Anda di halaman 1dari 7

PENGALAMAN IBU DALAM MENYAPIH ANAK

Melly Nirma Syahriani1, Ismarwati2

Health Sciences Department of Master Program Aisyiyah University of Yogyakarta


Mellynirmas4@gmail.com, Ismarwati@unisayogya.ac.id

Abstrak
Menyapih merupakan proses bertahap yaitu awal mula dengan mengurangi pemberian
ASI (Air Susu Ibu) sampai dengan berhentinya pemberian ASI. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO, 2015) merekomendasikan bahwa bayi menerima ASI eksklusif sampai usia 6 bulan
dan dilanjutkan menyusui sampai 2 tahun. Metode dalam menyusun scoping review ini
menggunakan panduan Arksey dan O’ Malley. Hasil yang didapatkan dari 8 artikel terdapat
metode yang digunakan dalam menyapih anak yaitu BLW (Baby Led Weaning) dan TW
(Traditional Weaning). Psikologis ibu meliputi rasa cemas, khawatir, sedih hal ini biasa
dirasakan ibu ketika akan menyapih anak. Faktor-faktor yang mempengarui penyapihan
diantaranya tingkat pendidikan orang tua, informasi penyuluhan dari tenaga kesehatan,
norma & budaya.. Tema yang ditemukan dalam ulasan ini adalah Pengalaman ibu
dalam menyapih anak yaitu metode yang digunakan dalam menyapih anak, psikologis ibu
dalam menyapih anak, dan faktor-faktor yang memepengaruhi penyapihan. .

Keywords: Pengalaman ibu, Menyapih anak

1. Introduction
Menyapih adalah suatu proses berhentinya masa menyusui secara berangsur-angsur
ataupun sekaligus yang dapat disebabkan oleh anak untuk berhenti menyusu atau ibu yang
berhenti menyusui anaknya, atau kedua belah pihak dengan berbagai alasan. Menyapih
merupakan proses bertahap yaitu awal mula dengan mengurangi pemberian ASI (Air Susu
Ibu) sampai dengan berhentinya pemberian ASI. World Health Organization (WHO)
menetapkan untuk memberikan ASI pada bayi baru lahir hingga anak usia 2 tahun dengan
didampingi pemberian makanan tambahan (Gürarslan Baş, Karatay and Arikan, 2018).
Menyusui, dimulai dari bayi lahir sampai enam bulan dan berlanjut hingga usia 2 tahun.
Meningkatkan angka menyusui di seluruh dunia dapat menyelamatkan lebih dari 820.000
anak usia dibawah 5 tahun atau balita. Selain meningkatkan kelangsungan hidup anak,
menyusui mendukung perkembangan otak yang sehat terkait dengan kinerja yang lebih tinggi
dalam tes kecerdasan di kalangan anak-anak dan remaja di semua tingkat pendapatan.
Apabila penyapihan dilakukan usia kurang dari 2 tahun mengakibatkan nutrisi yang diberikan
kepada anak belum cukup. Dampak dari penyapihan dengan cara yang salah akan
mengakibatkan bonding attachment yang telah terjalin antara ibu dan anak selama menyusui
akan terganggu sehingga anak akan merasa ditolak oleh ibunya. Selain itu cara menyapih
dengan mengoleskan obat merah pada puting susu akan menyebabkan anak mengalami
keracunan (UNICEF, 2018 ).
Persentase anak yang mendapat ASI dan mengonsumsi makanan pendamping ASI
mencapai 74% pada kelompok umur 12-17 bulan. Persentase anak yang tidak mendapat ASI
41% pada umur 18-23 bulan. Sedangkan indikator Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2015)
merekomendasikan bahwa bayi menerima ASI eksklusif untuk pertama 6 bulan hidup dan
menyusui yang terus melampaui pertama atau tahun kedua kehidupan selama sebagai
dianggapnya keluarga yang sesuai. Pada tahun 2011, 26,7% bayi di Amerika Serikat disusui
pada usia 12 bulan, naik dari 22,7% pada tahun 2006 (Mastouri et al., 2017).
Sebagian besar ibu melakukan penyapihan dengan menggunakan metode tradisional.
Metode tradisional yang paling populer digunakan oleh ibu adalah dengan memberikan cairan
dengan rasa tidak enak misalnya lidah buaya (Subra Murra) pada puting susu, menggunakan
alternatif sebagai dot, memberikan zat merah, dan menempatkan kopi di puting susu (Moraes
et al., 2016). Sebagian ibu menganggap bahwa menyusui adalah simbol yang baik menjadi
ibu. Perasaan khawatir, cemas, dan hancur, rugi itu yang biasanya terjadi ketika ibu akan
menyapih anaknya. Psikologis ibu merupakan hal yang perlu dikaji agar dapat melakukan
penyapihan dengan tepat (Arden and Abbott, 2015).
Faktor yang mempengaruhi penyapihan diantaranya tingkat pendidikan orang tua, norma-
norma budaya, informasi dari tenaga kesehatan, waktu penyapihan. Penyapihan ASI yang
dilakukan dengan waktu kurang dari dua tahun dapat mempengaruhi konsumsi ASI karena
dapat menyebabkan nutrisi dan zat proteolitik yang terkandung dalam ASI tidak dapat diserap
oleh tubuh anak sehingga dapat mengganggu proses pencernaan dan meningkatkan
pertumbuhan mikroorganisme dalam saluran pencernaan. Usia menyapih yang terjadi rata-
rata ibu menyapih anaknya yang berusia kurang dari 2 tahun. Penyapihan yang dilakukan
kurang dari 2 tahun biasanya dipengaruhi oleh faktor budaya yang sudah ada sebelumnya
karena keyakinan ibu memainkan peran penting dalam menentukan perilaku ibu terhadap
praktik penyapihan (Brown & Lee, 2011).
Penelitian tentang menyapih anak sudah pernah dilakukan di Negara berkembang dan
Negara maju dalam penelitian milik (Spyreli et all (2019), Arden & Abbot (2015), Sammour
et all (2012). Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa pengalaman ibu dalam
menyapih anak dapat dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi penyapihan, metode yang
digunakan dalam menyapih anak, dan psikologis ibu dalam menyapih anak. Menyusui dan
menyapih adalah domain penting pada kesehatan anak akan tetapi pada kenyataannya masih
kurangnya perhatian dari penyedia layanan kesehatan terkait dengan penyapihan (Abu Hamad
& Sammour, 2013).

2. Metode
Ulasan ini menggunakan metode tinjauan pengelompokan dengan pedoman dari (Arksey
and O’Malley, 2005) yang memiliki lima tahapan. Adapun tahapan yang dilakukan dalam
ulasan scoping review ini terdiri dari :

2.1 Mengidentifikasi Pertanyaan Penelitian


Adapun tinjauan scoping review yaitu penulis fokus pada pertanyaan scoping
review yaitu Bagaimana pengalaman ibu dalam menyapih anak?
2.2 Mengidentifikasi studi yang relevan

2.2.1 Eligibility Criteria


Dalam pemilihan artikel yang relevan, peneliti menentukan kriteria inklusi dan eksklusi
yang akan dicari dan digunakan sebagai sumber scoping review. Adapun kriteria inklusi dan
ekslusi sebagai berikut pada tabel 1 :

Table 1 Framework Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

1. Artikel diterbitkan antara 2010-2020 1. Review / comment article


2. Artikel dalam bahasa inggris 2. Artikel opini
3. penelitian primer atau artikel ulasan yang
diterbitkan dalam jurnal peer-review
4. Dokumen laporan / draft kebijakan /
pedoman dari WHO / organisasi formal
tertentu
5. Penelitian dilakukan di negara berkembang
dan negara maju

2.2.2 Database
Adapun tools yang digunakan untuk mencari artikel yang relevan dalam menyusun
scoping review ini ada 4 database yaitu Wiley Online Library, Ebsco, Science Direct, dan
Pubmed.

2.2.3 Strategi pencarian Data dan kata kunci


Terdapat beberapa tahap dalam pencarian paper/artikel yang akan digunakan. Pertama
mencari paper secara umum di beberapa database. Kedua, setelah mendapatkan kata kunci
kemudian mencari paper di database pubmed, sciencedirect, wiley dan ebsco. Kata kunci
yang digunakan untuk mencari paper di pubmed adalah (("experience mother" OR
“experience mom”) AND "last 5 years"[PDat] AND Humans[Mesh]) AND ((cessation) OR
weaning) OR discontinuation) AND "last 5 years"[PDat] AND Humans[Mesh])) AND
((childern) OR toddler) OR child under five years) AND "last 5 years"[PDat] AND
Humans[Mesh])).

2.3 Seleksi Artikel


Dalam pencarian 4 database dan reference list didapatkan jumlah artikel 458 artikel,
kemudian 121 artikel yang double/duplikat dihapus sehingga didapatkan 337 artikel. Dari 337
artikel dilakukan penyaringan berdasarkan title dan review artikel yang berhubungan dengan
pengalaman ibu dalam menyapih anak, didapatkan 65 artikel. Dilakukan penyaringan kembali
untuk mendapatkan artikel yang sesuai, didapatkan 55 artikel. Pencarian fulltext 55 artikel
yang teridentifikasi dilakukan untuk penyaringan isi artikel dan berdasarkan kriteria inklusi
dan eksklusi. Dari hasil penyaringan isi artikel, kesesuaian populasi, metode, dan hasil
didapatkan 8 artikel yang akan digunakan untuk Scoping review. Prisma flowchart dijelaskan
didalam gambar 1.
tio
nti

ka
Ide

fi

4 databases search results


Pubmed = 162
Science Direct = 88
Ebsco = 46
Wiley = 113
n = 458
ng
ee
Scr

ni

Duplicates studies removed (n = 121)

Tittle and abstracts identified Irrelevant studies (n = 282)


(n=337)
ity
bil
Eligi
Studies excluded
Full-text screened (n = 55) (n= 47)

Studies included (n = 8 )

Gambar 1 Prisma Flow Chart

2.4 Charting Data


Charting data yang dilakukan oleh peneliti yaitu mengurutkan, menguraikan hasil seleksi
dalam bentuk tabel yang dikelompokkan menjadi nama penulis, tahun publikasi, Negara,
desain penelitian, jumlah sampel dan hasil. Seperti dijelaskan pada tabel 2

Table 2 Charting Data

Author/year/ Study Design /


No Results
country/grade methods/sample

1 Toyama, 2014, Quasi-Experimental Kegagalan dan keberhasilan pemberian


Jepang, A dengan wawancara, 3 makanan bayi tidak tergantung pada
ibu kelas menengah interaksi pemberian jenis makanan padat
yang mmepunyai bayi. untuk bayi

2 Bewket Zeleke Cross- sectional Usia anak, pendidikan, suami, dan sarana
et al, 2017, dengan wawancara, penyapihan termasuk faktor- faktor yang
Ethiopia, A ibu yang mempunyai memepengaruhi ibu dalam menyapih anak
anak usia 6-23 tahun.

3 Spyreli et al, Kualitatif dengan Dalam metode penyapihan ibu harus


2019, UK, A Fokus Group membiasakan memberikan makanan yang
Discussion (FGD), 37 sehat kepada anaknya. Kebiasan pemberian
ibu yang mempunyai makanan untuk anak dan pengetahuan ibu
balita. yang relevan tentang pemberian gizi
seimbang kepada anak merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi ibu dalam
menyapih anak

4 Arden & Abbott, Kualitatif dengan Metode yang digunakan ibu dalam
2015, UK, A wawancara, 15 ibu menyapih anaknya dengan metode BLW
(Baby Lead Weaning) dengan memberikan
pengenalan makanan padat yang sehat
untuk bayinya. Perasaan sedih, hancur,
cemas dirasakan ketika ibu ingin menyapih
anaknya.

5 Abu Hamad & Cross-sectional dengan Metode yang digunakan ibu dalam
Sammour, 2013, memeberikan menyapih anak dengan metode tradisional.
Gaza, A kuesioner, 285 ibu
yang mempunyai anak
usia 6-24 bulan.

6 Baturin, 2011, Cross-sectional dengan Metode yang digunakan ibu untuk


Rusia, B menggunakan menyapih anak yaitu BLW (Baby Lead
kuesioner, 2.500 ibu Weaning) dengan memberikan jus, buah,
yang dipilih secara sereal, dan susu sapi digunakan ibu untuk
acak penyapihan pertama.

7 Amy Brown & Cross-sectional dengan Metode yang digunakan oleh ibu dalam
Lee, 2011, UK, wawancara, 36 ibu menyapih anak adalah BLW dengan
A yang mempunyai anak memberikan memperkenalkan makanan
usia 12-18 bulan. pendamping.

8 Tarrant et al., Kohort Longitudinal Penyapihan dilakukan dengan memberikan


2010, dengan 1417 ibu yang ASI dengan jangka waktu satu bulan
Hongkong, B mempunyai bayi. sebelum penyapihan.

2.5 Menyusun, meringkas dan melaporkan hasilnya


Pada langkah ini penulis menyusun, merangkum, dan melaporkan hasil berdasarkan
langkah yang dilakukan oleh (Levac, Colquhoun and O’Brien, 2010). Pertama, analisis
numerik deskriptif disediakan yang mencakup jumlah artikel, tahun publikasi, dan jenis studi.
Kedua, kekuatan dan kelamahan dalam literatur yang diidentifikasi melalui analisis tematik
dari studi yang disertakan dalam laporan. Fase akhir tahap ini adalah peninjauan implikasi
temuan dalam kaitannya dengan penelitian.

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Metode yang digunakan dalam menyapih anak
Berdasarkan peneletian oleh Amy Brown & Lee (2013) yang membahas tentang
metode yang digunakan dalam penyapihan yaitu BLW (Baby Lead Weaning) dengan
memberikan segala jenis makanan kepada anak. Berdasarkan penelitian oleh Baturin
(2011) yang membahas bahwa makanan penyapihan pertama adalah jus, buah
dihaluskan, dan bubur. Berdasarkan penelitian oleh Abu Hamad & Sammour (2013)
ibu menggunakan metode penyapihan tradisional dengan memberikan zat yang tidak
enak (lidah buaya, obat, lipstick, saus tomat) pada putting ibu.
Metode ini dan pendekatan tradisional seperti sebelumnya telah dibahas dalam literature
Arantes et all (2018). Departemen Kesehatan (2009) memperkenalkan makanan pendamping
tempat penekanan pada pengenalan sekitar 6 bulan, pengenalan bertahap selera dan tekstur
berbasis di sekitar makanan keluarga dan mencari tanda-tanda kesiapan untuk makanan
pelengkap.

3.2 Psikologis ibu dalam menyapih anak


Berdasarkan penelitian Arden & Abbott (2015) menyebutkan bahwa yang “Saya
khawatir terutama bahwa dia tidak akan mendapatkan cukup zat besi”. Psikologis ibu
dalam menyapih anak dapat menimbulkan ikatan antara ibu dan anak, dengan menyapih anak
sebelum ibu siap secara emosional ibu merasakan perasaan rugi, cemas, khawatir karena
mereka harus berhenti menyusui anaknya. Bagi beberapa orang, menyusui adalah simbol
menjadi ibu yang baik, dan dengan demikian menghentikan menyusui mungkin mengancam
bahwa identitas sebagai ibu yang baik. Lampiran orangtua adalah sebuah pendekatan untuk
mengasuh anak, dilaporkan berdasarkan prinsip-prinsip teori lampiran, yang berfokus pada
pengembangan ikatan orangtua-anak yang kuat Arden & Abbott (2015). Ketika seorang ibu
ingin menyapih anaknya, ibu merasakan perasaan sedih, perasaan negatif. Karena menyusui
merupakan lambang kebaikan, kasih sayang, pendekatan, kepercayaan, meningkatkan ikatan
antara ibu dan anak Viviani et all (2016).

3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi penyapihan anak


Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyapih anak terdapat didalam artikel milik
bahwa usia anak, ukuran keluarga, pekerjaan Gonah & Mutambara (2016). Anak-anak yang
ayahnya adalah pemerintah karyawan sekitar enam kali lebih mungkin tepat disapih daripada
mereka yang ayahnya bekerja sendiri, buruh harian, dan studi yang dilakukan dalam
pengaturan yang berbeda menunjukkan hubungan yang signifikan antara pekerjaan dan
pendidikan dan makan sesuai usia dengan cara yang berbeda. Misalnya, penelitian yang
dilakukan di Burkina Faso dan Indonesia mengungkapkan bahwa pekerja pertanian dan
orang tua yang tidak bekerja merupakan faktor risiko untuk tidak menerima diet minimum
yang dapat diterima. Dalam bertentangan dengan penelitian yang dilakukan di Guinea, Studi
dari Niger dan Bangladesh mengungkapkan bahwa anak-anak yang ayahnya terlibat dalam
petani menerima baik sesuai usia makan dibandingkan mereka yang ayahnya terlibat dalam
pekerjaan nonpertanian. Perbedaan ini mungkin disebabkan wilayah studi dan variasi
populasi Bewket Zeleke et al (2017).

4. Kesimpulan
Berdasarkan dari 8 artikel ditemukan metode yang digunakan dalam menyapih terbagi
menjadi dua metode yaitu metode Baby Led Weaning (BLW) dan Tradisional Weaning
(TW), psikologis dalam penyapihan biasanya ibu mengalami perasaan sedih, cemas, hancur
karena tidak siap untuk menyapih anaknya, faktor-faktor yang berpengaruh dalam penyapihan
diantaranya tingkat pendidikan orang tua, norma-norma budaya, informasi dari penyuluh
kesehatan. Adapun literature gap dalam review artikel ini adalah WHO merekomendasikan
kepada ibu untuk melakukan penyapihan usia 2 tahun, sedangkan rata-rata penyapihan
dilakukan pada usia < 2 tahun.

Ucapan Terima Kasih


Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ismarwati atas segala arahan, bimbingan,
motivasi dan saran yang telah diberikan untuk bagi penulis.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai