Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PROYEK PERUBAHAN

OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN


PUSAT JANTUNG NASIONAL
TERHADAP JEJARING KARDIOVASKULAR NASIONAL

Oleh :

NAMA : Dr. dr. IWAN DAKOTA, Sp.JP(K)., MARS.


NDH : 08
INSTANSI : RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH
DARAH HARAPAN KITA

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA


PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL ANGKATAN XLVII
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN PROYEK PERUBAHAN

OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN


PUSAT JANTUNG NASIONAL
TERHADAP JEJARING KARDIOVASKULAR NASIONAL

DISUSUN OLEH

NAMA : Dr. dr. IWAN DAKOTA, Sp.JP(K)., MARS.


NDH : 08
INSTANSI : RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
HARAPAN KITA

Menyetujui :

COACH MENTOR

Dr. Ir. Suseno Sukoyono, MM. Prof. dr. Abdul Kadir, PhD., SpTHT-KL(K)., MARS.

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA


PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL ANGKATAN XLVII
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat ridho dan rahmatNya
Laporan Proyek Perubahan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan Akhir Proyek
Perubahan berjudul “Optimalisasi Pengampuan Pusat Jantung Nasional Harapan Kita
terhadap jejaring Kardiovaskular Nasional” ini disusun sebagai salah satu syarat
memenuhi kewajiban kurikuler dalam mengikuti Program Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat I Angkatan XLVII, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia
(LAN RI) pada Bulan Agustus sampai dengan Desember 2020.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Menteri Kesehatan, Bapak Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan dan
Bapak Dirjen Pelayan Kesehatan serta jajaran unit teknis terkait di Kementerian Kesehatan
yang terlibat dan mendukung pelaksanaan proyek perubahan ini. Terima kasih yang tak
terhingga juga diperuntukkan bagi Bapak Dirjen Bina Administrasi Wilayah, Dirjen Bina
Keuangan Daerah, Pemerintah Provinsi dan Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Kepulauan Riau
(KEPRI) , Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Maluku, Maluku Utara, Papua dan
Papua Barat yang bersama-sama terlibat dalam proses Focus Group Discussion (FGD)
pengembangan layanan kardiovaskular di daerah. Tak lupa kami sampaikan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada para pengajar PKN I, khususnya kepada Bapak Dr. Ir. Suseno
Sukoyono MM selaku Coach, yang dengan sabar memberikan berbagai masukan sangat
berarti dan konstruktif bagi Proyek Perubahan ini. Tak lupa kami sampaikan permohonan maaf
bila terdapat kekhilafan maupun kekurangan selama PKN I dan pelaksanaan Proyek
Perubahan serta penulisan laporan ini.

Proyek Perubahan ini masih belum tuntas dan memerlukan penyempurnaan. Oleh karena itu,
masukan perbaikan dan saran sangat diperlukan untuk mengembangkan secara optimal
Pengampuan Jejaring Kardiovaskular Nasional. Semoga semua daya upaya ini akan
membawa manfaat bagi pemerataan pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia dalam
mencapai misi peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia dan menuju Indonesia
Sehat 2025.

Jakarta, 24 November 2020

Iwan Dakota
ABSTRAK

Penyakit Jantung atau lebih dikenal dengan penyakit kardiovaskular masih menjadi
penyebab kematian nomor satu di dunia dan penyebab kematian utama di Indonesia
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018. Pelayanan Kesehatan khususnya
untuk penyakit kardiovaskular tentu akan menjadi perhatian tersendiri bagi Kementerian
Kesehatan, karena memerlukan sarana dan prasarana yang mumpuni, selain Tenaga
Kesehatan (Nakes) yang memiliki kompetensi tersendiri. Pelayanan kardiovaskular masih belum
optimal, terbatasnya sarana dan prasarana serta distribusi tenaga kesehatan kardiovaskuler
yang masih belum merata, menjadi masalah tersendiri, selain kendala aksesesibilitas
masyarakat terkait pelayanan kardiovaskular di daerah.
Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) adalah rumah sakit
rujukan tersier atau tertinggi di Indonesia untuk layanan kardiovaskuler, sejak tahun 2017
ditetapkan Menteri Kesehatan sebagai Pusat Jantung Nasional, selain sebagai pusat rujukan
tertinggi penyakit kardiovaskular. Permasalahan saat ini adalah hampir semua kasus yang
memerlukan tindakan intervensi lanjut dan operasi harus dirujuk ke RS Jantung dan Pembuluh
Darah Harapan Kita, sehingga beban kasus menjadi sangat besar, yang berimbas kepada
lamanya waktu tunggu 3 bulan sampai 2 tahun untuk operasi bedah jantung anak, ini tentunya
akan menimbulkan moral hazard tersendiri. Selain sebagai Pusat Rujukan tertinggi, RSJPDHK
juga memiliki kewenangan untuk melakukan pembinaan, pendampingan dan pengampuan
terhadap Rumah Sakit Jejaring Kardiovaskular.
Berkaitan dengan hal diatas perlu dilakukan upaya terobosan. Upaya tersebut berupa
Gagasan Perubahan yaitu Pemberdayaan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dan Rumah
Sakit Vertikal dalam memberikan layanan kardiovaskular. Untuk itu perlu kerja sinergis-
kolaboratif dari semua pengampu kepentingan, baik itu Kementerian Kesehatan, Kementerian
Dalam Negeri, Pemerintah Provinsi, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Persatuan
Dokter Kardiovaskuler Indonesia, Persatuan Dokter Bedah Thoraks Kardiovaskuler Indonesia
dan berbagai organisasi profesi lainnya.
Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita sebagai Pusat Jantung
Nasional dan Pengampu Jejaring Kardiovaskular Nasional berperan sentral dalam optimalisasi
pengampuan jejaring kardiovaskular nasional ini. Telah dilakukan pemetaan jejaring di seluruh
Indonesia, bersama sama dengan pengampu kepentingan menetapkan SOP berbagai Penyakit
Kardiovaskular untuk dijadikan Pedoman Nasional Pelayanan Kesehatan (PNPK), Model/Pola
Pengampuan Rumah Sakit Jejaring, roadmap dan prioritas Rumah Sakit Jejaring yang akan
dibina dalam jangka pendek, serta aplikasi Sistem Pelaporan Monitoring dan Evaluasi Penyakit
Kardiovaskular di RS Jejaring.
Kementrian Kesehatan telah mengekuarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Penetapan Rumah Sakit jejaring Kardiovaskular Nasional, total ada 54 Rumah Sakit Jejaring
yang tersebar di 34 Provinsi. Kedepan diharapkan ke 54 RS jejaring Kardiovaskular Nasional ini
dapat memberikan layanan kardiovaskular sesuai dengan level kompetensi yang telah
ditetapkan, selanjutnya tentu diharapkan, walaupun memerlukan waktu yang cukup lama,
semua rumah sakit jejaring dapat memberikan layanan kardiovaskular paripurna yaitu sampai
apada level bedah jantung terbuka. Sehingga terjadi pemerataan layanan kesehatan
kardiovaskular diseluruh Indonesia, sehingga pasen tidak perlu dirujuk ke Jakarta atau bahkan
ke luar negeri, namun bisa dilayani di daerah masing masing. Ini selaras dengan visi misi
Presiden dalam peningkatan kualitas sumber saya manusia, serta visi Kementerian Kesehatan
dalam mencapai visi Indonesia Sehat 2025.
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Tujuan Perubahan .............................................................................
1.3. Analisis Permasalahan .........................................................................
1.4. Manfaat Proyek Perubahan ...................................................................
BAB II GAGASAN PROYEK PERUBAHAN .............................................................
2.1. Output Kunci …………………….…………………………………………
2.2. Pentahapan Proyek Perubahan ...........................................................
2.3. Tata Kelola Proyek Perubahan .............................................................
BAB III IMPLEMENTASI PROYEK PERUBAHAN ....................................................
3.1. Pelaksanaan Kegiatan ………..............................................................
3.2. Peta Sumber Daya ……………..……………….....................................
3.3. Potensi Pengembangan Sumber Daya …………...............................
3.4. Strategi Komunikasi .............................................................................
3.5. Risiko, Kendala dan Upaya Mengatasinya ………………………………
3.6. Faktor Kunci Keberhasilan ..………………………………………………
BAB IV PENUTUP .....................................................................................................
4.1. Kesimpulan ..........................................................................................
4.2. Saran/Rekomendasi ............................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan


perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, pelindungan, penghormatan terhadap hak-hak
dan kewajiban, keadilan, gender dan non-diskriminatif serta norma-norma agama.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan akan
berdampak pada ‘Indeks Pembangunan Manusia’ (IPM), yaitu suatu ukuran keberhasilan
untuk menilai kemajuan jangka panjang 3 (tiga) dimensi dasar pembangunan manusia di
Indonesia, yaitu: hidup sehat yang panjang, terjaminnya akses terhadap pendidikan dan
kehidupan yang sejahtera dan layak.
Setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak
Menular (PTM) (63% dari seluruh kematian). Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan
oleh penyakit tidak menular terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian “dini”
tersebut terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Secara global PTM
penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit kardiovaskuler. Penyakit
kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh
darah, seperti: Penyakit Jantung Koroner, Penyakit Gagal jantung, Hipertensi dan Stroke.
Penyakit kardiovaskular masih menjadi ancaman dunia (global threat) dan
merupakan penyakit yang berperan utama sebagai penyebab kematian nomor satu di
seluruh dunia. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, lebih dari 17 juta
orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Sedangkan
sebagai perbandingan, HIV / AIDS, malaria dan TBC secara keseluruhan membunuh 3
juta populasi dunia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018,
angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah semakin meningkat dari tahun ke
tahun. Setidaknya, 15 dari 1000 orang, atau sekitar 2.784.064 individu di Indonesia
menderita penyakit jantung.
Berdasarkan SK Menteri Kesehatan nomor 1102/Menkes/SK/IX/2007 tertanggal
26 September 2007 RSJPD-Harapan Kita ditetapkan sebagai Pusat Jantung Nasional
(PJN), ketetapan ini merupakan dasar hukum yang sangat relevan dalam penanggulangan
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Penetapan RSJPD Harapan Kita sebagai Pusat
Jantung Nasional merupakan perwujudan dari Rencana Strategis yang dijabarkan melalui
Visi yaitu menjadi pusat rujukan nasional kardiovaskular, serta misi yaitu : pelayanan
professional kardiovaskular, pendidikan berkesinambungan dan penelitian yang
bertanggung jawab.
Sistem pelayanan kesehatan jantung & pembuluh darah di tingkat nasional
mengembangkan rujukan berjenjang, dimulai dari pelayanan primer oleh dokter
puskesmas dan dokter layanan primer. Pelayanan kesehatan jantung & pembuluh darah
tingkat sekunder yang diharapkan ada di setiap rumah sakit kelas C di kabupaten/kota,
dilayani oleh SpJP atau Spesialis Penyakit Dalam (SpPD) bila tidak tersedia SpJP.
Pelayanan kesehatan jantung & pembuluh darah tingkat tersier diharapkan ada di rumah
sakit kelas A dan B yang ada di setiap ibukota propinsi. Beberapa rumah sakit kelas A
yang mempunyai pelayanan kesehatan jantung terpadu lengkap dengan pelayanan
subspesialis dan bedah kardiovaskular, akan menjadi Pusat Jantung Regional. Dengan
demikian, terbentuklah jejaring pelayanan PJP, di mana RSJPD-HK menjadi pusat rujukan
nasional (top referral).
Sistem rujukan berjenjang ini sangat tepat untuk melaksanakan universal
coverage melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan pemerintah
mulai 1 Januari 2014. Dengan demikian pemerataan pelayanan kesehatan jantung &
pembuluh darah dapat terealisasi, dan masyarakat di seluruh pelosok tanah air dapat
menerima penanganan penyakit tersebut hingga yang kualitas mutakhir sekalipun.
Kondisi Ideal yang diharapkan dengan dilaksanakannya proyek perubahan ini
adalah terselenggaranya sistem pengampuan jejaring kardiovaskular nasional yang
optimal dan komprehensif, sehingga tidak terjadi lagi kendala aksesibilitas masyarakat
untuk mendapatkan layanan penyakir kardiovaskular. Dengan pemerataan layanan
kardiovaskular di seluruh propinsi di Indonesia diharapakan dapat mencapai visi misi
Indonesia Sehat 2025.

1.2. Tujuan Perubahan

a. Tujuan Jangka Pendek


1) Terbentuknya Tim efektif
2) Identifikasi dan Pemetaan Fasyankes yang masuk dalam Jejaring KV Nasional
3) Adanaya SOP berasma penyakit Kardiovaskular,berupa Panduan Praktek Klinis
Penyakit Kardiovaskular (PPK dan PNPK)
4) Terbentuknya Kebijakan dan sosialisasi tentang Jejaring Kardiovaskular Nasional
dibidang Kardiovaskular
5) Terbentuknya Pola Rujukan Penyakirt Kardiovaskular Di Indonesia
b. Tujuan Jangka Menengah
1) Terbentuknya Jejaring Kardiovaskular Nasional yang komprehensif dibawah
pengampuan dari Pusat Jantung Nasional Harapan Kita
2) Terbentuknya Model Pengampuan Jejaring KV Nasional (Pendampingan,
Supervisi dan Penyapihan)
3) Monitoring dan Evaluasi Sistem jejaring KV Nasional secara berkala

c. Tujuan Jangka Panjang


Tujuan jangka panjang yang diharapkan dari terlaksananya proyek perubahan ini
adalah :
1) Terselenggaranya Sistem Pengampuan Kardiovaskular Nasional di Indonesia
2) Meningkatnya mutu layanan dari semua Rumah Sakit yang menjadi Jejaring
Kardiovaskular Nasional

1.3. Analisis Permasalahan

Analisa permasalahan dilakukan dengan menggunakan metodologi SWOT


Analysis. Dalam analisis situasi SWOT ini terdiri dari 4 kuadran, Strength, Weaknesss,
Opportunity dan Threat. Dilakukan identifikasi faktor-faktor darii masing-masing kuadran
tersebut, selanjutnya dilakukan analisis dari semua faktor tersebut yang paling berperan
dan memiliki daya ungkit jika diintervensi.

Identifikasi masalah :
1. Belum meratanya pelayanan kardiovaskular di Indonesia, sehingga tindakan operatif
dibebankan ke RSJPD Harapan Kita sebagai Pusat Rujukan Tersier yang berakibat
terjadinya penumpukan kasus dan lamanya waktu tunggu tindakan.
2. Konsep pengampuan jejaring kardiovaskular belum ditetapkan secara optimal.
3. Belum adanya SOP, yaitu Panduan Praktek Klinis (PPK) Penyakit Kardiovaskular
yang diseragamkan di semua jejaring Kardiovaskular Nasional.
4. Belum meratanya kualitas layanan penyakit kardiovaskular di rumah sakit jejaring
5. Belum adanya sistem monitoring dan evaluasi dari rumah sakit jejaring.
6. Belum dilaksanakannya identifikasi dan penataan fasyankes dan SDM terkait
pelayanan kardiovaskular di Indonesia.
7. Ada bebarapa RSUD milik Pemerintah Daerah, dimana Pmerintah Daerahnya kurang
responsif dan belum mendukung konsep jejaring kardiovaskular ini, termasuk bantuan
pembiayaan pengadaaan saran dan prasarana terkait pelayanan kardiovaskular.
8. Beberapa tarif Tindakan BPJS yang tidak asesuai dengan hint cost tindakannya,
sehingga rumah sakit jejaring enggan melaksanakan beberapa Tindakan tertentu,
yang berklaibat kurang optimalnya layanan karduvaskular.
9. Terbatasnya jumah tenaga kesashatan terkait layanan kardiovaskular, baik dokter
spesialis penyakit jantunf yang memilki kompetensi intervsni jantung, maupoun
langkanya dokter bedah thoraks kardiovaskular.
Terkait dengan isu utama, yaitu lamanya waktu tunggu operasi baik bedah jantung
dewasa (3-6 bulan) maupun bedah jantung anak yang berkisar antara 1-2 tahun tentu akan
mwenimbulkamn moral hazard, karena banyak kasus dimana pasen sudah meninggal
dunia ketika dipanggil untuk operasi.

Lamanya waktu tunggu ini karena semua dirujuk ke RS Jantung dan Pembuluh
Darah Harapan Kita. Untuk itu dilakukan Root Cause analisis untuk mengetahui apa akar
masalahnya.

Dari root cause analysis dengan metoda 5 pertanyaan (5 WHY), ternyata RS


Jejaring tidak saemuanya memiliki Dokter Bedah Jantung, sementara RS Jejaring yang
memiliki dokter bedah jantung pun masih ada kendala yaitu, belum memiliki
kompetensi/kemampuan untuk melakukan operasi bedah jantung anak. Hal ini disebabkan
Tim Bedah Jantung Anak, yang terdiri dari dokter spesialis bedah jantung, dokter spesialis
aneestesi jantuiing dan dokter spesialis intensivist janung belum kompeten karena belum
memiliki brevet keahlian khusus tersebut, yang umumnya berupa pendidikan
khusus(fellowship) di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita atau pusat pendidikan lain di
luar negeri. Dengan demikian, kata kunci nya adalah Pendidikan dan pelatihan khusus tim
bedah jantung anak (dokter bedah jantung anak, dokter anestesi jantung Anak dan dokter
intensivist jantung anak) harus dilakukan pendidikan dan pelatihan khusus. Selanjutnya
diikuti dengan pendampingan dan penyapihan dari Tim Pengampu Jejaring Kardiovaskular
Nasional dakla kurun waktu yang telah ditentukan.
Dengan demikian, masalahnya akan terselesaikan jika RS Jejaring tersebut telah
memiliki Tim Bedah Jantung Anak yang telah memiliki kompetensinya, dan menjalankan
program pendampingan Tim Pengampu jejaring Kardiovaskular Nasiona, sampai dalam
kurun waktu tertentu ditetapkan sebagai RS Jejaring Mandiri. Sehingga semua operasi
bedah jantung anak dapat dilakukan secara mandiri di RS Jejaring, sehingga tidak perlu
lagi merujuk ke RSJPDHK.

1.4. Manfaat Proyek Perubahan


Manfaat yang akan diterima dengan adanya proyek perubahan ini adalah :

a. Bagi masyarakat / pasien

- Dengan adanya pemerataan pelayanan kardiovaskular secara nasional,


masyarakat khususnya yang berada di daerah akan dengan mudah menjangkau
fasilitas pelayanan kesehatan di bidang kardiovaskular, baik untuk pelayanan
intervensi maupun operatif. Dengan dapat dilayaninya pasen di daerahnya sendiri,
secara sosial akan memudahkan keluarga pasen, secara ekonomis pun akan
meringankan beban biaya keluarga pasen yang menemani pasen selama tindakan
dibandingkan harus Ke RSJPDHK di Jakarta..
- Adanya pemerataan layanan juga akan meberikan citra positif bagi masyarakat
setempat, dan memberikan kebanggaan sendiri bagi Rumaha Sakit Umum Daerah
dan Pemerintah Daerah setempat.
b. Bagi RSJPD Harapan Kita
- Beban RSJPD Harapan Kita akan berkurang, karena pelayanan kardiovaskular
khususnya untuk Tindakan operatif dapat dilaksanakan pada rumah sakit jejaring
- Berkurangnya waktu tunggu / antrian Tindakan operatif yang dilaksanakan di
RSJPD Harapan Kita sehingga bisa meningkatkan nilai indicator kinerja RS
- Dengan terlaksananya proyek ini diharapakan bisa memberikan kemudahan bagi
RSJPD Harapan Kita sebagai Pusat Jantung Nasional dalam melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap rumah sakit jejaring.
c. Bagi Kementerian Kesehatan
Kementrian Kesehatan memiliki tugas dan fungsi terkait Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan, yaitu pelayanan kesehatan rujukan, yang membuat regulasi, melakukan
pembinaan dan MONEV jejaring dan sistem rujukan di Indonesia. Dengan adanya
jejaring kardiovaskular nasional, tentu akan memudahkan Kementrian Kesehatan
untuk melakukan pembinaan, dan pendampingan serta MONEV dalam mencapai
tujuan pembangunan kesehatan : Indonesia Sehat 2025.
Selain itu, adanya jejaring kardiovaskular ini akan memicu jejaring-jeajring lainya yang
berorientasi penyakit atau organ, seperti jejaring kanker nasional, jejaring respirasi
nasional, dan lain sebagainya.
d. Bagi Rumah Sakit Jejaring
Banyak manfaat yang didapatkan bagi rumah sakit jejaring,termasuk diantaranya
pengembangan layanan kardiovaskular regional yang memiliki kualitas layanan setara
dengan Pusat Jantung Nasional. Bagi rumah sakit jejaring yang juga menjadi Rumah
Sakit Pendidikan yang bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran tentu memiliki arti
tersendiri, dengan adanya pelayanan kardiovaskular yang paripurna, maka
perkembangan ilmu kedokterannya lebih maju dengan adanya spesialisasi Penyakit
Jantung dan Pembuluh Darah, Bedah Thoraks Kardiovaskular dan Anestesi
Kardiovaskular.
Rumah Sakit jejaring ini akan menjadi Rumah Sakit Pendidikan yang begengsi sebagai
lahan pendidikan buka hanya bagi Fakultas Kedokteran, tapi juga Fakultas
Keperawatan yang menjadi rumpun ilmu kedokteran lainnya.
Masyarakat setempat akan merasa sangat senang dan lebih nyaman jika dilakukan
tindakan operasi atau tindakan lainnya di daerah mereka sendiri.
Dengan dibukanya layanan kardiovaskular, apalagi jika mencapai level mandiri dan
paripurna, tentu akan menbambah revenue Rumah Sakit.
BAB II
GAGASAN PROYEK PERUBAHAN

Gagasan Proyek Perubahan yang dijelaskan pada Bab II ini mencakup output kunci
yang ingin dicapai dan cara mencapainya melalui tahapan pelaksanaan kegiatan dan tata kelola
Proyek Perubahan ini.

2.1. Output Kunci


Output kunci gambaran keseluruhan proyek perubahan adalah :
1. Terselenggaranya Sistem Pengampuan Kardiovaskular Nasional yang optimal dan
komprehensif di Indonesia.
2. Meningkatnya Kuantitas dan Kualitas layanan dari semua Rumah Sakit yang menjadi
Pusat Kardiovaskular Regional dalam Jejaring Kardiovaskular Nasional.

2.2. Pentahapan Proyek Perubahan

Secara umum tahapan proyek perubahan dibagi dalam 3 (tiga) tahap, yaitu: tahap
jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang

Milestone
a. Tahapan Jangka Pendek

No Milestone Kegiatan Rincian Kegiatan Waktu


1 Terbentuknya tim Pemilihan dan - Membuat daftar pegawai yang Agustus
efektif pembentukan tim berpotensi dilibatkan sebagai tim 2020
efektif kerja
- Menjalin komunikasi dengan
pegawai bersangkutan untuk
meminta kesediaan secara informal
2 Terciptanya Audiensi dengan - Menghubungi stakeholder terkait
dukungan dari masing-masing untuk meminta waktu bertemu
stakeholder stakeholder - Pemaparan manfaat program bagi
organisasi secara umum
menggunakan pendekatan yang Agustus-
disesuaikan dengan posisi September
stakeholder 2020
Pertemuan dengan - Pemaparan manfaat
stakeholder program/proyek bagi organisasi
secara umum

3 Teridentifikasinya Identifikasi - Mendapatkan data sekuinder dari Agustus-


fasyankes yang Fasyankes Jejaring DIt Pelayanan Rujukan Kemenkes September
masuk dalam KV Nasional - Mendapatkan data sekuinder dari 2020
jejaring Dinkes setempat
kardiovaskular
nasional Pemetaan - Mendapatkan data sekuinder dari Agustus-
Fasyankes Jejaring DIt Pelayanan Rujukan Kemenkes September
KV Nasional - Mendapatkan data sekuinder dari 2020
Dinkes setempat

4 Terbentuknya Penyusunan Penyusunan kebijakan tentang Oktober-


Kebijakan dan kebijakan dan jejaring kardiovaskular nasional November
sosialisasi sosialisasi tentang 2020
tentang Jejaring jejaring
Kardiovaskular kardiovaskular Sosialisasi kebijakan tentang jejaring
Nasional dibidang nasional kardiovaskular nasional
Kardiovaskular

Milestone Jangka Pendek

• Audiensi dengan Internal stakeholder


• Pertemuan Virtual dengan stakeholder
• Identifikasi Fasyankes Jejaring KV • Penyusunan pola
Nasional pengampuan efektif
• Pemetaan Fasyankes Jejaring KV jejaring Kardiovaskular
Nasional Nasional

Agustus 2020 Oktober 2020

• Pemilihan dan September November


• Penyusunan kebijakan tentang
pembentukan tim 2020 jejaring kardiovaskular nasional 2020
efektif • Sosialisasi kebijakan tentang
jejaring kardiovaskular nasional
b. Tahapan Jangka Menengah

No Milestone Kegiatan Rincian Kegiatan Waktu


1 Terbentuknya Pola Penyusunan pola efektif Penyusunan rencana dan Desember
Jejaring jejaring Kardiovaskular strategi 2020 – April
Kardiovaskular Nasional 2021
Nasional yang Penyusunan jadwal
komprehensif dibawah
pengampuan dari
Pusat Jantung
Nasional Harapan Kita

2 Terbentuknya Model Tersusunnya model Tersusunnya model dan


Pengampuan Jejaring dan rencana kegiatan rencana kegiatan
KV Nasional (Pendampingan, pendampingan terhadap
(Pendampingan, Supervisi dan Jejaring KV Nasional.
Supervisi dan Penyapihan)
Penyapihan) Tersusunnya model dan
rencana kegiatan supervise
terhadap Jejaring KV
Nasional.

Tersusunnya model dan


rencana kegiatan
penyapihan terhadap
Jejaring KV Nasional.

3 Terlaksananya Penyusunan / Identifikasi kendala


Monitoring dan Pembuatan pelaporan
Evaluasi Sistem format/system
jejaring KV Nasional pelaporan kegiatan Penyusunan format/system
secara berkala pelayanan di RS pelaporan kegiatan
Jejaring pelayanan di RS Jejaring

Sosialisasi format/system
pelaporan kegiatan
pelayanan di RS Jejaring

Implementasi Monitoring dan


Evaluasi

Milestone Jangka Menengah

Des 2020 Januari 2021 Februari 2021 Maret 2021

• Penyusunan pola efektif • Identifikasi kendala Sosialisasi format/sistem Implementasi Monitoring


jejaring Kardiovaskular pelaporan pelaporan kegiatan dan Evaluasi
Nasional • Penyusunan pelayanan di RS
• Penyusunan model dan format/system Jejaring
rencana kegiatan pelaporan kegiatan
Pendampingan, Supervisi pelayanan di RS
dan Penyapihan terhadap Jejaring
Jejaring KV Nasional
Tahapan Jangka Panjang

No Milestone Kegiatan Rincian Kegiatan Waktu

Terselenggaranya Penyelenggaraan
Monitoring dan Evaluasi
Sistem Pengampuan Sistem Pengampuan
1 terlaksana dengan baik dan
Kardiovaskular Kardiovaskular
terukur
Nasional di Indonesia Nasional di Indonesia

Monitoring dan Evaluasi


Peningkatan mutu
Meningkatnya mutu terlaksana dengan baik dan 2021 sd
layanan dari semua
layanan dari semua terukur tahun
Rumah Sakit yang
Rumah Sakit yang Data yang dapatkan : 2025
menjadi Pusat
menjadi Pusat -waktu tunggu operasi
Kardiovaskular
2 Kardiovaskular bedah dewasa dan anak di
Regional dalam
Regional dalam RSJPDHK
Jejaring
Jejaring -jumlah operasi bedah
Kardiovaskular
Kardiovaskular dewasa dan anak di RS Jejaring
Nasional
Nasional -angka kematian Tindakan
operasi di RS Jejaring

Milestone Jangka Panjang

April 2021 2022 2023-2025

• Penyelenggaraan Sistem Pengampuan Kardiovaskular Nasional di Indonesia


• Peningkatan Kual;itas dan Kuantitas layanan dari semua Rumah Sakit yang
menjadi Pusat Kardiovaskular Regional dalam Jejaring Kardiovaskular Nasional
• Monitoring dan Evaluasi Penyelenggaraan Sistem Pengampuan Kardiovaskular
Nasional di Indonesia
2.3. Tata Kelola Proyek Perubahan
Tata Kelola dalam proyek perubahan optimalisasi sistem pengampuan pusat
jantung nasional terhadap jejaring kardiovaskular nasional diatur dalam struktur organisasi
tim efektif proyek perubahan berdasarkan SK Nomor: KP.01.04/XX.4/0719/2020 tanggal 1
September 2020
a. Struktur Organisasi Tim efektif

Sponsor (mentor)
Dirjen Pelayanan Kesehatan
Prof. dr. Abdul Kadir ,PhD, SpTHT-KL (K), MARS

Coach Project Leader


Dr. Ir. Suseno Sukoyono, MM Dr. dr. Iwan Dakota, SpJP(K), MARS Stakeholder Terkait

Sekretariat dan
Pendukung

Tim Pengampu Jejaring KV Nasional


Ketua : Dr.dr. Hananto Andriantoro, SpJP(K)., MARS

Sub Tim Bedah Thoraks KV Sub Tim Intervensi Non Bedah


Ketua : Dr. dr. Duddy A Hanafy, SpBTKV, MARS Ketua : Dr. dr. Doni Firman, Sp.JP(K)
Sekretaris : Antoneta Paliama, S.Kep. Sekretaris : Eka Dwiyati, S.Kep.

Keterangan :

Tata kelola proyek perubahan ini dibimbing oleh Coach dan Mentor sebagai berikut:
1. Dr. Ir. Suseno Sukoyono, MM., Ahli Utama LAN, yang bertindak sebagai coach.
2. Prof. dr. Abdul Kadir ,PhD, SpTHT-KL (K), MARS adalah Dirjen Pelayanan
Kesehatan Kemenkes, yang bertindak sebagai Mentor.

Tugas dan Fungsi :

1. Sponsor (mentor) :

a. Atasan langsung dari project leader.


b. Memberi dukungan kebijakan pada pelaksanaan proyek perubahan.
c. Sebagai penasehat, pengarah dan pembimbing dalam melakukan proyek
perubahan
d. Memastikan Rencana Proyek Perubahan tersebut membantu kinerja
organisasi.
e. Menjadi sumber inspirasi bagi peserta Diklat dalam membuat Rencana
Proyek Perubahan.
f. Melakukan intervensi bila peserta mengalami permasalahan dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan selama Taking Ownership.
g. Menyetujui Rencana Proyek Perubahan.

2. Coach :

a. Melakukan diskusi dan memberikan masukan dalam menyusun rancangan


proyek perubahan
b. Memonitor kegiatan peserta selama tahap Taking Ownership, Breakthrough
II dan tahap Laboratorium Kepemimpinan
c. Memberikan motivasi kepada project leader bila mengalami permasalahan.

3. Project Leader :

a. Mempersiapkan dokumen, waktu yang diperlukan dengan baik sebelum


bertemu dengan Mentor dan Coach.
b. Berprakarsa melakukan diskusi secara aktif dengan Mentor dan Coach serta
mengikuti arahan dan masukan Beliau.
c. Menggalang kerjasama dan kesepakatan dengan Stakeholder terkait baik
internal maupun eksternal.
d. Membuat laporan kegiatan Taking Ownership dan Laboratorium
Kepemimpinan kepada penyelenggara.

4. Tim Pengampu Jejaring Kardiovaskular


Tim Pengampu Jejaring Kardiovaskular Nasional dibentuk berdasarkan
Kepmenkes RI Nomor HK.01.07/MENKES/602/2017 tentang Rumah Sakit
Jantung Harapan Kita sebagai Pusat jantung Nasional.
Tim ini terdiri dari Ketua Tim dan 2 Sub Tim, Tim Bedah dan Tim Intervensi
Non Bedah. Karena kriteria RS Jejaring hanya dibagi menadi 2 kategori, yaitu RS
Jejaring yang melalukan pelayanan kardiovaskular paripurna, yaitu yang memiliki
kompetensi bedah jantung terbuka, dan RS Jejaring yang memiliki kompetensi

5. Tim Sekretariat dan Pendukung Jejaring Kardiovaskular

Tim sekretariat dan pendukung terdiri dari beberapa staf Bagian


Hukormas RSJPDHK dan staf Bagian Umum yang mebantu administrasi Tim
Pengampu dalam menjalankan tugasnya, termasuk melakukan kompilasi dan
dokumentasi semua kegiatan Tim Efektif.
BAB III
IMPEMENTASI PROYEK PERUBAHAN

3.1. Pelaksanaan Kegiatan

a. Pemilihan dan Pembentukan Tim Efektif


Sebuah tim yang memiliki visi yang sama dan bekerja secara efektif sangat
menunjang untuk mewujudkan suatu tujuan, maka berdasarkan SK Nomor:
KP.01.04/XX.4/0719/2020 tanggal 1 September 2020 dibentuklah tim efektif proyek
perubahan optimalisasi sistem pengampuan pusat jantung nasional terhadap jejaring
kardiovaskular nasional.
b. Audiensi dengan Mentor dan Stakeholder Internal
1) Terlaksana rapat pembahasan awal proper dan pembentukan tim efektif secara
virtual melalui aplikasi zoom dengan stakeholder internal dan tim pengampu pada
tanggal 30 Agustus 2020.

Undangan

Peserta rapat :
Dr. dr. Iwan Dakota, Sp.JP(K).; Dr. dr. Hananto Andriantoro, Sp.JP(K).;
Dr.dr. Dicky Fachri, Sp.B.,Sp.BTKV(K); dr. Dudi A Hanafi, Sp.BTKV(K).;
dr. Doni Firman, Sp>JP(K).; dr. Isman Firdaus, Sp.JP(K).;
dr. Rita Zahara, Sp.JP(K). P(K).; Deden Apriantoni,ST.; Budi Haryanto, S.Kom.

Dokumentasi :
Absensi :

Hasil Rapat (Notulensi) :


• Perlu dibentuk Tim Efektif proyek perubahan optimalisasi sistem pengampuan
pusat jantung nasional terhadap jejaring kardiovaskular nasional.
• Loading case pelayanan KV terpusat ke Pusat Jantung Harapan Kita, sehingga
menyebabkan lamanya waktu tunggu bedah jantung baik dewasa maupun anak.
• Perlunya Dukungan Anggaran/Dana pelaksanaan program optimalisasi
pengampuan jejaring KV
• Tim diharapkan menyiapkan Pola Pengampuan baik untuk Bedah maupun Non
Bedah.
• Kendala : hirarki pemerintahan yang berbeda-beda → Perlunya Surat Edaran
Kemenkes untuk mengatur optimalisasi pengampuan jejaring KV Nasional
kepada semua RS jejaring
• Kendala : Proses reporting evaluasi, karena tidak ada pelaporan secara resmi
dan rutin sehingga dipererlukan Sistem apikasi untuk pelaporan yang nantinya
harus secara rutin diisi oleh RS Jejaring → Tim diharapakan menyiapkan format
pelaporan yang diperlukan dalam Sistem Aplikasi

2) Diskusi / Audiensi dengan Mentor dan Stakeholder Internal, dilaksanakan pada


tanggal 4 September 2020 di Ruang Ditjend Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI.

Dokumentasi :

Hasil Diskusi / Audiensi :


• Persetujuan Mentor (Dirjen Yankes) dalam penguatan system Pengampuan
Jejaring Kardiovaskular Nasional
• Persetujuan Pengusulan Anggaran di Tahun 2021 melalui Ditjend Yankes
• Segera dilaksanakan Pendataan RS Jejaring, Update data Fasyankes/Sarana,
SDM serta MOU dengan RS jejaring.
• Jadwalkan FGD bersama Kemenkes dengan melibatkan Dirjen Yankes, Dir Yan
Rujukan, Tim Pengampu Jejaring KV Nasional, Direksi RSJPDHK, PERKI,
Kolegium PERKI, Himpunan BTKV, Kolegium HBTKV (terjadwal 16 September
2020)
• Segera dilakukan zoom meeting 34 Propinsi, dengan mengundang
Gubernur/Kadinkes dan Direktur RSUD/RSV di tiap Propinsi, Tim pengampu
jejaring KV, Direksi RSJPDHK, Dirjen Yankes, Direktur Yan Rujukan, PERKI dan
HBTKV dijadwalkan Minggu ke 4-5 Bulan sepember

c. FGD/Virtual Meeting dengan stakeholder


1) Terlaksana Rapat Pembahasan Optimalisasi Pengampuan Jejaring Kardiovaskular
Nasional Bersama Tim Efektif dan stakeholder internal secara virtual (zoom) pada
tanggal 8 September 2020.

Undangan

Peserta rapat :
Dr. dr. Iwan Dakota, Sp.JP(K).; Dr. dr. Hananto Andriantoro, Sp.JP(K).;
Dr. dr. Dicky Fachri, Sp.B., Sp.BTKV(K); Dr. dr. Basuni Radi, Sp.JP(K).;
dr. Lia Gardenia, Sp.PK(K), MM., MARS.; dr. Dudi A Hanafi, Sp.BTKV.;
dr. Doni Firman, Sp>JP(K).; dr. Isman Firdaus, Sp.JP(K);
dr. Rita Zahara, Sp.JP(K); Anwar, S.Psi., MM.; Rusman Basir, SH.;
Deden Apriantoni,ST.; Amardeep, S.Kom.
Dokumentasi :

Hasil rapat/pembahasan :
• Pembenahan perlu dilakukan dalam pengampuan jejaring ini termasuk dalam
hal administratif dan legasi dari kementerian.
Permasalahan MOU :
* Medicolegal terkait pendampingan ke daerah,
* Masalah tanggung jawab termasuk pelaporan
Perlu evaluasi terkait daftar Rumah sakit Binaan dengan MOU yang masih
berlaku atau tidak.
• Tim segera menyusun format pelaporan yang diperlukan dalam Sistem Aplikasi
• Tim segera menyusun Pola Baku Pengampuan meliputi : durasi, loading case,
kriteria, mortalitas dll
• Terobosan yang bagus bila program ini diangkat ke Kemenkes sehingga beban
finansial dari RSHPDHK maupun dari RS pelaksana akan berkurang.
• Perlu adanya SOP/PNPK Penyakit
• Kardiovaskular (Angina Pektoris, ICCU,Intervensi Koroner Perkutan)
• Perlu aturan-aturan tertulis yang perlu di SK-kan tentang kriteria perubahan
status/kemampuan RS binaan.
• Perlu klarifikasi Kemenkes terkait aturan atau legitimasi pembinaan terhadap
rumah sakit yang tidak terdaftar dalam Perdirjen
• Dijadwalkan FGD dengan Dirjen Dir.Yan Rujukan, Tim Pengampu, Direksi
RSJPDHK, PERKI, Kolegium PERKI, Himpunan BTKV, Kolegium HBTKV

2) FGD (Focus Group Discussion) secara virtual (zoom) dengan topik Percepatan
Pengampuan Kardiovaskular Nasional pada tanggal 30 September 2020.
Pengundang: Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Ditjen Yankes Kemenkes.

Undangan :
Hasil Pembahasan FGD Percepatan Pengampuan Kardiovaskular Nasional :
Memprioritaskan program pembinaan pada tahun 2021-2022 pada :
• RSUD ULIN, Banjarmasin Kalsel dan Kadinkes Prov Kalsel
• RSUD DR SOEDARSO, Pontianak Kalbar dan Kadinkes Prov Kalbar
• RSUD DR ABDOEL MOELOEK Bandarlampung dan Kadinkes Prov Lampung
dan berkesimpulan :
• RSUD ULIN Banjarmasin,
Secara teknis, sarana dan prasarana serta SDM sudah memenuhi
persyaratan untuk dimulai Bedah Jantung Terbuka Awal 2021. Dukungan
Penuh PEMPROV Kalsel
• RSUD ABDOEL MOELOEK Bandarlampung,
- Optimalisasi Intervensi Non Bedah
- Pembangunan sarana dan Prasarana Bedah Jantung, selesai 2021,
Perlu Tambahan Dokter Bedah Jantung dan dokter spesialis pendukung
lainnya. Dukungan Penuh PEMPROV Lampung
• RSUD SOEDARSO, Pontianak
- Tahap Optimalisasi Intervensi Non Bedah.
- Persiapan Pembangunan Sarana dan Prasaran bedah Jantung, Perlu
Dokter Bedah Jantung dan spesialis pendukung lainnya. Dukungan
PEMPROV positif
• 2021-2022 : Pengampuan Bedah Jantung RSUD Ulin
• 2022-2024 : Pengampuan Bedah Jantung RSUD Abdoel Moeloek
Bandarlampung dan RSUD Soedarso, Pontianak

Dokumentasi FGD Percepatan Pengampuan Kardiovaskular Nasional:


Salah satu bentuk dukungan :

Dukungan PEMPROV KALBAR:


KADINKES PROV. KALBAR

3) Sosialisasi Pengampuan Jejaring Kardiovaskular Nasional secara virtual (zoom)


pada tanggal 7 Oktober 2020 melibatkan Kemendagri, Pemprov dan RSUD se-
Indonesia. Pengundang : Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI
Undangan :
Surat Permohonan Dukungan Program Pengampuan Rumah Sakit dan Penguatan
Jejaring Pengampuan Pusat Kardiovaskular Nasional

Dukungan Sosialisasi dari Kemendagri


Pelaksanaan Kegiatan Sosialisasi :
• Rapat Dipimpin oleh plt Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes
• Paparan dan Dukungan Dirjen Bina Administrasi Wilayah Kemendagri
• Paparan dan Dukungan Dirjen Bina Keuangan Daerah Kemendagri
• Perwakilan PemProv 34 Propinsi
• Kadinkes 34 Propinsi
• Direktur RSV di beberapa Propinsi
• Direktur RSUD 34 Propinsi
• Organisasi Profesi (PERKI, HBTKVI) dan Kolegium PERKI dan HBTKVI
• Beberapa RSUD Kabupaten /Kota
• Total 264 Peserta

Dokumentasi

Paparan Dirjen Bina Keuangan Daerah Kemendagri


Paparan Dirjen Bina Administrasi Kewilayahan Kemendagri

Kesimpulan Sosialisasi Pengampuan Jejaring Kardiovaskular Nasional


1. Kemendagri
• Dukungan Penuh dari Ditjen Bina Admistrasi wilayah
• Dukungan dari ditjen Bina Keuangan Daerah terkait bantuan keuangan utk
daerah prioritas

2. Kemenkes
• Bantuan pendanaan terkait operasional Tim Pengamopu Jejaring KV
Nasional
• Melakukan Pemetaan Bersama Fasyankes

3. Pemprov/Dinkes
• PEMPROV /DINKES memahami system pengampuan jejaring dan
mendukung program
• Bersedia untuk membuat MOU dengan Pusat Jantung NAkional

4. PJN/Tim Pengampu Jejaring KV Nasional


• Segera akan menyiapkan MOU dengan RS Jejaring
• Prioritas RS Jejaering yang akan dikembangkan 2000-2004
4) Rapat Pengampuan Tim Kecil Jejaring Kardiovaskular Nasional, pelaksanaan
rapat secara virtual melalui aplikasi zoom. Sebagai pengundang

Undangan :

Dokumentasi
5) Undangan Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri sebagai
tanggapan atas rencana pengampuan RS Jejaring
d. Identifikasi dan Pemetaan Fasyankes Jejaring KV Nasional
Identifikasi dan pemetaan terhadap fasilitas pelayanan Kesehatan / rumah sakit yang
termasuk kedalam jejaring kardiovaskular Nasional didasarkan pada kompetensi
kardiovaskular serta klasifikasi/tingkatan rujukan

Tabel Kriteria Kompetensi RS

KRITERIA FASILITAS STRATEGI TARGET


MANDIRI:
Cardiologist, ahli
Meningkatkan
bedah jantung, Pendampingan kasus khusus
MERAH jumlah kasus
anestesi, perfusi, intervensi dan bedah
dan SDM
intensivist, sudah
operasi CABG

Pemenuhan fasilitas sarana


Cardiologist, Bedah
dan prasarana bedah Memulai
Jantung, Cathlab,
jantung,pendampingan awal dilakukannya
UNGU namun belum belum
bedah jantung dan operasi bedah
melakukan operasi
pendampingan kasus khusus jantung terbuka
CABG
intervensi

Pengisian SDM bedah,


Meningkatkan
Cardiologist + pemenuhan sarana dan
HIJAU kemampuan
Cathlab pendampingan kasus khusus
tindakan DINB
intervensi

Pengisian bedah, cardiologist


Mempersiapkan
KUNING Cardiologist intervensi dan persiapan
Cathlab
cathlab

Pengisian SDM cardiologist


Tidak ada Mengisi dokter
BIRU dan melengkapi sarpras
Cardiologist SpJP/KKV
kardiovaskular
Pemetaan Jejaring Kardiovaskular Nasional berdasarkan sebelum diterbitkannya
KEPMENKES RI Nomor HK.01.07/MENKES/7182/2020

Pemetaan Jejaring Kardiovaskular Nasional berdasarkan KEPMENKES RI Nomor


HK.01.07/MENKES/7182/2020
Pemetaan Jejaring Prioritas 2021-2023

e. Penyusunan SOP/PNPK jejaring KV Nasional (SOP/PPK)


Terdapat 3 buku SOP/PNPK yang disulkan kepada Kementerian Kesehatan
yang bisa digunakan sebagai panduan tatalaksana penanganan kardiovaskular, yaitu :
1. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Intervensi Koroner Perkutan
2. Panduan Tatalaksana Angina Pektoris Stabil
3. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Unit Perawatan Intensif Kardiovaskular
(ICCU/ICVCU)
f. Penyusunan Pola Pengampuan Efektif Jejaring Kardiovaskular Nasional
Dalam upaya optimalisasi sistem rujukan kardiovaskular nasional melalui
penguatan di Rumah sakit Rujukan pada masing-masing Provinsi maka diperlukan
suatu pola pengampuan Jejaring Kardiovaskular nasional yang akan menjadi panduan.
Pola pengampuan disusun berdasarkan dua bidang pelayanan kardiovaskular
yaitu : pola pengampuan Bedah dan pola pengampuan Intervensi Non Bedah.

Surat Usulan Pola Pengampuan


g. Penyusunan format sistem pelaporan kegiatan pelayanan di RS Jejaring

Gambar Tampilan Interface Awal Sistem Pelaporan Jejaring Kardiovaskular

Tampilan Form Laporan INB (Intervensi Non Bedah)


Tampilan Form Laporan Bedah
3.2. Peta Sumber Daya
Pemetaan sumber daya pada proyek perubahan ini dilaksanakan melalui identifikasi
stakeholder, kemudian hasil identifikasi stakeholder dituangkan dalam analisis stakeholder
atau peta sumber daya.
a. Stakeholder
Stakeholder dalam proyek optimalisasi sistem pengampuan pusat jantung
nasional terhadap jejaring kardiovaskular nasional terdiri dari stakeholder internal dan
stake holder eksternal.

Stakeholder internal terdiri dari :

▪ RSJPDHK (Direksi, KA SMF Bedah Dewasa, Ka SMF Bedah Anak, Anestesi dan
Intensivist KV)
▪ Kementerian Kesehatan (Direktorat Jenderal Yankes, Direktorat Pelayanan
Rujukan, Direktorat Mutu dan Akreditasi)

Stakeholders Eksternal :

▪ RS Jejaring (vertikal/daerah)
▪ PERKI (Persatuan Dokter Kardiovaskular Indonesia)
▪ Ikatan Ahli Bedah Indonesia IKABI (HBTKVI)
▪ PErsatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)
▪ Komite Kardioserebrovaskular Nasional
▪ Pakar Kebijakan
▪ LSM
▪ Media Massa
▪ Masyarakat

b. Analisis Stakeholder
Berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruhnya, para pihak proyek perubahan ini
dapat dibedakan atas 4 kelompok yaitu :
I. Latent, adalah pihak yang tidak memiliki kepentingan khusus, tetapi memiliki otoritas
atau pengaruh besar untuk mempengaruhi eksistensi program. Termasuk dalam
kelompok ini adalah:
a. Kementerian Dalam Negeri, merupakan lembaga kunci yang kebijakan terhadap
seluruh pemerintahan daerah dalam tata kelola fasilitas pelayanan kesehatan.
b. Pemerintah Daerah, sebagai induk yang mengatur tata kelola fasilitas pelayanan
kesehatan (Dinkes) di daerah, baik tingkat provinsi maupun kota/kabupaten
c. DPR/DPRD
d. Dinas Kesehatan

II. Promoters, adalah pihak yang memiliki kepentingan besar terhadap program dan
juga kekuatan untuk membantu keberhasilan program, oleh sebab itu terjadi
pergeseran dari semula kelompok Apathetics menjadi Promoters.Kelompok
promoters ini terdiri dari : RSJPD Harapan Kita, Kementerian Kesehatan, Tim
Pengampu Jejaring Kardiovaskular, Organisasi profesi.
:
III. Defenders, adalah pihak yang memiliki kepentingan, tetapi kekuatannya kecil untuk
mempengaruhi program. Lembaga lain dengan jumlah pendamping yang lebih kecil
dan akan mendapatkan manfaat untuk mengharmonisasi berbagai jenis
pendamping. Termasuk dalam kelompok ini adalah : Asosiasi RS, Fasyankes, BPJS,
RS Swasta

IV. Apathetics, adalah yang kurang memiliki kepentingan maupun kekuatan terhadap
program. Termasuk dalam kelompok ini adalah: LSM, Media Massa, Masyarakat

Pergeseran peta sumberdaya dukungan para pihak dapat dilihat pada gambar di
bawah ini

Suatu hal yang menarik adalah dukungan dari stakeholders, khusunya Kementerian
Dalam Negeri, stake holder ini masuk kategori latent, namun berjalannya waktu, kemendagri
sangat rnesponsif dan antusias, ini terlihat dari dari sepuluh FGD/ Zoom Meeting, lima mkali
diselenggarakan ndan dipimpin oleh Dirjen Bina Admisitrasi Wilayah dan Dirjan Bina Keuangan
Dareh Kemndagri. Pigak Kemndagri menginisiasi dan mengundang pertemuan virtual dengan
34 Kepala Daerah melaui Telegtram Kemendagri ke semua kepala Daerah dan menekankan
perlunya dukungan dari PEMPROV dalam menhyjseskan Pengampuan Jejaring ini di
daerahnya masing-masing.

3.3. Potensi Pengembangan Sumber Daya


Dari analisis pemetaan para pihak yang terlibat, dapat diidentifikasi potensi
sumber daya yang dapat dikembangkan, yaitu terdiri atas:
a. Sumber Daya manusia: pendamping merupakan SDM yang sebagian besar berperan
memberikan dukungan terhadap pelaksanaan pengampuan jejaring kardiovaskular
nasional
b. Anggaran. Menuju suatu perubahan tentu harus mendapatkan dukungan dari berbagai
pihak dan berbagai hal, salah satunya adalah dari sisi anggaran. Kementerian Kesehatan
dalam hal ini telah memberi kesiapan untuk menyediakan anggaran dalam pelaksanaan
pendampingan dan pembinaan terhadap jejaring kardiovaskular nasional, begitu pula
Kemendagri/Pemerintah Daerah telah menyatakan kesiapan memberikan bantuan dana
untuk mendukung program ini.
c. Sistem : Pola pelaporan yang selama ini disampaikan secara manual, diharapkan untuk
kemudian hari dapat dilaksanakan secara tersistem (elektronik) dan akan terus
berkembang menyesuaikan dinamika perkembangan teknologi.
d. Knowledge: Standar kompetensi diperlukan dalam pelaksanaan pelayanan penyakit
kardiovaskular sehingga memungkinkan untuk dilakukan pengembangan pemberian
kompetensi melalui pendidikan dan pelatihan kardiovaskular
e. Aset : Letak geografis Indonesia yang terdiri dari banyak provinsi merupakan suatu aset
dalam pengembangan jejaring, mengingat banyaknya rumah sakit/faskes yang berada
dibawah naungan Pemerintah Daerah baik provinsi maupun kota/ kabupaten yang belum
memberikan pelayanan kardiovaskular.
3.4. Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi yang dilaksanakan dalam proyek perubahan ini dilaksanakan
dengan menyesuaikan siatuasi dan kondisi dimana saat ini terjadi wabah pandemik
covid-19, strategi meliputi :
6) Mengoptimalkan tim efektif
7) Membangun advokasi dan komunikasi semaksimalkan mungkin
8) Membuat perencanaan proyek se-transparan mungkin.
9) Optimalisasi Webinar untuk supervisi tidak langsung dan pelaksanaan monitoring
evaluasi secara berkala

Tabel Peran Komunikasi

CUSTOMER PLACE PRODUCT PRICE PROMOTION

RS Vertikal RSJPDHK SOP Penanganan Biaya Teknis Tim Sosialisasi Ke


RSUD Semua Penyakit Jantung Pengampu ke RS Semua RSUD/
Propinsi (PPK/PNPK) jejaring PemProv
(APBN/Kemenkes) Kemendagri
sebesar
Rp.6.600.000.000
Masyarakat/Pa Melibatkan Model Persiapan Persatuan Ahli
sien Semua Pengampuan Optimalisasi RS Profesi
PemProv RSV/RSUD Di Jejaring Jejaring PERSi
setiap Propinsi SK MENKES (Infrastruktur/ Masyarakat
(Total 54 RS Penetapan RS Sarpras/Biaya LSM
Jejaring) Jejaring Nasional Diklat)
3.5. Risiko, Kendala dan Upaya mengatasinya
Faktor risiko yang dapat mempengaruhi dalam keberhasilan pencapaian tujuan proyek
perubahan optimalisasi sistem pengampuan pusat jantung nasional terhadap jejaring
kardiovaskular nasional :
a. Penolakan stakeholder lain karena ketidaksiapan anggaran maupun gagal paham
b. Keterbatasan waktu dalam pelaksanaan proyek ini
c. Masih berlangsungnya wabah penyakit menular Covid-19
d. Keterbatasan waktu karena kesibukan pekerjaan utama dari tim jejaring
kardiovaskular nasional
e. Masalah pendanaaan, yang berasal dari dana BLU RSJPDHK yang terbatas

Tabel Resiko

No RISIKO/KENDALA STRATEGI MENGATASI

1 Penolakan stakeholder lain karena Pelaksanaan sosialisasi yang intens


ketidaksiapan anggaran maupun dengan melibatkan dukungan dari
gagal paham Kemeterian Kesehatan dan Kemendagri

2 Keterbatasan waktu dalam Percepatan kegiatan dengan komunikasi


pelaksanaan proyek ini yang efektif dan berkala

3 Masih berlangsungnya wabah • Virtual meeting secara intensif


penyakit menular Covid-19 • Membentuk WA Group
• Meminta perwakilan K/L tidak berganti-
ganti
• Tidak bergantung pada 1 orang.
4 Kesibukan pekerjaan dari tim Manajamen waktu dan pembagian tugas
jejaring kardiovaskular nasional secara professional dan
berkesinambungan

5 Masalah pendanaaan, yang Mengajukan usulan pendanaan ke


berasal dari dana BLU RSJPDHK Kementerian Kesehatan agar
yang terbatas anggaran/pembiayaan pengampuan
menjadi APBN Kemenkes
3.6. Faktor Kunci keberhasilan
a. Terbentuknya Team Efektif (Tim Pengampu Jejaring KV Nasional)
b. Terlaksananya sosialisasi sistem jejaring KV kepada team kerja dan unit terkait -
Terlaksananya identifikasi dan pemetaan RS yang akan menjadi jejaring KV Nasional
c. Terbentuknya Model Pengampuan Jejaring KV Nasional (Pendampingan, supervisi
dan penyapihan) - Terlaksananya pola baku pelayanan KV di semua level Fasyankes
18
d. Terlaksananya pembuatan MOU dengan RS jejaring KV Nasional
e. Terlaksananya pembuatan PPK layanan KV nasional (PNPK)
f. Terlaksananya sistem MONEV Jejaring KV Nasional berbasis TI
g. Menurunnya waktu tunggu Tindakan bedah dewasa dan anak di RSJPDHK
h. Meningkatnya kuantitas dan kualitas llayanan kardiovaskular di RS Jejaring yang
tergambar dari SISMONEV
BAB IV
PENUTUP

Berdasarkan data dan fakta yang sudah dijelaskan sebelumnya maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan, rekomendasi dan lesson learnt dari pelaksanaan Proyek Perubahan Optimalisasi
Pengampuan Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Terhadap Jejaring Kardiovaskular
Nasional sebagai berikut :

4.1. KESIMPULAN
a. Secara umum tujuan dan milestones jangka pendek dari Proyek Perubahan ini
tercapai, walaupun ada beberapa penyesuaian terkait impilikasi pandemi Covid-19
b. Sudah dikeluarkannya Surat Keputusan Menkes no.
HK.01.07/MENKES/7182/2020 Tentang Penetapan Rumah Sakit jejaring Rujukan
Kardiovaskular Nasional tertangal 24 November 2020, yang menetapkan 54 RS
jejaring Kardiovaskular Nasional dari 34 Provinsi
c. Sudah ditetapkan skala prioritas pengembangan RS Jejaring Kardiovaskular
Nasional berdasarkan masukan dan kolaborasi sinergi semua pengampu
kepentingan dalam 2 tahun kedepan yaitu: RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru, RSUD
Abdoel Moeloek Bandarlampung, RSUD Soedarso Pontianak, RSUD Ulin
Banjarmasin, RSUD J Leimena Ambon, RSUD Dok Dua Jayapura, RSUD Sele Be
Solu Sorong, RSUD Kupang NTT sesuai dengan level kompetensi yang ditetapkan
d. Penganggaran untuk biaya pengampuan jejaring kardiovaskular nasional yang
semula berasal dari dan Badan Layanan Umum Rumah Sakit Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan Kita, selanjutnya dianggarkan dari Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan

4.2. REKOMENDASI
a. Kolaborasi dan Sinergi merupakan kata kunci dalam menjalan proyek perubahan
ini. Karena sebagian besar RS Jejaring Kardiovaskular Nasional adalah Rumah
Sakit Umum Daerah yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah (Pemerintah Provinsi
atau Pemerintah Kabupaten/Kota), dimana operasional, penganggaran dan
monitoring serta evaluasi dilakukan oleh Pemerinah Daerah setempat. Kolaborasi
dan Sinergi harus tetap dilakukan dalam implementasi jangka menengah maupun
jangka Panjang dengan semua pengampu kepentingan; Kementerian Kesehatan,
Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Daerah (Pemprov/Pemkab), Organisasi
Profesi (PERKI, HBTKVI, PERDATIN) dan RSJPDHK sebagai Pusat Jantung
Nasional
b. Untuk memenuhi kebutuhan Tenaga Kesehatan, khususnya dokter spesialis bedah
thoraks, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dokter spesilais anestesi
kardiovaskular di daerah yang membutuhkan, perlu kolaborasi dengan Badan
PPSDM Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah dan Organisasi Profesi
dalam menyiapkan dan menempatkan dokter spesialis tersebut di daerah yang
akan dikembangkan layanan kardiovaskular. Ini juga akan dapat memecahkan
masalah distribusi Tenaga Kesehatan (Nakes) yang tidak merata dan
terkonsentrasi di kota-kota besar di pulau jawa. Dengan metode TUBEL (Tugas
Belajar) ini, peserta didik dokter spesialis terkait akan mendapatkan beasiswa dari
Badan PPSDM Kemenkes dan dari PEMDA setempat, dengan perjanjian dokter
spesialis tersebut akan bekerja kembali ke daerah yang mengirimnya.
c. Perencanaan Strategis RS Jejaring Kardiovaskular, khususnya yang terkait SDM,
sarana dan prasarana layanan kardiovakular, sebaiknya melibatkan RS jantung
Harapan kita sebagai pengampu jejaring, karena banyak hal yang sangat spesifik
sekali untuk mempersiapkan sarana dan prasarana sehinga akan lebih efisien dan
memenuhi kaidah medis kardiovaskuler dan tidak mubazir /under-utilize
d. Penganggaran biasanya membutuhkan dana yang cukup besar, baik terkait
pengembangan SDM, sarana dan prasarana layanan kardiovaskuler, untuk itu
sebaiknya RS Jejaring duduk bersama dengan semua pengampu kepentingan,
karena anggaran RSUD dapat berasal dari Pemerintah Pusat, Kementerian
Kesehatan (Dana Alokasi Khusus), atau Kementerian Dalam Negeri, serta
Pemerintah Daerah setempat (PemProv, Pemkab/Pemkot)

4.3. LESSON LEARNED

a. Dari pelaksanaan Proyek Perubahan ini, penulis belajar dan memahami bahwa
proses perubahan itu tidak hanya mengenai inovasi kebijakan publik, namun perlu
ada inovasi dalam proses penyusunan dan pengembangannya. Perubahan tersebut
memerlukan tahapan untuk mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu : meni[ptakan
oklim perubahan yang kondusif, mensinergikan sumber daya agar mencapai tujuan
perubahan serta melakukan evaluasi pelaksanaan dan melaksanakan perbaikan
berkelanjutan.

b. Untuk mengembangkan sistem jejaring kardiovaskular nasional, dimana sebagian


besar RS Jejaringnya dimiliki oleh pengampu kepentingan eksternal dibutuhkan
upaya ekstra, termasuk membangun kolaborasi yang sinergis dari semua jenajnag
pemangku kepentingan, menyatukan pendapat serta meyakinkan semua pemangku
kepentingan dalah paling krusial dan penting, karena semua ini bukanlah untuk
kepentingan sectoral, lebih dari itu untuk kepentingan bersama dan masyarkat.
Kemampouan untuk meyakinkan semua pemangku kepentingan ini memerlukan
kiat tersendiri, dengan melepaskan ego sectoral dan merangkul semua pemangku
kepentingan, sehingga dapat merubah sumber daya yang latent atau apathetics
menjadi berpihak ke kita (promoters). Dalam kasus ini, justru Kementerian Dalam
Negeri yang berubah menjadi inisiator dan aktif mengundang pertemuan dengan
semua perangkat Pemerintah Daerah, Kadinkes, BKPD dalam berembuk Bersama
dengan Kementrian Kesehatan dalam mengembangkan RS Jejaring di daerah.

c. Membangun jejaring tidaklah sederhana, apalagi berskala nasional dan melibatkan


banyak pemangku kepentingan. Membangun Jejaring Kardiovaskular Nasional di
seluruh Indonesia adalah membangun system yang memerlukan dukungan tidak
hanya finansial, lebih dari itu dukungan moril dan materiil semua pemangku
kepentingan yang sepakat dan satu suara dengan kita sebagai inisiator. Masalah
finansial dapat bersala dari berbagai pemangku kepentingan sepanjang sudah ada
dalam rencana stragis penegmbangan masing masing RS Jejaring.

d. Kata Kunci keberhasilan dari Proyek Perubahan ini adalah Kepemimpinan


Kolaboratif. Kepemimpinan kolaboratif tentunya dimulai dengan membangun
komitmen,dilanjutkan dengan membina kohesivitas dan partisipasi dari seluruh
pemangku kepentingan (stakeholders) .
DAFTAR PUSTAKA

1. Rencana Strategis Bisnis (RSB) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun


2020-2024
2. Rencana Strategis Bisnis (RSB) Rumah Sakit jantung dan Pembuluh Darah Harapan
Kita tahun 2020-2024
3. Peraturan Presiden No. 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2020-2024
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1102/MENKES/SK/IX/2007 tentang
Penetapan Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita sebagai Pusat
Jantung Nasional
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/602/2017 tentang
Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita sebagai Pusat jantung
Nasional
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/7182/2020 tentang
Rumah sakit Rujukan Kardiovaskular
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);

13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 5679);

14. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional
(Lembaran Negara Tahun 2012 Nomor 193);

15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik


dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 671);

16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan
Pelayanan Kesehatan Perorangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 122);

17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan
Rumah Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 21);

18. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/602/2017 tentang Rumah


Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta Sebagai Pusat Jantung
Nasional.
LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : SK Tim Efektif Proyek Perubahan Optimalisasi Pengampuan Jejaring


Kardiovaskular Nasional
2. Lampiran 2 : Form Persetujuan Mentor PKN Tk.I Angkatan XLVIII Tahun 2020
3. Lampiran 3 : Identifikasi Fasyankes
4. Lampiran 4 : SK Penetapan RSJPDHK sebagai PJN
KEPMENKES RI Nomor 1102/MENKES/SK/IX/2007
KEPMENKES RI Nomor HK.01.07/MENKES/602/2017
5. Lampiran 5 : Surat Usulan Prmohonan Audiensi dan Dukungan Proyek Perubahan
6. Lampiran 6 : Surat Permohonan Penetapan dan Kebutuhan Anggaran ke
Kemenkes
7. Lampiran 7 : Surat Permohonan Penyesuaian Anggaran Rumah Sakit jejaring
Kardiovaskular ke Kemendagri
8. Lampiran 8 : Usulan pola pengampuan
9. Lampiran 9 : Draft MOU RS Jejaring
10. Lampiran 10 : SOP/PNPK
11. Lampiran 11 : Undangan/Notulensi dll
12. Lampiran 12 : Form Aplikasi Pelaporan RS Jejaring

Anda mungkin juga menyukai