KEGIATAN
PEMBANGUNAN RUANG LABORATORIUM KOMPUTER
BESERTA PERABOTNYA
PEKERJAAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUANG
LABORATORIUM KOMPUTER SMKN 1 TULIN ONSOI
LOKASI
KECAMATAN TULIN ONSOI KABUPATEN NUNUKAN
1. Umum
Setiap bangunan gedung Negara harus diwujudkan dan dilengkapi dengan peningkatan
kualitas, sehingga mampu memenuhi secara optimal fungsi bangunannya, dan dapat menjadi
teladan bagi lingkungan sekitarnya, serta memberi kontribusi positif bagi perkembangan
arsitektur di Indonesia.
Setiap bangunan Negara harus direncanakan dan dirancang dengan sebaik-baiknya,
sehingga dapat memenuhi criteria teknis bangunan yagn layak dari segi mutu, biaya, dan kriteria
administrasi bagi bangunan Negara.
Pemberi jasa perencanaan untuk bangunan Negara dan prasarana lingkungannya perlu
diarahkan secara baik dan menyeluruh, sehingga mampu menghasilkan karya perencanaan teknis
bangunan yang memadai dan layak diterima menurut kaidah, norma serta tata laku professional.
Kerangka Acuan Kerja (KAK) untuk Pekerjaan Perencanaan Pembangunan Laboratorium
KOMPUTER SMKN 1 TULIN ONSOI Provinsi Kalimantan Utara diharapkan mampu
mendorong perwujudan karya perencanaan yang sesuai dengan kepentingan kegiatan.
2. Latar Belakang
PEKERJAAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM KOMPUTER
SMKN 1 TULIN ONSOI Provinsi Kalimantan Utara yang diusulkan tersebut didasarkan pada
tugas pokok dan fungsi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi Kalimantan
Utara yang salah satu tugasnya adalah melakukan urusan pengadaan, pemeliharaan sarana dan
prasarana, perbaikan, pemeliharaan gedung dan fasilitasnya Sekolah di lingkungan Pemerintah
Provinsi Kalimantan Utara.
Ruang Laboratorium KOMPUTER SMKN 1 TULIN ONSOI terletak di Kecamatan Sei
Menggaris Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara yang merupakan satu-satunya
sekolah menengah kejuruan yang ada di Kecamatan Sei Menggaris sehigga perlu adanya
pembangunan dan peningkatan Prasana Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan Khususnya di
Kecamatan Sei Menggaris Kabupaten Nunukan. Hal ini didasarkan pada keterbatasan prasarana
Gedung dengan daya tampung siswa didik yang memerlukan pembangunan dan peningkatan
prasarana Gedung Pendidikan dan tempat belajar mengajar yang memenuhi standara bangunan
Gedung sekolah
Untuk itu Dinas Pekerjaan Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Utara
berkomitmen untuk membangun Sarana dan Prasarana sebuah Gedung Sekolah Yaitu
Pembangunan Ruang Laboratorium KOMPUTER SMKN 1 TULIN ONSOI Kabupaten Nunukan
3. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini merupakan petunjuk bagi Konsultan Perencana yang
memuat masukan, kriteria, proses dan keluaran yang harus dipenuhi dan diperhatikan serta
diinterpretasikan dalam pelaksanaan tugas.
Dengan penugasan ini diharapkan Konsultan Perencana dapat melaksanakan tanggung
jawabnya dengan baik untuk menghasilkan keluaran yang optimal sesuai KAK ini.
b. Tujuan
Tujuan penyusunan KAK ini adalah untuk mendapatkan hasil PEKERJAAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM KOMPUTER SMKN 1 TULIN
ONSOI Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara yang tepat sasaran, efektif, efisien, optimal
dan reresentatif serta tertib administrasi dan berpedoman pada ketentuan dalam peraturan
maupun perundangan yang berlaku dan terkait dalam kegiatan ini.
4. Sasaran
Terselesaikannya pekerjaan PEKERJAAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
LABORATORIUM KOMPUTER SMKN 1 TULIN ONSOI Kalimantan Utara pada Tahun
Anggaran 2021 sebagai dokumen panduan dalam pelaksanaan pembangunan/konstruksi.
7. Lokasi Pekerjaan
Jl. Poros Kaltim Desa Sanur Kecamatan Tulin Onsoi Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan
Utara
Gambar 1. Peta Lokasi
8. Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan PEKERJAAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM
KOMPUTER SMKN 1 TULIN ONSOI Provinsi Kalimantan Utara, antara lain sebagai berikut :
a. Pengukuran dan Pemetaan Lokasi
b. Perencanaan Struktur Gedung
c. Perencanaan Arsitektur
d. Perencanaan Mekanikal dan Elektrikal
11. Kriteria
a. Kriteria Umum
Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh Konsultan Perencana seperti yang dimaksud pada
Kerangka Acuan Kerja harus memperhatikan kriteria umum bangunan disesuaikan
berdasarkan fungsi dan kompleksitas bangunan, yaitu :
a.1. Persyaratan Peruntukan dan Intensitas :
a.1.1) Menjamin bangunan dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya.
a.1.2) Menjamin keselamatan pengguna, masyarakat dan lingkungan.
a.1.3) Menjamin gedung yang dibangun dapat mewadahi kebutuhan ruang yang
diperlukan.
a.2. Persyaratan Arsitektur dan Lingkungan :
a.2.1) Menjamin terwujudnya tata ruang yang dapat memberikan keseimbangan
dan keserasian bangunan terhadap lingkungannya.
a.2.2) Menjamin bangunan gedung dibangun dan dimanfaatkan dengan baik tidak
menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan.
a.3. Persyaratan Struktur Bangunan :
a.3.1) Menjamin terwujudnya bangunan yang dapat mendukung beban yang timbul
akibat perilaku dalam dan manusia.
a.3.2) Menjamin keselamatan manusia dari kemungkinan kecelakaan atau luka
yang disebabkan oleh kegagalan arsitektur bangunan.
a.3.3) Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau kerusakan benda yang
disebabkan oleh perilaku struktur.
a.3.4) Menjamin perlindungan property lainnya dari kerusakan fisik yang
disebabkan oleh kegagalan struktur.
a.4. Persyaratan Transportasi :
a.4.1) Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang mempunyai akses yang
layak, aman dan nyaman kedalam bangunan dan fasilitas serta layanan
didalamnya serta aksesibilitas dari dan keluar bangunan.
a.4.2) Menjamin terwujudnya upaya melindungi penghuni dari kesakitan atau luka
saat evakuasi pada keadaan darurat.
a.4.3) Menjamin tersedianya aksesibilitas bagi penyandang cacat khususnya untuk
fasilitas umum dan sosial.
a.5. Persyaratan pencahayaan darurat, tanda arah keluar, dan sistem peringatan bahaya:
a.5.1) Menjamin tersedianya pertandaan dini yang informatif di dalam bangunan
gedung apabila terjadi keadaan darurat.
a.5.2) Menjamin penghuni melakukan evakuasi secara mudah dan aman apabila
terjadi keadaan darurat.
a.6. Persyaratan ketahanan terhadap kebakaran :
a.6.1) Menjamin terwujudnya bangunan yagn dapat mendukung beban yang timbul
akibat perilaku alam dan manusia.
a.6.2) Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dibangun sedemikian rupa,
secara struktur stabil selama kebakaran, sehingga :
(a). Cukup waktu bagi penghuni melakukan evakuasi secara aman.
(b). Cukup waktu bagi pasukan pemadam kebakaran memasuki lokasi untuk
memadamkan api.
(c). Dapat menghindari kerusakan pada properti lainnya.
a.7. Persyaratan instalasi listrik, penangkal petir dan komunikasi :
a.7.1) Menjamin terpasangnya instalasi listrik secara cukup aman bagi
penggunanya maupun pemeliharaannya.
a.7.2) Menjamin terwujudnya keamanan bangunan gedung dan penghuninya dari
bahaya akibat petir.
a.7.3) Menjamin tersedianya sarana komunikasi yang memadai dalam menunjang
terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan gedung sesuai dengan
fungsinya.
a.8. Persyaratan ventilasi dan pengkondisian udara :
a.8.1) Menjamin terpenuhinya kebutuhan udara yang cukup, baik secara alami
maupun buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan dalam
bangunan sesuai dengan fungsinya.
a.8.2) Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan tata ruang udara
secara baik.
a.9. Persyaratan pencahayaan :
a.9.1) Menjamin terpenuhinya kebutuhan pencahayaan yang cukup, baik secara
alami maupun buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan dalam
bangunan sesuai dengan fungsinya.
a.9.2) Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan tata pencahayaan
secara baik.
a.10. Persyaratan sanitasi dalam bangunan.
a.10.1) Menjamin tersedianya sarana sanitasi yang memadai dalam menunjang
kegiatan di dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.
a.10.2) Menjamin terwujudnya kebersihan, kesehatan dan memberikan kenyamanan
bagi penghuni bangunan dan lingkungan.
a.10.3) Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan sanitasi secara
baik. b. Kriteria Khusus
Kriteria khusus dimaksudkan untuk memberikan syarat-syarat yang khusus, spesifik
berkaitan dengan prasarana dan sarana bangunan yang akan direncanakan, baik dari segi
fungsi khusus bangunan dan segi teknis lainnya, misalnya :
b.1. Kesatuan perencanaan bangunan dengan lingkungan yang ada di sekitar, seperti dalam
rangka implementasi penataan bangunan dan lingkungan.
b.2. Solusi dan batasan-batasan konstekstual, seperti faktor sosial budaya setempat,
geografi & klimatologi, dan lain-lain.
c. Persyaratan perundangan dan persyaratan teknis :
c.1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang tanggung jawab secara profesional
atas jasa perencanaan;
c.2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
c.3. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
c.4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
c.5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
c.6. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 10/KPTS/2000 tentang
Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung
dan Lingkungan;
c.7. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 11/KPTS/2000 tentang
Ketentuan
Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan;
c.8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
c.9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis
Aksesibilitas dan Fasilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;
c.10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum
Penyusunan RTBL;
c.11. Peraturan daerah setempat tentang bangunan gedung;
c.12. Standar Nasional Indonesia (SNI) antara lain :
c.12.1) SNI-1726-2002, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung.
c.12.2) SK SNI 03-xxx-2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung (Versi 16 Desember 2002).
c.12.3) SNI 03-1729-2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan
Gedung, SNI 03-1729-2002.
c.12.4) SNI 03-1735-2000 Tentang tata cara perencanaan akses bangunan dan akses
lingkungan.
c.12.5) SNI 03-2847-2002 Tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung.
c.12.6) SNI 03-0675-1989 tentang Spesifikasi Ukuran Kayu dan Kusen.
c.12.7) SNI 03-1732-1989 tentang Tata Cara Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur
Jalan Raya.
c.12.8) SNI-03-1740-1989 tentang Cara Uji Bakar Bahan Bangunan untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran pada bangunan Rumah dan Gedung.
c.12.9) SNI03-3985-2000 tentang Tata Cara Perencanaan, Pemasangan dan
Pengujian Sistem Kebakaran.
c.12.10) SNI-07-0954-2005 tentang Baja Tulangan Beton Dalam Bentuk Gulungan.
c.12.11) SNI-03-1745-2000 tentang Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem
Pipa Tegak dan Slang untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada bangunan
Rumah dan Gedung.
c.12.12) SNI-03-1746-2000 tentang tata cara perencanaan dan pemasangan sarana
jalan ke luar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan
gedung.
c.12.13) SNI-03-3985-2000 tentang Sistem deteksi kebakaran di bangunan.
c.12.14) SNI-03-6481-2000 tentang Sistem Plambing.
c.12.15) SNI-03-6570-2001 tentang Instalasi pompa untuk deteksi kebakaran di
bangunan.
c.12.16) SNI-03-6571-2001 tentang Sistem pengendalian asap kebakaran pada
bangunan gedung.
c.12.17) SNI-03-6575-2001 tentang Tata cara perancangan sistem pencahayaan
buatan. c.13. Dan lain-lain.
12. Azas-azas
Selain dari kriteria di atas, dalam melaksanakan tugasnya Konsultan Perencana hendaknya
memperhatikan azas-azas bangunan gedung negara sebagai berikut :
a. Bangunan gedung negara hendaknya fungsional, efisien, menarik tetapi tidak berlebihan.
b. Kreativitas disain hendaknya tidak ditekankan pada kelatahan gaya dan kemewahan material,
tetapi pada kemampuan mengadakan sublimasi antara fungsi sosial bangunan, terutama
sebagai bangunan pelayanan kepada masyarakat.
c. Dengan batasan tidak mengganggu kenyamanan penghuninya, biaya investasi dan
pemeliharaan bangunan sepanjang umurnya, hendaknya diusahakan serendah mungkin.
d. Desain bangunan hendaknya dibuat sedemikian rupa, sehingga bangunan dapat dilaksanakan
dalam waktu yang pendek dan dapat dimanfaatkan secepatnya.
e. Bangunan Pemerintah hendaknya dapat meningkatkan kualitas lingkungan, dan menjadi
acuan tata bangunan dan lingkungan disekitarnya.
13. Pendekatan/Metodologi
a. Konsep perencanaan harus memperhatikan rencana tata kota dan wilayah dari pemerintah
kota setempat dan provinsi Kalimantan Utara agar seiring dan selaras dengan program
pemerintah daerah.
b. Perencanaan bangunan harus mempertimbangkan masterplan kawasan agar selaras dengan
pengembangan perencanaan kawasan, khususnya aksesibilitas jalan masuk dan keluar site.
c. Perencanaan tata ruang luar bangunan (lansekap) kawasan harus selaras dan
berkesinambungan dengan kawasan dan lingkungan sekitar.
d. Perencanaan Arsitektur Bangunan gedung utama harus terintegrasi dengan sistem struktur,
mekanikal dan elektrikal serta mencerminkan efisiensi dalam perawatan bangunan.
e. Spesifikasi teknis pembentuk bangunan hendaknya diupayakan menggunakan material
/bahanbahan yang mudah di dapat dan diutamakan menggunakan kandungan lokal.
Keseimbangan dengan pertimbangan ekonomis dan kualitas harus secara wajar (reasonable),
namun tetap memperhatikan penerapan standard teknis yang berlaku.
f. Desain harus mempertimbangkan kemudahan pelaksanaan yang menggunakan energi yang
rendah dalam proses konstruksi.
2. Tahap Survey
3. Tahap Koordinasi
16. Biaya
a. Besarnya biaya konsultan perencana merupakan biaya tetap dan pasti.
b. Biaya pekerjaan perencanaan dan tata cara pembayaran akan diatur secara kontraktual setelah
melalui tahapan proses Seleksi Pengadaan Jasa Konsultansi sesuai peraturan yang berlaku,
antara lain terdiri dari :
b.1. Honorarium tenaga ahli dan tenaga pendukung.
b.2. Biaya operasional
b.3. Materi dan Penggandaan Laporan.
b.4. Biaya Survey
b.5. Jasa dan over head perencanaan.
b.6. Pajak dan iuran daerah lainnya
c. Pembayaran jasa konsultansi perencanaan didasarkan pada prestasi kemajuan pekerjaan
perencanaan dan lebih lanjut akan diatur dalam surat perjanjian pekerjaan.
d. Pembayaran biaya jasa konsultansi perencanaan baru dapat dibayarkan setelah adanya berita
acara prestasi pekerjaan perencanaan yang disetujui dan ditandatangani pihak-pihak terkait.
19. Penutup
Setelah Kerangka Acuan Kerja ini diterima dan mendapat pengarahan penugasan, konsultan
hendaknya memeriksa semua bahan masukan yang diterima dan mencari bahan masukan lain
yang dibutuhkan.
Berdasarkan bahan-bahan tersebut konsultan menyusun program kerja sebagai bahan diskusi dan
pembahasan dengan Pejabat Pembuat Komitmen, Tim Teknis dan Pihak-Pihak terkait dalam
proses pelaksanaan pekerjaan ini.
H. SUDARSONO, SE.M.Pd
NIP. 196612311986031054