PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jabaran Skenario:
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang skenario diatas, rumusan masalah diatas yang menjadi
masalah utama dalam skenario adalah seorang perempuan berusia 35 tahun dengan
keluhan demam dengan suhu 390C disertai menggigil sejak 2 hari yang lalu
Hipotesa :
Demam dapat diketahui dari sifat demamnya dan patologisnya, sehingga kita dapat
mengetahuia tingkatan demamnya.
C. Tujuan Penulisan
mampu untuk :
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. METABOLISME ENERGI
Kerja eksternal mengacu pada energi yang digunakan sewaktu otot rangka
berkontraksi untuk memindahkan objek eksternal atau untuk menggerakkan tubuh
dalam hubungannya dengan lingkunagn eksternal. Sedangkan kerja internal
merupakan semua bentuk lain dari pengeluaran energi biologis yang tidak
menyelesaikan kerja mekanis di luar tubuh. 1
Kerja internal mencakup dua jenis aktivitas bergantung pada energi, yaitu:
1. Aktivitas otot rangka yang digunakan untuk tujuan selain kerja eksternal,
misalnya kontraksi yang berkaitan dengan pemeliharaan postur dan menggigil.
2
2. Semua aktivitas yang menggunakan energi yang harus terus berlangsung hanya
untuk memelihara kelangsungan hidup, mencakup pemompaan darah dan
bernapas, pengangkutan secara aktif bahan penting untuk menembus membran
plasma.
Selain itu, dari energi yang sebenarnya ditangkap untuk digunakan oleh
tubuh, hampir semua energi yang digunakan pada akhirnya menjadi panas. Sebagai
contoh, energi yang digunakan oleh tubuh untuk memompa darah secara bertahap
diubah menjadi panas oleh friksi sewaktu darah mengalir melewati pembuluh-
pembuluh. Demikian juga, energi yang digunakan dalam sintesis protein struktural
sel pada akhirnya muncul sebagai panas sewaktu protein tersebut diuraikan selama
proses normal pertukaran konstituen-konstituen tubuh. Bahkan pada pelaksanaan
energi eksternal, otot rangka mengubah energi kimia menjadi energi mekanis secara
tidak efisien, karena hampir 75% energi yang digunakan hilang sebagai panas.
Dengan demikian, semua energi yang dibebaskan dari makanan tetapi tidak secara
langsung digunakan untuk menggerakkan objek eksternal atau disimpan sebagai
lemak pada akhirnya menjadi panas. Namun, panas ini bukan seluruhnya
pemborosan energi, karena sebagian besar panas tersebut digunakan untuk
mempertahankan suhu tubuh.1
Kecepatan pemakaian energi oleh tubuh selama kerja eksternal dan internal
dikenal sebagai laju metabolik (metabolic rate). Karena sebagian besar penggunaan
energi tubuh pada ekhirnya muncul sebagai panas, laju metabolik biasanya
dinyatakan sebagai kecepatan produksi panas dalam satuan kilokalori per jam.
Satuan dasar energi panas adalah kalori, yaitu jumlah panas yang diperlukan untuk
menaikan 10C suhu 1 g H2O. Satuan ini terlalu kecil untuk digunakan dalam
3
pembahasan tubuh manusia karena besarnya panas yang terlibat, sehingga digunakan
kilokalori atau kalori yang ekivalen dengan 1000 kalori. 1
1. Orang yang bersangkutan harus berada dalam keadaan istirahat secara fisik,
paling tidak menghentikan kegiatan berolahraga selama 30 menit untuk
mengeliminasi pengaruh gerakan otot yang menghasilkan panas.
2. Orang tersebut dalam keadaan istirahat mental untuk memperkecil tonus otot
rangka ( orang akan menjadi tegang saat cemas) dan untuk mencegah
peningkatan sekresi epinefrin. Stres memicu pengeluaran hormon epinefrin yang
meningkatkan laju metabolik.
4. Orang yang bersangkutan tidak boleh makan dalam 12 jam terakhir sebelum
penentuan BMR untuk menghindari termogenesis yang disebabkan oleh
makanan, atau peningkatan obligatorik tingkat metabolik yang terjadi sebagai
konsekuensi dari pemasukan makanan.
4
Kecepatan produksi panas pada penentuan BMR dapat diukur secara
langsung atau tidak langsung. Kalorimetri langsung melibatkan prosedur yang tidak
praktis berupa penempatan subyek di ruangan terisolasi dengan H2O beredar
melintasi dinding-dindingnya. Perbedaan suhu H2 O yang masuk dan keluar ruangan
tersebut mencerminkan jumlah panas yang dibebaskan oleh subjek dan diserap oleh
H2O pada saat H2O tersebut melewati ruangan. Walaupun merupakan pengukuran
langsung produksi panas, metode ini tidak praktis karena ruangan kalorimetri sangat
mahal dan menghabiskan banyak tempat. 1
Pengukuran BMR:
5
B. SUHU TUBUH DAN PENGATURANNYA
Suhu inti dan suhu kulit. Suhu dari jaringan tubuh dalam yaitu “inti” hampir
selalu konstan, sekitar ± 1ºF (± 0,6ºC), dari hari ke hari kecuali bila seseorang
mengalami demam. Tentu saja, orang yang telanjang dapat terpapar pada suhu
serendah 55ºF atau setinggi 130ºF dalam udara kering dan tetap mempertahankan
suhu tubuh interna mendekati konstan. Mekanisme untuk mengawasi suhu tubuh
menunjukkan suatu sistem pengaturan yang amat baik. Suhu tubuh normal. Tidak
ada tingkat suhu yang dapat dianggap normal, karena pengukuran pada banyak
orang normal memperlihatkan suatu rentang suhu normal. 2 Suhu normal rata-rata
secara umum adalah diantara 98,0ºF dan 98,6ºF (36,7ºC dan 37ºC) bila diukur per
oral, dan kira-kira 1ºF atau 0,6ºC lebih tinggi bila diukur per rectal. Suhu tubuh
sedikit bervariasi pada kerja fisik dan pada suhu lingkungan yang ekstrem, karena
mekanisme pengaturan suhu tidak 100% tepat. Bila dibentuk panas yang berlebihan
di dalam tubuh karena kerja fisik yang melelahkan, suhu rectal akan meningkat
sampai setinggi 101º sampai 104ºF. Sebaliknya ketika tubuh terpapar dengan suhu
yang dingin, suhu rectal dapat turun sampai dapat turun sampai di bawah nilai 96ºF. 2
2. Hormone pertumbuhan
Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan
kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga
meningkat.
6
3. Hormon tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi kimia dalam
tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme
menjadi 50-100% diatas normal.3
4. Hormone kelamin
Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira
10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada
perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran
hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 –
0,6°C di atas suhu basal.
5. Demam ( peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sekitar
120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
6. Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%.
Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk
mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi
mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan
lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak
merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan
kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.3
7. Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan
antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas)
dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.
7
8. Gangguan organ
9. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh
dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga
sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu
antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit. 3
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui
pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui
anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam
fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung)
akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien.
Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan
suhu tubuh.3
Bila laju pembentukan panas dalam tubuh lebih besar daripada laju
hilangnya panas, timbul panas dalam tubuh dan temperatur tubuh meningkat.
Sebaliknya, bila kehilangan panas lebih besar, panas tubuh dan temperatur tubuh
menurun.
8
yang disebabkan oleh menggigil, (3) metabolisme tambahan yang disebabkan oleh
pengaruh tiroksin/sebagian kecil hormon lain seperti hormon pertumbuhan dan
testosteron terhadap sel, (4) metabolisme tambahan yang disebabkan oleh efek
epinefrin, norepinefrin dan perangsangan simpatis sel, dan (5) metabolisme
tambahan yang disebabkan oleh meningkatnya aktivitas kimiawi di dalam sel
sendiri, terutama bila temperatur meningkat.
1. Radiasi
Kehilangan panas melalui radiasi berarti kehilangan panas dalam bentuk gelombang
panas infra merah, suatu jenis gelombang elktromagnetik. Sebagian besar
gelombang panas infra merah yang memancar dari tubuh memiliki panjang
gelombang 5 sampai 20 mikrometer, 10 sampai 30 kali panjang gelombang cahaya.
Tubuh manusia menyebarkan gelombang panas ke segala penjuru. Gelombang panas
juga dipancarkan dari dinding dan benda-benda lain ke tubuh. Bila suhu tubuh lebih
besar dari suhu lingkungan, kuantitas panas yang lebih besar dipancarkan keluar dari
tubuh lebih besar daripada yang dipancarkan ke tubuh.
2. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas antara benda-benda yang berbeda suhunya yang
berkontak langsung satu sama lain. Hanya sejumlah kecil panas yang biasanya
hilang dari tubuh melalui konduksi langsung dari permukaan tubuh ke benda-benda
lain, seperti kursi atau tempat tidur. Sebaliknya, kehilangan panas melalui konduksi
ke udara memang mencerminkan bagian kehilangan panas tubuh yang cukup besar
9
(kira-kira 15%) walaupun dalam keadaan normal. Diingatkan kembali bahwa panas
adalah energi kinetik dari gerakan molekul dan molekul-molekul yang menyusun
kulit tubuh terus-menerus mengalami gerakan vibrasi. Sebagain besar energi dari
gerakan ini dapat dipindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit,
sehingga meningkatkan kecepatan gerakan molekul-molekul udara.
3. Konveksi
Mengacu pada perpindahan energi panas melalui arus udara (H 2O). Pemindahan
panas dari tubuh melalui konveksi udara secara umum disebut kehilangan panas
melalui konveksi. Sebenarnya, panas pertama-tama harus dikonduksi ke udara
kemudian dibawa melalui aliran konveksi. Sejumlah konveksi hampir selalu terjadi
di sekitar tubuh akibat kecenderungan udara di sekitar kulit untuk naik sewaktu
menjadi panas.
4. Evaporasi
Bila air berevaporasi dari permukaan tubuh, panas sebesar 0,58 Kalori (kilokalori)
hilang untuk setiap satu gram air yang mengalami evaporasi. Bahkan bila seseorang
tidak berkeringat, air masih berevaporasi secara tidak kelihatan dari kulit dan paru-
paru dengan kecepatan sekitar 450 samapai 600 ml/hari. Evaporasi sebagai
mekanisme pendingin yang penting pada suhu udara sangat tinggi.
10
2. Termoreseptor Sentral: Yang terletak di antara hipotalamus anterior,
medulla spinalis, organ abdomen, dan struktur internal lainnya, juga mendeteksi
perubahan suhu darah.4
Suhu tubuh diatur hampir seluruhnya oleh mekanisme persarafan umpan balik,
dan hampir semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang
terletak pada hipotalamus. Agar mekanisme umpan balik ini dapat berlangsung,
harus juga tersedia pendetektor suhu untuk menentukan kapan suhu tubuh menjadi
sangat panas atau sangat dingin.
Kulit memiliki reseptor dingin dan reseptor panas. Reseptor dingin terdapat
10 kali lebih banyak dari reseptor panas. Oleh karena itu, deteksi suhu bagian perifer
terutama menyangkut deteksi suhu sejuk dan dingin daripada hangat. Apabila
seluruh kulit tubuh menggigil, terjadi pengaruh refleks yang segera dibangkitkan
untuk meningkatkan suhu tubuh melalui beberapa cara : (1) dengan memberikan
rangsangan kuat sehingga menyebabkan menggigil, dengan akibat meningkatkan
kecepatan pembentukan panas tubuh. (2) dengan menghambat proses berkeringat
bila hal ini harus terjadi, dan (3) dengan meningkatkan vasokonstriksi kulit untuk
menghilangkan pemindahan panas tubuh ke kulit. Reseptor suhu tubuh bagian dalam
juga ditemukan pada bagian tertentu dari tubuh, terutama di medula spinalis, di
organ andomen, dan di atau sekitar vena-vena besar. Reseptor dalam ini berbeda
fungsinya dengan reseptor kulit, karena reseptor tersebut lebih banyak terpapa
dengan suhu tubuh daripada suhu permukaan tubuh. Namun seperti halnya dengan
reseptor suhu kulit, reseptor tersebut lebih banyak mendeteksi dingin daripada
hangat. Adalah suatu kemungkinan bahwa baik reseptor suhu kulit maupun reseptor
tubuh bagian dalam berperan mencegah hipotermia, yaitu mencegah suhu tubuh
menjadi rendah.
1. Vasodilatasi.
Pada hampir semua area tubuh, pembuluh darah kulit berdilatasi dengan kuat. Hal
ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipolatamus posterior yang
menyebabkan vasokonstriksi. Vasodilatasi penuh akan meningkatkan kecepatan
pemindahan panas ke kulit sebanyak delapan kali lipat.
11
2. Berkeringat.
Efek dari peningkatan temperatur yang menyebabkan berkeringat.
3. Penurunan pembentukan panas.
Mekanisme yang menyebabkan pembentukan panas berlebihan, seperti menggigil
dan termogenesis kimia, dihambat dengan kuat.
Patogenesis Demam
12
bakteri toksik atau pirogen yang dilepaskan dari degenerasi jaringan tubuh dapat
menyebabkan demam selama keadaan sakit.
14
Stadium-Stadium Demam
1. Stage of chill
2. Stage of fastigium
Menggigil
Lapar
Vasokonstriksi kutaneus
Vasodilatasi Kutaneus
Berkeringat
Meningkatkan Respirasi
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tubuh dapat dianggap sebagai inti penghasil panas yang dikelilingi oleh
suatu lapisan pelindung yang kapasitas insulatifny berubah-ubah (kulit). Seiring
dengan adanya peningkatan suhu, maka Basal Metabolic Rate (BMR) juga akan
mengalami peningkatan. Sedangkan demam yang terjadi jika pirogen endogen yang
dikeluarkan oleh sel darah putih sebagai respons terhadap infeksi meningkatkan titik
patokan suhu hipotalamus. Suhu inti meningkat karena hipotalamus mengawali
mekanisme-mekanisme respons dingin untuk meningkatkan suhu inti ke titik
patokan yang baru. Terdapat dua tingkatan demam, yang pertama stage of chill, heat
production akan meningkat, sedangkan heat loss akan berkurang, yang kedua adalah
stage of fastigium yg dimana heat production akan berkurang, sedangkan heat loss
akan meningkat.
17
DAFTAR PUSTAKA
4. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Cetakan I. EGC. Jakarta: 2004.p.
310-5.
6. Barrett KF, Boitano S, Barman SM, Brooks HL. Ganong’s review of medical
physiology. Ed. 23. McGraw-Hill Companies. Singapore: 2010.p. 285.
18