B Sirkulasi
1 Pemantauan tanda vital 1. monitor tekanan darah
2. Monitor nadi ( frekuensi, kekuatan, irama)
3. monitor pernafasan ( frekuensi, kedalaman )
4. Monitor Suhu tubuh
5. monitor oksimeter nadi
6. monitor tekanan nadi ( selisih TDS dan TTD )
7. identifikasi penyebab perubahan tanda vital
2 Pemberian (Administering) Obat 1. indentifikasi kemungkinan alergi interaksi dan kontra indikasi
2. periksa kadaluarsa obat
3. monitor efek samping dan toksisitas
4. lakukan prinsip 6 benar ( Pasien , obat, dosis, rute, waktu, dokumentasi /
pencatatan)
5. perhatikan jadwal pemberian obat jenis hipnotik, narkotikan dan antibiotic
6. fasilitasi minum obat seperti sediakan air dll
3 Pemberian (Administering) Obat 1. identifikasi kemungkinan alergi interaksi dan kontra indikasi
intramuskular 2. periksa kadaluarsa obat
3. monitor efek samping dan toksisitas
4. lakukan prinsip 6 benar ( Pasien , obat, dosis, rute, waktu, dokumentasi /
pencatatan)
5. tentukan jarum suntik sesuai deengan kebutuhan.
6. pilih area suntikan dengan benanr (Vastusleateralis/Paha, deltoid/bahu, 1/3
psias iliaka/bokong)
7. gunakan teknik aseptik
8. tusukan jarum dengan sudut 90 derajat
9. aspirasi sebelum menyuntikan obat
10. suntikan obat secara perlahan
11. cabut jarum setelah menunggu 10 detik
12. hindari melakukan masase pada area penyuntikan
4 Pemberian (Administering) Obat 1. identifikasi kemungkinan alergi interaksi dan kontra indikasi
intravena 2. periksa kadaluarsa obat
3. monitor efek samping dan toksisitas
4. lakukan prinsip 6 benar ( Pasien , obat, dosis, rute, waktu, dokumentasi /
pencatatan)
5. pastikan ketepatan dan kepatenan kateter IV
6. berikan obat IV dengan kecepatan yang tepat / secara perlahan
7. tempelkan label keterangan nama obat dan dosis pada cairan IV
5 Pemasangan kateter urine 1. Meminta pasien untuk berbaring terlentang dengan kedua kaki ditekuk dan
dibuka lebar
2. Membersihkan area kelamin dengan sabun dan air, atau cairan antiseptic
3. Siapkan selang kateter berdasarkan ukurannya
4. Melumuri kateter dengan gel pelumas
5. Memasukkan kateter melalui lubang saluran kemih (uretra) hingga ke
kandung kemih
6. Setelah air kencing mengalir dan ada tahanan, fiksasi external dg plester
7. Menyuntikkan air untuk menggembungkan balon kecil agar kateter tidak
bergeser atau keluar dari tubuh
8. Menyambungkan ujung luar kateter ke kantung penampung urine
11 Pemberian cairan intravena 1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan cairan intravena pada pasien
2. Siapkan peralatan, cuci tangan serta gunakan sarung tangan dan alat
pelindung diri lain jika diperlukan
3. Pemilihan vena yg paling baik adalah vena superfisial di extremitas atas
sisi non dominan
4. Posisikan pasien duduk bersandar, berbaring, atau semifowler
5. Bila diperlukan petugas dapat meregangkan area penusukan dengan pasien
mengepalkan tangan
6. Siapkan cairan atau obat intravena yang sudah dihubungkan dengan infus
set, kemudian tempatkan pada tiang infus.
7. Alirkan cairan pada infus set dan pastikan tidak ada udara pada selang
infus
8. Petugas mempertahankan prinsip sterilitas, terutama pada ujung infus set
9. Bila diperlukan, petugas palpasi kembali vena yang dituju
10. Pasang tourniquet pada proximal area yang akan dipasang infus, kemudian
lakukan tindakan aseptik pada area yang akan dilakukan insersi. Petugas
tidak boleh mempalpasi kembali vena setelah desinfeksi
11. Ambil kanul intravena sesuai ukuran, lakukan traksi pada distal area yang
akan dipasang, lalu insersikan pada kulit dengan sudut 30° dan bevel
jarum menghadap ke atas terhadap permukaan kulit. Darah akan mengalir
bila kanul diinsersi tepat ke dalam vena
12. Tarik jarum (stylet) perlahan, sambil mendorong perlahan kanul intravena
masuk dalam vena
13. Petugas menekan area vena yang telah diinsersi dan
menarik stylet seluruhnya keluar sambil tangan yang lain melepas
torniquet
14. Dokumentasikan kegiatan
12 Pemberian makanan melalui 1. Cuci tangan dengan sabun
selang nasogastrik (NGT) 2. Siapkan makanan yang dibutuhkan
3. Dudukkan pasien dengan posisi 45 derajat atau tegak
4. Periksa posisi tabung
a. Pastikan tanda yang ada di tabung masih berada di ujung lubang hidung
b. Periksa gulungan selang di mulut pasien
5. tekuk tabung dan sambungkan ke jarum suntik
6. Kuras semua isi perut dengan menarik pompa pendorong secara perlahan
7. Kosongkan isi perut yang ada di tabung ke dalam cangkir dan celupkan
indikator pH ke dalamnya
a. Amati perubahan warna untuk memastikan posisi tabung
b. nilai pH harus kurang dari 5 (Asam)
8. Mulailah memberi makan dengan memegang jarum suntik yang terhubung
setinggi kepala pasien
9. Tuangkan makanan yang direkomendasikan ke dalam jarum dan biarkan
mengalir secara pasif.
a. Pastikan alat suntik selalu diisi dengan cairan untuk mencegah udara
masuk ke perut
b. Amati dan hentikan segera proses pemberian makan jika terjadi batuk,
tersedak atau muntah
10. Setelah diberi makan, cuci tabung dengan air suhu kamar dalam jumlah
yang disarankan
11. Putuskan sambungan jarum suntik dan sambungkan sumbat ke tabung
12. Pertahankan pasien dalam posisi yang sama setidaknya selama satu jam
13. Cuci tangan dan barang-barang yang dapat digunakan kembali
D Eliminasi
1 Edukasi tanda gejala infeksi Tanda dan gejala infeksi saluran kemih
saluran kemih 1. Organ intim terasa terbakar saat buang air kecil.
2. Punggung atau perut bagian bawah terasa nyeri dan tertekan.
3. Urine berbau menyengat.
4. Urine yang keluar sedikit.
5. Merasa lelah dan gemetar.
6. Demam dan menggigil
2 Pemantauan bising usus 1. Posisikan pasien berbaring
2. Auskultasi daerah abdomen
3. Bising usus normal 5-34 kali per menit
4. Suara gemercik sering terdengar saat auskultasi bising usus pada orang
normal. Suara bising usus yang bergemuruh dan kadang disertai dengan
hentakan gemuruh yang kuat biasa didengar pada kasus diare.
5. Sedangkan suara yang jarang, halus dan kadang diselingi gemerincing
bernada tinggi, atau dikenal sebagai high pitched atau metallic sound,
biasanya terjadi pada kasus obstruksi. Suara bising usus menghilang
biasanya terjadi pada kasus obstruksi yang
lanjut, paralitik ataupun peritonitis.
3 Edukasi perawatan kateter 1. Jelaskan pengendalian infeksi (mis. cuci tangan dan prinsip steril)
2. Jelaskan tujuan perawatan kateter urine
3. Jelaskan masalah/komplikasi yang mungkin terjadi akibat pemasangan
kateter urine
4. Jelaskan kondisi-kondisi yang harus dilaporkan (mis. demam, nyeri perut
bawah, warna urine berubah keruh/warna merah, tak ada urine lebih dari 2
jam)
5. Demonstrasikan cara membersihkan daerah perineum (wanita) dan
preposium (laki-laki)
4 Pemasangan kateter urine 1. Meminta pasien untuk berbaring terlentang dengan kedua kaki ditekuk dan
dibuka lebar
2. Membersihkan area kelamin dengan sabun dan air, atau cairan antiseptic
3. Siapkan selang kateter berdasarkan ukurannya
4. Melumuri kateter dengan gel pelumas
5. Memasukkan kateter melalui lubang saluran kemih (uretra) hingga ke
kandung kemih
6. Setelah air kencing mengalir dan ada tahanan, fiksasi external dg plester
7. Menyuntikkan air untuk menggembungkan balon kecil agar kateter tidak
bergeser atau keluar dari tubuh
8. Menyambungkan ujung luar kateter ke kantung penampung urine
5 Pemberian obat supositoria anal 1. Identifikasi kemungkinan alergi, interaksi dan kontra indikasi obat
2. Periksa tanggal kadaluarsa obat
3. monitor efek samping dan toksisitas
4. lakukan prinsip 6 benar ( Pasien , obat, dosis, rute, waktu, dokumentasi /
pencatatan)
5. lakukan Teknik aseptik
6. cuci tangan dan pasang sarung tangan
7. berikan posisi sims (posisi setengah telungkup dengan salah satu kaki
ditekuk ke arah depan dan satunya lagi lurus)
8. lumasi sarung tangan dg jari telunjuk pada tangan dominan
9. instruksikan napas dalam secara lambat melalui mulut untuk merilekskan
spinkter anus
10. masukkan obat secara perlahan melalui anus
6 Perawatan kateter urine 1. monitor kepatenan kateter urine
2. monitor tanda dan gejala infeksi saluran kemih
3. monitor kebocoran kateter selang dan kantong urine
4. gunakan Teknik aseptic
5. pastikan selang kateter dan kantung urine terbebas dari liapatan
6. lakukan irigasi rutin dg cairan isotonis
7. lakukan perawatan perineal minimal 1 kali sehari
8. kosongkan kantung urine jika kantung urine penuh
9. ganti kateter urine secara rutin sesuai indikasi
F Neurosensori
1 Pemantauan tingkat kesadaran
2 Pemantauan tingkat orientasi 1. Monitor perubahan orientasi dan peribahan kognitif dan perilaku
2. Orientasikan orang, tempat dan waktu
3. Hadirkan realita (mis hindari perdebatan)
4. Sediakan lingkungan dan rutinitas secara konsisten
5. Libatkan dalam terapi kelompok orientasi
3 Pemantauan tingkat delirium 1. Identifikasi factor resiko delirium
2. Berikan pencahayaan yg baik
3. Sediakan jam dan kalender yg mudah terbaca
4. Sediakan informasi tentang apay g terjadi dan apa yg dapat terjadi
selanjutnya
5. Lakukan re orientasi
6. Sediakan lingkungan dan rutinitas secara konsisten
4 Pemberian (Administering) Obat 1. Cek botol kemasan obat tetes mata yang akan digunakan. Obat tetes mata
tetes mata harus dalam kondisi steril. Cek juga tanggal kedaluwarsa yang tertera pada
kemasan.
2. Cuci tangan hingga bersih sebelum menggunakan obat tetes mata.
3. Kocok botol obat tetes mata sebelum digunakan.
4. Dongakkan wajah, kemudian tarik kelopak mata bagian bawah secara
perlahan.
5. Tekan kemasan untuk meneteskan obat ke kelopak mata bagian bawah.
6. Kedipkan mata agar obat tetes mata menyebar ke seluruh bagian mata.
7. Jangan sampai ujung botol atau kemasan obat tetes mata menyentuh
permukaan mata. Hal ini perlu diperhatikan untuk mencegah masuknya
bakteri ke dalam botol obat.
8. Jika perlu menggunakan beberapa jenis obat tetes mata bersamaan, beri
jeda waktu sekitar 5 menit.
5 Pemberian (Administering) Obat 1. Cuci tangan Anda sebelum mulai menggunakan salep mata.
salep mata 2. Duduklah di depan cermin agar Anda bisa mengoleskan salep mata dengan
benar.
3. Tengadahkan kepala, kemudian tarik kelopak mata bagian bawah secara
perlahan-lahan dengan jari telunjuk.
4. Pegang kemasan salep menggunakan tangan yang lain dan tekan sampai
salep keluar sekitar 1 cm. Kemudian, oleskan ke sepanjang bagian dalam
kelopak mata bagian bawah.
5. Hati-hati, jangan sampai ujung kemasan menyentuh mata atau bulu mata,
agar salep di dalamnya tidak terkontaminasi oleh kotoran atau kuman.
6. Setelah salep menempel di mata, kedip-kedipkan mata agar salep merata.
7. Sesaat setelah salep dioleskan ke mata, pandangan Anda akan menjadi
buram, tapi kondisi ini akan menghilang setelah salep merata dan meresap.
8. Bersihkan sisa salep di sekitar mata menggunakan tisu.
9. Apabila Anda harus memakai lebih dari satu jenis salep mata, tunggulah
30 menit sebelum Anda mengoleskan salep berikutnya.
6 Elevasi ekstremitas Peninggian posisi kaki 30 derajat bertujuan agar sirkulasi perifer tidak menumpuk
di area distal ulkus dan menyebabkan aliran darah akan cenderung menuju perifer
terutama kaki yang mengalami fraktur, dan juga untuk megurangi edema pada kaki.
Dimana dengan peninggian kaki maka melawan tarikan gravitasi, sehingga
meningkatkan aliran balik vena ke jantung dan mencegah timbulnya statis vena.
7 Pembersihan telinga luar 1. Periksa fungsi pendengaran
2. Monitor tanda gejala infeksi telinga luar dan disfungsi telinga
3. Bersihkan telinga luar serta bersihkan serumen telinga dengan kapas yang
lembut
4. Lakukan irigasi telinga
5. Hindari paparan suara keras
8 Pembersihan serumen 1. Periksa fungsi pendengaran
2. Monitor tanda gejala infeksi telinga luar dan disfungsi telinga
3. Bersihkan telinga luar serta bersihkan serumen telinga dengan kapas yang
lembut
4. Lakukan irigasi telinga
5. Hindari paparan suara keras
I Integritas ego
1 Pemantauan perilaku halusinasi 1. Monitor perilaku yg mengindikasi halusinasi
2. Monitor isi halusinasi (mis kekerasan atau membahayakan diri)
3. Diskusikan perasaan dan respons terhadap halusinasi
4. Anjurkan menghardik Ketika halusinasi muncul
5. Anjurkan melakukan distraksi (mis melakukan aktifitas, mengaji,
membaca dll)
2 Pemberian teknik distraksi 1. Identifikasi pilihan Teknik distraksi
2. Gunakan Teknik distraksi (mis membaca buku, menonton televisi,
bermain, aktifitas terapi, membaca cerita, bernyanyi)
3. Anjurkan menggunakan Teknik distraksi sesuai tingkat kemampuan dan
tingkat perkembangan
4. Jelaskan manfaat dan jenis distraksi bagi panca indera (mis music, tlevisi,
baca, permaianan genggam dll)
3 Edukasi perawatan demensia 1. Identifikasi Riwayat fisik, social, osikologis dan kebiasaan
2. Identifikasi pola tidur
3. Sediakan lingkungan yg aman, nyaman,
4. Orientasikan waktu dan orang, tempat
5. Gunakan distraksi untuk mengatasi masalah perilaku
6. Anjurkan perbanyak istirahat
7. Anjurkan keluarga cara perawatan demensia
4 Pemantauan isi halusinasi 1. Monitor perilaku yg mengindikasi halusinasi
2. Monitor isi halusinasi (mis kekerasan atau membahayakan diri)
3. Diskusikan perasaan dan respons terhadap halusinasi
4. Anjurkan menghardik Ketika halusinasi muncul
5. Anjurkan melakukan distraksi (mis melakukan aktifitas, mengaji,
membaca dll)
5 Pemberian terapi kelompok 1. Identifikasi topik, tujuan dan proses kelompok
2. Monitor keterlibatan aktif anggota kelompok
3. Ciptakan suasana nyaman, tenang
4. Ciptakan iklim motivasi untuk proses kelompok
5. Mulai dan akhiri kegiatan tepat waktu
6. Atur tempat duduk sesuai metode yg digunakan
7. Arahkan kelompok melalui tahapan pengembangan kelompok
8. Anjurkan saling membantu dalam kelompok
6 Perawatan jenazah 1. Identifikasi budaya dan kepercayaan dalam penatalaksanaan tubuh jenazah
2. Rapatkan rahang dan tutup mata jenazah
3. Posisikan lengan berada di samping tubuh atau disedekapkan
4. Lepaskan objek objek eksternal dari tubuh
5. Bersihkan tubuh jenazah secara menyeluruh
6. Tutupi tubuh jenazah dg kain bersih sampai ke dagu atau kepala
7. Berikan privasi jika keluarga ingin melihat jenazah pasien
8. Pindahkan jenazah ke ruangan jenazah
9. Berikan label pada barang pribadi jenazah
7 Perawatan paliatif Prinsip-prinsip perawatan paliatif adalah
1. menghargai setiap kehidupan,
2. menganggap kematian sebagai proses yang normal,
3. tidak mempercepat atau menunda kematian,
4. menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan,
5. menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu, serta
mengintergrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual dalam perawatan
pasien dan keluarga,
6. menghindari tindakan medis yang sia-sia, memberikan dukungan yang
diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai dengan kondisinya sampai akhir
hayat,
7. memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita
3 Edukasi pencegahan infeksi pada 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
anak (pemberian imunisasi, cuci 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dg pasien dan lingkungan pasien
tangan, dan 3. Pertahankan Teknik aspetik pada pasien beresiko tinggi
pemberian obat cacing) 4. Ajarkan cara mencuci tangan dg benar
5. Ajarkan etika batuk
6. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
7. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi dan cairan
8. Kolaborasi pemberian imunisasi
4 Edukasi pencegahan penyakit 1. Identifikasi Riwayat Kesehatan dan alergi
tidak menular pada anak 2. Identifikasi kontra indikasi pemberian imunisasi (mis reaksi anafilaksis thd
vaksin sebelumnya dan atau sakit parah dg atau tanpa demam)
3. Berikan suntikan pada bayi di bagian paha anterolateral
4. Dokumentasikan informasi vaksinasi (tgl kedaluarsa dan nama vaksin)
5 Pemantauan TTV bayi dan anak 1. monitor tekanan darah
(TD, suhu,nadi, pernapasan) 2. Monitor nadi ( frekuensi, kekuatan, irama)
3. monitor pernafasan ( frekuensi, kedalaman )
4. Monitor Suhu tubuh
5. monitor oksimeter nadi
6. monitor tekanan nadi ( selisih TDS dan TTD )
7. identifikasi penyebab perubahan tanda vital
K Kebersihan diri
1 Edukasi perawatan diri 1. ajarkan perawatan diri, praktik perawatan diri, dan aktivitas kehidupan
sehari hari (mandi, makan, minum, istirahat tidur, olahraga, ibadah dll)
2. anjurkan mendemonstrasikan praktik perawatan diri sesuai kemampuan
3. anjurkan mengulang Kembali informasi edukasi tentang perawatan diri
2 Edukasi perawatan kaki 1. jelaskan faktor resiko luka pada kaki (mis panas, dingin, penipisan,
kapalan)
2. jelaskan hubungan antara neuropati, cedera, dan penyakit vascular dan
risiko ulserasi dan amputasi extremitas bawah
3. ajarkan pemeriksaan seluruh bagian kaki setiap hari (mis luka, kemerahan,
bengkak, hangat, kering dan maserasi)
4. ajarkan memotong kuku secara lurus, anjurkan mencuci kaki setiap hari dg
menggunakan air hangat dan sabun ringan
5. anjurkan mengeringkan kaki secara menyeluruh setalh mencuci kaki,
terutama di antara jari kaki
6. anjurkan memakai sepatu bertumit rendah dan sesuai bentuk kaki
7. anjurkan memakai kaos kaki yg berbahan menyerap keringat
8. anjurkan memeriksa sepatu bagian dalam sebelum dikenakan
3 Edukasi perawatan mulut 1. jelaskan aspek yg perlu diidentifikasi dari kondisi mulut (mis luka, karies
gigi, plak, sariawan atau tumor)
2. anjurkan sikat gigi setiap 2 kali sehari
3. anjurkan menghindari merawat mulut dg sikat gigi jika mengalami
trombositopenia
4. anjurkan memilih sikat gigi sesuai dg kondisi
5. ajarkan cara menyikat gigi dari arah gusi ke atas pada masing2 gigi atas
dan bawah
6. ajarkan penggunaan cairan antiseptik
4 Promosi kebersihan 1. identifikasi kemandirian dalam melakukan upaya kebersihan diri dan
lingkungan
2. pertimbangkan budaya dalam melakukan upaya kebersihan
3. fasilitasi dalam melakukan upaya kebersihan diri sesuai kebutuhan
4. motivasi partisipasi keluarga dan masyarakat dalam upaya promosi
kebersihan
5. berikan pujian atas upaya melakukan promosi kebersihan
5 Dukungan perawatan diri : 1. identifikasi kebiasaan BAK/BAB sesuai usia
BAB/BAK 2. monitor integritas kulit pasien
3. dukung penggunan toilet/pispot/urinal secara konsisten
4. jaga privasi selama eliminasi
5. bersihkan alat bantu BAK/BAB setelah digunakan
6. latih BAK/BAB sesuai jadwal
6 Dukungan perawatan diri : 1. identifikasi diet yg dianjurkan
makan/minum 2. monitor kemampuan menelan,
3. atur posisi yg nyaman untuk makan/minum
4. lakukan oral hygiene sebelum makan
5. letakkan makanan di sisi mata yg sehat
6. siapkan makanan dg suhu yg meningkatkan nafsu makan
7. sediakan makanan dan minuman yg disukai
8. berikan bantuan saat makan / minum sesuai tingkat kemandirian
6 Pemantauan resiko infeksi Cuci tangan dengan sabun biasa/antimikroba dan bilas dengan air mengalir,
dilakukan pada saat:
a) Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien yaitu darah, cairan
tubuh sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh, ganti verband, walaupun telah
memakai sarung tangan.
b) Bila tangan beralih dari area tubuh yang terkontaminasi ke area lainnya yang
bersih, walaupun pada pasien yang sama.
Indikasi kebersihan tangan:
Sebelum kontak pasien;
Sebelum tindakan aseptik;
Setelah kontak darah dan cairan tubuh;
Setelah kontak pasien;
Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
7 Pemantauan resiko jatuh 1. Mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko tinggi jatuh dengan
menggunakan “Asesmen Risiko Jatuh”.
2. Melakukan evaluasi risiko pasien terhadap jatuh dan asesmen ulang pada
semua pasien(setiap hari / Bila ada perubahan )
3. Melakukan asesmen yang berkesinambungan terhadap pasien yang
berisiko jatuh dengan menggunakan “Asesmen Risiko Jatuh Harian”
4. Menetapkan standar pencegahan dan penanganan risiko jatuh secara
komprehensif, dan
5. Mengurangi risiko cidera akibat jatuh.
8 Pemasangan alat pengaman 1. Pasang alat pengaman (mis pengekang, pagar tempat tidur, pintu dengan
kunci) untuk membatasi mobilitas fisik atau akses pada situasi yg
membahayakan, seusai kebutuhan
2. Dampingi selama kegiatan di luar ruangan gawat darurat
3. Berikan tempat tidur yg rendah dan alat alat bantuan
4. Berikan alat untuk memanggil perawat
5. Respon setiap panggilan dengan segera
9 Pemasangan brace / neck collar 1. Petugas menggunakan masker, handschoen
2. Pegang kepala dengan cara satu tangan memegang bagian kanankepala
mulai dari mandibula kearah temporal, demikian juga bagian sebelah kiri
dengan tangan yang lain dengan cara yang sama.
3. Petugas lainnya memasukkan neck collar secara perlahan ke bagian
belakang leher dengan sedikit melewati leher.
4. Letakkan bagian neck collar yang bertekuk tepat pada dagu.
5. Rekatkan 2 sisi neck collar satu sama lain
6. Pasang bantal pasir di kedua sisi kepala pasien
10 Perawatan luka 1. Monitor karakteristik luka
2. Monitor tanda tanda infeksi
3. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
4. Bersihkan dg cairan NaCl
5. Bersihkan jaringan nekrotik
6. Berikan salep yg sesuai ke kulit/lesi
7. Pasang balutan sesuai jenis luka
8. Pertahankan Teknik aseptic
9. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
10. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
11. Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
11 Perawatan luka bakar 1. Monitor karakteristik luka
2. Monitor tanda tanda infeksi
3. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
4. Bersihkan dg cairan NaCl
5. Lakukan terapi relaksasi untuk mengurangi nyeri
6. Pasang balutan sesuai jenis luka
7. Pertahankan Teknik aseptic
8. Guanakan modern dressing sesuai dg kondisi luka
9. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
10. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
11. Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
12 Perawatan sirkumsisi 1. Periksa kondisi luka (mis ukuran luka, jenis luka, perdarahan, warna dasar
luka, infeksi, eksudat, bau luka, kondisi jaringan tepi luka)
2. Monitor adanya perdarahan
3. Terapkan teknik aseptik
4. Rendam penis dengan cairan antiseptic hangat – hangat kuku selama 10-15
menit jika balutan melekan pada penis
5. Lepas balutan secara perlahan
6. Ganti balutan setiap hari atau sesuai indikasi
7. Gunakan modern dressing sesuai kondisi luka
8. Kolaborasi pemberian antibiotic dan analgetik
13 Transfer klien 1. Periksa keadaaan umum pasien
2. Monitor kondisi pasien selama proses transfer
3. Antar pasien ke ruangan yg dituju menggunakan alat transfer yg sesuai
(mis brankar, kursi roda)
4. Lakukan dukungan ventilasi jika pasien menggunakan ETT dan tidak
terpasang ventilator transport
5. Pindahkan pasien dari brankar/kursi roda ke tempat tidur ruangan yg dituju
6. Lakukan serah terima pasien dg perawat ruangan yg dituju