Anda di halaman 1dari 33

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

REPRESENTASI BUNGA RAFFLESIA ARNOLDI

DALAM KARYA SENI SERAT

PERTANGGUNGJAWABAN TERTULIS
PENCIPTAAN SENI

Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajad magister


Dalam bidang seni, minat utama penciptaan seni kriya Tekstil

SEHPENGANTI
1821142411

PROGRAM PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN


PASCASARJANA INSTITUT SENI INDONESIA
YOGYAKARTA
2020

1
REPRESENTASI BUNGA RAFFLESIA ARNOLDI DALAM
KARYA SENI SERAT

Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta


PenciptaanSeni/Seni kriya Tekstil
pengantiseh@gmail.com

Oleh:
Sehpenganti
1821142411

ABSTRAK

Penciptaan karya seni akan mengambil tema dari bunga Rafflesia Arnoldi. Bunga
yang satu ini merupakan tumbuhan endemik dari Sumatra, khususnya dari kota Bengkulu.
Pengambilan tema bunga Refflesia arnoldi sebagai ide karyanya dikarenakan melihat
fenomena adanya kerusakan alam yang diakibatkan tangan-tangan yang tidak bertangggung
jawab hingga menimbulkan kepunahan pada habitatnya. Selain hal tersebut, bunga Rafflesia
Arnoldi diambil melihat adanya suatu keunikan tersendiri dari bunga-bunga yang ada, dari
bentuk visual yang mempesona. Bunga ini dikenal tidak memiliki daun sehingga tidak
mampu melakukan fotosintesis sendiri, maka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
mengambil nutrisi dari pohon inangnya. Dari hal-hal tersebut penulis tertarik mengambil ide
penciptaan representasi bunga Rafflesia Arnoldi dalam karya seni serat dalam kriya seni.
Dalam proses penciptaan ini menggunakan beberapa teori sebagai landasan
penciptaan karyanya. Berikut teori yang digunakan, teori Fenomenologi milik Kuswarno,
pendekatan ini merupakan sudut pandang subjektivisme, dimana penulis melihat fenomena
yang terjadi pada kepunahan diakibatkan hilangnya habitat asli dari bunga Rafflesia Arnoldi .
Teori estetika digunakan sebagai pokok utama untuk mengamati secara langsung objek
penciptaan. Terakhir teori kreativitas dari Rhodes mengenai “Four P’s Creativity”, yaitu
suatu hal yang saling berelasi antara person, proses, press, dan Products. Sementara metode
penciptaan menggunakan penelitian berbasis praktek pada bagian proses prakteknya
dilakukan tahapan eksplorasi, eksperimen dan eksekusi.
Hasil temuan dari penciptaan ini yaitu, karya ini akan diwujudkan dalam seni serat.
Dalam proses perwujudannya akan menggunakan teknik dan material yang dibuat sendiri,
dalam proses pengolahan bahan adanya suatu emosi yang nantinya akan mempengaruhi hasil
bentuk dan warna dari karya tersebut sebagai bentuk eskpresi. Material utama yang akan
digunakan yaitu, dari beberapa jenis benang. Penciptaan karya seni ini menghasilkan tiga
karya yang tediri dari karya panel dua dimensi, setiap karya menceritakan makna yang
berbeda tapi tetap memiliki korelasi konsep yang sama. Karya yang diciptakan menghasilkan
karakter baru bunga Rafflesia Arnoldi, dengan kombinasi dari beberapa teknik dan bahan seni
serat. Melalui karya ini diharapkan adanya suatu kesadaran untuk menjaga lingkungan habitat dari bunga
Rafflesia Arnoldi, dan akan memberi suatu motivasi untuk menghasilkan karya yang lebih inovatif dan
kreatif dalam dunia kriya seni.

Kata Kunci: Kota Bengkulu, Bunga rafflesia arnoldi, seni serat.

2
RAFFLESIA ARNOLDI FLOWER REPRESENTATION IN FIBER ARTS
Written Liability
Art creation and study program
Postgraduate School of the Indonesian Art Institute, Yogyakarta, 2020
By. Sehpenganti
1821142411

ABSTRACT

The creation of the artwork will take the theme of the Rafflesia Arnoldi flower. This
flower is an endemic plant from Sumatra, especially from the city of Bengkulu. The theme of
Rafflesia Arnoldi flower as the idea of her work is due to seeing the phenomenon of natural
damage caused by irresponsible hands to cause extinction of its habitat. In addition, the
Rafflesia Arnoldi flower was taken to see that there is a distinct uniqueness of the existing
flowers, from a dazzling visual form. This flower is known to have no leaves so that it is
unable to carry out photosynthesis on its own, so to meet its life needs it takes nutrients from
its host tree. From these facts, the writer is interested in taking the idea of creating a
representation of Rafflesia Arnoldi flower in fiber art in art craft.
In this creation process, several theories are used as the basis for his creation. The
following are the theory used; Kuswarno's theory of Phenomenology, this approach is a
subjectivism point of view, where the authors see the phenomena that occur in extinction due
to the loss of the original habitat of the Rafflesia Arnoldi flower. Aesthetic theory is used as
the main point for directly observing the object of creation. Finally, Rhodes' theory of
creativity regarding "Four P's Creativity", which is something that is interrelated between
person, process, press, and products. While the creation method uses practice-based research,
in the practical process part of the exploration, experiment and execution stages are carried
out.
The result of this creation is that this work will be formed into fiber art. In the process
of manifesting, it will use techniques and materials that are made by herselves, in the process
of processing the material there is an emotion, which will later affect the shape and color of
the work as a form of expression. The main material that will be used is from several types of
yarn. The creation of this artwork produces three works consisting of two-dimensional panel
works, each of which tells a different meaning but still has the same conceptual correlation.
The work created creates a new character of the Rafflesia Arnoldi flower, with a combination
of several fiber art techniques and materials. Through this work, it is hoped that there will be
an awareness to protect the habitat environment of the Rafflesia Arnoldi flower, and will
provide a motivation to produce more innovative and creative works in the world of art crafts.

3
Keywords: Bengkulu City, Rafflesia Arnoldi flower, fiber art.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Penciptaan


Indonesia merupakan negara yang kaya akan keragaman, salah satunya adalah flora.
Disetiap pulau yang ada di Indonesia memiliki aneka ragam hayati yang berbeda. Salah
satu flora yang terkenal yang dimiliki Indonesia yaitu bunga Rafflesia Arnoldi yang ada
di daerah Sumatra tepatnya di provinsi Bengkulu. Bunga Rafflesia Arnoldi merupakan
salah satu bunga Nasional melalui keputusan Presiden 4 tahun 1993 yang diteken oleh
presiden Soeharto.
Penamaan bunga ini memiliki suatu sejarah yang menarik dalam pendapat Susatya
(2011: 2-4) mengatakan bahwa, orang yang pertama kali melihat jenis Refflesia bukan
Stamford Raffles ataupun Dr. Joseph Arnoldi akan tetapi Louis Auguste Deschamp,
seorang dokter yang sedang menjelajahi alam dari Perancis pada akhir abad ke-18 yang
berlayar ke Jawa. Pada masa itu beliau sempat ditangkap Belanda, akan tetapi olej
Gubernur Jendral Belanda saat itu Van Overstraten, tidak ditahan akan tetapi, beliau
diminta untuk melakukan ekspeidi di Pualu Jawa selamah tiga tahun dari tahun 1791
samapi dengan 1794. Pada masa itu belaiu telsh mengupulkan draft mengenai spesimen
tumbuhan pedalaman Pulau Jawa, dalam temuannya dia menemukan Rafflesia di Pulau
Nusakambangan pada tahun 1797 atau 20 tahun lebih duhulu daripada penemuan Dr
Joseph Arnold. Pada tahun 1798, Deschamp pulang ke Perancis dengan semua
koleksinya, akan tetapi saat mendekati selat Inggris kapalnya ditangkap dan melihat
semua koleksi spesimennya, ahli botani Inggris sadar bahwa Deschamp telah
menemukan jenis tanaman yang sangat unik dan belum pernah dilihat sebelumnya, dari
keunikan tersebut membuat para ahli botani melakukan suatu kompetisi rahasia antara
ahli botani untuk menerbitkan jenis yang menakjubkan tersebut. Mereka berpendapat
siapapun orangnya, nama dari tanaman tersebut harus dinamakan oleh orang Inggris
bukan Belanda apalagi Perancis. Sehingga pada saat itu Raffles, yang merupakan
Geburnur Jendral Inggris di Bengkulu, memerintahkan Willian Jack untuk
mendeskripsikan jenis yang ditemukan di Bengkulu Selatan.
.William Jack merupakan seorang dokter dan penjelajah yang menggantikan Dr
Josep Arnold. Pada saat Jack menamakan jenis tersebut sebagai R titan dan dikirim Ke
London pada April 1820, secara misterius artikelnya tidak langsung terbit. Sampai

4
kemudian Robert Brown membaca penemuan tersebut di hadapan anggota Linnean
Society pada tanggal 30 Juni 1820, yang kemudian disusul artikel dari Willian Jack yang
akhirnya terbit pada bulan Agustus 1820. Robert Brown akhirnya namakan jenis baru itu
sebagai Rafflesia Arnoldii R.Br singkatan dari Robert Brown , dan nama jenis ini
merupakan nama yang digunakan untuk menghormati, Sir Stamford Raffles dan Dr.
Joseph Arnold.
Selain memiliki sejarah penamaan yang unik, bunga Rafflesia merupakan tumbuhan
yang dikenal mempunya bunga tunggal terbesar di dunia. Bunga jenis ini bersifat
dioceous atau berumah dua, dimana bunga jantan dan betina berada pada individu yang
berbeda. Karena keunikannya bunga ini memiliki istilah khas dalam penamaan
bagian-bagian bunganya yaitu saat bunga mekar dapat dilihat lima helai perigon, dan
jarak berjumlah 6 helai. Perigon muncul dari tabung periagon, perigon merupakan
struktur dari bunga Rafflesia yang mirip dengan mahkota bunga fungsi utama untuk
penyerbukan. Lubang pada bagian tengah disebut lubang diaphragma, dipermukakan atas
helai perigon dan diaphragma dijumpai bercak (wart), yang beragam warna dan
ukuran. Pola bercak di kedua tempat di atas merupakan salah satu identifikasi jenis
Refflesia. Di bagian bawah diaphragma bisa dijumpai jendela disebut windows dan
ramenta (struktur menyerupai bulu dari bagian dasar tabung perigon bawah sampai
permukaan dalam diaphragma). (Susatya, 2011: 7-8)
Selain sejarah dan keindahan yang dimiliki bunga Rafflesia Arnoldi, bunga ini
mengalami suatu ancaman kepunahan beberapa peneliti diantaranya, Sofi Mursidawati
menjelaskan adanya peranan manusia yang mengakibatkan musnahnya bunga Rafflesia.
Penyebabnya diantaranya yaitu, semakin minimnya habitat Rafflesia akibat ekpoloitas
manusia, serta penggunaannya sebagai obat-obatan meski belum teruji secara ilmiah.
Selain hal tersebut dalam pengamatan lain bunga Rafflesia mengalami eksitu
(menumbuhkan di luar habitat aslinya). Dalam kasus bunga Rafflesia yang hidup
secara parasit pada tumbuhan liana sebagai induknya. Berbeda dennagn bunga lain,
bunga ini tidak dapat berfotosintesis karena tidak memiliki daun, serta tidak memiliki
akar dan tangkai batang. Hal itu menyebabkan pada saat inang mati maka Refflesia
akan ikut mati.
Melihat ancaman yang ada para pemuda membentuk suatu kelompok yang disebut
PELISWISTA (Pemuda Peduli Wisata), kelompok ini bergerak langsung dalam upaya
konservasi yang ada di daerah Kaur provinsi Bengkulu. Kelompok ini menitik beratkan

5
pengembangan dan membangun kesadaran terhadapa kepedulian masyarat untuk
menjada dan melestarikan tumbuhan khas di Indonesia.
Dari pemaparan yang ada penulis terdorong untuk mengangkat bunga Rafflesia
Arnoldi sebagai ide penciptaan karyanya. Hal ini dipengaruhi dari visualisasi estetika
dari bunga Rafflesia Arnoldi dan melihat adanya suatu fenomena ancaman terhadap
kepunahan bunga tersebut. Melalui proses yang inkubasi, penulis mengambil suatu
inisiatif pembuatan karya dengan menggunakan teknik kriya tektil yaitu tapestry yang
dikombinasikan dengan sulam tangan. Dalam penggunaan bahan menggunakan berbagai
bahan dari serat alam dan sintetis, hal ini dilakukan untuk memunculkan ekspresi yang
menurut pendapat Anas (2006:51) sebagai upaya menekan objek material secara
konseptual. Karya yang diciptakan dapat dikategorikan dalam karya seni serat (fiber
art), yaitu ekspresi seni yang menggunakan material serat (alami ataupun sintetis)
sebagai pokok dasar mediumnya.
2. Rumusan Masalah Penciptaan
Berdasarkan ulasan pada latar belakang penciptaan karya dengan judul
“Representasi Bunga Rafflesia Arnoldi Dalam karya Seni serat” maka ada beberapa
rumusan masalah yang dapat disimpulkan, yaitu :
1. Bagaimana proses perwujudan Bunga Rafflesia Arnoldi dalam karya sulam tangan
dan macramé kedalam tema fiber art?
2. Apa makna yang ingin disampaikan penulis dalam penciptaan karya?
3. Tujuan Dan Manfaat
a. Tujuan
Mewujudkan bunga Rafflesia Arnoldi dalam karya seni serat sebagai media
ekspresi diri dalam karya seni serat. Mengembangkan pola pikir seni dan
kreativitas dengan menggunakan berbagai perspektif dari bunga Rafflesia Arnoldii
sebagai sumber ide penciptaan karya seni serat dan mengelola bahan material
dalam proses pewujudan karyanya.
b. Manfaat

Menambah khasanah keilmuan mengenai sumber ide yang digunakan dalam


pembuatan suatu karya khususnya pada karya seni serat dan sebagai bahan referensi
serta acuan dalam penulisan dan penciptaan suatu karya bagi para seniman dan
pembaca. Manfaat Bagi penulis meningkatkan pengalaman pribadi dalam mendesain
sebuah karya seni serat dengan tema bunga Rafflesia Arnoldi dan Mengembangkan

6
kreativitas melalui penciptaan karya ini, selain itu penulis dapat mengelola emosi
dalam berkesenian sehingga mendapatkan ilmu tambahan dan pengalaman baru
khususnya pada dunia seni serat. Serta mendapatkan pengetahuan lebih banyak
keberadaan dan pola proses kehidupan bunga Rafflesia Arnoldi dan mengabadikan
moment keindahannya dan mengeksplorasi bahan dan teknik dalam dunia seni serat.
Manfaat Bagi Lembaga Perguruan Tinggi menambah perbendaharaan karya pada
bidang seni serat sebagai acuan penciptaan desain baru dalam sebuah karya seni dan
memperkenalkan karya seni serat dengan sentuhan baru kepada masyarakat sehingga
meningkatkan apresiasi dan wacana publik bagi dunia fiber art, khususnya teknik
sulam tangan, rajut, dan macramé

PEMBAHASAN

1. Kajian pustaka

kajian Pustaka Sumber penciptaan ini, akan mengambil beberapa sumber


referensi terkait mengenai bunga Rafflesia Arnoldii dan dokumentasi beberapa karya
seni serat. Dalam proses pewujudan karya, dilakukan kajian secara dalam seperti
mencari literatur pustaka dan sumber penciptaan untuk mendukung dalam Penciptaan
karya nantinya. Upaya yang dilakukan antara lain mencari berbagai sumber
informasi baik dalam bentuk tertulis maupun gambar, buku, media elektronik dan
waancara, yaitu foto tentang bunga Rafflesia Arnoldii dan gambar-gambar karya
tentang seni serat (fiber art). Pengumpulan data tertulis berkaitan dengan bunga
Rafflesia Arnoldii dan karya seni serat (fiber art) hal ini dilakukan untuk
memperoleh ide pewujudan karya yang sesuai dengan konsep. Berikut beberapa data
acuan yang menjadi sumber inspirasi karyanya.

Bunga Rafflesia merupakan salah satu bunga dengan sifat yang unik dan
menyimpan misteri bagi ilmu botani. Rafflesia sangat unik hal ini disebabkan bunga
ini berbeda dengan bunga kebanyakan, jenis ini hanya ada kuncup atau bunga mekar,
tidak ada batang, daun, dan akar. Selain kuncup, bunga ini hanya dilengkapi
haustorium, jaringan yang mempunyai fungsi mirip akar yang menghisap sari
makanan hasil fotosintesa dari tumbuhan inang. Refflesia merupakan kelompok
holoparasit, yaitu tumbuhan yang tidak bisa melakukan proses fotosintesa sendiri.
Tumbuhan inang bunga Rafflesia sangat spesifik yaitu pada marga tetratigma,

7
walaupun tidak semua jenisnya dari tetratigma menjadi inang Rafflesia dan hanya
jenis tertentu yang dapat menjadi inangnya.
Bunga Rafflesia terdiri dari berberapa jenis yang persebaran habitat Rafflesia
tersebar pada hutan pergunungan bawah Jawa Barat, hutan pada dataran rendah di
sepanjang pantai selatan Jawa Barat dan juga Jawa Tengah hutan dataran rendah
Taman Nasional Meru Betiri, dan hutan tropis di Pulau Sumatera. Sejumlah lokasi
yang sering ditemui tumbuhan bunga Rafflesia Arnoldi diantaranya ialah di Taman
Nasional Kerinci Seblat, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Pusat Pelatihan
Gajah Seblat pada kabupaten Bengkulu Utara, dan juga Padang Guci Kabupaten Kaur,
Bengkulu. Pada taman Nasional Bukit Barisan Selatan sendiri sudah ditetapkan
sebagai pusat konservasi tumbuhan Rafflesia Arnoldii ini. Hingga pada saat ini bunga
Rafflesia Arnoldii belum bisa dikembangbiakkan di luar habitat aslinya.
Dari sekitar 30-jenis Rafflesia pada seluruh dunia, hanya 1 spesieslah yang dianggap
terancam punah yakni ialah Rafflesia magnifica yang tumbuh di Filipina. Sementara
salah satu jenis bunga yang telah dapat tumbuh di luar habitatnya ialah Rafflesia
patma.

Gambar .1. Keunikan bunga Rafflesia Arnoldi mekar memiliki enam kelopak
Sumber: Instagram @agungbonggolan
Diunduh: tanggal 20 Desember 2019
Oleh: Seh Penganti

Dalam penciptaan karya seni ini akan mengambil dari salah satu jenis bunga
Rafflesia yaitu Rafflesia Arnoldi. Rafflesia Arnoldi merupakan salah satu jenis
Refflesia yang dapat mekar mencapai 110 cm, sehingga Dr. Joseph Arnold, seorang
dokter, pencinta alam, dan penjelajah di abad ke-19, sangat takjub saat pertama kali
melihat bunga yang terdapat di pedalaman Manna, Bengkulu Selatan pada tahun 1818.
Akan tetapi pada saat itu Dr. Joseph Arnold mengalami malaria, sehingga
menyebabkan beliau meninggal saat melakukan ekspedisi di daerah tersebut. Lokasi

8
pertama kali beliau melihat Rafflesia tersebut bernama Pulo Lebbar, pada masa itu
jarak tempuh yang harus dilakukan dalam waktu 2 hari perjalanan menyelusuri Sungai
Manna. Sekarang tempat tersebut berubah menjadi desa dengan nama yang sama di
kecamatan Pino Raya, jarak dari kota mana 30 km, sementara sungai Manna sudah
lama tidak digunakan sebagai alur transportasi.
Seperti pemaparan pada latar belakang proses penamaan Rafflesia
merupakan suatu kisah yang menarik, hal ini dikarenakan melibatkan suatu intrik,
politik, dan ketamakan manusia. Tidak seperti yang diketahui pada umunya bahwa
orang asing yang pertama kali melihat jenis Rafflesia, bukannya Stamford Raffles
ataupun Dr. Joseph Arnold, akan tetapi yaitu Louis Auguste Deschamp beliau seorang
dokter, dan penjelajah alam berasal dari Perancis, yang akhir abdanya ke 18 berlayar
ke Jawa. Awal kisah Deschamp ditangkap oleh Belanda, tetapi oleh Gubernur Jendral
Belanda saat itu, Van Overstraten. Pada saat itu Deschamp tidak ditahan akan tetapi
diminta untuk melakukan suatu ekspedisi di Pulau Jawa selama tiga tahun dari 1791
sampai dengan 1794.
Selama ekspedisi secara aktif Deschamp menjelajah dan mengumpulkan banyak
spesimen tumbuhan di pedalaman Pulau Jawa dan menuangkan dalam tulisannya draft
awal “Materials towards a flora og Java”. Pada saat proses ekspedisi tersebut
Deschamp melihat, mengumpulkan spesimen, dan menggambar Rafflesia yang
ditemukan di Pulau Nusakambangan pada tahun 1797 atau 20 tahun lebih awal
daripada Dr. Joseph Arnold. Tahun 1798, Deschamp pulang ke Perancis akan tetapi
selama perjalanannya, beliau tertangkap di selat Inggris sehingga kapalnya ditangkap
dan semua koleksinya dirampas oleh Inggris. Pada saat itu, setelah inggris melihat
rampasan berupa koleksi spesimen, para ahli botani Inggris sadar bahwa Deschamp
etlah menemukan jenis tumbuhan baru yang unik dan tidak pernah dilihat sebelumnya,
dan pada saat itu pula adanya suatu kompetisi oleh para ahli botani tentang siapa yang
akan menerbitkan jenis tumbuhan tersebut. Mereka berpendapat siapapun orangnya,
jenis tersebut harus dideskripsikan oleh orang Inggris, bukan Belanda apalagi Perancis.
Sehingga pada saat itu Raffles yang saat itu merupakan Gubernur Jendral Inggris di
Bengkulu, memerintahkan William Jack untuk mendeskripsikan jenis yang ditemukan
di Bengkulu Selatan.
William Jack merupakan seorang dokter dan penjelajah alam yang mengantikan Dr.
Joseph Arnold. Pada saat itu dalam artikel William Jack yang menamai jenis yang
ditemukan di Bengkulu sebagai R. Titan, artikel tersebut dikirim ke London pada
9
April 1820. Akan tetapi takdir berkata lain secara misterius artikel tersebut tidak
langsung diterbitkansampai pada tanggal 30 Juni 1820, Roberd Brown membacakan
temuan tersebut dihadapkan anggota Linnean Society, sementara artikel dari Willian
Jack akhirnya terbit pada bulan Agustus 1820. Sehingga Robert Brown yang menamai
jenis baru tersebut dengan Refflesia Arnoldii R.Br, ini merupakan singkatan dari
Roberd Brown, nama ini juga digunakan sebagai bentuk penghormatan terhadap, Sir
Stamford Reffles dan Dr. Joseph Arnold. Akhirnya Refflesia Titan tidak digunakan
sebagai nama baru, akan tetapi dianggap sebagai sinonim dari Refflesia Arnoldii.
Kejadi di atas merupakan suatu kisah yang ironi, karena William Jack yang telah
mengirimkan beberapa Spesimen dari Bengkulu Selatan yang akhirnya digunakan
Roberd Brown untuk mendeskripsikan jenis baru tersebut. Lalu emapat tahun
kemudian artikel Roberd Brown, terhadap bunga yang dilihat Deschamp di
Nusakambangan dinamakan Refflesia Patma oleh C.L. Blume (Seorang Belanda
keturunan Jerman yang menjabat sebagai direktur Kebun Raya Bogor) pada tahun
1825.

Gambar. 2. Struktur dalam bunga


Sumber: akun pinterest @mike davis
Diunduh: tanggal 20 Desember 2019
Oleh: Seh Penganti

Organ bagian Bunga Rafflesia Arnoldi ini memiliki aroma yang sangat busuk,
sehingga dijuluki sebagai bunga bangkai. Tujuan dihasilkannya aroma busuk ini ialah
untuk menarik lalat yang membantu pembuahan dari Rafflesia Arnoldi Masih
berkaitana dengan aroma busuk yang dihasilkan oleh bunga Rafflesia Arnoldii,
terdapat keunikan bahwa bunga ini tidak memilki dua organ kelamin sekaligus dalam
satu bunga. Setiap bunga hanya akan memiliki satu organ kelamin saja, yaitu organ

10
jantan atau organ betina. Oleh karenan itu penyerbukan atau pembuahan
membutuhkan bantuan seranga atau lalat yang dapat berpindah dari satu bunga ke
bunga yang lainnya. Jika penyerbukan yang dibantu oleh lalat atau serangga lainnya
berhasil, maka bunga Rafflesia Arnoldi akan menghasilkan buah, berupa butiran kecil
yamg memiliki ukuran berbeda-beda bentu buah ini setiap nutirnya akan memiliki
diameter berkisa 12-15 cm tiap butirnya. Namun tidak berhenti pada penyerbukan
yang dibantu oleh seranga teryata hasil dari buah bunga Rafflesia Arnoldi ini masih
perlu bantuan hewan lain untuk membantu penyebaran benih yang dilakukan oleh
tikus hutan dan tupai.

Gambar.3. warna asli bunga


Sumber: Dio dian antoni wijaya, 2019.

Sebuah keunikan dari bunga Rafflesia Arnoldi yang menjadi pembeda seperti
kebanyakan bunga pada biasanya, waktu proses mekar dari bunga ini tergolong lama,
yakni bisa mencapai sekitar 110 hari ataupun 9 bulan. Waktu proses mekar dari
bongkol hinga mekar yang lama ini dikarena ukuran yang besar dan kebutuhan nutrisi
yang sangat besar. Kekuatan tumbuh batang inang yang cukup kuat untuk menjadi
penyanga pertumbuhan bunga ini, maka bunga dapat saja tumbuh hingga 9 bulan.
Kalau tumbuhan inang mati sebelum bunga pada puncak proses mekar sempurna
namun pohon inang tidak kuat menyanga dan mati, maka sangat berpengaruh pada
proses mekar bunga karena kurangnya nutrisi untuk asupan keberlangsungan
kebutuhan hidup, maka pada waktu yang singkat hingga nutrisi habis, bunga ini juga
akan ikut layu dan pada akhirnya mati. Inilah yanag menjadi salah satu faktor
mengapa bunga Rafflesia Arnoldi ini dilindungi oleh Pemerintah Indonesia selain
menjadi bunga puspa bangsa. Hal lain yang berbanding terbalik pada waktu proses
mekar bunga yang memakan waktu yang cuku laman namun saat bunga ini sudah
mekar secara sempurna, bunga Rafflesia Arnoldi hanya akan bertahan selama 5 hari

11
sampai 7 hari, namun memiliki masa mekar cukup singkat jika dibandingkan dengan
bunga lainnya. setelah waktu mekar itu terlampaui, maka bunga Rafflesia Arnoldi
akan segera layu dan akan mati. Hal inilah yang dapat menyebabkan sulitnya
Rafflesia Arnoldii untuk ditumbuhkan diluar habitat aslinya, selain itu adanya menyeb
lainnya bunga Rafflesia Arnoldii menjadi langka. Adanya proses faktor perdagangan
spesies bunga ini sebagai bahan obat tradisional.

Gambar.4. proses tumbuh hingga mati bunga


Sumber: Dio dian antoni wijaya, 2019.

Dalam proses kreatif ini melakukan tahapan studi pustaka dan observasi untuk
mengetahui histori, jenis, bentuk, dan proses siklus pertumbuhan bunga hingga
akhirnya bunga Refflesia Arnoldi layu yang ada di kawasan Bengkulu. Perwujudan
karya ini akan melakukan perubahan terhadap bentuk asli dari bunga Refflesia
Arnoldii baik dari segi visualisasi, material, teknik, serta konseptual pada
karyanya.Untuk itu dalam proses penciptaannya menggunakan teknik seni serat..
Seni serat dalam pendapat DR Priyadi (2009), secara garis besar seni serat
adalah karya seni yang dari segi teknik dan subtasnsi mengeksplorasi media serat.
Unsur-unsur tekniknya meliputi: pintal, anyam, rajut, songket, dan teknik lain
semacam itu. Jadi, bukan pencapaian bentuk akhir yang menjadi acuannya. Bentuk
akhir bisa menjadi sangat variatif: karya dua dimensi, karya tiga dimensi, serta pula
karya instalasi. Sementara menurut KBBI, Serat (fiber) adalah suatu matrial yang
perbandinganya panjang dan lebarnya sangat besar serta molekul penyusunan lebih
kearah panjang. Selain itu sebagian pengamat istilah seni serat diangap lebih nunjukan
pada penekanan kepada konsepsional serta bentuk ekspresi individual dibandingkan
pengertian seni tekstil yang lebih bersifat umum dan lebih mencakup kepada bentuk
karya seni yang bebasis pada material tekstil.

12
Proses perwujudan karya seni serat menggunakan dua serat yaitu, serat alam
dan buatan. Serat alam terdiri dari sumber daya alam baik dari flora maupun fauna,
bahan-bahan tersebut antara lain kapuk, serabut kelapa, enceng gondok, serta agel
(serat dari tumbuh-tumbuhan). Sementara serat hewani terdiri dari serat kapas, rayon,
rami, woll, dan surta. Sedangkan pada serat sintetis seperti serat asbes (serat yang
sengaja dibuat oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan. Serat sintetis terdiri dari 3
bagian yang telah mengalami proses polimerisasi lanjutan seperti Viskosa, Asetat,
dan Kumproamonium. Ada juga yang berasal dari hasil sintetis polimerisasi misalnya,
polyester, nylon, poliuretan, dan polivinil. Sedangkan serat dengan bahan dasar
anorganik contohnya seperti serat logam dan gelas.
Pembuatan seni serat harus melalui berbagai proses yang panjang hingga
menghasilkan karya yang dapat disajikan. penulis lebih menitik beratkan
kecenderungan pengerjaan karya seni serat menggunakan teknik tekstil struktur
sebagai kontruksi dasar karya. Teknik ini merupakan teknik dalam pembuatan tekstil
yang terbentuk dari serat dan benang yang melalui proses penenunan (weaving),
tapestry, rajut, dan macrame hingga membentuk jalinan-jalinan terstruktur.
Secara estimonologi istilah seni kriya dari bahasa sansekerta yaitu yang memiliki arti
mengerjakan. Seni kriya sendiri mencakup pada seni kriya kayu, kriya logam, kriya
kulit, kriya tekstil dan kriya keramik. Penciptan yang akan penulis buat adalah kriya
tekstil yaitu berupa karya seni serat. Menurut feldman (1967: 306) bahwa media
merupakan bahasa pengantar yang dapat dimanfaatkan oleh material untuk mencapai
sebuah karakteristik pada sebuah karya seni khususnya dalam karya seni serat.
Perkembangan seni kriya mengalami kemajuan yang sangat pesan baik pada
zaman primitif hingga masa kini secara turun-temurun. Seni kriya merupakan seni
yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari baik untuk kebutuhan jasmani maupun
rohani (Gustami, 2004:1). Seni kriya berhubungan erat dengan karakteristik daerah
masing-masing dengan nilai-nilai filosofi dan simbolik tiap daerah. Dari pemamparan
tersebut dapat diambil suatu interpretasi bahwa seni kriya merupakan seni yang hidup
beriringan dengan kebutuhan baik jasmani dan rohani yang tidak meninggalkan ciri
khas dari daerah tersebut.
Berdasarkan data-data yang telah dijelaskan di atas, memiliki relevansi
dengan proses penciptaan karyanya. Melalui data-data literatur dan observasi terhadap
bunga Rafflesia Arnoldii dan karya seni serat, memberikan suatu nilai konseptual
seperti menampilkan wujud bunga Rafflesia Arnoldii yang akan dibuat dari berbagai
13
perspektif baik segi estetika, historis, dan makna. Maka dari itu diambil judul
“Representasi Bunga Rafflesia Arnoldii Dalam karya Seni serat”.

2. Landasan penciptaan

Dalam penciptaan ini akan menggunakan beberapa teori sebagai landasan


penciptaan, yaitu menggunakan teori fenomonologi, teori estetika, dan teori kreativitas.
Hal ini dilakukan untuk memperoleh hasil karya yang memperlihatkan aspek-aspek baik
dari segi pemilihan bahan, teknik, bentuk, tekstur dan estetika dalam karya penciptaan ini.
Berikut teori yang digunakan sebagai landasan penciptaan yaitu:
1. Teori pendekatan Fenomonologi
Pendekatan Fenomenanologi Kuswarno 2009 dalam (Sani, 2015:4), menyebutkan
bahwa fenomenologi merupakan pendekatan dengan sudut pandang subjektivisme,
yaitu melihat sesuatu bukan hanya dari suatu gejala, namun juga berusaha untuk
menggali makna yang terdapat pada gejala tersebut. kesadaran merupakan cara
berfikir yang mengarah pada suatu hal berdasarkan keinginan dan merupakan
kesimpulan dari sebuah kesadaran.
Cara pandang fenomenologi semacam ini dianggap tepat oleh penulis dalam
penciptaan karyanya. Fenomenologi menjelaskan mengenai persepsi atau sudut
pandang, fenomenologi juga menjelaskan bagaimana seseorang berfikir dan
menyadari keberadaan benda tersebut. Seperti apa yang disampaikan penulis pada
penciptaan karyanya, Teori fenomenologi membantu menjelaskan mengenai sudut
pandang penulis melihat fenomena keadaan kerusakan alam yang mengakibatkan
hampir punahnya habitat asli bunga Rafflesia Arnoldii di kawasan Kota Bengkulu
pada saat ini. Penciptaan ini penulis mencoba menuangkan ide “Representasi Bunga
Rafflesia Arnoldii Dalam Karya Seni serat” sebagai riset bentuk-bentuk bunga
Rafflesia Arnoldii Yang digabungkan dengan perkembangan beberapa teknik
tekstil dan bahan serat berupa benang alami dan benang buatan ke dalam sebuah
karya seni serat. Bentuk bunga Rafflesia Arnoldii dalam penciptaan ini akan
mengalami suatu deformasi menjadi karya seni serat dengan mengunakan teknik
aplikasi jahit isi, macram, dan rajut mengnakan bahan serat buatan dan serat alami
yang mewakili sebuah keadaan habitat asli lingkungan hidup bunga Rafflesia
Arnoldii.

14
2. Teori pendekatan Estetik
Penciptaan ini mengacu pada wujud karya kriya seni yang meletakkan fungsi
estetis dan sosial sebagai fungsi utama. Teori-teori pendukung dalam proses
penciptaan karya ini berkaitan dengan metode, teori estetika, teori tanda. Setiap teori
memiliki karakter dan fungsi sendiri-sendiri tetapi masih memiliki keterkaitan antara
satu dengan lainnya, yang nantinya akan diterapkan dalam karya seni.
Bungga Rafflesia Arnoldii merupakan simbol Kota Bengkulu. Penciptaan bungga
Rafflesia Arnoldii dalam karya seni serat ini melalui proses yang cukup panjang.
Perpaduan bentuk, warna, dan unsur seni rupa lainnya menunjukkan sebuah susunan
yang bernilai estetis. Seperti yang diungkapkan Dharsono Sony Kartika bahwa
“indah pada dasarnya terdiri dari kualitas pokok yang meliputi kesatuan, keselarasan,
kesetangkupan, keseimbangan, dan perlawanan” ( Kartika, 2004: 11).
Teori tanda atau semiotika yang digunakan dalam penciptaan ini adalah teori dari
Peirce. Peirce menjelaskan tentang hubungan-hubungan tanda yang sering dikenal
dengan trikotomi Peirce. Teori ini memuat hubungan tanda dengan tanda, tanda
dengan objek, dan tanda dengan penafsir (Berger, 2010: 33). Trikotomi Peirce
berisikan tentang hubungan tiga unsur yang saling melengkapi yaitu “objek,
representamen, dan interpretan” (Budiman, 2011: 17). Dalam proses penciptaan ini
penulis menyimbolkan bunga Rafflesia Arnoldi sebagai simbol kehidupan makluk
hidup kusunya sebagai simbol perjalanan hidup penulis sebagai makluk hidup.
2. Teori Pendekatan Kreativitas

Menurut Rhodes dalam buku tersebut (2017:11-14) menyimpulkan bahwa


kreativitas pada umumnya dirumuskan dalam istilah “Four P’s Creativity”. Semua
saling berkaitan, yaitu pribadi (Person) yang melibatkan diri dalam proses (Process)
kreatif dan dengan dorongan dan dukungan (Press) dari lingkungan menghasilkan
produk (Product) kreatif.
Dalam buku “Kreativitas” (Sejarah, Teori dan Perkembangan) oleh Nur
Iswantara (2017), mendefinisikan kreativitas adalah kegiatan mental yang sangat
individual yang merupakan manifestasi kebebasan manusia sebagai individu.
Kreativitas adalah suatu kondisi, suatu sikap atau keadaan mental yang sangat
khusus sifatnya dan hampir tak mungkin dirumuskan. Jakob juga menambahkan
manusia yang kreatif adalah manusia yang menghayati dan menjalankan kebebasan
dirinya secara mutlak.

15
Awal kreativitas adalah munculnya ketidakpuasan, kegelisahan atas
lingkungan hidupnya dan kreativitas bertolak dari yang sudah ada seperti tradisi
kebudayaannya masing-masing. Pengertian kreativitas tergantung pada segi
penekanannya, kreativitas dapat didefinisikan ke dalam empat jenis dimensi
diantanya yaitu:
1. Kreativitas dalam dimensi person
Hulbeck menerangkan bahwa tindakan kreatif muncul dari keunikan
keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Yang dapat
disimpulkan bahwa kreativitas alah sebuah kemampuan atau kecakapan
seseorang yang berkaitan dengan bakat seorang individual atau disebut dengan
Dimensi person
2. Kreativitas dalam dimensi process
Utami munandar menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuh proses
kemampuan untuk mencerminkan kelancaran, keluwesan atau fleksibititas dan
orisinalitas dalam berfikir serta kemampuan untuk mengaelaborasi suatu
gagasan. Paada kreativitas process ini dapat disipulkan bahwa sebuah proses
perubahan atau inovasi dan memvariasi sebuah pemikiran
3. Kreativitas dalam dimensi presss
Kreativitas dalam dimensi presss adalah upaya mengartikan kreativitas
yang menekankan faktor “press” atau dorongan, baik dorongan internal diri
sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta secara kreatif, maupun
dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Kreativitas juga
kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi dan
kurang terbukannya terhadap perubahan atau perkembangan baru.
4. Kreativitas dalam dimensi product
Dalam kreativitas dimensi product ini lebih pada mengartikan sebuah
upaya lebih pada peroduct yang dihasilkan oleh seorang individual baik itu
berupa sebuah peroduk yang baru/original atau sebuah peroduk yang telah
mengalami elaborasi. Yang mengalami kombinasi-kombinasi baru bahkan bisa
saja sebenarnya kombinasi itu sudah ada sebelumya namun karena adanya
perpaduan kombinasi akan menghasilkan makna tersendri dari setiap hasil
pencampuran kombinasi tersebut.
Dari pengertian kreativitas yang dikemukakan oleh para ahli serta yang dipahami
dari empat dimensi kreativitas diatas dapat disimpulkan bahwa semua dimensi saling
16
melengkapi satu dengan yang lainya. Dngan demikian dapat disimpulkan untuk
pengertian kreativitas. Dimana seorang individual dapat melakukan kreativitas dalam
sebuah perwujudan karya seni, baik itu dalam karya inovatif maupun karya yang variatif
baik itu dalam penuangan ide dan pemanfaatan sebuah teknik dan matrial agar dapat
dinikmati dan berguna untuk orang lain.
Dalam proses penciptaan Tugas Akhir ini penulis mengunakan Pendekatan
Fenomenologi, teori pendekatan Estetik dan teori pendekatan kreativitas. Teori
pendekatan Estetik digunakan dalam untuk meninjau lebih lanjut opjek bunga Rafflesia
Arnoldii sebgai opjek sumber ide penciptaan karya sedangkan pendekatan kreativitas
digunakan untuk menuntun pada proses perwujudtan karya yang berwujut karyaseni
serat.
3. Seniman Acuan
1. Biranul Anas
Karya-karya Biranul Anas bersumber dari ragam hias Nusantara yang
kebanyakan karya-karya yang diciptakan identik dengan material serat sintetis dan serat
alam yang digunakan kedalam karya panel dua dimensi. Pengaplikasian teknik
perwujudannya lebih banyak menggunakan teknik tapestri, tenun, batik dan sulam.
Dalam penciptaan karya ini penulis searah dengan karya-karya yang diciptakan oleh
Biranul Anas yaitu dimana penulis sama-sama mngunakan material serat alam dan serat
buatan. Namun perbedaannya ada di pengaplikasian material dan teknik aplikasi jahit
isi yang tidak digunakan pada karya Biranul Anas. Penulis tidak mengeksplorasi
ragam-ragam hias yang dihasilkan sumber inspirasi, tetapi hanya mengolah material
dan teknik perwujudan untuk mendukung konsep karya-karyanya.
2. Mulyana The Mogus
Mulyana lakhir dan besar di Bandung, Mulyana menempuh studi di Jurusan
Pendidikan Indonesia (UPI) pada (2005-2011) dan mulai berkarya dengan seni serat
untuk menciptakan patung-patung lunak terumbu karang dan The Mogus ( Monster
Gurita), Sejak 2013 berpindah dan menetap dan berkarya di Yogyakarta hinga saat ini.
Mulyana sangat jenaka dalam mengembangkan karya instalasi buatanya dalam wujud
karya ekosistem kehidupan di bawah laut, selain itu keseharian mulya yang jenaka
tergambarkan melalui seri-seri The Mogus beserta ekosistem lautnya yang penuh
keceriaan dan warna serta mengandung beragam interpertasi.

17
Seniman ini terkenal dengan Metode kekaryaan dengan teknik rajut modular
yang khas menghadirkan tangan-tangan orang lain yang berkontribusi dalam proses
berkarya dan membuat Mulyana dapat membagikan pengetahuan pada banyak orang.
Dalam proses pembuatan karyanya, Mulyana mengombinasikan material sebagai
pendukung konsep karyanya. Kombinasi perbaduan teknik dan bahan yang
menimbulkan perpaduan apik. Sama halnya dengan Mulyana, penulis akan melakukan
kombinasi material serat dengan rajut perbedaannya dengan karya Mulyana bertolak
pada ide yang ingin disampaikan. Bila karya Mulyana memiliki relasi dengan biota laut,
dalam penciptaan nanti akan mengusung ide bunga Rafflesia Arnoldii.
3. Ngah Muli Ong
Ngah Muli Ong adalah salah satu seniman water color, illustrator dan lettering
berasal dari Jakarta. Pekerjaan utamnya sebagai graphic designer di salah satu agensi
desain di Jakarta. Beberapa karya yang dibuat lebih dominan dalam permainan bentuk
huruf. Dekorasi geometris dalam layout dan paduan warna ceria menjadikan
kekhasannya dalam berkarya, selain menekuni hal itu Ngah Muli Ong, menekuni
medium water color untuk illustrasi dan karya brush lettering.
Pada tahun 2018 beliau membuat karya water color yang yang mengangkat
konsep tiga bunga nasional yaitu bunga melati putih (jasminum sambac), bunga
angerek bulan (phalaenopsis amabilis), bunga padmaraksasa (Rafflesia Arnoldii)
sebagai bunga puspa, yang melambangkan kesucian, keagungan, keindahan dan
keunikan sekaligus menunjukan keanekaragaman hayati Indonesia.
Korelasi antara karya Ngah Muli Ong dan penulis terletak pada pengambilan
ide penciptaan yaitu bunga Rafflesia Arnoldii akan tetapi adanya perbedaan dalam
penggunaan materialnya serta penyampaian terhadap konsep bunga Rafflesia Arnoldii.
Dalam proses pewujudan karya beliau menggunakan material utama kertas dan cat air
sedangkan, dalam proses pengerjaan penulis akan menggunakan benang dengan teknik
kriya tektil.
4. Konsep Perwujudan

Konsep Pada penciptaan karya kali ini adalah sebuah hal yang dikenal dekat
dengan penulis baik dari ide, bahan, teknik, maupun gagasan. Bunga Rafflesia Arnoldi
diangkat sebagai sumber penciptaan dari sudut pandang yang berbeda, penulis ingin
mewujudkan bunga Rafflesia Arnoldi ke dalam karya seni serat sebagai simbol kehidupan
penulis. Karya-karya yang diciptakan merupakan fenomena kerusakan alam yang

18
mengakibatkan hampir punahnya populasi bunga Rafflesia Arnoldii diprofinsi Kota
Bengkulu selain hal tersebut berkaitan dengan pemilihan material bahan maupun teknik
dalam proses perwujudan. Pemilihan sebuah teknik dan bahan akan menjadi penting
dalam proses perwujudan, karena akan memberi efek tertentu pada karya yang akan
diciptakan.
Pemilihan material yang tepat akan menghasikan karya yang dikehendaki baik itu
dari segi kesan, warna, dan bentuk. Selain itu pemilihan material juga akan berkaitan
dengan teknik yang digunakan karena tidak semua material dapat diperlakukan sama
karena semua material akan memberi efek yang berbeda-beda dan dapat memberi kesan
tertentu yang dapat menyampaikan makna dari karya itu sendiri.
1. Konsep Material dan Teknik
Dalam proses penciptaan ini penulis mengunakan material yang mudah
didapatkan di pasar, konsep material ini merespon benang dan bahan serat.
Baik itu bahan serat buatan atau bahan serat alami yang biasanya telah sering
digunakan oleh perajin dan juga seniman seni serat pada umumnya. Hal ini
dilakukan supaya penulis dapat melakukan riset tentang bahan yang sudah ada.
Selain dari material bahan tekstil penulis juga mengunakan bahan dari serat dan
kain goni.
Teknik merupakan komponen yang penting bagaimana penulis
memperlakukan bahan dalam pembuatan karya dan bersifat penting, karena
akan memberi kesan tersendiri yag ditonjolkan dari pemilihan teknik yang
digunakan dalam proses oleh penulis. Penulis mengunakan teknik tenun dasar,
macrame, sulam tangan, rajut dalam proses pembuatan karya, selain itu penulis
mengunakan tambahan aplikasi jahit isi dan aplikasi tambahan payet (mutiara
kecil), maupun mix media pada tahap finishing.
2. Konsep bentuk
Karya-karya yang diciptakan pada penciptaan ini berupa karya seni serat
(fiber art). Konsep perwujudan ini dimulai dari mewujutkan bunga Rafflesia
Arnoldi dalam bentuk struktur siklus pertumbuhan yang sesunguhnya dan
membongkar struktur bagian bunga Rafflesia Arnoldi. Dasar acuan dalam
pembuatan karya ini, bunga Rafflesia Arnoldi yang ada di Kota Bengkulu.
Bentuk visual bunga Rafflesia Arnoldi dirubah struktur bentuk ke dalam bentuk
abstrak dalam ide penciptaan karya ini. Hanya saja tidak meninggalkan ciri
khusus yang terdapat pada bunga Rafflesia Arnoldi tersebut. Langkah ini
19
dilakukan agar mendapatkan bentuk-bentuk visual yang berbeda dengan bunga
bunga Rafflesia Arnoldi.
karakteristik dari Rafflesia Arnoldi terdapat pada beberapa bagian
meliputi bentuk visual kelopak dan bongkol bunga. Dari bentuk visual bagian
bunga Rafflesia Arnoldi penggambarannya tampak dari beberapa sudut pandang
dan setiap kelopak mendapat tambahan manik-manik (payet). Penggambaran
anatomi pada bagian bunga Rafflesia Arnoldi merupakan sebuah stilisasi dengan
penggambaran bentuk bunga terkesan pipih dan mimiliki bentuk yang menonjol.
Seperti membentuk ukuran bangian kelopak dan bagian gentong. Tahap
pengembangan atau pencarian bentuk tersebut, dimulai dari pembuatan sketsa.
Sketsa pengembangan tersebut terus dilakukan hingga menemukan suatu bentuk
yang tepat dan sesuai dengan alur cerita yang ingin diangkat. Cerita yang
diangkat pada penciptaan ini mengambil cerita fenomena kerusakan alam yang
mengakibatkan hampir punahnya bunga Rafflesia Arnoldi saat ini. Dengan
memberikan suatu simbol-simbol tertentu untuk memperlihatkan penyebab
punahnya habitat dari bunga Refflesia Arnoldi.

PROSES PENCIPTAAN
2. Metode penciptaan
Metode penciptaan yang digunakan dalam penciptaan karya ini adalah metode
penelitian berbasis praktik (practice-based research). Penelitian berbasis ini
mucul sejak tahun 1980-an dan menonjolkan sentra praktikan dalam
mengumpulkan keterangan melalui kerja praktik (Malins, Ure, dan Gray,
1996:1). Malins, Ure, dan Gray mendefinisikan konsep practice-based research
sebagai penelitian yang dimulai dari kerja praktik dan melakukan praktik, serta
penelitian berbasis praktik ini merupakan penyelidikan orisinil yang dilakukan
guna memperoleh pengetahuan baru melalui praktik dan hasil praktik, dimana
hasil penelitian memberikan penerapan potensial sebagai sarana menyampaikan
potensi-potensi yang ada pada praktisi Seni Murni dan Kriya.
Mereka menyebutkan dalam laporan mereka bahwa, The Gap: Addressing
Practice-Based Research Training Requirements For Designers (Sebuah Celah:
Memaparkan Syarat-Syarat Penelitian Berbasis Praktik Untuk Perancang)
Selain itu, mereka juga memaparkan bahwa:

20
“...penelitian berbasis praktik merupakan penelitian yang paling tepat untuk para
perancang karena pengetahuan baru yang didapat dari penelitian dapat diterapkan secara
langsung pada bidang yang bersangkutan dan peneliti melakukan yang terbaik menggunakan
kemampuan mereka dan pengetahuan yang telah dimiliki pada subjek tersebut” (Malins, Ure,
dan Gray, 1996:1).

Proses penciptaan seni kriya dapat dilakukan secara intuitif, tetapi dapat pula
ditempuh melalui metode ilmiah yang direncanakan secara seksama, analitis,
dan sistematis. Dalam konteks metodologis secara terperinci telah dijelaskan
oleh Malins, Ure, dan Gray Dalam skema konsep practice-based research di
bawah :

Gambar.5. Konsep bagan Practice Based Research


(Sumber: Jurnal Perintis Pendidikan UiTM, 1996)

21
Dalam penciptaan karya ini diperlukan metode practice-based research atau
penelitian berbasis praktik. Proses yang dilakukan oleh seorang seniman
akademis sekaligus disertai dengan peneliti dalam proses berkarya. Dalam
buku Guntur ( 2016:17), menyebutkan bahwa practice-based research adalah
suatu upaya penelitian yang orisinil.
3. pengaplikasian metode

Proses penciptaan ini merupakan sebuah proses aktivitas pengolahan rasa dan
kemampuan sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki seorang
seniman. Melalui proses ini ide konsep dan perwujudan akan dituangkan menjadi
karya panel dua dimensi yang terdiri dari rajut, makram, sulam tangan, tapistry,
dan jahit aplikasi (jahit isi). Pemilihan material meliputi bahan, alat, dan medium
akan memiliki peran penting dalam proses penciptaan karya seni. Berikut ini
adalah proses-proses tahapan yang sudah dilakukan dalam penciptaan karya.
1. Eksplorasi
Eksplorasi merupkan tahap memahami dan mendalami ide penciptaan yang
akan dilakukan dengan cara terjun langsung kelapangan mengamati, meresapi
fenomena yang terjadi selain itu langsung mengamati objek dan langsung melakukan
pendekatan langsung agar mendapatkan informasi tentang objek yang akan
dijadikan ide dalam penciptaan. Proses dimana seniman melakukan masa
perenungan (inkubasi) dan meninjau seluas-luasnya segala aspek pendukung konsep
penciptaan karya seni. Eksplorasi disini merupakan observasi persiapan dasar dalam
mengolah kreativitas berkesenian di lingkungan akademisi. Prakteknya bisa dimulai
dengan cara berpikir (merenung), menyimak (melihat dan mendengar), dan
membaca (menyimpulkan). Eksplorasi tetap bisa difungsikan dan akan terus berjalan
sampai tahapan yang ada di dalam proses eksperimen dan eksekusi. Selanjutnya
penulis melakukan tahap eksplorasi ide penciptaan dan bentuk visual dari sumber
ide yang akan diciptakan. Berikut ini ada beberapa tahapan awal dalam proses
penciptaan yang sangat penting dieksplorasi terlebih dahulu yaitu penggalian sumber
ide, pengumpulan refrensi dan data acuan, serta penggunaan landasan teori
penciptaan.
a. Ide (research context)
Merupakan proses mencari tema yang akan diwujudkan ke dalam
penciptaan karya seni. Tahapan ini akan mencoba menggali latar belakang

22
penciptaan dan mulai menyusun rumusan masalah sehingga akan
menemukan konteks penelitian yang ingin diwacanakan. Setelah
semuanya ditentukan tahapan berikutnya adalah mencoba menganalisis
orisinalitas karya serta mempersiapkan tujuan dan manfaat dari
karya-karya yang diciptakan.
Tahap Eksplorasi bisa difungsikan dan akan terus berjalan
sampai tahapan yang ada di dalam proses eksperimen dan eksekusi.
Selanjutnya diikuti dengan tahapan awal dalam proses penciptaan yang
sangat penting dieksplorasi terlebih dahulu yaitu penggalian sumber ide.
Ide utama penciptaan ini yaitu tentang eksplorasi bentuk bunga
dalam karya kriya seni serat. Pada penciptaan ini difokuskan pada
bentuk visual dari bunga Rafflesia Arnoldi yang ditinjau dari segi bentuk,
warna, tekstur dan nantinya akan menciptakan karya bertema (fiber art).
b. Data Acuan (research literature)
Proses mengumpulkan data dari berbagai macam sumber
pendukung yang dianggap relevan dengan tema penciptaan. Data tersebut
bisa ditemukan melalui kepustakaan (buku, surat kabar, jurnal dan lainnya),
media sosial (facebook, instagram, youtobe, google dan lainnya) dan
wawancara (data secara lisan). Proses ini mendukung pendekatan
kontemplasi yaitu sebagai langkah perenungan terhadap obyek yang akan
diungkapkan ke dalam bentuk karya seni.

Gambar .6. Proses bongkol mulai mekar


Sumber: Dio dian antoni wijaya, 2019

23
Gambar.8. Penemuan bunga Rafflesia Arnoldii berwarna putih
Sumber: Dio dian antoni wijaya, 2019

Gambar.9. bunga membusuk di salah satu lokasi pelestarian


Sumber: Dio dian antoni wijaya, 2019

Pada proses ini penulis melakukan eksplorasi tentang tema


penciptaan didasari dari kegiatan pengamatan yang dilakukan melalui data
seperti, mencari literatur yang relevan dari buku, internet, dan observasi
langsung pada objek bunga Rafflesia Arnoldii. Literatur yang yang
didapatkan dari kelompok pelestarian alam dikota Bengkulu dicari oleh
penulis data yang berkaitan dengan Rafflesia Arnoldi. sementara dalam
wetografi mengenai seni seni serat, artikel, majalah daring, dan website
yang berkaitan dengan penciptaannya.
Selain melakukan eksplorasi di atas penulis juga melakukan
observasi penggunaan material yang akan dipakai sebagai media
perwujudan karyanya. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh hasil
wujud karya yang diharapakan penulis. Setelah melakukan observasi

24
akhirnya pemilihan material dipilih material serat baik itu serat buatan atau
serat alami sebagai material yang digunakan. Material serat dipilih
mempertimbangkan kualitas karakter benang yang memiliki serat, serta
tekstur yang bagus dan dapat menyesuaikan visual yang ingin wujudkan.
C. Landasan teori (research theory)
Adalah proses mencari teori pendekatan yang akan digunakan sebagai
acuan konsep penciptaan karya dalam mewujudkan bentuk karya seni serat.
Teori-teori yang digunakan juga dapat membantu membedah hasil karya.
Teori yang dipakai dalam penciptaan karya ini adalah teori pendekatan
Estetika, teori pendekatan Kreativitas dan fenomenologi. Berangkat dari
pengalaman-pengalaman penulis dalam mengolah apa yang telah dirasakan
terhadap fenomena lingkungan, alam, dan pengalaman pribadi yang
diwujudkan ke dalam sebuah karya seni serat. Dalam praktik kesenirupaan
dan desain, diposisikan daya unsur-unsur yang melibatkan aspek-aspek
estetika (kepekaan, pengalaman emosional, ketrampilan, dan proses kreatif)
yang diimplementasikan sebagai wujud karya seni.
2. Eksperimen
Adalah proses dimana penulis melakukan percobaan dan mengolah bahan dan
juga mengelolah sumber ide kedalam bentuk yang akan diwujudkan. Perancangan
bentuk dan konsep karya kedalam bentuk sketsasa atau desain alternatif. Berdasarkan
hasil analisis data acuan yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan untuk digunakan
membuat rancangan karya. Berikut ini adalah gambar rancangan karya yang akan
diwujudkan dalam penciptaan Tugas Akhir ini. Berikut adalah sketsa alternatif dan
desain terpilih yang telah penulis ciptakan.
a.Bentuk
Pada tahap perwujudtan bentuk bunga Rafflesia Arnoldi ke dalam bentuk
aslinya sampai pada pemecahan struktur bunga Rafflesia Arnoldi ke dalam bentuk
abstrak langkah utamanya membuat sketsa terlebih dahulu wujud sketsa-sketsa yang
dibuat seperti berikut Setelah tahapan ekspolasi, dilanjutkan pada tahapan
perancangan yaitu pembuatan sketsa dan desain, hal ini dilakukan agar bantuk bunga
dapat terbentuk secara sistematik hingga memperoleh desain yang diingin dalam
proses perwujudan karya. Sketsa dan desain digunakan sebagai bahan acuan, agar
mempermudah dalam proses perwujudannya.

25
Melalui tahapan sketsa dan desain tidak menutup kemungkinan akan
menghasilkan suatu ide yang dapat menciptakan sutau wujud visual bunga Rafflesia
Arnoldi yang lebih menarik. Pada tahapan awal ini akan dilakukan pembuatan sketsa
mengacu pada gagasan bentuk dan karakteristik dari bunga Rafflesia Arnoldi
melalui pengolahan data yang akan dipadukan dengan ide dari penulis. Data yang
diperoleh dicermati dan digunakan sebagai bahan eksplorasi pada pembuatan sketsa
dan desain.
ULASAN KARYA
4. KARYA 1

Gambar.10. Karya 1 “ Siklus”


“Siklus”, Mix Media (Benang Sulam Umbrella, Kanvas, Kayu Jati),
Sulam Bordir Tangan , 30 cm x 22cm (4 karya): 2020
Fotografer : Dedy Shofianto

Deskripsi Karya Fiber Art : “Siklus”

Karya ini berjudul “Siklus” karya ini menceritakan proses pertumbuhan bunga
Rafflesia Arnoldi dari bibit bongkol sampai pada fase mekar, dan akhirnya layu dan mati.
Pada proses penciptaan karya ini sengaja mengangkat bunga Rafflesia Arnoldi yang menjadi
26
salah satu bunga puspa bangsa yang memiliki keunikan dan sifat biologi bunga Rafflesia
Arnoldi yang berbeda dengan tumbuhan lainya yang menjadi daya tarik tersendiri untuk
menuangkan kedalam sebuah karya seni yang menjadi simbol proses kehidupan.

Proses pertumbuhan bunga Rafflesia Arnoldi memakan waktu yang cukup lama,
dalam proses pertumbuhan awal untuk munculnya kuncuk dibutuhkan waktu 9 bulan mas
mekar. Dalam kurung waktu tersebut, ternyata tidak diperlukan lama setelah mekar bunga
Rafflesia Arnoldi akan layu. Melihat fenomena tersebut diibaratkan kehidupan makhluk
hidup di dunia dalam proses dari fase lahir hingga meninggal, ada peribahasa Jawa dulu yang
mengatakan bahwa “wong urip iku mung mampir ngombe”, yang diartikan bahwa manusia
cuma beristirahat sejenak untuk hidup. Manusia tidak hidup untuk selamanya di dunia, ada
waktu saat lahir dan ada waktu meninggal. Pada masa dalam kandungan ibu selamah 9 bulan,
lalu lahir dan tumbuh dewasa dan mulai bersosialisasi, adanya fase bertambah usia lalu akan
pergi ke sisi-Nya.

Hal lain dari konsep yang ingin ditampilkan yaitu, adanya “siklus” perubahan alam.
Pada masa dahulu tempat tumbunga bunga Rafflesia Arnoldi Bengkulu dikawasan hutan
tersebut telah mengalami perubahan dimana adanya perluasan lahan menjadi pertanian.
Melalui karya dengan ukuran panel 30 x 22 cm, dengan penyelesai akhir dengan pemasangan
penal kayu jati. Bahan utama dari karya yaitu kain blacu yang disulam. Pada bagian sulaman
menggunakan teknik sulaman dasar lurus dengan mempertimbangkan visual dari bunga, hal
ini dilakukan untuk menampilkan volume dan tetap menampilkan ciri khas dari bunga
tersebut.

Secara visual dalam 4 karya yang berjudul “Siklus” ini menjelaskan beberapa fase
pertumbuhan bunga Rafflesia Arnoldi yang terbelenggu oleh potongan kayu jati yang
membentuk sebagai figura. Pemilihan variasi warna hijau pada bagian background ingin
menyimbolkan keadaan habitat asli bunga Rafflesia Arnoldi pada alam yang masih alami.
Sedangkan pengunaan potongan kayu jati menyimbolkan hutan yang mengalami penebangan
hutan yang mengakibatkan banyaknya pohon inang mati sehinga tidak segaja ikut matinya
bunga Rafflesia Arnoldi pada habitatnya. Keadaan tersebut bisa disebabkan fenomena
kerusakan lingkungan alam menjadi lingkungan perkebunan kopi, karet, dan kelapa sawit di
hutan di Kota Bengkulu. Secara kontekstual ide dasar karya yang berjudul “Siklus” ini ingin
membawa para audiens seperti menyaksikan sebuah fase kehidupan asli bunga Rafflesia
Arnoldi yang dijadikan gambaran kehidupan penulis dan makluk hidup lainya didunia.

27
Gambar.11. Karya 2 “keseimbangan”
“Keseimbangan”, Mix Media (Kain Goni, Benang Rajut, Benang Nilon)
Rajut, macram, 30 cm x 23 cm (2 karya)
Fotografer : Dedy Shofianto

Deskripsi Karya Fiber Art : “Keseimbangan”


Karya ini menampilkan bentuk bunga Rafflesia Arnoldi dalam visualisasi gentong.
Gentong bila diibaratakan bagaiakan gentong tanah liat yang menampung air dan tetap
mesejukan pada saat air itu digunakan. Hal ini disamakan dengan seorang guru yang
menampung murid-muridnya, tidak adanya perbedaan baik dari bodoh pintar maupun tinggi
rendah murid tersebut, siap nempung tiap keluh resah tiap murid dan memberikan kesejukan
saat membagi ilmunya. Filosofi gentong juga mendeskripsikan mengenai bagi manusia kita
harus saling berbagi dan saling bergandengan tangan, apalagi saat ini dimana dunia sedang
dilandah oleh covid-19, tidak perlu melihat status dimana dimata Tuhan kita sama.

Ilustrasi di dalam karya ”keseimbangan” Karya ini berbentuk panel tiga dimensi
berukuran 30 cm x 22cm. Dari sini kita dapat belajar apa arti kesabaran, ketulusan, kerja
keras, menahan amarah, menghargai sesama, dan tidak menyepelekan orang lain. Bahan yang
digunakan adalah kain goni dan berbagai jenis benang antara lain benang rajut, benang rayon,
benang cotton, dan benang jahit sebagai pengait menyatukan antara rajutan dengan kain goni
dengan teknik jahit jelujur. Pemilihan warna merah marun pada bagian rajutan yang
membentuk tabung menjadi simbol semangat untuk saling membagi ilmu yang telah didapat
kepada sesama manusia tanpa memandang siapa kita berbagi. pada bagian background
mengunakan warna cokelat asli kain goni mencoba memahami apapun yang kita miliki saat
ini tidak akan kita bawa saat kita kembali ke tanah dan menghadap pada sang Pencipta.
28
Gambar.12. Karya 3 “Dinamika”
Mix Media (Kain Goni, Benang Rajut, Benang Woll, Tali Kur, Benang Borneo, Benang Contton)
Jahit Isi, Sulam Tangan, Macram, 2,5cm x 150cm
Fotografer : Dedy Shofianto

Deskripsi Karya Fiber Art : “Dinamika”


Karya ini berjudul “Dinamika”, dalam pewujudan adanya pemecahan struktur bagian
dari bunga Rafflesia Arnoldi. Hal ini memiliki maksud adanya suatu bentuk ancaman
kerusakan terhadap bunga Rafflesia Arnoldii, sebagaian manusai dengan tangan usilnya
sengaja merusak dan tidak bertanggung jawab akan kesalahannya yang telah dilakukan.
Tumbuhan juga makhluk hidup merka tumbuh dan bernafas, bagaikan manusia hidup dan
berkeluarga, bunga Rafflesia Arnoldi juga merasa kehilangan saat inangnya mati maka
anak-anaknya juga akan mati. Adapula fenomena dimana bunga Rafflesia Arnoldi mulai
tumbuh diluar habitatnya, ini diibaratkan bagaikan anak rantau yang jauh dari keluarga.

29
Saat kita jauh kita perlu penyesuai, sama halnya dengan bunga ini saat dia jauh dari
inangnya dan keluar dari jalur habitatnya dia perlu bertahan dan menyesuaikan dirinya pada
habitatnya agar tetap hidup. Bertahan hidup bagaiakan parasit, dimana saat itu dapat
menguntungkan yang ditumpangi atau merugiakan yang ditumpangi selama hidup.
Ilustrasi di dalam karya ”Dinamika” Karya ini berbentuk panel dua dimensi berukuran
2,5m x 150cm. Dalam karya yang berjudul “Dinamika” dengan kolase Rafflesia Arnoldi jahit
isi yang dirangkai menggunakan kain perca dan dakron. Karya ini merupakan karya seni serat
dengan menggunakan kolaborasi berbagai teknik dan bahan. Teknik yang digunakan untuk
menciptakan karya dengan judul “Dinamika” cenderung menggunakan teknik colose jahit isi
dari kelopak bunga Rafflesia Arnoldi dengan teknik pendukung sulam tangan dan makram.
Bahan yang digunakan untuk mewujudkan karya ini menggunakan kain goni dan berbagai
jenis benang serat alam dan serat sintetis. Serat alam meliputi benang cotton, benang goni,
dan benang rayon. Sedangkan serat sintetis yang digunakan adalah benang woll, borneo, tali
kur, dan nilon. Benang-benang tersebut digunakan untuk menghasilkan tekstur akar-akar
dengan teknik macram sesuai yang diharapkan.
Nuansa warna dalam karya ini cenderung menggunakan warna natural benang, seperti
warna coklat dari kain goni, benang poliestrat, woll dan cotton. Dari warna-warna yang
diterapkan, secara visual harus diletakkan dalam komposisi yang tepat untuk menghasilkan
karya yang harmonis. Garis-garis spontan tersebut merupakan karakter luapan emosi penulis
yang diwujudkan ke dalam goresan yang diwujudkan kedalam benang-benang yang
menjulur seperti akar-kar dengan teknik macram dan sulam tangan Rafflesia Arnoldi yang di
buat dengan teknik jahit aplikasi isi dengan warna dan desain yang telah distilisasi sesuai
karakter.
KESIMPULAN
Perwujudan karya seni tidak semata-mata untuk menuangkan pengalaman estetik
dan artistik penulis untuk men dapat kepuasan diri namun ada dorongan baik itu yang
berasal dari lingkungan baik itu berupa sosial maupun budaya yang menjadi pengaruh
terciptanya karya ini. Selain hal tersebut adanaya suatu tindakan berkarya seni sebagai
media untuk menuangkan ide, gagasan, imajinasi, dan ekspresi diri. Dalam proses
pewujudan karya ini bukan hanya penciptaan yang diutamakan, akan tetapi adanya suatu
keseimbangan dengan pertanggung jawaban antara konteks karya dengan penciptaannya.
Pemilihan media tekstil digunakan sebagai media utama dalam pewujudan karyanya
diharapkan akan memberikan suatu bentuk apreasiasi melalui ekspresi yang ditungakan di

30
dalam karyanya. Karya ini mengandung nilai-nilai baik secara historis dan sosial
mengenai kehidupan manusia maupun dari bunga Rafflesia Arnoldi.

Dalam tahapan penciptaan adanya proses kreatif menggunakan seni serat sebagai
media penciptaanya. Tahapan yang dilakukan dalam perwujudan karya ini melalui tahapan
eksplorasi ide dimana adanay proses inkubasi yaitu perenungan terhadapa ide yang ingin
disampaikan. Eksplorasi dilakukan melalui tahapan pencarian dari data pustaka maupun
Online, observasi terhadap bunga Rafflesia Arnoldi. Melalui tahapan tersebut ditungakan
kembali dalam kertas dan dibuatnya sketsa baik alternatif hingga skeksa terpilih lalu
proses penyelesaian sketsa dengan menjadikan menjadi desain agar mempermudah dalam
proses penciptaan karyanya. Setelah tahapan tersebut dilanjutkan dengan tahapan
perwujudan, ditahapan ini sangat memperngaruhi proses penciptaansebuah karya, karena
adanya suatu hal yang perlu disesuaikan sehingga terciptaanya nilai-nilai simbolik yang
akhirnya menimbulkan jaringan makna yang kompleks pada karya.

Penciptaan ini menghasilkan 3 karya seni serat dua dimensi. 3 karya seni serat dua
dimensi Menghasilkan karakter baru dari Bunga Rafflesia Arnoldi, sebagai hasil dari
proses stilisasi, yaitu berupa Bunga Rafflesia Arnoldi ke dalam karya seni serat namun
masih memperhitungkan wujud yang dihasilkan.
Berdasarkan yang telah dilakukan, terjadi beberapa kendala yang sedikitnya
mempengaruhi proses dari penciptaan. Mulai dari kendala teknis yaitu dalam proses
penyulaman, sebuah tekan emosi sangat mempengaruhi hasil dari pengunaan warna dan
tekstur yang dihasilkan sehinga terjadi pembongkaran untuk penyesuaian warna dan
makna yang ingin penulis sampaikan. Selain hal tersebut proses pengisian dakron pada
aplikasi jahit isi serta finishing proses ini menggunakan teknik jahit isi, sehinggga perlu
bongkar pasang karya berbentuk kelopak bunga yang sudah diisi harus dibongkar terlebih
dahulu untuk proses penjahitan dan pengisian dakron kemudian baru bisa dirangkai
menjadi satu kesatuan. Dengan terciptannya karya-karya ini, semoga dapat menjadi bahan
kajian, diskusi, ataupun kritikan. Dapat juga memperkaya khasanah seni kriya dalam
pendidikan seni.

31
DAFTAR PUSTAKA
Anas, Biranul. (2006), Ikatan Silang Budaya Seni Serat, Bentara Budaya,
Jakarta.

Azalea. (2014), Kreasi Rajut Paling Cute Spesial Bikin Perhiasan yang
Nggak Pasaran, Media Pressindo, Yogyakarta.

Abdullah, Hamidin. (2010), Jurnal Perintis Pendidikan Fakulti Seni Lukis


dan Seni Reka (UiTM), Editorial Journal INTI FSSR INTI Jilid 18
(Bil.1).

Budiman, Kris. (2011), “Semiotika Visual”, Konsep, Isu, dan Problem


Ikonitas, Jalasutra, Yogyakarta.

Brower, M.A.W. (1998), Alam Manusia dalam Fenomenologi, PT Gramedia,


Jakarta.

Budiyono. (2008), Kriya Tekstil untuk Sekolah Menengah Kejuruan Jilid


1, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta.

Djelantik. (2004), Estetika Sebuah Pengantar, Media Abadi, Yogyakarta.


Gie, The Liang. (2004), Filsafat Keindahan, Pusat Belajar Ilmu Berguna (PUBIB),
yogyakarta.

Gustami, Sp. (20040), Proses Penciptaan Seni Kriya “Untaian Metodologis”,


Yogyakarta: Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Hamy, Stephanus dan Debbie S.Suryawan. (2011), Sulam Tapis Lampung


(Mengolah Wastra Indonesia), Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Iswantara, Nur. (2017), Kreativitas (sejarah, teori dan perkembangan), Gigih
pustaka Mandiri.

Kartika, Dharsono Sony dan Nanang Ganda Perwira. (2004), Pengantar


Estetika, Rekayasa Sains, Bandung.

Kartika, Dharsono Sony. (2017), Seni Rupa Modern, Rekayasa Sains,


Bandung.

Langer, Suzanne K. (2006), Problematika Seni, Sunan Ambu Press, Bandung.

Malins, J. Ure J. And Gray C (1996), The Gap: Adressing Practice Based
Research Training Requirements For Designers, The Robert
University, Aberdeen, United Kingdom.

Saraswati. (1986), Seni Makrame III, Penerbit Bhratara, Jakarta.

32
Soedarso Sp. (2006), Trilogi Seni Penciptaan, Eksistensi, dan Kegunaan Seni,Institut
Seni Indonesia Yogyakarta, Yogyakarta.

Susatya, Agus. (2011), Refflesia :Pesona Bunga Terbesar di Dunia, Direktorat


Kawasan Konservasi dan Bina Hutan Lindung, Bengkulu.

33

Anda mungkin juga menyukai