Anda di halaman 1dari 24

Dampak Stay at Home Terhadap Kesehatan Pola Hidup Siswa/siswi

SMA Labschool Kebayoran Angkatan NAVANANTA

Karya Tulis

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir

Tahun Pelajaran 2021-2022

Oleh:

        Nama : Muhammad Rasyid Dwi Sopian

Kelas : XI MIPA 1

No. Induk : 193965

YAYASAN PEMBINA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

SEKOLAH MENENGAH ATAS LABSCHOOL KEBAYORAN

JAKARTA SELATAN
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Prosedur Penelitian

4.1.1 Media Penelitian

Platform yang digunakan dalam penelitian karya tulis ini adalah:

1. Google form. (platform survei)

2. Line. (media penyebaran survei)

4.1.2 Langkah Penelitian

1. Peneliti mengumpulkan kurang lebih 80 responden yang sudah dikirimkan survei

mengenai dampak stay at home terhadap kesehatan pola hidup siswa/siswi SMA

Labschool Kebayoran angkatan NAVANANTA.

2. Penelitian dilakukan selama penyebaran survei agar responden dapat menjawab beberapa

pertanyaan yang sudah disusun sesuai aspek kesehatan pola hidup serta perbandingannya

selama stay at home dengan sebelum stay at home. (dimulai tanggal 14 Juli - 9 agustus

2021).

3. Peneliti mengumpulkan data-data yang sudah didapat dari survei yang sudah disebarkan.

4. Peneliti mengambil kesimpulan dari data-data yang sudah didapatkan.


4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Identitas Responden

Responden yang telah disebarkan survei merupakan perwakilan siswa-

siswi SMA Labschool Kebayoran Angkatan NAVANANTA. Penulis menyertai

kurang lebih 25% dari jumlah total dari Angkatan NAVANANTA. Setiap kelas

memiliki setidaknya satu responden dalam pengisian survei. berikut rincian

responden tersebut :

1. Berdasarkan jenis kelamin :

a. Laki-laki (42 responden) dengan persentase 51,2%

b. Perempuan (40 responden) dengan persentase 48,2%

2. Berdasarkan perwakilan kelas :

a. XII MIPA 1 : 15 responden (18,3%)

b. XII MIPA 2 : 11 responden (13,4%)

c. XII MIPA 3 : 12 responden (14,6%)

d. XII MIPA 4 : 13 responden (15,9%)

e. XII MIPA 5 : 11 responden (13,4%)

f. XII IPS 1 : 8 responden (9,8%)

g. XII IPS 2 : 4 responden (4,9%)

h. XII IPS 3 : 8 responden (9,8%)


Gambar 1 : Diagram jumlah responden berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 : Diagram jumlah responden berdasarkan perwakilan kelas

4.2.2 Hasil Penelitian Mengenai Kampanye Stay at Home

Sebagian besar dari responden mengetahui definisi dari kampanye Stay at

Home dengan tepat, yaitu sebanyak 69 responden (84,1%). Sebagian lainnya


merupakan responden yang tidak mengetahui definisi dari kampanye Stay at

Home, yaitu sebanyak 13 responden (15,9%).

Terdapat berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh responden selama

kampanye Stay at Home berlangsung, diantaranya yaitu :

1. menonton (tv show, drama korea, film, dan sebagainya)

2. bermain game

3. berolahraga

4. membaca dan belajar

5. berinteraksi dengan teman

6. memasak

7. kegiatan lainnya

Gambar 3 : Diagram pemahaman responden mengenai kampanye Stay at Home


Gambar 4 : Diagram kegiatan yang dilakukan oleh responden selama kampanye Stay at Home

4.2.3 Hasil Penelitian Mengenai Pola Hidup Sehat

Dalam survei tersebut, Penulis membuat skala dari angka satu sampai lima

sebagai tolak ukur pemahaman responden mengenai pola hidup sehat. Berikut

keterangan dari skala tersebut :

1. Tidak tahu

2. Kurang tahu

3. Cukup tahu

4. Tahu

5. Sangat tahu
Penulis menambahkan pertanyaan tambahan sebagai validasi dari skala

pemahaman tersebut. Dengan memberi pertanyaan tentang apa yang diketahui

responden mengenai pola hidup sehat, skala tersebut bisa dipastikan cukup akurat.

Gambar 5 : Diagram skala pemahaman responden mengenai pola hidup sehat

Gambar 6 : Diagram validasi dari skala pemahaman responden mengenai pola hidup sehat
Gambar 7 : Diagram pemahaman responden mengenai cara menjaga pola hidup sehat

Berdasarkan diagram diatas, sebanyak delapan puluh responden yang

mengetahui cara menjaga pola hidup sehat. Dan dua responden lainnya tidak

mengetahui cara menjaga pola hidup sehat. Untuk validasi data tersebut, penulis

memberikan beberapa pertanyaan yang telah dibagi menjadi 5 bagian, diantaranya

mengenai pola makan, olahraga, pola tidur, kebersihan, dan keseimbangan emosi

dari responden. Berikut perincian dari lima bagian tersebut :

1. Pola Makan

Sebanyak 96,3% responden (79 responden) mengetahui bagaimana cara

menjaga pola makan yang sehat. Tetapi hanya 57,3% responden (47 responden)

yang menjaga pola makan selama kampanye Stay at Home. Dalam bagian ini,

Penulis memberikan pertanyaan tambahan untuk validasi data tersebut, yaitu

dengan menanyakan zat yang biasa dikonsumsi selama kampanye Stay at Home.
Penulis juga memberikan skala dari angka satu sampai tiga sebagai tolak

ukur perbandingan terjaganya kondisi pola makan responden selama kampanye

Stay at Home dengan sebelum kampanye Stay at Home. Berikut perincian dari

skala tersebut :

 angka 1 : lebih terjaga sebelum Stay at Home

 angka 2 : sama saja

 angka 3 : lebih terjaga selama Stay at Home

Hasil dari bagian ini yaitu 19 responden (23,2%) memilih angka 1, 30

responden (36,6%) memilih angka 2, dan 33 responden (40,2%) memilih angka 3.

Gambar 8 : Diagram pemahaman responden mengenai pola makan yang sehat


Gambar 9 : Diagram mengenai terjaganya pola makan setiap responden

Gambar 10 : Diagram validasi pemahaman responden mengenai pola makan yang sehat

2. Olahraga
Dalam bagian ini, penulis memberikan bebrapa pilihan mengenai

seberapa rutin masing-masing responden berolahraga dalam sehari, seminggu, dan

juga sebulan. Pilihan yang penulis berikan yaitu 1-5 kali seminggu, 1-5 kali

sebulan, dan setiap hari. Pertanyaan ini dilengkapi dengan beberapa pilihan

lainnya yang dibuat sendiri oleh responden. Namun, beberapa dari pilihan yang

dibuat oleh responden dapat dimasukan kedalam pilihan yang sudah penulis

berikan.

Sebanyak 38 responden (46,3%) berolahraga kurang lebih satu sampai

lima kali seminggu. Sebanyak 39 responden (47,5%) berolahraga kurang lebih

satu sampai lima kali sebulan. Sebanyak 5 responden (6,1%) berolahraga setiap

hari. Kemudian 1 responden (1,2%) membuat pilihan sendiri yaitu jarang

berolahraga.

Penulis juga memberikan skala dari angka satu sampai tiga sebagai

tolak ukur perbandingan rutinitas berolahraga responden selama kampanye Stay

at Home dengan sebelum kampanye Stay at Home. Berikut perincian dari skala

tersebut :

• angka 1 : lebih rutin berolahraga sebelum Stay at Home

• angka 2 : sama saja

• angka 3 : lebih rutin berolahraga selama Stay at Home


Hasil dari bagian ini yaitu 43 responden (52,4%) lebih rutin berolahraga

sebelum kampanye Stay at Home, 12 responden (14,6%) memiliki rutinitas

berolahraga yang sama baik sebelum kampanye Stay at Home maupun selama

kampanye Stay at Home, dan 27 responden (32,9%) lebih rutin berolahraga

selama kampanye Stay at Home.


Gambar 11 : Diagram rutinitas berolahraga dari setiap responden selama Stay at Home

Gambar 12 : Diagram skala perbandingan rutinitas berolahraga sebelum dan selama Stay at

Home

3. Pola Tidur
Dalam bagian ini, penulis memberikan beberapa pilihan untuk

pertanyaan yang mencakup waktu tidur masing-masing responden dalam sehari

selama Stay at Home, diantaranya tidur selama 6 jam, 7 jam, 8 jam, dan tidak

teratur. Tidak sedikit juga dari responden yang membuat pilihannya sendiri. Dari

sekian banyak pilihan yang terdapat dalam pertanyaan tersebut, Penulis

menyimpulkan bahwa :

 27 responden (32,9%) tidur selama 6 jam per hari

 27 responden (32,9%) tidur selama 7 jam per hari

 15 responden (18,3%) tidur selama 8 jam per hari

 6 responden (7,3%) memiliki waktu tidur yang tidak teratur

 7 responden (8,5%) tidur selama kurang dari 6 jam per hari

Penulis juga memberikan skala dari angka satu sampai tiga sebagai tolak

ukur perbandingan teratur dan tercukupinya waktu tidur responden selama

kampanye Stay at Home dengan sebelum kampanye Stay at Home. Berikut

perincian dari skala tersebut :

• angka 1 : lebih tercukupi waktu tidurnya sebelum Stay at Home

• angka 2 : sama saja

• angka 3 : lebih tercukupi waktu tidurnya selama Stay at Home

Hasil dari bagian ini yaitu 32 responden (39%) lebih tercukupi waktu

tidurnya sebelum kampanye Stay at Home, 24 responden (29,3%) memiliki


kecukupan waktu tidur yang sama baik sebelum kampanye Stay at Home maupun

selama kampanye Stay at Home, dan 26 responden (31,7%) lebih tercukupi waktu

tidurnya selama kampanye Stay at Home.


Gambar 13 : Diagram durasi tidur responden selama Stay at Home

Gambar 14 : Diagram skala perbandingan tercukupinya waktu tidur sebelum dan selama Stay at

Home

4. Kebersihan
Dalam bagian ini, penulis memberikan pertanyaan untuk mengetahui

apakah responden menjaga kebersihan selama kampanye Stay at Home. Untuk

validasi data tersebut, Penulis memberikan pertanyaan tambahan mengenai apa

saja hal yang bersifat menjaga kebersihan yang dilakukan oleh responden.

Sebanyak 80 responden (97,6%) menjaga kebersihan selama Stay at Home,

sedangkan 2 responden lainnya (2,4%) tidak menjaga kebersihan selama Stay at

Home.

Gambar 15 : Diagram mengenai terjaganya kebersihan selama Stay at Home dari setiap

responden
Gambar 16 : Diagram mengenai hal yang dilakukan responden untuk menjaga kebersihan

selama Stay at Home

Penulis juga memberikan skala dari angka satu sampai tiga sebagai

tolak ukur perbandingan terjaganya kebersihan responden selama kampanye Stay

at Home dengan sebelum kampanye Stay at Home. Berikut perincian dari skala

tersebut :

• angka 1 : lebih terjaga sebelum Stay at Home

• angka 2 : sama saja

• angka 3 : lebih terjaga selama Stay at Home

Hasil dari bagian ini yaitu 4 responden (4,9%) lebih terjaga

kebersihannya sebelum kampanye Stay at Home, 24 responden (29,3%) memiliki

kondisi kebersihan yang sama baik sebelum kampanye Stay at Home maupun

selama kampanye Stay at Home, dan 54 responden (65,9%) lebih terjaga

kebersihannya selama kampanye Stay at Home.


Gambar 17 : Diagram skala perbandingan terjaganya kebersihan responden sebelum dan selama

Stay at Home

5. Keseimbangan Emosi

Dalam bagian ini, Penulis membuat skala dari angka satu sampai lima

sebagai tolak ukur seberapa bisa responden dalam mengekspresikan emosinya

selama Stay at Home. Berikut keterangan dari skala tersebut :

1. Tidak bisa

2. Kurang bisa

3. Cukup bisa

4. Bisa

5. Sangat bisa

Hasilnya yaitu 10 responden (12,2%) kurang bisa mengekspresikan

emosinya selama Stay at Home, 37 responden lainnya (45,1%) cukup bisa


mengekspresikan emosinya selama Stay at Home, 25 responden lainnya (30,5%)

bisa mengekspresikan emosinya selama Stay at Home, dan 10 responden lainnya

(12,2%) sangat bisa mengekspresikan emosinya selama Stay at Home.

Gambar 18 : Diagram kesanggupan responden dalam mengekspresikan emosinya selama Stay

at Home

Penulis memberikan satu kolom khusus untuk responden yang memilih

poin dibawah tiga untuk bisa memberikan pendapat mengenai kendala dalam

mengekspresikan emosi setiap responden. Terdapat 13 responden yang

memberikan pendapatnya pada kolom tersebut.


Gambar 19 : Kolom khusus pendapat respnden mengenai kendala dalam berekspresi

Penulis juga memberikan skala dari angka satu sampai tiga sebagai tolak

ukur perbandingan terekspresinya emosi responden selama kampanye Stay at

Home dengan sebelum kampanye Stay at Home. Berikut perincian dari skala

tersebut :

• angka 1 : lebih bisa berekspresi sebelum Stay at Home

• angka 2 : sama saja

• angka 3 : lebih bisa berekspresi selama Stay at Home

Hasil dari bagian ini yaitu 28 responden (34,1%) lebih bisa berekspresi

sebelum kampanye Stay at Home, 38 responden (46,3%) memiliki ekspresi emosi

yang sama baik sebelum kampanye Stay at Home maupun selama kampanye Stay
at Home, dan 16 responden (19,5%) lebih bisa berekspresi selama kampanye Stay

at Home.

Gambar 20 : Diagram perbandingan kesanggupan responden dalam berekspresi sebelum dan

selama Stay at Home

4.3 Pembahasan Penelitian

Terdapat lima komponen penting dalam menjaga pola hidup tetap sehat, yaitu menjaga

pola makan, rutin berolahraga, waktu tidur yang cukup, menjaga kebersihan diri dan lingkungan,

serta mengekspresikan emosi dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengambil kesimpulan dari

data tersebut dengan melihat hasil perbandingan beberapa komponen tersebut sebelum Stay at

Home dan setelah Stay at Home.

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah didapatkan dari survei yang telah disebarkan,

kampanye Stay at Home membawa dampak baik dalam terjaganya pola makan Siswa-siswi SMA
Labschool Kebayoran Angkatan NAVANANTA. Hal ini dibuktikan dengan grafik yang

menunjukan bahwa jumlah responden terbanyak yang memiliki pola makan yang lebih terjaga

selama kampanye Stay at Home, yaitu sebanyak 33 responden (40,2%).

Tetapi hal tersebut sangat bertolak belakang dengan hasil data kedua, yaitu dampak yang

kurang baik bagi rutinitas berolahraga Siswa-siswi SMA Labschool Kebayoran Angkatan

NAVANANTA. Dibuktikan dengan grafik yang menunjukan bahwa responden terbanyak

memiliki rutinitas berolahraga yang lebih teratur sebelum adanya kampanye Stay at Home, yaitu

sebanyak 43 responden (52,4%).

Hal serupa juga terjadi pada kecukupan waktu tidur Siswa-siswi SMA Labschool

Angkatan NAVANANTA, yaitu dampak yang kurang baik. Grafik menunjukan bahwa

responden terbanyak memiliki pola tidur yang lebih terjaga sebelum adanya kampanye Stay at

Home, yaitu sebanyak 32 responden (39%).

Dalam menjaga kebersihan, Siswa-siswi SMA Labschool Kebayoran Angkatan

NAVANANTA mendapat dampak baik selama kampanye Stay at Home berlangsung.

Dibuktikan dengan grafik yang menunjukan bahwa responden terbanyak lebih terjaga

kebersihannya selama kampanye Stay at Home, yaitu sebanyak 54 responden (65,9%).

Data terakhir menunjukan bahwa tidak adanya pengaruh atau dampak pada

keseimbangan emosi Siswa-siswi SMA Labschool Kebayoran Angkatan NAVANANTA.

Dengan responden terbanyak sejumlah 38 responden (46,3%) memiliki kondisi keseimbangan

emosi yang sama saja baik sebelum Stay at Home maupun selama Stay at Home.
Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, kampanye Stay at Home memberikan dampak

yang baik terhadap pola makan dan kebersihan Siswa-siswi SMA Labschool Kebayoran

Angkatan NAVANANTA. Sedangkan untuk rutinitas berolahraga dan pola tidur, kampanye Stay

at Home memberikan dampak yang kurang baik. Dan juga tidak adanya dampak yang baik

ataupun buruk terhadap keseimbangan emosi Siswa-siswi SMA Labschool Kebayoran Angkatan

NAVANANTA.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai