Anda di halaman 1dari 20

RESPON DAN ANTUSIAS usefully.Overall, Islamic boarding schools in the 4.

0
and 5.0 eras showed a positive and enthusiastic
PESANTREN DI ERA 4.0 DAN 5.0 response in facing the changing times. By adopting
technology and preparing students with relevant
skills, Islamic boarding schools are able to remain
relevant and effective educational institutions in
ROSYA SALSABIILA spreading Islamic values, while at the same time
keeping up with the changing digital era
Jurusan manajemen Pendidikan
Keywords: Boarding school,students,information
islam,Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
technology
UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung
Abstrak
Email: ciliik@gmail.com
Pesantren, sebagai lembaga pendidikan Islam
tradisional di Indonesia, menghadapi tantangan
signifikan dalam menghadapi perubahan zaman dan
perkembangan teknologi informasi. Era 4.0 dan 5.0
Abstract ditandai dengan transformasi digital yang cepat,
revolusi industri, dan pergeseran paradigma dalam
Islamic boarding schools, as traditional Islamic
berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu,
educational institutions in Indonesia, face
significant challenges in dealing with changing penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respon
times and developments in information technology. dan antusias pesantren dalam menghadapi era ini.
The 4.0 and 5.0 eras were marked by rapid digital Metode penelitian yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif dengan mengumpulkan data
transformation, industrial revolution, and paradigm
melalui wawancara mendalam, observasi, dan studi
shifts in various aspects of life. Therefore, this study
literatur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
aims to analyze the response and enthusiasm of
pesantren in facing this era. The research method pesantren telah merespon dengan baik perubahan
used is a qualitative approach by collecting data yang terjadi dalam era 4.0 dan 5.0. Beberapa
through in-depth interviews, observation, and pesantren telah mengadopsi teknologi informasi dan
komunikasi dalam proses pendidikan dan
literature studies. The results of this study indicate
pengelolaan pesantren. Mereka telah menggunakan
that Islamic boarding schools have responded well
to the changes that occurred in the 4.0 and 5.0 eras. platform online, aplikasi mobile, dan media sosial
Several pesantren have adopted information and untuk menyampaikan materi pelajaran, mengatur
communication technology in the process of jadwal, dan berkomunikasi dengan santri. Pesantren
juga menunjukkan antusiasme yang tinggi dalam
education and management of pesantren. They have
menjawab tantangan era ini. Mereka menyadari
used online platforms, mobile applications, and
bahwa teknologi dapat menjadi alat yang efektif
social media to convey course material, arrange
schedules, and communicate with students. Islamic untuk memperluas akses terhadap pengetahuan dan
boarding schools also show high enthusiasm in informasi, serta meningkatkan kualitas pendidikan
responding to the challenges of this era. They realize yang mereka berikan. Pesantren berusaha
mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan
that technology can be an effective tool for
penggunaan teknologi yang bijaksana, sehingga
expanding access to knowledge and information, as
pesantren tetap menjadi tempat pembelajaran agama
well as improving the quality of the education they
provide. Islamic boarding schools seek to integrate yang kokoh sekaligus terbuka terhadap inovasi dan
Islamic values with the wise use of technology, so perkembangan terbaru. Selain itu, pesantren juga
that they remain a place of solid religious learning mengembangkan program pendidikan yang relevan
dengan era 4.0 dan 5.0. Mereka menyadari
while also being open to the latest innovations and
pentingnya mempersiapkan santri dengan
developments. In addition, Islamic boarding schools
also develop educational programs that are relevant keterampilan digital, kreativitas, kolaborasi, dan
to the 4.0 and 5.0 eras. They realize the importance pemecahan masalah Pesantren juga memberikan
of preparing students with digital skills, creativity, perhatian khusus pada literasi digital dan etika
penggunaan teknologi, sehingga santri dapat
collaboration, and problem solving. Islamic
menggunakan teknologi secara bertanggung jawab
boarding schools also pay special attention to
dan bermanfaat. Secara keseluruhan, pesantren di
digital literacy and the ethics of using technology, so
that students can use technology responsibly and era 4.0 dan 5.0 menunjukkan respon yang positif dan
antusias dalam menghadapi perubahan zaman.
Dengan mengadopsi teknologi dan mempersiapkan utama lunturnya nilai-nilai karakter bangsa
santri dengan keterampilan yang relevan, pesantren
mampu tetap menjadi lembaga pendidikan yang secara perlahan. Dalam hal ini pendidikan
relevan dan efektif dalam menyebarkan nilai-nilai
Islam, sekaligus mengikuti perkembangan era moral yang baik sangat dibutuhkan karena
digital yang terus berubah
dalam kemajuan teknologi juga terdapat
Katakunci: pesantren,santri,teknologi informasi
nilai yang dapat mendatangkan manfaat
bagi para generasi muda apabila tidak salah
dalam penggunaannya. Dari sini kita dapat
PENDAHULUAN
mengetahui bahwasannya dalam
Pesantren merupakan suatu sistem
pendidikan moral, kita dituntut berperilaku
pendidikan unik sekaligus khas yang ada di
baik, sederhana, mandiri, jujur, toleransi,
Indonesia di- mana mayoritas penduduknya
disiplin, peduli terhadap sesama dan lain-
beragama Islam. Dikatakan khas karena
lainnya. Berbagai macam penyimpangan
pendidikan model pesantren hanya
yang terjadi dimana-mana dari perkotaan
berkembang pesat di Indonesia dan
bahkan kini sudah merambah ke pedesaan.
pendidikan seperti ini tidaklah mudah
Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
didapatkan di Negara lain. Sedangkan yang
dikalangan para remaja antara lain tawuran
dimaksud unik, karena pesantren memiliki
antar pelajar, kecanduan narkoba,
karakteristik khusus yang tidak di- miliki
pergaulan bebas dan kenakalan remaja
secara lengkap oleh sekolah-sekolah
lainnya. Melihat kondisi yang seperti ini,
umum, seperti kyai, santri, pondok, kitab
Pendidikan moral harus lebih dioptimalkan
kuning, dan masjid. Pesantren ini juga
agar para generasi muda bangsa tidak
pendidikan Islam asli produk Indonesia, di
terlarut serta dijauhkan dari penyimpangan-
samping memiliki keunikan dan kekhasan.
penyimpangan yang merugikan pada
Bapak Pendidikan Islam di Indonesia,
sekarang ini.
demikian bahkan ada yang memberi
julukan bagi pesantren seperti itu. Pada
masa sekarang ini negara Indonesia sedang
dihadapkan dengan kondisi dimana moral
sudah tidak bisa dikatakan baik-baik saja,
apalagi generasi muda yang kini sedang
berada di fase krisis moral dan hal ini bisa
mengakibatkan lunturnya jati diri bangsa
Indonesia yang sebenarnya. Modernisasi
dan kemajuan teknologi menjadi penyebab
PEMBAHASAN dengan adanya pengajar ataupun
tidak.1
A. Peran Pesantren Di Era 4.0 Dan Dalam menghadapi era
5.0 Society ada dua hal yang harus

Dalam era society 5.0 dilakukan yaitu adaptasi dan

masyarakat dihadapkan dengan kompetensi. Beradaptasi dengan

teknologi yang memungkinkan Society 5.0, kita perlu mengetahui

pengaksesan dalam ruang maya perkembangan generasi (mengenal

yang terasa seperti ruang fisik. generasi). Istilah baby boomers

Dalam teknologi society 5.0 AI yang dimaksud adalah tinggi tingkat

berbasis big data dan robot untuk kelahiran dari beberapa generasi

melakukan atau mendukung mulai dari generasi x sampai dengan

pekerjaan manusia. teknologi era generasi ⍺ dimana terjadi

society 5.0 tercipta sebuah nilai baru transformasi peradaban manusia.

yang akan menghilangkan Un- tuk menjawab tantangan

kesenjangan sosial, usia, jenis Revolusi industri 4.0 dan Society

kelamin, bahasa dan menyediakan 5.0 dalam dunia pendidikan

produk serta layanan yang diperlukan ke- cakapan hidup abad

dirancang khusus untuk beragam 21 atau lebih dikenal dengan istilah

kebutuhan individu dan kebutuhan 4C (Creativity, Critical Thingking,

banyak orang. Pada bidang Communi- cation, Collaboration).

pendidikan di era society 5.0 bisa Diharapkan guru menjadi pribadi

jadi siswa atau mahasiswa dalam yang kreatif, mampu mengajar,

proses pembelajarannya langsung mendidik, menginspirasi serta

berhadapan dengan robot yang menjadi suri tauladan yang baik.

khusus dirancang un tuk Menghadapi kondisi seperti

menggantikan pendidik atau sekarang ini, para santri harus bisa

dikendalikan oleh pendidik dari membangkitkan society 5.0 dengan

jarak jauh. Bukan tidak mungkin menjadi generasi qur'ani yang

proses belajar mengajar bisa terjadi mampu dalam memahami,

dimana saja dan kapan saja baik itu mempelajari, dan mengamalkan

1
Faulinda Ely Nastiti, Aghni Rizqi Ni’mal era society 5.0, Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan
‘Abdu. Kesiapan Pendidikan Indonesia Volume 5, No 1, Tahun 2020, hal. 64.
Menghadapi

1
nilai-nilai yang terkandung didalam bahasa pesantren dikenal dangan
Al-Qur'an sebagai pedoman akhlaq al-karimah2.
hidupnya. Dengan begitu, peran Menurut Zarkasyi, seperti
seorang pengajar dalam pondok dikutip oleh Mu’awanah, hakikat
pesantren yang biasa disebut ustadz pendidikan pondok pesantren
atau ustadzah sangat dibutuhkan terletak pada isi (content) dan
karena kompetensi yang berkaitan jiwanya, bukan pada kulit luarnya.
dengan era revolusi 5.0 harus segera Isi pendidikan pesantren adalah
dipersiapkan. pendidikan “ruhaniah” yang pada
Pesantren adalah lembaga masa lalu telah berhasil melahirkan
pendidikan Islam yang memiliki kader-kader muballigh dan
keunikan tersendiri. Di tengah pemimpin-pemimpin umat di
pengapnya problematika berbagai bidang kehidupan3.
pendidikan di tanah air sepanjang Menurut Afadlal, pondok
sejarah republik ini, pesantren tetap pesantren merupakan lembaga
survive dengan semangat tradisi pendidikan yang banyak memiliki
yang mengagumkan. Di kalangan potensi besar sekaligus sebagai
umat Islam sendiri pesantren masih upaya pemberdayaan masyarakat
dianggap sebagai model pendidikan sekitar. Pesantren salaf pada
yang menjanjikan bagi perwujudan dasarnya dibangun secara
masyarakat yang berkeadaban bergotong royong oleh masyarakat
(civilized society). Karena yang dipimpin Kiai sehingga ia
eksistensi pesantren menurut menyatu dengan masyarakat4.
Martin van Bruinessen seperti Kata salaf dalam bahasa
dikutip oleh Ahmad Barizi, adalah Arab yang berarti klasik.
lembaga pendidikan yang sebagaimana dijelaskan Afadlal,
senantiasa menafsirkan tradisi salaf adalah penisbatan terhadap
agung (great tradition) yang dalam orang-orang yang menjalankan
Islam sebagaimana di praktikkan

2
Ahamad Barizi, Pendidikan Integratif: Press, 2009), hal. 27.
4
Akar Tradisi dan Keilmuan Pendidikan Afadlal, et. al., Islam dan Radikalisme di
Islam (Malang: UIN Indonesia (Jakarta: LIPI Press, 2005), hal.
Maliki Press, 2011), hal. 69. 29.
3
Mu’awanah, Manajemen Pesantren
Mahasiswa: Studi Ma’had UIN Malang
(Kediri: STAIN Kediri

2
oleh Nabi Muhammad Saw. dan seperti dikutip oleh Yasmadi:
para sahabatnya. Bayak istilah yang Dalam memodernisasi dunia
terkandung dalam beberapa hadis pendidikan Islam Indonesia adalah
Nabi, kelompok salaf dianggap kemodernan yang dibangun dan
sebagai orang yang mampu berakar dari kultur Indonesia serta
menjalankan dan memahami Islam dijiwai semangat keimanan. Maka
secara benar5. untuk merekonstruksi institusi
Pengertian salaf yang pendidikan perlu
demikian ini apabila digunakan mempertimbangkan sistem
dalam istilah pendidikan pesantren pesantren yang mempertahankan
akan memiliki makna yang tradisi belajar “kitab-kitab klasik”
demikian. Sebagaimana dijelaskan ditunjang dengan upaya
oleh Anis Humaidi, dua tipe pondok internalisasi unsur keilmuan
pesantren, yaitu salaf dan khalaf. “modern” pesantren dijadikan
Pesantren khalaf adalah pesantren modal awal, sebab di samping
yang telah memasukkan pelajaran sebagai warisan budaya Indonesia,
umum dan madrasah yang pesantren juga menyimpan potensi
dikembangkan atau membuka tipe kekayaan khazanah Islam klasik
sekolah umum di pesantren. Seperti yang terletak pada tradisi belajar
pesantren Tebuireng dan Rejoso di kitab kuningnya7.
Jombang telah membuka SMP, Dalam mempersiapkan hal
SMA, Universitas, tapi masih ini, sosok ustadz atau ustadzah itu
mempertahankan pengajaran kitab harus memiliki kepribadian yang
klasik6. baik juga tentunya karena sebagai
Perkembangan pendidikan contoh oleh para santri, menguasai
Islam di pesantren semakin materi yang diajarkan, profesional
mengarah pada pendidikan Islam terhadap profesinya yang dalam
yang lebih modern, sebagaimana artian tidak mencampur adukkan
pandangan Nurcholis Madjid kepentingan pribadi dengan

5
Ibid., hal. 154. (Ringkasan Disertasi Doktor, Program Pascasarjana
6
Anis Humaidi, “Transformasi Sistem IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2011), hal. 2-3
7
Pendidikan Pesantren: Studi Kasus Unit Yasmadi, Modernisasi Pesantren: Kritik
Pondok Pesantren Nurcholish Madjid Terhadap Pendidikan
Salafi Terpadu Ar-Risalah di Lingkungan Pondok Islam Tradisional
Pesantren Induk Lirboyo Kediri Jawa Timur” (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 130.

3
kepentingan umum ketika mengajar dan kurangnya keikutsertaan pihak
serta memiliki kompetensi sosial pondok dalam kegiatan
yang sesuai dengan lingkungan dan masyarakat.8 Namun jika pesantren
mata pelajaran yang diampu ini bisa menjalin hubungan dan
sehingga tidak kontra dengan nila- komunikasi tentunya masyarakat
nilai yang ada dimasyarakat. akan memberikan kesan baik dan
Sebagai Pendidik di era society 5.0, juga akan mendukung kegiatan-
para ustadz dan ustadzah harus kegiatan yang dilaksanakan
memiliki keterampilan dibidang pesantren. Upaya pengembangan
digital dan berpikir kreatif. pondok pesantren tidak terlepas dari
peran serta masyarakat dan akan
B. Respon Masyarakat menimbulkan potensi yang positif
Indonesia merupakan dalam pengembangan pondok
negera dengan penduduk yang pesantren kedepannya, dengan
majemuk, dimana memang banyak catatan pondok pesantren harus
sekali perbedaan yang ada, namun mampu bersinergi serta
perbedaan tersebut bisa Bersatu mengedepankan aspirasi
dengan adanya Pancasila, namun masyarakat sekitar, baik sebagai
berbeda dengan pondok pesantren bahan evaluasi maupun kontrol
dimana masih banyak kalangan dalam pengembangan pondok
yang memandang sebelah mata pesantren kedepannya.9
pesantren yang dianggap Namun disisi lain peran
kekolotannya, biasanya respon pesantren ini sangat dibutuhkan
kurang baik ini dilatar belakangi oleh pesantren, output pesantren
oleh Respon kurang baik dari yang berkualitas sangat di harapkan
masyarakat terhadap eksisitensi bisa memenuhi kebutuhan
Pondok Pesantren, hal ini masyarakat terkait soal agama dan
diwujudkan dengan kurangnya permasalahan lain, faktor yang
komunikasi, kurang kepedulian, mempengaruhi respon masayarakat

8
Umi Fatihatul Khasanah, “Respon Masyarakat terhadap Pondok Pesantren Darul Ilmi
Masyarakat Terhadap Eksistensi Pondok Pesantren dalam perspektif pendidikan”, Jurnal Teori dan
Al-Hidayah”, (Purwokerto: IAIN Purwokerto, Praksis Pembelajaran IPS, Volume 6, No. 2, Tahun
2018), hal. 13-14. 2021, hal. 71
9
Muhammad Efendi, Kukuh Ranom
Prayoga dan Muniratul Mukaramah, “Tanggapan

4
terhdapat pesantren memang dapat membantu dan berkontribusi
berasala dari hal sepele yaitu untuk berkolaborasi dengan
komunikasi satu sama lain atau masyarakat dengan menjalin
hubunga masyarakat dengan komunikasi yang baik, komunikasi
pesantren yang ada, Adapun usaha yang baik tersebut dapat membawa
yang dapat di lakukan oleh pihak respon positif dari masyarakat
pesantren dalam upaya memberikan sehingga masyarakat secara tidak
respon baik satu sama lain, antara langsung juga akan membantu dan
lain: juga mendukung kegiatan pesantren
1. Melakukan komunikasi yang ada.
yang lebih inten terhadap
masyarakat
2. Melakukan perkumpulan A. Tipologi Pesantren Yang Relevan
atau silaturahim agar Dengan Perubahan Zaman
memperat tali persaudaraan Tipologi pesantren lahir
dan ukhuwah yang ada tidak bisa dilepaskan dari
3. Mempertahankan keadaan pembaruan-pembaruan yang
dan meningkatkan situasi dilakukan di pesantren-pesantren
yang sudah berjalan dengan Indonesia. Pembaruan pesantren
baik apabila melihat perkembangan
4. Menumbuhkan semangat kebudayaan dan peradaban dunia
santri untuk belajar yang semakin pesat, merupakan
bermasyarakat dengan baik keniscayaan. Modernisasi yang
5. Mengikutsertakan santri diiringi dengan perkembangan
untuk membantu kegiatan teknologi yang kian pesat, menuntut
masyarakat.10 pesantren untuk menyesuaikan diri.
Jadi bisa dipahami bahwa Mau tidak mau, agar bisa tetap
pesantren dan masyarakat ini survive, pesantren mesti banyak
memilki hubungan timbal balik satu melakukan pembaruan, baik dari
sama lain, sehingga dengan adanya sisi kurikulum, metode
eksistensi pesantren ini diharapakan pembelajaran, maupun yang

10
Umi Fatihatul Khasanah, “Respon
Masyarakat Terhadap… hal. 15

5
lainnya. Namun sayangnya, sejauh mendidik putra-putri mereka.
yang kita lihat di Indonesia, ide Sebab, masyarakat tidak ingin anak
pembaruan pesantren, tidak mereka dididik oleh dan dalam
berangkat dari kesadaran internal lembaga pendidikan milik orang
pesantren sendiri untuk melakukan kafir.Rangsangan kuat untuk
perubahan. Sebaliknya, pembaruan melakukan perubahan dalam
pesantren merupakan respon atas pesantren justru datang dari
sistem pendidikan modern Belanda lembaga Pendidikan modern Islam
yang diperkenalkan pada paruh sebagaimana yang penulis paparkan
kedua abad ke-19 dan model di muka. Dalam hal ini, meminjam
pendidikan Islam modern yang bahasa Karel Stenbrink, pesantren
dikelola kaum reformis. Meski di Jawa cenderung “menolak dan
demikian, catatan sejarah mencontoh” terhadap sistem
menunjukkan, respon pesantren pendidikan kaum reformis. Dalam
sebagai lembaga pendidikan posisi ini, pesantren menolak
tradisional, terhadap sistem paham-paham dan asumsi-asumsi
pendidikan modern yang keagamaan kaum refomis, tetapi,
diperkenalkan Belanda boleh pada saat yang sama, pesantren
dibilang lambat, untuk tidak dalam batas-batas tertentu juga
mengatakan tidak sama sekali. Hal mengikuti langkah kaum reformis,
ini dapat dipahami mengingat, seperti dalam sistem perjenjangan,
dalam doktrinadsi pesantren, kurikulum, dan sistem klasikal.
Belanda adalah orang kafir musuh Sikap akomodatif dan adaptif ini
Islam. Segala hal yang berasal dari dilakukan selain untuk
orang kafir dianggap tidak baik. mempertahakan eksistensi
Karenanya, tak heran bila sekolah pesantren, juga bermanfaat untuk
rakyat yang didirikan Belanda meningkatkan intelektualitas santri.
cenderung kurang mendapat
Dengan demikian, sikap
sambutan yang positif dari
lamban pesantren dalam merespon
masyarakat.
modernitas tidaklah berarti
Masyarakat tetap menunjukkan pesantren anti-
menjadikan pesantren tradisional kemajuan. Namun, pesantren
sebagai pilihan terbaik untuk cenderung memilih kebijaksanaan

6
hati-hati (cautious policy); dengan mendirikan “Madrasah
pesantren tidak tergesa-gesa untuk Salafiyah”.
mentranformasi pendidikan
Dalam madrasah ini, yang
tradisional menjadi model
diajarkan bukan hanya pendidikan
Pendidikan modern Islam seperti
agama, tapi juga beberapa pelajaran
yang dikelola kaum reformis. Sikap
umum seperti berhitung, bahasa
ini berpegang teguh pada kaidah
Melayu, ilmu bumi, dan menulis
yang sangat populer di pesantren,
dengan huruf latin ke dalam
yakni Al-Muhafdzah ala al-Qadimi
kurikulumnya. Di pesantren inilah
al-Shalih wa al-Akhdzu ala al-Jadid
Wahid Hasyim banyak melakukan
al-Ashlah (Melestarikan tradisi
pembaruan terhadap pesantren.
lama yang baik serta mengadopsi
Pengalaman hidup di lingkungan
tradisi baru yang lebih baik).
pesantren selama bertahun- tahun,
Karenanya, dapat dipahami jika
disertai dengan pengetahuan yang
sekalipun suatu pesantren banyak
luas memantik semangat Wahid
melakukan pembaruan, namun
Hasyim untuk senantiasa
sistem pendidikan lama seperti
menghadirkan pembaruan di
bandhongan dan sorogan, tetap
pesantrennya demi perbaikan dan
dipertahankan. Dalam konteks
peningkatan kualitas lulusan.11
pesantren, khususnya di Jawa,
pesantren Mambaul Ulum B. Langkah-Langkah Transformasi
Surakarta dianggap sebagai pelopor Pesantren
pembaruan pesantren, yakni dengan
Sebagai lembaga
memasukkan materi pelajaran
pendidikan yang khas di Indonesia,
umum dalam pendidikan pesantren.
pesantren merupakan salah satu
Adapun materi umum dimaksud
jenis pendidikan yang bersifat
meliputi pelajaran membaca (huruf
tradisional untuk mendalami ilmu
latin), aljabar, dan berhitung ke
agama Islam, dengan pendidikan
dalam kurikulumnya. Hal yang
moral dalam hidup di tengah
sama juga dilakukan oleh Pesantren
masyarakat. Saat ini eksistensi
Tebuireng pada tahun 1916, yakni
pesantren diakui sebagai lembaga

11
Azyumardi Azra, “Pembaruan Bunga Rampai Pendidikan Agama Islam (Jakarta:
Pendidikan Islam: Sebuah Pengantar” Depag RI, 1996), hal. 13.
pada buku Marwan Saridjo,

7
pendidikan yang ikut mencerdaskan kuikulumnya. Kedua, membuka
kehidupan bangsa, dengan kelembagaan dan fasilitas
banyaknya tokoh pejuang pendidikan umum. Di beberapa
kemerdekaan, dan tokoh bangsa ini pesantren bahkan ada yang
(termasuk presiden ke 4 RI, yaitu; mendirikan lembaga pendidikan
Abdurrahman Wahid), yang umum yang berada di bawah sistem
dilahirkan dari rahim pesantren, kementerian pendidikan dan
termasuk di antara banyak tokoh- kebudayaan14. Dengan kata lain,
tokoh bangsa sekarang yang pesantren saat ini bukan hanya
berawal dari pendidikan mendirikan madrasah, tetapi juga
pesantren12. sekolah-sekolah umum. Bahkan
banyak pesantren telah mendirikan
Perubahan dunia pendidikan
SMK yang mengikuti sistem dan
di berbagai daerah di Indonesia,
kurikulum kementerian pendidikan
sedikit banyak memberikan
dan kebudayaan15.
tantangan terhadap keberadaan
lembaga pendidikan tradisional Transformasi pendidikan
seperti pesantren. Dalam beberapa tidak lain, juga merupakan upaya
kasus, tidak banyak pesantren yang menyatukan proses modernitas
mampu bertahan. Kebanyakan dengan sosial budaya yang ada
tergerus dengan sistem pendidikan dalam suatu masyarakat tertentu.
umum atau setidaknya Bentuk nyata dari modernitas salah
menyesuaikan diri dan mengadopsi satunya adalah terjadinya
isi dan metodologi pendidikan transformasi pendidikan dalam
umum13. dunia pesantren.

Respon pesantren dalam Sebagaimana dijelaskan


menghadapi tantangan tersebut Agus Salim bahwa:
paling tidak dilakukan dengan dua
cara, yaitu; pertama, merubah

12
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan 14
Ramli Rasyid, “The Integration of the
Pesantren (Jakarta: INIS, 1994), hal. 3. National Curriculum into Pesantren
13
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Education System”, JICSA,
Tradisi dan Modernisasi di Tengah Vol. 1, No. 2 (December 2012).
15
Tantangan Millenium III Azyumardi Azra, Pendidikan
(Jakarta: Kencana Prenada Media Grup dan UIN Islam....hal. 127.
Jakarta Press), hal. 117.

8
Proses Pada sisi kurikulum,
transformation, adalah pesantren harus mampu beradaptasi
suatu proses penciptaan hal dengan realitas kebutuhan
yang baru (something new) globalisasi. Hal ini merupakan
yang dihasilkan oleh ilmu bagian dari manajemen yang
pengetahuan dan teknologi terfokus pada bagaimana
(tools and tecnologies), pengembangan desain kurikulum di
yang mengubah adalah dalamnya. Jika pesantren terafiliasi
aspek budaya yang sifatnya dengan pendidikan formal, maka
material, sedangkan yang penting untuk melakukan
sifatnya norma dan nilai penyeimbangan dan pengembangan
sulit sekali diadakan dari pengetahuan umum yang
perubahan (bahkan ada dipelajari santri di sekolah melalui
kecenderungan untuk kurikulum. Jika pesantren tidak
dipertahankan)16. terafiliasi dengan pendidikan
formal, maka perlu
Ada empat lingkup penting
dipertimbangkan untuk mencari
yang perlu ditransformasikan
afiliasi ataupun membangun
terlebih dahulu oleh pesantren,
lembaga pendidikan formal yang
yakni: kurikulum, kesantrian,
berada pada naungannya17. Hal ini
sarana dan prasarana serta keuangan
agar kebutuhan dari para santri di
pesantren. Aspek-aspek yang ada
masa depan setelah ia belajar di
pada keempat hal tersebut sangatlah
pesantren dapat terpenuhi dengan
luas cakupannya, namun dalam
seimbang.
makalah ini akan dibahas sebagian
kecil yang bisa dikatakan sebagai Adapun secara umum dalam
yang terpenting dalam proses hal pengelolaan kurikulum ini,
transformasi pesantren di era pesantren bisa mengkombinasikan
globalisasi ini, yakni transformasi kurikulum dasar yang dipeganginya
kurikulum pesantren. semenjak dahulu dengan beragam
sajian mata kajian yang tidak

16
Agus Salim, Perubahan Sosial: Sketsa 17
Samsudin, “Tantangan Lembaga
Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Pendidikan Pesantren di Era Disrupsi,”
Indonesia (Yogyakarta: Conference on Islamic Studies
PT Tiara Wacana, 2002), hal. 21. FAI 2019, no. 0 (14 Februari 2020), hal. 223.

9
semata-mata berkaitan dengan pesantren akan semakin
keilmuan agama. Tradisinya, dalam mendunia.
pesantren tiga dasar keilmuan yang 2. Aspek literasi.
diajarkan adalah berkaitan dengan yakni untuk
akidah, syariah, dan akhlak18 yang menajamkan sisi bacaan
mana masih membutuhkan adaptasi para santri agar up to date
yang lebih luas. Pesantren bisa dan memberikan dampak
mengkombinasikan kurikulumnya yang positif. Kemampuan
dengan memerhatikan beberapa literasi bukan sekedar
aspek. kemampuan dalam
membaca, tetapi juga
1. Aspek kebahasaan.
kemampuan dalam
yakni bukan semata-
menganalisa, mengasosiasi,
mata mengkaji pengetahuan
serta mengkomunikasikan
dari bahasa kitab (Arab),
apa yang telah dibaca20.
tetapi memasukkan juga
Oleh sebab itu, ketika
bahasa asing lainnya yang
kurikulum yang ada di
dibutuhkan dalam
pesantren tidak
persaingan global. Ketika
mengesampingkan aspek
bahasa internasional
literasi, maka santri akan
diajarkan dan dibiasakan di
menjadi pribadi yang kritis
pesantren, maka
dan tanggap terhadap
kemampuan bahasa baik
berbagai fenomena yang
aktif maupun pasif dapat
ditemuinya. Hal tersebut
diakusisi oleh santri1944,
akan membawa pada
sehingga bukan tidak
kemanfaatan yang lebih luas
mungkin eksistensi
bagi santri sendiri dan juga
masyarakat. Aspek literasi

18
Mahfud Ifendi, “Metode Pembelajaran Bahasa Harian,” Jurnal Dimensi Pendidikan dan
Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan Pembelajaran 3, no. 2 (29 April 2016), hal. 50.
20
Drajad Banjarwati Khirzah Annafisah, Rosichin Mansur,
Lamongan,” Al-Tarbawi Al-Haditsah: Jurnal dan Khoirul Asfiyak, “Tradisi Literasi
Pendidikan Islam 6, no. 2 (29 Desember 2021), hal. Ulama’ Nahdliyin
86. Sebagai Spirit Budaya Literasi Santri di Pondok
19
Ana Maghfiroh, “From Daily to Fluency: Pesantren Al-Munawwariyyah Kecamatan
Melejitkan Kemampuan Bahasa Asing Bululawang Kabupaten Malang,” Vicratina: Jurnal
dengan Aktifitas Pendidikan Islam 5, no. 2 (17 Juli 2020), hal. 66.

10
ini sebenarnya sudah ada di masih terbatas. Salah satu
pesantren semenjak dulu. tradisi tersebut adalah
Beragam literatur pesantren bahtsul masail, yakni tradisi
hasil dari kajian yang ditulis dalam melakukan kajian
para santri dari dahulu telah ilmiah dan akademis di
menjadi buktinya, misalnya pesantren21.46 Namun
Hadratus Syaikh K.H. dalam praktiknya, fungsi
Hasyim Asy’ari dengan utama yang selalu
banyaknya kitab karangan ditekankan dalam tradisi ini
beliau. Hal tersebut menjadi adalah berkait dengan aspek
teladan bagi pesantren agar hukum atas realitas atau
giat dalam mengembangkan fenomena yang terjadi.
literasi, hanya saja di era Fenomena keagamaan,
sekarang ini masih perlu sosial, politik, ekonomi dan
ditradisikan dan sebagainya dianalisis
dikembangkan secara lebih melalui kajian kitab untuk
luas lagi. Pesantren harus kemudian diambil
mampu mengembangkan kesepahaman atas hukum
dan memfasilitasi hal yang masih diperdebatkan.
tersebut di dalam Maka dari itu, konsep
kurikulumnya, tentunya di literasi melalui bahtsul
era globalisasi ini literasi di masail bisa menjadi
pesantren harus lebih luas inspirasi pengembangan
lagi cakupannya atau tidak yang lebih baik lagi.
sekedar berkutat dengan Cakupan dan kajian dalam
ihwal keagamaan an sich. bahasan bahtsul masail bisa
Proses diperluas lagi, bahkan bisa
mentradisikan literasi dijadikan sebagai program
sebenarnya juga sudah ada kurikuler yang terstruktur
semenjak dahulu, hanya saja ataupun dikembangkan
lingkup dan komunitasnya

21
Andit Triono, Panduan Praktis Madza Media, 2022), hal. 4-5.
Penelitian Kualitatif, ed. oleh Fridiyanto,
Edisi Pertama (Malang:

11
dalam model lain yang lebih perlu hanyut bahkan hilang
mudah diaplikasikan. ditelan arus22.
3. Aspek teknologi informasi Misalnya seperti
dan komunikasi. yang baru-baru ini terjadi,
yakni mendesain yakni adanya pandemi
ulang kurikulum pesantren Covid-19 yang
agar mampu memberikan mengharuskan pesantren
bekal pada para santri terkait memulangkan para
pemanfaatan teknologi santrinya dan mengganti
mutakhir yang saat ini proses pembelajaran secara
berkembang secara bijak. daring. Ketika pesantren
Hal ini penting untuk menutup diri dari teknologi,
dilakukan oleh pesantren fenomena pandemi yang
agar santri dan civitas terjadi tentu akan sangat
pesantren tidak gagap akan merugikan pesantren dan
teknologi yang sangat santri. Proses internalisasi
dibutuhkan. Terlebih lagi di ilmu yang awalnya berjalan
masa sekarang ini teknologi lancar akan tersendat sebab
informasi dan komunikasi kegagapan teknologi. Jadi,
telah menjadi kebutuhan mendesain kurikulum
primer bagi setiap orang, pesantren yang seimbang
termasuk santri. Oleh sebab dengan perkembangan
itu memadukan unsur teknologi informasi dan
teknologi informasi dan komunikasi akan sangat
komunikasi ini ke dalam bermanfaat bagi pesantren
kurikulum pesantren dan santri dalam
sangatlah diperlukan. Hal menghadapi tantangan
ini agar pesantren mampu globalisasi dan berbagai
bertahan dengan baik dalam perubahan yang terjadi.
gempuran globalisasi tanpa 4. Aspek budaya.

22
Akmal Mundiri dan Ira Nawiro, pada Perubahan Perilaku Santri di Era Teknologi
“Ortodoksi dan Heterodoksi Nilai-Nilai di Digital,” Jurnal Tatsqif 17, no. 1 (10 Juli 2019), hal.
Pesantren: Studi Kasus 3.

12
yakni agar
kurikulum yang ada di
pesantren tetap mampu
melestarikan budaya yang
ada di negeri ini, khususnya
budaya yang selaras dengan
nafas keislaman atau tradisi
pesantren. Adapun untuk
budaya yang tidak selaras
maka perlu untuk diberikan
bekal pengetahuan dan kiat
melakukan transformasi atas
budaya tersebut. Artinya
pada aspek budaya
ditekankan pada
pengembangan nalar dan
etika santri atas budaya yang
ada. Nalar dan etika yang
ada akan membuat santri
mampu melihat kembali
atas budaya yang ada secara
kritis23.

23
Andit Triono, “Membumikan Etika Pendidikan Tinggi,” Holistik: Journal For Islamic
Sosial dan Pemahaman Multikultural Umat Social Sciences IAIN Syekh Nurjati Cirebon 4, no. 1
Beragama Melalui (Oktober 2020), hal. 7.

13
masyarakat sehingga masyarakat
secara tidak langsung juga akan
PENUTUP
membantu dan juga mendukung
A. KESIMPULAN kegiatan pesantren yang ada.
1. Perkembangan pendidikan Islam di
3. Tipologi pesantren lahir tidak bisa
pesantren semakin mengarah pada
dilepaskan dari pembaruan-
pendidikan Islam yang lebih
pembaruan yang dilakukan di
modern. Maka untuk
pesantren-pesantren Indonesia.
merekonstruksi institusi
Namun, pesantren cenderung
pendidikan perlu
memilih kebijaksanaan hati-hati
mempertimbangkan sistem
(cautious policy); pesantren tidak
pesantren yang mempertahankan
tergesa-gesa untuk mentranformasi
tradisi belajar “kitab-kitab klasik”
pendidikan tradisional menjadi
ditunjang dengan upaya
model Pendidikan modern Islam
internalisasi unsur keilmuan
seperti yang dikelola kaum
“modern” pesantren dijadikan
reformis.
modal awal, sebab di samping
4. Ada empat langkah penting yang
sebagai warisan budaya Indonesia,
perlu ditransformasikan terlebih
pesantren juga menyimpan potensi
dahulu oleh pesantren, yakni:
kekayaan khazanah Islam klasik
kurikulum, kesantrian, sarana dan
yang terletak pada tradisi belajar
prasarana serta keuangan
kitab kuningnya. Sebagai Pendidik
pesantren. Pada sisi kurikulum,
di era society 5.0, para ustadz dan
pesantren harus mampu
ustadzah harus memiliki
beradaptasi dengan realitas
keterampilan dibidang digital dan
kebutuhan globalisasi. Hal ini
berpikir kreatif.
merupakan bagian dari manajemen
2. Dengan adanya eksistensi yang terfokus pada bagaimana
pesantren dapat membantu dan pengembangan desain kurikulum
berkontribusi untuk berkolaborasi di dalamnya.
dengan masyarakat dengan B. SARAN
menjalin komunikasi yang baik, Penulis menyadari bahwa
komunikasi yang baik tersebut masih terdapat banyak kekurangan
dapat membawa respon positif dari pada makalah ini, baik dari segi

14
penulisan maupun isi materi pada
makalah. Penulis berharap kepada
pembaca untuk menambah referensi
literatur yang sesuai. Penulis juga
berharap adanya saran dari pembaca
agar penulis mampu menyempurnakan
makalah ini.

15
DAFTAR RUJUKAN Barizi Ahamad, (2011). Pendidikan
Integratif: Akar Tradisi dan
Keilmuan Pendidikan Islam
Afadlal, (2005). et. al., Islam dan (Malang: UIN Maliki Press).
Radikalisme di Indonesia
Efendi Muhammad, Prayoga Ranom
(Jakarta: LIPI Press).
Kukuh dan Mukaramah
Aghni Rizqi Ni’mal ‘Abdu dan Muniratul,
Faulinda Ely Nastiti. Tahun (2021).“Tanggapan
2020. Kesiapan Pendidikan Masyarakat terhadap Pondok
Indonesia Menghadapi era Pesantren Darul Ilmi dalam
society 5.0, Jurnal Kajian perspektif pendidikan”,
Teknologi Pendidikan Jurnal Teori dan Praksis
Volume 5, No 1. Pembelajaran IPS, Volume 6,

Annafisah Khirzah, Mansur No. 2.

Rosichin, dan Asfiyak Humaidi Anis, (2011).


Khoirul, (17 Juli 2020). “Transformasi Sistem
“Tradisi Literasi Ulama’ Pendidikan Pesantren: Studi
Nahdliyin Sebagai Spirit Kasus Unit Pondok Pesantren
Budaya Literasi Santri di Salafi Terpadu Ar-Risalah di
Pondok Pesantren Al- Lingkungan Pondok
Munawwariyyah Kecamatan Pesantren Induk Lirboyo
Bululawang Kabupaten Kediri Jawa Timur”
Malang,” Vicratina: Jurnal (Ringkasan Disertasi Doktor,
Pendidikan Islam 5, no. 2. Program Pascasarjana IAIN

Azra Azyumardi, (1996). Sunan Ampel Surabaya).

“Pembaruan Pendidikan Ifendi Mahfud, (29 Desember 2021).


Islam: Sebuah Pengantar” “Metode Pembelajaran Kitab
pada buku Marwan Saridjo, Kuning di Pondok Pesantren
Bunga Rampai Pendidikan Sunan Drajad Banjarwati
Agama Islam (Jakarta: Depag Lamongan,” Al-Tarbawi Al-
RI). Haditsah: Jurnal Pendidikan
Islam 6, no. 2.

15
Khasanah Fatihatul Umi,
(2018).“Respon Masyarakat
Terhadap Eksistensi Pondok
Pesantren Al-Hidayah”,
(Purwokerto: IAIN
Purwokerto).

15
Maghfiroh Ana, (29 April 2016). Samsudin, (14 Februari 2020).
“From Daily to Fluency: “Tantangan Lembaga
Melejitkan Kemampuan Pendidikan Pesantren di Era
Bahasa Asing dengan Disrupsi,” Conference on
Aktifitas Bahasa Harian,” Islamic Studies FAI 2019, no.
Jurnal Dimensi Pendidikan 0.
dan Pembelajaran 3, no. 2.
Triono Andit, (2022). Panduan
Mastuhu, (1994). Dinamika Sistem Praktis Penelitian Kualitatif,
Pendidikan Pesantren ed. oleh Fridiyanto, Edisi
(Jakarta: INIS). Pertama (Malang: Madza
Media).
Mu’awanah, (2009). Manajemen
Pesantren Mahasiswa: Studi Triono Andit, (Oktober 2020).
Ma’had UIN Malang (Kediri: “Membumikan Etika Sosial
STAIN Kediri Press). dan Pemahaman
Multikultural Umat
Mundiri Akmal dan Nawiro Ira, (10
Beragama Melalui
Juli 2019). “Ortodoksi dan
Pendidikan Tinggi,” Holistik:
Heterodoksi Nilai-Nilai di
Journal For Islamic Social
Pesantren: Studi Kasus pada
Sciences IAIN Syekh Nurjati
Perubahan Perilaku Santri di
Cirebon 4, no. 1.
Era Teknologi Digital,”
Jurnal Tatsqif 17, no. 1. Yasmadi, (2002). Modernisasi
Pesantren: Kritik Nurcholish
Rasyid Ramli, (December 2012).
Madjid Terhadap Pendidikan
“The Integration of the
Islam Tradisional (Jakarta:
National Curriculum into
Ciputat Press).
Pesantren Education
System”, JICSA, Vol. 1, No.
2.

Salim Agus, (2002). Perubahan


Sosial: Sketsa Teori dan
Refleksi Metodologi Kasus
Indonesia (Yogyakarta: PT
Tiara Wacana).

16

Anda mungkin juga menyukai