Oleh :
DISUSUN OLEH
Menyetujui :
COACH MENTOR
Dr. Ir. Suseno Sukoyono, MM. Prof. dr. Abdul Kadir, PhD., SpTHT-KL(K)., MARS.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat ridho dan rahmatNya
Laporan Proyek Perubahan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan Akhir Proyek
Perubahan berjudul “Optimalisasi Pengampuan Pusat Jantung Nasional Harapan Kita
terhadap jejaring Kardiovaskular Nasional” ini disusun sebagai salah satu syarat
memenuhi kewajiban kurikuler dalam mengikuti Program Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat I Angkatan XLVII, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia
(LAN RI) pada Bulan Agustus sampai dengan Desember 2020.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Menteri Kesehatan, Bapak Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan dan
Bapak Dirjen Pelayan Kesehatan serta jajaran unit teknis terkait di Kementerian Kesehatan
yang terlibat dan mendukung pelaksanaan proyek perubahan ini. Terima kasih yang tak
terhingga juga diperuntukkan bagi Bapak Dirjen Bina Administrasi Wilayah, Dirjen Bina
Keuangan Daerah, Pemerintah Provinsi dan Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Kepulauan Riau
(KEPRI) , Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Maluku, Maluku Utara, Papua dan
Papua Barat yang bersama-sama terlibat dalam proses Focus Group Discussion (FGD)
pengembangan layanan kardiovaskular di daerah. Tak lupa kami sampaikan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada para pengajar PKN I, khususnya kepada Bapak Dr. Ir. Suseno
Sukoyono MM selaku Coach, yang dengan sabar memberikan berbagai masukan sangat
berarti dan konstruktif bagi Proyek Perubahan ini. Tak lupa kami sampaikan permohonan maaf
bila terdapat kekhilafan maupun kekurangan selama PKN I dan pelaksanaan Proyek
Perubahan serta penulisan laporan ini.
Proyek Perubahan ini masih belum tuntas dan memerlukan penyempurnaan. Oleh karena itu,
masukan perbaikan dan saran sangat diperlukan untuk mengembangkan secara optimal
Pengampuan Jejaring Kardiovaskular Nasional. Semoga semua daya upaya ini akan
membawa manfaat bagi pemerataan pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia dalam
mencapai misi peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia dan menuju Indonesia
Sehat 2025.
Iwan Dakota
ABSTRAK
Penyakit Jantung atau lebih dikenal dengan penyakit kardiovaskular masih menjadi
penyebab kematian nomor satu di dunia dan penyebab kematian utama di Indonesia
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018. Pelayanan Kesehatan khususnya
untuk penyakit kardiovaskular tentu akan menjadi perhatian tersendiri bagi Kementerian
Kesehatan, karena memerlukan sarana dan prasarana yang mumpuni, selain Tenaga
Kesehatan (Nakes) yang memiliki kompetensi tersendiri. Pelayanan kardiovaskular masih belum
optimal, terbatasnya sarana dan prasarana serta distribusi tenaga kesehatan kardiovaskuler
yang masih belum merata, menjadi masalah tersendiri, selain kendala aksesesibilitas
masyarakat terkait pelayanan kardiovaskular di daerah.
Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) adalah rumah sakit
rujukan tersier atau tertinggi di Indonesia untuk layanan kardiovaskuler, sejak tahun 2017
ditetapkan Menteri Kesehatan sebagai Pusat Jantung Nasional, selain sebagai pusat rujukan
tertinggi penyakit kardiovaskular. Permasalahan saat ini adalah hampir semua kasus yang
memerlukan tindakan intervensi lanjut dan operasi harus dirujuk ke RS Jantung dan Pembuluh
Darah Harapan Kita, sehingga beban kasus menjadi sangat besar, yang berimbas kepada
lamanya waktu tunggu 3 bulan sampai 2 tahun untuk operasi bedah jantung anak, ini tentunya
akan menimbulkan moral hazard tersendiri. Selain sebagai Pusat Rujukan tertinggi, RSJPDHK
juga memiliki kewenangan untuk melakukan pembinaan, pendampingan dan pengampuan
terhadap Rumah Sakit Jejaring Kardiovaskular.
Berkaitan dengan hal diatas perlu dilakukan upaya terobosan. Upaya tersebut berupa
Gagasan Perubahan yaitu Pemberdayaan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dan Rumah
Sakit Vertikal dalam memberikan layanan kardiovaskular. Untuk itu perlu kerja sinergis-
kolaboratif dari semua pengampu kepentingan, baik itu Kementerian Kesehatan, Kementerian
Dalam Negeri, Pemerintah Provinsi, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Persatuan
Dokter Kardiovaskuler Indonesia, Persatuan Dokter Bedah Thoraks Kardiovaskuler Indonesia
dan berbagai organisasi profesi lainnya.
Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita sebagai Pusat Jantung
Nasional dan Pengampu Jejaring Kardiovaskular Nasional berperan sentral dalam optimalisasi
pengampuan jejaring kardiovaskular nasional ini. Telah dilakukan pemetaan jejaring di seluruh
Indonesia, bersama sama dengan pengampu kepentingan menetapkan SOP berbagai Penyakit
Kardiovaskular untuk dijadikan Pedoman Nasional Pelayanan Kesehatan (PNPK), Model/Pola
Pengampuan Rumah Sakit Jejaring, roadmap dan prioritas Rumah Sakit Jejaring yang akan
dibina dalam jangka pendek, serta aplikasi Sistem Pelaporan Monitoring dan Evaluasi Penyakit
Kardiovaskular di RS Jejaring.
Kementrian Kesehatan telah mengekuarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Penetapan Rumah Sakit jejaring Kardiovaskular Nasional, total ada 54 Rumah Sakit Jejaring
yang tersebar di 34 Provinsi. Kedepan diharapkan ke 54 RS jejaring Kardiovaskular Nasional ini
dapat memberikan layanan kardiovaskular sesuai dengan level kompetensi yang telah
ditetapkan, selanjutnya tentu diharapkan, walaupun memerlukan waktu yang cukup lama,
semua rumah sakit jejaring dapat memberikan layanan kardiovaskular paripurna yaitu sampai
apada level bedah jantung terbuka. Sehingga terjadi pemerataan layanan kesehatan
kardiovaskular diseluruh Indonesia, sehingga pasen tidak perlu dirujuk ke Jakarta atau bahkan
ke luar negeri, namun bisa dilayani di daerah masing masing. Ini selaras dengan visi misi
Presiden dalam peningkatan kualitas sumber saya manusia, serta visi Kementerian Kesehatan
dalam mencapai visi Indonesia Sehat 2025.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Identifikasi masalah :
1. Belum meratanya pelayanan kardiovaskular di Indonesia, sehingga tindakan operatif
dibebankan ke RSJPD Harapan Kita sebagai Pusat Rujukan Tersier yang berakibat
terjadinya penumpukan kasus dan lamanya waktu tunggu tindakan.
2. Konsep pengampuan jejaring kardiovaskular belum ditetapkan secara optimal.
3. Belum adanya SOP, yaitu Panduan Praktek Klinis (PPK) Penyakit Kardiovaskular
yang diseragamkan di semua jejaring Kardiovaskular Nasional.
4. Belum meratanya kualitas layanan penyakit kardiovaskular di rumah sakit jejaring
5. Belum adanya sistem monitoring dan evaluasi dari rumah sakit jejaring.
6. Belum dilaksanakannya identifikasi dan penataan fasyankes dan SDM terkait
pelayanan kardiovaskular di Indonesia.
7. Ada bebarapa RSUD milik Pemerintah Daerah, dimana Pmerintah Daerahnya kurang
responsif dan belum mendukung konsep jejaring kardiovaskular ini, termasuk bantuan
pembiayaan pengadaaan saran dan prasarana terkait pelayanan kardiovaskular.
8. Beberapa tarif Tindakan BPJS yang tidak asesuai dengan hint cost tindakannya,
sehingga rumah sakit jejaring enggan melaksanakan beberapa Tindakan tertentu,
yang berklaibat kurang optimalnya layanan karduvaskular.
9. Terbatasnya jumah tenaga kesashatan terkait layanan kardiovaskular, baik dokter
spesialis penyakit jantunf yang memilki kompetensi intervsni jantung, maupoun
langkanya dokter bedah thoraks kardiovaskular.
Terkait dengan isu utama, yaitu lamanya waktu tunggu operasi baik bedah jantung
dewasa (3-6 bulan) maupun bedah jantung anak yang berkisar antara 1-2 tahun tentu akan
mwenimbulkamn moral hazard, karena banyak kasus dimana pasen sudah meninggal
dunia ketika dipanggil untuk operasi.
Lamanya waktu tunggu ini karena semua dirujuk ke RS Jantung dan Pembuluh
Darah Harapan Kita. Untuk itu dilakukan Root Cause analisis untuk mengetahui apa akar
masalahnya.
Gagasan Proyek Perubahan yang dijelaskan pada Bab II ini mencakup output kunci
yang ingin dicapai dan cara mencapainya melalui tahapan pelaksanaan kegiatan dan tata kelola
Proyek Perubahan ini.
Secara umum tahapan proyek perubahan dibagi dalam 3 (tiga) tahap, yaitu: tahap
jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang
Milestone
a. Tahapan Jangka Pendek
Sosialisasi format/system
pelaporan kegiatan
pelayanan di RS Jejaring
Terselenggaranya Penyelenggaraan
Monitoring dan Evaluasi
Sistem Pengampuan Sistem Pengampuan
1 terlaksana dengan baik dan
Kardiovaskular Kardiovaskular
terukur
Nasional di Indonesia Nasional di Indonesia
Sponsor (mentor)
Dirjen Pelayanan Kesehatan
Prof. dr. Abdul Kadir ,PhD, SpTHT-KL (K), MARS
Sekretariat dan
Pendukung
Keterangan :
Tata kelola proyek perubahan ini dibimbing oleh Coach dan Mentor sebagai berikut:
1. Dr. Ir. Suseno Sukoyono, MM., Ahli Utama LAN, yang bertindak sebagai coach.
2. Prof. dr. Abdul Kadir ,PhD, SpTHT-KL (K), MARS adalah Dirjen Pelayanan
Kesehatan Kemenkes, yang bertindak sebagai Mentor.
1. Sponsor (mentor) :
2. Coach :
3. Project Leader :
Undangan
Peserta rapat :
Dr. dr. Iwan Dakota, Sp.JP(K).; Dr. dr. Hananto Andriantoro, Sp.JP(K).;
Dr.dr. Dicky Fachri, Sp.B.,Sp.BTKV(K); dr. Dudi A Hanafi, Sp.BTKV(K).;
dr. Doni Firman, Sp>JP(K).; dr. Isman Firdaus, Sp.JP(K).;
dr. Rita Zahara, Sp.JP(K). P(K).; Deden Apriantoni,ST.; Budi Haryanto, S.Kom.
Dokumentasi :
Absensi :
Dokumentasi :
Undangan
Peserta rapat :
Dr. dr. Iwan Dakota, Sp.JP(K).; Dr. dr. Hananto Andriantoro, Sp.JP(K).;
Dr. dr. Dicky Fachri, Sp.B., Sp.BTKV(K); Dr. dr. Basuni Radi, Sp.JP(K).;
dr. Lia Gardenia, Sp.PK(K), MM., MARS.; dr. Dudi A Hanafi, Sp.BTKV.;
dr. Doni Firman, Sp>JP(K).; dr. Isman Firdaus, Sp.JP(K);
dr. Rita Zahara, Sp.JP(K); Anwar, S.Psi., MM.; Rusman Basir, SH.;
Deden Apriantoni,ST.; Amardeep, S.Kom.
Dokumentasi :
Hasil rapat/pembahasan :
• Pembenahan perlu dilakukan dalam pengampuan jejaring ini termasuk dalam
hal administratif dan legasi dari kementerian.
Permasalahan MOU :
* Medicolegal terkait pendampingan ke daerah,
* Masalah tanggung jawab termasuk pelaporan
Perlu evaluasi terkait daftar Rumah sakit Binaan dengan MOU yang masih
berlaku atau tidak.
• Tim segera menyusun format pelaporan yang diperlukan dalam Sistem Aplikasi
• Tim segera menyusun Pola Baku Pengampuan meliputi : durasi, loading case,
kriteria, mortalitas dll
• Terobosan yang bagus bila program ini diangkat ke Kemenkes sehingga beban
finansial dari RSHPDHK maupun dari RS pelaksana akan berkurang.
• Perlu adanya SOP/PNPK Penyakit
• Kardiovaskular (Angina Pektoris, ICCU,Intervensi Koroner Perkutan)
• Perlu aturan-aturan tertulis yang perlu di SK-kan tentang kriteria perubahan
status/kemampuan RS binaan.
• Perlu klarifikasi Kemenkes terkait aturan atau legitimasi pembinaan terhadap
rumah sakit yang tidak terdaftar dalam Perdirjen
• Dijadwalkan FGD dengan Dirjen Dir.Yan Rujukan, Tim Pengampu, Direksi
RSJPDHK, PERKI, Kolegium PERKI, Himpunan BTKV, Kolegium HBTKV
2) FGD (Focus Group Discussion) secara virtual (zoom) dengan topik Percepatan
Pengampuan Kardiovaskular Nasional pada tanggal 30 September 2020.
Pengundang: Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Ditjen Yankes Kemenkes.
Undangan :
Hasil Pembahasan FGD Percepatan Pengampuan Kardiovaskular Nasional :
Memprioritaskan program pembinaan pada tahun 2021-2022 pada :
• RSUD ULIN, Banjarmasin Kalsel dan Kadinkes Prov Kalsel
• RSUD DR SOEDARSO, Pontianak Kalbar dan Kadinkes Prov Kalbar
• RSUD DR ABDOEL MOELOEK Bandarlampung dan Kadinkes Prov Lampung
dan berkesimpulan :
• RSUD ULIN Banjarmasin,
Secara teknis, sarana dan prasarana serta SDM sudah memenuhi
persyaratan untuk dimulai Bedah Jantung Terbuka Awal 2021. Dukungan
Penuh PEMPROV Kalsel
• RSUD ABDOEL MOELOEK Bandarlampung,
- Optimalisasi Intervensi Non Bedah
- Pembangunan sarana dan Prasarana Bedah Jantung, selesai 2021,
Perlu Tambahan Dokter Bedah Jantung dan dokter spesialis pendukung
lainnya. Dukungan Penuh PEMPROV Lampung
• RSUD SOEDARSO, Pontianak
- Tahap Optimalisasi Intervensi Non Bedah.
- Persiapan Pembangunan Sarana dan Prasaran bedah Jantung, Perlu
Dokter Bedah Jantung dan spesialis pendukung lainnya. Dukungan
PEMPROV positif
• 2021-2022 : Pengampuan Bedah Jantung RSUD Ulin
• 2022-2024 : Pengampuan Bedah Jantung RSUD Abdoel Moeloek
Bandarlampung dan RSUD Soedarso, Pontianak
Dokumentasi
2. Kemenkes
• Bantuan pendanaan terkait operasional Tim Pengamopu Jejaring KV
Nasional
• Melakukan Pemetaan Bersama Fasyankes
3. Pemprov/Dinkes
• PEMPROV /DINKES memahami system pengampuan jejaring dan
mendukung program
• Bersedia untuk membuat MOU dengan Pusat Jantung NAkional
Undangan :
Dokumentasi
5) Undangan Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri sebagai
tanggapan atas rencana pengampuan RS Jejaring
d. Identifikasi dan Pemetaan Fasyankes Jejaring KV Nasional
Identifikasi dan pemetaan terhadap fasilitas pelayanan Kesehatan / rumah sakit yang
termasuk kedalam jejaring kardiovaskular Nasional didasarkan pada kompetensi
kardiovaskular serta klasifikasi/tingkatan rujukan
▪ RSJPDHK (Direksi, KA SMF Bedah Dewasa, Ka SMF Bedah Anak, Anestesi dan
Intensivist KV)
▪ Kementerian Kesehatan (Direktorat Jenderal Yankes, Direktorat Pelayanan
Rujukan, Direktorat Mutu dan Akreditasi)
Stakeholders Eksternal :
▪ RS Jejaring (vertikal/daerah)
▪ PERKI (Persatuan Dokter Kardiovaskular Indonesia)
▪ Ikatan Ahli Bedah Indonesia IKABI (HBTKVI)
▪ PErsatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)
▪ Komite Kardioserebrovaskular Nasional
▪ Pakar Kebijakan
▪ LSM
▪ Media Massa
▪ Masyarakat
b. Analisis Stakeholder
Berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruhnya, para pihak proyek perubahan ini
dapat dibedakan atas 4 kelompok yaitu :
I. Latent, adalah pihak yang tidak memiliki kepentingan khusus, tetapi memiliki otoritas
atau pengaruh besar untuk mempengaruhi eksistensi program. Termasuk dalam
kelompok ini adalah:
a. Kementerian Dalam Negeri, merupakan lembaga kunci yang kebijakan terhadap
seluruh pemerintahan daerah dalam tata kelola fasilitas pelayanan kesehatan.
b. Pemerintah Daerah, sebagai induk yang mengatur tata kelola fasilitas pelayanan
kesehatan (Dinkes) di daerah, baik tingkat provinsi maupun kota/kabupaten
c. DPR/DPRD
d. Dinas Kesehatan
II. Promoters, adalah pihak yang memiliki kepentingan besar terhadap program dan
juga kekuatan untuk membantu keberhasilan program, oleh sebab itu terjadi
pergeseran dari semula kelompok Apathetics menjadi Promoters.Kelompok
promoters ini terdiri dari : RSJPD Harapan Kita, Kementerian Kesehatan, Tim
Pengampu Jejaring Kardiovaskular, Organisasi profesi.
:
III. Defenders, adalah pihak yang memiliki kepentingan, tetapi kekuatannya kecil untuk
mempengaruhi program. Lembaga lain dengan jumlah pendamping yang lebih kecil
dan akan mendapatkan manfaat untuk mengharmonisasi berbagai jenis
pendamping. Termasuk dalam kelompok ini adalah : Asosiasi RS, Fasyankes, BPJS,
RS Swasta
IV. Apathetics, adalah yang kurang memiliki kepentingan maupun kekuatan terhadap
program. Termasuk dalam kelompok ini adalah: LSM, Media Massa, Masyarakat
Pergeseran peta sumberdaya dukungan para pihak dapat dilihat pada gambar di
bawah ini
Suatu hal yang menarik adalah dukungan dari stakeholders, khusunya Kementerian
Dalam Negeri, stake holder ini masuk kategori latent, namun berjalannya waktu, kemendagri
sangat rnesponsif dan antusias, ini terlihat dari dari sepuluh FGD/ Zoom Meeting, lima mkali
diselenggarakan ndan dipimpin oleh Dirjen Bina Admisitrasi Wilayah dan Dirjan Bina Keuangan
Dareh Kemndagri. Pigak Kemndagri menginisiasi dan mengundang pertemuan virtual dengan
34 Kepala Daerah melaui Telegtram Kemendagri ke semua kepala Daerah dan menekankan
perlunya dukungan dari PEMPROV dalam menhyjseskan Pengampuan Jejaring ini di
daerahnya masing-masing.
Tabel Resiko
Berdasarkan data dan fakta yang sudah dijelaskan sebelumnya maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan, rekomendasi dan lesson learnt dari pelaksanaan Proyek Perubahan Optimalisasi
Pengampuan Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Terhadap Jejaring Kardiovaskular
Nasional sebagai berikut :
4.1. KESIMPULAN
a. Secara umum tujuan dan milestones jangka pendek dari Proyek Perubahan ini
tercapai, walaupun ada beberapa penyesuaian terkait impilikasi pandemi Covid-19
b. Sudah dikeluarkannya Surat Keputusan Menkes no.
HK.01.07/MENKES/7182/2020 Tentang Penetapan Rumah Sakit jejaring Rujukan
Kardiovaskular Nasional tertangal 24 November 2020, yang menetapkan 54 RS
jejaring Kardiovaskular Nasional dari 34 Provinsi
c. Sudah ditetapkan skala prioritas pengembangan RS Jejaring Kardiovaskular
Nasional berdasarkan masukan dan kolaborasi sinergi semua pengampu
kepentingan dalam 2 tahun kedepan yaitu: RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru, RSUD
Abdoel Moeloek Bandarlampung, RSUD Soedarso Pontianak, RSUD Ulin
Banjarmasin, RSUD J Leimena Ambon, RSUD Dok Dua Jayapura, RSUD Sele Be
Solu Sorong, RSUD Kupang NTT sesuai dengan level kompetensi yang ditetapkan
d. Penganggaran untuk biaya pengampuan jejaring kardiovaskular nasional yang
semula berasal dari dan Badan Layanan Umum Rumah Sakit Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan Kita, selanjutnya dianggarkan dari Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan
4.2. REKOMENDASI
a. Kolaborasi dan Sinergi merupakan kata kunci dalam menjalan proyek perubahan
ini. Karena sebagian besar RS Jejaring Kardiovaskular Nasional adalah Rumah
Sakit Umum Daerah yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah (Pemerintah Provinsi
atau Pemerintah Kabupaten/Kota), dimana operasional, penganggaran dan
monitoring serta evaluasi dilakukan oleh Pemerinah Daerah setempat. Kolaborasi
dan Sinergi harus tetap dilakukan dalam implementasi jangka menengah maupun
jangka Panjang dengan semua pengampu kepentingan; Kementerian Kesehatan,
Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Daerah (Pemprov/Pemkab), Organisasi
Profesi (PERKI, HBTKVI, PERDATIN) dan RSJPDHK sebagai Pusat Jantung
Nasional
b. Untuk memenuhi kebutuhan Tenaga Kesehatan, khususnya dokter spesialis bedah
thoraks, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dokter spesilais anestesi
kardiovaskular di daerah yang membutuhkan, perlu kolaborasi dengan Badan
PPSDM Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah dan Organisasi Profesi
dalam menyiapkan dan menempatkan dokter spesialis tersebut di daerah yang
akan dikembangkan layanan kardiovaskular. Ini juga akan dapat memecahkan
masalah distribusi Tenaga Kesehatan (Nakes) yang tidak merata dan
terkonsentrasi di kota-kota besar di pulau jawa. Dengan metode TUBEL (Tugas
Belajar) ini, peserta didik dokter spesialis terkait akan mendapatkan beasiswa dari
Badan PPSDM Kemenkes dan dari PEMDA setempat, dengan perjanjian dokter
spesialis tersebut akan bekerja kembali ke daerah yang mengirimnya.
c. Perencanaan Strategis RS Jejaring Kardiovaskular, khususnya yang terkait SDM,
sarana dan prasarana layanan kardiovakular, sebaiknya melibatkan RS jantung
Harapan kita sebagai pengampu jejaring, karena banyak hal yang sangat spesifik
sekali untuk mempersiapkan sarana dan prasarana sehinga akan lebih efisien dan
memenuhi kaidah medis kardiovaskuler dan tidak mubazir /under-utilize
d. Penganggaran biasanya membutuhkan dana yang cukup besar, baik terkait
pengembangan SDM, sarana dan prasarana layanan kardiovaskuler, untuk itu
sebaiknya RS Jejaring duduk bersama dengan semua pengampu kepentingan,
karena anggaran RSUD dapat berasal dari Pemerintah Pusat, Kementerian
Kesehatan (Dana Alokasi Khusus), atau Kementerian Dalam Negeri, serta
Pemerintah Daerah setempat (PemProv, Pemkab/Pemkot)
a. Dari pelaksanaan Proyek Perubahan ini, penulis belajar dan memahami bahwa
proses perubahan itu tidak hanya mengenai inovasi kebijakan publik, namun perlu
ada inovasi dalam proses penyusunan dan pengembangannya. Perubahan tersebut
memerlukan tahapan untuk mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu : meni[ptakan
oklim perubahan yang kondusif, mensinergikan sumber daya agar mencapai tujuan
perubahan serta melakukan evaluasi pelaksanaan dan melaksanakan perbaikan
berkelanjutan.
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
14. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional
(Lembaran Negara Tahun 2012 Nomor 193);
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan
Pelayanan Kesehatan Perorangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 122);
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan
Rumah Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 21);