Anda di halaman 1dari 3

Wisata 1001 Sapi

Masyarakat di Kewilayah Timbah Gerah Desa Pringgasela Selatan secara turun temurun
bekerja sebagai peternak sapi dan petani. Namun, sebagian Wilayah Timba Gerah termasuk
lahan kering yang kurang cocok dimanfaatkan untuk bercocok tanam, sehingga beternak sapi
menjadi alternatif yang paling menjanjikan saat itu bahkan sampai hari ini. Selain menjadi hewan
ternak sapi juga digunakan sebagai pembajak sawah. Beternak sapi sudah dianggap menjadi
budaya bagi masyarakat di Timba Gerah, dimana kebiasaan ini sudah dilakukan sekitar ratusan
tahun yang lalu. Ciri khas yang turun temurun inilah yang di gaungkan kembali dalam bentuk
program bertajuk “Wisata 1001 Sapi”, tentunya dengan harapan agar ciri khas tersebut tetap
dilestarikan oleh masyarakat Timba Gerah. Cerita tersebutlah yang kemudian menjadikan
Wilayah Timba Gerah dikenal sebagai wilayah yang identik dengan sapinya, yakni dimana
hampir sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai peternak sapi.

Berdasarakan pada data yang dipaparkan oleh Kepala Wilayah Timba Gerah sebanyak
90% masyarakat di Wilayah Timba Gerah bekerja sebagai peternak sapi dan sisanya atau
sebanyak 10% sebagai guru honorer atau PNS. Melihat adanya potensi yang ada di Wilayah
Timba Gerah Desa Pringgasela Selatan, maka Wisata 1001 sapi hadir menjadi salah satu
program pemerintah pusat dan sekaligus program pemerintah tersebut menjadi wadah bagi
program yang diinisiasi oleh pemuda dan masyarakat Timba Gerah. Selanjutnya, program ini
juga dijalankan langsung oleh pemuda dan masyarakat yang ada di Kewilayahan Timba Gerah.

Sebagai tindak lanjut dari program Wisata 1001 Sapi, maka pada tanggal 3 Maret 2022
bertempat di rumah Kepala Wilayah Timba Gerah yakni Pak Mahsun, bersama para pemuda dan
masyarakat bersepakat untuk menjalankan program 1001 sapi ini. Masyarakat dan pemerintah
setempat berniat untuk menjadikan kampung Timba Gerah sebagai “Kampung 1001 Sapi”.
Dalam pertemuan tersebut juga dibahas terkait pembentukan kelompok ternak yang akan
menjalankan program 1001 sapi ini, sehingga terbentuklah kelompok dengan nama “Kelompok
Ternak Anugerah”.

Kelompok Ternak Anugerah nantinya akan membuat sebuah kandang kolektif sebagai
tempat perkembangbiakan sapi. Hal ini dilakukan agar program yang dilakukan terpusat,
harapannya juga masyarakat bisa lebih kompak dalam menjalankan program ini kedepannya, dan
yang terpenting lingkungan tempat tinggal masyarakat lebih bersih serta lebih tertata. Dalam
kandang kolektif tersebut akan dibuatkan sebuah gazebo yang berfungsi sebagai pos pengawasan
agar sapi-sapi tetap aman terkendali sehingga tidak terjadi hal-hal yang diinginkan. Masyarakat
atau lebih tepatnya para anggota kelompok kemudian akan membuat jadwal ronda untuk
penjagaan di malam harinya. Sedangkan lahan yang akan digunakan untuk pusat peternakan
1001 sapi ini adalah lahan kosong yang disewa dari tanah milik masyarakat setempat. Selain
membangun kandang kolektif dan gazebo dilahan tersebut, masyarakat juga berencana untuk
menanam rumput gajah di lahan tersebut agar memudahkan para peternak mangambil pakan
untuk sapi-sapinya.
Pemerintah pusat akan memberikan bantuan kepada empat sampai lima desa dan salah
satu diantara desa tersebut, Desa Pringgasela Selatan tepatnya di Wilayah Timba Gerah termasuk
dalam kategori penerima bantuan yang akan diberikan. Bantuan dari pemerintah pusat yang akan
diberikan, yakni dalam satu kepala rumah tangga akan mendapat bantuan satu ekor sapi yang
harus dikembangbiakkan. Kebjikan ini diambil dengan harapan untuk membantu peningkatan
taraf perekonomian masyarakat terutama di Kewilayahan Timba Gerah. Hal ini juga yang
menjadi semangat bagi Kepala Wilayah Timba Gerah dan masyarakat setempat sehingga
sesegera mungkin melaksanakan inisiatif untuk membuat program 1001 sapi.

Selain itu, rencananya di Wilayah Timba Gerah akan dibuatkan Gapura dalam bentuk
kerotok sapi sebagai simbol atau ciri khas dari Wilayah tersebut. Gapura dalam bentuk kerotok
sapi ini nantinya akan diletakkan di sebelah kiri dan kanan gang-gang yang ada di Timba Gerah.
Adapun nama 1001 sapi sendiri diambil dari istilah yang tidak asing di telinga masyarakat. Di
Indonesia sendiri misalnya, istilah 1001 sering dikaitkan dengan dongeng atau mitos yang ada di
masyarakat dan biasanya sering disebutkan dalam buku-buku fiktif seperti 1001 mimpi, 1001
masjid, 1001 malam dan lain sebagainya. Program ini dinamakan 1001 sapi juga karena target
yang ingin dicapai dalam proses pengembangbiakannya diharapkan bisa mencapai 1001 ekor
sapi. Meskipun tidak menutup kemungkinan bisa lebih dari target yang diharapkan tersebut.

Adanya program 1001 sapi tentunya menimbulkan pro dan kontra di kalangan
masyarakat, sehingga hal ini memicu berbagai permasalahan. Sebab adanya program ini tidak
semua masyarakat yan setuju. Permasalahan lain juga belum tersedianya lahan yang khusus
untuk membangun kandang kolektif, sehingga untuk sementara masih menggunakan lahan yang
disewa dari masyarakat setempat, yang pendanaannya dari hasil penjualan sapi itu sendiri.

Mayarakat dan Pemerintah Timba Gerah berharap program 1001 sapi bisa berdampak
besar bagi kehidupan masyarakat di Timba Gerah. Tidak hanya dalam hal pengembangbiakkan
sapi, tetapi juga dalam proses daur ulang kotoran sapi tersebut. Harapannya, kotoran sapi bisa
didaur ulang mejadi pupuk-pupuk organik, dan proses daur ulang tersebut bisa dilakukan mandiri
oleh masyarakat setempat tanpa perlu bekerjasama dengan persahaan terkait, hal ini sebagai
antisipasi kotoran sapi yang menumpuk. Karena sejauh ini masyarakat memang belum maksimal
dalam mendaur ulang kotoran sapi, karena sebagian besar dijual. Pemerintah desa diharapkan
terus mendukung program 1001 sapi seperti memberikan bantuan agar kelompok memiliki lahan
sendiri dan tidak perlu menyewa lahan lagi, pelatihan pembuatan pupuk, dan manajemen
kelompok. Karena besar harapannya program ini dapat meningkatkan taraf perekonomian
masyarakat terutama di Kewilayahan Timba Gerah, semoga masyarakat menyadari pentingnya
program ini.

B. Foto dan Video


C. Pelaku Budaya

1. Kelompok
2. Nama :
3. Umur :
4. Nomor Telepon : -
5. Pekerjaan Sehari-hari :

6. Peran dalam kelompok dan pelaku wisata/budaya: Pemilik (Owner)


7. Deskripsi kelompok :-
8. Facebook /perorangan: -

Anda mungkin juga menyukai