. Kurangnya Pengawalan Isu oleh BEM Hastabrata


Sebagai elemen yang mewadahi aspirasi mahasiswa dalam lingkup
fakultas, BEM berperan penting dalam hal-hal terkait permasalahan-
permasalahan yang muncul di lingkungan kampus. Kurangnya pengawalan
isu-isu oleh BEM menunjukkan bahwa BEM belum efektif dalam
menjalankan peran sebagai wakil mahasiswa untuk mengawal isu-isu
penting yang berkaitan dengan kehidupan kampus dan mahasiswa.
Diperlukan langkah-langkah peningkatan kesadaran BEM terhadap isu-isu
penting.

5. Kondisi Hubungan dan Alur Koordinasi yang Kurang Baik


Hubungan dengan birokrasi yang kurang harmonis mengakibatkan
terganggunya pendanaan. Keterbatasan pendanaan ini dapat menghambat
kemampuan BEM dalam melaksanakan program-program penting yang
memberikan manfaat bagi mahasiswa dan memperkuat peran serta BEM
dalam menjalankan fungsinya. Kurangnya akses BEM terhadap alumni
juga berdampak terhadap hubungan mahasiswa dengan alumni.
Keterbatasan hubugan ini menyulitkan fakultas dalam mencari mentor atau
pemateri yang berkualitas untuk memberikan pelatihan kepada mahasiswa.
Keterlibatan alumni dapat memberikan wawasan dan pengalaman yang
berharga kepada mahasiswa, namun kondisi hubungan yang kurang baik
menghambat kemungkinan tersebut. Adanya ketimpangan kondisi ini perlu
dilakukan peningkatan kesadaran BEM terhadap upaya guna memperkuat
hubungan dengan alumni sehingga alur koordinasi mudah diakses dan
pengalokasian pendanaan yang lebih efektif.
Eksternal

1. Kurangnya Naungan dari BEM kepada HMD


Dalam sistem struktural organisasi mahasiswa yang ada di
ditingkat fakultas sudah seharusnya BEM sebagai lembaga eksekutif
tertinggi di tingkat Fakultas harus mengayomi dan mengengarkan
suara dari HMD yang berada satu tingkat di bawah BEM. Mulai dari
mendengarkan aspirasi, melakukan diskusi, dll. Kondisi seperti ini
seharusnya terpenuhi demi mencapai organisasi ideal yang berada di
tingkat Fakultas. Pada kondisi ini hal tersebut tidak dapat
terealisasikan dikarenakan berbagai faktor yang ada. Beberapa faktor
tersebut yaitu menurunnya kualitas berupa penurunan kuantitas SDM
yang ada di Fakultas Hastabrata yang disebabkan oleh degradasi moral
dan learning loss terhadap mahasiswa baru karena pandemi covid-19,
hal itu dapat berdampak pada penurunan kualitas staff baru pada BEM
atau HMD yang akan menyebabkan pengurangan kualitas pada
organisasi tersebut. Adanya kondisi ini perlu dilakukan sistem
upgrading guna untuk menunjang Kembali kualitas SDM yang ada.

2. Stigma Ketidakberhasilan HMD Berlanjut Mengenai BEM


Sebagai organisasi yang ada di tingkat departemen/program studi,
HMD/HMP sudah seharusnya mengembangkan pola pikir, kepribadian
serta potensi mahasiswa yang berada di departemen atau program studi
tersebut. HMD yang ada harus memiliki kualitas yang baik dengan
pengurus yang baik pula guna menunjang keberhasilan program yang
ada pada organisasi tersebut. Namun pada Fakultas Hastabrata kondisi
yang ada bertolak belakang dengan adanya penurunan kualitas berupa
penurunan jumlah bahkan kualitas dari SDM yang ada dikarenakan
mahasiswa merasa kurangnya relevansi dari HMD terhadap dunia yang
ada sekarang ini, dimana mahasiswa lebih suka mengembangkan karir
seperti mengikuti program magang atau internship. Hal itu membuat
HMD menjadi gagal dalam menjalankan fungsinya sebagai organisasi
di lingkungan departemen yang akhirnya membuat stigma kegagalan
tersebut mengenai BEM Hastabrata. Gagalnya HMD dalam
mengerjakan fungsinya perlu segera dicari solusinya agar stigma yang
ada dapat segera hilang guna mengubah pandangan mahasiswa terkait
organisasi mahasiswa. Perlu dilakukan training terhadap pengurus
HMD guna meningkatkan kualitas SDM yang ada.

3. Efek Pasca Covid-19


Covid-19 memberikan banyak efek negatif terutama dalam
perkembangan SDM yang dimiliki oleh mahasiswa. Faktor yang
menyebabkan hal tersebut adalah degradasi moral dan learning loss.
Efek pasca covid menjadi penyebab dari banyak permasalahan yang
diterima oleh BEM Hastabrata. Proses perbaikan SDM pasca covid
tidak bisa dilakukan secara langsung, namun harus dengan tahap demi
tahap dan perlahan lahan. Lambat tapi pasti peningkatan SDM pasti
akan terjadi. Selaras dengan hal tersebut, diperlukan perbaikan
pemahaman, penanaman, hingga perubahan sistem kaderisasi guna
pengembangan sumber daya mahasiswa.

4. Hubungan yang Tidak Baik Antara BEM dengan Senat dan


Alumni
Hubungan antar antara organisasi dan alumni yang baik merupakan
hal penting dalam keberjalanan suatu organisasi. Hubungan baik antara
lembaga eksekutif dengan lembaga legislatif juga merupakan suatu
keharusan dikarenakan dua lembaga tersebut merupakan lembaga yang
saling membutuhkan satu sama lain. Lembaga eksekutif memerlukan
lembaga legislative untuk mengawasi dirinya, jika tidak maka lembaga
eksekutif akan sulit dipercaya oleh masyarakat yang ada dalam
naungannya, begitupula lembaga legislative membutuhkan lembaga
eksekutif karena tanpa adanya lembaga eksekutif tidak akan ada
lembaga legislative. Peran alumni juga sangat penting bagi suatu
organisasi dikarenakan alumni memiliki pengalaman yang berharga
yang dapat menjadi tolak ukur dalam keberjalanan suatu organisasi.
Sulitnya akses dari BEM kepada alumni mengakibatkan BEM menjadi
kesulitan untuk mencari mentor sehingga mengakibatkan sulitnya
untuk mencari saran dalam melaksanakan fungsinya. Keterlibatan
alumni dapat memberikan wawasan dan pengalaman yang berharga
kepada mahasiswa, namun kondisi hubungan yang kurang baik
menghambat kemungkinan tersebut. Adanya ketimpangan kondisi ini
perlu dilakukan peningkatan kesadaran BEM terhadap upaya guna
memperkuat hubungan dengan alumni dan senat sehingga alur
koordinasi mudah diakses yang mengakibatkan fungsi dari BEM dapat
dilaksanakan dengan baik.
ANALISIS SWOT

S O
1. Memiliki reputasi baik 1. Mudahnya akses
karena keberhasilan BEM perizinan birokrasi
dalam penurunan UKT 2. Memiliki desa mitra
dan sukses bekerjasama yang menjadi
dengan stakeholder pemberdayaan
eksternal masyarakat
2. Memiliki AD/ART, 3. Ketertarikan mahasiswa
arahan gerak bidang dan terhadap kegiatan
sistem organisasi yang magang, riset serta
baik ketertarikan olahraga
3. Memiliki fungsionaris 4. Akses perizinan birokrasi
yang mampu berpikir yang mudah
kritis
4. BPH BEM yang memiliki
landasan berpikir dan
pemahaman yang baik
dalam pelaksanaaan
proker
5. BEM sudah
memanfaatkan teknologi
6. Fungsionaris mampu
menganalisis proker
7. BEM sudah melakukan
upaya uprading
membahas
profesionalisme dan
management event
8. Kualitas SDM yang
memadai
W T
1. Kurangnya pengawalan 1. Keadaan himpunan
isu oleh BEM mahasiswa yang
memiliki permasalahan
2. Pelaksanaan dan fungsi
senat kurang
3. Adanya isu-isu serta
permasalahan kampus
4. Kurangnya pendanaan di
BEM

Anda mungkin juga menyukai