Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penulisan makalh ini dilatarbelakangi oleh skenario A, yaitu seorang


perempuan berusia 35 tahun, sejak 2 hari yang lalu menderita demam disertai
menggigil.

Jabaran Skenario:

Seorang perempuan berusia 35 tahun, sejak 2 hari yang lalu menderita


demam disertai menggigil. Ia sudah minum obat warung tetapi tidak sembuh
sehingga akhirnya ia berobat ke dokter. Pada pemeriksaan fisik didapatkan: TD
110/70 mmHg, N 90x/ menit, suhu 390C, RR 16x/ menit.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang skenario diatas, rumusan masalah diatas yang menjadi
masalah utama dalam skenario adalah seorang perempuan berusia 35 tahun dengan
keluhan demam dengan suhu 390C disertai menggigil sejak 2 hari yang lalu

Hipotesa :

Demam dapat diketahui dari sifat demamnya dan patologisnya, sehingga kita dapat
mengetahuia tingkatan demamnya.

C. Tujuan Penulisan

Dengan adanya suatu perumusan masalah tersebut, mahasiswa diharapkan

mampu untuk :

1. Mengetahui mekanisme suhu tubuh dan pengaturannya.

2. Mengetahui mekanisme metabolisme energi yang ada di dalam tubuh.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. METABOLISME ENERGI

Setiap sel di tubuh memerlukan energi untuk melaksanakan fungsi-fungsi


yang esensial bagi kelangsungan hidup sel itu sendiri (misalnya transportasi aktif dan
perbaikan sel) serta untuk menjalankan peranan khusus terhadap keseimbangan
homeostatik (misalnya sekresi kelenjar dan kontraksi otot). Semua energi yang
digunakan oleh sel pada akhirnya berasal dari pemasukan makanan. Energi kimia
yang tersimpan di dalam ikatan-ikatan yang menyatukan atom-atom dalam molekul
nutrien akan dibebaskan jika molekul-molekul tersebut diuraikan di dalam tubuh.
Energi yang dipanen dari proses biokimiawi nutrien tersebut dapat digunakan
langsung untuk menjalankan proses biologis atau disimpan sementara dalam tubuh
untuk pemakaian kemudian sesaui kebutuhan selama periode ketika tidak terjadi
pencernaan dan penyerapan makanan.1

Menurut Hukum pertama termodinamika, energi tidak dapat diciptakan atau


dimusnahkan, hanya dapat dirubah bentuknya. Energi di dalam makanan merupakan
pemasukan energi bagi tubuh. Pengeluaran atau pemakaian energi dibagi menjadi
dua kategori, kerja eksternal dan kerja internal.

Kerja eksternal mengacu pada energi yang digunakan sewaktu otot rangka
berkontraksi untuk memindahkan objek eksternal atau untuk menggerakkan tubuh
dalam hubungannya dengan lingkunagn eksternal. Sedangkan kerja internal
merupakan semua bentuk lain dari pengeluaran energi biologis yang tidak
menyelesaikan kerja mekanis di luar tubuh. 1

Kerja internal mencakup dua jenis aktivitas bergantung pada energi, yaitu:

1. Aktivitas otot rangka yang digunakan untuk tujuan selain kerja eksternal,
misalnya kontraksi yang berkaitan dengan pemeliharaan postur dan menggigil.

2
2. Semua aktivitas yang menggunakan energi yang harus terus berlangsung hanya
untuk memelihara kelangsungan hidup, mencakup pemompaan darah dan
bernapas, pengangkutan secara aktif bahan penting untuk menembus membran
plasma.

Tidak semua energi di dalam molekul nutrien dapat dimanfaatkan untuk


melaksanakan pekerjaan biologis. Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan,
tetapi dapat diubah dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain. Energi di dalam
molekul nutrien yang tidak digunakan untuk bekerja ditransformasikan menjadi
energi termal atau panas.1

Selain itu, dari energi yang sebenarnya ditangkap untuk digunakan oleh
tubuh, hampir semua energi yang digunakan pada akhirnya menjadi panas. Sebagai
contoh, energi yang digunakan oleh tubuh untuk memompa darah secara bertahap
diubah menjadi panas oleh friksi sewaktu darah mengalir melewati pembuluh-
pembuluh. Demikian juga, energi yang digunakan dalam sintesis protein struktural
sel pada akhirnya muncul sebagai panas sewaktu protein tersebut diuraikan selama
proses normal pertukaran konstituen-konstituen tubuh. Bahkan pada pelaksanaan
energi eksternal, otot rangka mengubah energi kimia menjadi energi mekanis secara
tidak efisien, karena hampir 75% energi yang digunakan hilang sebagai panas.
Dengan demikian, semua energi yang dibebaskan dari makanan tetapi tidak secara
langsung digunakan untuk menggerakkan objek eksternal atau disimpan sebagai
lemak pada akhirnya menjadi panas. Namun, panas ini bukan seluruhnya
pemborosan energi, karena sebagian besar panas tersebut digunakan untuk
mempertahankan suhu tubuh.1

Laju Metabolik dan BMR

Kecepatan pemakaian energi oleh tubuh selama kerja eksternal dan internal
dikenal sebagai laju metabolik (metabolic rate). Karena sebagian besar penggunaan
energi tubuh pada ekhirnya muncul sebagai panas, laju metabolik biasanya
dinyatakan sebagai kecepatan produksi panas dalam satuan kilokalori per jam.
Satuan dasar energi panas adalah kalori, yaitu jumlah panas yang diperlukan untuk
menaikan 10C suhu 1 g H2O. Satuan ini terlalu kecil untuk digunakan dalam

3
pembahasan tubuh manusia karena besarnya panas yang terlibat, sehingga digunakan
kilokalori atau kalori yang ekivalen dengan 1000 kalori. 1

Laju metabolik dan akibatnya, jumlah panas yang dihasilkan bervariasi


bergantung pada ada atau tidaknya berbagai faktor, misalnya olahraga, pemasukan
makanan, menggigil dan rasa cemas. Peningkatan aktivitas otot rangka merupakan
faktor terbesar yang dapat meningkatkan laju metabolisme. Bahkan peningkatan
sedikit saja tonus otot dapat menaikkan laju metabolik, dan berbagai tingkatan
aktivitas fisik mengubah pengeluaran energi dan produksi panas secara bermakna.
Karena itu, laju metabolik seseorang ditentukan pada kondisi basal standar untuk
mengontrol sebanyak mungkin variabel yang dapat mengubah laju metabolik.
Dengan cara ini, aktivitas metabolik yang diperlukan untuk mempertahankan fungsi-
fungsi dasar tubuh dapat dievaluasi. Dengan demikian BMR (Basal Metabolic Rate)
adalah pencerminan dari iddling speed atau tingkat terkecil pemakaian energi
internal dalam keadaan terjaga.1

BMR diukur dalam kondisi-kondisi sebagai berikut:

1. Orang yang bersangkutan harus berada dalam keadaan istirahat secara fisik,
paling tidak menghentikan kegiatan berolahraga selama 30 menit untuk
mengeliminasi pengaruh gerakan otot yang menghasilkan panas.

2. Orang tersebut dalam keadaan istirahat mental untuk memperkecil tonus otot
rangka ( orang akan menjadi tegang saat cemas) dan untuk mencegah
peningkatan sekresi epinefrin. Stres memicu pengeluaran hormon epinefrin yang
meningkatkan laju metabolik.

3. Pengukuran dilakukan dalam suhu ruangan yang nyaman, sehingga orang


tersebut tidak menggigil. Menggigil dapat sangat meningkatkan produksi panas
karena tujuan kontraksi refleks otot rangka yang berosilasi tersebut adalah
menghasilkan panas sebagai respons terhadap pajanan dingin.

4. Orang yang bersangkutan tidak boleh makan dalam 12 jam terakhir sebelum
penentuan BMR untuk menghindari termogenesis yang disebabkan oleh
makanan, atau peningkatan obligatorik tingkat metabolik yang terjadi sebagai
konsekuensi dari pemasukan makanan.
4
Kecepatan produksi panas pada penentuan BMR dapat diukur secara
langsung atau tidak langsung. Kalorimetri langsung melibatkan prosedur yang tidak
praktis berupa penempatan subyek di ruangan terisolasi dengan H2O beredar
melintasi dinding-dindingnya. Perbedaan suhu H2 O yang masuk dan keluar ruangan
tersebut mencerminkan jumlah panas yang dibebaskan oleh subjek dan diserap oleh
H2O pada saat H2O tersebut melewati ruangan. Walaupun merupakan pengukuran
langsung produksi panas, metode ini tidak praktis karena ruangan kalorimetri sangat
mahal dan menghabiskan banyak tempat. 1

Pada kalorimetri tidak langsung, satu-satunya pengukuran yang dilakukan


adalah mengenai penyerapan O2 persatuan waktu oleh subjek, yaitu suatu tugas
sederhana yang tidak banyak memerlukan peralatan.

Makanan + O2  H2O + CO2 + energi (sebagian besar diubah ke panas)

Dengan demikian, terdapat hubungan langsung antara volume O2 yang digunakan


dan jumlah panas yang dihasilkan.Hubungan ini juga bergantung pada jenis makanan
yang sedang dioksidasi. Walaupun karbohidrat, protein dan lemak memerlukan
jumlah O2 yang berbeda-beda untuk oksidasinya dan menghasilkan jumlah kilokalori
yang berbeda jika dioksidasi, dapat dilakukan perkiraan rata-rata mengenai jumlah
panas yang dihasilkan per liter O2 yang dikonsumsi pada diet sehari-hari.

Kenaikan suhu tubuh sebesar 10C, maka akan meningkatkan taraf


metabolisme sebesar 13-14%. BMR bukanlah tingkat metabolik tubuh yang paling
rendah. Tingkat pemakaian energi selama tidur 10-15% lebih rendah daripada BMR,
mungkin karena relaksasi otot yang lebih sempurna yang terjadi selama stadium
paradoksikal tidur.

Pengukuran BMR:

BMR (%) = 0,75(PR + 0,74 PP) – 72

PR: frekuensi nadi/ menit

PP: tekanan nadi (mmHg)

5
B. SUHU TUBUH DAN PENGATURANNYA

Suhu Tubuh Normal

Suhu inti dan suhu kulit. Suhu dari jaringan tubuh dalam yaitu “inti” hampir
selalu konstan, sekitar ± 1ºF (± 0,6ºC), dari hari ke hari kecuali bila seseorang
mengalami demam. Tentu saja, orang yang telanjang dapat terpapar pada suhu
serendah 55ºF atau setinggi 130ºF dalam udara kering dan tetap mempertahankan
suhu tubuh interna mendekati konstan. Mekanisme untuk mengawasi suhu tubuh
menunjukkan suatu sistem pengaturan yang amat baik. Suhu tubuh normal. Tidak
ada tingkat suhu yang dapat dianggap normal, karena pengukuran pada banyak
orang normal memperlihatkan suatu rentang suhu normal. 2 Suhu normal rata-rata
secara umum adalah diantara 98,0ºF dan 98,6ºF (36,7ºC dan 37ºC) bila diukur per
oral, dan kira-kira 1ºF atau 0,6ºC lebih tinggi bila diukur per rectal. Suhu tubuh
sedikit bervariasi pada kerja fisik dan pada suhu lingkungan yang ekstrem, karena
mekanisme pengaturan suhu tidak 100% tepat. Bila dibentuk panas yang berlebihan
di dalam tubuh karena kerja fisik yang melelahkan, suhu rectal akan meningkat
sampai setinggi 101º sampai 104ºF. Sebaliknya ketika tubuh terpapar dengan suhu
yang dingin, suhu rectal dapat turun sampai dapat turun sampai di bawah nilai 96ºF. 2

Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh

1. Kecepatan metabolisme basal


Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak
jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan
pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme. 3

2. Hormone pertumbuhan
Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan
kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga
meningkat.
6
3. Hormon tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi kimia dalam
tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme
menjadi 50-100% diatas normal.3

4. Hormone kelamin
Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira
10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada
perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran
hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 –
0,6°C di atas suhu basal.

5. Demam ( peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sekitar
120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.

6. Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%.
Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk
mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi
mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan
lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak
merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan
kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.3

7. Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan
antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas)
dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.

7
8. Gangguan organ

Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat


menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat
pirogen yang dikeluarkan pada saat terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan
suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat
menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.

9. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh
dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga
sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu
antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit. 3
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui
pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui
anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam
fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung)
akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien.
Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan
suhu tubuh.3

Temperatur Tubuh Diatur Dengan Mengimbangi Produksi Panas


Terhadap Kehilangan Panas

Bila laju pembentukan panas dalam tubuh lebih besar daripada laju
hilangnya panas, timbul panas dalam tubuh dan temperatur tubuh meningkat.
Sebaliknya, bila kehilangan panas lebih besar, panas tubuh dan temperatur tubuh
menurun.

Produksi panas adalah produk tambahan metabolisme yang utama. Yang


menentukan laju produksi panas disebut laju metabolisme tubuh. Faktor-faktor yang
penting yang mendukung : (1) laju metabolisme basal dari semua sel tubuh, (2) laju
cadangan metabolisme yang disebabkan oleh aktivitas otot, termasuk kontraksi otot

8
yang disebabkan oleh menggigil, (3) metabolisme tambahan yang disebabkan oleh
pengaruh tiroksin/sebagian kecil hormon lain seperti hormon pertumbuhan dan
testosteron terhadap sel, (4) metabolisme tambahan yang disebabkan oleh efek
epinefrin, norepinefrin dan perangsangan simpatis sel, dan (5) metabolisme
tambahan yang disebabkan oleh meningkatnya aktivitas kimiawi di dalam sel
sendiri, terutama bila temperatur meningkat.

Sistem Penyekat Tubuh

Kulit, jaringan subkutan dan terutama lemak dari jaringan subkutan


merupakan suatu penyekat panas dari tubuh. Lemak penting karena lemak hanya
menyalurkan panas sepertiga kecepatan jaringan lain. Bila tidak ada darah yang
mengalir dari organ interna yang panas ke kulit, daya penyekat yang dimiliki oleh
tubuh laki-laki normal kira-kira sebanding dengan ¾ dari daya penyekat pada
pakaian yang biasa. Pada perempuan, penyekatan ini masih lebih baik. Beberapa
cara panas hilang dari kulit ke lingkungan meliputi radiasi, konduksi, konveksi dan
evaporasi.

1. Radiasi
Kehilangan panas melalui radiasi berarti kehilangan panas dalam bentuk gelombang
panas infra merah, suatu jenis gelombang elktromagnetik. Sebagian besar
gelombang panas infra merah yang memancar dari tubuh memiliki panjang
gelombang 5 sampai 20 mikrometer, 10 sampai 30 kali panjang gelombang cahaya.
Tubuh manusia menyebarkan gelombang panas ke segala penjuru. Gelombang panas
juga dipancarkan dari dinding dan benda-benda lain ke tubuh. Bila suhu tubuh lebih
besar dari suhu lingkungan, kuantitas panas yang lebih besar dipancarkan keluar dari
tubuh lebih besar daripada yang dipancarkan ke tubuh.

2. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas antara benda-benda yang berbeda suhunya yang
berkontak langsung satu sama lain. Hanya sejumlah kecil panas yang biasanya
hilang dari tubuh melalui konduksi langsung dari permukaan tubuh ke benda-benda
lain, seperti kursi atau tempat tidur. Sebaliknya, kehilangan panas melalui konduksi
ke udara memang mencerminkan bagian kehilangan panas tubuh yang cukup besar

9
(kira-kira 15%) walaupun dalam keadaan normal. Diingatkan kembali bahwa panas
adalah energi kinetik dari gerakan molekul dan molekul-molekul yang menyusun
kulit tubuh terus-menerus mengalami gerakan vibrasi. Sebagain besar energi dari
gerakan ini dapat dipindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit,
sehingga meningkatkan kecepatan gerakan molekul-molekul udara.

3. Konveksi
Mengacu pada perpindahan energi panas melalui arus udara (H 2O). Pemindahan
panas dari tubuh melalui konveksi udara secara umum disebut kehilangan panas
melalui konveksi. Sebenarnya, panas pertama-tama harus dikonduksi ke udara
kemudian dibawa melalui aliran konveksi. Sejumlah konveksi hampir selalu terjadi
di sekitar tubuh akibat kecenderungan udara di sekitar kulit untuk naik sewaktu
menjadi panas.

4. Evaporasi
Bila air berevaporasi dari permukaan tubuh, panas sebesar 0,58 Kalori (kilokalori)
hilang untuk setiap satu gram air yang mengalami evaporasi. Bahkan bila seseorang
tidak berkeringat, air masih berevaporasi secara tidak kelihatan dari kulit dan paru-
paru dengan kecepatan sekitar 450 samapai 600 ml/hari. Evaporasi sebagai
mekanisme pendingin yang penting pada suhu udara sangat tinggi.

Pengaturan Suhu Tubuh Diperankan Oleh Hipotalamus

Hipotalamus merupakan sekelompok saraf pada area preoptik dan


hipotalamus posterior yang berfungsi sebagai thermostat. Termostat hipotalamus
memiliki semacam titik control yang disesuaikan untuk mepertahankan suhu tubuh.
Jika suhu tubuh turun sampai di bawah atau naik sampai di atas titik ini, pusat akan
memulai impuls untuk menahan panas atau meningkatkan pengeluaran panas. 4
1. Termoreseptor Perifer: Teletak dalam kulit, mendeteksi perubahan suhu
kulit dan membrane mukosa tertentu serta mentransmisi informasi tersebut ke
hipotalamus.

10
2. Termoreseptor Sentral: Yang terletak di antara hipotalamus anterior,
medulla spinalis, organ abdomen, dan struktur internal lainnya, juga mendeteksi
perubahan suhu darah.4

Suhu tubuh diatur hampir seluruhnya oleh mekanisme persarafan umpan balik,
dan hampir semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang
terletak pada hipotalamus. Agar mekanisme umpan balik ini dapat berlangsung,
harus juga tersedia pendetektor suhu untuk menentukan kapan suhu tubuh menjadi
sangat panas atau sangat dingin.

Kulit memiliki reseptor dingin dan reseptor panas. Reseptor dingin terdapat
10 kali lebih banyak dari reseptor panas. Oleh karena itu, deteksi suhu bagian perifer
terutama menyangkut deteksi suhu sejuk dan dingin daripada hangat. Apabila
seluruh kulit tubuh menggigil, terjadi pengaruh refleks yang segera dibangkitkan
untuk meningkatkan suhu tubuh melalui beberapa cara : (1) dengan memberikan
rangsangan kuat sehingga menyebabkan menggigil, dengan akibat meningkatkan
kecepatan pembentukan panas tubuh. (2) dengan menghambat proses berkeringat
bila hal ini harus terjadi, dan (3) dengan meningkatkan vasokonstriksi kulit untuk
menghilangkan pemindahan panas tubuh ke kulit. Reseptor suhu tubuh bagian dalam
juga ditemukan pada bagian tertentu dari tubuh, terutama di medula spinalis, di
organ andomen, dan di atau sekitar vena-vena besar. Reseptor dalam ini berbeda
fungsinya dengan reseptor kulit, karena reseptor tersebut lebih banyak terpapa
dengan suhu tubuh daripada suhu permukaan tubuh. Namun seperti halnya dengan
reseptor suhu kulit, reseptor tersebut lebih banyak mendeteksi dingin daripada
hangat. Adalah suatu kemungkinan bahwa baik reseptor suhu kulit maupun reseptor
tubuh bagian dalam berperan mencegah hipotermia, yaitu mencegah suhu tubuh
menjadi rendah.

Mekanisme Penurunan Temperatur Bila Tubuh Terlalu Panas

1. Vasodilatasi.
Pada hampir semua area tubuh, pembuluh darah kulit berdilatasi dengan kuat. Hal
ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipolatamus posterior yang
menyebabkan vasokonstriksi. Vasodilatasi penuh akan meningkatkan kecepatan
pemindahan panas ke kulit sebanyak delapan kali lipat.
11
2. Berkeringat.
Efek dari peningkatan temperatur yang menyebabkan berkeringat.
3. Penurunan pembentukan panas.
Mekanisme yang menyebabkan pembentukan panas berlebihan, seperti menggigil
dan termogenesis kimia, dihambat dengan kuat.

Mekanisme Peningkatan Temperatur Bila Tubuh Terlalu Dingin

Ketika tubuh terlalu dingin, sistgem pengaturan temperatur mengadakan prosedur


yang sangat berlawanan. Yaitu :

1. Vasokontriks kulit di seluruh tubuh.


Hal ini disebabkan oleh rangsangan pusat simpatis hipotalamus posterior.
2. Piloereksi.
Piloereksi berarti rambut “berdiri pada akarnya.” Rangsangan simpatis
menyebabkan otot arektor pili yang melekat ke folikel rambut berdiri tegak. Hal ini
tidak penting pada manusia, tetapi pada hewan yang lebih rendah, berdirinya rambut
memungkinkan mereka untuk membentuk lapisan tebal “isolator udara”
bersebelahan dengan kulit sehingga pemindahan panas ke lingkungan sangat
ditekan.
3. Peningkatan pembentukan panas.
Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat dengan (a) menggigil, (b)
rangsangan simpatis pembentukan panas, (c) sekresi tiroksin.

Patogenesis Demam

Demam yang berarti temperatur tubuh di atas batas normal, dapat


disebabkan oleh kelainan di dalam otak sendiri atau oleh bahan-bahan toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan temperatur. Banyak protein hasil pemecahan
protein dan beberapa zat tertentu lain, terutama toksin liposakarida yang dilepaskan
oleh bakteri, dapat menyebabkan peningkatan set point termostat hipotalamus. Zat
yang menimbulkan efek seperti ini disebut pirogen. Pirogen yang dilepaskan oleh

12
bakteri toksik atau pirogen yang dilepaskan dari degenerasi jaringan tubuh dapat
menyebabkan demam selama keadaan sakit.

Umumnya, keadaan sakit terjadi karena adanya proses peradangan (inflamasi)


di dalam tubuh. Proses peradangan itu sendiri sebenarnya merupakan mekanisme
pertahanan dasar tubuh terhadap adanya serangan yang mengancam keadaan
fisiologis tubuh. Proses peradangan diawali dengan masuknya “racun” kedalam
tubuh kita. Contoh “racun”yang paling mudah adalah mikroorganisme penyebab
sakit.

Mikroorganisme (MO) yang masuk ke dalam tubuh umumnya memiliki suatu


zat toksin/racun tertentu yang dikenal sebagai pirogen eksogen. Dengan masuknya
MO tersebut, tubuh akan berusaha melawan dan mencegahnya yakni dengan
memerintahkan “tentara pertahanan tubuh” antara lain berupa leukosit, makrofag,
dan limfosit untuk memakannya (fagositosit).

Dengan adanya proses fagositosit ini, tentara-tentara tubuh itu akan


mengelurkan “senjata” berupa zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen
(khususnya interleukin 1/ IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogen
yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus (sel penyusun
hipotalamus) untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam
arakhidonat bisa keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2.

Proses selanjutnya adalah, asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh


hipotalamus akan pemacu pengeluaran prostaglandin (PGE2). Pengeluaran
prostaglandin pun berkat bantuan dan campur tangan dari enzim siklooksigenase
(COX). Pengeluaran prostaglandin ternyata akan mempengaruhi kerja dari termostat
hipotalamus.5

Sebagai kompensasinya, hipotalamus selanjutnya akan meningkatkan titik


patokan suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik patokan ini
dikarenakan mesin tersebut merasa bahwa suhu tubuh sekarang dibawah batas
normal. Akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil. Adanya proses mengigil ini
ditujukan utuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Adanya perubahan
13
suhu tubuh di atas normal karena memang “setting” hipotalamus yang mengalami
gangguan oleh mekanisme di atas inilah yang disebut dengan demam atau febris.
Demam yang tinggi pada nantinya akan menimbulkan manifestasi klinik (akibat)
berupa kejang (umumnya dialami oleh bayi atau anak-anak yang disebut dengan
kejang demam). 5

Dengan demikian, pembentukan demam sebagai respons terhadap infeksi


adalah sesuatu yang disengaja dan bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme
termoregulasi. Banyak pakar medis berpendapat bahwa peningkata suhu bersifat
menguntungkan untuk melawan infeksi. Demam memperkuat respons peradangan
dan mungkin mengganggu multiplikasi bakteri.

Pirogen endrogen meningkatkan titik patokan termostat hipotalamus selama


demam dengan memicu pengeluaran lokal prostaglandin, yaitu zat perantara kimiawi
lokal yang bekerja langsung di hipotalamus. Aspirin menurunkan demam dengan
menghambat sintesis prostaglandin. Aspirin tidak menurunkan suhu pada orang yang
tidak demam karena tanpa adanya pirogen endrogen tidak terdapat prostaglandin
dalam jumlah berarti hipotalamus.5

Penyebab molekuler pasti ”hilangnya” demam secara alamiah tidak diketahui,


walaupun diperkirakan bahwa hal tersebut terjadi karena penurunan pengeluaran
pirogen atau pengurangan sintesis prostaglandin. Apabila titik patokan hipotalamus
dipulihkan ke normal, suhu 38.9oC terlalu tinggi. Mekanisme respons panas
diaktifkan untuk mendinginkan tubuh. Terjadi vasodilatasi kulit yang diikuti oleh
berkeringat. Orang yang bersangkutan merasa panas dan membuka semua pelindung
tubuh tambahan. Pengaktifan mekanisme pengeluaran panas oleh hipotalamus ini
menurukan suhu ke normal. 5

14
Stadium-Stadium Demam

Tingakatan demam terdiri dari :

1. Stage of chill

Fase rasa dingin disertai menggigil :

Ø heat loss menurun

Ø heat production meningkat

2. Stage of fastigium

Ø highest point di mana tingkat krisis dari penyakit.

Ø heat loss meningkat

Ø heat production menurun

Tabel 1: Mekanisme Pengaturan Suhu

Mekanisme yang diaktifkan oleh demam

Menggigil

Lapar

Pengingkatan aktivitas voluntary

Peningkatan sekresi norepinefrin dan epinefrin

Penurunan Heat loss

Vasokonstriksi kutaneus

Meringkuk (Curling up)

Pengangkatan rambut pada kulit (Horripilation)


15
Mekanisme yang diakifkan oleh Panas

Peningkatan Heat loss

Vasodilatasi Kutaneus

Berkeringat

Meningkatkan Respirasi

Menurunkan Heat Production

Kehilangan Nafsu Makan (Anoreksia)

Lesu dan Lemah (Apathy and inertia)

Gambar tabel 1. Mekanisme Pengaturan Suhu 6

Karakteristik Keadaan Demam

Apabila set point pusat pengaturan temperatur hipolatamus berubah tiba-


tiba dari tingkat normal ke tingkat lebih tinggi dari nilai normal sebagai akibat dari
penghancuran jaringan, zat pirogen atau dehidrasi, temperatur tubuh biasanya
membutuhkan waktu beberapa jam untuk mencapai set point temperatur yang baru.
Karena temperatur darah sekarang lebih rendah dari set point pengatur temperatur
hipotalamus, terjadi reaksi umum yang menyebabkan kenaikan temperatur tubuh.
Selama periode ini orang tersebut menggigil dan nmerasa sangat kedinginan
walaupun temperatur tubuhnya mungkin telah di atas normal. Jika kulit menjadi
dingin karena terjadi vasokonstriksi dan orang tersebut gemetar.

16
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Tubuh dapat dianggap sebagai inti penghasil panas yang dikelilingi oleh
suatu lapisan pelindung yang kapasitas insulatifny berubah-ubah (kulit). Seiring
dengan adanya peningkatan suhu, maka Basal Metabolic Rate (BMR) juga akan
mengalami peningkatan. Sedangkan demam yang terjadi jika pirogen endogen yang
dikeluarkan oleh sel darah putih sebagai respons terhadap infeksi meningkatkan titik
patokan suhu hipotalamus. Suhu inti meningkat karena hipotalamus mengawali
mekanisme-mekanisme respons dingin untuk meningkatkan suhu inti ke titik
patokan yang baru. Terdapat dua tingkatan demam, yang pertama stage of chill, heat
production akan meningkat, sedangkan heat loss akan berkurang, yang kedua adalah
stage of fastigium yg dimana heat production akan berkurang, sedangkan heat loss
akan meningkat.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed 2. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC; 2001.p.591-3.

2. Guyton A C, Hall J E/Setiawan I (ed.). Buku ajar fisiologi kedokteran. Setiawan


I, Tengadi LMA KA, Santoso A. 9th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 1996.
3. Nursing Begin Editor. Regulasi suhu tubuh. Diunduh dari
http://nursingbegin.com/regulasi-suhu-tubuh/. 22 Oktober 2011.

4. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Cetakan I. EGC. Jakarta: 2004.p.
310-5.

5. Jasmi A. Demam. 27 Januari 2011. Diunduh dari


http://blognosepuluh.blogspot.com/2011/01/demam.html. 22 Oktober 2010.

6. Barrett KF, Boitano S, Barman SM, Brooks HL. Ganong’s review of medical
physiology. Ed. 23. McGraw-Hill Companies. Singapore: 2010.p. 285.

18

Anda mungkin juga menyukai