Anda di halaman 1dari 150

PENERAPAN PEMBELAJARAN HIGH ORDER THINKING SKILL (HOTS)

PADA MATA PELAJARAN SKI KELAS VIII DI MTS DAARUL HIKMAH


PAMULANG

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh:

Iffah Nisrina
11160110000089

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Penerapan Pembelajaran High Order Thinking skill (HOTS) pada
Mata Pelajaran SKI kelas VIII di MTs Daarul Hikmah Pamulang disusun oleh Iffah
Nisrina, NIM. 11160110000089. Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan LULUS dalam Ujian Munaqasah
pada tanggal 29 Juli 2021 di hadapan dewan penguji, karena itu penulis berhak
memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S.Pd) dalam Bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 29 Juli 2021


Panitia Ujian Munaqasah Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan) 9 Agustus 2021

Drs. Abdul Haris, M.Ag


NIP. 19660901 199503 1 001 …………………
8 Agustus 2021
Sekretaris Jurusan

Drs. Rusdi Jamil, M.Ag


NIP. 19621231 199503 1 005 …………………
8 Agustus 2021
Penguji I

Dr. Dimyati M.Ag


NIP. 19640704 199303 1 003 …………………

Penguji II
8 Agustus 2021

Dr. Iin Kandedes, M.A.


NIP. 19791202 201101 2 006 …………………

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan

Dr. Sururin, M.Ag


NIP. 19710319 199803 2 001

Dr. Sururin, M.Ag


ABSTRAK

Iffah Nisrina (11160110000089). Penerapan Pembelajaran High Order Thinking skill


(HOTS) pada Mata Pelajaran SKI kelas VIII di MTs Daarul Hikmah Pamulang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penerapan Pembelajaran High Order
Thinking skill (HOTS) pada Mata Pelajaran SKI kelas VIII di MTs Daarul Hikmah
Pamulang serta faktor pendukung dan penghambat Penerapan Pembelajaran High Order
Thinking skill (HOTS) pada Mata Pelajaran SKI kelas VIII di MTs Daarul Hikmah
Pamulang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif. Subjek
penelitian ini diantara yaitu kepala sekolah, guru Sejarah Kebudayaan Islam dan peserta
didik kelas VIII MTs Daarul Hikmah pamulang. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa desain Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru SKI kelas VIII di MTs Daarul Hikmah
Pamulang sudah memenuhi unsur keterampilan berpikir tingkat tinggi, selanjutnya dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran oleh guru SKI sudah menerapkan pembelajaran
berbasis HOTS hal ini dapat dilihat dari bagaimana peserta didik sudah mampu
mengaktualisasikan pada level taksonomi bloom yaitu menganalisis, mengevaluasi dan
mengkreasi. Dan pada tahap Evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru sudah
mengarahkan peserta didik pada pengukuran keterampilan berpikir tingkat tinggi yang
terdapat pada soal keterampilan dimana guru sudah menggunakan KKO pada tingkatan
C4 (menganalisis) dan C6 (mencipta) dimana KKO tersebut sudah mengarah oada
keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Faktor pendukung dalam High order Thinking Skill yaitu media-media
pembelajaran, lingkungan sekolah, dan sumber-sumber belajar yang memadai, Persepsi
guru yang positif terhadap penerapan pembelajaran berbasis HOTS dan kualifikasi guru
yang sudah memadai. Adapun faktor penghambatnya yaitu kemampuan peserta didik
yang lamban dalam belajar, keterbatasan prasarana belajar, dan kendala jaringan.

Kata kunci : HOTS, SKI, Pembelajaran

i
ABSTRACT
Iffah Nisrina (1116011000089). Application of Learning High Order Thinking Skills
(HOTS) in Class VIII SKI at MTs Daarul Hikmah Pamulang.

This study aims to determine the application of High Order Thinking skill
(HOTS) learning in class VIII SKI subjects at MTs Daarul Hikmah Pamulang as well as
the supporting and inhibiting factors for the implementation of High Order Thinking
Skills (HOTS) learning in class VIII SKI subjects at MTs Daarul Hikmah Pamulang. The
method used in this study is a qualitative method. The subjects of this research include
the principal, teacher of Island Cultural History and class VIII students of MTs Daarul
Hikmah Pamulang. Sources of data used in this study are interviews, observation and
documentation.
The results of this study conclude that the design of the Learning Implementation
Plan (RPP) made by the VIII grade SKI teacher at MTs Daarul Hikmah Pamulang has
fulfilled the elements of higher-order thinking skills, then in the implementation of
learning activities by SKI teachers have implemented HOTS-based learning this can be
seen from how students have been able to actualize at the Bloom's taxonomy level,
namely analyzing, evaluating and creating. And at the evaluation stage of learning carried
out by the teacher, the teacher has directed students to measure higher-order thinking
skills contained in the skill question where the teacher has used KKO at the C4
(analyzing) and C6 (creating) levels where the KKO has led to higher-order thinking
skills. Supporting factors in High order Thinking Skill are learning media, school
environment, and adequate learning resources, positive teacher perceptions of the
application of HOTS-based learning and adequate teacher qualifications. The inhibiting
factors are the ability of students who are slow in learning, limited learning infrastructure,
and network constraints.

Keywords: HOTS, SKI, Learning

ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya yang tiada batasnya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan Pembelajaran High Order
Thinking skill(HOTS) Pada Mata Pelajaran SKI kelas VIII di MTs Daarul Hikmah
Pamulang”. Shalawat teriring salam tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa ummatnya dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh
dengan ilmu dan teknologi ini, serta atas segala keteladanan dan pengorbanan beliau
dalam mendidik para ummatnya agar menjadi manusia yang berakhlak mulia.
Alhamdulillah atas Izin Allah Penulis bisa menyelesaikan Skripsi ini Tidak
terlepas dari adanya bimbingan, Motivasi dan Bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
penulis ingin berterimakasih kepada:
1. Tuhan Kami, Allah SWT yang telah memberikan kasih sayang yang tiada
hentinya terhadap hambanya, sehingga proses skripsi ini diberi kemudahan dan
dilancarkan.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, Lc.MA, selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Drs. Abdul Haris, M.Ag selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama
Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Drs. Rusdi Jamil, M.Ag Selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Dr. Siti Khadijah, MA, Selaku Pembimbing Skripsi, yang telah memberikan
arahan, bimbingan dan nasihat, serta kesabaran dalam mendidik penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

iii
7. Para Dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam, serta seluruh staff akademik
dan administrasi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
8. Sekolah MTs Daarul Hikmah yang telah mengizinkan saya untuk melaksanakan
penelitian dan saya ucapkan terima kasih untuk para responden yang telah
bersedia menyempatkan waktunya.
9. Kedua orangtua saya, Ayah Suhardi dan Mamah Susianti. Terimakasih karena
tidak henti-hentinya memberikan do’a dan dukungannya baik moril maupun
materil, serta telah mengajarkan kemandirian, kerja keras, dan bersyukur terhadap
segala sesuatu yang ada.
10. Kakak dan adik saya yang selalu memberikan do’a dan dukungan serta
bantuannya. Dan telah menghibur dan menghilangkan kejenuhan selama
pembuatan skripsi.
11. Teman, Sahabat baik yang di dalam kampus atau di luar kampus yang telah
memberikan Pengalaman, kritik, saran, dan motivasi nya selama menjalani masa-
masa Kuliah ini.
12. Untuk semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu terimakasih atas
segala bimbingan, Motivasi dan dukungannya.
Penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih banyak atas bantuan, doa,
dukungan, bimbingan dan motivasinya, semoga kebaikan selalu berada di langkah
kita semua dan semoga Allah memberikan Balasan yang jauh lebih baik.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb

Jakarta, 21 Juni 2021


Penulis,

Iffah Nisrina

iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................. i
ABSTRACT............................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. x
BAB I ......................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah .......................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6
BAB II........................................................................................................................ 8
KAJIAN TEORI ........................................................................................................ 8
A. Kajian Pustaka ..................................................................................................... 8
1. Pembelajaran HOTS ...................................................................................... 8
a. Pengertian HOTS ..................................................................................... 8
b. Pengertian HOTS dalam Islam .............................................................. 14
c. Indikator HOTS ..................................................................................... 15
d. Model-Model Pembelajaran HOTS ....................................................... 17
e. Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan HOTS ......................... 25
f. Langkah-langkah Penerapan HOTS ...................................................... 26
g. Taksonomi Bloom.................................................................................. 28
h. Contoh-contoh soal HOTS..................................................................... 33
2. Sejarah Kebudayaan Islam ........................................................................... 36
a. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam................................................... 36

v
b. Tujuan dan Manfaat Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam .............. 39
c. Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam ........................................... 40
3. Penerapan Pembelajaran HOTS pada Mata Pelajaran SKI.......................... 41
B. Hasil Penelitian Relevan .................................................................................. 42
BAB III .................................................................................................................... 45
METODOLOGI PENELITIAN............................................................................... 45
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 45
B. Latar Penelitian ............................................................................................ 45
C. Metode Penelitian ........................................................................................ 45
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 46
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data .......................................... 48
F. Teknik Analisis Data.................................................................................... 49
BAB IV .................................................................................................................... 51
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................ 51
A. Deskripsi Sekolah ........................................................................................ 51
1. Gambaran Umum Sekolah ..................................................................... 51
B. Pembahasan.................................................................................................. 56
1. Perencanaan Pembelajaran High Order Thinking skill(HOTS) pada mata
pelajaran SKI ......................................................................................... 56
2. Penerapan Pembelajaran High Order Thinking skill(HOTS) pada mata
pelajaran SKI ......................................................................................... 58
3. Evaluasi Pembelajaran High Order Thinking skill(HOTS) pada mata
pelajaran SKI ......................................................................................... 64
4. Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan HOTS ......................... 69
C. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 74
BAB V ..................................................................................................................... 75
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ......................................................... 75
A. Kesimpulan .................................................................................................. 75
B. Implikasi ...................................................................................................... 77
C. Saran ............................................................................................................ 77

vi
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 79
LAMPIRAN ............................................................................................................. 84

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penjabaran HOTS ................................................................................. 13


Tabel 2.2 Dimensi Proses Berpikir ...................................................................... 84
Tabel 2.3 Contoh Soal ............................................................................................ 34
Tabel 4.1 Data Guru dan Tenaga kependidikan ................................................. 55
Tabel 4.2 Data Siswa .............................................................................................. 57
Tabel 4.3 Sarana dan prasarana........................................................................... 58
Tabel 4.4 Contoh Soal Berbasis HOTS ................................................................ 66
Tabel 4.5 Data Hasil Penilaian.............................................................................. 67

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 dimensi proses kognitif Taksonomi Bloom ............................................ 29

ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara .......................................................................... 84
Lampiran 2 Hasil Wawancara .................................................................................. 86
Lampiran 3 Kisi-Kisi ............................................................................................. 107
Lampiran 4 RPP ..................................................................................................... 110
Lampiran 5 Nilai Evaluasi Peserta didik ............................................................... 115
Lampiran 6 Dokumentasi ....................................................................................... 116
Lampiran 7 Surat Permohonan Izin Penelitian ...................................................... 118

x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia hidup di dunia ini tidak lepas dari pendidikan. Pendidikan adalah
salah satu unsur yang sangat penting dalam kehidupan. Banyak orang mengatakan
bahwa pendidikan itu adalah memanusiakan manusia. Bisa kita ambil makna dari
kata tersebut bahwa memanusiakan manusia maksudnya adalah membuat seorang
manusia berprilaku, berakhlak, berpengetahuan yang layak, seperti manusia yang
sesungguhnya melalui pendidikan.
Istilah pendidikan semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Pedagogie”,
yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak, istilah ini kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan kata “education” yang berarti
pengembangan atau bimbingan.1 Sebagaimana dalam Firman Allah SWT Al-
Qur’an Surat Al-Kahf ayat 46 :
ٰ
‫ٱلص ِل ٰ َحتُ َخي ٌْر عِندَ َربِكَ ث َ َوابًا َو َخي ٌْر أ َ َم ًل‬ ُ‫ْٱل َما ُل َو ْٱلبَنُونَ ِزينَةُ ْٱل َحيَ ٰوةِ ٱلدُّ ْنيَا ۖ َو ْٱل ٰبَ ِق ٰيَت‬

Artinya : “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi


amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi
Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al-Kahf: 46).2

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6:
َٰٓ ‫صونَ ٱَّللَ َما‬ ٌ ‫علَ ْي َها َم ٰلََٰٓئِ َكةٌ غ َِل‬
ُ ‫ظ ِشدَادٌ َّل يَ ْع‬ َ ‫س َو ْٱلحِ َج‬
َ ُ ‫ارة‬ ً ‫س ُك ْم َوأ َ ْهلِي ُك ْم ن‬
ُ ‫َارا َوقُودُهَا ٱلنا‬ ۟ ُ‫ٰيََٰٓأَيُّ َها ٱلذِينَ َءا َمن‬
َ ُ‫وا قُ َٰٓو ۟ا أَنف‬
َ‫أ َ َم َرهُ ْم َو َي ْف َعلُونَ َما يُؤْ َم ُرون‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu


dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.”
1
Ramayulis, Dasar-dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Kalam
Mulia, 2015), hlm.15
2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2019)

1
2

Dari ayat tersebut diketahui bahwa orang tua wajib membimbing, membina
dan mendidik anaknya berdasarkan petunjuk dari Allah dalam agama-Nya, agama
Islam. Dalam dunia pendidikan harus diseimbangi dengan agama yang baik dan
benar. Oleh karena itu, anak harus mendapat asuhan, bimbingan dan pendidikan
yang baik agar anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang
memenuhi harapan.
Dalam Undang-undang Pendidikan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mendifinisikan pendidikan sebagai
berikut:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.3
Guru adalah salah satu kompenen utama dalam dunia pendidikan. Menurut
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat 1 tentang guru dan dosen,
guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
menengah.4
Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana dalam bukunya Guru Profesional
menyebutkan bahwa Guru adalah ujung tombak dalam proses belajar mengajar.
Karena gurulah yang berinteraksi langsung dengan peserta didik didalam kelas.
Gurulah yang memegang peranan penting dalam mendidik peserta didik dan
membuat peserta didik mengerti serta memahami mata pelajaran yang diajarkan.
Sekolah sebagai institusi pendidikan membutuhkan guru yang tidak hanya
berfungsi sebagai pengajar yang mengajarkan mata pelajaran tertentu kepada
peserta didiknya, tetapi juga sebagai pendidik yang memberikan bekal

3
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, hlm.2
4
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008),hlm.
356
3

pengetahuan kepada peserta didiknya mengenai etika, kemampuan untuk survive


dalam hidup, moral, empati, kreasi, dan sebagainya.5
Dalam dunia pendidikan, pendidikan anak merupakan pijakan bagi
seseorang untuk mencapai proses pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari baik
itu dalam lingkungan keluarga maupun sekolah dan unsur-unsur yang saling
berhubungan yang dapat mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan yang
ditunjukkan dengan hasil belajar yang memuaskan untuk membentuk karakter
peserta didik yang mampu berpikir tingkat tinggi, logis, sistematis dan memiliki
sifat objektif, jujur, disiplin, saling bertoleransi dan kerja sama dalam
memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang apapun.
Pemerintah Indonesia terus melakukan upaya untuk meningkatkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik. Salah satunya dengan adanya
kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013, pelajaran SKI diharapkan tidak hanya
membekali peserta didik dengan kemampuan untuk menghafal sejarah saja, akan
tetapi juga mampu melibatkan peserta didik secara aktif dalam meningkatkan
kemampuan bernalar dan analisisnya dalam memecahkan masalah sehari-hari.
Saat ini Kemendikbud menghimbau para guru untuk mengembangkan
pembelajaran berbasis High Order Thinking Skill (HOTS) dengan harapan dapat
menghasilkan anak-anak yang mempunyai kemampuan berpikir kritis,
berkomunikasi baik, berkolaborasi dan percaya diri. Hal ini menunjukkan
pentingnya keterampilan berpikir kritis di era pembelajaran abad 21.6
Untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik di
Indonesia, Pemerintah juga sudah mulai memasukkan soal-soal bertipe HOTS ke
dalam Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) mulai dari tahun 2018. Jumlah
soal HOTS yang dimasukkan Pemerintah ke dalam UNBK sekitar 10% soal dari
soal keseluruhan yang diujikan. Hal ini sejalan dengan panduan penyusunan soal
standar Internasional oleh Kemendikbud (2015) yang menyatakan bahwa setiap
soal yang memenuhi perspektif HOTS harus memiliki stimulus, mengukur

5
Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana, Guru Profesional, (Bandung: PT Refika Aditama,
2012),, hlm. 13
6
Hayumuti, Jurnal Pendidikan Islam, “Kajian Pembelajaran Higher Order Thinking Skills
(HOTS)” Vol.7 Nomor. 02 November 2018, hlm.102
4

kemampuan berpikir kritis serta mengukur kemampuan kreatif. Pelaksanaan


UNBK dengan soal bertipe HOTS tentu saja tidak berjalan dengan mulus. Dalam
pelaksanaannya, masih banyak menuai keluhan-keluhan dari para pesertanya.
Pada kurikulum 2013, soal-soal SKI yang dimunculkan kebanyakan adalah soal
dengan tipe HOTS. Soal dengan tipe HOTS adalah soal yang menuntut
kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik yang melibatkan proses bernalar
dan analisis, sehingga dapat mengasah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif,
metakognitif dan kreatif.
Setiap pembelajaran mempunyai peran penting dalam mengembangkan
daya pikir manusia, yaitu kemampuan berpikir tingkat tinggi (High Order
Thinking Skill). Salah satunya adalah pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam,
SKI merupakan pembelajaran yang ada di sekolah agama baik dari jenjang
pendidikan dasar, menengah dan perguruan tinggi. SKI memiliki peran penting
dalam mengembangkan daya pikir manusia dalam level yang lebih tinggi (High
Order Thinking Skill). Kemampuan berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking
Skills) adalah proses berpikir yang mengharuskan peserta didik untuk
memanipulasi informasi dan ide-ide dalam cara tertentu yang memberi mereka
pengertian dan implikasi baru.7 Contohnya adalah saat peserta didik
menggabungkan fakta dan ide dalam proses mensintesis, melakukan generalisasi,
menjelaskan, melakukan hipotesis dan analisis, dan akhirnya peserta didik sampai
pada suatu kesimpulan.
Peserta didik diarahkan untuk memiliki kemampuan berpikir dalam
pembelajaran SKI. Namun sebagian peserta didik menganggap pelajaran SKI
membosankan dan terlalu banyak materi yang harus dipelajari. Disisi lain
diketahui bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking Skills)
tergolong masih rendah khususnya di MTs Daarul Hikmah Pamulang.
Permasalahan peserta didik diantaranya kesulitan untuk memahami materi
pembelajaran SKI, sehingga peserta didik ketika diberi beberapa pertanyaan tidak
bisa menjawab, proses pembelajaran cenderung menggunakan pembelajaran

7
Adi W Gunawan Genius Learning Strategy : Petunjuk Praktis Untuk Menerapkan
Accelerated Learning (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003) hlm.171
5

langsung yang berpusat pada guru, sehingga peserta didik kurang memperhatikan
penjelasan guru dan kurangnya kepercayaan diri pada diri peserta didik. Rata-rata
sebagian peserta didik tidak menyukai pelajaran SKI sehingga akan
mempengaruhi kemampuan berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking Skills)
peserta didik dalam pembelajaran SKI. Kemudian, faktor peserta didik tidak
memahami materi adalah lingkungan, dimana ketika ada beberapa peserta didik
yang tidak memperhatikan materi yang disampaikan maka ia akan mengganggu
peserta didik lainnya, sehingga proses interaksi sosial antar peserta didik
cenderung kurang baik dalam pembelajaran SKI.
Berdasarkan latar belakang diatas, muncul keinginan peneliti untuk
melakukan penelitian yang berkaitan dengan hal tersebut, dengan judul
“PENERAPAN PEMBELAJARAN HIGH ORDER THINKING SKILL
(HOTS) PADA MATA PELAJARAN SKI KELAS VIII DI MTS DAARUL
HIKMAH PAMULANG”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas, dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
1. Kurangnya partisipasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
2. Peserta didik belum terlibat secara aktif untuk menemukan sendiri
konsep/materi pembelajaran.
3. Pembelajaran SKI di MTs Daarul Hikmah masih berpusat pada guru sehingga
banyak peserta didik yang hanya diam dan tidak mengerti.
4. Kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam menyelesaikan soal SKI masih
rendah sehingga mempengaruhi kemampuan berpikir tingkat tinggi (High
Order Thinking Skills).
6

C. Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini dilakukan pada aspek menganalisis, mengevaluasi dan aspek
mengkreasi peserta didik Pada mata pelajaran SKI Materi Dinasti Abbasiyah
2. Penelitian ini dilakukan pada peserta didik kelas VIII MTs Daarul Hikmah
Pamulang
D. Rumusan Masalah
Setelah menelaah identifikasi dan pembatasan masalah serta berkaitan dengan
kebutuhan pendekatan yang tepat untuk mengurai objek penelitian, maka
penelitian ini akan difokuskan kajiannya pada rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana Penerapan Pembelajaran High Order Thinking Skill (HOTS) pada
mata Pelajaran SKI kelas VIII Materi Dinasti Abbasiyah di MTs Daarul
Hikmah Pamulang ?
2. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat penerapan pembelajaran High
Order Thinking Skill (HOTS) pada mata Pelajaran SKI kelas VIII di MTs
Daarul Hikmah Pamulang ?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui Bagaimana Penerapan Pembelajaran High Order Thinking
Skill (HOTS) pada mata Pelajaran SKI kelas VIII Materi Dinasti Abbasiyah di
MTs Daarul Hikmah Pamulang.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan pemnghambat penerapan
pembelajaran High Order Thinking Skill (HOTS) pada mata Pelajaran SKI
kelas VIII di MTs Daarul Hikmah Pamulang
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan literature atau tambahan referensi bagi
pihak yang ingin melakukan penelitian dibidang pendidikan khususnya High
Order Thinking Skill
.
7

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan serta ilmu pengetahuan baru kepada
peneliti dan dapat menjadikan pengalaman serta pembelajaran tersendiri
untuk peneliti sebagai calon guru Pendidikan Agama Islam yang akan
datang.
b. Bagi Peserta didik
Dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajar
pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam sehingga standar
kompetensi dapat dituntaskan oleh peserta didik secara optimal.
c. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan acuan bagi guru
dalam meningkatkan konpetensi professional yang di miliki untuk
meningkatkan prestasi belajar yang lebih baik dari sebelumnya.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Pembelajaran HOTS
a. Pengertian HOTS
HOTS (High Order Thinking Skills) pertama kali dikemukakan
oleh seorang penulis sekaligus Assosiate Professor dari Dusquance
university bernama M Brookhhart dalam bukunya, ‘How yo Assess
Higher-order Thinking Skills in Your Classroom’. Dia mendefinisikan
model ini sebagai metode untuk transfer pengetahuan, berpikir kritis, dan
memecahkan masalah. HOTS bukan sekedar model soal tetapi juga
mencakup model pengajaran. Model pengajaran harus mencakup
kemampuan berpikir, contoh, pengaplikasian pemikiran dan diadaptasikan
dengan kebutuhan peserta didik yang berbeda-beda.1
Sedangkan menurut Teaching Knowledge Test Cambrudge
English The University of Cambridge , HOTS merupakan keterampilan
kognitif seperti analisis dan evaluasi yang bisa diajarkan oleh guru kepada
peserta didiknya. Keterampilan tersebut termasuk memikirkan sesuatu
dan membuat keputusan tentang sesuatu hal, menyelesaikan masalah,
berpikir kreatif, dan berpikir tentang keuntungan (hal positif) dan
kerugian (hal negatif) dari sesuatu.2
Dengan High Order Thinking Skill peserta didik akan dapat
membedakan ide atau gagasan secara jelas, berargumen dengan baik,
mampu memecahkan masalah, mampu mengkontruksi penjelasan, mampu
berhipotesis dan memahami hal-hal kompleks menjadi lebih jelas. High
Order Thinking Skill akan terjadi ketika seseorang mengaitkan informasi
baru dengan informasi yang sudah tersimpan di dalam ingatannya dan
mengaitkannya atau menata ulang serta mengembangkan informasi

1
Sofyan, F. A. (Maret 2019). Implementasi HOTS pada Kurikulum 2013. Jurnal Invent Vol
III, No 1
2
Nugroho, R. A. HOTS (Higher Order Thinking Skills). (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia.2018) hlm.17

8
9

tersebut untuk mencapai suatu tujuan atau menemukan suatu penyelesaian


dari suatu keadaan yang sulit dipecahkan.3
Berdasarkan pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan berpikir tingkat tinggi atau HOTS adalah kemampuan
berpikir yang bukan hanya sekedar mengingat, menyatakan kembali, dan
juga merujuk tanpa melakukan pengolahan kembali, akan tetapi
kemampuan berpikir untuk menelaah informasi secara kritis, kreatif,
berkreasi dan bisa memecahkan masalah.
Menurut Cohen, kemampuan berpikir tingkat tinggi dibagi menjadi
empat aspek kelompok, yaitu: mengambil keputusan, pemecahan masalah,
berpikir kritis dan berpikir kreatif.4 Dewanto dalam amalia menyatakan
bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah suatu kapasitas di atas
informasi yang diberikan, dengan sikap yang kritis untuk mengevaluasi,
mempunyai kesadaran (awareness) metakognitif dan memiliki
kemampuan pemecahan masalah.5 Tujuan dari High Order Thinking Skill
adalah bagaimana kesetaraan dalam berpikir peserta didik pada jenjang
yang lebih tinggi dapat ditingkatkan, yang pertama berkaitan dengan
kemampuan berpikir secara kritis dalam menerima berbagai jenis
pengetahuan lainnya, menyelesaikan masalah menggunakan pengetahuan
yang dimiliki dan juga membuat keputusan dalam kondisi yang kompleks
dan kritis. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka
disimpulkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan proses
berpikir yang tidak sekedar menghafal rumus dan kata-kata, tetapi harus
dipahami dengan konsep yang baik secara kritis dan kreatif.

3
Miftakhul Muthoharoh ”Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis HOTS
(High Order Thingking Skill)” Vol.5 No.2 Nopember 2020, hlm.134
4
Meiriza Ardiana dan Sudarmin Sudarmin, “Penerapan Self Assessment untuk Analisis
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Peserta didik,” Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 9, no. 1
(2015).
5
Dian Novianti, “Analisis Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Peserta didik dengan Gaya
Belajar Tipe Investigasi dalam Pemecahan Masalah Matematika kelas VII di SMP N 10 Kota
Jambi,” Artikel ilmiah 4 (2014).
10

Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat


tinggi peserta didik adalah ketika peserta didik dihadapkan dengan suatu
masalah yang belum mereka temui sebelumnya, disinilah proses berpikir
tingkat tinggi peserta didik akan terlatih.6 HOTS memiliki kompetensi
penting dalam dunia modern yang wajib dimiliki oleh peserta didik.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi berkaitan dengan proses
kognitif. Proses kognitif dikategorikan kedalam dua aspek yaitu aspek
berpikir kritis dan aspek berpikir kreatif. Aspek berpikir kritis merupakan
aspek yang didasarkan pada bukti yang ada. Aspek kognitif berpikir kritis
meliputi menganalisis (C4) dan mengevaluasi (C5). Sedangkan aspek
berpikir kreatif merupakan proses menghasilkan suatu produk, ide,
maupun ide baru yang belum pernah ada. Aspek proses kognitif berpikir
kreatif yaitu mencipta (C6).
Kemampuan berpikir tingkat tinggi juga membuat peserta didik
mampu menyampaikan gagasan secara argumentatif, logis, dan percaya
diri, baik secara tertulis, lisan, dan tindakan. Kata kunci pertanyaan untuk
melatih berpikir tingkat tingi antara lain: mengapa? bagaimana caranya?
berikan alasan! dengan cara apa? harus bertindak bagaimana? seandainya?
dan lain-lain.7
Lalu mengapa kita harus melatih kemampuan peserta didik untuk
bisa menggunakan proses berpikir tingkat tinggi? Ada tiga alasan utama,
yaitu:8
1) Untuk mengerti informasi
Mengerti informasi disini diartikan sebagai proses yang tidak
hanya mengetahui dan mengerti suatu informasi tetapi juga melibatkan
kemampuan untuk menganalisis suatu informasi, menemukan pokok-

6
Rahma Diani, Ardian Asyhari And Orin Neta Julia., ‘Pengaruh Model RMS (Reading, Mind
Mapping And Sharing) Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa pada Pokok
Bahasan Impuls dan Momentum’, Jurnal Pendidikan Edutama, Vol 5, No. 1, Januari 2018
Pendahuluan, 5.1 (2018), hlm. 32.
7
Deri Hendriawan dan Usmaedi “Penerapan Pembelajaran High Order Thingking Skills
(HOTS) di Sekolah Dasar.” Jurnal Pendidikan Dasar Setiabudhi, Vol.2 No.2 2019, hlm.77
8
Adi W Gunawan Op Cit., hlm.171
11

pokok pikiran yang terkandung dalam informasi, membuat hipotesis,


menarik kesimpulan dan menghasilkan suatu solusi yang bermutu.
Dengan banjir informasi seperti saat ini kita harus mengajarkan kepada
anak bagaimana mencari sumber informasi, bagaimana mengevaluasi
informasi yang didapat dan menentukan bagaimana mereka dapat
menggunakan informasi ini untuk diri mereka dan untuk kepentingan
orang lain.
Keahlian berpikir HOTS meliputi aspek berpikir kritis, berpikir
kreatif dan kemampuan memecahkan masalah. Berpikir kritis adalah
kemampuan untuk berpikir pada level yang kompleks dan
menggunakan proses analisis dan evaluasi. Berpikir kreatif adalah
suatu proses berpikir kompleks yang mengahsilkan ide baru dan
orisinal. Dalam upaya pemecahan masalah, kita akan menggunakan
keahlian berpikir sekuensial untuk memecahkan masalah yang rumit
dan juga menggunakan kemampuan untuk melihat dan menganalisis
sebat-sebab yang mendasari setiap permasalahan yang timbul.
2) Untuk proses berpikir yang berkualitas
Kemampuan berpikir HOTS dibutuhkan untuk bisa menjalani
suatu proses berpikir yang berkualitas. Dalam proses pendidikan yang
bersifat holistik, proses sama pentingnya dengan hasil. Kita tidak
boleh berpedoman hanya pada hasil yang dicapai. Kita juga harus
memperhatikan proses berpikir yang menjadi landasan untuk bisa
sampai pada hasil akhir tersebut. Seiring dengan meningkatnya usia
dan level pendidikan, bahkan sudah bisa berawal dari sekolah dasar,
kreativitas kita semakin pudar. Dunia yang berubah dengan sangat
cepat menuntut kita untuk harus bisa berpikir kreatif dan kritis, bila
kita ingin berhasil tidak hanya didunia oendidikan tetapi juga dalam
hidup yang kita jalani setelah menyelesaikan sekolah formal.
12

3) Untuk hasil akhir yang berkualitas


Proses berpikir HOTS akan mengarahkan peserta didik untuk
memberikan hasil akhir yang berkualitas. Di sekolah, waktu yang
merupakan komoditas yang sangat berharga sering kali digunakan
untuk menghasilkan output yang kurang bermutu. Salah satu cara
untuk mendapatkan hasil akhir yang berkualitas adalah dengan
menggunakan taksonomi bloom sebagai parameter.9 Dengan
menggunakan parameter guru dapat memberikan ekspetasi kualitas
hasil akhir yang tinggi kepada peserta didik. Dalam hal ini guru akan
menetapkan parameter yang digunakan, kemudian guru harus
mengajarkan keahlian atau cara untuk memberikan hasil berkualitas,
serta telah menentukan standar yang akan digunakan sebagai metode
penilaian sehingga peserta didik tahu apa yang harus mereka kejar.
Ketiga alasan ini melibatkan proses berpikir yang bersifat kreatif
dan kritis. Peserta didik harus melihat dan menelaah suatu informasi dari
berbagai sudut pandang. Contoh yang paling nyata adalah pertanyaan yang
paling sering diajukan oleh guru kepada peserta didik yaitu :”siapakah
yang menemukan benua amerika?”, lalu biasanya diteruskan “kapan?”.
Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang tidak bermutu karna hanya
membuat peserta didik berpikir pada level yang rendah. Untuk
mengarahkan peserta didik masuk kedalam pola pikir level tinggi, maka
gunakan pertanyaan yang di awali dengan kata 5W+1H, dengan demikian
pertanyaan tersebut akan mengharuskan peserta didik berpikir pada level
yang lebih tinggi.

9
Adi W Gunawan Ibid., hlm.182
13

Tabel 2.1
Penjabaran HOTS berdasarkan keterkaitan dan dimensinya10
Dimensi
Sub Dimensi Dimensi
Aspek proses HOTS
Proses Kognitif Pengetahuan
Kognitif
Membedakan
konsep
Membedakan
Membedakan
prosedur
Membedakan
metakognisi
Mengorganisasi
konsep
Mengorganisasi
Menganalisis Mengorganisasi
prosedur
Mengorganisasi
metakognisi
Mengatribusi
Berpikir konsep
Kritis Mengatribusi
Mengatribusi
prosedur
Mengatribusi
Konseptual metakognisi
Procedural Memeriksa konsep
Metakognisi Memeriksa
Memeriksa prosedur
Memeriksa
metakognisi
Mengevaluasi
Mengkritisi konsep
Mengkritis
Mengkritisi prosedur
Mengkritisi
metakognisi
Merumuskan
konsep
Merumuskan
Merumuskan prosedur
Berpikir
Mencipta Merumuskan
kreatif
metakognisi

Merencanakan
Merencanakan
konsep
10
Chairul Anwar, ‘Buku Terlengkap Teori-teori Pendidikan Klasik Hingga Kontemporer’,
Jakarta: IRCiSoD, 2017), hlm.10-11
14

Merencanakan
prosedur
Merencanakan
metakognisi
Memproduksi
konsep
Memproduksi
Memproduksi
prosedur
Memproduksi
metakognisi

b. Pengertian HOTS dalam Islam


Kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) adalah berpikir pada
tingkat yang lebih tinggi, tidak hanya sekedar menghafal fakta atau
mengatakan sesuatu kepada seseorang persis seperti sesuatu yang
disampaikan kepada kita. Mengembangkan kemampuan berpikir
sebaiknya terus menerus dilakukan agar membentuk karakter individu
yang berhasil dalam menyelesaikan suatu tantangan. Sebagaimana dalam
firman Allah Swt dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 11 :

َ‫ت ِإن فِي ٰذَلِكَ ََل َيةً ِلقَ ْوم َيتَفَك ُرون‬ َ ‫ع َوالز ْيتُونَ َوالنخِ ي َل َو ْاْل َ ْعن‬
ِ ‫َاب َومِ ْن ُك ِل الث َم َرا‬ َ ‫يُ ْن ِبتُ لَ ُك ْم ِب ِه الز ْر‬

Artinya: “Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam
tanaman; zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. An-Nahl : 11)11
Dari ayat tersebut diketahui bahwa seluruh umat manusia
diharuskan untuk menggapai impiannya, tetapi dengan cara berusaha,
berpikir dan berdoa kepada Allah SWT. seluruh umat manusia harus
membangun budaya berpikir dalam kehidupan sehari-hari, karena dari
ketekunan berpikir kita dapat meneguhkan keimanan. Kemampuan
seseorang untuk dapat berhasil ditentukan dari kemampuan berpikirnya.

11
Departmen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya.
15

Kemampuan berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking Skill) adalah


proses berpikir yang mengharuskan peserta didik untuk memanipulasi
informasi dan ide-ide dalam cara tertentu yang memberi mereka
pengertian dan implikasi baru.12
Setiap individu memiliki karakteristik yang khas, yang tidak
dimiliki oleh individu lain. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa setiap
individu berbeda satu dengan yang lain. Selain berbeda dalam tingkat
kecakapan memecahkan masalah, taraf kecerdasan, atau kemampuan
berpikir, peserta didik juga dapat berbeda dalam cara memperoleh,
menyimpan serta menerapkan pengetahuan. Mereka dapat berbeda dalam
cara pendekatan terhadap situasi belajar, dalam cara mereka menerima,
mengorganisasikan dan menghubungkan pengalaman-pengalaman
mereka, dalam cara mereka merespons metode pengajaran tertentu.
Perbedaan-perbedaan antar pribadi yang menetap dalam cara menyusun
dan mengolah informasi serta pengalaman-pengalaman ini dikenal gaya
kognitif.13

c. Indikator HOTS
Dalam taksonomi Bloom terdapat tiga aspek atau tiga indikator
penting dari ranah kognitif yang menjadi bagian dari kemampuan berpikir
tingkat tinggi yaitu aspek analisis, aspek evaluasi dan aspek mencipta.
Indikator yang menyatakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat
tinggi meliputi:14
1) Menganalisis
Menurut Anderson & Krathwol dan Brookhart kemampuan
menganalisis merupakan kemampuan menguraikan suatu bahan atau

12
Adi W Gunawan Ibid., hlm.171
13
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Memengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) hlm.
160
Miftakhul Muthoharoh’ “Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis HOTS
14

(High Order Thinking Skill)”, Vol. 5 No. 2 Nopember 2020, hlm.135


16

konsep menjadi bagian-bagian dan menjelaskan bagaimana hubungan


yang terjadi antara satu bagian dengan bagian lain secara keseluruhan.
• Menganalisis informasi yang masuk dan membagi
• atau menstrukturkan informasi kedalam bagian yang lebih kecil
untuk mengenali pola atau hubungannya.
• Mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat
dari sebuah skenario yang rumit.
• Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan.
2) Mengevaluasi
Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat penilaian
berdasarkan criteria dan standar. kriteria yang paling sering digunakan
adalah kualitas, efektifitas, efisiensi dan konsistensi. Berikut indicator
evaluasi:
• Memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, dan metodologi
dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada
untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.
• Membuat hipotesis, mengkritik dan melakukan pengujian.
• Menerima atau menolak suatu pernyataan berdasarkan criteria
yang telah ditetapkan.
3) Mencipta
Kemampuan mencipta (create) melibatkan penyatuan elemen
untuk membentuk keseluruhan yang koheren atau fungsional. Tujuan
dari kemampuan mencipta yakni agar peserta didik membuat produk
baru dengan menata ulang. Proses yang terlibat dalam kemampuan
mencipta umumnya dikoordinasikan dengan pengalaman belajar
peserta didik sebelumnya. Berikut beberapa indikator mencipta:
• Membuat generalisasi suatu ide atau cara pandang terhadap
sesuatu.
• Merancang suatu cara untuk menyelesaikan masalah.
17

• Mengorganisasikan unsur-unsur atau bagian-bagian menjadi


struktur baru yang belum pernah ada sebelumnya.
Selanjutnya Resnick mengungkapkan indikator HOTS diantaranya
adalah non algoritmik, bersifat kompleks, multiple solutions (banyak
solusi), melibatkan variasi pengambilan keputusan dan interpretasi,
penerapan multiple criteria (banyak kriteria), dan bersifat effortful
(membutuhkan banyak usaha). Sedangkan Conklin menyatakan
karakteristik HOTS sebagai berikut: “characteristics of higher-order
thinking skills: higher-order thinking skills encompass both critical
thinking and creative thinking” artinya, karakteristik keterampilan berpikir
tingkat tinggi mencakup berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis
dan kreatif merupakan dua kemampuan manusia yang sangat mendasar
karena keduanya dapat mendorong seseorang untuk senantiasa
memandang setiap permasalahan yang dihadapi secara kritis serta
mencoba mencari jawabannya secara kreatif sehingga diperoleh suatu hal
baru yang lebih baik dan bermanfaat bagi kehidupannya.15

d. Model-Model Pembelajaran HOTS


Membiasakan HOTS kepada peserta didik tidak bisa dilakukan
secara tiba-tiba dan instan. Membiasakan HOTS membutuhkan strategi
holistic dari para guru, guru tidak dapat menagih peserta didik dengan
pengukuran dan asesmen bertipe HOTS diakhir pembelajaran tanpa
melakukan pembelajaran HOTS terlebih dahulu. HOTS harus didesain
secara matang sesuai dengan konteks peserta didik dan materi ajar. Guru
sebaiknya memiliki pandangan jauh kedepan. Guru sudah memiliki
gambaran seperti apa yang diinginkan, kemudian bukti-bukti penilaian
seperti apa yang harus dipenuhi peserta didik untuk memperoleh hasil
tersebut, dan barulah desain pembelajaran apa yang sesuai.

15
Agus Budiman, Jailani “Pengembangan Instrumen Asesmen iHigh Order Thinking Skill
(HOTS) Pada Mata Pelajaran Matematika SMP Kelas VIII Semester 1” Vol. 1 No.2 November
2014, hlm.141
18

Higher Order Thinking Skills (HOTS) perlu ditingkatkan oleh guru


melalui pendekatan dan model yang tepat yang dapat merangsang
keterampilan berpikir peserta didik. Penerapan pendekatan saintifik dan
beberapa model pembelajaran seperti pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning), pembelajaran berbasis proyek (project based
learning), pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning), problem
solving, dan cooperative learning, menjadi peluang bagi guru untuk
menerapkan kegiatan pembelajaran pada level HOTS.
Pendekatan pembelajaran adalah suatu rangkaian tindakan
pembelajaran yang dilandasi oleh prinsip dasar tertentu (filosofis,
psikologis, didaktis dan ekologis) yang mewadahi, menginspirasi,
menguatkan dan melatari metode pembelajaran tertentu.16 Di dalam
kurikulum 2013 menerapkan pendekatan saintifik, yaitu proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara
aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan
mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
ditemukan. Selanjutnya akan dijelaskan model-model pembelajaran
HOTS:
1) Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah)
Problem based learning pertama kali diperkenalkan pada awal
tahun 1970-an di Universitas Mc Master Fakultas Kedokteran Kanada,
sebagai satu usaha untuk menemukan solusi dalam diagnosis dengan
membuat pertanyaan-pertanyaan sesuai kondisi atau situasi yang ada.17
Pengajaran berdasarkan masalah sudah dikenal pada zaman John
Dewey. Dalam buku Trianto, menurut John Dewey belajar yang

16
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016
17
Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru , (Jakarta:
Rajawali Press, 2016), Edisi kedua, hlm.242.
19

berdasarkan masalah merupakan interaksi antara stimulus dengan


respons, adalah hubungan antara dua orang belajar dsari lingkungan.
Lingkungan memberi masukan kepada peserta didik berupa bantuan
dan masalah, sedangkan sistem saraf otak memiliki fungsi menafsirkan
bantuan itu secara efektif lalu masalah yang dihadapi dapat diselidiki,
dinilai, dianalisis, dan dicari pemecahnya dengan baik. Pengalaman
peserta didik yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan
kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian dan bisa
dijadikan pedoman serta tujuan belajarnya.18
Problem based learning merupakan suatu pendekatan yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta
didik untuk belajar mengenai cara berpikir kritis dan keterampilan
pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan esensial dari
materi pelajaran.19 Problem Based Learning ialah inovasi dalam
pembelajaran karena dalam PBL kemampuan berpikir peserta didik
betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim
yang sistematis, sehingga peserta didik dapat memberdayakan,
mengasah, menguji, serta mengembangkan kemampuan berpikirnya
secara berkesinambungan.20 Dari beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkkan bahwa Problem Based Learning merupakan suatu model
pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada peserta
didik dalam memecahkan suatu masalah yang akan dihadapi dalam
kehidupannya, sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan
yang berhubungan dengan masalah tersebut serta memiliki
keterampilan untuk memecahkannya.

18
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta :
Prestasi Pustaka Publisher, 2007), hlm. 67-68.
19
Maya Agustina, “Problem Based Learning (PBL): Suatu Model Pembelajaran Untuk
Mengembangkan Cara Berpikir Kreatif Peserta didik”, At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Pendidikan
Agama Islam Vol. 10, 2018, hlm. 166.
20
Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru , (Jakarta:
Rajawali Press, 2016), Edisi kedua, hlm.229.
20

Pembelajaran berbasis masalah dapat disebut sebagai rangkaian


aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian
masalah yang dihadapi secara ilmuah. Pembelajaran berbasis masalah
memiliki tiga ciri utama.21 Pertama sebagai aktivitas pembelajaran,
yakni dalam implementasinya ada sejumlah kegiatan yang harus
dilakukan peserta didik. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan
untuk menyelesaikan masalah. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan
dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Proses
berpikir ilmiah dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis
berarti melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris berarti
proses penyelesaian masalah berdasarkan pada data serta fakta yang
jelas.
2) Project Based Learning (pembelajaran berbasis proyek)
Project Based Learning adalah model pembelajaran yang berfokus
pada konsep-konsep dan prinsip utama dari suatu disiplin, melibatkan
peserta didik dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas
bermakna lainnya, memberi peluang peserta didik bekerja secara
otonom mengonstruk belajar mereka sendiri, dan puncaknya
menghasilkan produk karya peserta didik bernilai, dan realistis.22
Depdiknas dalam huku Kokom komalasari menegaskan bahwa
pembelajaran berbasis proyek atau tugas terstruktur (Project Based
Learning) merupakan pendekatan pembelajaran yang membutuhkan
suatu pembelajaran komprehensif di mana lingkungan belajar peserta
didik didesain agar peserta didik dapat melakukan penyelidikan
terhadap masalah autentik termasuk pendalaman materi suatu materi
pelajaran, dan melakukan tugas bermakna lainnya.23 Jadi, pembelajran

21
Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Dan
Kontekstual: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum 2013 (Kurikulum Tematik
Integratif/TKI), (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), hlm. 65.
22
Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Aswaja Presindo, 2012),
hlm185.
23
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi (Bandung: Refika
Aditama,2013), hlm.70.
21

berbasis proyek adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan


suatu proyek dalam proses pembelajarannya. Proyek dikerjakan oleh
peserta didik dapat berupa proyek perseorangan atau kelompok dan
dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu secara kolaboratif,
menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian akan
ditampilkan atau dipresentasikan.24
Model pembelajaran project based learning mempunyai beberapa
karakteristik yaitu:
• Mengembangkan pertanyaan atau masalah yang berarti
pembelajaran harus mengembangkan pengetahuan yang dimiliki
oleh peserta didik.
• Memiliki hubungan dengan dunia nyata, yaitu pembelajaran yang
outentik dan peserta didik dihadapkan dengan masalah yang ada
pada dunia nyata
• Menekankan pada tanggung jawab peserta didik,
• Melakukan penilaian selama proses pembelajaran berlangsung dan
hasil proyek yang dikerjakan peserta didik.
3) Discovery Learning (pembelajaran berbasis penemuan)
Discovery learning yaitu bagian dari pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik, peserta didik diharapkan dapat aktif dan mandiri
dalam proses belajarnya, yang bertanggung jawab dan berinisiatif
untuk memenuhi kebutuhan belajarnya, menemukan sumber-sumber
informasi untuk dapat menjawab kebutuhannya, membangun serta
mempresentasikan pengetahuannya berdasarkan sumber-sumber yang
ditemukannya.25 Adalah sebuah proses pembelajaran yang terjadi bila
peserta didik tidak disajikan dengan pembelajaran dalam bentuk

24
Muhammad Fathurrohman, Paradigma Pembelajaran Kurikulum 2013 Strategi Alternatif
Pembelajaran di Era Global, (Yogyakarta: Kalimedia, 2015), hlm.227
25
Sri Indarti “Investigasi Implementasi Model Discovery Learning Berbasis Pendekatan
Saintifik Dalam Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA” Vol.01 No.02 2019,
22

finalnya, tetapi diharapkan peserta didik mengorganisasi sendiri.26


Pada discovery learning tekanan lebih pada ditemukannya konsep atau
prinsip yang sebelumnya belum diketahui. Tujuan dari metode
discovery learning beberapa di antaranya adalah untuk meningkatkan
partisipasi peserta didik secara langsung dan aktif dalam mencari,
memproses, dan menyimpulkan pelajaran. Disamping itu, mengurangi
ketergantungan peserta didik kepada pendidik sebagai satu-satunya
sumber belajar dalam proses pembelajaran, serta peserta didik lebih
terlatih dalam memanfaatkan lingkungan dan sebagainya.27
4) Problem Solving
Secara bahasa, problem solving berasal dari dua kata yaitu
problem dan solving. Makna bahasa dari problem solving adalah suatu
hal yang sulit untuk melakukannya atau memahaminya, dapat
diartikan sebagai pertanyaan yang butuh jawaban atau jalan keluar.
Sedangkan solve dapat diartikan sebagai mencari jawaban suatu
masalah. Secara terminology problem solving adalah suatu cara
berpikir untuk mencari pemecahan suatu masalah.28 Metode
pemecahan masalah (problem solving) adalah suatu cara menyajikan
pelajaran dengan mendorong peserta didik untuk mencari dan
memecahkan suatu masalah atau persoalan dalam rangka pencapaian
tujuan pengajaran. Metode ini dinamakan problem method.29 Menurut
Nana Sudjana, metode problem solving bukan hanya sekedar metode
mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam
problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai
dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.30 Dari

26
Cheni Chaenida Madu Ayu. .Discovery Learning Gerak Berirama.(Gresik: Caremedia
Communication, 2018) .hlm. 2.
27
Imam Mahdi, Ibnu Hidayani, Mulyawan, Hasan “Metode discovery Learning dalam
pembelajaran Sejarah Khulafaurrasyidin” Jurnal Edukasi Islami Vol.08 tahun.2019, hlm.144
28
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Rineka
Cipta, 2006) hlm.102
29
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm.84
30
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2009), hlm.85
23

pendapat di atas maka dapat disimpulkan metode pembelajaran


problem solving adalah suatu penyajian materi pelajaran yang
menghadapkan peserta didik pada persoalan yang harus dipecahkan
atau diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Metode problem solving dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis peserta didik. Karena dalam metode ini peserta didik dituntut
untuk dapat memecahkan persoalan yang mereka hadapi. Proses
pembelajarannya menekankan kepada proses mental peserta didik
secara maksimal, bukan sekedar pembelajaran yang hanya menuntut
peserta didik untuk sekedar mendengarkan dan mencatat saja, akan
tetapi menghendaki aktivitas peserta didik dalam berpikir. Menurut
wina Sanjaya, terdapat tiga ciri utama dari metode pemecahan
masalah, antara lain pemecahan masalah merupakan rangkaian
aktivitas pembelajaran, aktivitas pembelajaran diarahklan untuk
menyelesaikan masalah, dan terakhir yaitu pemecahan masalah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.31
5) Cooperative Learning
Dalam proses belajar mengajar dikenal metode cooperative
learning atau pembelajaran gotong royong. Cooperative learning
terdiri dari dua kata yaitu cooperative dan learning. Cooperative
menurut Usman dalam bukunya mendefinisikan sebagai belajar
kelompok atau bekerjasama.32 Sedangkan learning adalah “the process
through which experience causes permanent change in knowledge and
behavior” yakni proses melalui pengalaman yang menyebabkan
perubahan permanen dalam pengetahuan dan perilaku.33 Cooperative
learning didefinisikan sebagai suatu model pembelajaran yang
menekankan aktivitas kolaboratif peserta didik dalam belajar yang
31
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm 214
32
Usman, M. Basyiruddin, Metode Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat press. 2002)
hlm.14
33
Woofolk, Anita E..Educational Psychology, cet. ke -4. (USA: Allyn & Bacon.1996)
hlm.196
24

berbentuk kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang sama dengan


menggunakan berbagai macam aktifitas belajar guna meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam memahami materi pelajaran dan
memecahkan masalah secara kolektif. Setiap anggota kelompok bukan
hanya belajar materi apa yang diajarkan tetapi juga membantu anggota
yang lain untuk belajar.
Metode Cooperative learning adalah metode pembelajaran yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil peserta didik untuk
bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai
tujuan belajar.34 Metode ini adalah sebuah pembelajaran yang
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu di antara sesame, struktur bekerja sama yang teratur dalam
kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih. Metode cooperative
learning diharapkan dapat memacu peserta didik untuk menemukan
pengetahuan yang bukan diakibatkan dari ketidaksengajaan melainkan
melalui upaya untuk mencari hubungan-hubungan dalam informasi
yang dipelajarinya. Semakin luas informasi yang dimiliki akan
semakin mudah pula menemukan hubungan-hubungan tersebut. Pada
akhirnya, penemuan pertanyaan serta jawaban yang dihasilkan dapat
menyebabkan perubahan dan ketergantungan pada penguatan kuar
pada rasa puas akibat keberhasilan menemukan sendiri, baik berupa
pertanyaan atau masalah maupun jawaban atas permasalahan yang
diajukan. Belajar menemukan dan memecahkan masalah pada
akhirnya dapat menciptakan dorongan berpikir hingga diperolehnya
pengetahuan.

34
Syahraini Tambak “Metode Cooperative learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam” Vol.14 No.1 2017 ISSN 1412-5382, hlm.3
25

e. Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan HOTS


Faktor pendukung yang mempengaruhi peningkatan HOTS di MTs
Daarul Hikmah Pamulang yaitu :
1) Sarana dan prasarana yang cukup memadai, sarana dan prasarana yang
dimaksud adalah media-media pembelajaran, lingkungan sekolah, dan
sumber-sumber belajar.
2) Persepsi guru yang positif terhadap implementasi pembelajaran
berbasis HOTS. Pada umumnya, guru mempunyai pandangan yang
baik terhadap kebijakan implementasi pembelajaran berbasis HOTS.
Kebijakan ini sangat mendukung dalam mengembangkan keterampilan
berpikir pada peserta didik sehingga mampu menganalisis
permasalahan secara otentik dan menyeluruh berdasarkan analisis
mendalam.
3) Kualifikasi pendidikan guru yang sudah memadai. Dimana guru MTs
Daarul Hikmah sudah sertifikasi dan sudah memiliki kualifikasi
pendidikan S-1 (strata 1).
4) Guru mata pelajaran SKI yang memberikan bimbingan belajar kepada
peserta didik terutama terhadap peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar, dan memberikan motivasi terus menerus kepada
peserta didik agar giat dalam belajar. Memberikan nilai tambahan
kepada peserta didikyang aktif sehingga membuat peserta didik ada
kemauan untuk bertanya dan berargumen dengan baik.
Sementara faktor penghambat penerapan pembelajaran HOTS dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1) Kemampuan peserta didik yang beragam dapat menjadi penghambat
dalam pencapaian belajar peserta didik. Dikarenakan dalam kegiatan
ini semua peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi dan rendah
terlibat langsung dalam satu pembelajaran tanpa mengelompokan yang
cepat dalam belajar maupun yang lamban.
26

2) Absensi peserta didik juga menjadi afktor penghambat dalam


pelaksaan pembelajaran High Order Thinking Skill, dikarenakan dalam
hal ini peserta didik yang absen dalam satu pertemuan akan ketingglan
pelajaran tanpa dapat mengulang.
3) Peserta didik yang memiliki kemampuan belajar yang lamban tidak
dapat mengejar kemampuan belajar peserta didik dapat menyerap
materi dengan cepat, sehingga guru memberikan bimbingan belajar
langsung kepada peserta didik yang mempunyai masalah dalam
belajar.
4) Peralatan yang kurang memadai menjadi salah satu faktor penghambat
seperti proyektor, infocus, dan lain-lain. Karna pada MTs Daarul
Hikmah ketersediaan infocus masih terbatas sehingga memakainya
harus bergantian dengan guru lain.
5) Kendala sinyal atau jaringan yang dialami juga merupakan salah satu
faktor penghambat pada saat pembelajaran Jarak Jauh, serta tidak
semua peserta didik memiliki kuota untuk melakukan pembelajaran.

f. Langkah-langkah Penerapan HOTS


Dalam pembelajaran terdiri dari beberapa langkah atau tahap,
begitu juga dengan pembelajaran berbasis HOTS. Tahap-tahap
pembelajaran tersebut antara lain sebagai berikut:35
1) Tahap Persiapan Pembelajaran
Tahap persiapan dimulai dengan membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) RPP yang dirancang, dilaksanakan, dan dievaluasi
secara terpadu. Pembuatan RPP dapat mengintegrasikan prinsip-
prinsip pembuatan RPP yang ditetapkan dalam Permendikbud Nomor
22 Tahun 2013 dengan konsep literasi, pendidikan karakter, HOTS,
dan tuntutan pembelajaran abad XXI. Integrasi dapat dituangkan pada

35
Andreas, Kiswara, Tri, Susantiningrum, “Analisis Penerapan Pembelajaran Berbasis HOTS
Pada Program Keahlian Otomatisasi Tata Kelola Perkantoran SMK N di Kota Surakarta” e-ISSN
2614-0349, hlm.49
27

penulisan indikator, tujuan, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti,


kegiatan penutup, dan penilaian.36 Helmawati mendiskripsikan bahwa
setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP
secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup untuk bertindak kreatif. 37
2) Tahap Pelaksanaan Pembelajaran
Kegiatan pelaksanaan pembelajaran berbasis HOTS guru menerapkan
model pembelajaran yang membiasakan peserta didik berpikir tingkat
tinggi dan menekankan pada pembelajaran berpusat pada peserta didik
atau dikenal dengan istilah student center learning (SCL). Dalam
melaksanakan pembelajaran tersebut, peserta didik diminta untuk
mendiskusikan sebuah materi pembelajaran, selanjutnya peserta didik
mempresentasikan hasil diskusinya. Meskipun demikian, guru
terkadang berlindung di balik strategi pembelajaran student center
learning ini. Guru hanya memberikan tugas agar peserta didik bisa
selalu aktif bekerja yang mengakibatkan hanya kelelahan yang
didapat. Guru juga sering lupa bahwa pembelajaran berpusat pada
peserta didik harus didesain (by design) bukan muncul secara tiba-tiba
(by chance). Pembelajaran didesain untuk mencapai tujuan
pembelajaran dengan melibatkan aktivitas membahagiakan bagi
peserta didik.38
3) Tahap Evaluasi Pembelajaran
Tahapan evaluasi dalam pembelajaran HOTS dilakukan dengan
membuat penilaian kepada peserta didik yang mengukur kemampuan
berpikir tingkat tinggi yang dimilikinya. Pengukuran dilakukan
36 Agus Kristiyono, “Urgensi dan Penerapan High Order Thingking Skills di Sekolah” Jurnal

Pendidikan Penabur - No.31 Tahun 2018, hlm.44


37
Helmawati. Pembelajaran dan Penilaian Berbasis HOTS Higher Order Thingking Skills.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya.2019) hlm.168
38
A. Nugroho. HOTS Kemampuan Berpikir Tingkat Tingg: Konsep, Pembelajaran,
Penilaian, dan Soal-soal. (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. 2018) hlm.10
28

terhadap kemampuan berpikir yang tidak sekedar mengingat (recall),


menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan
pengolahan (recite), melainkan mengukur dimensi metakognitif yang
menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang
berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah, memilih strategi
pemecahan masalah, menemukan metode baru, berargumen dan
mengambil keputusan yang tepat.39 Penggunaan soal-soal yang bersifat
HOTS dapat melatih peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi.
Penggunaan soal-soal pada level berpikir tingkat tinggi dalam setiap
evaluasi pembelajaran membuat peserta didik terlatih untuk berpikir
multiprespektif dan non rutin sehingga berdampak pada kemampuan
berpikir peserta didik yang semakin meningkat.

g. Taksonomi Bloom
Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani ‘tassein’ yang
mengandung arti ‘untuk mengelompokkan’ dan ‘nomos’ yang berarti
‘aturan’. Taksonomi dapat diartikan pengelompokan suatu hal berdasarkan
hierarki (tingkatan) tertentu.40 Dalam Taksonomi Bloom revisi, HOTS
merupakan kemampuan kognitif pada tingkat penerapan, analisis,
evaluasi, dan inovasi.41 Higher Order Thinking Skill merupakan suatu
keterampilan berpikir yang tidak hanya membutuhkan keterampilan
mengingat, tetapi membutuhkan keterampilan lain yang lebih tinggi.
Aspek-aspek dari kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik pada
proses pembelajaran dapat ditinjau dari taksonomi Bloom. Dalam
taksonomi Bloom terdapat tiga aspek dari ranah kognitif yang menjadi
bagian dari kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu aspek analisis, aspek
evaluasi dan aspek mencipta. Kemampuan berpikir tingkat tinggi tidak

39 Agus Kristiyono., Loc Cit., hlm.45


40
Dr. Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
2011) hlm.8
41
Indra Mulyaningsih dan Itaristanti. “Pembelajaran Bermuatan HOTS (High Order Thinking
Skill) di Jurusan Tadris Bahasa Indonesia”. Vol.4 No.1 2018 hlm.117
29

hanya sekedar menganalisa, mensintesa serta mencipta, melainkan juga


mencakup proses menemukan (inquiry), berpikir kritis (critical thinking),
serta pemecahan masalah (problem solving).42 Indikator untuk mengukur
Higher Order Thinking Skill meliputi keterampilan menganalisa (C4),
mengevaluasi (C5), dan menciptakan (C6).43 Berikut level perkembangan
kognitif taksonomi bloom:44

Gambar 2.1 dimensi proses kognitif Taksonomi Bloom


1) Pengetahuan
Pengetahuan disini yaitu ingatan tentang materi atau bahan yang sudah
pernah dipelajari. Hal ini meliputi kemampuan mengingat informasi
secara umum dan luas serta mampu mengucapkan kembali apa yang
telah dipelajari.45 Dalam domain kognitif, pengetahuan merupakan
tingkat hasil pembelajaran yang paling rendah. Kata kerja yang
digunakan untuk menjelaskan tugas antara lain: apa, siapa, kapan,
dimana, tentukan, gambarkan, sebutkan, dll.

42
Nurris Septa Pratama, edi Istiyono, “Studi Pelaksanaan Pembelajaran Fisika Berbasis High
Order Thinking Skill (HOTS) Pada Kelas X di SMA N Kota Yogyakarta”, Vol.6 No.1 2015
hlm.106
43
Nailur Rahmawati, “Pembelajaran Bahasa Arab: Menuju Higher Order Thingking Skills
(HOTS). ISSN: 2597-5242. 2018, hlm.150
44
Deri Hendriawan dan Usmaedi “Penerapan Pembelajaran High Order Thingking Skills
(HOTS) di Sekolah Dasar.” Jurnal Pendidikan Dasar Setiabudhi, Vol.2 No.2 2019., hlm.77
45
Adi W Gunawan., Op,Cit. hlm.183
30

2) Pengertian
Pengertian yang dimaksud adalah kemampuan untuk menangkap arti
dari suatu materi atau informasi yang dipelajari. Kemampuan ini dapat
ditunjukkan dengan jalan menerjemahkan dan mengubah materi yang
diplajari menjadi suatu bentuk lain. Kemampuan ini juga melibatkan
kemampuan untuk bisa memperkirakan kejadian yang mungkin akan
timbul sebagai akibat atau konsekuensi dari suatu keadaan.46
3) Aplikasi
Aplikasi disini maksudnya adalah kemampuan untuk menggunakan
atau menerapkan materi atau informasi yang telah dipelajari ke dalam
suatu keadaan baru dan konkret dengan hanya mendapat sedikit
pengarahan. Hal ini termasuk aplikasi dari suatu aturan, konsep,
metode dan teori guna memecahkan masalah.
4) Analisis
Analisis adalah kemampuan untuk memecah atau menguraikan suatu
materi atau informasi menjadi komponen-komponen yang lebih kecil
sehingga lebih mudah dipahami. Pada level ini otak kita bekerja keras
melakukan proses berpikir. Level ini lebih rumit karna peserta didik
sadar akan proses berpikir yang ia gunakan dan mengerti konten dan
struktur dari materi pelajaran. Hasil pembelajaran dari level ini lebih
tinggi secara intelektual daripada pengertian dan aplikasi.47 Ciri
khusus berpikir analisis adalah melibatkan proses berpikir logis dan
penalaran termasuk keterampilan seperti perbandingan, klasifikasi,
pengurutan, penyebab/efek, pola, anyaman, analogi, penalaran
deduktif dan induktif, perkiraan, perencanaan, hyphothesizing, dan
critiquing.48

46
Adi W Gunawan., Op,Cit. hlm.183
47
Adi W Gunawan., Op,Cit. hlm.184
48
Deri Hendriawan dan Usmaedi Loc Cit., hlm.82
31

5) Evaluasi
Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris Evaluation
yang berarti penilaian.49 Evaluasi berhubungan dengan kemampuan
untuk menentukan nilai suatu materi (menilai suatu pernyataan,
laporan, cerita, dll) untuk tujuan tertentu. Penilaian yang dilakukan
didasarkan pada suatu criteria yang baku dan jelas. Hasil pembelajaran
pada level ini merupakan tingkatan yang paling tinggi di dalam
hierarki kognitif karena ntelah mencakup semua level lainnya.
6) Kreasi
Mengkreasi melibatkan proses menyusun elemen-elemen jadi
keseluruhan yang koheren atau fungsional. Menurut Kwartolo, level
mengkreasi merujuk pada kemampuan peserta didik memadukan
berbagai macam informasi dan mengembangkannya sehingga terjadi
suatu bentuk yang baru. Selain itu juga ditunjukkan dengan
kemampuan dalam merancang, membangun, merencanakan,
memproduksi, menemukan, menyempurnakan, memperkuat dan
memperindah. Sementara Kuswana mengatakan, mengkreasi
merupakan menempatkan bagian-bagian secara bersama-sama
kedalam suatu ide, semuanya saling berhubungan untuk membuat hasil
yang baik. Jadi mengkreasi merupakan proses akhir dalam revisi
taksonomi Bloom dimana menempatkan peserta didik memiliki
tingkatan kognitif tertinggi, sehingga dapat menggabungkan seluruh
pengetahuan yang dimilikinya.50
Dalam menggunakan taksonomi ini, guru harus menentukan atau
memutuskan pada tingkatan mana peserta didik akan diarahkan dalam
proses berpikir mereka. Jadi guru tidak asal mengajar. Harus ada tujuan
dan perencanaan yang jelas dan terarah dalam setiap pelaksanaan proses
pembelajaran.

49
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2016)
hlm.1
50
Kwartolo Yuli, “Multiple Intellegences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom”,
Jurnal Pendidikan Penabur No.18 tahun 2012, hlm.71
32

Dimensi proses Taksonomi Bloom terdiri atas kemampuan


mengetahui (knowing-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan
(applying-C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-
C5), dan mengkreasi (creating-C6). Anderson & Krathwohl51
mengklasifikasikan dimensi proses berpikir sebagai berikut:
Tabel 2.2 Dimensi Proses Berpikir
Mengkreasi • Mengkreasi ide/gagasan sendiri
• Kata kerja: mengkontruksi, desain, kreasi,
mengembangkan, menulis,
memformulasikan.
HOTS Mengevaluasi • Mengambil keputusan sendiri.
• Kata kerja: evaluasi, menilai, menyanggah,
memutuskan, memilih, mendukung.
Menganalisis • Menspesifikasi aspek-aspek/elemen.
• Kata kerja: membandingkan, memeriksa,
mengkritisi, menguji.
Mengaplikasi • Menggunakan informasi pada domain
berbeda
• Kata kerja: menggunakan,
MOTS mendemonstrasikan, mengilustrasikan,
mengoperasikan.
Memahami • Menjelaskan ide/konsep.
• Kata kerja: menjelaskan, mengklasifikasi,
menerima, melaporkan
Mengetahui • Mengingat kembali.
LOTS • Kata kerja: mengingat, mendaftar,
mengulang, menirukan.

Pembelajaran berbasis HOTS akan memampukan peserta didik


dalam mengkontruksi argument yang tepat dan efektif untuk membuat
keputusan atau solusi yang rasional. Mengajarkan peserta didik HOTS
merupakan suatu kewajiban guru di zaman sekarang, tidak terkecuali guru
SKI. Guru SKI harus menyadari bahwa para peserta didik yang ada saat
ini adalah pemilik masa depan, sehingga materi pembelajaran yang
diberikan harus relevan dengan kebutuhan yang mendukung
berkembangnya keterampilan peserta didik.

51
Wayan Widana I. . Modul Penyusunan Soal Higher Order Thingking Skill (HOTS). Jakarta:
Direktorat Pembinaan SMA Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. 2017, hlm.13
33

h. Contoh-contoh soal HOTS


Soal-soal HOTS sangat direkomendasikan untuk digunakan pada
berbagai bentuk penialaian kelas. Berikut ini dipaparkan karakteristik
soal-soal HOTS.
1) Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
Kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam HOTS terdiri atas
kemampuan menyelesaikan masalah yang tidak familiar, mengevaluasi
strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dari berbagai
sudut pandang yang berbeda.
2) Berbasis permasalahan kontekstual
Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata
dalam kehisupan sehari-hari, dimana peserta didik diharapkan dapat
menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk
menyelesaikan masalah. Bagaimana keterampilan peserta didik untuk
menghubungkan, menginterpretasikan, menerapkan dan
mngintegrasikan ilmu pengetahuan dalam pembelajaran dikelas untuk
menyelesaikan permasalahan dalam konteks nyata.52
3) Bentuk soal yang beragam
Terdapat tiga format yang dapat digunakan untuk mengukur HOTS
yang pertama memilih jawaban (soal pilihan ganda, soal
menjodohkan), kedua membangkitkan (soal dengan jawaban singkat,
essay, dan unjuk kerja), dan yang terakhir menjelaskan (memberikan

alasan untuk sebuah pilihan atau jawaban atas sebuah pertanyaan.53

Selanjutnya ada beberapa contoh pertanyaan dan aktivitas yang


dapat dilakukan untuk mengakomodasi setiap level perkembangan
kognitif dari taksonomi bloom yaitu:54

52
Wayan Widana, ibid hlm.3-4
53
Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran berbasis HOTS ( Higher Order Thingking Skill),
(Tangerang: Tira Smart, 2019), hlm.6
54
Adi W Gunawan., Op,Cit. hlm.185
34

Tabel 2.3 Contoh Soal HOTS


1. Pengetahuan (mengingat)55
Pertanyaan Kegiatan
1. Apa definisi dari … Gambarkan…
2. Apa yang terjadi setelah… Buat garis waktu dari kejadian…
3. Sebutkan … Buat grafik dari…
4. Apa karakteristik dari… Buat urutan dari kejadian…
5. Mana yang benar atau salah Buat daftar dari semua tokoh dalam
…. cerita…

2. Pengertian56
Pertanyaan Kegiatan
1. Menurut anda, apa yang Buat cerita yang mnunjukkan urutan
mungkin terjadi …. dari …
2. Apa perbedaan antara … Bandingkan … dengan …
3. Dengan menggunakan kata- Menurut anda, jelaskan …
kata anda sendiri ceritakan
mengenai …
4. Berikan contoh… Buat sebuah model dari …
5. Bisakah anda memberikan Tuliskan sebuah laporan…
definisi dari …

3. Aplikasi57
Pertanyaan Kegiatan
1. Demonstrasikan cara untuk … Buat suatu gambar untuk
menjelaskan suatu kejadian…
2. Faktor apa yang akan anda Buat sebuah mural untuk

55 Adi W Gunawan., Op,Cit. hlm.185


56 Adi W Gunawan., Op,Cit. hlm.185
57 Adi W Gunawan., Op,Cit. hlm.185
35

ubah … menggambarkan…
3. Bagaimana anda mengatur Buat sebuah mural untuk
ide-ide … menggambarkan …

4. Alanisis58
Pertanyaan Kegiatan
1. Apa perbedaan antara … Buat pertanyaan tentang…
2. Apa hubungan antara… Siapkan laporan tentang…
3. Bagaimana jika … Buat bagan untuk menjelaskan…
4. Apa langkah penting dalam
proses …
5. Apa kesimpulan yang dapat
diambil ….

5. Sintesis59
Pertanyaan Kegiatan
1. Dapatkah anda merancang Rancang sebuah rencana untuk …
sebuah …
2. Bagaimana anda menangani… Buat hipotesis tentang…
3. Dapatkah anda membuat Ajukan sebuah metode untuk …
proposal untuk …

6. Evaluasi60
Pertanyaan Kegiatan
1. Mana sistem yang terbaik Lakukan diskusi mengenai…
antara …
2. Bagaimana solusi anda… Jelaskan pendapat anda mengenai..

58 Adi W Gunawan., Op,Cit. hlm.186


59 Adi W Gunawan., Op,Cit. hlm.186
60 Adi W Gunawan., Op,Cit. hlm.186
36

3. Buat perkiraan mengenai … Jelaskan reaksi anda tentang…


4. Bagaimana pendapat anda Buatlah daftar yang akan anda
tentang buku … gunakan untuk …
5. Bagaimana penilaian anda Lakukan debat mengenai topik …
tentang …

2. Sejarah Kebudayaan Islam


a. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
Sebelum menjelaskan pengertian SKI, perlu dijelaskan bahwa
pelajaran SKI merupakan salah satu penjabawan dari Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Dimana untuk PAI biasanya digunakan pada
lembaga pendidikan umum seperti SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi
umum. Sedangkan SKI digunakan pada Sekolah seperti SD Islam/MI,
SMP Islam/ MTs, SMA Islam/MA, dan Perguruan Tinggi Islam.
Pengertian sejarah menurut Murodi di bukunya Sejarah
Kebudayaan Islam kelas VII, dapat dilihat dari dua aspek yaitu bahasa dan
istilah. Menurut bahasa, sejarah berasal dari bahasa arab yaitu syajarotun
yang artinya “pohon”.61 Sitilah lain dalam bahasa asing disebut histore
(Perancis), history (inggris). Kata history sendiri dalam ilmu pengetahuan
sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yang berarti pengetahuan gejala-
gejala alam, khususnya manusia yang bersifat kronologis.62
Dapat dipahami pada bagian pengertian sejarah yang memiliki arti
“pohon” bahwaq biasanya pohon itu tumbuh menjulang tinggi keangkasa
memiliki akar yang kokoh dan kuat, terdapat ranting, cabang, dan daun.
Itu bisa diartikan bahwa sejarah memiliki masa, berkembang sesuai
zaman. Yang paling penting adalah sejarah ibarat akar, dimana ada asal-
usul pohon bisa hidup. Contoh adalah sejarah tentang kehidupan dengan
61
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Tsanawiyah kelas VII, (Semarang:PT. Karya
Toha Putra,2009), hlm. 4.
62
Eni Riffriyanti “variasi Metode Pembelajaran Sejarah Kebudaya Islam MTs Miftahul Ulum
Weding Bonang Demak” Vol.02 No.02 Agustus 2019, hlm.3
37

asal-usul. Suatu kejadian bisa dikatakan sejarah jika kejadian itu sudah
lewat pada masa lampau. Dari segala kejadian masa lampau tersebut
kiranya dapat diambil suatu pelajaran yang mengantarkan manusia
memperluas ilmu pengetahuan untuk menumbuh-kembangkan ketaqwaan
kepada Allah SWT sebagai syarat mutlaq dalam mencapai kebahagiaan
hidup duniawi sekaligus ukhrawi. Sedangkan Untuk kejadian pada masa
yang akan datang tidak bisa dikatakan sebagai sejarah karena manusia
belum melewati masa itu. Jadi, sejarah itu ada kaitannya dnegan masa dan
waktu.
Sedangkan kebudayaan berasalh dari kata “budi” dan “daya”.
Kemudian digabungkan menjadi “budidaya” yang berarti sebuah upaya
untuk menghasilkan dan mengembangkan sesuatu agar menjadi lebih baik
dan memberikan manfaat bagi hidup dan kehidupan.63
Sejarah merupakan bentuk ungkapan tentang semangat mendalam
suatu masyarakat. Menurut Koentjoroningrat, kebudayaan paling tidak
mempunyai tiga wujud: (1) wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan yang
sebagai suatu kompleksitas ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan, dan sebagainya, (2) wujud kelakuan, yaitu wujud kebudayaan
sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam
masyarakat, dan (3) wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-
benda hasil karya.64
Sejarah Kebudayaan Islam adalah peristiwa yang berkaitan dengan
berbagai proses kehidupan manusia dan dipelajari di masa kini untuk
diambil hikmahnya bagi perjalanan kehidupan di masa-masa mendatang.
Sejarah kebudayaan Islam dilahirkan oleh umat islam sekalipun tidak
menggunakan istilah kebudayaan umat Islam. Islam itu bukan budaya
karena Islam adalah Wahyu dari Allah, sedangkan budaya Islam adalah
hasil karya orang islam. Yang dimaksud dengan sejarah Kebudayaan

63
Muhammad Haidir Junaidi, “Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam”, dalam
http://muhammad-haidir.blogspot.com/2013/04/pengertian-sejarah-kebudayaan-islam.html
/diakses 5 Maret 2021.
64
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Grafindo Persada, 1997), hlm.25
38

Islam adalah studi tentang riwayat hidup Rasulullah SAW, sahabat-


sahabat dan imam-imam pemberi petunjuk yang diceritakan kepada ,urid-
peserta didik sebagai contoh teladan yang utama dari tingkah laku manusia
ideal, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial. Muhaimin
mengatakan, “…..dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia muslin dari masa ke
masa dalam usaha bersyari’ah dan berakhlak serta dalam mengembangkan
sistem kehidupan yang dilandasi oleh akidah”. 65
Mata pelajaran SKI dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah
adalah salah stau bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati Sejarah Kebudayaan Islam yang kemudian menjadi dasar
pandangan hidupnya melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,
penggunaan pengalaman dan pembiasaan.
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan suatu pelajaran yang
menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/
peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam
dimasa lampau, mulai dari sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah
kelahiran dan kerasulan nabi Muhammad saw. sampai masa
khulafaurrasyidin. Secara substansial mata pelajaran Sejarah Kebudayan
Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta
didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan
Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk
melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta
didik.66
Dengan demikian, mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam ialah
bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran PAI yang membahas

65
Muhaimin, pengembangan kurikulum pendidikan Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada.
2005), hlm. 1-3.
66
Munawir “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Peserta didik
Kelas IV dengan Strategi Pembelajaran CTL di Madrasah Ibtidaiyah Assyafi’iyah Tanggul
Sidoarjo” Vol.04 No. 01 September 2012, hlm.1-24
39

tentang kisah masa lampau manusia baik mengenai hasil pikiran, totalitas
pikir maupun karya orang yang hidup dan bernaung di bawah panji-panji
Islam yang didasarkan kepada pemahaman orang-orang Islam.

b. Tujuan dan Manfaat Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam


Thoha mengatakan, pembelajaran sejarah kebudayaan Islam
setidaknya memiliki beberapa tujuan antara lain sebagai berikut:67
1) Untuk meneladani unsur-unsur keutamaan, agar mengikuti tingkah
laku para Nabi dan orang-orang shaleh dalam kehidupan sehari-hari.
2) Pelajaran sejarah merupakan contoh teladan baik bagi umat Islam yang
meyakininya dan merupakan sumber syariah yang besar.
3) Studi sejarah dapat mengembangkan iman, mensucikan moral,
membangkitkan patriotisme dan mendorong untuk berpegang pada
kebenaran serta setia kepadanya.
4) Pembelajaran sejarah akan memberikan contoh teladan yang sempurna
kepada pembinaan tingkah laku manusia yang ideal dalam kehidupan
pribadi dan sosial anak-anak dan mendorong mereka untuk mengikuti
teladan yang baik, dan bertingkah laku seperti Rasul.
Manfaat mempelajari sejarah kebudayaan islam ada lima, yaitu
sebagai berikut :68
1) Menumbuhkan rasa cinta kepada kebudayaan islam yang merupakan
buah karya kaum muslimin masa lalu.
2) Memahami berbagai hasil pemikiran dan hasil karya para ulama untuk
diteladani dalam kehidupan sehari-hari.
3) Membangun kesadaran generasi muslim akan tanggung jawab
terhadap kemajuan dunia islam.
4) Memberikan pelajaran dari setiap kejadian untuk meneladani
perjuangan para tokoh di masa lalu guna perbaikan dalam diri sendiri,

67
Thoha, Chabib dkk. Metodelogi Pengajaran Agama, (Semarang. Pustaka Pelajar, 1999),
hlm. 222-223.
68
Kuntowijoyo,.Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Yayasan Bintang Budaya, 1995), 76
40

masyarakat, lingkungan negerinya serta demi islam pada masa yang


akan datang.
5) Memupuk semangat dan motivasi untuk meningkatkan prestasi yang
telah diraih umat terdahulu.
c. Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Tsanawiyah
Selama ini seringkali SKI hanya dipahami sebagai sejarah tentang
kebudayaan islam saja. Dalam kurikulum ini SKI dipahami sebagai
sejarah tentang agama islam dan kebudayaan. Oleh karena itu kurikulum
ini tidak saja menampilkan sejarah kekuasaan atau sejarah raja-raja, tetapi
juga akan diangkat sejarah perkembangan ilmu agama, sains dan teknologi
dalam islam.
Pada tingkat MTS, kurikulum SKI disusun secara sistematis
dengan membahas tentang Dinasti Abbasiyah dan al-Ayyubiyah. Lebih
rinci lagi pada kurikulum Sejarah Kebudayaan Kelas VIII semester ganjil
yang dikaji adalah sebagai berikut :69
1) Dinasti Abbasiyah, antara lain :
• Sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah
• Perkembangan peradaban islam pada masa Dinasti Abbasiyah
• Tokoh Ilmuwan Muslim dan perannya dalam kemajuan
peradaban Silam pada masa Dinasti Abbasiyah
• Ulama penyususn Kutubussittah (ahli hadis)
2) Dinasti Dinasti Al-Ayyubiyah, antara lain:
• Perkembangan masyarakat Islam pada masa al- Ayyubiyah
• Perkembangan kebudayaan atau peradaban Islam pada masa al-
Ayyubiyah
• Tokoh ilmuwan muslim dan perannya dalam kemajuan dan
kebudayaan pada masa al-Ayyubiyah

69
KMA Nomor 165, Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa
Arab Pada Madrasah Tahun 2014, (t.t.p)
41

• Mengambil ibrah dari perkembangan peradaban Islam pada


masa al-Ayyubiyah untuk masa ini dan masa yang akan datang.
• Meneladani sikap keperwiraan Shalahudin al-Ayyubi.

3. Penerapan Pembelajaran HOTS pada Mata Pelajaran SKI


Kurikulum 2013 mengharuskan kegiatan pembelajaran menggunakan
model permbelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat
tingkat tinggi (HOTS). Kurikulum 2013 menghendaki peserta didik harus
aktif dalam proses pembelajaran, tidak hanya sekedar mendengar dan
mencatat apa yang diberikan oleh guru, selain itu peserta didik juga harus
mampu mengkontruksi dan membangun pengetahuan baru secara mandiri.
Pada proses belajar banyak kendala yang di alami suatu masalah yang di
hadapi oleh peserta didik. Salah satunya adalah memecahkan suatu masalah
dalam pembelajaran dimana peserta didik harus berpikir secara kritis terhadap
pembelajaran. Di atas sudah dijelaskan bahwa High Order Thinking Skills
(HOTS) merupakan kemampuan berpikir dan menalar untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang rumit dan atau memecahkan suatu kasus atau
masalah. Pembelajaran dengan kurikulum 2013 diharapkan dapat mendorong
peserta didik untuk mencari tahu pengetahuan melalui observasi. Cara ini
menekankan pada proses pencarian pengetahuan daripada transfer
pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai subyek belajar yang perlu
dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Peran guru sebagai
fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasi kegiatan belajar.70
Bantuan guru diperlukan dalam proses pembelajaran, akan tetapi bantuan
guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya
peserta didik. Peserta didik lebih banyak mencari tahu dan bukan diberi tahu.
Maksudnya adalah informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak
tergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi

70
Suhartati Suhartati, “Penerapan Pendekatan Saintifik pada Materi Relasi dan Fungsi di
Kelas X MAN 3 BandaAceh,” 2016.
42

pembelajaran yang diharapkan tercipta, diarahkan untuk mendorong peserta


didik dalam mencari tahu sumber melalui observasi dan bukan diberi tahu.
Pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Daarul Hikmah
sudah dapat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau High
Order Thinking Skills (HOTS) peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi mengandung indikator
HOTS. Pada tahap perencanaan dapat dilihat melalui RPP yang disusun guru
SKI, pada tahap pelaksanaan dapat dilihat dari soal ulangan harian yang
dibuat oleh guru SKI. Indikator yang paling mendominasi ke tiga tahap
tersebut adalah menganalisis. Untuk tahap pelaksanaan, dapat dilihat dari
metode yang digunakan guru SKI dalam pembelajaran dan komunikasi yang
berjalan secara dua arah, dimana peserta didik cukup aktif dalam
pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan High
Order Thinking Skill (HOTS) pada kurikulum 2013 sangat diperlukan karna
dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik.

B. Hasil Penelitian Relevan


Hasil penelitian yang relevan sebagai bahan penguat penelitian ini adalah :
1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Nurkholis Majid tahun 2016
yang berjudul “Efektivitas Pendekatan Saintifik terhadap High Order
Thinking Skills (HOTS) Peserta didik kelas X MAN Wonokromo Bantul
Tahun Pelajaran 2014/2016”. Jenis penelitian ini adalah quasi experiment
dengan Pretest posttest Group Control Design. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas
control. Pendekatan saintifik lebih efektif dan hal ini menunjukkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik cukup meningkat dengan
signifikan. Berdasarkan hasil penelitian, pendekatan saintifik efektif terhadap
kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik. Penelitian Ahmad Nurkholis
Majid ini memiliki kesamaan dengan penulis dalam hal membahas
43

implementasi High Order Thinking Skills (HOTS) namun sejatinya berbeda


dengan penelitian penulis dari segi lokasi dan kajian teorinya yang dimana
penulis tidak meneliti pendekatan saintifik melainkan hanya penerapan High
Order Thinking Skills (HOTS) saja, begitu pula dari segi kajian teori yang
sangat berbeda. Penelitian Ahmad Nurkholis Majid mengkaji tentang
Efektivitas Pendekatan Saintifik terhadap High Order Thinking Skills (HOTS)
Peserta didik kelas X, sedangkan penelitian penulis mengkaji tentang
Penerapan pembelajaran High Order Thinking Skills (HOTS) pada mata
pelajaran SKI di kelas VIII. Selain itu penelitian Ahmad Nurkholis Majid
bertempat di MAN Wonokromo Bantul, sedangkan penulis bertempat di MTs
Daarul Hikmah Pamulang.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Putri Novitasari tahun 2016 yang berjudul
“Pengaruh Penggunaan Pendekatan Cooperative Learning Tipe Student Team
Achievment And Division (TAD) terhadap High Order Thinking Skills
(HOTS) pada mata pelajaran Fisika Peserta didik Kelas X SMA N 2
Yogyakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan HOTS
antara peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dan model direct instruction. Perbedaan penelitian ini dengan penulis
yaitu penulis tidak menggunakan metode STAD hanya menggunakan HOTS
saja. Subjek yang digunakan juga berbeda antara penelitian yang dilakukan
oleh Putri Novitasari dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Hasanah Qomariah tahun 2019 yang
berjudul “Pemberdayaan High Order Thinking Skills (HOTS) melalui
Penerapan Pembelajaran Fiqh dengan strategi Discovery”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa secara konseptual guru-guru disekolah tersebut tidak
memahami secara oprasional konsep HOTS tetapi dalam pelaksanaannya
pembelajaran mencerminkan pelaksanaan HOTS. Penelitian Nur Hasanah
Qomariah memiliki perbedaan dengan penulis dalam kajian teori yang dimana
penelitian Nur Hasanah Qomariah membahas strategi Discovery sedangkan
penulis hanya membahas High Order Thinking Skills (HOTS) dan
44

menyebutkan berbagai model pembelajaran HOTS. Perbedaan lain terletak


pada focus penelitian dan lokasi penelitian. Penelitian Nur Hasanah Qomariah
lebih memfokuskan pada strategi Discovery sedangkan penelitian penulis
memfokuskan pada Penerapan HOTS dari aspek analisis, evaluasi maupun
kreasi. Dan penelitian penulis bertempat di MTs Daarul Hikmah Pamulang.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun tempat penelitian ini dilakukan di MTs Daarul Hikmah yang
beralamat di Jl. Surya Kencana No. 24 Rt 05/05, Pamulang Barat, Kec. Pamulang,
Kota Tangerang Selatan. Dan dilaksanakan pada bulan Mei 2021.
B. Latar Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan high
order thinking skill pada mata pelajaran SKI. Yang akan diteliti disini adalah
aktivitas mengajar guru, aktivitas belajar peserta didik, dan bagaimana respon
peserta didik terhadap penerapan high order thinking skill pada mata pelajaran
SKI.
Penelitian menggunakan wawancara berkala terhadap guru SKI guna
memperolah data serta informasi mengenai Penerapan high order thinking skill
pada mata pelajaran SKI serta informasi dari Kepala Sekolah dan beberapa
peserta didik tentang high order thinking skill pada mata pelajaran SKI di MTs
Daarul Hikmah.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan
gambaran atau deskripsi yang objektif, fakta yang akurat dan sistematis mengenai
Penerapan Pembelajaran High Order Thinking Skill (HOTS) pada Mata Pelajaran
SKI kelas VIII di MTs Daarul Hikmah Pamulang.
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk
meneliti obyek yang alamiah.1 Kemudian penelitian kualitatif juga diartikan
sebagai data yang diwujudkan dalam kata keadaan atau kata sifat.2 Dalam
penelitian ini, penulis akan mendeskripsikan bagaimana Penerapan Pembelajaran

1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2018) cet.2 hlm.15
2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian uatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta,
2014) cet.15 hlm.21

45
46

High Order Thinking Skill (HOTS) pada Mata Pelajaran SKI kelas VIII di MTs
Daarul Hikmah Pamulang.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa data yang
dikumpulkan nantinya akan lebih mengambil data berupa kata-kata ataupun
gambar. Data tersebut diambil dari hasil observasi, wawancara, maupun
dokumentasi, serta rekaman-rekaman yang didapat selama dilapangan.
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini merupakan penelitian yang mencoba
mencari deskripsi yang tepat dan cukup dari semua objek, aktivitas, proses dan
manusia.3 Dengan menggunakan penelitian deskriptif kualitatif, maka penelti
akan terjun langsung ke lapangan untuk meneliti kejadian dan bertemu langsung
dengan responden untuk menggali data dan mengetahui lokasi penelitian.
Penelitian ini bertujuan agar data lebih rinci dan akurat mengenai Penerapan
Pembelajaran High Order Thinking Skill (HOTS) pada Mata Pelajaran SKI kelas
VIII di MTs Daarul Hikmah Pamulang.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data ditentukan oleh setting dan partisipan serta jenis
data yang akan dikumpulkan. Oleh karena itu, penentuan teknis harus cocok
dengan semua itu, sehingga data yang terkumpul benar-benar mengarah pada
pemahaman fenomenal sentral penelitian.4 Untuk mengetahui data-data yang ada
dilapangan, maka penelitian ini menggunakan beberapa teknik dalam
pengumpulan data, yaitu :
1. Observasi
Observasi adalah suatu cara yang dapat dilakukan dalam menghimpun
bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan
pencatatan secara sistematisterhadap lingkungan yang dijasikan objek
pengamatan.

3 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011) hlm.100


4
Uhar Suharsaputra, Metode Penilitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan, (Bandung, PT
Refika Aditama, 2014), hlm.208
47

Sedangkan menurut Nasution observasi adalah dasar semua ilmu


pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta
mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.5 Observasi ini
dilakukan untuk mengetahui kondisi peserta didik, kondisi sekolah, pelayanan
yang diberikan kepada peserta didik (fasilitas), perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Penelitian akan
dilakukan di MTs Daarul Hikmah Pamulang, dengan cara mengamati guru
SKI dan peserta didik dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan
pembelajaran HOTS.

2. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui Tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu
topik tertentu.6
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila penulis
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti tetapi juga apabila penulis ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam. Wawancara ini dilakukan kepada guru
Sejarah Kebudayaan Islam yaitu ibu Siti Zubaidah, S.Sos.I, Kepala sekolah
yaitu ibu Dra. Hj. Sri Uswati serta beberapa peserta didik kelas VIII di MTs
Daarul Hikmah Pamulang.

3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data penelitian dengan
dokumen. Dokumen dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-karya dari
seseorang.7 Dokumentasi ini sebagai pelengkap observasi dan wawancara.
Terkait penelitian ini penulis melihat dokumen-dokumen seperti Identitias
Madrasah, Sejarah Singkat Madrasah, Visi dan Misi Madrasah, dan Tujuan
5
Sugiyono, Op Cit., hlm.310
6
Sugiyono, Ibid., hlm.317

7 Uhar Suharsaputra, ibid., hlm.215


48

Madrasah, Sarana dan Prasarana singkat Madrasah, Data Pendidik dan Tenaga
Pendidik, Peserta didik, Serta foto-foto kegiatan peserta didik MTs Daarul
Hikmah Pamulang.

E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data


Untuk menghindari berbagai kesalahan dan kekeliruan dalam penelitian
yang telah dilakukan, maka penulis memeriksa kembali data-data hasil penelitian
dengan uji keabsahan data dalam penelitian. Dalam hal ini penulis melakukan
pemeriksaan data agar data yang diperoleh itu akurat seperti perpanjang
pengamatan, meningkatkan ketekunan serta triangulasi.
1. Perpanjangan pengamatan
Pada tahap ini untuk menguji kredibilitas data penelitian, sebaiknya
difokuskan pada pengujian terhadap data yang diperoleh, apakah data yang
diperoleh itu setelah dicek kembali kelapangan benar atau tidak, berubah atau
tidak. Jika sudah benar maka penulis dapat mengakhiri pengamatan ini namun
jika tidak benar datanya maka penulis melakukan pengamatan lagi yang lebih
luas serta mendalam sehingga diperoleh data yang pasti kebenarannya. Dalam
hal ini penulis mengecek RPP serta silabus Sejarah Kebudayaan Islam di MTs
Daarul Hikmah dengan melihat langsung pembelajaran di kelas VIII tersebut.
2. Meningkatkan ketekunan
Berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat serta
berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data serta urutan
peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Penulis melakuakan
pengamatan sekiranya ada 5 kali dimana dengan kedatangan penulis di MTs
Daarul Hikmah Pamulang dapat menyaksikan kebenaran data secara
berkesinambungan.
3. Triangulasi
Dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara serta waktu. Dengan demikian terdapat
triangulasi sumber, teknik pengumpulan data dan waktu.
49

a. Triangulasi sumber
Untuk menguji kredibilitas data mengenai aktivitas guru mangajar,
maka pengumpulan serta pengujian data yang telah diperoleh dapat
dilakukan ke waka kurikulum, kepala sekolah dan murid. Data yang telah
dianalisis oleh penulis akan menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya
dimintakan kesepakatan dengan tiga sumber data tersebut.8
b. Triangulasi teknik
Data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan
observasi, dokumentasi atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik tersebut
menghasilkan data yang berbeda-beda maka penulis harus melakukan
diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain
untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau mungkin
semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.9
c. Triangulasi Waktu
Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari
pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, itu
menimbulkan data yang lebih akurat atau valid. Untuk itu dalam rangka
pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengecekan melalui wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu
serta situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data berbeda-beda
maka harus dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan
kepastian datanya.10

F. Teknik Analisis Data


Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Dalam
hal ini Nasution menyatakan “Analisis telah dimulai sejak merumuskan dan
menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai

8 Sugiyono, Ibid.,hlm.370
9 Sugiyono, Ibid.,hlm.371
10
Sugiyono, Ibid., hlm.368-374
50

penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian


selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang grounded”. Namun dalam penelitian
kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan
dengan pengumpulan data.11
Aktivitas dalam analisis data yang penulis gunakan yakni data reduction,
data display serta conclusion drawing/verification. Data yang penulis dapatkan itu
semakin kompleks dan rumit. Maka penulis mereduksi data dengan merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting yang
berkaitan dengan judul penelitian tersebut serta membuang yang tidak perlu.
Penulis juga selalu menguji apa yang telah ditemukan pada saat memasuki
lapangan yang masih bersifat hipotetik itu berkembang atau tidak. Bila setelah
lama memasuki lapangan ternyata hipotesis yang dirumuskan selalu didukung
oleh data pada saat dikumpulkan di lapangan, maka hipotesis tersebut tebukti dan
akan berkembang menjadi teori yang grounded. Setelah itu barulah penulis
menyimpulkannya bahwa kesimpulan tersebut mungkin dapat menjawab rumusan
masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti
telah diungkapkan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian
kualitatif itu masih bersifat sementara dan bisa berkembang setelah penelitian
berada di lapangan.12

11 Sugiyono, Ibid., hlm.333


12
Sugiyono, Ibid., hlm.337-345
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Sekolah
1. Gambaran Umum Sekolah
a. Latar belakang Sekolah MTs Daarul Hikmah
Madrasah Tsanawiyah Daarul Hikmah pertama didirikan pada
tahun 1980. Hal ini bermula dari pemilik Yayasan yaitu bapak H.Saidih
yang sempat mencalonkan diri sebagai Kepala Desa Pamulang Barat,
namun sayang perjuangannya ternyata gagal. Dari kegagalan tersebut
beliau mengambil hikmah dengan mendirikan Yayasan Daarul Hikmah
pada tahun 1980. Pilihan nama Daarul Hikmah memiliki makna tersendiri
menurut H.Saidih, nama tersebut diambil karena termotivasi dari
kegagalan beliau menjadi kepala desa.
Pada tahun 1983 Yayasan Daarul Hikmah sudah mengelola
Masrasah Tsanawiyah dengan murid drop-out dari sekolah lain, walaupun
muridnya kebanyakan dari drop-out namun sekarang banyak diantara
mereka yang sudah berhasil diberbagai bidang yang digelutinya.
Pembangunan Sekolah tersebut benar benar atas swadaya
masyarakat. Gedung sekolah yang ketika itu masih dari bambu banyak
berasal dari infaq para wali murid. Namun secara perlahan Pembangunan
Madrasah Tsanawiyah tersebut berkembang dari yang dulunya hanya satu
kelas, hingga sekarang menjadi 20 kelas lebih. “Perintisan sekolah ini
benar benar dimulai dari nol, karena sejak awal memang tidak memiliki
modal” ungkap putra Pertama dari tiga bersaudara ini.
Pengorbanan H.Saidih memang tidak tanggung-tanggung, bahkan
ketika menjadi anggota DPRD, gajinya diperuntukan untuk membangun
sekolah tersebut. Perjuangannya untuk pendidikan,memang tidak sia-
sia,malahan sekarang sudah bisa mendirikan Madrasah ‘Aliyah, awalnya
muridnya hanya 9 orang, tapi kini untuk satu kelas saja minimal diisi oleh
30 orang murid, perkembangannya semakin pesat dan sekarang juga sudah

51
52

mengelola Madrasah Ibtidaiyah, namun H.Saidih tidak menutup mata,


bahwa murid-muridnya kebanyakan berasal dari masyarakat ekonomi
kelas bawah, sehingga harus bijaksana dalam menetapkan biaya sekolah,
walau demikian, usaha untuk melahirkan lulusan yang baik tetap
dilakukan secara maksimal, hasilnya bisa dilihat, lulusan dari sekolah
yang dibinanya dapat diterima diberbagai tempat, baik disekolah Negeri
maupun swasta.1
b. Visi dan Misi Sekolah MTs Daarul Hikmah
VISI :
• Terwujudnya generasi yang bertaqwa,berprestasi,sehat,terampil dan
berakhlak mulia.
MISI:
• Membangun citra Madrasah yang islami ,sehat dan asri
• Mengembangkan berbagai ketrampilan berbasis kemampuan siswa
• Meningkatkan dan mengembangkan prestasi madrasah dibidang
akademik dan non akademik
• Memaksimalkan kegiatan peribadatan dan pengembangan akhlak
mulia.
c. Tujuan
Tujuan Pendidikan Nasional Tingkat Dasar dan Menengah :
Meletakan dasar kecerdasan, Pengetahuan, Kepribadian, Akhlak mulia
serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut.
d. Guru dan Tenaga Kependidikan MTs Daarul Hikmah
Tabel 4.1 Data Guru dan Tenaga Kependidikan
No Nama Jabatan
1 Dra. Hj. Sri Uswati Kepala Sekolah
2 H.Nur Ali Hasan TU/Staf Pengajar
3 Syarifuddin, AR. Waka Bid.Cur/Guru
4 Zaini, S.Pd.I Staf Pengajar/Humas

1 Dokumen sekolah MTs Daarul Hikmah


53

5 Drs.M.Yamin Wali Kelas IX 1/Guru


6 Asip Suyadi, SH.MH. Staf Pengajar
7 Drs.Fauji Ayatullah Staf Pengajar
8 H. Hariyadi, S.Ag Staf Pengajar
9 Wawan Suhaeri, S.Pd Staf Pengajar/Wali VIII 4
10 Mukhlisoh, M.Pd. Staf Pengajar/Curikulum
11 H. Jaelani, S.Ag, M.M Staf Pengajar
12 Olid Kholidin B.A Staf Pengajar/Kerohanian
13 H.Syamsuddin Noor S. Staf Pengajar/Wali IX Iptek
14 Habibi Staf Pengajar
15 Jepriadi H Staf Pengajar
16 Badruddin, S.Ag Bendahara/Guru
17 Sehabudin Nur, S.Th.I. Staf Pengajar/Sapras
18 Nislam S.Pd Staf Pengajar/Wali IX 4
19 Siti Zubaedah, S.Sos.I Pemb.Osis/Guru/Kesiswaan
20 Rusli, S.Pd. Staf Pengajar/Bend, Bos
21 Diana Kurniawati, S.Psi BP/BK Staf Guru
22 Liati, S.Pd Staf Pengajar
23 Azis Muslim, S.Ag, M.M Staf Pengajar
24 Dra. Sri Ismah Hilal Staf Pengajar/Wali VIII 2
25 Saefudin, S.H.I Staf Pengajar/Kurikulum
26 Zaenal Abidin, S.E Staf Pengajar
27 Fachmi Ali, S.Kom.I Staf Pengajar/Wali VIII IPTEK
28 Ulfatusa’diyah, S.H.I Staf Pengajar/Wali VII 4
29 Abdul Malik, S.Pd Staf Pengajar/Wali VIII 5
30 Ria Sardiyanti, S.Pd.I Staf Pengajar
31 Zaeni Miftah, S.Pd.I Staf Pengajar/Wali VII 2
32 Siti Isrofiah, S.Pd.I Staf Pengajar/Bimroh
33 Fazar Sodik, S.Pd Staf Pengajar
34 Indah Mawaddah, S.S.I Staf Pengajar
35 Amelia Desmayanti Z., S.Pd Staf Pengajar/Pembina OSIS
36 Merydhila Hapsari, S.Pd Staf Pengajar/Wali VIII Imtaq
37 Farhan Syururi, S.Pd.I Staf Pengajar
38 M. Riza Dzulfahmi Ali, S.Pd.I Staf Pengajar
39 Bunga Nirmala Staf Pengajar
40 Ardita Agung Asriani S.Pd Staf Pengajar
41 Ma’ruf Rasyidin S.Pd Pustakawan
42 Bambang Nurcahyadi S.S Karyawan/Guru
54

43 H.Nurhafiz Kholid Karyawan


44 Wahab Arif Karyawan
45 Yusnah Karyawan
46 Ade Irma TU
47 Agung Karyawan
48 Teddy Karyawan
49 Mahyudin Security
50 Marsin Security
51 Moh. Amin Security
52 Mulyadi Security

Berdasarkan data yang diperoleh sacara keseluruhan di MTs


Daarul Hikmah. Tenaga pendidik (guru) berjumlah 40 orang. 33 orang
yang memiliki gelar S1 dan 3 orang lulusan S2, dan 4 orang masih
menempuh pendidikan S1. Sedangkan jumlah karyawan beserta tenaga
administrasi berjumlah 2 orang lulusan S1 dan 10 orang lulusan SLTA.
Dengan berbagai macam latar belakang pendidikan yang berbeda dan juga
mata pelajaran yang diajarkan oleh guru-guru tersebut berbeda sesuai
dengan keahlian nya masing-masing. Namun kebanyakan guru yang
mengajar di MTs Daarul Hikmah sudah memiliki Sertifikat guru
professional.
e. Siswa/siswi MTs Daarul Hikmah
Tabel 4.2 Data Siswa
Jenis KELAS
Jumlah
kelamin VII 1 VII 2 VII 3 VII 4 VII 5 VII 6 VII 7
Laki-laki 18 16 18 18 18 10 10 108
Perempuan 14 15 14 14 14 16 16 103
Jumlah 32 31 32 32 32 26 26 211

Jenis KELAS Juml


kelamin VIII 1 VIII 2 VIII 3 VIII 4 VIII 5 VIII 6 VIII 7 ah
Laki-laki 23 23 20 17 23 10 13 129
Perempuan 13 13 16 19 13 21 17 112
Jumlah 36 36 36 36 36 31 30 241
55

Jenis KELAS
Jumlah
kelamin IX 1 IX 2 IX 3 IX 4 IX 5 IX 6 IX 7
Laki-laki 23 21 22 23 20 9 11 129
Perempuan 11 12 12 10 14 19 17 95
Jumlah 34 33 34 33 34 28 18 224

Jenis Kelamin VII VIII IX Jumlah


Laki-laki 108 129 129 366
Perempuan 103 112 95 310
Jumlah 211 241 224 676

MTs Daarul Hikmah setiap angkatannya memiliki 7 rombongan


belajar (rombel). Setiap rombel dibagi lagi menjadi 2 kelas unggulan dan 5
kelas regular. Kelas unggulan biasa disebut dengan kelas Imtaq (iman dan
Taqwa) dan satunya lagi adalah kelas Iptek (ilmu pengetahuan dan
teknologi), sebagaimana tertera pada visi dan misi sekolah peserta didik
diharapkan mampu menjadi generasi yang bertaqwa, berprestasi dan
berakhlak mulia.2

f. Sarana dan Prasarana


Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana
Ruang Ruang
No. Sarana Prasarana Jumlah Kondisi Kondisi
Baik Rusak
1 Ruang Kelas 21  -
2 Ruang Kepala Sekolah 1  -
3 Ruang Laboratorium (IPA) 1  -
4 Ruang Perpustakaan 1  -
5 Ruang UKS 1 √ -
6 Aula Serba Guna 1  -
7 Lapangan Olahraga/Upacara 1  -

2 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah MTs Daarul Hikmah Pamulang, Ibu Sri Uswati,
Tangsel, 24 Mei 2021
56

8 Mushola Guru Laki-laki 1  -


9 Mushola Guru Perempuan 1  -
10 Ruang Administrasi 1  -
11 Ruang Akunting 1  -
12 Ruang BP/BK 1  -
13 Ruang Guru 1  -
14 Ruang Komputer 1  -
15 Gudang 1  -
16 Ruang organisasi kesiswaan 1  -

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian maka perlu diketahui dalam penerapan
pembelajaran SKI agar dapat mencapai tingkat HOTS harus memenuhi level
menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi sebagaimana yang dikatakan
Anderson & Karthwohl yang mengategorikan kemampuan proses
menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating)
termasuk berpikir tingkat tinggi.3 Adapun pembahasan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan Pembelajaran High Order Thinking Skill (HOTS) pada mata
pelajaran SKI
Perencanaan pembelajaran merupakan proses penyusunan yang di
dalamnya memuat materi pembelajaran, penggunaan media pembelajaran,
metode pembelajaran yang dimana dimuat untuk digunakan pada masa satu
semester yang akan datang untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terkait
tujuan yang ingin dicapai menandakan suatu keberhasilan yang sudah
dipersiapkan secara matang. Dalam perencanaan yang dilakukan oleh guru
SKI secara keseluruhan sudah memenuhi standar komponen RPP. Format

3Wiwik Setiawati, dkk, Buku penilaian berorientasi higher order thinking skills, (Jakarta:
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2019), h 36-37
57

perencanaan yang dibuat oleh guru PAI tersebut meliputi mata pelajaran,
kelas, alokasi waktu, KD, media, alat dan bahan, tujuan pembelajaran,
langkah-langkah pembelajaran juga sudah terdapat kegiatan keterampilan 4C
(communicatin, collaboration, critical thinking and creative) dan penilaian
atau evaluasi.4 Terkait pembiasaan sebelum dimulai pembelajaran,
sebagaimana tertera dalam RPP bahwa mereka terlebih dahulu mengawali
pembelajaran dengan pembacaan doa dan dilanjutkan dengan menyanyikan
lagu nasional. Dalam penyusunan RPP, guru membuat secara mandiri dengan
catatan mengacu pada beberapa sumber-sumber yang bisa dijadikan patokan
untuk pembuatan RPP seperti mengacu pada KMA 183 sedangkan perihal
tujuan pembelajarannya menyesuaikan pemahaman peserta didik dengan
melihat kondisi peserta didik dan materi yang sudah dipelajari sebelumnya.5
Berdasarkan pemaparan diatas penulis menyimpulkan bahwa sebelum
pembelajaran dimulai guru menanamkan kepada peserta didik untuk
membiasakan melakukan kegiatan keagamaan maka dengan demikian peserta
didik akan lebih tenang untuk menerima pembelajaran. Guru juga
membiasakan untuk menyanyikan lagu nasional sehingga akan menimbulkan
rasa cinta tanah air dan nasionalisme pada peserta didik, dengan menyanyikan
lagu Indonesia Raya dan lagu nasionalisme akan membentuk karakter para
peserta didik agar cinta tanah air, selanjutnya dilanjutkan pembukaan oleh
guru dengan menceritakan mengenai suatu peristiwa sesuai materi yang akan
dibahas dan membuka pertanyaan terkait pemahaman peserta didik pada
materi yang telah lalu. Dalam perencanaan pembelajaran yang tertera, guru
sudah memasukkan langkah pembelajaran yang meliputi 4C dan dapat dilihat
bahwa RPP ini sudah memenuhi Kriteria HOTS. Pada RPP terlihat bahwa
guru sudah menggunakan indikator C4 ke atas walaupun tidak semua materi
menggunakan KKO tingkat tinggi, namun sebagian besar sudah menggunakan
level yang lebih tinggi seperti “menganalisis, menelaah, merangkum,
menduskusikan dan lain sebagainya”. Di dalam RPP guru SKI kelas VIII juga

4 Hasil Observasi data pada RPP kelas VIII yang dibuat oleh guru SKI
5 Hasil Observasi data pada RPP kelas VIII yang dibuat oleh guru SKI
58

memuat adanya media, alat bahan dan sumber belajar yang telah disesuaikan
dengan langkah-langkah pembelajaran. Namun, terkait sumber belajar guru
tidak hanya bersumber pada buku LKS maupun buku paket saja melainkan
bersumber dari buku-buku yang terkait materi Dinasti Abbasiyah, internet
serta lingkungan sekitar. Selain itu guru juga menerapkan pembelajaran sesuai
dengan RPP yang telah dibuatnya, kesesuaian itu terbukti dengan menerapkan
pembiasaan melakukan kegiatan pendahuluan yaitu adanya orientasi, persepsi
dan motivasi. Jadi, guru sudah bisa membuat perencanaan dalam
pembelajaran dengan harapan agar mempermudah dalam setiap langkah-
langkah selanjutnya dalam mencapai sebuah tujuan yang telah direncanakan.

2. Penerapan Pembelajaran High Order Thinking Skill (HOTS) pada mata


pelajaran SKI
Pemerintah Indonesia terus melakukan upaya untuk meningkatkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik. Salah satunya dengan
adanya kurikulum 2013. Sejak awal ditetapkannya kurikulum 2013 oleh
pemerintah, sekolah MTs Daarul Hikmah sudah mulai menerapkan
Kurikulum 2013.6 Sebagian besar guru yang mengajar di MTs Daarul Hikmah
di ikut sertakan dalam pelatihan-pelatihan untuk menunjang pembelajaran
Kurikulum 2013 tersebut. Karna dalam kurikulum 2013 mengharuskan
kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang berorientasi
pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Kurikulum 2013 menuntut
peserta didik agar aktif dalam proses pembelajaran, tidak hanya sekedar
mendengar dan mencatat apa yang diberikan oleh guru, selain itu peserta didik
juga harus mampu mengkontruksi dan membangun pengetahuan baru secara
mandiri. Dalam kurikulum 2013, pelajaran SKI diharapkan tidak hanya
membekali peserta didik dengan kemampuan untuk menghafal sejarah saja,
akan tetapi juga mampu melibatkan peserta didik secara aktif dalam

6 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah MTs Daarul Hikmah Pamulang, Ibu Sri Uswati,
Tangsel, 24 Mei 2021
59

meningkatkan kemampuan bernalar dan analisisnya dalam memecahkan


masalah sehari-hari.
MTs Daarul Hikmah merupakan salah satu madrasah yang sudah
menerapkan pembelajaran HOTS. Terdapat banyak mata pelajaran yang sudah
menerapkan pembelajaran HOTS salah satunya yaitu mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam. Walaupun tidak semua materi menggunakan HOTS,
berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Zubaedah, S.Sos.I (guru SKI)
menyatakan bahwa :

“Tidak semua materi kita menggunakan HOTS ya, karna ada beberapa
materi dan kelas-kelas tertentu, karna kan kelas kita tiap rombel ada 7
kelas, 2 kelas unggulan dan 5 kelas regular, otomatis kemampuan berpikir
anak juga berbeda-beda, ketika kita di kelas unggulan mungkin kita bisa
lebih banyak menerapkan HOTS dalam pelajaran, tapi di kelas biasa
hanya beberapa materi, jadi tidak semua materi menggunakan HOTS itu
sendiri.”7

Berdasarkan paparan hasil wawancara tersebut dapat kita ketahui bahwa


pada mata pelajaran SKI memang menggunakan pembelajaran HOTS namun
tidak semua materi menggunakan HOTS karna setiap kelas di kelompokkan
berdasarkan tingkat kecerdasan peserta didik, sehingga kelas regular lebih
jarang menggunakan pembelajaran HOTS karna tingkat kemampuan berpikir
anak yang lebih lamban di banding kelas unggulan.
Menerapkan HOTS dapat meningkatkan kemampuan berpikir peserta
didik pada tingkat yang lebih tinggi, tidak hanya sekedar menghafal rumus
dan kata-kata tetapi harus dipahami dengan konsep yang baik secara kritis dan
kreatif, hal ini sangat bagus untuk meningkatkan daya berpikir peserta didik,
hal ini sependapat dengan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan ibu
Zubaedah, S.Sos.I (guru SKI) yang menyatakan bahwa :
“Menurut saya pembelajaran High Order Thinking skillsangat bagus,
untuk melatih anak-anak berpikir kritis itu sangat bagus, tapi kan anak-
anak belum terbiasa untuk berpikir kritis jadi memang stimulusnya harus
luar biasa untuk mereka berpikir itu harus diberi stimulus dulu, kalo tanpa

7 Hasil wawancara dengan Guru SKI MTs Daarul Hikmah Pamulang, Ibu Zubaedah ,
Tangsel, 24 Mei 2021
60

diberi stimulus kadang-kadang rangsangannya mereka itu belum berpikir


kearah sana gitu kan, harus dipancing jika sudah terangsang maka akan
mengalir begitu saja”8

Selain itu hasil wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Sri Uswati (Kepala
Sekolah) menyatakan bahwa :
“Pembelajaran berbasis HOTS sebenarnya sudah berada pada jalur yang
tepat, dimana peserta didik dituntut untuk berpikir kritis dan berpikir
kreatif. Hal ini sangat bagus untuk peserta didik, namun tidak semua
peserta didik dapat mengeluarkan pendapatnya. Sebenarnya kuunci utama
pembelajaran HOTS ini terletak pada guru yang mempunyai peran sangat
penting dalam upaya menjadikan peserta didik mampu berada pada level
HOTS. Guru disekolah ini sudah diberikan pelatihan pelatihan, agar
minimal sekali guru bermain di C-3 atau C-4 mulai dari proses
pembelajaran kemudian juga soal-soal yang dibuat. Walaupun dalam PJJ
seperti ini target HOTS agak sedikit terkendala, namun guru sebisa
mungkin tetap menggunakan C-3 keatas.”9

Untuk menerapkan pembelajaran High Order Thinking skillseorang guru


harus menerapkan metode yang tepat agar tujuan pembelajaran High Order
Thinking Skill dapat tercapai serta untuk mendukung peserta didik agar dapat
berpikir kritis dan kreatif sehingga tingkatan berpikir peserta didik akan
meningkat dan tercapai pembelajaran berpikir tingkat tinggi.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan ibu Zubaedah,
S.Sos.I (guru SKI) menyatakan bahwa :

“PJJ seperti ini sepertinya metode yang klasikal ga kepake karna repot
kalo misal membuat kelompok agak sulit, kalo sekarang kita
menggunakan metode yang digunakan hanya metode Tanya jawab,
metode ceramah, dan metode yang lebih mengarahkan anak-anak untuk
penugasan aja, PJJ sekarang saya biasanya pembelajarannya dikirim
melalui Voice Note berupa penjelasan atau saya biasa mengirim materi
menggunakan Google Form lalu saya beri soal evaluasi minimal 5 soal.
Kalo untuk PJJ memang agak susah mencapai target, karna kurikulum
sendiri pun tidak menuntut siswa harus menguasai ini bahkan yang di
sarankan materi essensial aja yang diberikan atau materi penting saja yang

8 Hasil wawancara dengan Guru SKI MTs Daarul Hikmah Pamulang, Ibu Zubaedah ,

Tangsel, 24 Mei 2021


9 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah MTs Daarul Hikmah Pamulang, Ibu Sri Uswati,

Tangsel, 24 Mei 2021


61

di sampaikan kepada anak paling gak itu sudah cukup untuk anak
memahami materi. Jadi untuk PJJ saya belum menemukan metode yang
khusus bagaimana agar HOTS ini sampai kepada anak-anak, saya baru
sebatas memberikan tugas dalam bentuk pertanyaan dan memasukkan
unsur HOTS itu sendiri”10

Selain itu hasil wawancara dengan Al-Fiyah siswi kelas VIII.6


menyatakan bahwa:

“Metode yang digunakan banyak ka, kalo misal tatap muka salah satu
metode yang digunakan itu Problem Solving jadi siswa diminta untuk
memecahkan masalah dan dikaitkan dengan keadaan masa sekarang kaya
misal ‘ada gak sih tokoh ilmuan seperti Ibnu Sina di masa sekarang ini?’
jadi siswa juga akan berpikir lebih kritis ka, tapi karna sekarang sedang
dilanda wabah covid-19 jadi guru hanya pakai metode Tanya jawab dan
ceramah aja ka, sama kadang disuruh bikin mind mapping ka”11

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa wabah Covid-19 ini memang
sudah lama melanda Indonesia sehingga pembelajaran pun harus dilakukan
secara daring, dengan PJJ ini tentu banyak yang berdampak salah satunya
pada pemilihan metode pembelajaran, berdasarkan paparan diatas dapat kita
ketahui bahwa metode pembelajaran yang biasa digunakan pada saat tatap
muka agak sedikit sulit di terapkan pada pembelajaran daring sehingga guru
harus memutar otak untuk mencari metode yang cocok digunakan pada PJJ
ini. Biasanya dalam kegiatan diskusi pada saat tatap muka, yang membuat
menarik adalah pembelajaran dengan menampilkan video yang kemudian
peserta didik diminta mengamati dan mencari point yang ada dalam video
tersebut, menganalisis serta mempresentasikannya, pembelajaran seperti ini
sangat menarik dan menantang. Namun pada saat PJJ metode yang sangat
memungkinkan untuk digunakan yaitu metode Tanya jawab dan Problem
Solving, dimana peserta didik juga mampu mengasah daya berpikirnya untuk
menganalisis pertanyaan yang diberikan oleh guru. Sehingga pembelajaran
HOTS tetap dilakukan walaupun hanya dengan metode Tanya jawab dan

10 Hasil wawancara dengan Guru SKI MTs Daarul Hikmah Pamulang, Ibu Zubaedah ,

Tangsel, 24 Mei 2021


11 Hasil wawancara dengan siswi MTs Daarul Hikmah Pamulang, Al-Fiyah, Tangsel, 29

Mei 2021
62

Problem Solving. Selain mampu menganalisis suatu masalah, peserta didik


juga dituntut agar aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga dalam hal ini
upaya guru untuk merangsang peserta didik agar aktif dalam pembelajaran
salah satunya adalah memberikan kesempatan bertanya kepada muridnya,
peserta didik akan di berikan pertanyaan secara acak oleh guru sehingga
tindakan semacam itu akan menumbuhkan semangat peserta didik dalam
belajar karena peserta didik di tuntut untuk memahami pelajaran yang ada,
sehingga upaya peserta didik adalah mempersiapkan diri belajar sungguh-
sungguh agar mampu menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Dapat penulis simpulkan bahwa pada tahap ini guru menggunakan metode
Tanya jawab, Problem Solving, dan terkadang menggunakan metode
cooperative learning untuk melatih peserta didik agar bisa aktif dalam
berpikir serta menuntut peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif. Pada
tahap ini pula peserta didik akan dapat mengevaluasi, seperti yang dikatakan
oleh Elaine bahwa berpikir kritis adalah sebuah kemampuan untuk
mengatakan sesuatu dengan percaya diri, memungkinkan peserta didik untuk
menemukan kebenaran dari suatu informasi dan sebuah proses terorganisir
yang memungkinkan peserta didik mengevaluasi bukti, asumsi, logika dan
bahasa yang mendasari pernyataan orang lain terjadi dalam berpikir kritis.12
Ketika penulis menanyakan terkait sumber belajar yang digunakan, Ibu
Zubaedah menjelaskan bahwa sumber belajar yang digunakan lebih dominan
pada buku SKI karangan Kementrian agama.13 Namun karna sekarang PJJ jadi
peserta didik dapat menggunakan internet untuk mencari artikel atau jurnal
yang relevan dengan materi yang sedang dipelajari.14
Berdasarkan pemaparan diatas Penulis menyimpulkan bahwa sumber
belajar yang digunakan masih berfokus pada buku pelajaran, sedangkan untuk

12 Ifada Novikasari, “Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui

Pembelajaran Matematika Open-ended di Sekolah Dasar”, dalam Jurnal Pemikiran Alternatif


Kependidikan Vol. 14, No. 2,Mei-Ags 2009, hlm. 346.
13 Hasil wawancara dengan Guru SKI MTs Daarul Hikmah Pamulang, Ibu Zubaedah ,

Tangsel, 24 Mei 2021


14 Hasil wawancara dengan Siswi MTs Daarul Hikmah Pamulang, Al-Fiyah, Sabrina, Billah,

Tangsel, 29 Mei 2021


63

meningkatkan daya berpikir peserta didik ketika memecahkan masalah dalam


suatu diskusi atau tugas diperlukan sumber belajar lainnya agar dapat
menambah informasi dan melatih peserta didik untuk menganalisis sumber
yang diperolehnya. Seperti yang dijelaskan dalam pembahasan mengenai
karakteristik pembelajaran berbasis HOTS yang dikutip oleh Ridwan
Abdullah Sani bahwa aktivitas peserta didik dalam pembelajaran berbasis
HOTS yakni dapat mencari informasi dari berbagai sumber, belajar dengan
mencari informasi dari berbagai sumber akan mengakomodasi perbedaan
karakteristik peserta didik dalam gaya belajar, kemampuan belajar, kebutuhan,
minat, keingintahuan, dan pengetahuan awal masing-masing peserta didik.15
Berbicara terkait media yang sering digunakan tentu mengikuti materinya,
seperti yang dikatakan ibu Zubaedah selaku guru SKI yaitu :

“kalo tatap muka kita sering gunakan media infocus untuk menonton
cerita yang berkaitan dengan materi atau untuk mempresentasikan sebuah
materi, kalo sekarang materi yang digunakan yaitu handphone atau laptop
untuk pembelajaran, kertas atau karton untuk membuat mind mapping, dan
untuk evaluasi biasanya menggunakan google form.”16

Berdasarkan paparan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa dalam


penguasaan media pembelajaran guru sudah menggunakan media audio
Visual berupa video, hal ini yang menjadikan peserta didik tertarik dalam
memahami materi pelajaran. Dan sudah mengikuti anjuran pemerintah untuk
melakukan PJJ sehingga media yang digunakan juga mendukung untuk
pembelajaran daring.
Kemudian penulis menanyakan terkait cara membangkitkan semangat
peserta didik ketika sudah terlihat jenuh, hal ini disampaikan oleh ibu
Zubaedah selaku guru SKI yaitu :

15 Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skills),

(Tangerang: Tirta Smart, Cet. Ke-1 2019), h. 69.


16 Hasil wawancara dengan Guru SKI MTs Daarul Hikmah Pamulang, Ibu Zubaedah ,

Tangsel, 24 Mei 2021


64

“Biasanya saya beri reward, misalnya siswa dapat menyelesaikan soal


dengan tepat atau mengumpulkan tugas tepat waktu biasanya saya kasih
reward, bisa berupa pulsa atau nilai. Kalo untuk ice breaking dalam
pembelajaran PJJ ini saya rasa susah ya karna kan kita juga jarang
menggunakan aplikasi Zoom karna terkendala oleh kuota siswa, jadi saya
rasa ice breaking kurang tepat untuk membangkitkan semangat siswa pada
saat PJJ seperti ini, namun jika sekolah secara tatap muka saya rasa ice
breaking merupakan cara yang tepat membangkitkan semangat siswa”17

Berbeda halnya apabila ada peserta didik yang terlihat pasif dikelas, beliau
melakukan pendekatan terlebih dahulu kepada peserta didik tetapi jika pada
saat diskusi ada peserta didik yang hanya diam saja tanpa mengeluarkan
argumentasinya, maka beliau lebih banyak memberikan stimulus, atau dengan
menggunakan metode everyone is teacher here. Dengan begitu peserta didik
secara tidak langsung diminta untuk bersiap-siap agar dapat menjawab
pertanyaan secara random yang diberikan oleh guru. Selain itu juga
menggunakan game dan kuis yang berkaitan dengan materi pelajaran sehingga
peserta didik akan lebih memahami karna dituntut untuk siap dan harus
memahami materi yang dipelajarinya.18

3. Evaluasi Pembelajaran High Order Thinking Skill (HOTS) pada mata


pelajaran SKI
Setiap orang yang melakukan suatu kegiatan akan selalu ingin tahu hasil
dari kegiatan yang dilakukannya. Tahapan evaluasi dalam pembelajaran
HOTS dilakukan dengan membuat penilaian kepada peserta didik yang
mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dimilikinya. Pengukuran
dilakukan terhadap kemampuan berpikir yang tidak sekedar mengingat
(recall), menyatakan kembali (restate), melainkan mengukur metakognitif
yang menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang
berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah, memilih strategi
pemecahan masalah, menemukan metode baru, berargumen dan mengambil

17 Hasil wawancara dengan Guru SKI MTs Daarul Hikmah Pamulang, Ibu Zubaedah ,

Tangsel, 24 Mei 2021


18 Hasil wawancara dengan Guru SKI MTs Daarul Hikmah Pamulang, Ibu Zubaedah ,

Tangsel, 24 Mei 2021


65

keputusan yang tepat. Berkaitan dengan cara mengevaluasi yang dilakukan


pada materi Dinasti Abbasiyah, guru SKI biasanya membuat soal di google
form kemudian diberikan ke peserta didik. Berdasarkan hasil pengamatan,
penulis menemukan bahwa evaluasi pembelajaran tidak hanya dilakukan
diakhir pembelajaran tetapi juga dilakukan pada setiap masalah yang sudah
dipecahkan dengan mengamati semua peserta didik saat pembelajaran.
Dengan demikian jika guru merasa dalam proses pembelajaran masih banyak
kurangnya, guru dapat memperbaiki di pertemuan berikutnya. Sebagaimana
yang dikatakan ibu Zubaedah selaku guru SKI yaitu :

“untuk evaluasi biasanya saya memberikan soal ulangan harian via google
form dengan memasukkan unsur-unsur HOTS walaupun tidak semua soal
adalah soal HOTS”

Hal tersebut senada dengan apa yang dipaparkan oleh Naila sebagai siswi
kelas VIII.7 yang menyatakan bahwa :

“Biasanya untuk evaluasi guru sering memberi tugas yaitu merangkum


materi yang dipelajari, di catat point penting-pentingnya, kadang juga
mengisi soal harian di google form, atau kadang meminta peserta didik
untuk menghafal materi, di record dan dikirim melalui video.”19

Berdasarkan beberapa paparan diatas maka dapat penulis simpulkan


bahwa guru pada pertengahan atau akhir pembelajaran melakukan sebuah
evaluasi guna mengetahui keberhasilan dalam suatu pembelajaran. Evaluasi
yang dilakukan guru tersebut ada yang berupa Essay yang terdapat unsur-
unsur HOTS ada pula yang berupa record dimana peserta didik diminta untuk
menghafal suatu materi atau nama-nama tokoh tertentu kemudian di rekam
dan di serahkan ke guru.
Berdasarkan hasil observasi, guru sudah membuat soal sesuai dengan
indikator pencapaian kompetensi dengan tujuan pembelajaran yang tercantum
dalam RPP. Soal yang dibuat juga sudah menggunakan bahasa yang mudah

19 Hasil wawancara dengan siswi kelas VIII.7 MTs Daarul Hikmah Pamulang, Naila ,
Tangsel, 30 Mei 2021
66

dipahami oleh peserta didik dan tidak bertele-tele sehingga memudahkan


peserta didik dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh guru mata pelajaran
SKI.
KKO yang digunakan dalam soal yang dibuat oleh guru adalah
menjelaskan yang masih terdapat pada keterampilan berpikir tingkat rendah
pada tingkat C1 (Mengingat), kemudian menyebutkan C2 (Memahami).
Untuk soal yang sudah mengarahkan peserta didik pada keterampilan berpikir
tingkat tinggi adalah menganalisis yang terdapat pada tingkatan C4
(Menganalisis) yang terdapat pada soal menganalisis berdirinya kekuasaan
Dinasti Abbasiyah yang diawali dengan berita keruntuhan Dinasti Umayyah.
Tabel 4.4 Contoh soal Berbasis HOTS
No Soal Pilihan Ganda
1 Upaya mengalahkan Dinasti Umayyah a. Abbas bin Abdul
dilatarbelakangi pemikiran tentang siaoa Muthalib
yang berhak memimpin setelah Rasulullah b. Abdullah bin Abbas
saw meninggal dunia. Dinasti Hasyim c. Abu Abbas As Saffah
sebagai keturunan Rasulullah saw pernah d. Abbas bin Abu Thalib
mengemukakan hal ini. Setelah melalui
proses yang panjang akhirnya Dinasti
Abbasiyah berhasil membunuh khalifah
terakhir Dinasti Umayyah. Kemudian
diumumkan berdirinya Dinasti Abbasiyah.
Penamaan Dinasti Abbasiyah sendiri
dikaitkan dengan nama….
2 Keruntuhan Dinasti Umayyah benar-benar a. 135 H/ 752 M s/d 659
terjadi setelah pasukan khalifah terakhir H/1260 M
Dinasti Umayyah dikalahkan oleh pasukan b. 132 H/ 750 M s/d 656
Abu Abbas As Saffah. Kekalahan ini H/1258 M
menjadi akhir dari kekuasaan Dinasti c. 92 H. 661 M s/d 132
Umayyah, sekaligus menjadi awal H/ 750 M
67

berdirinya Dinasti Abbasiyah. Masa d. 90 H / 659 M s/d 130


kekuasaan Dinasti Abbasiyah adalah …. h/ 748 M
3 Perlawanan terhadap Dinasti Umayyah a. Fase pembentukan
serta proses pembentukan Dinasti opini
Abbasiyah berjalan pelan tapi pasti, karena b. Fase memasuki
mengalami beberapa fase diantaranya wilayah kekuasaan
terhadap Dinasti Umayyah yang dipimpin c. Fase pengokohan
oleh Ali Abdullah bin Abbas. Gerakan kekuatan publik
perlawanan pada fase ini disebut …. d. Fase pendirian dan
pembentukan
organaisasi

Kemudian penulis menanyakan bagaimana cara guru mengetahui apakah


peserta didik sudah mencapai tingkatan berpikir HOTS, Guru SKI
menjelaskan hal tersebut dapat dilihat dari cara peserta didik menjawab
pertanyaan yang dilontarkan pada saat pembelajaran seperti cara berpikir
peserta didik dalam memecahkan masalah, cara peserta didik menganalisis
sebuah pertanyaan dan cara peserta didik mengkritisi suatu pendapat.
Kemudian dapat juga dilihat dari jawaban peserta didik saat evaluasi akhir,
jika jawabannya text book artinya mereka belum berpikir HOTS, namun jika
jawabannya berdasarkan pemahaman dan relevan dengan materi yang sedang
dipelajari maka hal tersebut dianggap sudah mencapai berpikir tingkat
tinggi.20 Berikut data hasil penilaian dari soal HOTS SKI :
Tabel 4.5 Data Hasil Penialaian
No. Nama Nilai
1 Abu Faiz Nawabi Nur 80
2 Agni Adinda Pratiwi 85
3 Audya Hawa 80

20 Hasil wawancara dengan Guru SKI MTs Daarul Hikmah Pamulang, Ibu Zubaedah ,
Tangsel, 24 Mei 2021
68

4 Azka Najhan Ahmadinejad 86


5 Eyla Kartika 80
6 Giblaltar Choerul Afkar Al-Ghifary 90
7 Gisella 82
8 Herlindo Ramadan Maulana 80
9 Intan Nashiella Putri 84
10 Kayla Ashifatu Zahra 78
11 Kayla Julian Syahfitri 82
12 Miftahul Rohman 78
13 Muhammad Basit Jidan 78
14 Muhammad Ikhsan Davianto 84
15 Nabilla Zuleyka Adnylla 86
16 Nanda Mutiara Billah 86
17 Rerita Intan Nuraeni 80
18 Reva Erwin Pratama 78
19 Sabrina Aulia Rahma 86
20 Salsabilla 80
21 Syarifatul Hikmia 84

Didukung dengan pendapat dari Sabrina selaku salah satu siswi kelas VIII
di MTs Daarul Hikmah Pamulang yang menyatakan bahwa evaluasi yang
dilakukan seperti memberi kesimpulan disetiap diskusi dan setelah materi
selesai. Setelah itu memberi soal untuk dikerjakan yang di sebarkan berupa
link melalui whatsapp dan dikerjakan di google form.
Dari beberapa pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
evaluasi lainnya yang dilakukan guru SKI dalam melihat keberhasilan peserta
didik dilakukan dengan cara memberi beberapa pertanyaan terkait materi yang
dipelajari di akhir pembelajaran secara acak kepada peserta didik dan jika
sudah dua atau tiga kali pertemuan baru memberi pertanyaan secara tulisan
baik dalam bentuk Ulangan Harian, PAT atau PAS yang di berikan melalui
69

whatsapp dalam bentuk google form yang mana dalam pengembangan soalnya
mengacu pada indikator HOTS walaupun masih pada tahap penyempurnaan.

4. Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan HOTS


Setiap tahapan dan proses berjalannya sesuatu pasti memiliki dua faktor,
yaitu faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung dijadikan acuan
untuk menjadikan prose situ berjalan sesuai dengan rule yang telah di
rencanakan atau dibuat diawal, sedangkan faktor penghambat selalu dijadikan
bahan evaluasi yang harus diselesaikan agar berjalannya proses yang sudah
direncanakan diawal. Seperti sisi mata uang dua faktor ini tidak dapat
dipisahkan. Juga dalam proses pembelajaran High Order Thinking Skill di
MTs Daarul Hikmah Pamulang sudah pasti memiliki dua faktor tersebut.
Faktor pendukung dalam pembelajaran High Order Thinking Skill di MTs
Daarul Hikmah Pamulang terbilang cukup berjalan dengan kondusif. Dalam
melaksanakan pembelajaran, pihak sekolah maupun guru memiliki cara-cara
tersendiri dengan menggunakan berbagai macam metode dalam proses
pembelajarannya sehingga tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai.21
Faktor pendukung lain berasal dari guru SKI itu sendiri. Sebagaimana
yang diucapkan oleh Ibu Dra. Hj. Sri Uswati (Kepala Sekolah) menyatakan
bahwa :

“Guru disekolah ini sudah diberikan pelatihan pelatihan, agar minimal


sekali guru bermain di C-3 atau C-4 mulai dari proses pembelajaran
kemudian juga soal-soal yang dibuat. Walaupun dalam PJJ seperti ini
target HOTS agak sedikit terkendala, namun guru sebisa mungkin tetap
menggunakan C-3 keatas.”

Dari paparan tersebut penulis menyimpulkan bahwa semua guru sudah


menerapkan pembelajaran HOTS pada setiap pelajaran, bahkan setiap guru di
ikuti pelatihan untuk dapat menerapkan pembelajarn HOTS, walaupun
sekarang pembelajaran dilakukan secara daring, minimal guru menggunakan
Kata Kerja Oprasional C-3 ke atas agar peserta didik tetap bisa meningkatkan

21 Hasil Observasi di Sekolah MTs Daarul Hikmah Pamulang (Mei-Juni)


70

daya berpikir kritis dan berpikir kreatif. Hal tersebut senada dengan
pernyataan ibu Zubaedah, S.Sos.I (guru SKI) bahwa :

“Faktor pendukungnya ya dari saya sendiri yang memberikan bimbingan


belajar kepada siswa terutama pada siswa yang mengalami kesulitan
belajar, kemudian sumber-sumber belajar yang di sediakan sekolah, media
pembelajarannya juga dan lingkungan sekolah yang cukup mensupport
untuk penerapan HOTS itu sendiri”22

Dari paparan tersebut dapat ditemukan bahwa kualifikasi pendidikan guru


yang sudah memadai, dimana guru SKI sudah sertifikasi dan sudah memiliki
kualifikasi pendidikan S-1, serta guru yang memberikan bimbingan belajar
kepada peserta didik terutama terhadap peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar.
Persepsi guru yang positif terhadap implementasi pembelajaran berbasis
HOTS juga merupakan salah satu faktor pendukung pembelajaran HOTS.
Guru mempunyai pandangan yang baik terhadap kebijakan implementasi
pembelajaran berbasis HOTS sehingga kebijakan ini sangat mendukung dalam
mengembangkan keterampilan berpikir pada peserta didik yang akhirnya
peserta didik mampu menganalisis permasalahan secara otentik dan
menyeluruh berdasarkan analisis mendalam.23
Jika dilihat dari sarana dan prasarana, sarana disini sudah cukup memadai
misalnya media-media pembelajaran yang cukup banyak, lingkungan sekolah
yang mendukung dan sumber-sumber belajar yang berupa Buku Paket dan
buku sejarah banyak ditemukan di perpustakaan sekolah.24 Dan karna
sekarang pembelajaran dilakukan secara daring, maka ada faktor pendukung
lain dari pemerintah yaitu mendapat bantuan kuota. Seperti yang disampaikan
Ibu Zubaedah pada wawancara yaitu :

22 Hasil wawancara dengan Guru SKI MTs Daarul Hikmah Pamulang, Ibu Zubaedah ,

Tangsel, 24 Mei 2021


23 Hasil Observasi di Sekolah MTs Daarul Hikmah Pamulang (Mei-Juni)
24 Hasil Observasi di Sekolah MTs Daarul Hikmah Pamulang (Mei-Juni)
71

“karna sekarang Pembelajaran Jarak Jauh juga, jadi kita dapat bantuan
Kuota dari pemerintah,”25

Setelah mendapat faktor pendukung dalam pembelajaran HOTS, terdapat


pula faktor penghambatnya, Ibu Dra. Hj. Sri Uswati (Kepala Sekolah)
menjelaskan faktor penghambat sebenarnya terdapat dalam diri sendiri, jika
dalam diri sendiri ada kemauan untuk maju maka kemungkinan penghambat
akan sedikit, seperti yang dikatakan pada wawancara bahwa :

“Hambatan itu kan sebenarnya berasal dari kemauan pribadi sendiri, kalo
kondisi Covid-19 ini kan hambatannya jelas sangat terasa. Namun secara
umum bagaimana guru mengubah pola mengajar yang tadinya dapat
menggunakan metode yang beragam karna pembelajaran tatap muka
namun kan sekarang sedang pandemi jadi guru harus kreatif memilih
metode yang digunakannya. Hambatan yang lain terdapat pada
keterbatasan infocus yang dimiliki sekolah, sehingga guru harus secara
bergantian menggunakannya. Selebihnya saya rasa tidak ada hambatan
lagi.”26

Hal tersebut senada dengan yang dikatakan oleh ibu Zubaedah, S.Sos.I
(guru SKI) bahwa :

“faktor penghambat itu sebenernya kuncinya ada di diri kita, jika kitanya
ingin maju maka rintangan seperti apapun pasti akan bisa terlewati, kalo
misalnya itu kita anggap penghambat maka kita tidak akan maju”27

Kemampuan berpikir peserta didik yang beragam dan absensi peserta


didik juga sangat berpengaruh dalam pembelajaran High Order Thinking Skill
(HOTS) ini, pasalnya jika seorang peserta didik tidak masuk sehari saja maka
ia akan tertinggal pelajaran, sedangkan HOTS ini mengharuskan peserta didik
untuk lebih banyak memahami materi. Untuk menanggulangi kemampuan
peserta didik yang beragam maka sekolah MTs Daarul Hikmah mmembagi

25 Hasil wawancara dengan Guru SKI MTs Daarul Hikmah Pamulang, Ibu Zubaedah ,

Tangsel, 24 Mei 2021


26 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah MTs Daarul Hikmah Pamulang, Ibu Sri Uswati,

Tangsel, 24 Mei 2021


27 Hasil wawancara dengan Guru SKI MTs Daarul Hikmah Pamulang, Ibu Zubaedah ,

Tangsel, 24 Mei 2021


72

rombel berdasarkan tingkat kecerdasan peserta didik, jadi peserta didik yang
memiliki daya berpikir tinggi akan di tempatnya di 2 kelas unggulan dan
sisanya akan di acak dan berada di 5 kelas regular. Dengan di baginya rombel
ini maka penerapan HOTS akan setara dan lebih meminimalisir hambatan
yang ada.
Dalam kelas regular biasanya peserta didik harus diberi stimulus ekstra
agar peserta didik dapat berpikir kritis dan kreatif, jika tanpa diberi stimulus
kadang peserta didik belum bisa mencapai tingakatan berpikir kritis, tapi
memang kendala yang sangat umum yang dialami oleh peserta didik adalah
sulitnya mengungkapkan pendapat meskipun ia sudah memiliki pendapat
sendiri, kurangnya keberanian untuk menyampaikan pendapatnya. Seperti
yang dikatakan ibu Zubaedah dalam wawancara :

“memang kekurangan anak-anak kita itu adalah sulit untuk


mengungkapkan pendapat, karna kan memang yang namanya HOTS itu
mereka harus bisa menganalisa dari sebuah kejadian misalnya,
kesulitannya memang anak-anaknya yang kurang dapat mengungkapkan
pendapat yang ada dalam pikirannya, mungkin di pikirannya ada pendapat
namun mengungkapkannya yang sulit, kendalanya seperti itu”28

Jika dilihat dari kondisi pandemi seperti sekarang memang hambatannya


terlihat sangat jelas, faktor utamanya yaitu jaringan yang suka hilang, seperti
yang dikatakan oleh Giblaltar selaku siswa kelas VIII.6 menyatakan bahwa :
“Menurut saya selama adanya wabah Covid-19, kendala guru dalam
mengajar itu biasanya dari jaringan yang suka ilang-ilangan kadang juga
peserta didiknya yang tidak punya kuota, susah jaringan/sinyal dan yang
lainnya,”29

Hal senada juga dikatakan oleh Al-Fiyah dan Naila selaku Siswi kelas
VIII.7 :

28 Hasil wawancara dengan Guru SKI MTs Daarul Hikmah Pamulang, Ibu Zubaedah ,

Tangsel, 24 Mei 2021


29 Hasil wawancara dengan siswa kelas VIII.6 MTs Daarul Hikmah Pamulang, Giblaltar ,

Tangsel, 29 Mei 2021


73

“Kendala yang utama sih sinyal kak, kadang juga ada beberapa siswa yang
gapunya kuota,”30
“Karna selama ini kita PJJ jadi kendala utama nya di ka.”31

Dengan kendala internet seperti ini memang sulit diatasi, apalagi banyak
wali murid yang tidak begitu memfasilitasi anaknya untuk melakukan
pembelajaran secara daring dikarenakan faktor ekonomi yang kurang
mendukung, bahkan ada yang hanya memiliki kuota untuk whatsapp saja jadi
tidak bisa membuka internet untuk mencari sumber belajar lain.32
Berdasarkan hasil observasi, tidak semua peserta didik memiliki
handphone secara pribadi namun hanya 75% dari 24 Peserta didik. Sisanya
menggunakan handphone secara bersamaan dengan orangtua. Hal ini
diketahui dari data yang dimiliki bagian tata usaha dengan melihat latar
belakang orangtua yang masih tergolong ekonomi menengah kebawah.33
Selain itu faktor penghambat juga berada pada diri sendiri seperti yang
dikatakan oleh billah selaku siswi kelas VIII.6 yaitu :
“Menurut saya kendalanya ada di diri sendiri ka kaya rasa malas dalam
diri yang sulit untuk dihilangkan, apalagi pembelajaran jarak jauh, guru
kan gatau kita lagi rebahan ka, selain itu, materi yang disampaikan kadang
sulit untuk dimengerti, dan kadang juga tidak memiliki kuota internet.”34

Memang faktor internal terkadang sulit untuk di hilangkan, namun seperti


yang sudah dikatakan oleh ibu Zubaedah selaku guru SKI bahwa jika tidak
ada kemauan untuk maju maka akan berhenti di titik itu saja.
Faktor penghambat lain yang di ungkapkan oleh Sabrina sebagai siswi
kelas VIII.6 yaitu guru yang menjelaskan materi secara sempit sehingga ilmu
yang di dapat tidak luas dan hanya melihat dari satu perspektif saja.35

30 Hasil wawancara dengan siswi kelas VIII.7 MTs Daarul Hikmah Pamulang, Al-Fiyah ,
Tangsel, 29 Mei 2021
31 Hasil wawancara dengan siswi kelas VIII.7 MTs Daarul Hikmah Pamulang, Naila ,

Tangsel, 30 Mei 2021


32 Hasil observasi di Sekolah MTs Daarul Hikmah Pamulang (Mei-Juni)
33 Hasil observasi di Sekolah MTs Daarul Hikmah Pamulang (Mei-Juni)
34 Hasil wawancara dengan siswi kelas VIII.6 MTs Daarul Hikmah Pamulang, Billah ,

Tangsel, 30 Mei 2021


35 Hasil wawancara dengan siswi kelas VIII.6 Mts daarul Hikmah Pamulang, Sabrina,

Tangsel, 29 Mei 2021


74

C. Keterbatasan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian, penulis telah berusaha semaksimal
mungkin untuk mendapatkan hasil penelitian yang terbaik, namun penulis
sadar masih banyak yang harus diperbaiki dari hasil penelitian ini karena hasil
penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Hal ini disebabkan karena
penulis masih memiliki keterbatasan dikarenakan beberapa faktor yaitu :
1. Keterbatasan dalam mencari buku atau bahan penelitian yang mendukung
penelitian ini.
2. Adanya keterbatasan penelitian dikarenakan musibah Covid-19 di
Indonesia yang membuat sekolah-sekolah di lockdown. Dan tidak dapat
melaksanakan observasi dan wawancara lebih lama
3. Peneliti hanya mewawancarai 5 peserta didik
4. Tidak dapat mengambil dokumentasi pembelajaran secara tatap muka saat
penelitian
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian mengenai hasil penelitian yang peneliti lakukan
mengenai Penerapan pembelajaran High Order Thinking skill pada mata pelajaran
SKI di MTs Daarul Hikmah, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa pada tahap perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang dibuat oleh guru SKI sudah menggunakan Kata Kerja Oprasional tingkat
C4-C6 sehingga sudah memenuhi salah satu ciri pembelajaran HOTS, guru
juga sudah menjabarkan langkah-langkah pembelajaran, dan guru membuat
RPP yang mengacu pada KMA 183 dimana RPP tersebut sudah dibuat sesuai
Kurikulum 2013 sehingga guru hanya sebagai fasilitator dan peserta didik
akan lebih aktif dan lebih kreatif dalam menganalisis dan peserta didik pun
bisa terlatih kreativitasnya. Pada pelaksanaan pembelajaran berbasis HOTS ini
peserta didik sudah mampu mengaktualisasikan pada level taksonomi bloom
yaitu menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi. Indikasi yang terlihat pada
level analisis yaitu ketika peserta didik membuat hasil analisa dari video yang
diberikan oleh guru mengenai materi Dinasti Abbasiyah lalu di tuangkan
dalam bentuk mind mapping kemudian di persentasikan dan disini terlihat
bahwa peserta didik sudah mampu berpikir kritis serta mampu dalam
memecahkan masalah. Pada level mengkreasi dalam pembelajaran terlihat
pada saat guru mengevaluasi seperti memberi clue pada saat pembelajaran
berlangsung kemudian peserta didik mengembangkannya menjadi sebuah
materi yang relevan dengan materi yang dipelajari. Sebagai guru SKI di MTs
Daarul Hikmah guru juga akan terus belajar dalam menerapkan pembelajaran
yang membuat peserta didik dapat berpikir kritis dan berpikir kreatif.
Sedangkan mengenai evaluasi yang dilakukan guru SKI dalam melihat
keberhasilan peserta didik dilakukan dengan cara memberi beberapa
pertanyaan di akhir pembelajaran secara acak kepada peserta didik dan jika

75
76

sudah dua atau tiga kali pertemuan baru memberi pertanyaan secara tulisan
baik dalam bentuk Ulangan Harian, PAT atau PAS yang di berikan melalui
whatsapp dalam bentuk google form yang mana dalam pengembangan soalnya
mengacu pada indikator HOTS walaupun masih pada tahap penyempurnaan.
Evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru sudah mengarahkan peserta didik
pada pengukuran keterampilan berpikir tingkat tinggi yang terdapat pada soal
keterampilan dimana guru sudah menggunakan KKO pada tingkatan C4
(menganalisis) dimana KKO tersebut sudah mengarah pada keterampilan
berpikir tingkat tinggi. Namun dalam masa Pandemi seperti sekarang ini
penulis menyimpulkan bahwa penerapan HOTS dalam pembelajaran kurang
efektif dilakukan karna dalam pembelajaran tatap muka pun sudah sulit
diterapkan dalam pembelajaran dan sekarang pembelajaran dilakukan secara
Jarak Jauh sehingga pembelajaran HOTS tidak memungkinkan diterapkan
pada saat pandemi seperti sekarang.
2. Faktor pendukung dalam pembelajaran High order Thinking Skill yaitu media-
media pembelajaran, lingkungan sekolah, dan sumber-sumber belajar yang
memadai, Persepsi guru yang positif terhadap penerapan pembelajaran
berbasis HOTS sehingga sangat mendukung dalam mengembangkan
keterampilan berpikir pada peserta didik sehingga mampu menganalisis
permasalahan secara otentik dan menyeluruh berdasarkan analisis mendalam,
dan kualifikasi pendidikan guru yang sudah memadai yang didukung pula
oleh pelatihan-pelatihan yang diikuti untuk menunjang penerapan
pembelajaran HOTS. Adapun faktor penghambatnya yaitu kemampuan
peserta didik yang beragam dapat menjadi penghambat dalam pencapaian
belajar peserta didik, absensi peserta didik juga menjadi faktor penghambat
dalam pelaksaan pembelajaran High Order Thinking Skill, peserta didik yang
memiliki kemampuan belajar yang lamban tidak dapat mengejar kemampuan
belajar peserta didik dapat menyerap materi dengan cepat, keterbatasan
peralatan seperti proyektor, infocus dll, dan faktor penghambat yang paling
utama pembelajaran jarak jauh pada saat Pandemi Covid-19 adalah
77

terkendalanya sinyal atau jaringan yang sangat menghambat terlaksananya


pembelajaran yang menyebabkan peserta didik atau guru sangat mungkin telat
pada jam pelajaran, serta tidak semua peserta didik memiliki kuota internet
untuk melakukan pembelajaran.

B. Implikasi
Asumsi penulis mengenai penelitian ini adalah bahwa masih terdapat
beberapa kendala dalam pembelajaran maka penulis menyimpulkan bahwa
implikasinya adalah :
1. Metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran pada
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam harus lebih variatif walaupun
pembelajaran dilakukan secara daring agar dapat mewujudkan pembelajaran
yang lebih aktif, dan peserta didik akan mudah mengemukakan pendapatnya.
2. Meningkatkan fasilitas sekolah baik sarana maupun prasarana yang
dibutuhkan guru untuk menunjang pembelajaran agar berjalan dengan lancar.

C. Saran
Dari hasil penelitian yang penulis laksanakan di MTs Daarul Hikmah
Pamulang tentang “Penerapan Pembelajaran High Order Thinking Skill (HOTS)
pada mata Pelajaran SKI kelas VIII Materi Dinasti Abbasiyah di MTs Daarul
Hikmah Pamulang” maka penulis ingin memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi Lembaga Pendidikan
Agar terus mendukung peserta didik dan guru dalam pembelajaran High
Order Thinking Skill dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan kepada
guru dan meningkatkan fasilitas baik sarana maupun prasarana yang
dibutuhkan guru. Sehingga pembelajaran High Order Thinking Skill dapat
berjalan dengan lebih baik.
2. Bagi Guru SKI
Guru SKI lebih meningkatkan lagi metode yang digunakan walau pada
Pembelajaran Jarak Jauh seperti sekarang ini sehingga peserta didik lebih
memahami materi yang disampaikan.
78

3. Bagi Peserta didik


Agar peserta didik dapat melakukan pembelajaran dengan baik, dapat berpikir
kritis dan berpikir kreatif tanpa harus di beri stimulus secara terus menerus,
dan turut aktif mengemukakan pendapat pada saat pembelajaran berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Buku :
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian uatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Rineka Cipta, 2014
A. Nugroho. HOTS Kemampuan Berpikir Tingkat Tingg: Konsep,
Pembelajaran, Penilaian, dan Soal-soal. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia. 2018
Ayu, Cheni Chaenida Madu, .Discovery Learning Gerak Berirama.Gresik:
Caremedia Communication. 2018
Al-Tabany, Trianto Ibnu, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif,
Dan Kontekstual: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum 2013
Kurikulum Tematik Integratif/TKI , Jakarta: Prenadamedia Group, 2014
Chabib, Thoha, dkk. Metodelogi Pengajaran Agama, Semarang. Pustaka
Pelajar, 1999
Chairul Anwar, ‘Buku Terlengkap Teori-teori Pendidikan Klasik Hingga
Kontemporer’, Jakarta: IRCiSoD, 2017
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, Bandung: CV
Penerbit Diponegoro, 2019
Fathurrohman, Muhammad, Paradigma Pembelajaran Kurikulum 2013
Strategi Alternatif Pembelajaran di Era Global, Yogyakarta: Kalimedia, 2015
Gunawan, Adi W, Genius Learning Strategy : Petunjuk Praktis Untuk
Menerapkan Accelerated Learning Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia, 2011
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2008
Helmawati. Pembelajaran dan Penilaian Berbasis HOTS Higher Order
Thingking Skills. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.2019
KMA Nomor 165, Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
dan Bahasa Arab Pada Madrasah Tahun 2014, t.t.p

79
80

Komalasari, Kokom, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi


Bandung: Refika Aditama, 2013
Kuntowijoyo,.Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bintang Budaya, 1995
Kuswana, Dr. Wowo Sunaryo, Taksonomi Berpikir. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 2011
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia, 2011
Muhaimin, pengembangan kurikulum pendidikan Islam, Jakarta : Raja
Grafindo Persada. 2005
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Tsanawiyah kelas VII,
Semarang:PT. Karya Toha Putra,2009
Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran, Yogyakarta: Aswaja Presindo,
2012
Nugroho, R. A. HOTS Higher Order Thinking Skills . Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia.2018
Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana, Guru Profesional, Bandung: PT
Refika Aditama, 2012
Ramayulis, Dasar-dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan,
Jakarta : Kalam Mulia, 2015
Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru , Jakarta: Rajawali Press cet.2, 2016
Sani, Ridwan Abdullah, Pembelajaran berbasis HOTS (Higher Order
Thingking Skill) , Tangerang: Tira Smart, 2019
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Memengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta,
2003
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada. 2016
Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2009
81

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2018
Suhartati, “Penerapan Pendekatan Saintifik pada Materi Relasi dan Fungsi di
Kelas X MAN 3 BandaAceh,” 2016
Suharsaputra, Uhar, Metode Penilitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan,
Bandung, PT Refika Aditama, 2014
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,
Jakarta: Rineka Cipta, 2006
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,
Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher, 2007
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Usman, M. Basyiruddin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Jakarta:
Ciputat press. 2002
Wayan Widana I. . Modul Penyusunan Soal Higher Order Thingking Skill
(HOTS). Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2017
Woofolk, Anita E..Educational Psychology, cet. ke -4. USA: Allyn &
Bacon.1996
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Grafindo Persada, 1997
Wiwik Setiawati, dkk, Buku penilaian berorientasi higher order thinking skills,
Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2019

Daftar Jurnal :
Agus Budiman, Jailani “Pengembangan Instrumen Asesmen iHigh Order
Thinking skill(HOTS) Pada Mata Pelajaran Matematika SMP Kelas VIII Semester
1” Vol. 1 No.2 November 2014
Agus Kristiyono, “Urgensi dan Penerapan High Order Thingking Skills di
Sekolah” Jurnal Penaburan - No.31 Tahun 2018
82

Andreas, Kiswara, Tri, Susantiningrum, “Analisis Penerapan Pembelajaran


Berbasis HOTS Pada Program Keahlian Otomatisasi Tata Kelola Perkantoran
SMK N di Kota Surakarta” e-ISSN 2614-0349
Deri Hendriawan dan Usmaedi “Penerapan Pembelajaran High Order
Thingking Skills (HOTS) di Sekolah Dasar.” Jurnal Pendidikan Dasar Setiabudhi,
Vol.2 No.2 2019
Dian Novianti, “Analisis Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Peserta didik
dengan Gaya Belajar Tipe Investigasi dalam Pemecahan Masalah Matematika
kelas VII di SMP N 10 Kota Jambi,” Artikel ilmiah 4 (2014).
Eni Riffriyanti “variasi Metode Pembelajaran Sejarah Kebudaya Islam MTs
Miftahul Ulum Weding Bonang Demak” Vol.02 No.02 Agustus 2019
Hayumuti, Jurnal Pendidikan Islam, “Kajian Pembelajaran Higher Order
Thinking Skills (HOTS)” Vol.7 Nomor. 02 November 2018,
Ifada Novikasari, “Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui
Pembelajaran Matematika Open-ended di Sekolah Dasar”, dalam Jurnal
Pemikiran Alternatif Kependidikan Vol. 14, No. 2,Mei-Ags 2009
Imam Mahdi, Ibnu Hidayani, Mulyawan, Hasan “Metode discovery Learning
dalam pembelajaran Sejarah Khulafaurrasyidin” Jurnal Edukasi Islami Vol.08
tahun.2019
Indra Mulyaningsih dan Itaristanti. “Pembelajaran Bermuatan HOTS (High
Order Thinking Skill) di Jurusan Tadris Bahasa Indonesia”. Vol.4 No.1 2018
Kwartolo Yuli, “Multiple Intellegences dan Implementasinya dalam
Taksonomi Bloom”, Jurnal Pendidikan Penabur No.18 tahun 2012
Maya Agustina, “Problem Based Learning (PBL): Suatu Model Pembelajaran
Untuk Mengembangkan Cara Berpikir Kreatif Peserta didik”, At-Ta’dib: Jurnal
Ilmiah Pendidikan Agama Islam Vol. 10, 2018
Meiriza Ardiana dan Sudarmin Sudarmin, “Penerapan Self Assessment untuk
Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Peserta didik,” Jurnal Inovasi
Pendidikan Kimia 9, no. 1 2015
83

Miftakhul Muthoharoh ”Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam


Berbasis HOTS (High Order Thingking Skill)” Vol.5 No.2 Nopember 2020
Munawir “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam
Peserta didik Kelas IV dengan Strategi Pembelajaran CTL di Madrasah Ibtidaiyah
Assyafi’iyah Tanggul Sidoarjo” Vol.04 No. 01 September 2012
Nailur Rahmawati, “Pembelajaran Bahasa Arab: Menuju Higher Order
Thingking Skills (HOTS). ISSN: 2597-5242. 2018
Nurris Septa Pratama, edi Istiyono, “Studi Pelaksanaan Pembelajaran Fisika
Berbasis High Order Thinking skill(HOTS) Pada Kelas X di SMA N Kota
Yogyakarta”, Vol.6 No.1 2015 hlm.106
Rahma Diani, Ardian Asyhari And Orin Neta Julia., ‘Pengaruh Model RMS
(Reading, Mind Mapping And Sharing) Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat
Tinggi Siswa pada Pokok Bahasan Impuls dan Momentum’, Jurnal Pendidikan
Edutama, Vol 5, No. 1, Januari 2018 Pendahuluan, 5.1. 2018
Sofyan, F. A. (Maret 2019). Implementasi HOTS pada Kurikulum 2013.
Jurnal Invent Vol III, No 1
Sri Indarti “Investigasi Implementasi Model Discovery Learning Berbasis
Pendekatan Saintifik Dalam Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA”
Vol.01 No.02 2019,
Syahraini Tambak “Metode Cooperative learning dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam” Vol.14 No.1 2017 ISSN 1412-5382

Sumber Internet :
Muhammad Haidir Junaidi, “Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam”, dalam
http://muhammad-haidir.blogspot.com/2013/04/pengertian-sejarah-kebudayaan-
islam.html /diakses 5 Maret 2021.
84

LAMPIRAN
Lampiran I
Kisi-kisi Instrumen Wawancara Guru SKI dan Kepala sekolah
No Objek Penelitian Indikator Responden
1 Informasi lembaga a. Sejarah berdirinya Kepala
sekolah sekolah, Guru
b. Klasifikasi guru SKI
c. Kurikulum
d. Fasilitas sekolah
2 Permasalahan peserta a. Metode pembelajaran Guru SKI,
didik pada pembelajaran yang diterapkan peserta didik
High Order Thinking Skill
b. Media pembelajaran
pada mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam c. Kesiapan peserta didik
dalam mengikuti
pembelajaran
3 Penerapan High Order a. Tahapan persiapan Guru SKI,
Thinking Skill (HOTS) b. Tahapan pelaksanaan peserta didik
meliputi dari kegiatan 1) kemampuan berfikir
pembuka, inti dan kegiatan kritis, metode, sumber
penutup belajar dan media yang
digunakan agar peserta
didik memiliki
kemampuan analisis
(membedakan,
mengorganisasi, dan
mengatribusi), dan
evaluasi (memeriksa
dan mengkritisi)
2) kemampuan berpikir
kreatif : bagaimana
85

cara agar peserta didik


memiliki kemampuan
untuk mencipta dan
berkreasi
3) Tahapan penutup
4 Faktor pendukung dan a. Faktor pendukung dan Kepala
penghambat penerapan penghambat penerapan sekolah, Guru
High Order Thinking Skill HOTS pada aspek SKI, peserta
(HOTS) dalam Mata berpikir kritis didik
Pelajaran SKI b. Faktor pendukung dan
penghambat penerapan
HOTS pada aspek
berpikir kreatif

Kisi-kisi Instrumen Dokumentasi


No Objek Dokumentasi Indikator
1 Informasi lembaga a. Latar belakang berdirinya
lembaga sekolah MTs Daarul
Hikmah Pamulang
b. Visi Misi MTs Daarul Hikmah
Pamulang
c. Tujuan dan peranan MTs Daarul
Hikmah Pamulang
2 Struktur organisasi dan tata a. Bagan struktur organisasi sekolah
kerja MTs Daarul Hikmah b. Deskripsi Tugas untuk masing-
Pamulang
masing komponen organisasi
a. Bagan struktur organisasi kelas
3 Layanan sekolah a. Ketersediaan sarana dan prasarana
pendukung pembelajaran
b. Ketersediaan infrastruktur di MTs
Daarul Hikmah Pamulang
4 Penerapan High Order Thinking a. Pelaksanaan pembelajaran SKI di
86

Skill (HOTS) meliputi dari kelas secara daring (online)


kegiatan pembuka, inti dan b. Kondisi kegiatan Belajar
kegiatan penutup Mengajar secara daring (online)
c. RPP
5 Faktor pendukung dan a. Peserta didik
penghambat penerapan High b. Guru
Order Thinking Skill (HOTS) pada c. Fasilitas sekolah
pembelajaran jarak jauh dalam
Mata Pelajaran SKI

Kisi-kisi Instrumen Observasi


No Aspek yang dinilai Indikator
1 Peserta didik pada saat dalam a. Kesiapan peserta didik dalam
Pembelajaran mengikuti pembelajaran SKI
2 Penerapan High Order Thinking a. Pelaksanaan pembelajaran SKI di
Skill (HOTS) meliputi dari kelas secara daring (online)
kegiatan pembuka, inti dan b. Kondisi belajar secara daring
kegiatan penutup (online)
c. RPP
3 Faktor pendukung dan a. Faktor pendukung
penghambat penerapan High
Order Thinking Skill (HOTS) b. Faktor penghambat
dalam Mata Pelajaran SKI
87

Lampiran 2
Hasil Observasi
No Aspek yang Indikator Hasil Observasi
dinilai
1 Peserta didik a. Kesiapan Kesiapan peserta didik dalam
pada saat peserta didik mengikuti pembelajaran terbilang
dalam dalam sudah cukup baik, ketika
Pembelajaran mengikuti pembelajaran akan dimulai peserta
pembelajaran didik sudah standby dengan
SKI handphone masing-masing dan siap
untuk mengikuti pembelajaran, dan
dapat dilihat ketika peserta didik
mengumpulkan tugas tepat waktu
tanpa harus diingatkan kembali,
namun ada beberapa peserta didik
yang masih menggunakan handphone
orangtuanya sehingga tidak dapat
mengikuti pembelajaran pada hari itu
2 Penerapan a. Pelaksanaan Dalam pelaksanaan pembelajaran
High Order pembelajaran HOTS secara daring peserta didik
Thinking SKI di kelas sudah mampu mengaktualisasikan
Skill (HOTS) secara daring level taksonomi bloom pada aspek
meliputi dari (online) menganalisis, mengkreasi dan
kegiatan mengevaluasi, hal ini terlihat pada
pembuka, saat penerapan metode Tanya jawab,
inti dan discovery learning dan cooperative
kegiatan learning dimana peserta didik dilatih
penutup untuk berpikir tingkat tinggi sehingga
capaian belajar mengenai 4C
(communication, collaboration,
88

critical thinking and creative)


tercapai dengan baik.
b. Kondisi belajar Kondisi belajar terbilang tidak efisien
secara daring secara daring karna ada beberapa
(online) peserta didik yang menggunakan
Handphone orangtuanya sehingga
ketika pembelajaran berlangsung
peserta didik tidak dapat mengikuti
pelajaran karena HP di bawa oleh
orangtua mereka untuk bekerja, dan
akan mengalami keterlambatan
dalam mengumpulkan tugas
c. RPP Dalam perencanaan yang dilakukan
oleh guru SKI secara keseluruhan
sudah memenuhi standar komponen
RPP. Format perencanaan yang
dibuat oleh guru PAI tersebut
meliputi mata pelajaran, kelas,
alokasi waktu, KD, media, alat dan
bahan, tujuan pembelajaran, langkah-
langkah pembelajaran juga sudah
terdapat kegiatan keterampilan 4C
(communication, collaboration,
critical thinking and creative) dan
penilaian atau evaluasi
3 Faktor a. Faktor Persepsi guru yang positif terhadap
pendukung pendukung penerapan pembelajaran berbasis
dan HOTS sehingga sangat mendukung
penghambat dalam mengembangkan keterampilan
penerapan berpikir pada peserta didik sehingga
89

High Order mampu menganalisis permasalahan


Thinking secara otentik dan menyeluruh
Skill (HOTS) berdasarkan analisis mendalam, dan
dalam Mata kualifikasi pendidikan guru yang
Pelajaran sudah memadai yang didukung pula
SKI oleh pelatihan-pelatihan yang diikuti
untuk menunjang penerapan
pembelajaran HOTS.
b. Faktor kemampuan peserta didik yang
penghambat beragam, absensi peserta didik,,
peserta didik yang memiliki
kemampuan belajar yang lamban
tidak dapat mengejar kemampuan
belajar peserta didik dapat menyerap
materi dengan cepat, keterbatasan
peralatan seperti proyektor, infocus
dll, dan terkendalanya sinyal atau
jaringan serta tidak semua peserta
didik memiliki kuota internet untuk
melakukan pembelajaran
90

Lampiran 3
Pedoman wawancara untuk kepala sekolah
1. Bagaimana sejarah berdirinya sekolah MTs Daarul Hikmah ?
2. Apa visi & Misi MTs Daarul Hikmah?
3. Bagaimana klasifikasi Guru yang ingin mengajar di MTs Daarul Hikmah
khususnya guru SKI ?
4. Apakah sekolah ini sudah menerapkan kurikulum 2013? Jika iya, sudah sejak
kapan diterapkan ?
5. Bagaimana analisis ibu mengenai High Order Thinking Skill ?
6. Apakah ada tujuan khusus yang ingin dicapai melalui pembelajaran High Order
Thinking Skill ?
7. Apakah ada faktor penghambat Bapak/Ibu guru di MTs Daarul Hikmah dalam
menerapkan High Order Thinking Skill ?
8. Apa solusi untuk faktor penghambat tersebut ?

Pedoman Wawancara untuk Guru SKI


1. Apakah Ibu memiliki sertifikasi guru profesional ?
2. Apakah Ibu selalu membuat perencanaan sebelum pelaksanaan pembelajaran ?
3. Apakah Ibu sudah menerapkan High Order Thinking Skill di dalam kelas ?
4. Bagaimana pandangan Ibu mengenai pembelajaran High Order Thinking Skill ?
5. Sebagai seorang guru, ibu melihat permasalahan apa saja yang dihadapi oleh
peserta didik di kelas VIII dalam pembelajaran High Order Thinking Skill pada
materi Dinasti Abbasiyah ?
6. Bagaimana upaya yang ibu lakukan dalam menghadapi hal tersebut ?
7. Media dan sumber belajar apa yang digunakan dalam pembelajaran SKI ?
8. Bagaimana cara ibu memilih metode yang tepat agar tujuan pembelajaran High
Order Thinking Skill pada mata pelajaran SKI tercapai untuk peserta didik?
9. Apakah sarana dan prasarana yang Ibu gunakan sudah mendukung dalam
pembelajaran High Order Thinking Skill pada mata pelajaran SKI ?
91

10. Bagaimana ibu melihat kesiapan peserta didik dalam pembelajaran High Order
Thinking Skill pada mata pelajaran SKI ?
11. Bagaimana cara ibu mengetahui apakah peserta didik tersebut sudah mencapai
tingkatan berpikir High Order Thinking Skill ?
12. Bagaimana cara Ibu membangkitkan semangat peserta didik ketika sudah terlihat
jenuh dikelas ?
13. Bagaimana cara Ibu merangsang peserta didik agar aktif di dalam kelas ?
14. Bagaimana metode yang ibu lakukan dalam melakukan evaluasi untuk
mengetahui peserta didik dapat berfikir tingkat tinggi ?
15. Apa saja kelebihan dan kekurangan dalam menggunakan pembelajaran High
Order Thinking Skill pada mata pelajaran SKI di kelas VIII MTs Daarul Hikmah
Pamulang ?
16. Apa saja faktor pendukung dan hambatan apa yang ibu alami dalam pembelajaran
High Order Thinking Skill pada mata pelajaran SKI di kelas VIII MTs Daarul
Hikmah Pamulang ?
17. Bagaimana upaya yang ibu lakukan dalam mengatasi hambatan yang ibu alami
dalam pembelajaran pada mata pelajaran SKI di kelas VIII MTs Daarul Hikmah
Pamulang ?

Pedoman Wawancara untuk Peserta didik


1. Bagaimana tanggapan kamu mengenai pembelajaran High Order Thinking Skill?
2. Bagaimana cara guru mengajar terkait materi Dinasti Abbasiyah dari awal
pembelajaran sampai akhir pembelajaran ?
3. Metode apa yang biasa digunakan guru saat pembelajaran ?
4. Bagaimana evaluasi yang dilakukan guru diakhir pembelajaran pada materi
Dinasti Abbasiyah?
5. Menurut kamu apa saja kendala saat guru mengajar ?
92

Lampiran 4
Hasil Wawancara
Informan : Dra. Hj. Sri Uswati
Jabatan : Kepala Sekolah
Waktu : Senin, 24 Mei 2021
Tempat : Rumah Kepala Sekolah MTs Daarul Hikmah
No. Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana sejarah Sekolah ini dibangun pada tahun 1980 yang
berdirinya sekolah MTs didirikan oleh Bapak Kyai H.Saidih yang sekarang
Daarul Hikmah ? merupakan Pembina Yayasan Daarul Hikmah.
Sekolah ini dibangun atas dasar keprihatinan karna
banyak anak anak yang putus sekolah sebelum
lulus SD. Akhirnya sekolah ini merekrut anak-
anak yang putus sekolah tersebut untuk sekolah di
yayasan ini. Pembangunan Sekolah tersebut benar
benar atas swadaya masyarakat , Gedung sekolah
yang ketika itu masih dari bambu banyak berasal
dari infaq para wali murid. Namun secara perlahan
Pembangunan Madrasah Tsanawiyah tersebut
berkembang dari yang dulunya hanya satu
kelas,hingga sekarang menjadi 20 kelas lebih.
Perjuangannya untuk pendidikan, memang tidak
sia-sia,malahan sekarang sudah bisa mendirikan
Madrasah ‘Aliyah, awalnya muridnya hanya 9
orang, tapi kini untuk satu kelas saja minimal diisi
oleh 30 orang murid, perkembangannya semakin
pesat dan sekarang juga sudah mengelola
Madrasah Ibtidaiyah, Namun H.Saidih tidak
menutup mata, bahwa murid-muridnya
kebanyakan berasal dari masyarakat ekonomi
93

kelas bawah, sehingga harus bijaksana dalam


menetapkan biaya sekolah, walau demikian, usaha
untuk melahirkan lulusan yang baik tetap
dilakukan secara maksimal, hasilnya bisa dilihat,
lulusan dari sekolah yang dibinanya dapat diterima
diberbagai tempat, baik disekolah Negeri maupun
swasta.
2 Apa visi & Misi MTs Daarul Untuk visinya yaitu terwujudnya generasi yang
Hikmah? bertaqwa, berprestasi, sehat, terampil dan
berakhlak mulia. Adapun misinya yaitu :
a. Membangun citra Madrasah yang islami, sehat
dan asri
b. Mengembangkan berbagai ketrampilan
berbasis kemampuan siswa
c. Meningkatkan dan mengembangkan prestasi
madrasah dibidang akademik dan non
akademik
d. Memaksimalkan kegiatan peribadatan dan
pengembangan akhlak mulia.
3 Bagaimana klasifikasi Guru Yang terpenting harus memiliki basic, kita bisa
yang ingin mengajar di MTs ambil dari sarjana pendidikan agama, sebelumnya
Daarul Hikmah khususnya kami juga bisa mengambil dari fakultas ushuludin
guru SKI ? yang secara akademik juga relevan dengan
pelajaran dan yang pasti memiliki basic. Terlepas
dari itu biasanya kami bisa melihat sejauh mana
mereka mau menggali potensi sejarah, karna
sejarah itukan nyata benar-benar terjadi.
Kemudian guru-guru SKI juga memiliki visi untuk
bagaimana sejarah islam benar-benar diterima
anak bukan hanya materinya namun juga
94

memahami sejarahnya.
4 Apakah sekolah ini sudah Iya sudah, sejak awal ditetapkan oleh pemerintah
menerapkan kurikulum untuk menerapkan kurikulum 2013 kita langsung
2013? Jika iya, sudah sejak menerapkannya, dan untuk KMA nya kita
kapan diterapkan ? menggunakan KMA 183
5 Bagaimana analisis ibu Pembelajaran berbasis HOTS sebenarnya sudah
mengenai High Order berada pada jalur yang tepat, dimana peserta didik
Thinking Skill? dituntut untuk berpikir kritis dan berpikir kreatif.
Hal ini sangat bagus untuk peserta didik, namun
tidak semua peserta didik dapat mengeluarkan
pendapatnya. Sebenarnya kunci utama
pembelajaran HOTS ini terletak pada guru yang
mempunyai peran sangat penting dalam upaya
menjadikan peserta didik mampu berada pada
level HOTS. Guru disekolah ini sudah diberikan
pelatihan pelatihan, agar minimal sekali guru
bermain di C-3 atau C-4 mulai dari proses
pembelajaran kemudian juga soal-soal yang
dibuat. Walaupun dalam PJJ seperti ini target
HOTS agak sedikit terkendala, namun guru sebisa
mungkin tetap menggunakan C-3 keatas.
6 Apakah ada tujuan khusus Ada, yang paling diharapkan sebenarnyakan
yang ingin dicapai melalui bagaimana meningkatkan daya nalar anak,
pembelajaran High Order bagaimana memancing anak agar dapat
Thinking Skill ? menganalisis suatu materi dan dapat memecahkan
masalah tertentu.
7 Apakah ada faktor Hambatan itu kan sebenarnya berasal dari
penghambat Bapak/Ibu guru kemauan pribadi sendiri, kalo kondisi Covid-19 ini
di MTs Daarul Hikmah kan hambatannya jelas sangat terasa. Namun
dalam menerapkan High secara umum bagaimana guru mengubah pola
95

Order Thinking Skill ? mengajar yang tadinya dapat menggunakan


metode yang beragam karna pembelajaran tatap
muka namun kan sekarang sedang pandemi jadi
guru harus kreatif memilih metode yang
digunakannya. Hambatan yang lain terdapat pada
keterbatasan infocus yang dimiliki sekolah,
sehingga guru harus secara bergantian
menggunakannya. Selebihnya saya rasa tidak ada
hambatan lagi.
8 Apa solusi untuk faktor Kalo untuk masalah infocus solusinya ya
penghambat tersebut ? digunakan secara bergantian, atau bisa juga
menambah sarana baru, sedangkan untuk mengajar
pada saat pandemi Covid-19 ini solusinya guru
harus pintar mengubah metode pembelajaran yang
dapat digunakan secara daring, sekarang kan sudah
ada kurikulum darurat yang dapat membantu guru
untuk melaksanakan pembelajaran.
96

Informan : Siti Zubaedah, S. Sos. I


Jabatan : Guru SKI kelas VIII
Waktu : Senin, 24 Mei 2021
Tempat : Ruang Guru MTs Daarul Hikmah
No. Pertanyaan Jawaban
1 Apakah Ibu memiliki sertifikasi Iya saya punya sertifikat pendidik
guru profesional ?
2 Apakah Ibu selalu membuat Iya saya selalu membuat RPP
perencanaan sebelum
pelaksanaan pembelajaran ?
3 Apakah Ibu sudah menerapkan Tidak semua materi kita menggunakan HOTS
High Order Thinking Skill di ya, karna ada beberapa materi dan kelas-kelas
dalam kelas ? tertentu, karna kan kelas kita tiap rombel ada 7
kelas, 2 kelas unggulan dan 5 kelas regular,
otomatis kemampuan berpikir anak juga
berbeda-beda, ketika kita di kelas unggulan
mungkin kita bisa lebih banyak menerapkan
HOTS dalam pelajaran, tapi di kelas biasa
hanya beberapa materi jadi tidak semua materi
menggunakan HOTS itu sendiri
4 Bagaimana pandangan Ibu Menurut saya pembelajaran High Order
mengenai pembelajaran High Thinking Skill sangat bagus, untuk melatih
Order Thinking Skill ? anak-anak berpikir kritis itu sangat bagus, tapi
kan anak-anak belum terbiasa untuk berpikir
kritis jadi memamg stimulusnya harus luar biasa
untuk mereka berpikir itu harus diberi stimulus
dulu, kalo tanpa diberi stimulus kadang-kadang
rangsangannya mereka tu belum berpikir kearah
sana gitu kan, harus dipancing jika sudah
terangsang maka akan mengalir begitu saja, tapi
97

memang kekurangan anak-anak kita itu adalah


sulit untuk mengungkapkan pendapat, karna kan
memang yang namanya HOTS itu mereka harus
bisa menganalisa dari sebuah kejadian
misalnya, kesulitannya memang anak-anaknya
yang kurang dapat mengungkapkan pendapat
yang ada dalam pikirannya, mungkin di
pikirannya ada pendapat namun
mengungkapkannya yang sulit, kendalanya
seperti itu
5 Sebagai seorang guru, ibu Iya kendalanya itu tadi, kurangnya keberanian
melihat permasalahan apa saja mereka untuk dapat mengungkapkan isi
yang dihadapi oleh peserta didik pikirannya, kurang cermat dalam menganalisa
di kelas VIII dalam sebuah permasalahan, jadi memang harus ada
pembelajaran High Order stimulus dulu, tanpa adanya stimulus mereka
Thinking Skill pada materi belum maksimal untuk belajar HOTS itu
Dinasti Abbasiyah ? sendiri.
6 Bagaimana upaya yang ibu Kalo pembelajaran sekarang ini kan online
lakukan dalam menghadapi hal yaagak sulit menerapkan HOTs dalam
tersebut ? pembelajaran online memang kita kan tidak
tatap muka jadi interaksinya tidak bisa dua arah,
jadi saya buat pertanyaan yang mengandung
unsur HOTS itu sendiri, namun untuk
pembelajaran memang untuk tahun ini karna
PJJ kita mengurangi penerapan HOTS itu
sendiri tapi dalam pertanyaan kita memasukkan
unsur HOTS agar mereka juga dapat belajar
berpikir lebih kritis dan kreatif
7 Media dan sumber belajar apa Kalo media yang digunakan ya mengikuti
yang digunakan dalam materinya, kalo tatap muka kita sering gunakan
98

pembelajaran SKI ? media infocus untuk menonton cerita yang


berkaitan dengan materi atau untuk
mempresentasikan sebuah materi, kalo sekarang
media yang digunakan yaitu handphone atau
laptop untuk pembelajaran, kertas atau karton
untuk membuat mind mapping, dan untuk
evaluasi biasanya menggunakan google form,
ya media si banyak ya ada internet segala
macem ya kalo sumber belajar kita
menggunakan buku SKI karangan Kementrian
Agama
8 Bagaimana cara ibu memilih Metode banyak ya, kalo PJJ seperti ini
metode yang tepat agar tujuan sepertinya metode yang klasikal ga kepake
pembelajaran High Order karna repot kalo misal membuat kelompok agak
Thinking Skill pada mata sulit, kalo sekarang kita menggunakan metode
pelajaran SKI tercapai untuk Tanya jawab, metode ceramah, dan metode
peserta didik? yang lebih mengarahkan anak-anak untuk
penugasan aja, PJJ sekarang saya biasanya
pembelajarannya dikirim melalui Voice Note
berupa penjelasan lalu saya beri soal evaluasi
minimal 5 soal. Kalo untuk PJJ memang agak
susah mencapai target, karna kurikulum sendiri
pun tidak menuntut siswa harus menguasai ini
bahkan yang di sarankan materi essensial aja
yang diberikan atau materi penting saja yang di
sampaikan kepada anak paling gak itu sudah
cukup untuk anak memahami materi. Jadi untuk
PJJ saya belum menemukan metode yang
khusus bagaimana agar HOTS ini sampai
kepada anak-anak, saya baru sebatas
99

memberikan tugas dalam bentuk pertanyaan dan


memasukkan unsur HOTS itu sendiri
9 Apakah sarana dan prasarana Iya sudah cukup mendukung, karna sekarang
yang Ibu gunakan sudah PJJ juga jadi kita dapat bantuan Kuota dari
mendukung dalam pemerintah juga, sedangkan kalo missal kita
pembelajaran High Order sekolah offline untuk sarana seperti infocus
Thinking Skill pada mata sendiri menurut saya masih kurang, karna
pelajaran SKI ? kadang ketika saya ingin menggunakan infocus,
infocus itu di pakai oleh guru lain
10 Bagaimana ibu melihat kesiapan Bisa dilihat dari bagaimana mereka
peserta didik dalam menyelesaikan tugasnya, karna kan di PJJ
pembelajaran High Order missal jam belajar dari jam 08.00 s/d 08.50
Thinking Skill pada mata paling yang menyelesaikan tugas tepat waktu
pelajaran SKI ? hanya berapa persennya, sisanya diberikan telat,
itupun kadanga saya harus ingatkan ke grup
siapa saja yang sudang mengirim tugas, untuk
PJJ sendiri kan kontrolnya harus lebih di
tekankan, kesiapannya ya itu, dilihat dari cara
mereka menyelesaikan tugas tepat waktu berarti
mereka sudah siap untuk belajar
11 Bagaimana cara ibu mengetahui Bisa dilihat dari jawabannya, jika jawabannya
apakah peserta didik tersebut text book berarti mereka tidak berpikir HOTS,
sudah mencapai tingkatan tapi ketika jawaban itu berdasarkan pemahaman
berpikir High Order Thinking mereka namun relevan dengan pertanyaan,
Skill ? maka akan saya anggap mereka mengetahui
bagaimana cara berpikir HOTS itu
12 Bagaimana cara Ibu Biasanya saya beri reward, misalnya siswa
membangkitkan semangat dapat menyelesaikan soal dengan tepat atau
peserta didik ketika sudah mengumpulkan tugas tepat waktu biasanya saya
terlihat jenuh dikelas ? kasih reward, bisa berupa pulsa atau nilai. Kalo
100

untuk ice breaking dalam pembelajaran PJJ ini


saya rasa susah ya karna kan kita juga jarang
menggunakan aplikasi Zoom karna terkendala
oleh kuota siswa, saya pernah melakukan
pembelajaran menggunakan zoom namun yang
join tidak sampai setengah kelas, jadi saya rasa
ice breaking kurang tepat untuk membangkitkan
semangat siswa pada saat PJJ seperti ini, namun
jika sekolah secara tatap muka saya rasa ice
breaking merupakan cara yang tepat
membangkitkan semangat siswa
13 Bagaimana cara Ibu Jika didalam kelas biasanya saya menggunakan
merangsang peserta didik agar metode Everyone Is Teacher Here, saya juga
aktif di dalam kelas ? menggunakan Game namanya ‘Kartu Misteri’
jadi siswa diminta untuk baca materi dari
halaman sekian sampai halam sekian, lalu
dibuat semacam kartu berisi satu clue dan
kemudian satu siswa diminta untuk mengambil
kartu tersebut dan menjabarkan maksud dari
clue tersebut, jadi permainan itu lebih
melekatkan kepada mereka terkait materi yang
dipelajari karna jika siswa hanya sebatas
mendengarkan guru menjelaskan siswa akan
kurang memahami materi tersebut, namun
dengan Game ‘Kartu Misteri’ ini siswa akan
lebih memahami materi karna kan dalam
permaianan ini siswa pasti mendengarkan
temannya menjabarkan clue tersebut sehingga
siswa juga lebih mudah paham. Kemudian yang
kedua saya biasanya menggunakan ‘kuis’ jadi
101

saya membuat pertanyaan dalam bentuk undian


dalam satu kertas lalu saya gulung gitu kan,
kemudian siswa diminta untuk mengambil salah
satu kertas dan menunjuk siswa lain untuk
menjawab pertanyaan yang di ambil oleh siswa
sebelumnya, dengan metode ini siswa juga akan
lebih memahami karna semua siswa dituntut
untuk siap dan harus memahami materi yang
dipelajarinya.
14 Bagaimana metode yang ibu Memberikan soal ulangan via google form
lakukan dalam melakukan dengan memasukkan unsur-unsur HOTS
evaluasi untuk mengetahui walaupun tidak semua soal adalah soal HOTS
peserta didik dapat berfikir
tingkat tinggi ?
15 Apa saja kelebihan dan Kelebihannya adalah dengan pembelajaran
kekurangan dalam HOTS siswa dituntut untuk berpikir kritis dan
menggunakan pembelajaran kreatif artinya mereka berpikir terbuka, berani
High Order Thinking Skill pada mengungkapkan pendapat yang ada dalam
mata pelajaran SKI di kelas VIII pikirannya, mungkin kalo kekurangannya itu
MTs Daarul Hikmah Pamulang tidak semua anak-anak mampu mengungkapkan
? pendapatnya jadi mungkin pembelajaran HOTS
ini dianggap sulit
16 Apa saja faktor pendukung dan Faktor pendukungnya ya dari saya sendiri yang
hambatan apa yang ibu alami memberikan bimbingan belajar kepada siswa
dalam pembelajaran High Order terutama pada siswa yang mengalami kesulitan
Thinking Skill pada mata belajar, kemudian sumber-sumber belajar yang
pelajaran SKI di kelas VIII MTs di sediakan sekolah, media pembelajarannya
Daarul Hikmah Pamulang ? juga dan lingkungan sekolah yang cukup
mensupport untuk penerapan HOTS itu sendiri,
kalo dari faktor penghambat itu sebenernya
102

kuncinya ada di diri kita, jika kitanya ingin


maju maka rintangan seperti apapun pasti akan
bisa terlewati, kalo misalnya itu kita anggap
penghambat maka kita tidak akan maju gitu
kan, sebenarnya tidak ada penghambat paling
yang kurang itu sarana dan prasarana, misal
ketersediaan infocus yang terbatas, itu kan
berarti ada kendala disana
17 Bagaimana upaya yang ibu Jika misalnya saya sudah menyiapkan materi
lakukan dalam mengatasi menggunakan infocus namun ternyata
hambatan yang ibu alami dalam infocusnya dipakai guru lain maka saya harus
pembelajaran pada mata mengubah metode pembelajaran agar siswa juga
pelajaran SKI di kelas VIII MTs tidak kecewa gitu kan, misal saya memasukkan
Daarul Hikmah Pamulang ? game yang sudah saya jelaskan diatas atau bisa
dengan kuis, karna kan SKI juga kalo pake
infocus paling kita nonton lalu membuat point
penting dari video tersebut, dan yang pasti pada
tahapan ini peserta didik diminta untuk
menganalisis dan mempresentasikan video
tersebut. Kalo untuk meminimalisir kendala ya
seperti itu.
103

Informan : Giblaltar Choerul Afkar Al-Ghifary


Jabatan : Siswa Kelas VIII.6
Waktu : Sabtu, 29 Mei 2021
Tempat : Whatsapp
No. Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana tanggapan kamu Menurut saya, pembelajaran High Order Thinking
mengenai pembelajaran High Skill sedikit sulit karena membutuhkan
Order Thinking Skill ? kemampuan analisis tinggi, kemampuan berpikir
kritis dan kemampuan berpikir kreatif. Jadi kita
harus benar-benar bisa mengevaluasi dan tidak
terpaku hanya pada satu pola jawaban yang
dihasilkan, dari proses menghafal, tanpa
mengetahui konsep ilmunya. Tapi disamping itu
menurut saya pembelajaran High Order Thinking
Skill ini bagus untuk meningkatkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa.
2 Bagaimana Cara guru Sekarang kan PJJ ya kak jadi guru menggunakan
mengajar Terkait materi pembelajaran secara online yang memberikan
Dinasti Abbasiyah dari awal tugas pembelajaran melalui link atau google form,
hingga akhir pembelajaran ? jadi guru memberikan penjelasan terlebih dahulu
mengenai materi pada hari itu kemudian diberikan
soal-soal untuk dijawab. Kalo sumber untuk
menjawabnya bisa dari penyampaian materi yang
di berikan guru tersebut atau dari buku LKS dan
buku Paket, bisa juga dari jurnal atau artikel ka,
yang penting sumbernya harus jelas
3 Metode apa yang biasa Selama adanya wabah covid-19 metode yang
digunakan guru saat digunakan guru SKI itu metode Tanya jawab aja
pembelajaran ? ka, sama metode ceramah yang dimana guru
menjelaskan materi via voice note melalui aplikasi
104

whatsapp
4 Bagaimana evaluasi yang Sebagai evaluasi diakhir pembelajaran pada materi
dilakukan guru di akhir Dinasti Abbasiyah biasanya guru memberikan
pembelajaran pada materi tugas untuk membuat table nama-nama ilmuan
Dinasti Abbasiyah ? Muslin pada masa Dinasti Abbasiyah, kadang juga
diberi soal melalui Google Form
5 Menurut kamu, apa saja Menurut saya selama adanya wabah Covid-19,
kendala saat guru mengajar ? kendala guru dalam mengajar itu biasanya dari
jaringan yang suka ilang-ilangan kadang juga
peserta didiknya yang tidak punya kuota, susah
jaringan/sinyal dan yang lainnya, kedua, peserta
didiknya yang belum online ketika guru
memberikan materi pelajaran sehingga peserta
didik yang tidak aktif tidak bisa mengikuti
pelajaran yang sudah disampaikan oleh guru,
ketiga, guru tidak bisa menilai peserta didik secara
langsung atau tatap muka baik murid yang
sungguh-sungguh mengikuti pelajaran maupun
sebaliknya, terakhir yaitu semua materi yang
disampaikan oleh guru tidak bisa diserap dengan
baik oleh peserta didik, karna PJJ ini pasti banyak
peserta didik yang tidak memiliki kuota bahkan
tidak memiliki HP untuk belajar sehingga harus
mengehndaki belajar secara tatap muka.
105

Informan : Al-fiyah Zahra Amalia


Jabatan : Sisiwi Kelas VIII.7
Waktu : Sabtu, 29 Mei 2021
Tempat : Whatsapp
No. Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana tanggapan kamu Menurut saya pembelajaran High Order Thinking
mengenai pembelajaran High Skill adalah pembelajaran yang menantang siswa
Order Thinking Skill? untuk berfikir tingkat tinggi dan memaksa siswa
untuk berfikir kritis dan kreatif sehingga siswa
dapat memecahkan masalah dan membuat
keputusan terkait materi pelajaran yang dipelajari
2 Bagaimana Cara guru Pertama-tama guru akan memberitahu siswa untuk
mengajar Terkait materi mengisi absensi kehadiran, lalu guru akan
Dinasti Abbasiyah dari awal memberikan penjelasan materi Dinasti Abbasiyah
hingga akhir pembelajaran ? melalui Voice Note via aplikasi whatsapp lalu
untuk referensi tambahan guru akan menyuruh
siswa untuk membaca materi Dinasti Abbasiyah di
buku LKS, buku paket atau melalui artikel di
internet. Kadang guru juga menggunakan
pembelajaran discovery learning ka dimana siswa
diminta untuk berpartisipasi secara aktif dalam
mencari, memproses dan menyimpulkan suatu
materi, jadi siswa akan lebih terlatih dalam proses
pembelajaran serta siswa lebih terlatih dalam
memanfaatkan lingkungan sekitar
3 Metode apa yang biasa Metode yang digunakan banyak ka, kalo misal
digunakan guru saat tatap muka salah satu metode yang digunakan itu
pembelajaran ? Problem Solving jadi siswa diminta untuk
memecahkan masalah dan dikaitkan dengan
keadaan masa sekarang kaya misal ‘ada gak sih
106

tokoh ilmuan seperti Ibnu Sina di masa sekarang


ini?’ jadi siswa juga akan berfikir lebih kritis ka,
tapi karna sekarang sedang dilanda wabah covid-
19 jadi guru hanya pakai metode Tanya jawab dan
ceramah aja ka, sama kadang disuruh bikin mind
mapping ka
4 Bagaimana evaluasi yang Biasanya setelah guru memberikan materi dan
dilakukan guru di akhir penjelasan mengenai materi Dinasti Abbasiyah,
pembelajaran pada materi guru akan meminta siswa untuk mengisi latihan
Dinasti Abbasiyah ? soal atau ulangan harian melalui google form
5 Menurut kamu, apa saja Kendala yang utama sih sinyal kak, kadang juga
kendala saat guru mengajar ? ada beberapa siswa yang gapunya kuota, yang
kedua, siswa kurang mengerti dan kurang
memahami materi yang diberikan karna guru
hanya memberikan penjelasan melalui voice note
atau Video yang di share via whatsapp, terakhir
yaitu informasi atau materi yang diberikan kurang
lengkap sehingga siswa masih harus mencari
referensi lain melalui buku LKS, atau Buku Paket
atau di Artikel
107

Informan : Sabrina Aulia Rahma


Jabatan : Siswi kelas VIII.6
Waktu : Sabtu, 29 Mei 2021
Tempat : Whatsapp
No. Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana tanggapan kamu Pendapat saya mengenai pembelajaran High Order
mengenai pembelajaran High Thinking Skill itu memang agak sulit dari
Order Thinking Skill? pembelajaran tapi hal tersebut dapat melatih saya
agar bisa berpikir secara logika, melatih saya
untuk menganalisis sesuatu bahkan dapat melatih
saya untuk memecahkan masalah, walaupun
HOTS itu terkesan seperti ‘memaksa’ diri untuk
berpikir kritis tapi menurut saya hal tersebut
sangat bagus untuk otak agar bisa berpikir lebih
baik lagi dan dapat melihat materi pelajaran dari
berbagai sisi
2 Bagaimana Cara guru Cara guru mengajar materi Dinasti Abbasiyah
mengajar Terkait materi sangat baik, penjelasan yang disampaikan juga
Dinasti Abbasiyah dari awal sangat membantu dan lengkap, tetapi kadang
hingga akhir pembelajaran ? siswa masih harus mencari bahan penjelasan di
internet seperti artikel atau jurnal atau dari buku
LKS/Paket
3 Metode apa yang biasa Metode yang pakai beragam ka, kalo secara tatap
digunakan guru saat muka kadang guru membagi menjadi beberapa
pembelajaran ? kelompok (cooperative learning), metode problem
solving juga kadang dipakai oleh guru ka, tapi
karna sekarang PJJ jadi paling guru menggunakan
metode ceramah sama metode Tanya jawab aja ka,
karna kan kalo via online gini apa-apa jadi serba
terbatas ka, kita ga leluasa mengeluarkan pendapat
108

seperti pada pembelajaran tatap muka


4 Bagaimana evaluasi yang Evaluasi yang dilakukan biasanya dengan
dilakukan guru di akhir melakukan latihan soal / ulangan harian mengenai
pembelajaran pada materi materi Dinasti Abbasiyah melalui Google Form
Dinasti Abbasiyah ?
5 Menurut kamu, apa saja Kendalanya kadang gurunya suka telat
kendala saat guru mengajar ? memberikan materi, pasalnya saya sudah
membaca materi secara berulang kali namun guru
belum juga memberikan materi yang akan
dipelajari, kendala kedua yaitu guru menjelaskan
materi secara sempit tapi kendala kedua ini
memotivasi saya agar tidak belajar dengan satu
sumber saja sehingga ilmu yang kita punya pun
luas tidak hanya melihat dari satu sisi saja namun
dapat melihat suatu materi dengan berbagai
pandangan
109

Informan : Naila Tsabita Yasiry


Jabatan : Siswi kelas VIII.7
Waktu : Minggu, 30 Mei 2021
Tempat : Whatsapp
No. Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana tanggapan kamu Menurut saya pembelajaran High Order Thinking
mengenai pembelajaran Skill ini lebih susah di banding dengan
High Order Thinking Skill? pembelajaran biasa, walaupun ini mendorong siswa
untuk berpikir lebih luas namun masih banyak
siswa yang kurang paham, karna kan siswa diminta
untuk menganalisis sendiri pelajaran yang
diberikan, apalagi untuk siswa yang daya
berpikirnya masih rendah ini sangat sulit dan perlu
bimbingan yang lebih dari guru mata pelajaran SKI
2 Bagaimana Cara guru Cara guru mengajar materi ini sangat baik karna
mengajar Terkait materi membuat siswa tidak bosan di dalam kelas, apalagi
Dinasti Abbasiyah dari awal metode yang digunakan sangat beragam sehingga
hingga akhir pembelajaran ? tidak membuat siswa suntuk di kelas
3 Metode apa yang biasa Banyak ka, ganti ganti, kadang dengan metode
digunakan guru saat ceramah, Tanya jawab, discovery learning,
pembelajaran ? cooperative learning, tapi karna sekarang PJJ ya
metode yang digunakan hanya ceramah dan Tanya
jawab aja ka
4 Bagaimana evaluasi yang Biasanya untuk evaluasi guru sering memberi tugas
dilakukan guru di akhir yaitu merangkum materi yang dipelajari, di catat
pembelajaran pada materi point penting-pentingnya, kadang juga mengisi soal
Dinasti Abbasiyah ? harian di google form, atau kadang meminta siswa
untuk menghafal materi, direcord dan dikirim
melalui video
110

5 Menurut kamu, apa saja Karna selama ini kita PJJ jadi kendala utama nya di
kendala saat guru mengajar ? jaringan/sinyal ka.
111

Informan : Nanda Mutiara Billah


Jabatan : Siswi kelas VIII.6
Waktu : Minggu, 30 Mei 2021
Tempat : Whatsapp
No. Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana tanggapan kamu Menurut saya High Order Thinking Skill sangat
mengenai pembelajaran High baik digunakan pada saat pembelajaran karna
Order Thinking Skill? siswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran,
pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk
berpikir kritis dan kreatif jadi pola pikir siswa
akan berkembang dan lebih luas, pembelajaran ini
tidak hanya sekedar mendengar atau mencatat apa
yang diberikan guru tapi juga harus mampu
memberikan pendapatnya atau menganalisa materi
yang di pelajari. Siswa juga lebih banyak mencari
tahu tentang materi yang akan di pelajari, jadi
siswa lebih mandiri dalam belajar walau bantuan
guru terkadang diperlukan
2 Bagaimana Cara guru Sekarang kan PJJ ka, jadi pembelajaran semua
mengajar Terkait materi daring kalo untuk SKI sendiri si menggunakan
Dinasti Abbasiyah dari awal aplikasi Whatsapp jadi ada grupnya sendiri, untuk
hingga akhir pembelajaran ? cara mengajarnya saya pikir guru sudah sangat
baik dalam menyampaikan materi dan sudah
sangat jelas menjelaskannya, namun kadang
terkendala di sumbernya aja si ka soalnya kan
kadang guru menjelaskan secara sempit jadi kita
harus cari sumber melalui artikel atau jurnal
sedangkan ga semua siswa punya kuota internet
untuk searching
112

3 Metode apa yang biasa Sebenarnya kalo pembelajaran secara tatap muka
digunakan guru saat banyak ka metode yang di pakai guru, kaya missal
pembelajaran ? kita di minta membuat mind mapping pada materi
sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah, biasanya
murid paling seneng kalo diminta untuk kreatifitas
ka, kalo sekarang yang dipake ya metode Tanya
jawab ka, tapi menurut saya itu kurang efektif si
ka kalo di terapkan pada PJJ karna kita kan belajar
hanya via chat atau voice note jadi kita gabisa
leluasa untuk menganalisis pelajaran
4 Bagaimana evaluasi yang Evaluasi yang diberikan itu berupa memberikan
dilakukan guru di akhir beberapa soal melalui google form kepada siswa
pembelajaran pada materi untuk meriview apakah siswa sudah memahami
Dinasti Abbasiyah ? materi yang di pelajari atau belum
5 Menurut kamu, apa saja Menurut saya kendalanya ada di diri sendiri ka
kendala saat guru mengajar ? kaya rasa malas dalam diri yang sulit untuk
dihilangkan, apalagi pembelajaran jarak jauh, guru
kan gatau kita lagi rebahan ka, selain itu, materi
yang disampaikan kadang sulit untuk dimengerti,
dan kadang juga tidak memiliki kuota internet.
113

Lampiran 5:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan : MTs Daarul Hikmah
Mata Pelajaran : S K I ( Sejarah Kebudayaan Islam)
Materi Pokok : Jejak Peradaban DinastiAbbasiyah
Sub Materi : Memahami latar belakang berdirinya Dinasti Abbasiyah
Kelas/Semester :VIII/Ganjil
Alokasi Waktu : 2 X 40Menit

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengukuti kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran discovery
Learning, dengan metode literasi, eksperimen, praktikum, dan presentasi dengan
menumbuhkan sikap menyadari kebesaran Tuhan, sikap gotong royong, jujur, dan berani
mengemukakan pendapat, siswa dapat:
➢ Memahami proses terbentuknya Dinasti Abbasiyah
➢ Menceritakan silsilah kekhalifahan Dinasti Abbasiyah
➢ Mengidentifikasi peran para penguasa Dinasti Abbasiyah yang terkenal
➢ Mendiskusi tentang nilai-nilai positif dari Khalifah Dinasti Abbasiyah yang menonjol

B. Media, Alat/Bahan, Sumber Belajar


Media : Alat/Bahan : Sumber :
➢ Worksheet atau lembar kerja (siswa) ➢ Penggaris, spidol, papantulis ➢ LKS
➢ Lembar penilaian ➢ Laptop & infocus ➢ Buku paket
➢ LCD Proyektor ➢ internet

C. LANGKAH - LANGKAH (KEGIATAN)PEMBELAJARAN


KEGIATAN PENDAHULUAN (10 Menit)
❖ Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk memulai
pembelajaran, memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
Penguatan menyanyikan lagi nasional
Pendidikan ❖ Mengaitkan materi pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman
Karakter peserta didikterhadap materi sebelumnya, mengingatkan kembali materi
dengan bertanya.
❖ Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari materi Jejak Peradaban
Dinasti Abbasiyah yang merupakan bagian dari penyebaran kebudayaan islam
❖ Memberitahukan tentang tujuan pembelajaran, materi, kompetensi inti,
kompetensi dasar, indikator, dan KKM pada pertemuan yang sedang
berlangsung
❖ Pembagian kelompok belajar
KEGIATAN INTI ( 60 Menit)
❖ Peserta didik diberi stimulus atau rangsangan untuk memusatkan perhatian
114

pada materi Jejak Peradaban Dinasti Abbasiyah melalui pendekatan saintifik


Literasi (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ eksperimen,
mengasosiasikan mengolah informasi, mengomunikasikan)
Mengamati
Peserta didik bersama kelompoknya melakukan pengamatan dan
mengidentifikasi peran- peran penguasa Dinasti Abbasiyah yang ada di
buku paket berkaitan dengan
• Jejak Peradaban DinastiAbbasiyah
❖ Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengidentifikasi
Critical aneka pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang disajikan dan dijawab
Thinking melalui kegiatan pembelajaran tentang Jejak Peradaban Dinasti
AbbasiyahMisalnya
• Menjelaskan perkembangan peradaban/kebudayaan Islam pada masa
DinastiAbbasiyah
Siswa berlatih praktik /mengerjakan tugas halaman buku
❖ Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan,
mengumpulkan informasi, mempresentasikan ulang, dan saling bertukar
Collaboration informasi mengenai Jejak Peradaban Dinasti Abbasiyah
(Kerja Sama) ❖ Mengumpulkan data/informasi melalui diskusi kelompok atau kegiatan lain dan
menanggapi secara bersama-sama terkait materi pokokyaitu
• Peserta didik tanya jawab dengan anggota kelompoknya tentang peran
para penguasa Dinasti Abbasiyah yangterkenal
❖ Peserta didik diarahkan untuk mengumpulkan dan mengeksplorasi data dari
aneka sumber yang akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan di
Lembar Kerja Peserta Didik(LKPD)
Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok/individu
Communication ❖ Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal, mengemukakan
(Komunikasi) pendapat atas presentasi yang dilakukan tentang Latar Belakang Berdirinya
Dinasti Abbasiyah danditanggapi oleh kelompok yang mempresentasikan,
bertanya atas presentasi yang dilakukan, dan peserta didik lain diberi
kesempatan untuk menjawabnya.
Kesimpulan Pembelajaran
Creativity ❖ Guru dan Peserta didik menarik sebuah kesimpulan tentang point-point
(Kreativitas) penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan
tentang Jejak Peradaban DinastiAbbasiyah
❖ Peserta didik bertanya tentang hal yang belum dipahami atau guru
menyampaikanbeberapa pertanyaan pemicu kepada siswa berkaitan dengan
yang akan selesai dipelajari
115

PENUTUP (10 Menit)


Peserta didik ❖ Membuat rangkuman/simpulan pelajaran.tentang point-point penting yang
muncul dalam kegiatan pembelajaran yang barudilakukan.
❖ Memeriksa pekerjaan peserta didik yang selesai dan diberi paraf serta diberi
nomor urut peringkat, memberikan penghargaan pada kelompok yang memiliki
Guru kinerja dan kerja sama yang baik dalam kegiatanpembelajaran.
❖ Memberikan tugas kepada peserta didik (PR), dan mengingatkan peserta didik
untuk mempelajari materi yang akan dibahas dipertemuanberikutnya.

D. PENILAIAN PEMBELAJARAN
Tes Tertulis : Terlampir
praktek : untuk menambah pengetahuan dan pemahaman, Peserta didik diminta untuk menjelaskan
pemahaman masing- masing secara individual dan menunjukan sikap dapat mengambil ibrah
atau nilai positif dari proses berdirinya Dinasti Abbasiyah.

Mengetahui Pamulang, Juli2020


Kepala Madrasah Guru Mata Pelajaran

Dra. Hj. Sri uswati Siti Zubaidah, S.Sos.I


NIP. 197004072005012005
116

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Sekolah : MTsDaarul Hikmah Kelas/Semester : VIII / 1 KD : 3.2 dan 4.2


Mata Pelajaran : SKI Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Pertemuan ke : 1
Materi : Peradaban Emas Dinasti Abbasiyah

A. TUJUAN

Setelah mengikuti proses pembelajaran ini peserta didik diharapkan dapat;


• Menganalisis kemajuan Administrasi Pemerintahan, Militer dan Kebijakan Politik
• Menelaah Kemajuan Sosial, Ekonomi dan Budaya
• Merangkum Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
• Mendiskusikan Kemajuan Ilmu-Ilmu Agama, Seni Kesusasteraan dan Seni Arsistektur dan Pendidikan dan
Perpustakaan

B. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Media : Alat/Bahan : Sumber :


➢ Worksheet atau lembarkerja (siswa) ➢ Penggaris, spidol, papantulis ➢ LKS
➢ Lembar penilaian ➢ Laptop & infocus ➢ Buku paket
➢ LCD Proyektor ➢ internet

PENDAHULUAN • Peserta didik memberi salam, berdoa, menyanyikan lagu nasional( PPK)
• Guru mengecek kehadiran peserta didik dan memberi motivasi (yel-yel/ice
breaking)
• Guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran tentang topik yang akan
diajarkan
• Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan langkah pembelajaran
KegiatanLiterasi Peserta didik diberi motivasi dan panduan untuk melihat, mengamati, membaca dan
menuliskannya kembali. Mereka diberi tayangan dan bahan bacaan terkait materi
Kemajuan Administrasi Pemerintahan, Militer dan Kebijakan Politik
Critical Thinking Guru memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin hal yang
belumdipahami, dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat
hipotetik. Pertanyaan ini harus tetap berkaitan dengan materi Kemajuan Administrasi
KEGIATAN INTI

Pemerintahan, Militer dan Kebijakan Politik


Collaboration Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan,
mengumpulkan informasi, mempresentasikan ulang, dan saling bertukar informasi
mengenai Kemajuan Administrasi Pemerintahan, Militerdan Kebijakan Politik
Communication Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok atau individu secara klasikal,
mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan kemudian ditanggapi kembali
oleh kelompok atau individu yang mempresentasikan
Creativity Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari
117

terkait Kemajuan Administrasi Pemerintahan, Militerdan Kebijakan Politik Peserta


didik kemudian diberi kesempatan untuk menanyakan kembali hal-hal yang belum
dipahami
PENUTUP • Guru bersama peserta didik merefleksikan pengalaman belajar
• Guru memberikan penilaian lisan secara acak dan singkat
• Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya dan berdoa

C. PENILAIAN

- Sikap : Lembarpengamatan, - Pengetahuan : LK pesertadidik, - Ketrampilan: Kinerja&observasidiskusi

Mengetahui, Pamulang , Juli 2020

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Dra. Hj. Sri Uswati Siti Zubaidah,S.Sos.I

Nip. 197004072005012005
118

Lampiran 6 :
Soal Latihan Harian SKI
Kelas VIII MTs Daarul Hikmah Pamulang

1. Upaya mengalahkan Dinasti Umayyah dilatarbelakangi pemikiran tentang siaoa yang


berhak memimpin setelah Rasulullah saw meninggal dunia. Dinasti Hasyim sebagai
keturunan Rasulullah saw pernah mengemukakan hal ini. Setelah melalui proses yang
panjang akhirnya Dinasti Abbasiyah berhasil membunuh khalifah terakhir Dinasti
Umayyah. Kemudian diumumkan berdirinya Dinasti Abbasiyah. Penamaan Dinasti
Abbasiyah sendiri dikaitkan dengan nama….
e. Abbas bin Abdul Muthalib
f. Abdullah bin Abbas
g. Abu Abbas As Saffah
h. Abbas bin Abu Thalib
2. Keruntuhan Dinasti Umayyah benar-benar terjadi setelah pasukan khalifah terakhir Dinasti
Umayyah dikalahkan oleh pasukan Abu Abbas As Saffah. Kekalahan ini menjadi akhir
dari kekuasaan Dinasti Umayyah, sekaligus menjadi awal berdirinya Dinasti Abbasiyah.
Masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah adalah ….
e. 135 H/ 752 M s/d 659 H/1260 M
f. 132 H/ 750 M s/d 656 H/1258 M
g. 92 H. 661 M s/d 132 H/ 750 M
h. 90 H / 659 M s/d 130 h/ 748 M
3. Perlawanan terhadap Dinasti Umayyah serta proses pembentukan Dinasti Abbasiyah
berjalan pelan tapi pasti, karena mengalami beberapa fase diantaranya terhadap Dinasti
Umayyah yang dipimpin oleh Ali Abdullah bin Abbas. Gerakan perlawanan pada fase ini
disebut ….
e. Fase pembentukan opini
f. Fase memasuki wilayah kekuasaan
g. Fase pengokohan kekuatan public
h. Fase pendirian dan pembentukan organaisasi
4. Perhatikan pernyataan berikut !
1. Dinasti Umayyah telah lama berkuasa sehingga layak untuk diganti
2. Dinasti Abbas merasa paling berhak menjadi Khalifah karena keluarga dekat Nabi
119

3. Dinasti Abbas merasa paling kuat karena mendapat dukungan dari Dinasti Hasyim
4. Kekecewaan Dinasti Abbas terhadap pemerintahan Dinasti Umayyah
Pernyataan diatas yang merupakan latar belajang Dinasti Abbasiyah terdapat pada nomor
……
a. 1 dan 2
b. 2 dan 4
c. 2 dan 3
d. 3 dan 4
5. Abdullah bin Muhammad Bin Ali atau Abu Abbas As saffah adalah khalifah pertama
Dinasti Abbasiyah. Beliau dikenal dengan khalifah yang bermoral tinggi dan memiliki
kesetiaan yang mendalam. Selain itu, beliau juga sangat dihormati kerabatnya dan disegani
lawannya. Beliau diberi gelar as Saffah yang artinya …
a. Pembunuh bayaran
b. Pengalir darah
c. Tangan besi
d. Pembantai pemberontakan
6. Dinasti Abbasiyah berdiri selama lima abad. Selama kurun waktu yang cukup lama
tersebut, Dinasti Abbasiyah telah dipimpin oleh 37 orang khalifah. Berdasarkan silsilah
khalifah Dinasti Abbasiyah yang menjadi bapak dari semua khalifah Dinasti Abbasiyah
adalah…
a. Abu Ja’far Al Mansur
b. Harun Ar Rasyid
c. Abu Abbas As Saffah
d. Abdullah al Makmun
7. Masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah yang cukup lama yaitu sekitar lima setengah abad,
terbagi kedalam lima periode. Kondisi umat islam pada periode pertama adalah ….
a. Wilayah kekuasaan umat islam semakin luas
b. Stabilitas keamanan mulai menurun
c. Umat islam mencapai puncak keemasan
d. Umat islam dikuasai oleh dinasti Buwaihi
8. Abu Ja’far al Mansur menunjukkan minat dan perhatian yang besar terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan penyalinan literature Iran dan Irak, Grik serta Siryani
dilakukan secara besar-besaran. Al Mansur mendorong usaha menerjemahkan buku-buku
120

pengetahuan dari kebudayaan asing ke bahasa Arab. Salah satu bukti kemajuan ilmu
pengetahuan pada masanya Al Mansur mendirikan sebuah perguruan tinggi yang bernama
….
a. Daarul Hikmah
b. Al Mustansiriyah
c. Nudzamiyah
d. Baitul Hikmah
9. Perhatikan pernyataan berikut!
1. Mendorong pembukuan buku-buku agama
2. Mengirim utusan ke luar Arab untuk mendapatkan karya ilmiyah Yunani Kuno
3. Melibatkan para ilmuwan dan budayawan dalam pengambilan kebijakan
4. Menjadikan bahasa arab sebagai bahasa pengantar di Madrasah dan perguruan tinggi
Dari pernyataan di atas yang merupakan usaha Harun Ar Rasyid untuk memajukan ilmu
pengetahuan dotunjukkan oleh nomor…
a. 1 dan 3
b. 1 dan 4
c. 2 dan 3
d. 3 dan 4
10. Perekonomian Dinasti Abbasiyah digerakan oleh perdagangan dan pertanian. Diberbagai
wilayah kekuasaannya, kegiatan industry semakin meningkat. Untuk mendukung kegiatan
perdagangan tersebut, Dinasti Abbasiyah telah menggunakan uang dinar sebagai alat tukar.
Pada sisi belakang uang dinar tersebut tertulis kalimat Allah Ahad, Allah Al Samad, Lam
yalid wa Lam Yulad. Khalifah Dinasti Abbasiyah yang pertama kali menggunakan uang
dinar tersebut adalah …
a. Abu Ja’far al Mansur
b. Abu Abbas As Saffah
c. Harun Ar Rasyid
d. Abdullah Al Makmun
121

Lampiran 7: Kegiatan wawancara

Kegiatan Pembelajaran online melalui Whatsapp

Kegiatan Evaluasi
122

Kegiatan Muhadoroh setiap Jum’at Pagi

Kegiatan perlombaan antar kelas (ATLAST)


123

Lampiran 8
KEMENTERIAN AGAMA No. Dokumen : FITK-FR-AKD-082
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK FORM (FR) No. Revisi: : 01
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
Nomor : B- 0555 /F1/KM.01.3/IV/2021 Jakarta, 1 April 2021
Lamp. : -
Hal : Permohonan Izin Penelitian

Kepada Yth.,
Kepala Sekolah MTs
Daarul Hikmah di-
tempat

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Dengan hormat kami sampaikan bahwa:
Nama : Iffah Nisrina
NIM : 11160110000089
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Semester : 10 (sepuluh)
Judul Skripsi : “PENERAPAN PEMBELAJARAN HIGH ORDER THINKING
SKILL(HOTS) PADA MATA PELAJARAN SKI DI MTs DAARUL
HIKMAH PAMULANG”
adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang
sedang menyusun Skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di
instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.
Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut
melaksanakan penelitian dimaksud.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
A.n. Dekan,
Kajur Pendidikan Agama Islam

Tembusan : Drs. Abdul Haris. M. Ag.


1. Dekan FITK NIP. 19660001 199503 1 001
2. Wakil Dekan Bidang Akademik
3. Mahasiswa yang bersangkutan
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134

BIODATA PENULIS
Iffah Nisrina, lahir di tangerang, 31 Juli 1999. Penulis tinggal di Provinsi Jawa Barat
tepatnya di Bogor. Penulias memulai pendidikan di SDN Mulyasari pada tahun 2004-
2010. Penulis melanjutkan Pendidikan ketingkat Madrasah Tsanawiyah pada tahun
2010-2013 di MTs Pembangunan Nurul Islam, kemudian melanjutkan ke tingkat
Sekolah Menengah kejuruan pada tahun 2013-2016 di SMK N 3 Tangerang Selatan.
Setelah lulus SMK penulis melanjutkan kuliah Strata 1 (S1) pada tahun 2016 di
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, mengambil program studi
Pendidikan Agama Islam. Pada saat mengikuti masa perkuliahan ada banyak hal yang
penulis dapatkan terutama dalam hal organisasi yaitu kegiatan yang diadakan fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yaitu tarian saman di POSTAR (Pojok Seni Tarbiyah).

Anda mungkin juga menyukai