Anda di halaman 1dari 17

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPERNGARUHI TRANSMISI

AGEN DAN PROSES INFEKSI DARI BERBAGAI


AGEN INFEKSIUS

Dosen Fasilitator :
Ns.Niken Ayu Merna Ekasari,S.Kep.,M.Biomed

Disusun Oleh Kelompok 1

Nama Kelompok :
1. Ni Kadek Shintya Putri Diah Pitaloka (223213485)
2. Ni Kadek Sri Wahyuni Antari (223213467)
3. Ni Kadek Novia Ratna Dewi (223213480)
4. Ni Luh Ayu Sangging Giri Antari (223213456)
5. Ni Luh Made Wahyu Nirmalasari (223213474)
6. Ni Kadek Sriasih (223213460)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA BALI
2023
1
KATA PENGATAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga
kami berhasil menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya
yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Transmisi Agen
Infeksius dan Perbedaan Proses Infeksi Berbagai Agen Infeksi”.

Makalah ini berisikan tentang apa, bagaimana, serta perubahan


apa sajakah yang terjadi selama proses adaptasi berlangsung. Kemudian
lebih jauh lagi penulis memaparkan proses terjadinya nekrosis dan
apoptosis.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata


sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari Dosen dan Teman-
teman yang bersifat membangun, selalu saya harapkan demi lebih
baiknya makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih, dan semoga makalah


ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga Tuhan senantiasa meridhoi
segala usaha kita

Denpasar, 11 APRIL 2023

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI..... ............................................................................................. ii

BAB I. PENDAHULUAN............ .................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Masalah .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

A. Pengertian ............................................................................................ 3
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi transmisi agen-agen infeksius ...... 4
C. Proses Infeksi ....................................................................................... 6
D. Perbedaan proses infeksi dari berbagai agen infeksius ........................ 7

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 13

A. KESIMPULAN .................................................................................... 13
B. SARAN... ............................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh
yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang
muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai
menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai
dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah
sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan
bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah
sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada
dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.
Infeksi merupakan peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di
dalam tubuh pejamu (Pronggoutomo, 2002). Sedangkan agen infeksius adalah
mikroorganisme yang dapat menimbulkan infeksi. Mikroorganisme yang
termasuk dalam agen infeksi antara lain virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia,
dan clamidia. Masing-masing mikroorganisme memiliki proses infeksi yang
berbeda-beda.
Infeksi juga merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen
dan bersifat sangat dinamis. Mikroba sebagai makhluk hidup tentunya ingin
bertahan hidup dengan cara berkembang biak pada suatu reservoir yang cocok
dan mampu mencari reservoir baru dengan cara berpindah atau menyebar.
Penyebaran mikroba patogen ini tentunya sangat merugikan bagi orang-
orang yang dalam kondisi sehat, dan lebih-lebih bagi orang-orang yang sedang
dalam keadaan sakit(penderita).

1
Orang yang sehat akan menjadi sakit dan orang yang sedang sakit serta sedang
dalam proses asuhan kleperawatan di rumah sakit akan memperoleh
“Tambahan beban penderita” dari penyebaran mikroba patogen ini. Dalam
garis besarnya, mekanisme transmisi mikroba patogen ke penjamu yang
rentan (suspectable host) melalui dua cara yaitu, direct (langsung) dan indirect
(tidak langsung).

B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Bagaimana transmisi agen-agen infeksius?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi transmisi agen-agen
infeksius?
3. Bagaimana proses infeksi?
4. Bagaimana perbedaan proses infeksi dari berbagai agen infeksius?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini yaitu untuk mengetahui:
1. Transmisi agen infeksius.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi transmisi agen-agen infeksius.
3. Proses infeksi.
4. Perbedaan proses infeksi dari berbagai agen infeksi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang
mampu menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila
mikroorganisme gagal dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau
jaringan. Penyakit akan timbul jika patogen berkembang biak dan
menyebabkan perubahan pada jaringan normal. (Potter&Perry Fundamental
Keperawatan .edisi 4.hal: 933-942:2005)
Jadi, infeksi adalah penyakit yang timbul akibat patogen yang menginvasi
tubuh dan berkembak biak serta menyebabkan perubahan pada jaringan
normal.
Transmisi adalah penularan atau penyebaran penyakit. Setiap penyakit
memiliki karakteristik transmisi berdasarkan sifat agen infeksi yang
menyebabkannya. Biasanya setiap jenis agen infeksi disebabkan oleh satu atau
beberapa organisme yang berbeda. Transmisi bisa bersifat langsung, tidak
langsung, lewat udara, atau air. Tempat masuk bakteri patogen ke dalam tubuh
yang paling sering adalah tempat bertemunya selaput lendir dengan kulit:
saluran pernapasan (jalan napas atas dan bawah), gastrointesnital (terutama
mulut), genital, dan saluran kemih.
Dalam garis besarnya, mekanisme transmisi mikroba patogen ke penjamu
yang rentan (suspectable host) melalui dua cara yaitu,
1. Transmisi langsung (direct transmission)
Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk yang
sesuai dari penjamu. Sebagai contoh adalah adanya sentuhan, gigitan,
ciuman, atau adanya droplet nuclei saatbersin, batuk, berbicara, atau saat

3
transfusi darah dengan darah yang terkontaminasi mikroba pathogen.
2. Transmisi tidak langsung (indirect transmission)
Penularan mikroba pathogen memerlukan adanya “media perantara”
baik berupa barang/bahan, air, udara, makanan/minuman, maupun vektor.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi transmisi agen-agen infeksius.


Penyakit dapat menular sebagai akibat dari adanya interaksi agen, proses
transmisi, dan penjamu. Beberapa faktor yang memengaruhi transmisi agen
infeksius yakni:
1. Faktor dari agen infeksius sendiri
Potensi mikroorganisme atau parasit untuk menyebabkan penyakit
tergantung beberapa faktor, antara lain: kecukupan jumlah organisme
(dosis), virulensi atau kemampuan agen untuk bertahan hidup dalam tubuh
host atau di luar tubuh host, kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup
dalam tubuh host, dan kerentanan tubuh host (daya tahan host).
2. Sumber penular (reservoir)
Tempat di mana patogen dapat bertahan hidup tetapi belum tentu
dapat berkembang biak. Meski begitu tetap ada peluang bagi agen
infeksius melakukan transmisi dan menimbulkan infeksi pada makhluk
hidup. Reservoir terdiri dari hewan dan manusia.
Contoh: Virus Hepatitis A bertahan hidup dalam kerang laut tetapi tidak
dapat berkembang biak, Pseudomonas dapat bertahan hidup dan
berkembang biak dalam reservoir nebulizer, serta berbagai
mikroorganisme yang banyak hidup di kulit, di rongga, dalam cairan, dan
cairan yang keluar dari tubuh.

4
3. Penularan kontak secara langsung
Yaitu penularan melalui kontak fisik antara sumber dengan penjamu
yang rentan atau individu ke individu. Contoh:
a. Kontaminasi dan luka: misal, infeksi luka rabies.
b. Inokulasi: misal, gigitan serangga, suntikan serum hepatitis.
c. Menelan makanan dan minuman yang terkontaminasi: misal, hepatitis
A, poliomielitis, dan kolera.
d. Menghirup debu dan droplets: Misal, influenza dan tuberkulosis
4. Penularan kontak secara tidak langsung
Yaitu penularan melalui kontak penjamu yang rentan dengan benda
mati yang terkontaminasi. Misalnya, melalui jarum, benda tajam,
lingkungan, udara (airbone), air, dan vektor (lalat, nyamuk).
5. Kerentanan host (penjamu)
Dapat terkena infeksi tergantung pada keretanannya terhadap agen
infeksius. Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu
terhadap patogen. Meskipun secara konstan kontak dengan
mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi
sampai individu rentan terhadap kekuatandan jumlah mikroorganisme
tersebut.

Penjamu yang rentan banyak ditemukan di tempat pelayanan kesehatan,


mereka yang mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh meliputi anak
kecil atau bayi, lanjut usia, orang dengan penyakit kronois, orang yang
menerima terapi medis seperti kemoterapi, atau steroid dosis tinggi, orang
dengan luka terbuka.

5
C. Proses Infeksi
Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada klien tergantung
dari tingkat infeksi, patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan penjamu.
Dengan proses perawatan yang tepat, maka akan meminimalisir penyebaran
dan meminimalkan penyakit. Perkembangan infeksi mempengaruhi tingkat
asuhan keperawatan yang diberikan.Berbagai komponen dari sistem imun
memberikan jaringan kompleks mekanisme yang sangat baik, yang jika utuh,
berfungsi mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme asing dan sel-sel
ganas. Pada beberapa keadaan, komponen-komponen baik respon spesifik
maupun nonspesifik bisa gagal dan hal tersebut mengakibatkan kerusakan
pertahanan hospes. Orang-orang yang mendapat infeksi yang disebabkan oleh
defisiensi dalam pertahanan dari segi hospesnya disebut hospes yang
melemah. Sedangkan orang-orang dengan kerusakan mayor yang
berhubungan dengan respon imun spesifik disebut hospes yang terimuno
supres. Efek dan gejala nyata yang berhubungan dengan kelainan pertahanan
hospes bervariasi berdasarkan pada sistem imun yang rusak. Ciri-ciri umum
yang berkaitan dengan hospes yang melemah adalah: infeksi berulang, infeksi
kronik, ruam kulit, diare, kerusakan pertumbuhan dan meningkatnya
kerentanan terhadap kanker tertentu. Secara umum proses infeksi adalah
sebagai berikut:
1. Periode/ Masa Inkubasi
Interval antara masuknya patogen ke dalam tubuh dan munculnya
gejala pertama. Contoh: flu 1-3 hari, campak 2-3 minggu,
mumps/gondongan 18 hari.

6
2. Tahap Prodromal
Interval dari awitan tanda dan gejala nonspesifik (malaise, demam
ringan, keletihan) sampai gejala yang spesifik. Selama masa ini,
mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dan klien lebih mampu
menyebarkan penyakit ke orang lain.
3. Tahap Sakit
Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap
jenis infeksi. Contoh: demam dimanifestasikan dengan sakit tenggorokan,
mumps dimanifestasikan dengan sakit telinga, demam tinggi,
pembengkakan kelenjar parotid dan saliva.
4. Pemulihan
Interval saat munculnya gejala akut infeksi. Perjalanan penyakit
pada suatu saat akan berakhir pula. Perjalanan penyakit tersebut dapat
Berakhir dengan sembuh sempurna, cacat, carrier, kronis ataupun
meninggal dunia.

D. Perbedaan Proses Infeksi Dari Berbagai Agen Infeksius


Masing-masing mikroorganisme memiliki proses infeksi yang berbeda-
beda. Berikut merupakan perbedaan proses infeksi dari berbagai agen
infeksius.
1. Proses Infeksi Virus
Proses infeksi virus pada sel dimulai dengan menempelnya virus
infektif pada reseptor yang ada di permukaan sel. Ada tidaknya reseptor
tersebut pada sel tertentu ditentukan oleh faktor genetik, tingkat
diferensiasi sel dan lingkungan sel. Virus poliomielitis misalnya hanya
mampu menginfeksi sel hewan primata.

7
Tidak semua sel primata dapat terinfeksi, sel-sel ginjal dan sel-sel otak
dapat terinfeksi sementara sel-sel epitel tidak.
Selanjutnya virus atau genomnya msuk ke dalam sel. Dengan
bantuan organel-organel sel, genom virus membentuk komponen-
komponennya, baik komponen antara maupun komponen struktural virus.
Setelah komponen- komponen struktural dirakit, virus dilepaskan dari
dalam sel. Proses perkembangbiakan virus ini terjadi pada sitoplasma, inti
sel, ataupun membran sel, tergantung pada jenis virusya. Secara umum
interaksi sel dan virus dapat diringkas dan digolonkan sebagai berikut :
a. Virus yang akibat efek sitosidalnya atau efek toksisnya menimbulkan
banyak kematian sel,
b. Virus yang proses berkembangbiaknya tidak menimbulkan kematian
sel langsung tetapi hanya menimbulkan kematian sel langsung tetapi
hanya menimbulkan kelainan kecil,
c. Virus yang proses infeksinya mengubah tumbuh kembang sel
sehingga sel tumbuh kembang berlebihan, pada keadaan terkhir
seringkali proses infeksinya pada mas aawalnya tidak mengganggu
fungsi-fungsi sel,
2. Proses Infeksi Bakteri
Proses infeksi bakteri dimulai dari, dimana suatu bakteri harus
menempel dan melekat pada sel inang biasanya pada sel epitel. Setelah
bakteri mempunyai kedudukan yang tetap untuk menginfeksi, mereka
mulai memperbanyak diri dan menyebar secara langsung melalui jaringan
atau melalui sistem limfatik ke aliran darah. Infeksi ini (bakteremia) dapat
berlangsung sementara atupun menetap. Bakteremia mempunyai
kesempatan untuk menyebar ke dalam tubuh serta mencapai jaringan yang
cocok untuk memperbanyak diri.

8
Contoh infeksi bakteri, yaitu penyakit Pneumococcal pneumonia
adalah contoh infeksi S. Pneumoniae dapat dibiakkan dari nasofaring 5-
40 % orang sehat. Kadang pneumococcus dari nasofaring diaspirasi ke
dalam paru-paru : aspirasi yang paling sering terjadi pada orang yang
lemah seperti pada orang yang koma, dimana refleks batuk yang normal
hilang. Infeksi berkembang pada rongga udara terminal paru-paru pada
seseorang yang tidak mempunyai antibodi pelindung melawan
pneumococcus yang memiliki tipe polisakarida kapsul. Multiplikasi
pneumococci bersama dengan inflamasi (keradangan) akan menimbulkan
pneumonia. Pneumococci dapat menyebar sehingga menyebabkan infeksi
sekunder (misal cairan cerebrospinal, katup jantung, ruang persendian).
Komplikasi utama dari pneumococcal pneumonia adalah miningitis,
endocarditis dan septic arthritis.
3. Proses Infeksi Jamur
Pada keadaan normal kulit memiliki daya tangkis yang baik terhadap
kuman dan jamur karena adanya lapisan lemak pelindung dan terdapatnya
flora bakteri yang memelihara suatu keseimbangan biologis. Akan tetapi
bila lapisan pelindung tersebut rusak atau keseimbangan mikroorganisme
terganggu, maka spora-spora dan fungi dapat dengan mudah
mengakibatkan infeksi. Terutama pada kulit yang lembab, misalnya tidak
dikeringkan dengan baik setelah mandi, karena keringat, dan
menggunakan sepatu tertutup.
Penularan terjadi oleh spora-spora yang dilepaskan penderita
mikosisbersamaan dengan serpihan kulit. Spora ini terdapat dimana-mana,
seperti di tanah, debu rumah dan juga di udara, di lingkungan yang panas
dan lembab, dan di tempat dimana banyak orang berjalan tanpa alas kaki,
infeksi dengan spora paling sering terjadi misalnya di kolam renang, spa,
ruang olahraga, kamar ganti pakaian, dan kamar mandi.
9
Kulit manusia memiliki lapisan pelindung yang terdapat flora bakteri,
lapisan tersebut dalam keadaan normal dapat memelihara dan menjaga
keseimbangan biologis kulit yang menyebabkan kulit memiliki daya
tangkis terhadap jamur dan kuman.
4. Proses Infeksi Parasit
Penularan penyakit parasitik terjadi karena stadium infektif
berpindah dari satu hospes ke hospes yg lain. Parasit menginvasi imunitas
protektif dengan mengurangi imunogenisitas dan menghambat respon
imun host:
a. Parasit mengubah permukaan antigen mereka selama siklus hidup
dalam host vertebrata
b. Menjadi resisten terhadap mekanisme efektor imun selama berada
dalam host
c. Parasit protozoa dapat bersembunyi dari sistem imun dengan hidup di
dalam sel host atau membentuk kista yang resisten terhadap efektor
imun. Dan kemudian parasit menyembunyikan mantel antigeniknya
secara spontan ataupun setelah terikat pada antibodi spesfik.
d. Lalu parasit menghambat respon imun dengan berbagai mekanisme
untuk masing-masing parasit.
5. Proses Infeksi Riketsia
Rickettsiiosis ditularkan melalui gigitan serangga pada kulit, hanya
penyebab Q fever yang ditularkan leawat udara (air borne),sehingga pada
penyakit ini tidak ditemukan kelainan kulit. Beberapa jenis mamalia dan
athropoda merupakan hospes alam untuk rickettsia, bahkan yang terakhir
dapat bertindak sebagai vektor dan resevoir. Infeksi pada manusia hanya
bersifat insidentil, kecuali pada tifus epidemik yang vektor utamanya kutu
manusia juga, yaitu Pediculus vestimenti.

10
Riketsia mempunyai enzim yang penting untuk metabolisme.
Dapat mengoksidasi asam piruvat, suksinat, dan glutamat serta merubah
asam glutamat menjadi asam aspartat.Riketsia tumbuh dalam berbagai
bagian dari sel. Riketsia prowazekii dan Riketsia typhi tumbuh dalam
sitoplasma sel. Sedangkan golongan penyebab spotted fever tumbuh di
dalam inti sel. Riketsia dapat tumbuh subur jikametabolisme sel hospes
dalam tingkat yang rendah, misalnya dalam telur bertunas pada suhu 32o
C. Pada umumnya riketsia dapat dimatikan dengan cepat pada pemanasan
dan pengeringan atau oleh bahan-bahan bakterisid. Riketsia memasuki sel
inang dengan menginduksi fagositosis, lalu segera lolos dari fagosom
untuk tumbuh dan berkembang biak di dalam sitoplasma (atau nukleus)
sel inang. Sel inang biasanya akan lyse pada akhirnya, menyebabkan
pelepasan organisme baru. Sel inang juga dirugikan oleh efek racun dari
dinding sel.
Jadi, bisa dikatakan bahwa setiap agen-agen infeksius meiliki
perbedaan dalam terjadinya infeksi.
6. Proses Infeksi Klamidia
Infeksi kronik klamidia dapat memicu kerusakan tuba yang dari
beberapa penelitian in vitro diperkirakan dapat diakibatkan oleh:
a. Badan elementer Klamidia trakomatis yang terdapat pada semen pria
yang terinfeksi menularkan ke perempuan pasangan seksualnya.
b. Klamidia naik ke traktus reproduksi wanita dan menginfeksi sel epitel
padatuba falopii.
c. Didalam sel badan elementer berubah menjadi badan retikulat dan
mulai untuk bereplikasi.
d. Jalur apoptosis dihambat,yang menyebabkan sel yang terinfeksi dapat
bertahan.

11
e. Ketika jumlah badan elementer mencapai tingkat densitas tertentu,
maka badan elementer tersebut akan terlepas darisel epitel dan
menginfeksi sel disebelahnya.
f. Badan elementer ekstaseluler akan mengaktivasi sistem imun berupa
diproduksinya dan sitokin-sitokin proinflamasi lainnya.
g. Respon imun akan menurunkan jumlah badan elementer dan
menghambat replikasi intraseluler dari badan retikulat.
h. Interupsi replikasi badan retikulat menyebabkan klamidia tetap ada
dalam bentuk intaseluler sehingga dapat menimbulkan respon imun
yang bersifat destrruksif. Pada bentuk persisten ini, potein-60
(CHSP60) dilepaskan, yang dapat menyebabkan respon inflamasi.
i. Ketika jumlah badan elementer berada di bawah kadar kritis tertentu
maka aktivasi sistem imun berhenti dan replikasi badan retikulat mulai
kembali.
j. Perubahan siklus infeksi badan elementer dengan destruksi dari sel
epitel baru dan persisten dalam intaseluler dengan pelepasan CHSP60
menyebabkan pembentukkan jaringan parut dan merusak patensi tuba
falopii.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tubuh memiliki benteng terhadap infeksi yang tersebar di seluruh jaringan
dan mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh. Benteng pertama
diperankan oleh kulit yang utuh, membran mukosa permukaan dan sekret yang
diproduksi. Contohnya lisozym air mata merusak peptidoglikan dinding
bakteri.
Agen penyebab infeksi terdiri dari virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia,
dan clamidia. Infeksi virus yang menyebabkan penyakit umumnya
digolongkan ke dalam sistem organ yang terkena, seperti infeksi virus
pernapasan, bentuk kelainan klinik yang di timbulkan seperti virus yang
menyebabkan eksastema, dan sifat infeksi infeksi laten virus. Infeksi yang
disebabkan oleh bakteri sering terjadi bersamaan dengan adanya rasa sakit,
nyeri, atau borok pada bagian tubuh. Ada waktu saat sistem kekebalan tubuh
tidak dapat menyingkirkan suatu infeksi bakteri. Masing-masing faktor
penyebab memiliki karakteristik tersendiri. Jamur menimbulkan infeksi
umumnya terjadi di kulit. Infeksi jamur lebih cenderung mengenai daerah-
daerah yang sering berkeringat dan lembab, seperti muka, badan, kaki, lipatan
paha, dan lengan. Parasit yang terdiri dari vermes dan protozoa menimbulkan
infeksi melalui kontak langsung maupun tidak langsung.
B. Saran
Penulis sadar dan mengakuinya, masih banyak kesalahan dan
kekurangan yang harus ditutupi. Oleh karena itu penulis dengan lapang
dada menerima kritik dan saran dari para pembaca guna dan tujuan
untuk memperbaiki dan melengkapi apa yang kurang dalam makalah
kami ini. Kebenaran hanya milikTuhan Yang Maha Esa , kesilapan dan
kekhilafan itu semua datang dari kami yang sedang belajar ini.
13
DAFTAR PUSTAKA

Kirk, L. S. V., Hayes, S. F.,& Heinzen, R. A. (2000). Ultrastructure of Rickettsia


Rickettsii Actin Tails and Localization of Cytoskeletal Proteins: Review
literatur. Infection and Immunity Journal. Vol 68,No. 8 : 4706-4713
https://www.scribd.com/doc/55932944/Agen-Infeksius diakses pada tanggal 01
April 2020 pukul 15:30
Pringgoutomo, S., Himawan, S. & Tjarta, A. (2012). Buku AjarPatologi I
(Umum). Jakarta: Sagung Seto.

https://waimediainfo.wordpress.com/2018/04/18/transmisi-agen-infeksius/
diakses pada tanggal 01 April 2020 pukul 20:15

14

Anda mungkin juga menyukai