Anda di halaman 1dari 20

I.

PENGAMBILAN CONTOH BENIH

A. Pendahuluan
Analisis benih dilakukan terhadap suatu contoh kerja yang diambil dari contoh kiriman.
Contoh benih yang dianalisis merupakan wakil dari sekelompok benih yang jumlahnya sangat
banyak, sesuai ketentuan pengelompokan benih. Kesalahan dalam pengambilan contoh akan
memberikan hasil analisis yang tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya dari suatu
kelompok benih yang diwakili. Oleh karena itu, suatu kelompok benih seringkali tidak
homogen, maka pengambilan contoh benih harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan. Dalam pengambilan contoh harus diatur sedemikian rupa agar contoh yang akan
dianalisis dapat mencerminkan sifat atau keadaan yang sebenarnya dari suatu kelompok
benih yang diambil contohnya.
Beberapa ketentuan dalam pengambilan contoh benih adalah (1) pengambilan contoh
dilakukan secara acak dari setiap wadah atau aliran benih, (2) benih-benih yang lengket
diambil contohnya dengan tangan, (3) benih yang disimpan dalam wadah kecil seperti kaleng,
wadah yang kedap air, kantong kertas, contoh benihnya sebaiknya diambil sebelum
diwadahkan, jika tidak memungkinkan maka sejumlah wadah yang mewakili harus dibuka
kemudian disegel kembali atau dipindahkan ke wadah yang baru, dan (4) benih lainnya
diambil dengan menggunakan alat seperti stick trier. Selain ketentuan tersebut masih terdapat
beberapa ketentuan dalam pengambilan contoh, mulai dari contoh primer sampai dengan
contoh kerja yang siap untuk dianalisis.
Contoh benih sesuai ketetapan terdiri dari contoh primer, komposit, kiriman dan
contoh kerja. Contoh-contoh primer yang menunjukkan perwujudan yang seragam digabung
menjadi contoh komposit. Biasanya contoh komposit terlalu banyak untuk langsung dikirim ke
laboratorium, karena itu diadakan pengurangan sesuai dengan bobot yang telah ditetapkan
bagi tiap-tiap spesies (Lampiran 1).
B. Tujuan
Mengetahui cara pengambilan contoh benih agar didapatkan sejumlah contoh benih
yang sesuai untuk pengujian dan mencerminkan sifat atau keadaan dari kelompok benih.
C. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan: benih kedelai, jagung, kacang hijau, padi sawah dan plastik.
Alat yang digunakan: mangkok, baki, spatula, sendok dan timbangan analitik.
D. Metode Pelaksanaan
1. Ambil sejumlah benih dari suatu kelompok benih dengan satu kali pengambilan (disebut
dengan contoh primer).
2. Contoh yang telah diambil digabungkan (disebut dengan contoh komposit)
3. Contoh komposit dikurangkan secara merata hingga ukurannya memenuhi syarat yang
telah ditetapkan (Lampiran 1) (disebut dengan contoh kiriman). Benih ini digunakan untuk
keperluan pengujian mutu, biasanya oleh pemilik benih dikirim ke laboratorium benih.
4. Contoh kiriman dikurangkan secara merata dan bertahap sesuai dengan bobot yang
ditetapkan dalam proses pengujian mutu (Lampiran 1) (disebut dengan contoh kerja).
Pengambilan contoh kerja dilakukan dengan cara mangkok, cara sendok dan modifikasi
cara parohan.

1 Penuntun Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih Tahun Ajaran 2020/2021


E. Tabel Pengamatan
Jenis Contoh Cara Pengambilan Contoh
Jenis Benih Bobot Contoh (g)
Benih Benih
Primer
Komposit
Kiriman
Kerja
Primer
Komposit
Kiriman
Kerja
Primer
Komposit
Kiriman
Kerja
Primer
Komposit
Kiriman
Kerja
Primer
Komposit
Kiriman
Kerja

2 Penuntun Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih Tahun Ajaran 2020/2021


II. PENGUJIAN KEMURNIAN FISIK BENIH

A. Pendahuluan
Pengujian kemurnian fisik benih seringkali dilakukan untuk keperluan pengisian atau
pengawasan/pengecekan data label benih. Pengujian ini merupakan pengujian standar dalam
pelabelan benih yang akan dipasarkan. Hasil pengujian kemurnian fisik dapat memberikan
gambaran tentang mutu benih secara fisik. Pengujian kemurnian fisik dilakukan dengan
memisahkan benih dari campuran kotoran berupa pecahan benih, batu, pasir, gulma dan
lainnya sesuai dengan ketentuan pengujian.
Dalam pengujian kemurnian fisik, benih dianalisis dengan memisahkan 3 komponen
benih yaitu benih murni, benih tanaman lain dan kotoran benih. Benih murni harus menunjuk
pada jenis/kultivar sesuai dengan keterangan pengirim. Untuk kelompok benih campuran
seperti pada tanaman makanan ternak atau tanaman hias yang memang sengaja dicampur
dari berbagai jenis kultivar, harus disebutkan dengan jelas isi campuran dan komposisinya.
Komponen benih murni diantaranya 1) biji mudah mengkerut, berukuran kecil dan
sedikit rusak; 2) pecahan biji dengan ukuran yang lebih besar dari ½ ukuran asli. Sebagai
pengecualian pada famili Leguminosae, Cruciferae, Cupressaceae, Pinaceae dan
Taxodiaceae, apabila kulit bijinya lepas seluruhnya dianggap sebagai kotoran benih; 3) biji
yang terserang penyakit dan bentuknya masih dikenali. Tetapi, jika bentuknya berubah
menjadi Sclerotia, nematode galls atau smut balls maka dianggap sebagai kotoran benih; 4)
biji yang telah mulai tumbuh; dan 5) unit benih ganda (multiple seed unit/MSU), termasuk
benih murni.
Benih tanaman lain meliputi biji dari tanaman pertanian yang tidak termasuk
jenis/kultivar yang tertera dalam keterangan pengirim atau mencakup unit benih tanaman
spesies lain yang terikut selain benih murni. Kotoran benih meliputi biji dan bagian dari biji
serta bahan-bahan lain yang bukan merupakan bagian dari biji seperti:
1. pecahan benih dengan ukuran setengah atau kurang dari setengah ukuran asli;
2. benih dari Leguminosae, Cruciferae, Cupressaceae, Pinaceae dan Taxodiaceae dengan
kulit biji terkelupas semua (tanpa kulit biji);
3. unit benih yang terlihat jelas tidak mengandung benih sejati;
4. biji rusak tanpa lembaga (sudah hancur/rusak bobot);
5. gabah hampa, tanah, pasir, batu, batang/ranting, jerami, dan bahan-bahan lain.
B. Tujuan
Mengetahui cara pengujian kemurnian benih secara fisik dan mengetahui tingkat
kemurnian benih yang diuji.
C. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan: benih kedelai, jagung, kacang hijau, padi sawah dan wadah
atau kantong plastik. Alat yang digunakan: pinset, kaca pembesar dan timbangan analitik.
D. Metode Pelaksanaan
1. Timbang contoh kerja sesuai dengan ketetapan (Lampiran 1). Contoh kerja ditimbang
dalam satuan gram dengan tingkat ketelitian sebagai berikut:
Bobot contoh kerja (g) Jumlah Desimal
<1 4
1.0 – 9.999 3
10 – 99.99 2
100 – 999.9 1
≥ 1000 0

3 Penuntun Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih Tahun Ajaran 2020/2021


2. Analisis benih dengan memisahkan ke dalam 3 (tiga) komponen yaitu benih murni, benih
tanaman lain dan kotoran benih. Analisis dapat dilakukan secara tunggal atau ganda.
Analisis tunggal menggunakan benih sebanyak satu kali seluruh contoh kerja, sedangkan
analisis ganda dilakukan dengan menggunakan benih sebanyak dua kali setengah
contoh kerja yang masing-masing diambil secara terpisah.
3. Timbang bobot masing-masing komponen dalam satuan gram dengan tingkat ketelitian
sesuai dengan pada contoh kerja.
4. Hitung persentase masing-masing komponen benih. Untuk bobot contoh kerja kurang
dari 25 gram, persentase bobot masing-masing komponen dihitung berdasarkan total
bobot semua komponen, bukan berdasarkan bobot penimbangan awal. Total bobot
tersebut harus dibandingkan dengan bobot awal untuk mengecek adanya kehilangan
atau kesalahan lain (toleransi 1 %). Untuk bobot contoh kerja lebih besar dari 25 gram,
persentase bobot komponen benih tanaman lain dan kotoran benih dihitung terhadap
bobot awal contoh kerja.
5. Komponen benih murni boleh tidak ditimbang, dapat dihitung dengan mengurangi angka
100 % dengan jumlah persentase bobot kedua komponen lainnya (toleransi 5 %).
E. Tabel Pengamatan
Hasil analisis masing-masing komponen
Bobot contoh
Jenis benih Komponen Benih Bobot (g) Persentase
kerja (g)
(%)
Benih murni
Benih tanaman lain
Kotoran benih
Benih murni
Benih tanaman lain
Kotoran benih
Benih murni
Benih tanaman lain
Kotoran benih
Benih murni
Benih tanaman lain
Kotoran benih
Benih murni
Benih tanaman lain
Kotoran benih
Keterangan: Hasil pengujian kemurnian ditulis dalam persentase dengan 1 desimal. Jumlah persentase bobot dari
komponen harus 100%. Komponen yang bobotnya kurang dari 0,05% supaya dilaporkan “trace”
yang berarti ada, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Apabila ditemukan hasil nihil dari suatu komponen
harus ditulis dengan angka 0.0% pada kolom yang disediakan. Kolom-kolom yang disediakan harus
diisi, tidak boleh dibiarkan kosong.

4 Penuntun Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih Tahun Ajaran 2020/2021


III. PENETAPAN VARIETAS LAIN SECARA LABORATORIES

A. Pendahuluan
Seperti halnya pada pengujian kemurnian fisik benih, penetapan varietas lain juga
merupakan pengujian standar yang seringkali dilakukan untuk keperluan pengisian data label
benih. Benih varietas lain adalah semua biji/benih yang tidak termasuk dalam varietas yang
dimaksud oleh pengirim, tetapi masih termasuk dalam satu spesies.
Penetapan varietas lain dilakukan dengan memisahkan/menghitung benih varietas lain
secara visual berdasarkan tanda morfologi varietas-varietas bersangkutan. Tanda-tanda
morfologi benih yang dapat digunakan untuk pemisahan/pembedaan varietas antara lain
adalah bentuk biji, warna biji, ukuran biji, kilap kulit biji, serta bentuk, letak dan warna hilum.
B. Tujuan
Mengetahui cara penetapan varietas lain sesuai dengan ketetapan yang berlaku, serta
mengetahui persentase campuran benih varietas lain yang terdapat dalam suatu kelompok
benih.
C. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan: benih kedelai, jagung, kacang hijau, padi sawah dan wadah
atau kantong plastik. Alat yang digunakan: pinset, kaca pembesar, spatula dan timbangan
analitik.
D. Metode Pelaksanaan
1. Timbang contoh kerja sesuai dengan ketetapan (Lampiran 1). Contoh kerja ditimbang
dalam satuan gram dengan tingkat ketelitian sebagai berikut:
Bobot contoh kerja (g) Jumlah Desimal
<1 4
1.0 – 9.999 3
10 – 99.99 2
100 – 999.9 1
1000 atau lebih 0
2. Analisis benih dengan memisahkan benih varietas lain sesuai dengan kriteria spesifik
untuk masing-masing jenis tanaman.
3. Timbang bobot masing-masing komponen dalam satuan gram, dengan tingkat ketelitian
sesuai dengan pada contoh kerja dan hitung jumlah butirnya.
4. Hitung persentase masing-masing komponen. Untuk bobot contoh kerja kurang dari 25 g,
persentase bobot masing-masing komponen dihitung berdasarkan total bobot semua
komponen, bukan berdasarkan bobot penimbangan awal. Total bobot tersebut harus
dibandingkan dengan bobot awal untuk mengecek adanya kehilangan atau kesalahan lain
(toleransi 1%). Untuk bobot contoh kerja lebih besar dari 25 g, persentase bobot
komponen benih tanaman lain, dan kotoran benih dihitung terhadap bobot awal contoh
kerja.
5. Komponen benih murninya boleh tidak ditimbang, dapat dihitung dengan mengurangi
angka 100 % dengan jumlah persentase bobot kedua komponen lainnya (toleransi 5%).

5 Penuntun Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih Tahun Ajaran 2020/2021


E. Tabel Pengamatan
Bobot Hasil analisis masing-masing komponen
Jenis benih contoh Bobot Jumlah Persentase
Varietas
kerja (g) (g) Butir (%)
Varietas Murni
Campuran Varietas Lain 1
Campuran Varietas Lain 2
Campuran Varietas Lain 3

Varietas Murni
Campuran Varietas Lain 1
Campuran Varietas Lain 2
Campuran Varietas Lain 3

Varietas Murni
Campuran Varietas Lain 1
Campuran Varietas Lain 2
Campuran Varietas Lain 3

Varietas Murni
Campuran Varietas Lain 1
Campuran Varietas Lain 2
Campuran Varietas Lain 3

Keterangan: Hasil pengujian kemurnian ditulis dalam persentase dengan 1 desimal. Jumlah
persentase bobot dari komponen harus 100%. Komponen yang bobotnya kurang dari
0,05% supaya dilaporkan “trace” yang berarti ada, tetapi jumlahnya sangat sedikit.
Apabila ditemukan hasil nihil dari suatu komponen harus ditulis dengan angka 0.0%
pada kolom yang disediakan. Kolom-kolom yang disediakan harus diisi, tidak boleh
dibiarkan kosong.

6 Penuntun Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih Tahun Ajaran 2020/2021


IV. Uji Viabilitas dan Vigor Benih (Perkecambahan)

A. Pendahuluan
Viabilitas benih adalah kemampuan benih untuk hidup yang ditunjukkan oleh gejala
pertumbuhan atau gejala metabolismenya. Parameter pengujian viabilitas benih dinilai dari
media, cara dan waktu yang hendaknya bersifat baku dan objektif, murah, sederhana, cepat
dan jika merupakan uji vigor harus dapat menduga keragaan benih tanaman di lapangan dan
daya simpan benih di gudang penyimpanan.
Dalam metode uji standar, pengujian benih dilakukan secara langsung menggunakan
substrat pengujian berupa pasir, tanah, kertas merang/CD dan arang sekam. Media kertas
merang lebih banyak digunakan untuk pengujian viabilitas benih di laboratorium karena lebih
praktis dan dapat digunakan untuk banyak jenis benih.
Metode pengujian viabilitas benih dengan media kertas dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu (1) Uji Di atas Kertas (UDK), (2) Uji Antar Kertas (UAK), dan (3) Uji
Kertas Digulung (UKD). Metode UKD masih dibagi lagi dalam beberapa sub bagian di
antaranya adalah Uji Kertas Digulung didirikan (UKDd), Uji Kertas Digulung didirikan dalam
plastik (UKDddp) dan Uji Kertas Digulung Dimiringkan (UKDm).
B. Tujuan
Mengetahui cara pengujian benih dengan berbagai metode uji standar serta mengenal
cara penilaian beberapa peubah viabilitas benih.
C. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan: benih kedelai, jagung, kacang hijau, padi sawah, pasir/tanah
dan wadah atau kantong plastik. Alat yang digunakan: pinset, cawan petri, baki dan
timbangan analitik.
D. Metode Pelaksanaan
1. Lakukan pengujian benih dengan metode uji dalam pasir/tanah, dengan cara menanam
benih dari masing-masing jenis tanaman dalam media pasir/tanah.
2. Dalam pasir (in sand/S): benih diletakkan pada permukaan pasir lembab dan ditutup
dengan lapisan 1-2 cm.
3. Di atas pasir (top of sand/TS): benih hanya ditekan diatas permukaan pasir.
4. Amati perkecembahan benih yang dikecambahkan.
E. Peubah Pengamatan Uji Viabilitas dan Vigor Benih pada Uji Standar
1. Daya berkecambah (DB)
Menggambarkan viabilitas potensial benih (Sadjad et al. 1999), dihitung berdasarkan
persentase kecambah normal (KN) hitungan pertama yaitu 5 hari setelah tanam (hst) dan
kedua (7 hst) dengan rumus:
 KN hitungan I +  KN hitungan II
DB = X 100%
 benih yang ditanam
2. Potensi tumbuh maksimum (PTM)
Menggambarkan viabilitas total benih, diamati dengan cara menghitung semua benih
yang berkecambah pada hari terakhir pengamatan (14 hst).
 Kecambah (normal+abnormal)
PTM= X 100%
 benih yang ditanam
7 Penuntun Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih Tahun Ajaran 2020/2021
3. Keserempakan tumbuh (KST)
Menggambarkan vigor benih (Sadjad et al. 1999), dihitung berdasarkan persentase
kecambah normal (KN) pada hari antara hitungan pertama (7 hst) dan kedua (14 hst) yaitu
pada 10 hst.

 KN hari antara hit I & hit. II


KST= X 100%
 benih yang ditanam
4. Indeks vigor (IV), menggambarkan vigor kecepatan tumbuh (Copeland & McDonald 1995),
dihitung berdasarkan persentase kecambah normal pada hitungan pertama (7 hst)
dengan rumus :
 KN hitungan I
IV = X 100%
 benih yang ditanam

5. Kecepatan tumbuh relatif (KCT-R)


Menggambarkan vigor benih, merupakan perbandingan nilai KCT dengan KCT
maksimum. KCT maksimum diperoleh dengan asumsi bahwa pada saat hitungan pertama
kecambah normal sudah mencapai 100%. KCT dihitung berdasarkan akumulasi kecepatan
tumbuh harian (Sadjad et al. 1999) dengan rumus:

tn Keterangan: t = waktu pengamatan


N
KCT =  N = % KN setiap waktu pengamatan
0 t
tn = waktu akhir pengamatan
Perhitungan KCT-R untuk benih padi adalah:
KCT maks=

KCT -R=

6. T50
Merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai 50% total pemunculan kecambah,
diamati dengan menghitung jumlah benih yang berkecambah setiap hari. T50 menggambarkan
vigor benih, dihitung dengan rumus :
( n50% - ni )
T50 = ti + ( nj - ni ) ( tj – ti )
Keterangan :
ti : waktu antara, pada saat atau sebelum benih berkecambah 50%
tj : waktu antara, setelah benih berkecambah 50%
50% : jumlah benih berkecambah (50% dari total benih yang berkecambah)
nj : jumlah benih berkecambah pada waktu tj
ni : jumlah benih berkecambah pada waktu ti

8 Penuntun Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih Tahun Ajaran 2020/2021


F. Tabel Pengamatan
Uji Standar

∑ Kecambah Hari Ke- ∑ KN Hari Ke-


Lot Benih Ulg.
1 2 3 4 5 6 7 4 5 6 7
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
G.

Keterangan: Ulg = Ulangan; KN = Kecambah Normal

9 Penuntun Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih Tahun Ajaran 2020/2021


DAFTAR PUSTAKA

Anas I. 1989. Biologi Tanah dalam Praktek Petunjuk Laboratorium. Departemen Pendidi kan
dan Kebudayaan. Dirjen Pendidikan Tinggi. PAU Bioteknologi IPB. Bogor. UPT
Produksi Media Informasi, Lembaga Sumberdaya Informasi IPB.

Association of Official Seed Analysis. 1983. Seed Vigor Testing Handbook. Contribution No.
32.

AOAC, 2005. Official Methods of Analysis. Association of Official Analytical Chemists.


Benjamin Franklin Station. Washington.

Bhodthipuks J, P Pukittayacames, S Saelim, BPS Wang and SL Yu. 1994. Rapid Viability
Testing of Tropical Tree Seed. Training Course Proceedings No. 4. Asean Forest Tree
Seed Centre Project, Thailand.

Bonner FT, JA Vozzo, WW Elam, and SB Land. 1994. Tree Seed Technology Training
Course, Instructors Manual. United States Departemen og Agriculture, General
Technical Report.

Chabrinel, SRP Lestari, A Margapranata. 2012. Teknik Pengembilan Contoh Benih Tanaman
Pangan dan Hortikultura. Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan Balai Besar PPMB-TPH. Depok.

Chin HF and EH Roberts (Eds.). 1980. Recalcitrant Crop Seeds. Tropical Press SDN. BHD.
Malaysia.

Cpeland LO and McDonald. 1985. Principles of Seed Science and Technology. Bugress Publ
Co. Minneapolis.

Crop Science Society of America. 1989. Special Publication Number 14. USA.

Dirjen Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. 1994. Pedoman Analisa Mutu Benih.
Direktorat Bina Perbenihan.

Edwards DGW and BPS Wang. 1995. A Training Guide for Laboratory Analysis of Forest Tree
Seeds. Canada.

Fadhilah S, NF Wibawa, E Murwantini, A Kusumawardana, AM Yukti. 2015. Pengujian Mutu


Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Berdasarkan ISTA RULES. Kementerian
Pertanian Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Balai Besar PPMB-TPH. Depok.

Ilyas S. 2012. Ilmu dan Teknologi Benih: Teori dan Hasil-Hasil Penelitian. IPB Press. Bogor.

International Rules for Seed Testing. 1993. International Seed Testing Association. Zurich,
Switzerland.

International Seed Testing Association (ISTA). 2010. International Rules for Seed Testing.
Seed Testing Association. Zurich. Switzerland.

Kuswanto, H. 1996. Dasar-Dasar Teknologi, Produksi dan Sertifikasi Benih. ANDI.


Yogyakarta.

10 Penuntun Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih Tahun Ajaran 2020/2021


Pranoto HS, WQ Mugnisjah, E Murniati. 1990. Biologi Benih. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Dirjen Pendidikan Tinggi. PAU Ilmu Hayat IPB. Bogor. UPT Produksi
Media Informasi, Lembaga Sumberdaya Informasi IPB.

Sadjad S, E Murniati, S Ilyas. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih Dari Komparatif ke
Simulatif. PT Grasindo Bekerja Sama dengan PT Sang Hyang Sri. Jakarta.

Schmidt L. 2000. Guide to Handling of Tropical and Subtropical Forest Seed. Danida Forest
Seed Centre. Denmark.

Susilowati H, Iyam, A Kusumawardana, R Nurkartika, NF Wibawa. 2013. Pengakajian ISTA


RULES: Penetapan Kadar Air dan Kegiatan Pendukungnya. Kementerian Pertanian
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Balai Besar PPMB-TPH. Depok.

Sutopo L. 1993. Teknologi Benih. Fakultas Pertanian UNBRAW.

Widajati E, E Murniati, ER Palupi, T Kartika, MR Suhatono, A Qadir. 2013. Dasar Ilmu dan
Teknologi Benih. IPB Press. Bogor.

Zanzibar M, N Herdiana, I Novita, E Rohani, A Muharam, E Ismiati, H Royani, A Suprayogi.


2014. Pedoman Uji Cepat Viabilitas Benih Tanaman Hutan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan.
Bogor.

11 Penuntun Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih Tahun Ajaran 2020/2021


Lampiran 1. Bobot minimum contoh kiriman dan contoh kerja kemurnian dan contoh
kerja analisis jumlah biji tanaman lain

Bobot Bobot contoh kerja


Bobot contoh kerja
Nama Latin contoh analisis jumlah biji
kemurnian (g)
kiriman (g) tanaman lain (g)
Oryza sativa 1000 60 – 70 ** 500
Zea mays 1000 900 1000
Arachis hypogaea * 1000 1000 1000
Glycine max 1000 500 1000
Phaseolus radiates/aureus 1000 120 – 150 ** 1000
Keterangan: * Kemurnian fisik dalam bentuk polong contoh kerja 1,5 kg
** Berlaku untuk jenis/varietas yang ada di Indonesia
Sumber: Dirjen Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Direktorat Bina Perbenihan, 1994

Lampiran 2. Evaluasi benih hasil uji viabilitas dan vigor

Evaluasi benih dalam pengujian daya berkecambah pada dasarnya dilaksanakan


terhadap benih yang tumbuh dengan kondisi optimum di laboratorium.
Benih dapat dikategorikan:
1. Normal
2. Abnormal
3. Biji segar tidak tumbuh
4. Biji keras

1. Benih Kategori Normal


Tiga kategori yang termasuk benih normal, yaitu:
a. Benih dengan pertumbuhan sempurna
b. Benih dengan cacat ringan
c. Benih dengan infeksi sekunder

a. Benih dengan pertumbuhan sempurna


Tergantung dari jenis benih yang diuji. Benih sempurna menunjukkan kombinasi
spesifik pertumbuhan struktur-struktur penting sebagai berikut:
1. Akar Berkembang Baik
a. Akar primer:
- panjang dan ramping
- dipenuhi dengan tumbuhnya bulu-bulu akar
- ujung akar sehat
b. Akar sekunder
- merupakan tambahan dari akar primer
- tumbuh selama waktu pengujian (Zea, Cucurbita)
c. Beberapa akar seminal:
- dapat dianggap sebagai pengganti akar primer pada beberapa genera (Triticum,
Cyolamen).
2. Batang yang berkembang baik
a. Hipokotil lurus dan langsing pada perkecambahan epigeal.
b. Hipokotil pendek atau tidak dapat terlihat, tetapi dengan perkembangan epikotil yang
baik pada benih dengan perkecambahan hypogeal (Asparagus, Pisum).
c. Hipokotil dan epikotil memanjang pada beberapa generasi dengan perkecambahan
epigeal (Phaseolus)
d. Mesokotil yang pendek atau memanjang pada beberapa genera family rumput-rumputan
(Sorgum)
12 Penuntun Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih Tahun Ajaran 2020/2021
3. Jumlah kotiledon
a. Satu kotiledon
- pada monokotil
- warna hijau atau berbentuk seperti daun (Allium)
b. Dua kotiledon
- pada dikotil
- warna hijau, berkembang seperti daun
- ukuran dan bentuknya bermacam-macam sesuai dengan spesiesnya, menunjukkan
pertumbuhan epigeal
- atau setengah bulatan dan berdaging serta tetap tinggal di dalam kulit biji di dalam tanah
pada perkecambahan hypogeal.
c. jumlah kotiledon yang bermacam-macam (2 – 18) pada Conifers
- berwarna hijau, panjang dan sempit
4. Daun berkembang baik, berwarna hijau
a. Satu daun primer
- terkadang disertai dengan adanya beberapa sisik daun pada benih yang mempunyai
susunan daun berselang-seling (Pisum)
b. Dua daun primer
- pada benih dengan susunan daun yang berhadapan (Phaseolus)
5. Tunas pucuk
Perkembangannya bermacam-macam sesuai dengan jenisnya.
6. Koleoptil yang tumbuh baik dan lurus (pada Gramineae)
Dengan daun hijau yang tumbuh di dalamnya, sampai ujung atau muncul keluar.

b. Benih dengan cacat ringan


1. Akar
a. akar primer dengan kerusakan ringan (bercak nekrotik, agak berubah warna, patahan
ringan, terbelah tetapi tidak mencapai jaringan ikat).
b. akar primer rusak/lemah, akar sekunder kuat (pada beberapa genera Zea, legume besar).
2. Hypokotil/Epikotil
a. kerusakan ringan/terbatas
b. agak berubah warna
c. bercak-bercak nekrotik
d. patahan/belahan ringan dengan kedalaman yang terbatas
e. terpilin yang ringan (tidak ketat)
3. Kotiledon
a. kerusakan terbatas
b. agak berubah warna
c. bercak-bercak nekrotik
d. yang dapat berfungsi normal ½ atau lebih dari total jaringan
e. hanya satu kotiledon yang berfungsi (harusnya 2) pada dikotiledon apabila terlihat tak
ada kerusakan pada titik tumbuh ataupun jaringan sekitarnya.
4. Daun primer
a. kerusakan terbatas
b. agak berubah warna
c. bercak-bercak nekrotik
d. bentuk sedikit berubah
e. 50 % atau lebih dari luas jaringan masih berfungsi normal

13 Penuntun Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih Tahun Ajaran 2020/2021


f. hanya satu daun primer normal (pada Phaseolus) apabila tidak ada kerusakan. Jika
busuk tidak tumbuh
5. Koleoptil
a. kerusakan ringan, agak berubah warna atau bercak-bercak nekrotik
b. belah ≤ ½ bagian dari atas (padi,jagung)
c. terpilin ringan atau membentuk loop
d. plumula tumbuh > ½ panjang koleoptil

c. Benih dengan infeksi sekunder


Benih busuk yang disebabkan infeksi sekunder memiliki bentuk yang sempurna, infeksi
primer tidak akan menghasilkan benih normal.

2. Benih dengan Kategori Abnormal


a. Benih rusak
Struktur penting hilang atau rusak bobot sehingga pertumbuhan benih yang seimbang tidak
terjadi.
b. Benih yang salah pertumbuhannya
- terpilin ketat
- tumbuh di satu sisi saja
- titik tumbuh terserang penyakit sehingga hypokotil membengkak
- benih berwarna transparan
- membentuk kumparan spiral hypokotil, epikotil atau mesokotil
- geotrop negatif.
- pengguntingan ringan
c. Benih busuk pada struktur penting karena adanya infeksi primer

14 Penuntun Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih Tahun Ajaran 2020/2021


Lampiran 3. Performa Benih Normal dan Abnormal Pada Berbagai
Metode Uji

15 Penuntun Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih Tahun Ajaran 2020/2021


16 Penuntun Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih Tahun Ajaran 2020/2021
Lampiran 4. POLA PEWARNAAN TETRAZOLIUM UNTUK BENIH JAGUNG

Gambar 1. Pola pewarnaan Tetrazolium untuk benih jagung (warna hitam menunjukkan adanya
pewarnaan merah dari jaringan hidup, warna putih menunjukkan jaringan mati)

17 Penuntun Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih Tahun Ajaran 2020/2021


Keterangan:
1. Biji dapat tumbuh (germinable) 11 Biji tidak dapat tumbuh (non-germinable)
Seluruh embrio berwarna merah cemerlang Plumula dan radikula tidak berwarna

2-4 Biji dapat tumbuh (germinable) 12 Biji tidak dapat tumbuh (non-germinable)
Bagian ujung dari skutelum tidak berwarna Bagian bawah skutelum dan radikula
sampai ke bagian tempat tumbuh akar
5-6 Biji dapat tumbuh (germinable) seminal tidak berwarna
Bagian ujung dari skutelum tidak berwarna dan
bagian yang tidak kritis dari radikula (calon 13 Biji tidak dapat tumbuh (non-germinable)
akar) juga tidak berwarna Skutelum seluruhnya tidak berwarna

7-8 Biji tidak dapat tumbuh (non-germinable) 14 Biji tidak dapat tumbuh (non-germinable)
Bagian dimana tempat akar seminal berasal Skutelum dan radikula tidak berwarna
(pada struktur biji) tidak ada pewarnaan
15 Biji tidak dapat tumbuh (non-germinable)
9 Biji tidak dapat tumbuh (non-germinable) Pewarnaan embrio merah muda yang
Plumula tidak terjadi pewarnaan (kadar sangat redup
jaringannya mati)
16 Biji tidak dapat tumbuh (non-germinable)
10 Biji tidak dapat tumbuh (non-germinable) Seluruh embrio tidak berwarna
Bagian tengah dari skutelum dan bagian dari
tempat pertumbuhan akar seminal tidak
berwarna

Lampiran 5. Format Laporan Mingguan


Margin atas 3 cm, kiri 4 cm, kanan 3 cm dan bawah 3 cm, Tulisan Times New Roman 12.

18 Penuntun Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih Tahun Ajaran 2020/2021


BAB 1. PENDAHULUAN (bold/ditebalkan)
Spasi 2,5

1.1. Latar Belakang


Spasi 2,0
Sampah merupakan masalah utama pada lingkungan. Penumpukkan sampah
mengakibatkan pemadangan yang sangat buruk dan kadang menimbulkan bau yang kurang
sedap sehingga mengganggu pernapasan. Masalah kebersihan lingkungan selalu digalakkan
Spasi
untuk menciptakan kondisi yang nyaman. Salah satunya adalah Rektor Universitas Halu Oleo
1,5
yang ingin mengkodisikan lingkungan universitas Halu Oleo (UHO) sebagai lingkungan yang
sejuk dan aman. Hal ini dilakukan dengan menata taman dan kebersihan lingkungan kampus
Universitas Halu Oleo (UHO). Namun, umumnya petugas kebersihan yang bertugas di lingkup
UHO tidak memanfaatkan sampah yang ada sebagai hal yang lebih bermanfaat.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
A.10 ketukan Spasi 2,0

Tujuan pelaksanaan kegiatan ini yaitu untuk menghasilkan biochar dari pengelolaan
sampah sehingga dapat berguna sebagai pembenah tanah.
Kegunaan ....
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA (menyesuaikan dengan percobaan)
Contoh:
Biochar umumnya mempunyai pH basah, KPK, C-organik dan luas permukaan tinggi
(Liang et al., 2006; Lehmann, 2007). Daya serap air dari biochar tinggi dan tahan terhadap
dekomposisi mikroorganisme. Hal ini menyebabkan biochart memiliki retensi hara yang lebih
tinggi. Selain itu, biochart juga dapat digunakan sebagai bahan ameliorasi. Biochar
mengandung unsur hara C hingga 50%, N, P, K yang dapat diserap oleh tanaman (Adi, 2013).
Lutopuno et al. (2011) menambahkan bahwa pemberian amelioran biochar limbah sagu suhu
pirolisis 400 oC dan diinkubasi 6 minggu meningkatkan kandungan sifat kimia tanah (pH, Al-
dd, KPK, C-organik) dan daya sangga tanah paling tinggi terhadap pelindian N ditunjukkan
dengan kandungan N terendah pada air lindian sebesar 33,5%.

BAB 3. METODE PRAKTIKUM


3.1. Tempat dan Waktu
Kegiatan praktikum ini dilaksanakan pada di Laboratorium Agroteknologi Unit
Agronomi, pada hari Selasa, 22 September 2015 pukul ... sampai .... WITA.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan .... (untuk nama material dituliskan indonesia dan
latinnya). Contoh: padi (Oryza sativa L.), tomat (Lycopersicum esculentum Mill.).

19 Penuntun Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih Tahun Ajaran 2020/2021


Alat-alat yang digunakan ....(disebutkan keseluruhan).

3.3. Prosedur Kerja


Prosedur kerja pada pelaksanaan praktikum .... (dituliskan secara detil dari kata pasif atau
kata perintah menjadi kata aktif. Contoh: irislah menjadi mengiris; angkat menjadi
mengangkat).
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Hasil mencakup data atau gambar yang diperoleh pada praktikum. Untuk nama latin
yang telah disebutkan sebelumnya harus disingkat awalannya. Misalnya: Oryza sativa L.
menjadi O. sativa L.
4.2. Pembahasan
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Secara umum kesimpulan menunjukkan jawaban atas tujuan yang telah dikemukakan
dalam pendahuluan

5.2. Saran
Saran berupa masukkan untuk perbaikan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Dari Website:
Adi RK. 2013. Biochart sang pembenah tanah. http://biochart/BIOCHART SANG
PEMBENAH TANAH.htm. Diakses tanggal 18 September 2014 (sesuai tanggal akses).
Dari Jurnal:
Cheng CH, J Lehmann, MH Engelhard. 2007. Natural oxidation of black carbon in soils:
Spasi 1,0
Changes in molecular form and surface charge along a climosequence. Geochimica et
Cosmochimica Acta, 72: 1598–1610.

Latuponu H, DJ Shiddieq, A Syukur E Hanudin. 2011. Pengaruh biochar dari limbah sagu
terhadap pelindian nitrogen di lahan kering masam. Jurnal Agronomika, 11(2): 144-155.
Spasi 1,5
Lehman J. 2007. Bio-energy in the black. Concepts and question. Front Ecology
Environment, 5: 381–387.
Dari Buku:
Lehmann J and S Joseph. 2009. Biochar for Environmental Management. USA. p416.

Rao SNS. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Edisi Kedua Terjemahan
Erawati Susilo. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

LAMPIRAN (Bersisi data praktikum dan perhitungan, dokumentasi dan Tugas Pendahuluan)

20 Penuntun Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih Tahun Ajaran 2020/2021

Anda mungkin juga menyukai