Anda di halaman 1dari 13

Nama : Cindy Simanungkalit

Semester /Thn Akdm : Genap. 2020/ 2021.  


Jurusan /Grup  : Manajemen / A3. (pagi)
Dosen Pengampu : Sindy Asrika
Mata Kuliah      : Pengantar Manajemen

1. Jelaskan tentang pendekatan klasik, pendekatan kuantitatif, pendekatan perilaku dan


pendekatan kontemporer! Serta bagaimana pendekatan tersebut berpengaruh dalam
perkembangan sejarah manajemen?
Jawaban:
Pendekatan klasik adalah kajian awal manajemen yang berfokus pada rasionalitas dan berusaha
menjadikan organisasi dan para pekerja berfungsi seefisien mungkin. Menurut Frederick W.
Taylor Manajemen Ilmiah adalah Penggunaan metode metode Ilmiah guna mendefinisikan satu
cara terbaik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan
Pendekatan kuantitatif memberikan sumbangan penting terutama dalam perencanaan dan
pengendalian.Sebagai contoh, model CPM bermanfaat untuk perencanaan dan pengen dalian
proyek. Pendekatan tersebut juga membantu memahami persoalan manajemen yang kompleks
Pendekatan perilaku merupakan pendekatan yang percaya bahwa jika manajer berfokus pada
karyawan bukan pada produksi mekanistik, maka pekerjaan menjadi lebih puas dan dengan
demikian, lebih produktif
Pendekatan kontemporer dalam manajemen merujuk pada pendekatan yang dilakukan melalui
2 konsep, yakni konsep sistem dan konsep situasional. Dalam hal ini pengembangan konsep
sistem dan konsep situasional juga ikut dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi
2. Carilah 2 contoh kasus tentang CSR! Bagaimana cara anda mengatasi kasus tersebut
jika anda manajer dari perusahaan yang bersangkutan?
Jawaban:
Kasus I
PT PLN (Persero).

PLN telah “berkomitmen menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat, mengupayakan tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi dan
menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan”, PLN bertekad menyelaraskan
pengembangan ketiga aspek dalam penyediaan listrik, yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan.

Untuk itu, PLN mengembangkan Program Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai wujud
nyata dari Tanggungjawab Sosial Perusahaan Wewenang dan tanggung jawab Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) PT
PLN (Persero), mencakup di antaranya:

 Menyusun dan melaksanakan kebijakan pemberdayaan masyarakat di lingkungan


perusahaan sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan dan CSR dengan
lingkup kegiatan Community relation, Community Services, Community Empowering dan
Pelestarian alam.
 Menyusun dan melaksanakan program kepedulian sosial perusahaan.
 Menyusun dan melaksanakan program kemitraan sosial dan bina UKM dan peningkatan
citra perusahaan.
 Memastikan tersedianya dan terlaksananya program pelestarian alam termasuk
penghijauan dan upaya pengembangan citra perusahaan sesuai dengan prinsip Good
Corporate Governance.

Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahan (CSR) :

a) Community Relation

Kegiatan ini menyangkut pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan informasi


kepada para pihak yang terkait. Beberapa kegiatan yang dilakukan PLN antara lain:
melaksanakan sosialisasi instalasi listrik, contohnya melalui penerangan kepada pelajar SMA di
Jawa Barat tentang SUTT/SUTET, dan melaksanakan sosialisasi bahaya layang-layang di
daerah Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur.

b) Community Services

Program bantuan dalam kegiatan ini berkaitan dengan pelayanan masyarakat atau kepentingan
umum. Kegiatan yang dilakukan selama tahun 2011, antara lain memberikan :

 Bantuan bencana alam.


 Bantuan peningkatan kesehatan di sekitar instalasi PLN, antara lain di Kelurahan
Asemrowo, Surabaya yang berada di sekitar SUTT 150kV Sawahan-Waru.
 Bantuan sarana umum pemasangan turap untuk warga pedesaan di Kecamatan Rumpin
– Kabupaten Bogor, Jawa Barat serta bantuan pengaspalan jalan umum di Bogor –
Buleleng, Bali.
 Bantuan perbaikan sarana ibadah.
 Operasi Katarak gratis di Aceh, Pekanbaru, Jawa Barat, dan kota lainnya di Indoenesia
 Bantuan Sarana air bersih.

c) Community Empowering

Kegiatan ini terdiri dari program-program yang memberikan akses yang lebih luas kepada
masyarakat untuk menunjang kemandiriannya. Kegiatan yang dilakukan  antara lain:

1. Bantuan produksi dan pengembangan pakan ikan alternatif di sekitar SUTET, bekerja
sama dengan Fakultas Pertanian UGM.
2. Bantuan alat pertanian kepada kelompok tani Ngaran Jaya Kabupaten Kulonprogo,
Jawa Tengah.
3. Bantuan pengembangan budi daya pertanian pepaya organik untuk komunitas di sekitar
Gunung Merapi Yogyakarta yang bekerja sama dengan Fakultas Pertanian UGM.
4. Bantuan pengembangan pola tanam padi SRI produktivitas tinggi
5. Bantuan pelatihan pengembangan budi daya tanaman organik di sekitar instalasi PLN
6. Pemberdayaan anggota PKK Asemrowo, Surabaya.
7. Program budi daya jamur tiram masyarakat Desa Umbul Metro, Lampung.
8. Bantuan Pelatihan budidaya rumput lain di Kalimantan Timur
9. Bantuan Pelatihan kelompok tani tambak ikan tawar Danau Sentani, Papua
10. Pelatihan manajemen UKM dan Kiat-kiat pengembangan UKM di Papua
11. Pelatihan manajemen pemasaran dan keuangan bagi pengrajin souvenir khas Papua
12. Penyuluhan pertanian untuk petani di Genyem, Papua
13. Pemberian bibit coklat masyrakat dibawah ROW P3B Sumatera

ANALISIS:

Menurut saya keputusan manajemen perusahaan untuk melaksanakan program-program CSR


secara berkelanjutan, pada dasarnya merupakan keputusan yang rasional. Sebab implementasi
program-program CSR akan menimbulkan efek lingkaran emas yang akan dinikmati oleh
perusahaan dan seluruh stakeholder-nya. Melalui CSR, kesejahteraan dan kehidupan sosial
ekonomi masyarakat lokal maupun masyarakat luas akan lebih terjamin. Kondisi ini pada
gilirannya akan menjamin kelancaran seluruh proses atau aktivitas produksi perusahaan serta
pemasaran hasil-hasil produksi perusahaan. Sedangkan terjaganya kelestarian lingkungan dan
alam selain menjamin kelancaran proses produksi juga menjamin ketersediaan pasokan bahan
baku produksi yang diambil dari alam.
Bila CSR benar-benar dijalankan secara efektif maka dapat memperkuat atau meningkatkan
akumulasi modal sosial dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Modal sosial,
termasuk elemen-elemennya seperti kepercayaan, kohesifitas, altruisme, gotong royong,
jaringan dan kolaborasi sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi.
Melalui beragam mekanismenya, modal sosial dapat meningkatkan rasa tanggung jawab
terhadap kepentingan publik, meluasnya partisipasi dalam proses demokrasi, menguatnya
keserasian masyarakat dan menurunnya tingkat kekerasan dan kejahatan

Tanggung jawab perusahaan terhadap kepentingan publik dapat diwujudkan melalui


pelaksanaan program-program CSR yang berkelanjutan dan menyentuh langsung aspek-aspek
kehidupan masyarakat. Dengan demikian realisasi program-program CSR merupakan
sumbangan perusahaan secara tidak langsung terhadap penguatan modal sosial secara
keseluruhan. Berbeda halnya dengan modal finansial yang dapat dihitung nilainya kuantitatif,
maka  modal sosial tidak dapat dihitung nilainya secara pasti. Namun demikian, dapat
ditegaskan bahwa pengeluaran biaya untuk program-program CSR merupakan investasi
perusahaan untuk memupuk modal sosial.
Kasus II

PERUSAHAAN NIKE
Di awal-awal tahun, perusahaan Niketidak memiliki sumber dana untuk membeli sebuah
pabrik atau mempekerjakan banyak karyawan. Modal yang dimiliki oleh Knight sangat kecil dan
ia tidak bisa membeli sepatu dari Asia. Sebenarnya Nike termasuk hollow corporation karena
tidak memiliki pabrik manufacture sendiri, Nike hanya perantara antara supplier dengan retailer.
Nike fokus pada menemukan inovasi sepatu terbaru. Kombinasi dari pekerja yang murah
dan perkembangan pasar yang baik memungkinkan perusahaan untuk bersaing dalam research
and development. Di awal 80-an, Nike menjadi produsen sepatu atletik nomor 1 di dunia. Untuk
memastikan bahwa supplier Nike memiliki kualitas yang tinggi, Knight menuntut mereka untuk
mempunyai hubungan dengan perusahaan lainnya. Jika supplier percaya dan bekerja sama
dengan Nike, Knight memastikan bahwa mereka akan puas dengan dirinya sendiri. Kemudian
jika salah satusupplier menjadi sangat mahal, Nike bisa mengganti supplier dengan tetap
menjaga kualitas yang ditetapkan.
Ditahun 1983, orang kepercayaan Knight melakukan kesalahan dalam pengelolaan Nike.
Si pelaksana ini melihat celah untuk ekspansi ke pasar sepatu biasa. Data statistic mereka
menunjukkan hampir 90 % pembeli sepatu Nike tidak menggunakan sepatu tersebut untuk
atletik. Mereka percaya bahwa sepatu casual akan diterima lebih baik oleh konsumen.
Sayangnya, hal tersebut salah. Pendatang baru, Reebok, berkembang karena sepatu aerobic dan
mengambil posisi Nike sebagai produsen sepatu atletik nomor satu, berdampak pada Nike untuk
memberhentikan 350 karyawannya. Melihat perusahaannya mengalami kekacauan, Knight
kembali ke posisinya. Knight memutuskan untuk mendapatkan kembali posisi produsen sepatu
nomor satu melalui kecepatan penjualannya. Seperti biasanya, Nike memiliki anggaran iklan
yang sangat kecil, kebanyakan dari promosinya dilakukan oleh para pengecernya. Knight
sekarang mengubah pendekatannya dengan kampanye “Just Do It” lewat televisi nasional dan
majalah. Di bawah image baru Knight, superstar seperti Michael Jordan dan Bo Jackson
memberi merek sepatunya sendiri, kampanye “Air Jordan” dan “Bo Knows” menunjukkan pada
konsumen bahwa atlet terbaik di dunia memakai Nike.
Bagaimanapun suksesnya Nike, mereka akan selalu menghadapi kompetisi. Reebok
adalah industri nomor dua yang selalu menunggu kesempatan untuk menjadi nomor satu lagi.
Jaringan supply di Asia sekarang digunakan oleh pesaing Nike, tidak lama setelah perusahaan
mendapat keuntungan produksi. Jika Nike melanjutkan perkembangannya, Phil Knight dan
staffnya harus melanjutkan untuk mengembangkan inovasi sepatu terbaru yang sesuai dengan
image atletik.
 PERMASALAHAN
Nike adalah produsen sepatu nomor satu di dunia. Dengan permodalan yang sedikit, Nike
tidak mampu untuk membuat iklan untuk produknya. Nike kemudian hanya menggunakan image
dari atlet terkenal untuk menarik minat konsumen. Selain itu untuk menekan biaya yang besar,
Nike membeli sepatu dari supplier Asia. Para pekerja Asia yang terkenal murah bisa menekan
harga yang ditawarkan supplier sehingga Nike bisa membeli dengan harga yang lebih murah.
Sebagai contoh adalah supplier Nike yang berasal dari Indonesia yaitu PT.Pratama Abadi
Industri. PT. Pratama Abadi Industri adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur
sepatu lari (running shoes). Perusahaan ini memproduksi berbagai tipe running shoes  dalam
berbagai jenis ukuran baik untuk anak-anak maupun orang  dewasa. Spesifikasi dari tiap tipe
sepatu telah diberikan oleh pihak  Nike untuk kemudian diproduksi oleh PT. Pratama abadi
Industri  sesuai dengan syarat spesifikasi yang telah ada. Hasil produksi yang telah dihasilkan
oleh PT. Pratama abadi  Industri, tidak boleh dipasarkan di dalam negeri. Semua hasil
produksi  yang telah ada merupakan hak dari pihak Nike yang ada di Beverton  (USA) untuk
kemudian akan diekspor lagi ke negara lain, seperti  Perancis, swedia, India, Belgia,  Kanada,
USA, Afrika Selatan,  Argentina, Uruguay, Chillie.
Nike sangat memegang kendali karena mempunyai hak untuk memutuskan kerjasama
bila harga dari supplier terlalu mahal, hal ini bisa berdampak buruk bagi pekerja karena mereka
tidak bisa menuntut kehidupan yang lebih baik dengan peningkatan tunjangan pekerja otomatis
akan menambah biaya produksi yang mengakibatkan harga yang lebih mahal.Seperti yang terjadi
di China, Vietnam, Indonesia dan Meksiko. Nike dikritik karena berusaha menutupi kondisi
kerja yang buruk serta eksploitasi buruh. Nike juga adalah perusahaan besar yang tidak memiliki
pabrik. Karena mereka lebih senang untuk outsourcing kebutuhan-kebutuhan mereka terutama
kepada sektor informal, ataupun perusahaan lainnya, sehingga mengefisienkan dan
meminimalisir ongkos produksi.
Knight tidak mampu mendelegasikan tugas dengan baik, sehingga di tahun 1983 Nike
mengalami kemunduran karena tidak tepatnya perencanaan dari pelaksana yang dipercaya oleh
Knight waktu itu. Waktu itu pengelola yang dipercaya Knight mengubah image Nike dari sepatu
atletik menjadi sepatu kasual. Padahal saingannya Reebok lebih dahulu mengembangkan sepatu
untuk aerobik, sehingga konsumen lebih percaya pada Reebok. Nike membutuhkan perencanaan
baru untuk mengembalikan posisi Nike sebagai produsen sepatu nomor satu dengan penjualan
yang secepatnya.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
ANALISIS
Strategi Nike dalam membuat image yaitu dengan mensponsori seorang atlet atau suatu
klub olahraga sehingga akan timbul image bahwa Nike dipakai oleh para atlet terkenal, hal ini
tidak dilakukan oleh saingannya seperti Reebok yang justru hanya mensponsori suatu event
olahraga saja. Disinilah pembuktian kekuatan merek dagang. Banyaknya masalah ataupun
konflik yang terpublikasi, tidak akan membuat kosumen beralih ke merek lain. Hal ini karena
ikatan psikologis antara Nike dengan konsumen fanatiknya telah terjadi, selebihnya, biarlah
konsumen yang menilai.
Krisis yang dialami Nike pada tahun 1983 tak lepas dari proses pertumbuhan organisasi.
Menurut Lary Greiner ada 5 tahap pertumbuhan organisasi, 1) kreativitas, 2) pengarahan, 3)
pendelegasian, 4) koordinasi, dan 5) kerja sama. Nike mengalami krisis disaat tahap
pendelegasian dimana Knight tidak melakukan kontrol yang ketat sehingga keputusan
bawahannya membawa dampak bagi Nike. Knight kemudian melakukan terobosan kilat untuk
membentuk kembali brand image dari Nike. Menurut Agyris “intervensi merupakan suatu
aktivitas masuk ke dalam sistem relationship yang berjalan, baik diantara individu, kelompok,
maupun organisasi, dengan tujuan membantu menuju suatu perubahan yang sukses” Dalam
intervensi, terkadang perlu mendatangkan konsultan dari luar organisasi, tetapi intervensi
terbanyak dapat dilakukan oleh managemen internal. Apa yang dilakukan oleh Knight
merupakan intervensi dari manajemen internal. Marketing differentiation strategy mencoba
menciptakan kesetiaan para pelanggan dengan cara memenuhi kebutuhan tertentu secara khusus.
Organisasi tersebut mencoba menciptakan kesan yang menguntungkan bagi produk-produknya
melalui iklan, segmentasi pasar, dan harga yang bersaing. Hal tersebut salah satu strategi yang
dilakukan oleh Knight dengan menciptakan produk baru sesuai kebutuhan konsumen yang tidak
lepas dari image olah raga.
Nike sebenarnya memiliki posisi yang sedikit lemah bila dihadapkan dengan retailer.
Keuntungan Nike didapat dari penjualan ke retailer. Retailer tentunya akan bersaing dengan
retailer lain dengan harga termurah, hal ini dapat mengancam Nike karena dengan hal tersebut
maka retailer akan menekan Nike untuk menjual sepatunya dengan lebih murah.
Etis dan tidak etisnya Nike menggunakan supplier Asia sehingga mereka saling bersaing
tidaklah dapat dipandang dari hanya salah satu sudut pandang saja. Pada intinya dengan sistem
semacam tender ini maka akan tercipta persaingan, kompetisi untuk menjadi lebih baik sehingga
akan meningkatkan motivasi pekerja. Dengan kualitas yang sama tetapi berbeda harga. Dari
sudut pandang pekerja hal ini bisa menjadi sebuah ancaman tersendiri. Pekerja akan dituntut
untuk bekerja lebih giat demi untuk meningkatkan jumlah produksi sehingga bisa terjadi para
pekerja bekerja di luar jam kerja yang semestinya. Dengan adanya kebijakan dari Nike yang
berhak memutuskan kerja sama bila supplier menaikkan harga terlalu tinggi dapat
mengakibatkan supplier menggunakan tenaga kerja anak-anak agar biayanya lebih murah. Isu ini
muncul di Pakistan, bahwa Nike mengambil sepatu dari Pakistan yang dibuat oleh anak-anak
pekerja di bawah umur.
 
 
 
 
 
 
 
Apabila supplier dari Amerika atau Australia. Hal ini bisa berdampak bagi Nike maupun
bagi konsumen. Bagi Nike ini merupakan mimpi buruk karena tentunya tidak akan ada pekerja
yang murah, harga jual dari supplier akan lebih tinggi karena biaya produksi yang lebih tinggi
bila diproduksi di Amerika atau Australia. Bagi konsumen ada dua kemungkinan yang akan
terjadi. Yang pertama, akan timbul kepercayaan lebih karena produk dibuat di Amerika atau
Australia yang sangat memperhatikan kualitas. Yang kedua, tidak akan terlalu berdampak karena
konsumen percaya pada Nike melakukan kontrol pada supplier Asia sehingga mutunya akan
dianggap sama saja dengan buatan Amerika. Peran Phill Knight tentunya sangat besar dalam
mengembangkan Nike hingga saat ini. Dengan gaya kepemimpinannya, dengan solusinya yang
cepat dan tepat saat menghadapi krisis Nike di tahun 1983 membuat Nike dapat bertahan dan
mampu menempati posisi nomor satu lagi sebagai produsen sepatu di dunia. Membicarakan
keberhasilan Nike tidak lepas dari Bill Bowerman, co-founder Nike. Bowerman sangat berjasa
dalam mendirikan Nike, ide untuk memberi semacam karet di sepatu olahraga datang darinya
yang disebut waffle sole. Bowerman jugalah yang memiliki ide untuk memberi karet pada
lintasan lari. Pada awalnya Bowerman beserta Knight menjual sepatu yang dibuat oleh
Bowerman menggunakan latex, leather, glue dan waffle iron istrinya. Saat itu mereka
memproduksi 330 pasang sepatu.

3. Jelaskan dan jabarkan jenis-jenis perencanaan berdasarkan jangkauan, kerangka


waktu, spesifisitas dan frekuensi penggunaan!
a. Pembagian Perencanaan Berdasarkan Luas Jangkauan

Pembagian ini dibedakan menjadi perencanan makro (atau disebut juga perencanaan
institusional) dan perencanaan mikro. Perencanaan Makro adalah perencanaan yang bersifat
menyeluruh, umum dan bersifat nasional. Contohnya perencanaan provinsi, kabupaten yang
disebut perencanaan daerah yang bersifat makro. Perencanaan Mikro adalah perencanaan yang
mempunyai lingkup yang terbatas, yaitu perencanaan suatu institusi, misal universitas atau
sekolah. Perencanaan mikro ini lebih terinci karenanya menjadi lebih konkrit.

b.berdasarkan kerangka waktu


Perencanaan Dimensi Waktu

 Perencanaan Jangka Panjang

Perencanaan ini meliputi jangka waktu hingga 10 tahun keatas dalam perencanaan ini belum di
tampilkan sasaran sasaran yang bersifat kuantitatif tetapi lebih kepada proyeksi atau perspektif
atas keadaan ideal yang di inginkan dan pencapaian keadaan yang bersifat pundapental. Cohtoh ,
Propenas

 Perencanaan Jangka Menengah


Jangka waktunya 3 sampai 8 tahun.  Di Indonesia umunya 5 tahun. Ini merupakan penjabaran
atau uraian perencanaan jangka panjang, walaupun perencanaan jangka menengah ini masih
bersifat umum tetapi sudah di tampilkan sasaran yang di proyeksikan secara kuantitatif. Contoh,
Propeda
 Perencanaan Jangka Pendek
Jangka waktunya 1 tahun. Perencanaan ini di sebut juga perencanaan operasional tahunan .
contoh ,proyek- proyek
 Perencanaan Dimensi Spasial
Merupakn perencanaan yang memiliki kararkter yang terkait dengan ruang dan batasan wilayah.
Darai dimesi spasial ini dikenal Perencanaan Nasional, Perencanaan Regional, Perencanaan Tata
Ruang, dan Tatat Tanah
 Perencanaan Nasional
Suatu Proses penyusunan perencanaan berskala nasional sebagai konsensus dan komitmen
seluruh rakyat Indonesia yang terarah terpadu dan menyeluruh untuk mencapai masyarakat yang
adil dan makmur memperhitungkan dan memanfaatkan sumber daya nasional dan
memperhatikan perkembangan internasional. Contoh, Propenas dan perencanaan pendidikan
nasional
 Perencanaan Regional
Pilihan antar sector dan hubungan antar sector dalam suatu wilayah atau daerah sehingga disebut
juga sebagai perencanaan daerah ataou wilayah. contoh ,Propeda, perencanaan pendidikan  di
provinsi, Kabupaten/Kota
 Perencanaan Tata Ruang
Perencanaan yang mengupayakan pemanfaatan fungsi kawasan tertentu, mengembangkan secara
seimbang, baik secara ekologis, geografis, maupun demografis. Contoh, Perencanaan tata ruang
kota, perencanaan permukiman, perencanaan daerah transmigrasi, dan proyek proyek
c.berdasarkan spesifitas
Perencanaan berdasarkan spesifisitas terdari dari dua yaitu:
Rencana spesific adalah rencana yang didefinisikan secara jelas dan tidak memberikan ruang
bagi interpretasi.
Rencana fleksibel yang menentukan panduan umum, memberikan fokus tetapi tidak membatasi
manajer padaa tujuan spesifikasi atau serangkaian tindakan
Perencanaan berdasarkan frekuensi penggunaan , dibagi menjadi dua yaitu:
Rencana sekali pakai adalah rencana satu kali yang secara spesific didisain untuk memenuhi
kebutuhan dalam situasi yang unik.
Rencana siaga adalah rencana berkelanjutan yang memberikan panduan untuk aktivitas yang
dilakuka

d.berdasarkan frekuensi penguna


 Berdasarkan Frekuensi Penggunaan
·         Rencana sekali pakai
Rencana yang digunakan sekali saja yang secara khusus dirancang untuk memenuhi kebutuhan
situasi yang unik
·         Rencana terus-menerus
Rencana yang berkesinambungan yang menjadi pedoman bagi kegiatan-kegiatan yang dilakukan
secara berulang-ulang
4. Mengapa pembuatan keputusan sering kali digambarkan sebagai inti pekerjaan manajer?
Bagaimana budaya organisasi dapat mempengaruhi cara manajer membuat keputusan?
Jawaban:
- Pengambilan keputusan sangat penting dalam manajemen dan merupakantugas utama dari
seorang pemimpin (manajer). Pengambilan keputusan (decisionmaking) diproses oleh
pengambilan keputusan (decision maker) yang hasilnyakeputusan (decision).
Karena pembuatan keputusan adalah inti pekerjaan manajer yang juga merupakan
tanggung jawab dari manajer, karena dari pengambilan keputusan yang dilakukan
seorang manajer akan mempengaruhi jalannya suatu organisasi
- Budaya organisasi dapat mempengaruhi cara manajer membuat
keputusan karena budaya organisasi merupakan persepsi dan seorang manajer akan
dipengaruhi oleh persepsi tersebut, tentang apa yang ia lihat, dengar dan alami menjadi bahan
bagi seorang manajer untuk mengambil keputusan
5. Studi kasus : Membuat anda berkata “Wah”
Bila anda mendengar nama The Ritz-Carlton Hotels, apa yang pertama kali terbayang di
benak anda? Mewah? Elegan? Resmi atau bahkan kaku? Jauh diluar kemampuan keungan
saya? Tiga kata yang diharapkan oleh Ritz-Carlton untuk selalu dilekatkan pada diri mereka
adalah pelayanan pelanggan jempolan (exemplary customer service). Ritz-Carlton telah
berkomitmen untuk memperlakukan para pelanggannya bak raja. Perusahaan ini memiliki
salah satu budaya paling berkelas di dalam industri perhotelan, dan mereka menyebut para
karyawan sebagai “pria dan wanita terhormat” (ladies and gentlemen). Motto perusahaan itu
tertera pada kartu tanda penganal yang dikenakan oleh setiap karyawan: “We are Ladies and
Gentlemen serving Ladies and Gentlemen”. Para pria dan wanita terhormat dari Ritz-Carlton
ini telah digembleng dengan pelatihan ketat untuk menguasai standar pelayanan kelas satu.
Standar-standar ini dibuat dan telah dikembangkan selama lebih dari satu abad lamanya oleh
sang pendiri, Caesar Ritz dan August Escoffier. Para karyawan Ritz-Carlton secara terus
menerus dibina dan diasah dengan berbagai pengetahuan serta nilai yang terkandung dalam
budaya perusahaan. Setiap apel pagi selama 15 menit di setiap hotel dan resort milik
perusahaan, manajer akan berulang ulang menegaskan nilai-nilai perusahaan dan meninjau
kembali teknik-teknik pelayanan pelanggan. Nilai-nilai ini menjadi dasar bagi pelatihan dan
penilaian kinerja karyawan. Tak ada hal yang boleh terlewatkan dalam soal memberikan
pelayanan kepada pelanggan jempolan. Selama proses rekrutmen, para calon karyawan akan
diuji untuk mengetahui kecocokannya dengan budaya kerja semacam itu, selain apakah
mereka memang memiliki sifat pembawaan yang senang memberikan pelayanan. Salah
seorang eksekutif perusahaan ini menyatajan “ senyuman harus muncul secara alami”.
Meskipun pera staf dituntut untuk bersikap ramah dan peduli pada setiap kebutuhan tamu,
perilaku mereka terhadap tamu selama ini sangat mendetail dan kaku. Itulah sebabnya
mengapa falsafah pelayanan pelanggan yang baru telah diterapkan pada pertengahan tahun
2006 yang lampau, yang secara radikal meninggalkan cara-cara lama yang biasanya
dijalankan Ritz-Carlton dalam melayani pelanggan.
Pendekatan baru tersebut dapat dikatakan hampir merupakan kebalikan dari apa yang selama
ini dilakukan perusahaan: jangan menginstruksikan kepada para karyawan bagaimana
mereka harus membuat senang para tamu. Mereka harus mengetahui sendiri caranya. Diana
Oreck, vice president perusahaan itu mengatakan “ kami telah meninggalkan pendekatan
lama yang sangat detail dan kaku layaknya resep obat, dan kini kami beralih ke pendekatan
pengelolaan hasil”. Akan tetapi hasil yang dimaksud tidak berubah. Sasarannya tetap saja
para tamu yang merasa senang dan berucap “wow” ketika menerima pelayanan yang
diberikan. Namun dengan pendekatan baru ini, interaksi para staf dengan tamu menjadi lebih
alami, santai dan otentik ketimbang terkesan seolah-olah mengulangi kata-kata yang ada di
dalam buku manual.
a. Menurut anda, menagapa jenis budaya semacam ini penting bagi sebuah perusahaan hotel
mewah? Apa kelemahan yang mungkin ada pada budaya semacam ini?
JAWABAN:
- Dengan memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan, anda akan ikut mendapatkan
keuntungan yang luar biasa bagi bisnis anda. Karena pelanggan tidak hanya melihat kualitas dari
produk yang anda tawarkan, namun mereka juga melihat cara anda bersikap kepada mereka, baik
atau buruk budaya yang diterapkan itu akan banyak disenangi masyarakat dan membuat mereka
betah dengan itu.
Budaya organisasi di The Ritz-Calton adalah dengan menyebut para
karyawan dan staf itu dengan sebutan para wanita dan pria terhormat. Yang
memiliki arti dan yang bermaksud bahwa tidak mudah untuk bisa menjadi
karyawan didalam perusahaan tersebut, yaitu mereka para karyawan
digembleng dengan pelatihan ketat dan pembinaan secara terus-menerus
untuk menguasai standar-standar pelayanan pelanggan kelas satu, sehingga
dapat memuaskan pelayanan para tamu.
Budaya semacam ini penting dalam perusahaan hotel mewah karena agar
mendapat perhatian khusus atau nilai lebih dimata para pelanggan, sehingga
tidak disamakan dengan perusahaan hotel biasa, baik itu dari segi pelayanan,
kenyamanan dan unsur lainnya. Dan juga dengan adanya budaya ini, akan
terlihat perbedaan profesionalitas yang tinggi yan ditunjukkan para karyawan
The Ritz-Calton dalam melayani para tamu.
Kelemahan dari budaya perusahaan ini menurut saya adalah, dengan para
karyawan yang secara terus-menerus mendapat binaan dan pelatihan ketat
yang berdasarkan buku manual, maka akan terlihat terlalu kaku dan sangat
mendetail sesuai pelatihan yang diberikan. Jadi para karyawan hanya dapat
sedikit berkembang
Budaya organisasi di The Ritz-Calton adalah dengan menyebut para
karyawan dan staf itu dengan sebutan para wanita dan pria terhormat. Yang
memiliki arti dan yang bermaksud bahwa tidak mudah untuk bisa menjadi
karyawan didalam perusahaan tersebut, yaitu mereka para karyawan
digembleng dengan pelatihan ketat dan pembinaan secara terus-menerus
untuk menguasai standar-standar pelayanan pelanggan kelas satu, sehingga
dapat memuaskan pelayanan para tamu.
Budaya semacam ini penting dalam perusahaan hotel mewah karena agar
mendapat perhatian khusus atau nilai lebih dimata para pelanggan, sehingga
tidak disamakan dengan perusahaan hotel biasa, baik itu dari segi pelayanan,
kenyamanan dan unsur lainnya. Dan juga dengan adanya budaya ini, akan
terlihat perbedaan profesionalitas yang tinggi yan ditunjukkan para karyawan
The Ritz-Calton dalam melayani para tamu.
Kelemahan dari budaya perusahaan ini menurut saya adalah, dengan para
karyawan yang secara terus-menerus mendapat binaan dan pelatihan ketat
yang berdasarkan buku manual, maka akan terlihat terlalu kaku dan sangat
mendetail sesuai pelatihan yang diberikan. Jadi para karyawan hanya dapat
sedikit berkembang
Budaya organisasi di The Ritz-Calton adalah dengan menyebut para
karyawan dan staf itu dengan sebutan para wanita dan pria terhormat. Yang
memiliki arti dan yang bermaksud bahwa tidak mudah untuk bisa menjadi
karyawan didalam perusahaan tersebut, yaitu mereka para karyawan
digembleng dengan pelatihan ketat dan pembinaan secara terus-menerus
untuk menguasai standar-standar pelayanan pelanggan kelas satu, sehingga
dapat memuaskan pelayanan para tamu.
Budaya semacam ini penting dalam perusahaan hotel mewah karena agar
mendapat perhatian khusus atau nilai lebih dimata para pelanggan, sehingga
tidak disamakan dengan perusahaan hotel biasa, baik itu dari segi pelayanan,
kenyamanan dan unsur lainnya. Dan juga dengan adanya budaya ini, akan
terlihat perbedaan profesionalitas yang tinggi yan ditunjukkan para karyawan
The Ritz-Calton dalam melayani para tamu.
Kelemahan dari budaya perusahaan ini menurut saya adalah, dengan para
karyawan yang secara terus-menerus mendapat binaan dan pelatihan ketat
yang berdasarkan buku manual, maka akan terlihat terlalu kaku dan sangat
mendetail sesuai pelatihan yang diberikan. Jadi para karyawan hanya dapat
sedikit berkembang
Budaya organisasi di The Ritz-Calton adalah dengan menyebut para karyawan dan staf
itu dengan sebutan para wanita dan pria terhormat. Yang memiliki arti dan yang bermaksud
bahwa tidak mudah untuk bisa menjadi karyawan didalam perusahaan tersebut, yaitu
mereka para karyawan digembleng dengan pelatihan ketat dan pembinaan secara
terus-menerus untuk menguasai standar-standar pelayanan pelanggan kelas satu, sehingga dapat
memuaskan pelayanan para tamu. Budaya semacam ini penting dalam perusahaan hotel mewah
karena agar mendapat perhatian khusus atau nilai lebih dimata para pelanggan, sehingga tidak
disamakan dengan perusahaan hotel biasa, baik itu dari segi pelayanan, kenyamanan dan unsur
lainnya. Dan juga dengan adanya budaya ini, akan terlihat perbedaan profesionalitas yang tinggi
yan ditunjukkan para karyawan The Ritz-Calton dalam melayani para tamu.
Kelemahan dari budaya perusahaan ini menurut saya adalah, dengan para karyawan yang secara
terus menerus mendapat binaan dan pelatihan ketat yang berdasarkan buku manual, maka akan
terlihat terlalu kaku dan sangat mendetail sesuai pelatihan yang diberikan. Jadi para karyawan
hanya dapat
sedikit berkembang
b. Apa tantanga-tantangan yang menurut anda harus dihadapi oleh perusahaan dalam upaya
mengubah budaya lamanya? Apa yang dilakukan oleh The Ritz-Carlton untuk
mempertahankan budaya baru tersebut tetap hidup?
Jawaban:
Tantangan yang dihadapi perusahaan dalam meinghgalkan budaya lama adalah
sejauh mana kemampuan para karyawan itu sendiri dalam memuskan pelayanan para tamu,
karena dikatakan bahwa pendekatan baru dalam The Ritz-Calton adalah Jangan
menginstruksikan kepada para karyawan
bagaimana mereka harus membuat senang para tamu.
Mereka harus mampu mengetahui caranya sendiri. Sehingga para karyawan harus
memiliki tingkat kreatifitas dan inovastif sendiri dalam pelayanannya pada para tamu
itu sendiri.
Tantangan yang lain adalah perusahaan harus dapat flexibel dan obyektif dalam
penilainnya terhadap masing-masing pelayanan karyawan, karena belum tentu pelayanan
yang diberikan satu karyawan dan karyawan lain sama.
Perusahaan The Ritz-Calton juga harus membantu dan mendorong para karyawan
untuk lebih berkembang dengan memberikan arahan-arahan yang dibutuhkan.

c. Orang macam apa yang menurut anda akan paling berbahagia dan paling berhasil dalam
budaya organisasi semacam ini? Bagaimana menurut anda para karyawan baru
“mempelajari” budaya tersebut?
Jawaban:
Menurut saya, pihak yang paling berbahagia dalam budaya tersebut adalah para tamu itu sendiri.
Karena para tamu adalah orang yang merasakan efek dari perubahan budaya dalam
pelayanan langsung dari para karyawan.Apalagi dengan adanya perubahan budaya baru,
maka para tamu harusnya akan lebih merasakan kenyamanan dan kepuasan dalam
pelayanannya.
Namun dari segi para karyawan, karyawan pun mendapat keuntungan, yaitu tidak perlu lagi
terlalu berpaku pada buku manual yang ditetapkan perusahaan dalam hal pelayanan
pada para tamu. Para karyawan dapat berinteraksi lebih alami, santai dan otentik pada para
tamu itu sendiri, tidak perlu terlalu kaku
d. Apa yang dapat dipelajari oleh organisasi lain dari The Ritz-Carlton mengenai arti penting
budaya organisasi?
   Jawaban:

Dengan adanya budaya organisasi yang diciptakan The Ritz-Carlton,


mereka dapat menyajikan standar kualitas dari pelayanan yang diberikan berbeda dari hotel
mewah lainnya. Hotel ini membuat budaya bahwa tujuan utama pada pelayanannya adalah
kepuasan pelanggan dan pelayanan yang tulus. Walaupun budaya pada The Ritz-Carlton berubah
dari kaku menuju lebih natural, hal ini tidak menghilangkan proses “pelayanan jempolan” yang
disuguhkan. Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, The Ritz-Carlton harus bisa
mempertahankan budaya baru dengan memperhatikan proses seleksi karyawan, keputusan
manajer puncak dan sosialisasi antar karyawan. Dengan demikian, Ritz-Carlton bisa
mempertahankan prestasi yang selama ini telah diraihnya

Anda mungkin juga menyukai