Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH

Yena Tantri Pratiwi*Sri Maryatun, S.Kep., Ns., M.Kep**

Mahasiswa PSIK FK Universitas Sriwijaya*Dosen PSIK FK Universitas Sriwijaya**

*email: yenatantrip2701@gmail.com

ABSTRAK

Harga diri rendah merupakan bentuk suatu emosi normal manusia, tapi secara klinis dapat
bermakna patologik apabila mengganggu perilaku sehari – hari, menjadi pervasif dan muncul
bersama penyakit lain. Harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri termasuk hilangnya rasa percaya diri dan harga diri. Data Riskesdas (2018; dikutip
Maulana dkk, 2019), menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukan
dengan gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun keatas mencapai sekitar 61% dari
jumlah penduduk Indonesia. Upaya optimasi penatalaksanaan pasien dengan harga diri rendah
dalam menangani harga diri rendah antara lain dengan melakukan penerapan asuhan
keperawatan, yaitu latihan berpikir positif. Tujuan penelitian ini adalah mengaplikasikan
asuhan keperawatan secara komprehensif kepada tiga pasien dengan masalah harga diri rendah.
Hasil aplikasi asuhan keperawatan yang diberikan meliputi pelayanan kesehatan secara holistik
dan komunikasi terapeutik yang bertujuan untuk mengatasi dan mencegah mulculnya
gangguan jiwa lainnya. Serta dapat meningkatkan kesejahteraan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Pada perencanaan keperawatan, penulis melakukan intervensi pada core problem
(diagnosa utama) dari masalah pasien dengan harga diri rendah. Intervensi yang digunakan
yaitu strategi pelaksanaan (SP) 1-5 pada pasien dan Satu SP untuk keluarga. Intervensi yang
digunakan dalam Strategi Pelaksanaan ini berupa terapi perilaku kognitif/Cognitif Behavior
Therapy (CBT).

Kata Kunci: Harga Diri Rendah, Asuhan Keperawatan

1
ABSTRACT

Low self-esteem is also a form of a normal human emotion, but clinically it can be pathological
if it interferes with daily behavior, becomes pervasive and occurs with other diseases. Low
self-esteem is described as negative feelings about oneself including loss of self-confidence
and self-esteem. Riskesdas data (2018; quoted by Maulana et al., 2019), shows the prevalence
of emotional mental disorders as indicated by symptoms of depression and anxiety for ages 15
years and over reaches around 61% of the total population of Indonesia. Efforts to optimize the
management of patients with low self-esteem in dealing with low self-esteem include
implementing nursing care, namely positive thinking exercises. The purpose of this study was
to apply comprehensive nursing care to three patients with low self-esteem problems. The
results of the application of nursing care provided include holistic health services and
therapeutic communication which aims to overcome and prevent the emergence of other mental
disorders. And can improve welfare to achieve the desired goals. In nursing planning, the
author intervenes on the core problem (main diagnosis) of the problem of patients with low
self-esteem. The intervention used was the implementation strategy (SP) 1-5 for the patient and
One SP for the family. The intervention used in this Implementation Strategy is in the form of
Cognitive Behavior Therapy (CBT).

Keywords: Low Self-Esteem, Nursing Care

LATAR BELAKANG kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan


yang diekspresikan secara langsung
Data Riskesdas (2018; dikutip Maulana
maupun secara tidak langsung melalui
dkk, 2019), menunjukkan prevalensi
tingkat kecemasan yang sedang sampai
gangguan mental emosional yang
berat. (Deans & Meocevic, 2006; Stuart,
ditunjukan dengan gejala depresi dan
2014). Harga diri rendah pada orang dengan
kecemasan untuk usia 15 tahun keatas
gangguan jiwa biasanya disebabkan oleh
mencapai sekitar 61% dari jumlah
kegagalan yang berulang, pernah
penduduk Indonesia. Sedangkan gangguan
mengalami pengucilan dan aniaya fisik,
jiwa berat di Indonesia, seperti skizofrenia
penolakan keluarga, kehilangan
mencapai sekitar 400.000 orang atau
kemampuan, kehilangan anggota tubuh dan
sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Harga
kehilangan orang tersayang (Stuart &
diri rendah merupakan perasaan over
Laraia, 2008). Tindakan yang dilakukan
negatif terhadap diri sendiri, hilangnya

2
perawat dalam mengurangi resiko masalah TINJAUAN TEORIS
yang terjadi pada kasus harga diri rendah
Harga diri rendah adalah evaluasi
salah satunya dengan melakukan
diri yang negatif, dapat berupa mengkritik
komunikasi terapeutik, dampak yang terjadi
diri sendiri. Dimana seseorang tersebut
jika tidak dilakukan komunikasi terapeutik
memiliki pikiran negatif dan percaya bahwa
maka dapat mengakibatkan gangguan
mereka ditakdirkan untuk gagal
interaksi sosial: menarik diri, perubahan
(Windarwati, 2016). Harga diri sangat
penampilan peran, keputusasaan maupun
rentan terjadi pada seseorang dengan situasi
munculnya perilaku kekerasan yang
penuh dengan stressor. Respon kognitif
beresiko mencederai diri, orang lain dan
ditunjukan berupa penyimpangan fikiran,
lingkungan. (Keliat B. , 2016). Pelayanan
kebingungan. Secara afektif pasien merasa
keperawatan yang komprehensif, holistik,
rendah diri, merasa takut dan malu. Secara
dan paripurna yang berfokus pada
perilaku pasien akan menunjukkan pasif
masyarakat yang sehat jiwa, rentan
dan tidak responsif, kehilangan inisiatif dan
terhadap stres (resiko tinggi gangguan jiwa)
sulit mengambil keputusan. (Fausiah &
dan dalam tahap pemulihan serta
Widury, 2014).
pencegahan. (Umi, 2018). Upaya optimasi
penatalaksanaan pasien dengan harga diri Harga diri rendah seringkali

rendah dalam menangani harga diri rendah disebabkan karena adanya koping individu

antara lain dengan melakukan penerapan tidak efektif akibat adanya kurang umpan

asuhan keperawatan, yaitu latihan berpikir balik positif, kurangnya sistem pendukung,

positif. Intervensi yang digunakan dalam kemunduran perkembangan ego,

Strategi Pelaksanaan ini berupa terapi pengulangan umpan balik yang negatif,

perilaku kognitif/Cognitif Behavior disfungsi keluarga serta terfiksasi pada

Therapy (CBT). tahap perkembangan awal. (Townsend,


M.C, 1998:336).

TUJUAN Menurut SDKI (2017) tanda dan


gejala harga diri rendah yaitu berdasarkan
Mengaplikasikan asuhan keperawatan
data subjektif seperti menilai diri negatif
secara komprehensif kepada ketiga pasien
(mis. tidak berguna, tidak tertolong),
harga diri rendah.
merasa malu/bersalah, melebih –lebihkan
penilaian negatif tentang diri sendiri,
menolak penilaian positif tentang diri

3
sendiri, dan sulit berkonsentrasi. sedangkan evaluasi atau hingga pasien direncanakan
berdasarkan data objektif berbicara pelan pulang.
dan lirih, menolak berinteraksi dengan
orang lain, berjalan menunduk, postur
tubuh menunduk, kontak mata kurang, lesu HASIL

dan tidak bergairah, pasif, tidak mampu 1. Gambaran Hasil Pengkajian


membuat keputusan. a. Kasus Tn. F

Penatalaksanaan dalam Hasil pengkajian didapatkan

keperawatan dibagi menjadi 2 tindakan bahwa Tn F berusia 37 tahun

yaitu menggunakan farmakologis dan non- dibawa ke RSJ oleh ayahnya

farmakologis. Salah satu pengobatan pada tanggal 15 Agustus 2019

nonfarmakologis untuk pasien dengan dirawat di ruang Mawar karena

harga diri rendah menggunakan terapi mengurung diri, bingung,

spesialis seperti terapi berpikir positif, mengamuk dirumah, dan malu

psikoedukasi keluarga dan terapi aktivitas untuk berinteraksi. Klien tidak

kelompok stimulasi persepsi. pernah mengalami gangguan


jiwa dan tidak pernah
mengalami aniaya fisik, psikis,
METODE sesksual ataupun melihat
penganiayaan sebelumnya di
Metode yang digunakan yaitu deksriptif
masa lalu. Keluarga juga
kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
mengatakan bahwa klien
Kasus yang dipilih yaitu pasien dengan
sempat gagal dalam pernikahan.
harga diri rendah. Terdapat 3 kasus yang
Pada pemeriksaan fisik
akan dibuat dan dianalisa asuhan
tanda-tanda vital pasien
keperawatannya. Menyusun format asuhan
didapatkan TD : 120/80 mmHg,
keperawatan yang terdiri atas format
nadi : 82 x/menit, Suhu :
pengkajian, diagnosis keperawatan,
36.5°C, pernapasan : 19 x/menit
intervensi, implementasi, dan evaluasi
dengan berat badan : 58 Kg dan
keperawatan berdasarkan ketentuan yang
tinggi badan : 170 cm klien
berlaku di stase keperawatan jiwa. Setelah
tidak memiliki keluhan secara
dibuat asuhan keperawatannya berdasarkan
fisik. Klien merupakan anak
teori, kasus dianalisa dan dibandingkan
pertama dan memiliki dua orang
mulai dari pengkajian sampai dengan

4
adik yang sudah menikah. Saat klien juga malas menggosok
ini Tn F tinggal serumah dengan gigi dan mandi. Saat diberikan
orangtua nya. Klien tidak pertanyaan klien menjawab
memiliki penyakit atau tanda sesuai arah tujuan pembicaraan
gejala yang sama dengan klien. dengan suara yang lambat dan
Klien mengatakan lirih. Saat berinteraksi klien
menyukai anggota tubuhnya tampak lesu dan lebih banyak
dan merasa bersyukur tidak diam. Klien juga mengatakan
mengalami kecacatan bahwa dirinya sedih karena
sedikitpun. Klien juga dibawa ke RSJ EB. Ekspresi
mengatakan dirinya merasa wajah klien datar. Saat diajak
malu dan tidak berguna karena berkomunikasi, klien selalu
gagal sudah menjadi anak dan menunduk atau mengalihkan
belum bisa memberikan cucu pandangannya ke arah lainnya.
kepada orang tuanya. Klien Klien mengatakan bahwa
mengatakan ingin cepat pulang terkadang ia mendengar suara-
dan bertemu keluarganya serta suara yang mengomentari
ingin penyakitnya sembuh. Bagi dirinya. Klien sudah berulang
klien orang tuanya sangat kali membuang pikiran-pikiran
berarti baginya. Klien tidak yang mengganggunya, namun
pernah mengikuti kegiatan tetap saja muncul. Keadaan
apapun selama dirumah karena klien sadar seutuhnya bahwa
klien malu berinteraksi sekarang ia sedang berada di
sehingga sering mengurung diri rumah sakit. Klien mampu
di rumah. Klien beragama Islam mengingat memori masa
sebelum dan saat di rumah sakit lalunya dan ingatan yang ia
RSJ EB klien mengatakan lakukan kemarin. Klien juga
jarang melakukan sholat 5 mampu berkonsentrasi dan
waktu dan lebih banyak berhitung sederhana dan
bermalas-malasan. Selama mampu menjawab pertanyaan
dirawat di rumah sakit pasien dari perawat. Klien mampu
juga jarang terlihat sholat. menilai mana yang lebih
Saat dikaji, klien diutamakan antara mandi dan
berpenampilan acak-acakan, makan.

5
b. Kasus Tn. M merasa kecewa dengan dirinya
Hasil pengkajian didapatkan karena tidak dapat
bahwa Tn. M berjenis kelamin melaksanakan peran sebagai
laki-laki berusia 29 tahun anak dan kakak. Bagi klien,
dibawa oleh ayahnya ke RSJ EB keluarga adalah orang yang
pada tanggal 28 Desember 2020 sangat berarti, terutama
di rawat di ruang Kenanga adiknya. Klien juga mengatakan
karena sering melamun. Klien ibu yang paling dekat
baru pertama kali masuk rumah dengannya. Klien tidak
sakit jiwa dan klien tidak mengikuti kegiatan kelompok
mengalami trauma kepala serta karena sering melamun dan
tidak mengalami penganiayaan banyak diam. Satu bulan
fisik maupun seksual. sebelum pasien dirawat, klien
Pada pemeriksaan fisik mengatakan dirinya merasa
tanda-tanda vital pasien malu dengan kondisi rumahnya
didapatkan TD : 120/80 mmHg, yang jelek. Tn. M tidak bekerja
Nadi : 90 x/menit, Suhu : 36°C, karena tidak pernah diterima.
Pernapasan : 20 x/menit dengan Klien mengatakan beragama
berat badan 55 Kg dan tinggi Islam dan menjalankan ibadah
badan 160 cm. Klien tidak sholat 5 waktu dengan baik.
merasakan keluhan secara fisik. Saat dirumah sakit, klien tetap
Klien merupakan anak pertama mendirikan sholat.
dari 3 bersaudara. Klien tinggal Saat dikaji, klien
serumah dengan ayah dan berpenampilan rapi dan bersih.
ibunya juga kedua adik Kuku pendek dan tidak hitam,
perempuannya. Ibu klien sudah rambut tidak kotor. Ketika
meninggal dunia. Klien diberi pertanyaan klien tampak
mengatakan senang dengan menunduk tidak menatap lawan
tubuhnya yang gagah dan Klien berbicara, tidak mampu
belum menikah. Tn. M memulai pembicaraan. Klien
mengatakan mengatakan juga tampak lesu dan tidak
dirinya tidak berguna, tidak bisa bersemangat. Klien mengatakan
berbuat apa-apa, apalagi dirinya tidak berguna, tidak bisa
menghasilkan sesuatu dan berbuat apa-apa, apalagi

6
menghasilkan sesuatu sehingga menunduk. Nn. D pernah
ia tidak bisa membantu mengalami gangguan jiwa
keluarga. Klien juga merasa sekitar 6 tahun yang lalu
sedih saat dibawa ke RSJ. tepatnya pada tahun 2014 saat
Ekspresi wajah klien datar dan itu usianya masih 18 tahun.
tumpul. Saat diajak berinteraksi, Perilaku Nn. D berubah
klien tampak melamun dan semenjak ibunya meninggal
tidak menatap lawan berbicara. dunia dan ia sering mendapat
Keadaan klien sadar seutuhnya perlakuan bullying dari teman-
bahwa sekarang ia sedang temannya sewaktu masih
berada di rumah sakit. Klien sekolah. Pengobatan Nn. D
mampu mengingat memori sebelumnya kurang berhasil
masa lalunya dan ingatan yang sehingga penyakit klien kambuh
ia lakukan kemarin. Klien tidak lagi. tidak ada angggota
mampu berkonsentrasi namun keluarga yang mengalami
mampu berhitung sederhana gangguan jiwa seperti klien.
dan mampu menjawab Pada pemeriksaan fisik
pertanyaan dari perawat. Klien tanda-tanda vital pasien
mampu menilai mana yang didapatkan TD : 110/80 mmHg,
lebih diutamakan antara mandi Nadi : 87 x/menit, Suhu : 37°C,
dan makan. Pernapasan : 22 x/menit dengan
berat badan 50 Kg dan tinggi
c. Kasus Nn. D badan 158 cm. Klien tidak
Hasil pengkajian didapatkan merasakan ada keluhan secara
bahwa Nn. D berusia 23 tahun fisik. Klien merupakan anak
dirawat di RSJ EB pada tanggal satu-satunya dan saat ini ia
23 Maret 2020 di ruang Asoka tingal bersama bibinya. Nn. D
karena membanting barang, mengatakan ia menyukai
memukul anak tetangga, sering anggota tubuhnya dan merasa
menyendiri didalam rumah, bersyukur tidak ada kecacatan
tidak mau keluar rumah jika sedikitpun. Klien juga
tidak ditemani oleh mengatakan bahwa saat ini
keluarganya, malu jika bertemu dirinya bekerja sebagai penjaga
dengan orang lain dan sering toko di warung bibinya. Klien

7
merasa dirinya hancur, sia-sia mengatakan sedih saat dibawa
hidup, tidak ada yang kerumah sakit lagi. Ekspresi
menyayangi dan melindunginya wajah klien labil. Saat
lagi. Nn. D ingin cepat pulang berdiskusi, klien selalu
dan penyakitnya sembuh dan menunduk dan kontak mata
tidak kambuh lagi. Bagi klien, kurang. Klien dalam keadaan
ibunya adalah orang yang paling sadar seutuhnya dan masih
dekat dan berarti di hidupnya. mengingat jelas pengalaman
Klien jarang berkumpul dengan yang tidak menyenangkan di
masyarakat sekitar karena malu masa lalu. Klien juga mampu
bertemu dengan lain dan tidak mengingat kegiatan kemarin.
mau keluar rumah jika tidak Klien juga mampu menghitung
ditemani oleh keluarganya. Ia tempat tidur yang ada diruangan
juga sering menyendiri di dalam secara urut dan klien juga
rumah. Nn. D mengatakan mampu menilai mana kegiatan
bahwa sebelum dan setelah yang lebih dulu dilakukan.
masuk rumah sakit ia beragama
Islam. Klien juga mengatakan 2. Gambaran Hasil Diagnosa
mengetahui bahwa sholat 5 Secara umum pengkajian yang
waktu adalah sebuah kewajiban dilakukan pada ketiga pasien dapat
yang harus dilakukan oleh umat dilihat dari permasalahannya
Islam, namun selama di rumah menunjukkan bahwa 3 pasien
sakit klien jarang sekali mempunyai masalah harga diri
mendirikan ibadah sholat. rendah.
Saat dikaji, penampilan Diagnosa Tn. Tn. Nn.
klien terlihat rapi dan bersih. keperawatan F M D
Klien menjawab pertanyaan Harga diri √ √ √
dengan lambat dan seperlunya rendah
saja. klien juga tampak lesu dan Isolasi sosial √ √ √
sering menunduk. Klien merasa Halusinasi √ √ √
putus asa dan merasa hancur, Risiko √ √ √
sia-sia hidup, tidak ada orang perilaku
yang menyayangi dan kekerasan
melindunginya lagi. Klien

8
Koping √ √ √ mengenai aspek positif yang
individu tidak dimiliki klien dan kemampuan yang
efektif dimiliki, memberikan pujian yang
Defisit √ realistis. SP 3 : Mendiskusikan
perawatan bersama klien tentang kemampuan
diri yang dapat dilaksanakan,
Distress √ mendiskusikan kemampuan yang
spiritual dapat dilanjutkan pelaksanaannya,
meningkatkan aktivitas fisik sesuai
kemampuan klien, memotivasi dan
3. Gambaran Hasil Intervensi dan
mengikutsertakan klien untuk
Implementasi Keperawatan
mengikuti terapi rehabilitasi (CBT).
Implementasi keperawatan
SP 4 : Merencanakan bersama klien
yang diberikan berdasarkan
mengenai aktivitas yang dapat
masalah utama (core problem)
dilakukan setiap hari sesuai
harga diri rendah pada Tn. F, Tn. M
kemampuan klien baik secara
dan Nn. D sehingga gambaran
mandiri atau dengan bantuan,
implementasi diambil berdasarkan
meningkatkan kegiatan sesuai
penyelesaian masalah keperawatan
dengan kondisi klien, memberikan
harga diri rendah, yaitu SP 1 :
contoh cara pelaksanaan kegiatan
Membina hubungan saling percaya
yang dapat dilakukan. SP 5 :
dengan menggunakan prinsip
Memberikan kesempatan kepada
komunikasi terapeutik, memberikan
klien untuk mencoba kegiatan yang
kesempatan kepada klien utnk
telah direncanakan, memantau
mengungkapkan perasaan tentang
kegiatan yang dilaksanakan klien,
penyakit yang diderita,
memberikan pujian yang telah
menyediakan waktu untuk
dilakukan klien. SP 6 :
mendengarkan klien, mengatakan
Mendiskusikan bersama keluarga
kepada klien bahwa ia adalah
mengenai gejala harga diri rendah,
seseorang yang berharga dan
cara merawat klien dengan harga
bertanggung jawab serta mampu
diri rendah, lingkungan keluarga
mendorong dirinya sendiri. SP 2 :
dan masyarakat, membantu
Membina hubungan saling percaya,
keluarga memberikan dukungan
mendiskusikan bersama klien
selama pasien dirawat, memberikan

9
pendidikan kesehatan pada keluarga saja mengikuti rehabilitasi bertani
dengan pasien harga diri rendah, dan senang bisa memiliki kegiatan.
menganjurkan keluarga Data objektif yang didapatkan klien
melaksanakan kegiatan dengan terlihat senang saat mendiskusikan
bantuan perawat. kemampuan positif yang dimiliki,
klien mau duduk berdampingan,
4. Gambaran Hasil Evaluasi klien mampu mengindentifikasi
Implementasi SP 1 diagnosa kemampuan yang telah
keperawatan harga diri rendah dilaksanakan. Hasil yang didapat,
dilaksanakan selama 1 hari yaitu perawat mampu memberikan SP 2
pada tanggal 15 Agustus 2019 jam kepada pasien dan klien mampu
09.00-09.30 WIB. Evaluasi yang mengevaluasi SP 1. Rencana
didapatkan dengan data subjektif, selanjutnya yang berikan adalah SP
Klien mengatakan namanya, Klien 3.
mengatakan setuju dengan kontrak Implementasi SP 3 yang
interaksi yang telah disepakati diberikan pada tanggal 17 Agustus
bersama, Klien mengatakan yakin 2019 jam 09.00-09.30 WIB. Hasil
dengan perawat. Data objektif yang yang didapatkan yaitu data subjektif
didapatkan yaitu klien terlihat klien dapat menjawab salam dari
nyaman dengan lingkungan, kontak perawat, klien mengatakan bahwa
mata kurang dan klien terlihat sibuk kabarnya baik hari ini, klien
dengan hal yang di butuhkan. Pada mengatakan senang mengikuti
hari pertama klien mampu kegiatan aktivitas kelompok karena
melakukan SP 1, maka rencana bisa beraktivitas diluar. Data
selanjutnya yang berikan adalah SP objektif yang didapatkan klien
2. terlihat antusias saat mengikuti
Implementasi SP 2 yang terapi CBT. Hasil yang didapat,
diberikan pada tanggal 16 Agustus perawat mampu memberikan SP 3
2019 jam 09.00-09.30 WIB. Hasil dan klien mampu mengevaluasi SP
yang didapatkan yaitu data 2. Rencana selanjutnya adalah SP 4.
subjektif, klien dapat menjawab Implementasi SP 4 yang
salam dari perawat, klien diberikan pada tanggal 18 Agustus
mengatakan bahwa kabarnya baik 2019 jam 09.00-09.30 WIB. Hasil
hari ini, klien juga mengatakan baru yang didapatkan yaitu data subjektif

10
klien dapat menjawab salam dari mengindentifikasi kemampuannya.
perawat, klien mengatakan bahwa Hasil yang didapat, perawat mampu
kabarnya baik hari ini, klien menberikan SP 5 dan klien mampu
mengatakan akan bersosialisasi mengevaluasi SP 4. Rencana
dengan orang lain apabila ia sudah selanjutnya adalah
keluar dari rumah sakit, klien akan Implementasi SP 6 yang
mengikuti kegiatan kelompok diberikan pada tanggal 20 Agustus
seperti gotong royong di sekitar 2019 jam 09.00-09.30 WIB. Hasil
rumahnya, klien mengatakan akan yang didapatkan yaitu data subjektif
melakukan terapi yang sudah keluarga mengatakan akan
diajarkan di rumah sakit. Data mengajak klien bersosialisasi
objektif yang didapatkan klien dengan tetangga sekitar, akan
tampak antusias, kooperatif dan mengajak klien untuk beribadah
mampu mengindentifikasi sholat, akan rajin mengingatkan
kemampuannya. Hasil yang klien minum obat dan kontrol rutin,
didapat, perawat mampu keluarga juga mengatakan akan
memberikan SP 4 dan klien mampu rajin mendukung kegiatan positif
mengevaluasi SP 3. Rencana klien. Data Objektif yang
selanjutnya adalah SP 5. didapatkan keluarga kooperatif dan
Implementasi SP 5 yang kontak mata cukup. Perawat mampu
diberikan pada tanggal 19 Agustus melakukan peran edukasi kepada
2019 jam 09.00-09.30 WIB. Hasil keluarga klien dan keluarga paham
yang didapatkan yaitu data subjektif dengan penjelasan yang diberikan
klien dapat menjawab salam dari oleh perawat. Intervensi dihentikan.
perawat, klien mengatakan bahwa
kabarnya baik hari ini, klien
PEMBAHASAN
mengatakan akan giat beraktivitas
baik di rumah sakit dan Perawat memberikan asuhan

dirumah,selama dirumah klien keperawatan di rumah sakit pada Tn. F (37

sedikit membantu pekerjaan rumah tahun) dengan harga diri rendah di ruang

seperti menyapu, mengepel, Mawar, Tn. M (29 tahun) dengan harga diri

mencuci pakaian dan lain-lain. Data rendah di ruang Kenanga dan Nn. D (23

objektif klien klien tampak antusias, tahun) dengan harga diri rendah Asoka

kooperatif dan mampu menggunakan proses keperawatan jiwa.

11
Proses perawatan kesehatan jiwa dimulai aspek psikososial, status mental, kebutuhan
dengan pengkajian (termasuk analisis data persiapan pulang, mekanisme koping,
dan pengembangan pohon masalah), masalah keperawatan dan lingkungan,
pembuatan diagnosis, kriteria hasil, pengetahuan dan aspek medis. Jenis data
perencanaan dan evaluasi (Yusuf, 2015). pengkajian yang diperoleh dapat berupa
data primer jika diperoleh langsung dari
Pengkajian merupakan tahap awal
perawat dan data sekunder jika diperoleh
dan merupakan landasan terpenting dari
hasil penilaian perawat lain atau catatan tim
proses keperawatan. Tahap pengkajian
kesehatan lainnya (Yusuf, 2015).
terdiri dari pengumpulan data dan
merumuskan kebutuhan atau masalah klien. Harga diri rendah adalah evaluasi
data yang dikumpulkan meliputi data diri yang negatif, dapat berupa mengkritik
biologis, psikologis, sosial dan spiritual diri sendiri. Dimana seseorang tersebut
(Azizah L. M., 2016). Menurut Stuart & memiliki fikiran negatif dan percaya bahwa
Larai (2001; dikutip oleh Azizah, 2016) mereka ditakdirkan untuk gagal
data pengkajian pada kesehatan jiwa dapat (Windarwati, 2016). Sedangkan menurut
dikelompokkan menjadi faktor prediposisi, Azizah, Zainuri & Akbar (2016), harga diri
faktor prepitasi, penilaian terhadap stressor, rendah merupakan penilaian individu
sumber koping, dan kemampuan yang tentang nilai personal yang diperoleh
dimiliki klien adalah semua aspek yang dengan menganalisa seberapa baik perilaku
perlu digali selama proses pengkajian. seseorang sesuai dengan ideal diri. Menurut
Secara terstruktur pengkajian kesehatan Carpenito dikutip oleh (Azizah L. M.,
jiwa meliputi identitas pasien, keluhan 2016) faktor yang mempengaruhi harga diri
utama/alasan masuk, faktor prediposisi, rendah pada pasien salah satunya adalah
aspek fisik/biologis, aspek psikososial, lingkungan cenderung mengucilkan dan
status mental, kebutuhan persiapan pulang, menuntut lebih dari kemampuannya,
mekanisme koping, masalah psikososial contohnya seperti pada masa kecil sering
dan lingkungan, pengetahuan dan aspek disalahkan dan jarang diberi pujian atas
medis. Data pengkajian yang terkumpul pencapaiannya. Kemudian pada masa
dari Tn. F, Tn. M dan Nn. D sesuai dengan remaja, seringkali keberadaannya kurang
teori tersebut meliputi identitas klien, dihargai dan tidak diberi kesempatan serta
identitas penanggung jawab, alasan masuk tidak diterima. Menjelang dewasa awal,
(data pada saat masuk RS dan data pada saat sering gagal di sekolah, pekerjaan dan juga
dikaji), faktor prediposisi, aspek fisik, pergaulan.

12
Menurut SDKI (2017) tanda dan Pohon masalah akan membantu dan
gejala harga diri rendah yaitu menilai diri mempermudah kita dalam menegakkan
negatif (mis. Tidak berguna, tidak diagnosa keperawatan. Menurut buku
tertolong), merasa malu/bersalah, melebih Materi Pembelajaran Keperawatan Jiwa
– lebihkan penilaian negatif tentang diri menjelaskan bahwa yang menjadi
sendiri, menolak penilaian positif tentang penyebab adalah koping individu tidak
diri sendiri, berbicara pelan dan lirih, Sulit efektif dan/atau koping keluarga tidak
berkonsentrasi, menolak berinteraksi efektif, yang menjadi masalah utama adalah
dengan orang lain, berjalan menunduk, harga diri rendah, dan akibatnya adalah
postur tubuh menunduk, kontak mata isolasi sosial, halusinasi, resiko perilaku
kurang, lesu dan tidak bergairah, pasif, dan kekerasan (Mahardhika, 2018). Namun,
tidak mampu membuat keputusan. Tanda klien dengan harga diri rendah dapat
dan gejala tersebut terdapat pada ketiga mengalami masalah keperawatan lainnya
kasus diatas, pada Tn. F didapatkan data seperti distress spiritual dan defisit
objektifnya berupa klien berbicara dengan perawatan diri. Hal ini sesuai dengan
lambat, tidak bergairah, sering menunduk masalah keperawatan yang terjadi dengan
dan mengalihkan pandangan kearah lain. Tn. F, Tn. M, dan Nn. D.
Sementara data subjektifnya didapatkan
Rencana tindakan keperawatan
klien malu berinteraksi dengan orang lain.
yang diberikan yaitu berupa strategi
Pada Tn. M didapatkan data objektif berupa
pelaksanaan dan terapi modalitas
kontak mata kurang, sedih, pasif.
keperawatan. Strategi pelaksanaan adalah
Sementara data subjektifnya, klien
penerapan standar asuhan keperawatan
mengatakan malu dengan kondisi rumah
yang diterapkan pada klien yang bertujuan
yang jelek, merasa tidak berguna, merasa
untuk mengurangi masalah keperawatan
tidak bisa berbuat apa-apa dan
jiwa yang ditangani. Strategi pelaksanaan
menghasilkan sesuatu. Pada Nn. D
(Fajariyah, 2012) yang dikutip oleh
didapatkan data objektif berupa kontak
Mahardika & Widianto (2018) meliputi
mata kurang, lesu, sering menunduk dan
strategi pelaksanaan pertama yaitu
pasif. Sementara data subjektifnya, klien
membina hubungan saling percaya dengan
merasa malu bertemu orang lain dan klien
menggunakan prinsip komunikasi
mengatakan hidupnya sia-sia. Setelah
terapeutik, memberikan kesempatan
membuat daftar masalah keperawatan jiwa
kepada klien utnk mengungkapkan
sesuai dengan pengkajian, langkah
perasaan tentang penyakit yang diderita,
selanjutnya yaitu membuat pohon masalah.

13
menyediakan waktu untuk mendengarkan Strategi pelaksanaan keenam yaitu
klien, mengatakan kepada klien bahwa ia mendiskusikan bersama keluarga mengenai
adalah seseorang yang berharga dan gejala harga diri rendah, cara merawat klien
bertanggung jawab serta mampu dengan harga diri rendah, lingkungan
mendorong dirinya sendiri. keluarga dan masyarakat, membantu
keluarga memberikan dukungan selama
Strategi pelaksanaan kedua yaitu
pasien dirawat, memberikan pendisikan
membina hubungan saling percaya,
kesehatan pada keluarga dengan pasien
mendiskusikan bersama klien mengenai
harga diri rendah, menganjurkan keluarga
aspek positif yang dimiliki klien dan
melaksanakan kegiatan dengan bantuan
kemampuan yang dimiliki, memberikan
perawat. (Fajariyah, 2012; Mahardika &
pujian yang realistis. Strategi pelaksanaan
Widianto, 2018).
ketiga yaitu mendiskusikan bersama klien
tentang kemampuan yang dapat Implementasi keperawatan yang
dilaksanakan, mendiskusikan kemampuan dapat disesuaikan dengan rencana tindakan
yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya, keperawatan. Sebelum melaksanakan
meningkatkan aktivitas fisik sesuai tindakan yang sudah direncanakan, perawat
kemampuan klien, memotivasi dan perlu memvalidasi dengan singkat, apakah
mengikutsertakan klien untuk menerapkan rencana tindakan masih sesuai dengan
latihan Cognitive Behavior Therapy/CBT. kondisinya (here and now). Setelah semua
tindakan tidak adahambatan maka
Strategi keempat yaitu
keperawatan boleh dilaksanakan yang telah
merencanakan bersama klien mengenai
dilaksanakan beserta respon pasien
aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
didokumentasikan. Pada situasi nyata
sesuai kemampuan klien baik secara
implementasi sering kali jauh berbeda
mandiri atau dengan bantuan,
dengan rencana (Pardede, Keliat, & Yulia,
meningkatkan kegiatan sesuai dengan
2015; dikutip oleh Rokhimma & Rahayu,
kondisi klien, memberikan contoh cara
2020).
pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan.
Strategi pelaksanaan kelima yaitu Evaluasi adalah kelanjutan dari
memberikan kesempatan kepada klien proses yang dinilai berefek pada tindakan
untuk mencoba kegiatan yang telah keperawatan untuk pasien (Direja, 2011).
direncanakan, memantau kegiatan yang Evaluasi keperawatan terhadap strategi
dilaksanakan klien, memberikan pujian pelaksanaan pada klien dengan harga diri
yang telah dilakukan klien. rendah yang tercapai pada Tn. F, Tn. M dan

14
Nn. D yaitu strategi pelaksanaan pertama, Behaviour Therapy/CBT) terbukti efektif
kedua, ketiga, keempat dan kelima. Dan dalam meningkatkan harga diri rendah pada
untuk latihan Cognitive Behavior Therapy usia dewasa muda.
melalui 5 sesi yaitu pengkajian, terapi
Cognitive Behaviour Therapy
kognitif, terapi perilaku, terapi kognitif dan
adalah sebuah pendekatan psikoterapi yang
perilaku, dan kemampuan mengubah
bertujuan untuk memecahkan masalah
pikiran negatif serta perilaku maladaptif
mengenai distorsi kognitif, disfungsional
untuk mencegah kekambuhan. Pada ketiga
emosi dan perilaku maladaptif melalui
kasus diatas maka dapat dilaksanakan
adaptasi tujuan dan proses sistematis.
kelima sesi strategi pelaksanaan tersebut.
Dengan kata lain Cognitive Behaviour
Therapy ini merupakan konseling yang
dilakukan untuk meningkatkan dan
IMPLIKASI KEPERAWATAN
merawat kesehatan mental. Cognitive
Harga diri rendah menggambarkan Behaviour Therapy ini bertujuan
perasaan negatif terhadap diri sendiri, memodifikasi fungsi berpikir, perasaan,
hilang kepercayaan, dan merasa gagal tindakan dengan menekankan peran otak
untuk mencapai keinginannya (Muhith, dalam menganalisa, memutuskan, bertanya,
2016). Dengan gangguan harga diri rendah berbuat, dan memutuskan kembali. Dengan
seseorang akan menghadapi suasana hati mengubah status kognitif dan perasaan,
dan ingatan tentang masa lalu yang negatif diharapkan klien dapat mengubah perilaku
dan lebih rentan mengalami depresi ketika negatifnya menjadi perilaku yang positif.
menghadapi stress karena pola pikir yang Sehingga individu tersebut memiliki
buruk mengenai dirinya, tujuan hidup yang kemampuan untuk bereaksi secara adaptif
tidak jelas, dan masa depan yang lebih dalam menghadapi masalah atau situasi
pesimis. Semakin rendah harga diri sulit dalam setiap fase hidupnya (Maryatun
seseorang maka lebih berisiko terkena S. , 2021).
gangguan kepribadian (Febriana, 2016).
Terapi CBT ini memiliki 5 sesi yang
Tindakan keperawatan baik dilaksanakan secara individu dalam waktu
tindakan ners maupun ners spesialis telah kurang lebih 30 menit. Pada sesi pertama
banyak dilakukan untuk mengatasi masalah yaitu pengkajian, sesi kedua yaitu terapi
harga diri rendah. Pada penelitian yang kognitif, sesi ketiga yaitu terapi perilaku,
dilakukan oleh Sarandria & Hartono sesi keempat yaitu kolaborasi antara terapi
(2012), terapi kognitif perilaku (Cognitive kognitif dan terapi perilaku, dan sesi kelima

15
yaitu kemampuan mengubah pikiran untuk mengatasi pikiran otomatis
negatif dan perilaku maladaptif untuk negatif.
mencegah kekambuhan. Ketiga kasus klien h. Melatih pikiran positif sebagai cara
diatas, dapat melaksanakan kelima sesi untuk mengatasi pikiran otomatis
terapi ini. negatif.
i. Memberikan pujian atas
Dikutip dari Maryatun (2021),
kemampuan, semangat serta
terapi CBT dibagi menajdi 5 sesi sebagai
komitmen klien.
berikut.

Sesi I. Pengkajian
Sesi II. Terapi Kognitif
a. Mendiskusikan tentang pikiran
a. Mengevaluasi kemampuan dan
otomatis negatif tentang dirinya
hambatan klien dalam membuat
sendiri setelah mengalami kejadian
catatan harian di rumah.
traumatis.
b. Mendiskusikan dengan klien untuk
b. Mendiskusikan perasaan dan
memilih satu pikiran otomatis
perilaku negatif yang muncul akibat
negatif kedua yang ingin
pikiran otomatis negatif setelah
diselesaikan saat ini.
mengalami kejadian traumatis.
c. Mendiskusikan cara melawan
c. Meminta klien untk mencatat
pikiran otomatis negatif yang kedua
pikiran, perasaan dan perilaku
dengan cara yang sama seperti
negatif kedalam buku kerja klien.
dalam melawan pikiran otomatis
d. Memberikan reinforcement
negatif yang pertama, yaitu dengan
positif/pujian.
memberi tanggapan positif (aspek
e. Membantu klien untuk memilih satu
positif yang dimiliki klien) dan
pikiran otomatis negatif yang paling
meminta klien mencatatnya dalam
mengganggu klien dan ingin
lembar kerja melawan pikiran
diselesaikan saat ini juga.
otomatis negatif.
f. Mendiskusikan pikiran positif dari
d. Melatih kembali klien untuk
kemampuan/keterampilan yang
menggunakan aspek positif klien
dimiliki klien untuk mengatasi
dalam melawan pikiran otomatis
pikiran otomatis negatif.
negatif yang kedua dengan cara
g. Meminta klien untuk menuliskan
yang sama seperti sesi pertama.
pikiran positif sebanyak-banyaknya

16
e. Menanyakan tindakan klien yang f. Membantu klien mempraktekkan
direncanakan untuk mengatasi perilaku baru yang sudah
pikiran otomatis negatif keduanya disepakati.
tersebut. g. Menyakinkan klien mengenai
f. Memotivasi klien berlatih untuk komitmen dalam menerapkan
pikiran otomatis yang lain. konsekuensi positif dan negatif
g. Memberikan pujian terhadap terhadap perilaku baru yang telah
keberhasilan klien. dipelajari.
h. Memberikan reinforcement positif
terhadap keberhasilan klien.
Sesi IV. Terapi Kognitif-Perilaku

a. Menanyakan perilaku mana yang


Sesi III. Terapi Perilaku
akan dipraktekkan sebagai contoh.
a. Mendiskusikan dengan klien b. Memberikan konsekuensi sesuai
perilaku negatif yang muncul dari dengan hasil perilaku yang
pikiran otomatis negatif setelah dicontohkan.
mengalami kejadian traumatis dan c. Memberikan dukungan dan
yang sudah dituliskan pada buku semangat pada kemajuan yang
harian klien pada sesi 1. dicapai klien.
b. Mendiskusikan dengan klien d. Memberikan feedback atas
tentang perilaku negatif yang mau kemajuan dan perkembangan terapi.
dirubah. e. Mengingatkan klien untuk
c. Membantu klien mengindentifikasi menerapkan terapi secara konsisten
perlaku positif yang dimilikinya. dengan terapi menggunakan metode
d. Menjelaskan tentang cara 3 kolom dalam mengatasi pikiran
mengubah satu perilaku negatif dan negatif dan mempratekkan perilaku
menggantinya dengan perilaku baru yang adaptif.
yang baru (cara berkomunikasi dan f. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan
berinteraksi sosial yang benar). tingkah laku dengan konsekuensi-
e. Menjelaskan kepada klien tentang konsekuensi yang telah disepakati.
konsekuensi positif dan negatif
terhadap perilaku yang dipelajari.

17
Sesi V. Kemampuan Mengubah Pikiran KESIMPULAN
Negatif dan Perilaku Maladaptif untuk
1. Berdasarkan hasil pengkajian, dapat
Mencegah Kekambuhan
disimpulkan bahwa permasalahan
a. Menganjurkan klien untuk tetap yang paling tampak dari ketiga
meningkatkan kemampuan untuk kasus dengan harga diri rendah
menggunakan pikiran dan perilaku adalah klien merasa malu/bersalah,
positif tentang dirinya yang telah merasa tidak berguna, melebih –
disepakati. lebihkan penilaian negatif tentang
b. Memberikan konsekuensi positif diri sendiri, menolak penilaian
terhadap pikiran positif dan perilaku positif tentang diri sendiri, berbicara
adaptif. pelan dan lirih, lesu, menolak
c. Mendiskusikan apa yang akan berinteraksi dengan orang lain,
dilakukan klien sendiri. sering menunduk, dan kontak mata
d. Menganjurkan klien untuk mencatat kurang.
kegiatan yang akan dilakukan 2. Berdasarkan hasil pengkajian yang
sendiri. telah dilakukan, didapatkan
e. Menjelaskan pada klien mengenai beberapa diagnosa keperawatan
pentingnya terapi lain seperti pada ketiga kasus tersebut adalah
psikofarmaka dan terapi modalitas koping individu tidak efektif, harga
lainnya untuk membantu mencegah diri rendah, isolasi sosial,
kekambuhan apabila mengalami halusinasi, resiko perilaku
kejadian traumatis yang akan kekerasan.
datang. 3. Berdasarkan masalah – masalah
f. Menyepakati dengan klien untuk tersebut, maka disusunlah pohon
mempertahankan pikiran positif dan masalah yaitu pada Tn. F dan Tn. M
perilaku adaptif secara mandiri dan koping individu tidak efektif
berkesinambungan. sebagai penyebab (causa), harga
g. Memotivasi klien secara aktif diri rendah sebagai diagnosa utama
membentuk pikiran positif dan (core problem), dan isolasi sosial
perilaku adaptif dalam setiap dan halusinasi sebagai akibat
masalah yang dihadapi. (effect). Sedangkan pada Nn. D
koping individu tidak efektif
sebagai penyebab (causa), harga

18
diri rendah sebagai diagnosa utama 5. Evaluasi dari tindakan keperawatan
(core problem), dan isolasi sosial, pada ketiga kasus yaitu
halusinasi dan resiko perilaku menggunakan metode SOAP. Hasil
kekerasan sebagai akibat (effect). evaluasi diagnosa harga diri rendah
4. Intervensi dan implementasi yang penulis temukan yaitu klien
keperawatan yang dilakukan oleh mampu membina hubungan saling
penulis, sudah sesuai dengan percaya, klien mampu
perencanaan tindakan keperawatan mengindentifikasi kemampuan
berupa strategi pelaksanaan yaitu positif, klien mampu menerapkan
pada SP : 1 membina hubungan kemampuan yang ia miliki.
saling percaya dengan pasien dan
memberikan kesempatan pada klien
untuk mengungkapkan perasaannya DAFTAR PUSTAKA

mengenai penyakit yang 14, P. M. (2017, November 8). Tentang


dideritanya serta memberikan Penanggulangan Pemasungan
reinforcement, SP 2 : Pada Orang Dengan Gangguan
mendiskusikan aspek positif dan Jiwa. diakses pada 21 September
kemampuan yang masih dimiliki 2021 di
pasien, SP 3 : mendiskusikan https://www.persi.or.id/images/reg
bersama klien mengenai ulasi/permenkes/pmk542017.pdf.
kemampuan yang dapat dilakukan
Azizah, L. M. (2016). Dalam Buku Ajar
serta membantu klien melatih terapi
Keperawatan Kesehatan Jiwa :
perilaku kognitifnya, SP 4 :
Teori dan Aplikasi Praktik Klinik
merencanakan bersama klien
(hal. 227). Yogyakarta: Indomedia
mengenai aktivitas yang dapat
Pustaka.
dilakukan ketika berada di rumah
sakit dan rumah, SP 5 : memberikan Azizah, L. M. (2016). Buku Ajar
kesempatan kepada klien untuk Keperawatan Kesehatan Jiwa :
mencoba kegiatan yang telah Teori dan Aplikasi Praktik Klinik.
didiskusikan dan direncanakan Yogyakarta: Indonesia Pustaka.
sebelumnya, dan SP 6 : keluarga
Battyany, A. (2016). Logotherapy and
mampu merawat, memberikan
existential analysis : Proceedings of
dukungan dan pendidikan pada
pasien dengan harga diri rendah.

19
the viktor frankl instituate vienna. Keliat, B. A. (2019). Harga Diri Rendah
Austria: Springter. Kronis. Asuhan Keperawatan Jiwa,
pp 171-172.
Direja, A. H. (2011). Dalam Buku Ajar
Asuhan Keperawatan Jiwa. Kemenkes, R. (2019). Riset Kesehatan
Yogyakarta: Nuha Medika. Dasar, RISKESDAS. Kemenkes RI.
https://databoks.katadata.co.id/dat
Erita, H. S. (2019). Materi Pembelajaran
apublish/2019/10/08/persebaran-
Keperawatan Jiwa. Jakarta:
prevalensi-skizofreniapsikosis-di-
BPP.UKI :ES-031-KEPJIWA-PK-
indonesia.
V-2019.
Lilik Ma'rifatul Azizah, Imam Zainuri, &
Febriana, B. d. (2016). Pengaruh Terapi
Amar Akbar. (2016). BUKU AJAR
Kognitif Terhadap Harga Diri
KEPERAWATAN KESEHATAN
Remaja Korban Bullying. Jurnal
JIWA : Teori dan Aplikasi Praktik
Ilmu Keperawatan, Vol. 4, No. 1
Klinik. Yogyakarta: Indomedia
(2016).
Pustaka.
Hawari, D. (2009). Dalam Psikometri alat
Lisyance. (2018, November 29). Terapi
ukur (skala) kesehatan jiwa. Jakarta
Keperawatan dalam Meningkatkan
: Fakultas Kedokteran Universitas
Harga Diri Rendah Pada Pasien
Indonesia.
Dengan Harga Diri Rendah. RS
Hermawan, D. (2016). Pengaruh TAK Jiwa Daerah Provinsi Bangka
Stimulasi Perepsi; Bercerita Belitung.
tentang pengalaman positif yang
Mahardhika, P. &. (2018). Buku Prosedur
dimiliki terhadap harga diri rendah
Keterampilan Dasar Praktik
di RSJD Dr. Amino Gondohutomo.
Demonstrasi di Kelas: Modul
Keliat, B. (2016). Dalam Proses Praktikum Keperawatan Jiwa .
Keperawatan Kesehatan Jiwa: Lumajang: KSU Mulia Husada.
Edisi 2 (hal. 63). Jakarta:
Maryatun, S. &. (2017). Pengaruh
EGC:2006.
Cognitive Behaviour Therapy
Keliat, B. A. (2016). Keperawatan Jiwa : (CBT) terhadap perubahan harga
Terapi Aktivitas Kelompok . diri pasien perilaku kekerasan
Jakarta: EGC. dengan aplikasi. In Proceeding
Seminar nasional Keperawatan

20
Vol. 4 No. (1) (hal. 193-198). PPNI, T. P. (2016). Definisi dan Indikator
Palembang: Diagnostik. Dalam Standar
http://www.conference.unsri.ac.id/i Diagnosis Keperawatan Indonesia
ndex.php/SNK/article/view/1213. (1st ed., hal. 192-193). DPP PPNI.

Maryatun, S. (2021). Terapi Modalitas RI, P. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan


Keperawatan Jiwa : Berdasarkan Republik Indonesia. Dalam N. 14,
Pendekatan Kognitif. Palembang: Tentang Penanggulangan
Noer Fikri. PEmasungan Orang Dengan
Gangguan Jiwa.
Muhith, A. d. (2016). Pendidikan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Rokhimmah, A. H. (2020). Penurunan
CV Andi Offset. Harga Diri Rendah dengan
Menggunakan Penerapan Terapi
Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar
Okupasi (berkebun) . Ners Muda,
Keperawatan Jiwa. Pusdik SDM
18.
Kesehatan.
Sutinah. (2017). Dalam Pengaruh
Pardede, J. A. (2015). Kepatuhan dan
Penerapan Strategi Pelaksanaan
Komitmen Klien Skizofrenia
Harga Diri Rendah Terhadap
Meningkat Setelah Diberikan
Harga Diri Klien Skizofrenia (hal.
Acceptance And Commitment
01(36132), 0-5).
Therapy dan Pendidikan Kesehatan
Kepatuhan Minum Obat . Jurnal Tuanikal, H. S. (Oktober, 2019). Upaya
Keperawatan Indonesia, 18 (3), Peningkatan Harga Diri Rendah
157-166. Dengan Terapi Aktivitas Kelompok
(Stimulasi Persepsi) di Ruang Sub
PPNI. (2016). Standar Diagnosa
Akut Laki RSKD Provinsi Maluku.
Keperawatan Indonesia : Definisi
Window Of Health : Jurnal
dan Indikato Diagnostik, ed. 1.
Kesehatan, Vol. 2 No. 4, 345-351.
Jakarta: DPP PPNI.
Umi. (2018).
PPNI. (2018). Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia : Definisi Widianti, E. &. (2017). Aplikasi Terapi
dan Tindakan Keperawatan, Edisi Spesialis Keperawatan Jiwa pada
1. Jakarta : DPP PPNI. PAsien Skizofrenia dengan HArga
Diri Rendah Kronis di RSMM Jawa

21
Barat. Jurnal Pendidikan
Keperawatan Indonesia, ;3(1): 83-
89.

Yosep, I. (2015). Keperawatan Jiwa


(cetakan 1 ed.). P. R. Aditama.

Yusuf, A. H. (2015). Buku Ajar


Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta Selatan: Salemba Medika.

22

Anda mungkin juga menyukai