Anda di halaman 1dari 115

ANALISIS KELAYAKAN USAHA KOPI BUBUK PUTI DABER

DI DESA PERADUN TEMERAS KECAMATAN MUARA SIAU KABUPATEN


MERANGIN

MALIK FAJAR
J1A217045

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
ANALISIS KELAYAKAN USAHA KOPI BUBUK PUTI DABER DI
DESA PERADUN TEMERAS KECAMATAN MUARA SIAU
KABUPATEN MERANGIN

MALIK FAJAR
J1A217045

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
di Program Studi Teknologi Industri PertanianFakultas Pertanian Universitas
Jambi

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Malik Fajar


NIM : J1A217045
Jurusan : Teknologi Industri Pertanian
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Kopi Bubuk Puti Daber Di Desa
Peradun Temeras Kecamatan Muara Siau Kabupaten
Merangin

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan karya asli penulis tersebut di atas dan belum pernah diajukan
atau tidak dalam proses pengajuan di manapun.
2. Sumber kepustakaan dan bantuan dari berbagai pihak yang diterima selama
penelitian dan penyusunan skripsi ini telah dicantumkan/dinyatakan pada bagian
yang relevan.
3. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar saya bersedia dituntut
sesuai hukum yang berlaku. ATAU Apabila di kemudian hari terbukti bahwa
skripsi ini telah diajukan atau dalam proses pengajuan oleh pihak lain dan/atau
terdapat plagiarisme di dalam skripsi ini, maka saya bersedia dituntut sesuai pasal
12 ayat 1 butir g Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.17 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi, yakni pembatalan
ijazah.

Jambi, 23 Maret 2022 Pembuat


Pernyataan,

Malik Fajar
J1A217045
EZSU laru1{ EZ : snlnT 1u38uu1
t00rE0886Iil80196i
il i...
,j
$1*r r
rgtuef se]
ueruel,red lSolou)i3l uesnln[ uruex
'tntletafiuaPq
E00z0I90tI0z
')IN t00ur0886itl80z96l
ls t\ B JC
t
-isdp45
11
Sur gurrqirre6 I lsd l"'{s urq{1ltqursd
'mlh1:riuc1,r,1
lS I,\ 'd'S'r.tu5 elurttla6 ,Lr-ruag : r:lo83uy tlniua4
3S'l4i "clJ'S '.{?rlnA apv : etuslil tin3us6
d'It 'dl_'s 'r,ll-ruDl{] 1r-13-i sLrelerlss
rs N 'lut.lllrs 'rl '.ru uu3x
: sulll urp,r3t iire,{ ltn8usd utif uedupzq
sn1n1 rrulele'\r"ttp irr:p tintp lul3l 'll'zgllZYIf
\p ZT,0Z larel4l gE iu88ut:t upuil
.releglrluylqalo..utiuulalluslecinq€XnulSEjlllly{t{t?lulllE3'1xse-tatueluflpBled
esoq lO -Iaqug Illid Inqng rcloy uqu.-3 rrulu{u1cy s^lstlulrv" lnptil ueiu'lp lsdr-r15
N \,'HYS33I{3d NVI\IV'I VH
RINGKASAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA KOPI BUBUK PUTI DABER DI DESA


PERADUN TEMERAS KECAMATAN MUARA SIAU KABUPATEN
MERANGIN Pembimbing : Dr. Ir. Sahrial, M.Si. Dan Fera Oktaria, S.TP.,
M.P.

Untuk keberlanjutan suatu usaha diperlukan pertimbangan-pertimbangan


tertentu, karena di dalam studi kelayakan terdapat berbagai aspek yang harus
dikaji dan diteliti kelayakannya sehingga hasil daripada studi tersebut digunakan
untuk memutuskan apakah sebaiknya proyek atau bisnis layak dikerjakan atau
ditunda atau bahkan dibatalkan.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kelayakan usaha Kopi Bubuk
Puti Daber dari aspek finansial dan aspek nonfinansial. Data penelitian diperoleh
dari data primer dan data sekunder. Metode penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode deskriptif dan kuantitatif.
Berdasarkan analisis aspek finansial didapatkan hasil bahwa usaha ini
layak unuk dijalankan, dengan nilai NPV sebesar Rp. 35.293.401. Nilai IRR
sebesar 77,73%. Nilai Net B/C sebesar 1,21. Berdasarkan kriteria pengembalian
investasi usaha (payback period), diperoleh masa pengembalian investasi usaha
2,2 tahun. BEP usaha berada pada saat usaha mengalami penerimaan sebesar Rp.
13.558.192. dengan harga jual per bungkus Rp. 3.289 dan produksi sebanyak
2.712 bungkus. Hasil analisis sensitivitas usaha terhadap perubahan komponen
penerimaan mencapai 27,3% dan penurunan jumlah produksi mencapai 27,3%,
serta tingkat toleransi penurunan harga mencapai 65,8%. Berdasarkan dari analisis
aspek non-fianansial yang terdiri dari aspek teknis, aspek hukum, aspek
lingkungan dan aspek pasar yang dilakukan menunjukkan bahwa usaha Kopi
bubuk Puti Daber layak dijalankan.

Kata Kunci : analisis kelayakan usaha, aspek non-finansial, aspek finansial


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 10 November 1998 di Desa


Peradun Temeras, Kecamatan Muara Siau, Kabupaten
Merangin, Provinsi Jambi dengan nama Malik Fajar. Penulis
merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara, dari pasangan
Bapak Abunudin dan Ibu Aisyah. Penulis memulai pendidikan
formal di SDN 56/VI Peradun Temeras pada tahun 2005-
2011. Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan Madrasah Tsanawiyah
Swasta Zuhratussa’adah (MTS) di Pasar Muara Siau sampai tahun 2014. Setelah
lulus penulis melanjutkan pendidikan kejenjang berikutnya di Sekolah Menengah
Atas Negeri (SMAN) 10 Merangin pada tahun 2014-2017. Pada tahun yang sama
penulis diterima menjadi mahasiswa di Strata satu (S1) di Universitas Jambi
dengan Program Studi Teknologi Industri Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian
melalui Seleksi Mandiri Masuk Perguruan Tinggi Negeri Barat (SMMPTN-
Barat).

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif mengikuti organisasi


kemahasiswaan sebagai anggota Divisi Agama dan Kerohanian Himpunan
Mahasiswa Teknologi Industri Pertanian periode 2017/2018. Selain itu penulis
juga menjadi Tutor Pendidikan Agama Islam (PAI) Dan Program Khatam Al-
Quran (PKQ) Mahasiswa Universitas Jambi (2018-2020). Penulis melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) Program Magang Merdeka dengan Skema
Wirausaha di Kabupaten. Pasaman pada bulan Juni-Desember 2020 dengan
laporan PKL berjudul “Usaha Kopi Bubuk Puti Daber” Pada hari , tanggal Maret
2022 penulis dinyatakan lulus ujian skripsi dengan judul “Analisis Kelayakan
Usaha Kopi Bubuk Puti Daber Di Desa Peradun Temeras Kecamatan Muara Siau
Kabupaten Merangin” di bawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Sahrial, M.Si. dan Ibu
Fera Oktaria S.TP, MP. sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
di Program Studi Teknologi Industri Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Jambi.
MOTTO
“Bersyukurlah Atas Nikmat Allah Niscaya Kamu Akan Merasa Tenang Dan
Bahagia”
Karena kehidupan yang sebenarnya banyak tantangan, rintangan, kesulitan
dan masalah yang dihadapai, dengan selalu bersyukur maka apapun
persoalan yang dihadapi akan terasa mudah.

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT,


kupersembahkan kerja kerasku dalam bentuk skripsi ini untuk orang-
orang yang kusayangi. Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima
kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya Sederhana ini

Ibunda aisyah dan Ayahanda abunudin yang telah memberikan cinta


kasih sayang dan dukungan disetiap saat yang tak akan bisa kubalas
sampai kapanpun. Terima kasih ayah dan ibu berkat doa, usaha,
keringat dan kepercayaan kalian aku bisa sampai tahap ini Semoga ini
menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan Ayah bahagia.
Terimakasih juga untuk saudariku, Eka Hastuti seorang kakak
perhatian yang selalu memberikan semangat, doa dan dukungan. Eva
Susanti seorang kakak pendiam dan emosian yang selalu memberikan
cinta dan kasih sayangnnya. Ponakan Aditya Pratama, Izzan Alvino,
Adlan Pranata karena kalian semangat oom semakin bertambah.

Keluarga dan Afdhila Lestari yang selalu memberikan dukungan dalam


berbagai bentuk dan doa kalian yang mengantarkan aku hingga sampai
tahap ini.

Ucapan Terima kasih Untuk...


Bapak Rudi Prihantoro, S.TP., M.Sc.selaku dosen Pembimbing
Akademik saya serta Ibu Dr. Ir. Sahrial, M.S dan Ibu Fera Oktaria,
S.TP., MP. yang telah menjadi orangtuaku dikampus yang sangat
banyak memberikan bimbingan dan arahan selama perkuliahan.
Terimakasih untuk teman-teman ku menjalani hidup Wildy Brimando
Muhammad Nasir dan Rian Syaputra serta, Repo Pratama, Risky
Ananda Nasution dan Evi Tamala Hutabarat, Karena kalian selalu
mendengarkan mimpi saya dan ada saat benar-benar dibutuhkan.

Terima kasih teman-teman seangkatan TIP 2017, yang selalu


memberikan motivasi, nasihat, dukungan moral serta material yang
selalu membuatku semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. terima
kasih atas solidaritas dan rasa persaudaraannya.
Terima kasih teman-teman dari Merangin terutama dari Muara Siau
yang selalu memberikan canda, tawa, dukungan moral serta material.
terima kasih atas solidaritas dan rasa persaudaraannya.

Terima kasih untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan


Namanya satu persatu yang telah memberikan bantuan apapun baik
secara langsung maupun tidak langsung.
TERIMAKASIH.......................................................................
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Analisis KelayakanUsaha Kopi Bubuk Puti Daber Di Desa Peradun Temeras
Kecamatan Muara Siau Kabupaten Merangin “. Penulisan Skripsi ini tidak lepas
dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Sutrisno, Ph.D.Selaku Rektor Universitas Jambi
2. Prof. Dr. Ir. Suandi, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Jambi
3. Dr.Ir. Sahrial, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Teknologi Pertanian dan selaku
pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu dan
pengetahuan kepada penulis.
4. Yernisa,S.TP., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Teknologi Industri
Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jambi
5. Fera Oktaria, S.TP.,MP. Selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, arahan, ilmu dan pengetahuan kepada penulis.
6. Ade Yulia, S.TP.,M.Sc dan Fenny Permata Sari, S.P., M.Si Selaku dosen
penguji atas segala saran dan masukannya.
Menyadari adanya keterbatasan pengetahuan, referensi dan pengalaman,
penyusun mengharapkan saran dan masukan demi lebih baiknya skripsi ini.
Akhirnya harapan penyusun semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penyusun
maupun semua pihak yang membutuhkan.

Jambi, 23 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................4
1.4 Manfaat penelitian ....................................................................................4
1.5 Hipotesis ...................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5


2.1 Kopi Robusta ............................................................................................5
2.2 Pengolahan Kopi .......................................................................................6
2.3 Studi Kelayakan Usaha .............................................................................8
1. Aspek Pasar..........................................................................................10
2. Aspek Hukum ......................................................................................11
3. Aspek Lingkungan ...............................................................................11
4. Aspek Teknis .......................................................................................12
5. Aspek Finansial....................................................................................12
a. CashFlow ..............................................................................................13
b. Kriteria Kelayakan Finansial ..............................................................13
1. Net Present Value (NPV) .........................................................13
2. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) ..........................................14
3. Internal Rate of Return (IRR) ................................................14
4. Payback Period(PP) ..............................................................14
5. Break Event Point (BEP) .......................................................15
6. Analisis Sensivitas .................................................................15
2.4 Penelitian Terdahulu ...............................................................................15
2.5 Kerangka Pemikiran ...............................................................................18

ii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................20
3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ................................................................20
3.2 Jenis Dan Sumber Data...........................................................................20
3.3 Tahapan Penelitian..................................................................................20
3.4 Metode Pengolahan Dan Analisis Data ..................................................21
3.4.1 Analisis Aspek Teknis .......................................................................22
3.4.2 Aspek Hukum ....................................................................................23
3.4.3 Aspek Lingkungan ............................................................................24
3.2.4 Aspek Pasar .......................................................................................24
3.4.5 Analisis Kelayakan Finansial ............................................................26
1. Net Present Value(NPV) ..................................................................26
2. Internal Rate of Return (IRR) ...........................................................26
3. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) ....................................................27
4. Break Event Point (BEP) ..................................................................28
5. Payback Period (PP) ........................................................................28
6. Analisis Sensitivitas .................................................................................29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................30


4.1. Gambaran Umum Usaha .......................................................................30
4.1.1. Lokasi Usaha ....................................................................................30
4.1.2. Sejarah Pendirian Usaha...................................................................30
4.1.3 Deskripsi Produk ...............................................................................32
4.2 Analisis Kelayakan Usaha ......................................................................33
4.2.1 Aspek Teknis .....................................................................................33
4.2.2 Aspek Hukum ....................................................................................46
4.2.3 Lingkungan Hidup.............................................................................48
4.2.4 Aspek Pasar ..................................................................................51
4.2.5 Aspek Finansial .................................................................................60
4.2.5.1 Asumsi Perhitungan Analisis Finansial .......................................61
4.2.5.2 Komponen Biaya .........................................................................61
A. Pengeluaran .............................................................................61
B. Penerimaan ..............................................................................64
C. Keuntungan .............................................................................65
D. Cash Flow ...............................................................................65
4.2.5.3 Kriteria Kelayakan Finansial .......................................................66

iii
A. Net Present Value (NPV)........................................................66
B. Internal Rate of Return (IRR) .................................................67
C. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) ...........................................68
D. Break Event Point (BEP)........................................................68
E. Payback Period (PP) ...............................................................69
F. Analisis Sensivitas ...................................................................69

BAB V PENUTUP .................................................................................................71


5.1 KESIMPULAN ......................................................................................71
5.2 SARAN ...................................................................................................72

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................73


LAMPIRAN ...........................................................................................................77

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 19


Gambar 2. Layout Usaha Kopi Bubuk Puti Daber ................................................ 42
Gambar 3. Bagan Keterkaitan ............................................................................... 44
Gambar 4. Kemasan Kopi Bubuk Puti Daber ....................................................... 55
Gambar 5. Label Kemasan Kopi Bubuk Puti Daber ............................................. 56

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Luas Area Tanaman Kopi Provinsi Jambi ........................................ 77


Lampiran 2. Luas Area Tanaman Kopi Arabika Di Kabupaten Merangin ........... 78
Lampiran 3. Luas Area Tanaman Kopi Robusta Di Kabupaten Merangin ........... 79
Lampiran 4. Daftar Pertanyaan ............................................................................. 80
Lampiran 5. Neraca Massa Pembuatan Kopi Bubuk Puti Daber ......................... 82
Lampiran 6. Layout Usaha Kopi Bubuk Puti Daber ............................................ 83
Lampiran 7. Tanda daftar perusahaan ................................................................... 84
Lampiran 8. Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK) ...................................................... 85
Lampiran 9. Izin Operasional/Komersial .............................................................. 86
Lampiran 10. Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) .... 87
Lampiran 11. (SPPL) ............................................................................................ 88
Lampiran 12. Asumsi Analisis Finansial ............................................................ 89
Lampiran 13. Biaya Investasi ............................................................................... 90
Lampiran 14. Biaya penyusutan Dan Biaya Pemeliharaan ................................... 91
Lampiran 15. Biaya Tetap Usaha ......................................................................... 92
Lampiran 16. Perhitungan Penerimaan ................................................................. 93
Lampiran 17. Biaya Tidak Tetap ......................................................................... 94
Lampiran 18. Npv ................................................................................................ 95
Lampiran 19. Perhitungan Irr ............................................................................... 96
Lampiran 20. Perhitungan Nisbah B/C ................................................................ 97
Lampiran 21. Perhitungan BEP Usaha ................................................................. 98
Lampiran 22. Perhitungan Payback Period .......................................................... 98
Lampiran 23. Perhitungan Analisis Sensivitas....................................................100

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Bahan Baku Dan Bahan Pembantu Usaha Kopi Bubuk Puti Daber ....... 35
Tabel 2. Alat dan Mesin ........................................................................................ 39
Tabel 3. Kode Derajat Hubungan.......................................................................... 44
Tabel 4. Hasil Analisis Aspek hukum ................................................................... 46
Tabel 5. Analisis Aspek Lingkungan Hidup ......................................................... 49
Tabel 6. Penerimaan Usaha Kopi Bubuk Puti Daber ............................................ 64
Tabel 5. Aliran Chas Flow Usaha Kopi Bubuk Puti Daber .................................. 66

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil kopi (Coffea sp.)
terbesar di dunia. Indonesia berhasil menempati urutan ketiga setelah Brazil dan
Vietnam. Data International Coffee Organization tahun 2018 melaporkan bahwa
produksi kopi di Indonesia mencapai angka 722.461 ton. Tanaman kopi sendiri
telah ditanam sejak abad ke-15, sehingga saat ini kopi menjadi salah satu
minuman yang paling banyak dikonsumsi dan dikenal bahkan telah dianggap
sebagai gaya hidup modern (Putri et al, 2017).
Di Provinsi Jambi tanaman kopi yang dibudidayakan oleh masyarakat
terdiri dari 3 jenis yaitu: Kopi Arabika, Kopi Robusta dan Kopi Liberika. Kopi
Robusta dibudidayakan di Kabupaten Merangin dan Kabupaten Bungo sedangkan
Kopi Arabika dibudidayakan di Kabupaten Kerinci dan Tebo, selain Arabika ke 2
kabupaten ini juga membudidayakan tanaman Kopi Robusta (Panggabean, 2011).
Kabupaten Merangin merupakan penghasil kopi terbesar di Provinsi
Jambi. Data tentang luas area kebun kopi Provinsi Jambi bisa di lihat dilampiran
1. Luas area tanaman kopi di Kabupaten Merangin yaitu 11.236 Ha dengan total
produksi 9.141 ton/tahun. Luas area tanaman kopi arabika 72 ha dapat dilihat pada
Lampiran 2 dan luas area tanaman kopi jenis robusta 11.164 ha dapat dilihat dari
Lampiran 3 yang tersebar di 16 kecamatan, dengan wilayah sebaran terluas
berada pada kecamatan Lembah Masurai dengan luas 7.167 ha (BPS, 2020).
Pada Tahun 2020 atas usulan masyarakat perlindungan indikasi geografis
kopi robusta merangin telah mendapatkan sertifikasi Indikasi Geografis oleh
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM
Republik Indonesia dengan nama merek “Kopi Robusta Sumatera Merangin”.
Jenis produk yang dimintakan perlindungan berupa Kopi Biji (Green Bean), Kopi
Sangrai (Roasted Coffee) dan Kopi Bubuk (Ground Coffee). Sejumlah reputasi
terbaik juga diraih kopi robusta merangin pada ajang SCAI Expo 2018 di Bali dan
SCAI Expo 2019 di Bandung dimana kopi robusta merangin termasuk salah satu
kopi yang memiliki citarasa terbaik di Indonesia (Syaputra, 2020).

1
Khusus untuk wilayah Jangkat, yang masuk dalam kabupaten Merangin,
kopi yang menjadi andalan petani adalah kopi robusta dengan luas 1433 Ha
dengan panen yang mencapai angka 300 ton/tahun. Petani kopi robusta Jangkat
saat ini, masih sebatas sebagai supplyer utama untuk industri pengolahan kopi di
Lampung dan tidak diolah oleh petani itu sendiri, karena petani kopi
menginginkan kemudahan dalam menjual hasil panen kopinya dan kurangnya
pengetahuan petani tentang pengolahan kopi. Belum lagi ditambah proses panjang
untuk membangun produktivitas dan keinginan petani menjual secara “instan”
hasil pertanian tanpa menghitung rantai pasar jika harus jauh keluar kota. Posisi
ini tentu saja, membuat kopi robusta Jangkat tak memiliki bargaining position di
mata eksportir nasional bahkan internasional (Tamtomo dan Veronica, 2018).
Namun ada beberapa industri pengolahan kopi dari jangkat seperti, Kopi Jangkat,
Kopi Lm Jangkat dan Segerincing Coffee.
Dalam rangka perkembangan kopi robusta di Kabupaten Merangin
diperlukan keterlibatan semua pihak, karena pengembangan suatu usaha
merupakan suatu sistem yang terdiri dari subsistem penyedia saprodi, sub sistem
produksi (onfarm/usahatani), subsistem off-farm yaitu pemasaran dan pengolahan,
dan subsistem penunjang berupa lembaga pemerintah sebagai pengambil
kebijakan, lembaga keuangan maupun lembaga penelitian. Kopi robusta jangkat
merupakan kopi robusta terbaik di indonesia sehingga, menyebabkan harga
bubuk kopi robusta Jangkat mahal di pasaran. Harga jual yang tinggi
mengakibatkan menurunnya daya beli konsumen dan terhambatnya proses
pemasaran produk. Namun ada juga kopi robusta Jangkat yang dijual dengan
harga yang ekonomis. Salah satunya adalah Kopi Bubuk Puti Daber, dengan harga
yang ekonomis akan memudahkan dalam proses pemasaran produk dan akan
meningkatkan daya saing produk dengan Produk yang sejenis dipasaran. Usaha
Kopi Bubuk Puti Daber Merupakan satu-satunya UMKM kopi bubuk di
Kecamatan Muara Siau.
Saat ini sebagian besar produk Kopi Bubuk Puti Daber hanya dipasarkan
disekitar Kecamatan Muara Siau dikarenakan terbatasnya jaringan distribusi diluar
daerah. Usaha Kopi Bubuk Puti Daber memiliki konsumen yang masih sedikit dan
jangkauan pasar yang masih kecil. Untuk keberlanjutan suatu usaha diperlukan

2
pertimbangan-pertimbangan tertentu karena di dalam studi kelayakan terdapat
berbagai aspek yang harus dikaji dan diteliti kelayakannya sehingga hasil daripada
studi tersebut digunakan untuk memutuskan apakah sebaiknya proyek atau bisnis
layak dikerjakan atau ditunda atau bahkan dibatalkan (Sulastri, 2016).
Usaha Kopi Bubuk Puti Daber yang dijalankan diharapkan dapat
memberikan keuntungan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Oleh karena
itu, agar tujuan usaha untuk mendapatkan keuntungan tercapai terlebih dahulu
dilakukan sebuah studi kelayakan untuk menilai investasi yang akan ditanamkan
di perusahaan tersebut layak atau tidak layak untuk dijalankan. Apabila usaha
tersebut layak untuk dijalankan maka akan memberikan keuntungan atau tidak,
sehingga dapat meminimalkan atau menghindari resiko kerugian keuangan yang
penuh ketidakpastian di masa yang akan datang baik resiko yang dapat
dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan agar penanaman investasi
yang dilakukan pada usaha tersebut tidak sia-sia.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengambil judul
penelitian “ Analisis Kelayakan Usaha Kopi Bubuk Puti Daber Di Desa
Peradun Temeras Kecamatan Muara Siau Kabupaten Merangin”

1.2 Perumusan Masalah


Industri kecil menengah Kopi Bubuk Puti Daber merupakan Industri
rumah tangga yang bergerak di bidang pengolahan kopi bubuk Robusta yang
berdiri pada tanggal 01 Oktober 2020. Usaha kopi bubuk Puti Daber beralamatkan
di Kabupaten Merangin, Kecamatan Muara Siau, Desa Peradun Temeras, RT 02,
RW 01.
Saat ini sebagian besar produk hanya dipasarkan disekitar Kecamatan
Muara Siau karena terbatasnya jaringan distribusi diluar daerah. Hal ini
menyebabkan pemasaran menjadi kurang maksimal. Usaha Kopi Bubuk Puti
Daber memiliki konsumen yang masih sedikit dan jangkauan pasar yang masih
kecil. Produk kopi merupakan produk yang berada di lingkup pasar persaingan
sempurna sehingga hal tersebut mempengaruhi proses pemasaran produk Kopi
Bubuk Puti Daber. Untuk keberlanjutan Usaha Kopi Bubuk Puti Daber perlu
dilakukan analisis kelayakan usaha. Manfaat dalam analisis kelayakan ini
diharapkan mampu memberikan rekomendasi untuk Usaha Kopi Bubuk Puti

3
Daber apakah usaha yang dijalankan mampu mendatangkan keuntungan atau
kerugian.

Berdasarkan uraian diatas, maka dirumuskan permasalahan dalam


penelitian ini adalah “Bagaimana kelayakan Usaha Kopi Bubuk Puti Daber ?”

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kelayakan usaha Kopi Bubuk
Puti Daber dari aspek finansial dan aspek nonfinansial

1.4 Manfaat penelitian


Manfaat penelitian ini adalah
1. Khusus bagi Usaha Kopi Bubuk Puti Daber untuk Mengetahui kelayakan
pengembangan usaha mendatang.
2. Sebagai referensi dan studi untuk pengembangan ilmu bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.

1.5 Hipotesis
1. Kopi Bubuk Puti Daber layak secara finansial dan nonfinansial
2. Kopi Bubuk Puti Daber tidak layak secara finansial dan nonfinansial

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kopi Robusta


Kopi (Coffea sp.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Afrika yang
tumbuh di kawasan hutan dengan jenis yang beragam. Kopi robusta ( Coffea
Canephora ) ditemukan pertama kali di Kongo pada tahun 1898 oleh ahli botani
dari Belgia. Robusta merupakan tanaman asli Afrika yang meliputi daerah Kongo,
Sudan, Liberia, dan Uganda. Robusta mulai dikembangkan secara besar-besaran
diawal abad ke-20 oleh pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia (Ilham,
2018).
Jenis kopi yang banyak diusahakan di Indonesia adalah kopi Robusta dan
kopi Arabika. Menurut Rahardjo (2012) tanaman kopi robusta diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Rubiales
Family : Rubiaceae
Genus : Coffea
Species : Coffea canephora
Beberapa sifat kopi robusta yaitu resisten terhadap penyakit dan tumbuh
sangat baik pada ketinggian 0-900 meter dari permukaan laut. Namun idealnya
ditanam pada ketinggian 400-800 meter. Suhu rata-rata yang dibutuhkan tanaman
ini sekitar 26°C dengan curah hujan 2000-3000 mm per tahun. Tanaman ini
tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki tingkat keasaman (PH) sekitar 5-
6,5 (Panggabean, 2011).
Buah kopi terdiri dari daging buah dan biji berbentuk bulat telur. Daging
buah terdiri dari t iga bagian yaitu lapisan kulit luar (eksokarp), lapisan daging
buah (mesokarp), dan lapisan kulit tanduk (endokarp) yang tipis, tetapi keras.
Buah kopi yang muda berwarna hijau dan berubah menjadi kuning setelah tua.

5
Buah yang masak berwarna merah dengan ukuran buah 1,5 x 1 cm dan bertangkai
pendek. Buah yang telah matang tetap menempel kuat di tangkainya, tidak rontok
seperti arabika. Pada umumnya buah kopi mengandung dua butir biji, biji tersebut
mempunyai dua bidang yakni bidang yang datar (perut) dan bidang yang cembung
(punggung) (Ilham, 2018).
Biji kopi kering terdiri dari air 12%, protein 13%, lemak 12%, gula 9%,
caffeine 1-1,5% (Arabika), 2-2,5% (Robusta), caffetanic acid 9%, cellulose dan
sejenisnya 35%, abu 4%, zat-zat lainnya yang larut dalam air 5%. Biji kopi secara
alami mengandung cukup banyak senyawa calon pembentuk citarasa dan aroma
khas kopi antara lain asam amino dan gula. Bentuk bijinya cenderung membulat
dan ukurannya lebih kecil (Ilham, 2018).
Komposisi kimia dari biji kopi bergantung pada spesies dan varietas dari
kopi tersebut serta faktor-faktor lain yang berpengaruh antara lain lingkungan
tempat tumbuh, tingkat kematangan dan kondisi penyimpanan. Proses pengolahan
juga akan mempengaruhi komposisi kimia dari kopi. Misalnya penyangraian akan
mengubah komponen yang labil yang terdapat pada kopi sehingga membentuk
komponen yang kompleks (Panggabean, 2011).
Kopi Robusta (Coffea canephora ) dikenal memiliki kafein yang tinggi da
n lebih tinggi dibandingkan dengan kopi jenis arabika . Biji kopi secara
alami mengandung berbagai jenis senyawa antara lain kafein, asam klorogenat,
karbohidrat, lemak, asam amino, senyawa volatil, dan mineral. kopi mengandung
protein, minyak aromatis, dan asam-asam organik. Kopi robusta memiliki
kandungan kafein dua kali lipat dibandingkan kopi arabika, sehingga efek
stimulan dari kopi robusta akan lebih besar dibandingkan kopi arabika
(Erdiansyah dan Yusianto, 2012).

2.2 Pengolahan Kopi


Biji kopi yang telah dipanen memerlukan penanganan khusus, salah
satunya ialah pengolahan biji kopi. Pengolahan biji kopi sendiri ada dua tahapan,
yaitu pengolahan kopi primer dan sekunder. Pengolahan kopi primer meliputi
sortasi buah sehat, pengupasan kulit buah kopi, sortasi, pengemasan dan

6
penggudangan. Pengolahan sekunder pada kopi meliputi penyangraian, tingkat
sangrai, pencampuran, dan pengahalusan biji kopi (Tyas, 2019).
Tahapan pengolahan kopi sendiri tak terlepas dari proses penyangraian,
dimana proses penyangraian merupakan kunci dari pembentukan cita rasa dan
aroma kopi. Apabila biji kopi memiliki keseragaman dalam ukuran, specific
grafity, tekstur, kadar air, dan struktur kimia, maka proses penyangraian akan
relativ lebih mudah dikendalikan. Namun kenyataannya biji kopi memiliki
perbedaan yang sangat besar dari segi ukuran dan perlu penanganan khusus dalam
pengolahan (Rahayoe, 2009).
Penyangraian merupakan proses pembentukan aroma dan cita rasa kopi
dari dalam biji kopi dengan perlakuan panas. Biji kopi memiliki kandungan
senyawa organik pemberi aroma dan cita rasa pada biji kopi. Waktu sangrai
ditentukan atas dasar warna biji kopi sangrai atau disebut derajat sangrai. Makin
lama waktu sangrai, warna biji kopi mendekati warna coklat tua kehitaman. pada
penyangraian terjadi dua proses, yaitu penguapan air dan pirolis. Pada tahapan
pirolis kopi akan mengalami perubahan kimia antara lain pangurangan serat kasar,
terbentuknya senyawa volatil, penguapan zat-zat asam dan terbentuknya aroma
khas kopi (Tyas, 2019).
Tingkat penyangraian dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu ringan (light),
medium dan gelap (dark). Secara laboratoris tingkat kecerahan warna biji kopi
sangrai diukur dengan pembeda warna lovibond. Biji kopi beras sebelum
disangrai mempunyai warna permukaan kehijauan yang bersifat memantulkan
sinar sehingga nilai Lovibondnya (L) berkisar antara 60-65. Pada penyangraian
ringan (light), sebagian warna permukaan biji kopi berubah kecoklatan dan nilai L
turun 16 menjadi 44-45. Jika proses penyangraian dilanjutkan pada tingkat
medium, maka nilai L biji kopi makin berkurang secara signifikan kekisaran 38-
40. Pada penyangraian gelap, warna biji kopi sangrai makin mendekati hitam
karena senyawa hidrokarbon terpirolisis menjadi unsur karbon. Sedangkan
senyawa gula mengalami proses karamelisasi dan akhirnya nilai L biji kopi
sangrai tinggal 34-35%. Kisaran suhu sangrai untuk tingkat sangrai ringan adalah
antara 180°C-195°C, sedangkan untuk tingkat sangrai medium adalah di atas
200°C. Untuk tingkat sangrai gelap adalah di atas 205°C . (Tyas, 2019).

7
Proses pendinginan biji kopi yang telah disangrai sangat perlu dilakukan,
hal Ini bertujuan untuk mencegah agar tidak terjadi pemanasan lanjutan yang
dapat mengubah warna, flavor, volume atau tingkat kematangan biji yang
diinginkan. Beberapa cara dapat dilakukan antara lain pemberian kipas, ataupun
dengan menaruhnya kebidang datar (Pangabean, 2012).
Berbisnis olahan kopi merupakan peluang usaha yang cukup menjanjikan
karena tidak terlepas dari kegemaran masyarakat dalam mengkonsumsi kopi
karena kopi memiliki rasa, aroma yang khas, dan mempunyai manfaat tersendiri
bagi penikmatnya. Keberhasilan bisnis kopi membutuhkan berbagai inovasi dalam
pembuatan produk untuk meningkatkan nilai tambah seperti diolah menjadi kopi
bubuk, kopi instan, kopi biji matang (roasted coffee), kopi mix, kopi celup, aneka
minuman kopi dalam kemasan, dan aneka produk turunan lainnya agar dapat
bersaing di pasar produk-produk yang dihasilkan (Mulyani, 2019).

2.3 Studi Kelayakan Usaha


Studi kelayakan merupakan penilaian yang menyeluruh untuk menilai
keberhasilan suatu proyek atau usaha. Keberhasilan proyek memiliki pengertian
yang berbeda antara pihak yang berorientasi laba dan pihak yang tidak
berorientasi laba semata. Namun, semua ditujukan untuk mencapai keberhasilan
dalam agroindustrialisasi. Studi kelayakan proyek harus dilakukan untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan-kesalahan dalam
agroindustrialisasi suatu negara ( Kasmir dan Jakfar, 2012).
Dengan demikian menurut Kasmir dan Jakfar (2012), dapat disimpulkan
bahwa pengertian Studi Kelayakan Bisnis (SKB) adalah “Suatu kegiatan yang
mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan
dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan”.
Mempelajari secara mendalam artinya meneliti secara benar informasi serta data-
data yang telah ada, kemudian diukur, dihitung, dan dianalisis hasil penelitian
tersebut dengan menggunakan metode-metode yang dibutuhkan dalam
menganalisis kelayakan proyek atau suatu usaha. Untuk menentukan layak atau
tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari berbagai aspek yang memiliki suatu
standar nilai tertentu.

8
Studi kelayakan bisnis sangat diperlukan oleh banyak kalangan, terutama
bagi para investor yang selaku pemrakarsa, bank selaku pemberi kredit, dan
pemerintah yang memberikan fasilitas tata peraturan hukum dan perundang-
undangan, yang tentunya kepentingan semuanya itu berbeda satu sama lainya.
Investor berkepentingan dalam rangka untuk mengetahui tingkat keuntungan dari
investasi, bank berkepentingan untuk mengetahui tingkat keamanan kredit yang
diberikan dan kelancaran pengembaliannya, pemerintah lebih menitik beratkan
manfaat dari investasi tersebut secara makro baik bagi perekonomian, pemerataan
kesempatan kerja, dan lain-lain.
Mengingat bahwa kondisi yang akan datang dipenuhi dengan
ketidakpastian, maka diperlukan pertimbangan-pertimbangan tertentu karena di
dalam studi kelayakan terdapat berbagai aspek yang harus dikaji dan diteliti
kelayakannya sehingga hasil daripada studi tersebut digunakan untuk memutuskan
apakah sebaiknya proyek atau bisnis layak dikerjakan atau ditunda atau bahkan
dibatalkan. Hal tersebut di atas adalah menunjukan bahwa dalam studi kelayakan
akan melibatkan banyak tim dari berbagai ahli yang sesuai dengan bidang atau
aspek masing-masing seperti ekonom, hukum, psikolog, akuntan, perekayasa
teknologi dan lain sebagainya (Sulastri, 2016).
Studi kelayakan biasanya digolongkan menjadi dua bagian yang
berdasarkan pada orientasi yang diharapkan oleh suatu perusahaan yaitu
berdasarkan orientasi laba, yang dimaksud adalah studi yang menitik-beratkan
pada keuntungan yang secara ekonomis dan orientasi tidak pada laba (social),
yang dimaksud adalah studi yang menitik-beratkan suatu proyek tersebut bisa
dijalankan dan dilaksanakan tanpa memikirkan nilai atau keuntungan ekonomis
(Sulastri, 2016).
Pengertian studi kelayakan usaha atau bisnis adalah penelitian yang
menyangkut berbagai aspek baik itu dari aspek hukum, sosial ekonomi dan
budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi sampai dengan
aspek manajemen dan keuangannya, dimana itu semua digunakan untuk dasar
penelitian studi kelayakan dan hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan
apakah suatu proyek atau bisnis dapat dikerjakan, ditunda dan bahkan tidak
dilanjutkan.

9
Menentukan penilaian studi kelayakan, terlebih dahulu harus mengetahui
tahapan dari aspek-aspek kelayakan usaha. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Aspek Pasar
Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau
keinginan tertentu yang sama, yang mungkin bersedia dan mampu melaksanakan
pertukaran untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan itu. Pemasaran adalah
suatu proses dan manajerial yang membuat individu atau kelompok mendapatkan
apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan
mempertukarkan produk yang bernilai kepada pihak lain atau segala kegiatan
yang menyangkut penyampaian produk atau jasa mulai dari produsen sampai
konsumen (Shinta, 2011).
Peranan pemasaran saat ini tidak hanya menyampaikan produk atau jasa
hingga tangan konsumen tetapi juga bagaimana produk atau jasa tersebut dapat
memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan menghasilkan laba. Sasaran dari
pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai superior,
menetapkan harga menarik, mendistribusikan produk dengan mudah,
mempromosikan secara efektif serta mempertahankan pelanggan yang sudah ada
dengan tetap memegang prinsip kepuasan pelanggan (Shinta, 2011).
Salah satu cara untuk memenangkan pasar adalah melalui perencanaan
taktis. Menurut Shinta (2011) Perencanaan taktis ini menggunakan konsep bauran
pemasaran (Marketing Mix) yang merupakan perangkat alat pemasaran taktis yang
dapat dikendalikan dan dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respon
yang diinginkan pasar sasaran. Bauran pemasaran harus dapat bersifat dinamis
dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan eksternal maupun internal.
Faktor eksternal yaitu faktor diluar jangkauan perusahaan yang terdiri dari
pesaing, teknologi, peraturan pemerintah, keadaan perekonomian, dan lingkungan
sosial budaya. Selain faktor eksternal, ada faktor internal juga yaitu variabel-
variabel yang terdapat dalam bauran pemasaran yaitu Product (Produk), Price
(Harga), Promotion (Promosi), dan Place (Tempat atau Saluran Distribusi).

10
2. Aspek Hukum
Aspek hukum menurut Sulastri (2016) mengkaji tentang legalitas suatu
proyek atau bisnis yang akan dibangun atau dioperasikan. Setiap proyek atau
bisnis yang akan didirikan dan dibangun di wilayah tertentu harus memenuhi
hukum dan tata peraturan yang berlaku di wilayah tersebut.Aspek hukum
Menyangkut semua legalitas rencana bisnis yang akan kita laksanakan yang
meliputi ketentuan hukum yang berlaku diantaranya :
- Izin lokasi
- Akte pendirian perusahaan dari notaris setempat PT/CV atau berbentuk badan
hukum lainnya.
- NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
- Surat tanda daftar perusahaan
- Surat izin tempat usaha dari pemda setempat
- Surat tanda rekanan dari pemda setempat
- SIUP setempat

3. Aspek Lingkungan
Keberadaan bisnis dapat berpengaruh terhadap lingkungan, baik
lingkungan masyarakat maupun lingkungan ekologi. Perubahan kehidupan dan
ekonomi masyarakat karena keberadaan bisnis dapat berupa semakin ramainya
lokasi di sekitar lokasi bisnis, perubahan gaya hidup, penyerapan tenaga kerja,
peningkatan kesejahteraan masyarakat, bahkan tergusurnya bisnis yang sudah ada
sebelumnya. Pengaruh keberadaan bisnis terhadap lingkungan ekologi dapat
berupa timbulnya polusi udara, tanah, air, dan suara. Dengan melakukan analisis
aspek lingkungan, maka akan diketahui pengaruh atau dampak yang ditimbulkan
dari bisnis yang dijalankan dan penanganan yang dilakukan (Kasmir dan Jakfar
2012).

11
4. Aspek Teknis
Aspek teknis berkaitan dengan standar pelaksanaan aktivitas usaha dan
hal-hal yang mendukung pelaksanaan aktivitas usaha seperti lokasi usaha,
ketersediaan bahan baku dan bahan tambahan, tenaga kerja dan kedekatan dengan
pasar atau konsumen. Aspek teknologi berkaitan dengan teknologi atau
serangkaian peralatan yang digunakan untuk mendukung aktivitas usaha. Dalam
aspek teknis yang akan dianalisis adalah mengenai lokasi usaha, baik kantor
pusat, cabang, pabrik maupun gudang dengan mempertimbangkan kedekatan
dengan pasar, penyedia bahan baku, tenaga kerja, dan menilai proses produksi .
Selain itu juga ditentukan tentang penggunaan teknologi, apakah padat karya atau
padat modal. Teknologi yang tepat memungkinkan perusahaan menghasilkan
produk dengan kualitas yang baik dalam waktu yang cepat dan biaya yang lebih
murah. Dengan analisis aspek teknis akan diketahui kesiapan perusahaan
menjalankan usaha berdasarkan ketepatan lokasi, aktivitas operasi, dan kesiagaan
mesin-mesin yang akan digunakan (Kasmir dan Jakfar, 2012).

5. Aspek Finansial
Aspek Finansial merupakan aspek kunci dari suatu studi kelayakan, karena
sekalipun aspek lain tergolong layak, jika studi aspek finansial memberikan hasil
yang tidak layak, maka usulan proyek akan ditolak karena tidak akan memberikan
manfaat ekonomi (Rahayu, 2015).
Tujuan menganalisis aspek finansial dari suatu studi kelayakan proyek
bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan
manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan
pendapatan, sperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk
membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai
apakah proyek akan dapat berkembang terus (Rahayu, 2015).

Banyak cara yang telah dilakukan dan dikembangkan dibidang pertanian


untuk penilain investasi. Namun seringkali terdapat kekeliruan dari metode yang
digunakan seperti payback period karena teori yang dimiliki tidak kuat dari
beberapa cara tersebut. Untuk menilai dan mengukur suatu usaha yang sedang

12
dijalankan layak atau tidak dilakukan maka ada beberapa kriteria yang perlu
diperhatikan (Karmila, 2013).

a. CashFlow
Aliran kas disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode
tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan
menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaan- penggunaannya
(Mustamin, 2018).
Berdasarkan jenis transaksinya, kas dalam cash flow dibagi menjadi dua
macam, yaitu:
1) Arus kas masuk (cash inflow), yaitu arus kas menurut jenis transaksinya yang
mengakibatkan terjadinya arus penerimaan kas. In Flow pada industri kecil
tahu terdiri dari penerimaan penjualan, manfaat tambahan, dan nilai sisa.
Ketiga penerimaan tersebut yang paling utama adalah penerimaan penjualan
karena penerimaan ini bersifatrutin.
2) Arus kas keluar (cash outflow), yaitu arus kas menurut jenis transaksinya yang
mengakibatkan terjadinya pengeluaran dana kas. Arus kas keluar dalam
industri dapat digolongkanmenjadi:
A. Pengeluaran investasi, yaitu arus pengeluaran kas yang ditujukan untuk
membiayai kegiatan pembangunan atau pengadaan proyek. Arus kas ini
biasanya disebut dengan arus kasawal.
B. Pengeluaran operasi, yaitu arus pengeluaran kas yang ditujukan untuk
membiayai kegiatan operasi proyek sesudah memasuki fase
operasikomersial (Mustamin, 2018).

b. Kriteria Kelayakan Finansial


1. Net Present Value (NPV)
NPV atau Net Present Value merupakan nilai dari proyek yang
bersangkutan yang diperoleh berdasarkan selisih antara cash flow yang dihasilkan
terhadap investasi yang dikeluarkan. Suatu proyek dikatakan layak untuk
diusahakan dan dapat menghasilkan keuntungan jika NPV> 0. Jika nilai NPV< 0
berarti suatu proyek atau usaha dapat menimbulkan kerugian, dan nilai tidak layak
untuk dilaksanakan. Nilai NPV= 0 berarti suatu proyek tidak menghasilkan

13
keuntungan serta tidak menimbulkan kerugian bagi suatu proyek atau usaha,
apabila suatu proyek perusahaan memperoleh nilai NPV sama dengan 0 maka
proyek tersebut dapat dilaksanakan yang berarti dapat mengurangi efisiensi dan
efektivitas perusahaan karena tidak menjalankan proyek ini perusahaan tidak akan
memperoleh kerugian (Mustamin, 2018).

2. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)


Net B/C merupakan perbandingan NPV total dari manfaat bersih terhadap
total dari biaya bersih atau dapat dikatakan sebagai perbandingan antara jumlah
nilai bersih yang bernilai positif sebagai pembilang dan nilai bersih yang bernilai
negatif sebagai penyebut. Jika Net B/C>1, maka dapat dikatakan bahwa usaha
tersebut layak untuk diusahakan atau dilanjutkan. Net B/C=1, maka biaya yang
dikeluarkan sama dengan keuntungan yang didapatkan. Net B/C
(Karmila, 2013).

3. Internal Rate of Return (IRR)


IRR adalah tingkat bunga yang menunjukkan bahwa suatu jumlah nilai
sekarang netto (NPV) sama dengan jumlah seluruh biaya investasi, dimana dapat
diartikan sebagai tingkat bunga yang menyebabkan NVP = 0. Tingkat IRR
mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayarkan oleh usaha
untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dikatakan layak, apabila nilai
IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang belaku dan sebaliknya. Suatu proyek
akan dipilih bila nilai IRR yang dihasilkan lebih tinggi daripada tingkat suku
bunga yang berlaku (IRR > social discount rate). Bila IRR < social discount rate
menunjukkan bahwa modal proyek akan lebih menguntungkan bila didepositokan
di bank dibandingkan bila digunakan untuk menjalankan proyek (Rasmiati, 2016).

4. Payback Period(PP)
Penentuan layak atau tidak layaknya suatu usulan proyek investasi, cukup
membandingkan antara waktu pengembalian jumlah dana untuk investasi dengan
umur ekonomi proyek . Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan
untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan
menggunakan aliran kas . PP merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu

14
(periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha (Kasmir dan Jakfar,
2012).

5. Break Event Point (BEP)


BEP merupakan suatu keadaan atau penjualan usaha dimana jumlah
manfaat (pendapatan) sama besarnya dengan pengeluaran (biaya) dengan kata lain
pada keadaan ini perusahaan tidak mendapat laba maupun rugi. Analisis pulang
pokok adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan
antara beberapa variabel di dalam kegiatan perusahaan seperti jumlah produksi
yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan serta pendapatan yang diterima
perusahaan dari kegiatannya (Asanti, 2011).

6. Analisis Sensivitas
analisis senstitvitas perlu dilakukan karena dalam analisis kelayakan suatu
usaha ataupun bisnis perhitungan umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi
yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi diwaktu yang
akan datang. Serta merupakan analisis pasca kriteria investasi yang digunakan
untuk melihat apa yang akan terjadi dengan kondisi ekonomi dan hasil analisis
bisnis jika terjadi perubahan atau ketidaktepatan dalam perhitungan biaya dan
manfaat (Simanjuntak, 2018).

Dengan kata lain, analisis sensitivitas merupakan suatu analisis untuk


dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-
ubah. perubahan-perubahan yang biasa terjadi dalam menjalankan bisnis
umumnya disebabkan oleh perubahan harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan
biaya (cost over run) dan ketidaktepatan dan perkiraan hasil produksi
(Simanjuntak, 2018).

2.4 Penelitian Terdahulu


Menurut Rohmah (2020) dalam jurnalnya yang berjudul Analisis
Kelayakan Usaha Pengolahan Kopi Robusta (Coffea Canephora) Pada Kelompok
Tani Hutan (Kth) Cibulao Hijau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kelayakan non finansial dan finansial serta sensitivitas pada usaha pengolahan
kopi robusta. Metode penelitian menggunakan purposive sampling. Responden

15
dalam penelitian berjumlah 6 orang. Data dianalisis menggunakan analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kelayakan menggunakan kriteria
kelayakan investasi yang meliputi NPV, IRR, PI dan DPP. Hasil dari analisis non
finansial menunjukan bahwa dari aspek pasar, teknis, manajemen dan sumberdaya
manusia serta dampak sosial ekonomi lingkungan layak dijalankan. Hasil analisis
kelayakan finansial pada penelitian ini menunjukkan bahwa kriteria penilaian
investasi yang meliputi NPV sebesar Rp 1.042.607.480 yang berarti layak
dijalankan karena NPV lebih dari 0. IRR sebesar 301%. PI sebesar 16,19 yang
berarti setiap pengeluaran Rp 1,00 maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp
16,19. Discounted Payback Period (DPP) selama 1 tahun 4,2 bulan yang berarti
layak dijalankan sebab lebih pendek dari umur ekonomis usaha yaitu sekitar 8
tahun. Analisis sensitivitas dengan pendekatan switching value menunjukkan
bahwa maksimum penurunan jumlah produk dan harga jual sebesar 30%, serta
maksimum kenaikan harga bahan baku kopi sebesar 92%. Berdasarkan aspek
finansial dan nonfinansial usaha pengolahan kopi robusta dinyatakan layak untuk
dijalankan serta sebaiknya harus ada pendampingan yang intensif baik oleh
instansi akademisi atau pemerintah dalam upaya meningkatkan kinerja KTH
Cibulao Hijau supaya dapat memaksimalkan produktivitas dalam usaha
pengolahan kopi.
Menurut Novianti (2016) dalam jurnalnya yang berjudul Analisis Usaha
Pengolahan Kopi Jahe Skala Mikro Studi Kasus: Unit Kopi Rakyat Di Wewewa
Tengah – Sumba Barat Daya. Penelitian bertujuan untuk mengkaji usaha
pengolahan kopi jahe skala mikro di Wewewa Tengah guna mengenali peluang
perolehan nilai tambah bagi pengolah kopi untuk dijual di pasar lokal. Penelitian
dilakukan dengan metode studi kasus dimana data akurat didapatkan melalui
pengamatan langsung terhadap proses pengolahan biji kopi menjadi kopi jahe
bubuk pada sebuah unit usaha mikro. In-depth interview digunakan sebagai teknik
pengumpulan data dan informasi dalam memperoleh gambaran kuantitatif untuk
analisa finansial, sedangkan analisa deskriptif digunakan untuk menjelaskan
fenomena lapangan. Dari analisa finansial diperoleh hasil Net Present Value
bernilai positif sebesar Rp197.170.909 dan Internal Rate of Return sebesar 9,6 %
dengan asumsi menggunakan suku bunga Kredit Usaha Rakyat sebesar 9,0% serta

16
memiliki Profitability Index 5,48 yang menunjukkan bahwa usaha ini layak
dijalankan. Unit usaha kopi rakyat dapat menjadi kegiatan usaha mikro
berkelanjutan bilamana 1) adanya pendampingan secara konsisten baik dari sisi
teknologi maupun manajemen usaha; 2) usaha bersifat social business yang
memperhatikan rendahnya daya beli masyarakat lokal namun tidak merugikan
usaha itu sendiri; 3) usaha dikerjakan secara berkelompok melalui koperasi
dimana Sisa Hasil Usaha digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat anggotanya.
Menurut Simanjutak (2018) dalam skripsinya yang berjudul Analisis
Kelayakan Pasar Dan Finansial Usaha Minuman Nata De Coco Dari Limbah Cair
Produksi Kopra (Studi Kasus Di Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan
Kabupaten Tanjung Jabung Barat). Produksi kopra di Desa Mekar Jati
menghasilkan banyak limbah cair yaitu air kelapa yang masih dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku produk olahan minuman nata de coco. Tujuan Penelitian ini
adalah untuk mengetahui kelayakan aspek pasar dan finansial usaha minuman
nata de coco dari limbah cair produksi kopra di Desa Mekar Jati, Kecamatan
Pengabuan, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kelayakan aspek pasar memiliki peluang pasar yang baik dan bauran
pemasaran yang mendukung. Produk yang dihasilkan adalah minuman nata de
coco dengan varian rasa coco pandan dan leci. Produk dijual dengan harga Rp
2.454,1 per gelas dan Rp. 58.898,8 per karton. Distribusi produk adalah pasar
lokal dan luar daerah, dengan promosi yang dilakukan melalui periklanan.
Perhitungan kriteria kelayakan finansial pada tingkat suku bunga 17,5% diperoleh
nilai NPV sebesar Rp. 82.497.895,29. Nilai Net B/C sebesar 1,97. Nilai IRR
sebesar 54,65%. Masa pengembalian investasi (payback period) usaha 3 tahun, 8
bulan. Titik impas selama umur proyek usaha minuman nata de coco berada pada
saat usaha mengalami penerimaan sebesar Rp. 145.335.353.1 dengan harga jual
minuman nata de coco per karton Rp. 37.695,23 dan produksi minuman nata de
coco sebanyak 2.467,5 karton. Hasil analisis sensitivitas usaha minuman nata de
coco terhadap perubahan komponen penerimaan mencapai 24,37% dan penurunan
jumlah produksi mencapai 23,64%, serta tingkat toleransi penurunan harga

17
mencapai 64%. Berdasarkan analisis aspek pasar dan finansial dapat disimpulkan
bahwa usaha ini layak untuk didirikan. Penelitian ini terbatas dalam ruang lingkup
analisis kelayakan usaha yang ditinjau dari aspek pasar dan finansial, sehingga
perlu dilakukan analisis kelayakan usaha yang ditinjau dari berbagai aspek lain
untuk memperkuat asumsi bahwa usaha ini layak untuk didirikan.

2.5 Kerangka Pemikiran


Penelitian ini, untuk mengetahui apakah usaha Kopi Bubuk Puti Daber
layak atau tidak untuk diteruskan dengan melihat berbagai aspek. Aspek-aspek
yang perlu dikaji antara lain adalah aspek non finansial yang meliputi: aspek
pasar, aspek hukum, aspek lingkungan dan aspek teknis. Aspek finansial yang
meliputi: CASH FLOW, NVP, N B/C, IRR, PP, BEP dan Analisis sensivitas.
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui apakah usaha tersebut layak atau tidak
untuk diteruskan hanya ditentukan pada aspek finansial yang data- datanya
didukung oleh aspek non finansial. Langkah pertama yang dilakukan adalah
melakukan analisis aspek nonfinansial. Kemudian melakukan dianalisis Cash
flow sebagai landasan untuk melakukan pengukuran dengan beberapa kriteria
kelayakan finansial, yang meliputi: NPV, IRR, PP, BEPdan Net B/C Ratio. Untuk
mengetahui waktu pengembalian investasi dianalisis dengan Payback Period,
kemudian untuk mengetahui dimana keadaan perusahaan tidak mendapatkan
keuntungan dan tidak juga mengalami kerugian dengan menganalisis BEP. hasil
analsisis yang didapatkan akan menyatakan apakah usaha ini layak dilanjutkan
atau tidak. Berdasarkan uraian diatas maka dapat digambarkan skema kerangka
pemikiran sebagai berikut.

18
Analisis kelayakan Usaha
Kopi Bubuk Puti Daber

Aspek Aspek
nonfinansial finansial

- Aspek teknis Kriteria finansial


- Aspek hukum
- CASH FLOW
- Aspek lingkungan
- NVP
- Aspek pasar
- N B/C
- IRR
- PP
- BEP
- Analisis sensivitas

Hasil
analisis

layak Tidak layak

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian


Penelitian ini di lakukan pada bulan Agustus 2021. Penelitian dilakukan di
Usaha kopi bubuk Puti Daber yang beralamatkan di Kabupaten Merangin,
Kecamatan Muara Siau, Desa Peradun Temeras, RT 02, RW 01.Usaha ini dipilih
berdasarkan bahwa usaha ini merupakan usaha yang baru berdiri dan belum
pernah dilakukan analisis kelayakan usaha.

3.2 Jenis Dan Sumber Data


Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan
data kuantitatif. Sumber datanya berasal dari data primer dan sekunder. Data
primer yang diperoleh melalui wawancara pemilik Usaha Kopi Bubuk Puti
Daber dan warga sekitar. Data primer yang dikumpulkan meliputi biaya investasi
usaha, data pemasaran usaha, data proses produksi usaha, data kelengkapan izin
usaha dan data harga pesaing. Selain itu data primer diperoleh dari observasi
yang dilakukan secara langsung ke Usaha Kopi Bubuk Puti Daber. Data primer
tersebut digunakan dalam menganalisis studi kelayakan usaha Kopi Bubuk Puti
Daber
Data sekunder diperoleh melalui proses membaca, mempelajari dan
mengambil keterangan yang diperlukan dari buku-buku atau majalah, dokumen-
dokumen, penelitian terdahulu, bahan-bahan kuliah serta sumber- sumber data
lainnya yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.

3.3 Tahapan Penelitian


Pengerjaan penelitian dilakukan secara bertahap dalam beberapa langkah-
langkah berikut :
a. Pengidentifikasian Masalah
Pengidentifikasian masalah dilakukan dengan menentukan topik
penelitian, perumusan masalah, dan penentuan tujuan penelitian.

20
b. Landasan Teori
Pada tahapan ini dilakukan studi pustaka untuk dijadikan acuan
pengetahuan pada penelitian.
c. Pengumpulan Data Penelitian
Semua data yang dibutuhkan dikumpulkan baik data primer dan sekunder
guna menganalisis kelayakan usaha Kopi Bubuk Puti Daber. Penulis
mengumpulkan data-data dan keterangan yang diperlukan melalui beberapa cara,
yaitu observasi, wawancara, dan studi literatur. Observasi adalah pengumpulan
data dengan observasi langsung atau mengamati objek penelitian secara langsung
sehingga dapat diperoleh gambaran yang nyata dari keadaan usaha.
Wawancara adalah pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab
secara langsung dengan pemilik Usaha Kopi Bubuk Puti Daber mengenai data-
data usaha dan wawancara dengan warga sekitar. Studi literatur adalah
pengumpulan data dengan studi literatur berupa buku-buku atau majalah,
dokumen-dokumen, dan sumber-sumber data lainnya yang berhubungan dengan
aspek-aspek kelayakan usaha.
d. Pengolahan Data dan Analisis Data
Data diolah berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan
melakukan analisis kelayakan usaha Kopi Bubuk Puti Daber sesuai dengan
kriteria kelayakan yang sudah ditentukan. Dari hasil analisis, akan didapatkan
apakah usaha layak didirikan atau tidak.
e. Pengambilan Kesimpulan
Pada tahap ini akan dilakukan penarikan kesimpulan serta pemberian saran
kepada Usaha Kopi Bubuk Puti Daber mengenai kelayakan pembangunan usaha.

3.4 Metode Pengolahan Dan Analisis Data


Metode analisis data meliputi analisis kualitatif secara deskriptif. Analisis
deskriptif pada penelitian ini adalah untuk menggambarkan keadaan umum, lokasi
tempat penelitian, aspek teknis, aspek hukum, aspek lingkungan dan aspek pasar.
Analisis kuantitatif dilakukan guna menganalisa aspek finansial dari usaha Kopi
Bubuk Puti Daber. Data dan informasi yang diperoleh diolah dengan
menggunakan kalkulator dan program komputer Microsoft Excel 2007.

21
Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif melalui tahap
pengolahan data dan interpretasi data secara deskriptif. Metode yang digunakan
dalam analisis data kuantitatif adalah kelayakan finansial usaha. Perhitungan akan
dimulai dengan perhitungan arus tunai berupa arus kas masuk dan arus kas keluar.
Arus kas masuk berupa penerimaan penjualan yang direncanakan, sedangkan arus
kas keluar berupa biaya investasi dan biaya operasi (biaya tetap dan biaya tidak
tetap) yang kemudian dilakukan analisis kelayakan finansial dengan
menggunakan kriteria Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR),
dan B/C Ratio. Sedangkan untuk melihat sejauh mana kepekaan kelayakan maka
akan digunakan analisis sensitivitas, untuk melihat titik dimana usaha mengalami
penerimaan impas digunakan Break Event Point (BEP) dan Payback Period yang
dilakukan untuk melihat jangka waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian
modal dari usaha yang dilakukan.

3.4.1 Analisis Aspek Teknis


Dalam aspek ini, kelayakan usaha Kopi Bubuk Puti Daber dianalisis
secara kualitatif deskriptif untuk mengetahui apakah usaha tersebut dapat
dilaksanakan secara teknis. Aspek ini dinilai berdasarkan ketersedian bahan baku,
kapasitas produksi, ketersediaan tenaga kerja, mesin dan peralatan yang
digunakan untuk menjaga dan meningkatkan produktivitas usaha. Bila analisis
secara teknis tersebut berjalan dengan lancar dan perkiraan-perkiraan secara teknis
cocok dengan kondisi sebenarnya. Proyek dikatakan layak apabila ada
perkembangan produksi (Rahayu, 2015).
a. Ketersediaan Bahan Baku
Data yang dianalisis adalah tentang ketersediaan bahan baku dengan cara
mengasumsikan hasil wawancara terhadap ketersediaan bahan baku kopi yang
dimiliki oleh pemilik usaha Kopi Bubuk Puti Daber dan jumlah bahan baku yang
tersedia dikecamatan tempat usaha. Bahan baku dikatakan layak apabila
ketersediaan bahan baku dapat memenuhi kebutuhan kapasitas produksi.

22
b. Penentuan Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi merupakan volume atau jumlah satuan produk yang
dihasilkan selama satu satuan waktu tertentu dan dinyatakan dalam bentuk
keluaran (output) per satuan waktu. Dalam menentukan kapasitas dari suatu
pabrik atau industri yang akan didirikan, dapat dilakukan pendekatan terhadap
ketersediaan bahan bakunya. Penentuan kapasitas sumber daya yang dimiliki
seperti kapasitas mesin, tenaga kerja, bahan baku, serta modal (Harlistaria, 2011).

Kp perbulan = penggunaan bahan baku x lama hari kerja

c. Proses Produksi
Data yang dianalisis adalah data tentang proses produksi, jenis mesin dan
peralatan yang digunakan, kapasitas mesin serta tenaga kerja yang digunakan oleh
usaha Kopi Bubuk Puti Daber. Mesin dan peralatan dikatakan layak apabila
teknologi yang digunakan tepat sesuai produk yang akan dihasilkan, jenis mesin
dan peralatan yang digunakan tepat sesuai dengan proses yang akan dilakukan dan
kapasitas mesin bisa memenuhi kebutuhan kapasitas produksi (Wardani, 2020).

3.4.2 Aspek Hukum


Penilaian aspek ini penting dilakukan sebelum proyek terlanjur
diberhentkan oleh pihak-pihak yang berwajib karena dianggap beroperasi secara
ilegal atau menghadapi protes masyarakat yang menganggap bahwa proyek/bisnis
yang dibangun melanggar norma kemasyarakatan. Aspek hukum bertujuan untuk
meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dokumen-dokumen yang
dimiliki. Berikut ini keriteria yang perlu di analisis (Sulastri, 2016).
a. Bukti diri
Bukti diri adalah identitas diri para pemilik usaha yang dikeluarkan oleh
kelurahan setempat yang dikenal Kartu Tanda Penduduk (KTP). Tanda Daftar
Perusahaan (TDP) : Tanda Daftar Perusahaan (TDP) harus dimiliki setiap
perusahaan sesuai dengan bidang usaha masing- masing. Departemen yang
mengeluarkan TDP adalah Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
Pengurusan TDP pada saat pengurusan akta pendirian perusahaan.

23
b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) perlu dimiliki pengusaha. NPWP
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. 38 Pentingnya NPWP agar setiap
usaha yang dijalankan akan memberikan penghasilan kepada pemerintah.

c. Izin-Izin Perusahaan Izin-izin yang dimiliki sesuai dengan jenis bidang


Usaha
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), bagi usaha yang bergerak dalam
bidang usaha perdagangan dari Departemen Perdagangan dan
Perindustrian
d. Keabsahan Dokumen Lainnya
Dokumen lainnya yang perlu diteliti keabsahannya, yaitu:
a) Status hukum tanah;
b) Kendaraan
c) Surat-surat dan sertifikat lainnya yang dianggap perlu (Sulastri, 2016).

3.4.3 Aspek Lingkungan


Suatu bisnis mengalami penolakan untuk tetap beroperasi dan harus
dihentikan karena menimbulkan dampak merugikan atau merusak lingkungan.
Dampak merugikan diakibatkan oleh limbah yang dihasilkan dari kegiatan usaha
tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis dampak usaha terhadap
lingkungan hidup. Suatu usaha dapat dikatakan layak dilihat dari aspek
lingkungan hidup apabila usaha tersebut tidak menghasilkan limbah yang
berdampak negatif terhadap lingkungan (Rahayu, 2015)

3.2.4 Aspek Pasar


Analisis aspek pasar ditinjau dengan melihat peluang pasar melalui
segmentasi, target, dan posisi pasar serta bauran pemasaran produk. (Simanjuntak,
2018).

24
1. Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran adalah serangkaian dari variabel pemasaran yang dapat


dikuasai oleh perusahaan dan digunakan untuk mencapai tujuan dalam pasar
sasaran. Menurut Shinta (2011), alat-alat bauran pemasaran dapat diklasifikasikan
menjadi 4 unsur, yaitu produk, harga, tempat, dan promosi. Data pemasaran
diolah dengan menggunakan metode kualitatif.
a. Produk
Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan produsen kepada konsumen
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya dan melekat pada produk yang
disebut dengan atribut produk. Produk yang dihasilkan pada usaha ini adalah kopi
bubuk.
b. Harga
Harga mempunyai banyak bentuk dan melaksanakan banyak fungsi serta
terdiri dari banyak komponen. Menurut Shinta ( 2011 ) harga adalah suatu nilai
yang dinyatakan dalam bentuk rupiah guna pertukaran/transaksi atau sejumlah
uang yang harus dibayar konsumen untuk mendapatkan barang dan jasa.
c. Promosi
Pada hakikatnya promosi merupakan suatu bentuk komunikasi pemasaran.
Komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha untuk
menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk dan mengingatkan pasar
sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan
loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.
d. Tempat
Tempat adalah dimana suatu usaha atau aktivitas usaha dilakukan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tempat adalah saluran bagi produsen untuk
menjual produknya kepada konsumen.

25
3.4.5 Analisis Kelayakan Finansial
Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan kelayakan suatu usaha
atau investasi dalam penelitian ini adalah :

1. Net Present Value(NPV)


Net Present Value (NPV) merupakan manfaat bersih yang diterima
perusahaan selama umur usaha pada tingkat diskon tertentu. Suatu usaha
dikatakan layak jika jumlah seluruh manfaat biaya yang diterima melebihi biaya
yang dikeluarkan, atau jika NPV lebih besar dari pada nol. Menurut Kasmir dan
Jakfar (2012), secara sistematis rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV
adalah sebagai berikut:

NPV:= ∑
( )

Keterangan :

Bt = Manfaat (benefit) pada tahun ke-t

Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t

N = Tahun kegiatan (t = 1,2,3,…,n)

i = Tingkat discount rate (persen) yang ditetapkan

Kriteria Penilaian :

 Jika NPV > 0, maka usaha tersebut menguntungkan dan layak dilaksanakan.
 JikaNPV = 0, maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi.
 Jika NPV < 0, maka usaha tersebut merugikan dan tidak layak dilaksanakan.

2. Internal Rate of Return (IRR)


Menurut Kasmir dan Jakfar (2012), penilaian suatu bisnis dapat dikatakan
layak dilihat dari seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang
ditanamkan, ditujukan dengan mengukur besarnya IRR. IRR adalah tingkat
ratarata keuntungan interval tahunan bagi perusahaan yang melakukan kegiatan
investasi dan dinyatakan dalam bentuk persentase. Dalam metode penghitungan
tingkat IRR, metode yang umumnya digunakan adalah dengan menggunakan

26
metode interpolasi diantara tingkat discount rate yang lebih rendah (menghasilkan
NPV positif) dengan tingkat discount rate yang lebih tinggi (menghasilkan NPV
negatif). IRR dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut ( Rohmah,
2020 ).

IRR= 1 x ( 2 − 1) x 100%

Keterangan :

NPV1 = Net Present Value 1

NPV 2 = Net Present Value 2

i2 = Tingkat bunga 1 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1)

i1 =Tingkat bunga 2 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2)

Penilaian kelayakan finansial berdasarkan IRR yaitu:

a. Jika IRR > dari bunga pinjaman, maka diterima

b. Jika IRR < dari bunga pinjaman, maka ditolak

3. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)


Net benefit cost ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara manfaat
bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Analisis
ini bertujuan untuk mengetahui besarnya penerimaan dibanding dengan
pengeluaran selama umur usaha. Usaha dikatakan layak apabila Net B/C Ratio
yang dihasilkan dalam pengembangan usaha tersebut lebih besar dari satu.
(Simanjuntak, 2018)


( )
Net = !
∑"
( ))

27
Keterangan :
Bt = Manfaat (benefit) pada tahun ke-t
Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t
i = Discount rate (persen)
t = Tahun
Kriteria penilaian :
Net B/C > 1, maka usaha layak atau menguntungkan
Net B/C = 1, maka usaha tidak untung dan tidak rugi
Net B/C < 1, maka usaha tidak layak atau merugikan

4. Break Event Point (BEP)


Break Even Point atau titik impas merupakan titik dimana total biaya
produksi sama dengan pendapatan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat
produksi sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Menurut
Kasmir dan Jakfar (2012), hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel dapat
disajikan pada rumus berikut.
Penerimaan
# $%$ & $
BEP =
[ ( # $%$ ($) & $ /+, $- & &. /$$ )]

Produksi
12 & &. /$$
BEP = 3$.4$

Harga
# $%$ , $-
BEP = .,(5)6

5. Payback Period (PP)


Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup
kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan
aliran kas . Rumus PP adalah sebagai berikut (Novianti, 2016).

-$ &6 $6
Payback period = )$6 #&.6 7
x 1 tahun

28
6. Analisis Sensitivitas
Setelah analisis kelayakan perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk
mengetahui sejauh mana tingkat sensitivitas jika terjadi perubahan pada beberapa
variabel komponen cashflow terhadap pendapatan dan keuntungan perusahaan.
Variabel-variabel yang digunakan untuk analisis ini adalah perubahan volume
produksi dan kenaikan biaya produksi. Variabel-variabel tersebut berpengaruh
besar terhadap pendapatan atau keuntungan karena keduanya merupakan output
dan input utama dalam kegiatan produksi (Simanjuntak, 2018).

Penerimaan

89:9;<=>>: =<:<=?=
Toleransi = x 100 %
89:9;<=>>: @<;9:A>:>B>:

Produksi

8;C@?BD? =<:<=?=
Toleransi = 8;C@?BD< @<;9:A>B>:>: x 100 %

Harga

E>;F> =<:<=?=
Toleransi = x 100%
E>;F> @<;9:A>:>B>:

29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Usaha

4.1.1. Lokasi Usaha

Usaha Kopi Bubuk Puti Daber beralamatkan di Jalan Siau-jangkat, Desa


Peradun Temeras, RT 02 RW 01, Kecamatan Muara Siau, Kabupaten Merangin,
Provinsi Jambi. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Merangin
2020, bahwa Desa Peradun Temeras memiliki jumlah penduduk 339 jiwa laki-laki
dan 300 jiwa perempuan dengan luas wilayah 14,400. Jarak antara Desa Peradun
Temeras ke Ibukota Kabupaten Merangin adalah 57 km. Desa Peradun Temeras
secara geografis mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah timur berbatasan dengan Rantau Bayur
- Sebelah barat berbatasan dengan Desa Sepantai Renah
- Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Muara Klukup
- Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tiaro

Penduduk Desa Peradun Temeras sebagian besar memiliki mata


pencaharian sebagai petani. Wilayah Desa yang berada didaerah perbukitan
dengan tanah yang subur sehingga memungkinkan untuk penduduk bertani.
Sebagian besar penduduk berprofesi sebagai petani karet dan petani kopi, kopi
yang dibudidayakan berjenis robusta. Kopi ini dipilih dikarenakan mudah
dibudidayakan dan menghasilkan panen yang melimpah.

4.1.2. Sejarah Pendirian Usaha

Usaha Kopi Bubuk Puti Daber merupakan usaha industri rumah tangga
yang bergerak dibidang pengolahan kopi menjadi kopi bubuk yang menggunakan
bahan baku kopi jenis robusta. Usaha pengolahan kopi bubuk ini masih
menggunakan peralatan yang sederhana/konvensional.

30
Usaha ini didirikan pada Rabu tanggal 01 Oktober 2020 oleh Malik Fajar
mahasiswa semester 7 Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Jambi.
Usaha ini didirikan karena kebutuhan dari proses perkuliahan pendiri usaha untuk
melakukan magang pada masa pandemi covid-19. Usaha ini berdiri
dilatarbelakangi oleh tidak bisanya magang dipabrik secara konvensional
sehingga mengakibatkan pihak kampus mengeluarkan program baru yang diberi
nama Magang Merdeka dengan lima skema, yaitu : Magang Dipabrik, Proyek
Didesa, Riset Dilembaga Penelitian, Kegiatan Wirusaha Dan Proyek Independen.

Pendiri Usaha Kopi Bubuk Puti Daber memilih magang merdeka dengan
skema kegiatan wirausaha, adapun usaha yang dilakukan adalah usaha kopi
bubuk. Usaha Kopi Bubuk dipilih disebabkan oleh besarnya potensi usaha kopi
bubuk didesa Peradun Temeras dan sebagian besar penduduk Desa Peradun
Temeras berprofesi Sebagai Petani Kopi. Usaha ini dipilih juga dikarenakan
belum adanya usaha kopi bubuk Didesa Peradun Temeras. Petani kopi masih
sebatas sebagai supplyer utama untuk industri pengolahan kopi di Lampung dan
tidak diolah oleh petani itu sendiri, karena petani kopi menginginkan kemudahan
dalam menjual hasil panen kopinya dan kurangnya pengetahuan petani tentang
pengolahan kopi. Belum lagi ditambah proses panjang untuk membangun
produktivitas dan keinginan petani menjual secara “instan” sehingga memberikan
peluang usaha kopi bubuk yang bagus untuk dikembangkan.

Usaha Kopi bubuk Puti Daber hanya menggunakan peralatan sederhana.


Alat penyangraian yang dimiliki oleh usaha ini hanya dibuat dan dirancang
menggunakan drum dan besi bekas. Bahan baku utama kopi yang digunakan
berasal dari kebun orang tua pendiri usaha, dengan bahan baku awal 20 kg kopi
dan bahan baku kopi untuk sekarang adalah 80 kg/bulan. Produk Kopi Bubuk Puti
Daber dipromosikan dan dipasarkan melalui media sosial (whatsapp, facebook
dan instagram), bertemu langsung dengan konsumen/pemilik warung dan melalui
koran elektronik.

Kopi bubuk yang dijual diberi nama kopi bubuk “ Puti Daber “. Nama
Puti Daber dipilih dikarenakan Puti Daber sendiri merupakan Nama objek wisata
yang ada di Kecamatan Muara siau, Desa Peradun Temeras. Sehingga dengan

31
nama Puti Daber akan mudah diingat dan melekat dipikiran konsumen. kopi
bubuk “ Puti Daber “ mudah di pasarkan karena nama puti daber sudah melekat
dipikiran masyarakat dan bisa dijadikan sebagai oleh-oleh berkunjung ke destinasi
wisata air terjun Puti Daber.

Awal berdirinya usaha ini menggunakan modal sebesar Rp 3.745.000.


modal tersebut digunakan untuk membeli mesin penggilingan kopi bubuk, merakit
alat sangrai kopi, membeli kemasan produk, membeli kertas hvs stiker untuk label
produk. Usaha ini menjual kopi bubuk berjenis robusta yang siap untuk diseduh
dalam kemasan plastik standing pouch zipper bening dengan label terdapat pada
bagian depan kemasan. Tenaga kerja awal berdirinya usaha ini berasal dari
keluarga pendiri usaha yang berjumlahkan 3 orang. Didirikannya usaha ini untuk
kebutuhan magang, tetapi dengan berjalannya waktu dan berkembangnya usaha
maka pada Januari 2021 usaha ini didaftarkan ke Dinas Penanaman Modal
Pelayanan Terpadu Satu Pintu untuk mendapatkan Sertifikat Produksi Pangan
Industri Rumah Tangga (SPP-IRT). Akan tetapi usaha ini belum mendapatkan
sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Usaha Kopi Bubuk Puti
Daber utuk saat ini dijadikan sebagai usaha keluarga.

4.1.3 Deskripsi Produk

Produk Kopi Bubuk Puti Daber yang diproduksi menggunakan bahan


baku kopi berjenis robusta dengan tambahan sedikit garam. Kopi disangrai pada
tingkat kematangan medium ( sedang ) dimana pada tingkat kematangan ini akan
menghasilkan kopi yang tidak terlalu pahit dan menghasilkan aroma khas kopi
yang harum serta dengan warna kuning kecoklatan. Kopi bubuk di kemas dalam
kemasan standing pouch yang menarik dengan berat 85 gram/kemasan, sehingga
dengan kemasan tersebut dapat menarik minat konsumen untuk membeli produk
tersebut.

32
4.2 Analisis Kelayakan Usaha
4.2.1 Aspek Teknis
4.2.1.1 Ketersediaan Bahan Baku
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dari Usaha Kopi bubuk Puti
Daber, bahan baku yang digunakan dalam usaha ini adalah kopi berjenis robusta,
jenis kopi ini dipilih dikarenakan petani disekitar tempat usaha hanya
membudidayakan kopi jenis robusta, bahan baku kopi yang dipakai berasal dari
hasil kebun pemilik usaha dan hasil panen masyarakat sekitar tempat usaha. Hasil
panen kopi dari pemilik usaha adalah 2.000 kg/tahun, tidak semua hasil panen
tersebut digunakan secara keseluruhan untuk Usaha Kopi Bubuk Puti Daber. Hasil
panen kopi dengan kualitas yang tidak baik maka akan dijual ke pengepul kopi
yang nantinya akan dikirim untuk produksi perusahaan yang ada diwilayah lain.

Bahan baku yang tersedia pertahun : 2.000 kg


GGG )4
Bahan baku yang tersedia perbulan = = 167 kg/bulan

HI )4
Bahan baku yang tersedia perhari = = 83,3 kg/hari
7$. )&.J$

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari Usaha Kopi Bubuk Puti
Daber, jumlah bahan baku yang digunakan untuk proses produksi adalah sebagai
berikut.

Bahan baku yang digunakan pertahun : 960 kg


KHG )4
Bahan baku yang digunakan perbulan = = 80 kg/bulan

LG )4
Bahan baku yang digunakan perhari = = 40 kg/hari
7$. )&.J$

Kekurangan bahan baku yang diakibatkan oleh kurang baiknya kualitas


panen kopi pemilik Usaha Kopi Bubuk Puti Daber akan diatasi dengan membeli
bahan baku kopi robusta hasil panen petani dengan kualitas kopi yang baik.
Kualitas kopi yang kurang baik ditandai dengan banyaknya biji kopi berwarna

33
hitam, biji kopi yang pecah-pecah dan biji kopi yang keriput. Menurut Badan
Statistik Statistik Provinsi Jambi atau BPS Provinsi jambi pada tahun 2020 jumlah
lahan perkebunan kopi robusta Dikabupaten Merangin Seluas 11.164 ha dengan
hasil panen 11.153 ton dan perkebunan kopi Dikecamatan Muara Siau seluas 190
Ha. Usaha Kopi Bubuk Puti Daber membutuhkan bahan baku kopi untuk produksi
sebanyak 960 kg kopi robusta/tahun, atau sebanyak 80 kg/bulan, dari jumlah
kebutuhan bahan baku kopi robusta tersebut akan terpenuhi oleh Hasil panen yang
didapatkan dari perkebunan kopi robusta Dikecamatan Muara siau.
Bahan baku (Raw Material) merupakan prioritas utama dan sangat vital
bagi suatu industri dalam proses produksinya. Hal ini menjadikan banyak
perusahaan melakukan berbagai metode untuk mengelola persediaan bahan baku.
Prosedur dan cara pembelian bahan baku yang baik dan sesuai dengan kondisi
perusahaan akan sangat menunjang kegiatan produksi. Maka dari itu perusahaan
harus menentukan jumlah bahan baku yang optimal dengan maksud agar jumlah
pembelian dapat mencapai biaya persediaan minimum (Anny dkk, 2016).
Bahan baku merupakan salah satu faktor input yang sangat diperlukan
karena tanpa adanya bahan baku proses produksi tidak dapat berjalan. Industri
pengolahan hasil pertanian adalah industri yang bahan bakunya berasal dari
hasil-hasil pertanian yang membutuhkan bahan baku dalam jumlah yang
banyak, kualitas, dan waktu yang tetap terus menerus (Apituley dkk, 2019).

4.2.1.2 Kapasitas Produksi


Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari Usaha Kopi Bubuk Puti
Daber, kapasitas produksinya adalah sebagai berikut.

Kapasitas produksi perbulan = 40 kg x 2 hari


= 80 kg
Output produksi perbulan = 35,2 kg x 2 hari
= 70,4 kg

34
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dari Usaha Kopi Bubuk Puti
Daber, kapasitas produksinya adalah 80 kg biji kopi kering dalam satu bulan yang
akan menghasilkan 70,4 kg kopi bubuk. sekali produksi Usaha Kopi Bubuk Puti
Daber menggunakan bahan baku 10 kg biji kopi kering yang akan menghasilkan
8,8 kg bubuk kopi yang siap untuk dipasarkan. Dalam satu hari akan
membutuhkan 40 kg biji kopi kering untuk diproduksi yang menghasilkan bubuk
kopi 35,2 kg dengan 4 kali produksi dalam sehari. Dalam satu bulan Usaha Kopi
Bubuk Puti Daber hanya membutuhkan 2 hari kerja untuk melakukan produksi.
Dengan produksi 10 kg dalam sekali produksi, maka akan membutuhkan bahan
baku tambahan 10 gr garam dan dalam sehari akan membutuhkan 40 gr garam.
Produksi pada usaha Kopi Bubuk Puti Daber tergolong kecil karena hanya 2 hari
kerja/bualnnya, hal ini disebabkan usaha Kopi Bubuk Puti Daber merupakan
usaha yang baru berdiri dan belum banyak dikenal oleh konsumen serta jangkauan
pasar yang masih terbatas, jika dipaksa melakukan produksi optimal yaitu 22 hari
kerja/bulan, maka produk yang dihasilkan akan melebihi jumlah kebutuhan pasar
sebanyak 900 bungkus/bulan, yang mengakibatkan produk tidak habis terjual dan
usaha menjadi rugi.
Dalam proses produksi usaha Kopi Bubuk Puti Daber menggunakan 2
mesin dan peralatan utama yaitu, pertama adalah mesin sangrai sederhana yang
terbuat dari drum dan beroperasi secara manual yang berkapasitas 10 kg biji
kopi/jam, kedua adalah mesin penggiling kopi bubuk bermerk Disk Mill Fc 15
dengan kapasitas penggilingan kopi yang telah disangrai sebanyak 30 kg/jam.

Tabel 1. bahan baku dan bahan pembantu Usaha Kopi Bubuk Puti Daber perbulan
Bahan Jumlah
Kopi 80 kg
Garam 80 gr

35
4.2.1.3 Proses Produksi
Diagram alir proses produksi dapat dilihat pada lampiran 5, dari diagram
alir tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
A. Penyortiran
Bahan baku kopi yang digunakan adalah kopi berjenis robusta dengan
kualitas yang baik, biji kopi yang digunakan harus biji kopi yang sudah kering.
sebelum disangrai, biji kopi harus disortir/dipilih terelebih dahulu. Penyortiran ini
dilakukan dengan cara membuang biji kopi yang tidak bagus yang ditandai
dengan warna biji kopi hitam, pecah dan biji kopi keriput. Apabila menggunakan
bahan baku kopi dengan kualitas yang tidak baik maka akan mengakibatkan hasil
kopi bubuk yang tidak baik dengan aroma dan rasa yang tidak enak.

B. Penyangraian
Biji kopi yang telah disortir ditimbang sebanyak 10 kg untuk dilakukan
proses penyangraian. sebelum dilakukan proses penyangraian sumber energi
panas dipersiapkan terlebih dahulu. Energi yang digunakan adalah kayu bakar,
penggunaan kayu bakar dikarenakan hemat dalam segi biaya dan kayu bakar
tergolong mudah untuk didapatkan.
Proses penyangraian ( roasting ) dilakukan selama 60 menit dengan suhu
yang tidak diketahui. Pada proses penyangraian akan menguapkan air dan akan
membuat mengelupasnya kulit ari biji kopi sebanyak 1150 gr. Proses
penyangraian sangat menentukan mutu dari kopi yang dihasilkan. Semakin bagus
proses penyangraian maka akan menghasilkan kualitas kopi yang bagus yang
ditandai dengan aroma yang harum dan rasa kopi yang enak.
Proses penyangraian ( roasting ) biji merupakan proses pemasakan biji
kopi dengan bantuan panas yang memiliki tujuan utama pengurangan kadar air
yag terkandung dalam bahan biji kopi. Bahan biji kopi yang akan disangrai adalah
sebanyak 10 kg akan menghasilkan biji kopi yang telah di sangrai sebanyak 8.8
kg. Jenis kopi yang digunakan adalah kopi robusta.
Penyangraian kopi dibagi dalam tiga tingkatan. Tingkatan pertama adalah
light yang ditandai dengan warna masih kuning dan rasa sedikit asam. Tingkatan
kedua adalah medium yang ditandai dengan warna biji kopi kekuninghitaman

36
dengan rasa yang harum dan tidak terlalu pahit. Tingkatan ketiga adalah dark yang
ditandai dengan semua warna biji kopi telah hitam merata dan rasa yang lebih
pahit. Usaha kopi bubuk Puti Daber berada ditingkatan sangrai biji kopi pada
tingkatan medium.
Alat yang digunakan untuk penyangraian masih sangat sederhana, dimana
alat yang digunakan hanya dirakit dibengkel terdekat dengan menggunakan bahan
baku drum bekas dan besi yang digunakan sebagai komponen penunjang.

C. Pendinginan I
Setelah kopi disangrai maka kopi akan dimasukkan kedalam baskom dan
ditambahkan garam sebanyak 10 gram. Kegunaan penambahan garam adalah
berguna untuk menguat cita rasa dan menambah aroma agar lebih harum.
Penambahan garam dilakukan sambil mengaduk kopi yang telah disangrai yang
dilakukan selama kurang lebih 5 menit. Setelah proses pencampuran selesai maka
biji kopi didiamkan selama 1 jam sebelum dilakukan proses selanjutnya.

D. Penggilingan
Proses penggilingan ini dilakukan dengan mesin penggiling dengan
kapasitas 30 kg/jam. Pada proses penggilingan membutuhkan waktu kurang lebih
20 menit untuk sekali produksi dengan menghasilkan 50 gr kopi yang terbuang.
Proses penggilingan ini sangat penting dikarenakan hasil akhir dari proses
penggilingan menentukan kualitas produk yang dihasilkan. Semakin halus hasil
penggilingan biji kopi maka akan menghasilkan bubuk kopi yang baik.
Konsumen kopi cenderung menyukai bubuk kopi dengan hasil yang halus
dikarenakan bubuk kopi akan cepat turun waktu diseduh dan tidak menghasilkan
ampas yang banyak.

E. Pendinginan II
Setelah bubuk kopi telah jadi maka proses selanjutnya adalah proses
pendinginan bubuk kopi. Kopi yang telah menjadi bubuk dimasukan kedalam
baskom, Pendinginan ini bertujuan agar saat dikemas dalam plastik aroma / bau

37
plastik tidak ikut menyatu dengan kopi sehingga akan merusak kualitas dan mutu
dari bubuk kopi, Proses pendinginan berlangsung selama 1 jam.

F. Tahap Pengemasan
Pada tahap ini kopi bubuk bubuk dikemas dengan berat 85 gram dan
ukuran kemasan yaitu 9 x 15 cm. Kemasan yang digunakan adalah kemasan
standing pouch yang terbuat dari bahan dasar polypropylene ( PP ) yang aman di
gunakan dengan warna cerah putih bening. Kemasan yang digunakan sangat
menarik karena bisa berdiri dan menggunakan klip yang memudahkan untuk di
buka dan ditutup kembali. Kemasan yang menarik akan menarik hati konsumen
pula sehingga konsumen memiliki niat untuk produk tersebut. adapun kemasan
sekunder yang digunakan berupa kantong plastik dan kardus, penggunaan kardus
apabila produk dalam jumlah banyak dan dikirim kekonsumen yang berada jauh
dari lokasi usaha, misalnya berada diluar kota.
Agar proses produksi berjalan dengan efektif dan efesien maka perlu
diperhatikan dari segi tenaga kerja, mesin dan peralatan serta layout/tata letak
produksi dari sebuah usaha.
1. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah satu faktor penting dalam membangun sebuah usaha.
Bagi usaha kecil yang baru mulai berjalan merekrut karyawan mungkin belum
begitu penting. Namun, kalau usaha sudah berkembang merekrut tenaga kerja
merupakan hal penting yang harus dilakukan (Apituley, 2019).
Tenaga kerja yang digunakan dalam Usaha Kopi Bubuk Puti Daber
berjumlah 3 orang dengan pembagian tugas 2 orang bertugas dibagian produksi
(penyangraian dan penggilingan) 1 orang bertugas di bagian pengemasan, dengan
jam kerja 2 hari dalam satu bulan. Tenaga kerja yang digunakan merupakan
keluarga dari pemilik Usaha Kopi Bubuk Puti Daber. Tenaga kerja ini dipilih
dikarenakan usaha ini merupakan usaha keluarga.

38
2. Mesin dan Peralatan
Mesin dan peralatan yang digunakan Teknologi yang digunakan untuk
membuat Kopi Bubuk Puti Daber adalah teknologi konvensional atau teknologi
sederhana melalui proses penyangraian, pendinginan, penggilingan dan
pengemasan. Alat-alat produksi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Alat yang digunakan dalam proses produksi Usaha Kopi Bubuk Puti
Daber
Jenis alat Alat Spesifikasi Jumlah Keterangan
Alat Kapasitas 1 Digunakan
sangrai 10 kg/jam untuk
Dimensi : menyangrai kopi
40 x 20 x
30 cm

Baskom Kapasitas 1 Digunakan


stainless 5 kg sebagai wadah
kecil Diameter : untuk
24 cm memindahkan
kopi yang telah
disangarai dari
alat sangrai

Baskom Kapasitas 3 Digunakan


stainless 15 kg untuk wadah
besar Diameter : penampung kopi
42 cm pada tahap
pendinginan

39
Spatula 2 Digunakan
untuk mengaduk
kopi yang telah
disangrai pada
tahap
pendinginan

Mesin Kapasitas 1 Digunakan


disk mill :30 kg/jam untuk
fc15 Dimensi : menggiling kopi
sangrai menjadi
bubuk

Ember Kapasitas 2 Digunakan


14 liter sebagai wadah
untuk
menampung
kopi waktu
proses
penggilingan
Toples Kapasitas 3 Digunakan
20 liter sebagai wadah
dimensi : untuk
33 x 27 cm menyimpan
bubuk kopi yang
belum dikemas

40
Jenis alat Alat Spesifikasi Jumlah Keterangan
Print Jenis : 1 Digunakan
canon printer untuk mencetak
ip2770 injekt warna stiker kemasan
2 pl tetesan
tinta
Win
10/8/7/vista
Cutter Dimensi : 1 Digunakan
3,2 x 15,7 untuk
cm memotong stiker
kemasan

Timbang Kapasitas 1 Digunakan


an sf 400 10 kg untuk
Dimensi 25 menimbang kopi
x 17 x 4 cm bubuk

Penggari Dimensi : 1 Alat bantu untuk


s 30 cm memotong stiker
kemasan

41
3. Layout Produksi/ Tata Letak
Bangunan yang digunakan untuk proses produksi Usaha Kopi Bubuk Puti
Daber hanya berupa bangunan dengan luas 40,5 m².

2
4 5

4 3
7 2 1
6
3

Gambar 2. Tata letak Usaha Kopi Bubuk Puti Daber

Keterangan 1. Angka Besar:


1. Ruang Penyangraian berukuran 3 x 5 meter
2. Ruang Penggilingan berukuran 2,5 x 3 meter
3. Ruang Penyimpanan berukuran 3 x 3 meter
4. Ruang Penjualan / Toko berukuran 3 x 3 meter

Keterangan 2. Angka Kecil :

1. Bahan baku dan produk masuk ke ruang penyimpanan


2. Bahan baku keluar dari ruang penyimpanan
3. Bahan baku masuk ke ruang penyangraian
4. Kopi yang telah disangrai masuk ke ruang penggilingan
5. Produk keluar dari ruang penggilingan
6. Produk masuk ke ruang penyimpanan
7. Produk masuk ke ruang penjualan

42
Tata letak pada Usaha Kopi Bubuk Puti Daber hanya terdiri dari 4 bagian
yaitu (dapat dilihat pada gambar 2, foto ruang produksi dapat dilihat dilampiran
6), bagian pertama adalah ruang penyangraian dimana ruangan ini beratapkan
seng, dinding terbuat dari papan dan berlantai tanah. Kedua adalah ruang
penggilingan, pada ruangan ini terdiri dari beberapa kegiatan yaitu pendinginan I,
pendinginan II dan penggilingan kopi yang telah disangrai menjadi bubuk serta
pengemasan produk. ketiga adalah ruang penyimpanan, ruang penyimpanan ini
berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil akhir dari Usaha Kopi Bubuk Puti
daber dan sebagi tempat pengemasan produk. Keempat adalah ruang
penjualan/toko, ruangan ini tempat untuk menjual produk Usaha Kopi Bubuk Puti
daber dan produk lainnya.
Proses produksi pada usaha Kopi Bubuk Puti Daber masih menggunakan
teknologi sederhana, sebagian prosesnya masih dilakukan oleh tenaga manusia.
Mesin giling yang digunakan untuk mengubah kopi menjadi kopi bubuk masih
bertenaga dinamo diesel. Proses produksi usaha Kopi Bubuk Puti Daber dilakukan
dengan cara batch. Berdasarkan tata letak pabrik pengolahan Kopi Bubuk Puti
Daber tidak memiliki pola aliran bahan. Pola aliran bahan yang dimiliki tidak
beraturan, dimana tata letak produksi yang belum berurutan. Pola tidak beraturan
ini disebabkan oleh ruang penyangraian yang membutuhkan bangunan semi
permanen dan tempat khusus agar proses penyangraian yang menggunakan kayu
bakar dapat berjalan dengan baik dan terhindar dari resiko kebakaran. Usaha Kopi
bubuk Puti Daber memiliki sisa tanah yang belum dimanfaatkan, sisa tanah
tersebut bisa digunakan untuk memperbaiki dan membangun tata letak/layout
produksi, agar tata letak dan aliran bahan bisa lebih beraturan.
Peta keterkaitan aktivitas dapat menghubungkan aktivitasaktivitas secara
berpasangan sehingga semua aktivitas akan diketahui tingkat hubungannya dan
dapat membantu untuk mengetahui suatu ruangan perlu didekatkan atau
dijauhkan dari ruangan lainnya. Peta keterkaitan aktivitas awal fasilitas produksi.
Pada dasarnya dalam suatu proses produksi harus terdapat hubungan keterkaitan
antara suatu kegiatan dengan kegiatan lainnya yang dianggap penting dan selalu
diletakkan berdekatan demi kelancaran aktivitas proses produksi. Manfaat dari
dibuatnya ARC ini adalah untuk mengetahui aliran proses kerja manakah yang

43
memiliki keterkaitan yang erat sehingga perlu untuk diletakkan bersebelahan.
Pada dasarnya dalam suatu proses produksi harus terdapat hubungan keterkaitan
antara suatu kegiatan dengan kegiatan lainnya yang dianggap penting dan selalu
diletakkan berdekatan demi kelancaran aktivitas proses produksi (Rosydi, 2018).

Pengisian derajat hubungan beserta alasannya guna melakukan penataan


ruang-ruang produksi Usaha Kopi Bubuk Puti Daber menggunakan metode
ARC ditampilkan pada Gambar 3 berikut ini.

Tabel 3. Kode Derajat Hubungan


Derajat hubungan Alasan
Kode warna Nilai Keterangan Kode Keteran
A Merah 5 Mutlak perlu di 1 Penggunaan peralatan / bahan
Dekatkan secara
Bersama
E Kuning 4 Sangat penting 2 Menggunakan tenaga kerja yang
untuk di sama
Didekatkan
I Hijau 3 Penting untuk di 3 Menggunakan space area yang
Dekatkan sama
O Biru 2 Cukup/ biasa 4 Derajat kontak personil yang
sering
Dilakukan
U Putih 1 Tidak penting 5 Derajat kontak peralatan/bahan
yang
sering di lakukan
X Cokela 0 Tidak 6 Urutan aliran kerja
t dikehendaki
Berdekatan 7 Melakukan kegiatan kerja yang
8 Kemungkinan adanya bau yang
tidak
Mengenakkan

Gambar 3. Bagan Keterkaitan

44
Hubungan aktivitas dalam hal ini berupa analisa kualitatif, yang diamana
informasi didapatkan dari pemilk usaha. Berdasarkan pengamatan secara langsung
dan wawancara pemilik usaha hubungan aktivitas setiap bagian sangat erat
hubungannya dan didasarkan pada aliran material produksi. Pada gambar bagan
keterkaitan diisi dengan cara melihat alasan kedekatan antar ruang yang ditandai
dengan kode 1-8 lalu ditentukan derajat hubungannya dengan kode A I U E O
X.

Pembuatan Activity Relationship Chart (ARC) didapatkan dari urutan


aktivitas produksi Usaha Kopi Bubuk Puti Daber dimana ruang penyangraian
dengan ruangan penggilingan mutlak perlu didekatkan, dikarenakan setelah proses
penyangraian kopi maka kopi perlu dibawa keruang penggilingan unntuk
dilakukan proses pendinginan,penggilingan dan proses pengemasan. Ruang
penyangraian dengan ruang penyimpanan sangat penting untuk didekatkan,
dikarenakan bahan baku yang digunakan untuk proses produki disimpan pada
ruang penyimpanan, untuk menghemat waktu dan biaya pengangkutan maka
ruang penyimpanan dengan ruang penyangraian sangat penting untuk didekatkan.
Ruang penyangraian dengan ruang penjualan tidak dikehendaki berdekatan,
dikarenakan pada ruang penyangraian menghasilkan asap kayu bakar yang dapat
menganggu konsumen/pembeli apabila ruang tersebut didekatkan maka
mengganggu proses pemasaran produk. Ruang penggilingan dengan ruang
penyimpanan sangat penting untuk didekatkan, dikarenakan pada ruang
penggilingan dilakukan pengemasan produk, produk yang telah dikemas perlu
disimpan pada ruang penyimpanan. Ruang penggilingan dengan ruang penjualan
cukup/biasa untuk didekatkan, dikarenakan ruang penggilingan dengan ruang
penjualan tidak mempunyai hubungan yang saling keterkaitan. Ruang
penyimpanan dengan ruangan penjualan mutlak perlu didekatkan, dikarenakan
pada proses pemasaran produk diruang penjualan diperlukan ketersedian produk
dari ruang penyimpanan.

45
4.2.2 Aspek Hukum
Aspek hukum berkaitan dengan legalitas perusahaan yang mencakup
bentuk badan usaha dan perizinan yang harus dipenuhi oleh perusahaan. Analisis
aspek hukum dilakukan untuk mengetahui kemampuan pelaku bisnis dalam
memenuhi ketentuan hukum dan perizinan yang diperlukan dalam menjalankan
bisnis di wilayah tertentu. Ketentuan hukum untuk setiap jenis usaha berbeda-
beda, tergantung pada kompleksitas bisnis tersebut. Kelengkapan keabsahan
dokumen sangat penting sebagai dasar hukum apabila terjadi masalah di
kemudian hari (Kasmir dan Jakfar, 2012).
Aspek hukum mengkaji ketentuan hukum atau perizinan yang harus
dimiliki oleh suatu perusahaan. Sampel penelitian ini adalah Usaha Kopi Bubuk
Puti Daber yang berskala industri rumah tangga Aspek hukum berkaitan dengan
perizinan usaha yaitu dokumen-dokumen yang harus ada dan dipersiapkan dalam
pendirian usaha, perizinan usaha merupakan pembahasan utama yang ada dalam
penilaian aspek hukum karena tanpa memiliki izin dari lembaga terkait maka jenis
usaha apapun tidak bisa dikatakan legal untuk dijalankan. Adapun hasil analisis
aspek hukum dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Analisis Aspek Hukum
No Nama Surat Keterangan
1 KTP Ada
2 TDP Ada (NIB. 1207000240134)
3 NPWP Ada
4 IUMK Ada
5 Izin Operasional Ada
6 SPP-IRT Ada
7 SPPL Ada

a. Bukti diri
Bukti diri terbagi menjadi 2 bagian yaitu pertama bukti diri dari pemilik
usaha yang dikenal kartu tanda penduduk (KTP), kedua bukti diri dari usaha
tersebut yang dikenal dengan Tanda Daftar Perusahaan (TDP). Bukti diri yang
pertama yaitu Kartu Tanda Penduduk (KTP) telah dimiliki oleh pemilik Usaha

46
Kopi Bubuk Puti Daber yang dikeluarkan pada tanggal 06 juni 2018 dan bukti diri
yang kedua yaitu Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dapat dilihat pada lampiran 7,
Usaha Kopi Bubuk Puti Daber telah memiliki Nomor Induk Usaha dengan nomor
NIB 1207000240134 yang dikeluarkan pada tanggal 03 februari 2021,
berdasarkan ketentuan Pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018
Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik, disebutkan
bahwa Nomor Induk Berusaha (NIB) berlaku juga sebagai Tanda Daftar
Perusahaan (TDP). Selain TDP, NIB juga berlaku sebagai angka pengenal
importir (API) dan hak akses kepabean. Dengan adanya tanda diri tersebut maka
Usaha Kopi Bubuk Puti daber telah sah dan telah berbadan hukum.

b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)


Usaha kopi Bubuk Puti daber telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) karena sebelum mendapatkan Nomor Induk Berusaha haruslah sudah
memiliki NPWP yang dikeluarkan pada tanggal 02 februari 2021 denga no NPWP
41343741933300.

c. Izin-izin yang dimiliki sesuai dengan jenis bidang usaha


Usaha Kopi Bubuk Puti Daber merupakan Usaha industri rumah tangga
yang bergerak dibidang pengolahan kopi bubuk, maka untuk mendirikan usaha
haruslah mempunyai izin usaha yang berlandaskan hukum yang akan membuat
usaha telah secara sah legal untuk didirikan. Usaha Kopi Bubuk Puti Daber telah
memiliki Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK) yang dikeluarkan pada tanggal 03
februari 2021 dapat dilihat pada lampiran 8.

d. Keabsahan dokumen lainnya


a. Izin operasional/komersial
Usaha Kopi Bubuk Puti Daber telah memiliki Izin
Operasional/Komersial yang diterbitkan pada tanggal 3 februari 2021 yang
dicetak pada tanggal 14 april 2021 dapat dilihat pada lampiran 9. Izin ini
bertujuan agar pelaku usaha dapat melakukan kegiatan komersial atau
operasional.

47
b. Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga ( SPP-IRT)
Usaha Kopi Bubuk Puti Daber telah mendapatkan Sertifikat
Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) dengan NOMOR :
07SPPIRT/DPMPTSP-TK?IV/2021 dan Nomor sertifikat
21015020104116 (Kopi) yang dikeluarkan pada tanggal 20 April 2021
dapat dilihat pada lampiran 10. Adapun manfaat memiliki SPP-IRT adalah
produk bebas untuk dipasarkan secara luas, sudah layak edar,
meningkatkan nilai jual produk, keamanan dan mutu produk terjamin
c. Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan
Hidup (SPPL)
SPPL adalah dokumen yang menjelaskan tentang pengelolaan yang
siap dilakukan oleh pemilik usaha atas lingkungannya, karena usaha tidak
boleh memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Usaha Kopi
Bubuk Puti Daber telah memiliki Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan Dan Pemantaun Lingkungan Hidup (SPPL) yang dibuat pada
tanggal 03 Februari 2021 dapat dilihat pada lampiran 11.
Berdasarkan izin yang telah dimiliki Usaha Kopi Bubuk Puti Daber maka
usaha tersebut layak dijalankan berdasarkan aspek hukum, dikarenakan Usaha
Kopi Bubuk Puti Daber telah memiliki izin yang diperlukan untuk mendirikan
usaha dan usaha tersebut sudah berbadan hukum dan legal untuk dijalankan.

4.2.3 Lingkungan Hidup


Lingkungan hidup adalah upaya untuk mencari titik keseimbangan antara
alam dan makhluk hidup, agar bisnis yang akan dijalankan dalam prosesnya tidak
memberikan dampak negatif pada kehidupan alam dengan cara mencari dampak
negatifnya dan merumuskan sejak awal tentang apa solusi yang harus dilakukan
agar keseimbangan alam tetap terjaga (Pratama, 2020).
Yang dimaksud lingkungan ekologi ialah ruang alami yang tersedia,
dimana proses alami yang berlangsung di dalam ruang tersebut diperkirakan dapat
mengalami perubahan dikarenakan adanya aktivitas dari rencana usaha ataupun
kegiatan yang akan kita lakukan. Dengan menganalisa pada lingkungan ekologi,
maka kita memiliki pandangan terhadap dampak yang timbul dari usaha atau
kegiatan yang kita lakukan terhadap ruang alami seperti tingkat potensi

48
pencemaran yang dapat terjadi ketika kita menjalankan usaha yang mengeluarkan
limbah tertentu (Purnomo, 2017).
Dampak suatu usaha terhadap lingkungan penting untuk dianalisis agar
dapat segera dilakukan pencegahan atau penanggulangan apabila timbul dampak
negatif. Kelalaian terhadap lingkungan hidup akan menyebabkan masalah di
kemudian hari, seperti penolakan dari masyarakat sekitar tempat produksi atas
keberlanjutan usaha, permintaan ganti rugi, hingga penghentian aktivitas bisnis.
Oleh karena itu, suatu usaha diharapkan dapat berjalan dengan baik dan tidak
berdampak buruk terhadap lingkungan. Maka Usaha Kopi Bubuk Puti Daber perlu
dilakukan analisis aspek lingkungan hidup, hasil dari analisis aspek lingkungan
hidup dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Analisis Aspek Lingkungan Hidup
No Tahapan Proses Limbah Yang Dihasilkan
Jumlah Bentukan

1 Penyortiran 100 gram Biji kopi keriput, hitam dan pecah

2 Penyangraian 1150 gram Kulit ari dan air


3 Pendinginan I - -

4 Penggilingan 60 gram Kopi bubuk

5 Pendinginan II - -
6 Pengemasan - -
Keterangan. Dari pengolahan 10 kg biji kopi kering

Dari Tabel 5 Hasil Analisis Aspek Lingkungan Hidup Kopi Bubuk Puti
Daber didapatkan bahwa limbah yang dihasilkan adalah biji kopi kering hasil dari
proses penyortiran, kulit ari biji kopi hasil penyangraian, abu dan asap yang
dihasilkan dari proses pembakaran serta bubuk kopi yang dihasilkan akibat proses
penggilingan kopi. Limbah yang dihasilkan dari proses penyortiran berupa biji
kopi yang rusak atau tidak baik untuk dilakukan proses produksi. Biji kopi yang
tidak digunakan ini berupa biji kopi kering yang berwarna hitam, keriput dan biji
kopi yang pecah-pecah, limbah yang dihasilkan berjumlah 100 gram untuk satu
kali produksi, sehingga dibuang pada tempat pembuangan sampah. Limbah biji
kopi yang dihasilkan tidak berdampak negatif/buruk terhadap lingkungan,

49
dikarenakan biji kopi yang sifatnya organik mudah terurai dialam bebas, karena
jumlahnya 100 gram/produksi sehingga sulit untuk dilakukan pengolahan lebih
lanjut. Untuk rencana kedepannya usaha ini akan melakukan penanganan limbah
biji kopi yang rusak apabila limbah yang dihasilkan telah banyak dengan cara
melakukan penggilingan biji kopi yang rusak menjadi pupuk organik.
Dari proses penyangraian dihasilkan limbah berupa kulit ari biji kopi dan
asap. Limbah kulit ari biji kopi ditimbulkan akibat dari proses penyangraian
dengan suhu yang tinggi sehingga menyebabkan mengelupasnya kulit ari biji
kopi. Kulit ari yang mengelupas akan terangkat dan keluar dari alat penyangraian
dengan sendirinya, limbah yang dihasilkan sebagian akan terbakar oleh api dan
sebagian lagi hanya dibiarkan dilingkungan, dikarenakan kulit ari yang dihasilkan
dalam bentuk kepingan kecil yang mudah hancur menjadi debu dan tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Proses produksi Usaha Kopi Bubuk Puti Daber menimbulkan asap dan
abu karena penggunaan kayu sebagai bahan bakar. Namun asap yang ditimbulkan
belum mengakibatkan polusi udara yang membahayakan karena jumlahnya yang
sedikit dan produksi hanya dilakukan selama 2 hari dalam 1 bulan serta masih
banyaknya pohon-pohon di sekitar wilayah tempat produksi. Sedangkan abu yang
dihasilkan dari kayu bakar dibuang didekat tumbuhan yang berfungsi sebagai
pupuk bagi tanaman.
Pada saat melakukan penggilingan kopi yang telah disangrai pada Usaha
Kopi Bubuk Puti Daber menghasilkan sedikit limbah Kopi Bubuk sebanyak 60
gram. Limbah kopi bubuk yang dihasilkan akibat kencangnya angin dari mesin
penggilingan dan adanya kopi bubuk yang keluar melalui celah-celah mesin
penggilingan. Limbah kopi bubuk hanya dibuang ditempat pembuangan sampah
dikarenakan jumlahnya 60 gram dan sifatnya organik yang tidak menimbulkan
efek negatif bagi lingkungan.
Pada Usaha Kopi Bubuk Puti Daber menghasilkan beberapa limbah dari
proses awal produksi hingga menjadi kopi bubuk yang siap dipasarkan. Limbah
yang dihasilkan tersebut bersifat organik yang tidak berdampak negatif/buruk bagi
lingkungan dan tidak perlu dilakukan pengolahan limbah lebih lanjut. Sehingga
Usaha Kopi Bubuk Puti Daber layak untuk dijalankan.

50
4.2.4 Aspek Pasar
4.2.4.1 Segmentasi
Segmentasi pasar adalah proses dimana pasar dibagi menjadi para
pelanggan yang terdiri atas orang-orang dengan berbagai kebutuhan dan
karakteristik yang sama yang mengarahkan mereka untuk merespon tawaran
produk atau jasa dan program pemasaran strategis tertentu dalam cara yang sama.
Klarifikasi Variabel Segmentasi Berdasarkan Ancangan Objektif dan Subjektif
(Sulastri, 2016).

Segmentasi pasar adalah pengelompokkan pasar menjadi kelompok-


kelompok konsumen yang homogen menurut jenis-jenis produk tertentu dan
memerlukan bauran pemasaran tersendiri, dimana tiap kelompok dapat dipilih
sebagai pasar yang dituju untuk pemasaran suatu produk. (Shinta, 2011).
Segmentasi pasar yang dilakukan adalah berdasarkan variabel demografis
dan variabel psikografis. Untuk variabel demografis, konsumen dibedakan
berdasarkan karakteristik demografis seperti usia dan jenis kelamin. Sementara
variabel psikografis ditinjau berdasarkan kelas sosial dan gaya hidup.
a. Segmentasi Berdasarkan Demografis
1. Segmentasi berdasarkan usia
Produk Kopi Bubuk Puti Daber dapat diminum dari mulai kalangan
remaja hingga dewasa. Penentuan kelompok usia ini didasarkan pada penelitian
Qomariah dkk (2014) Analisis Sikap Konsumen Dan Kinerja Atribut Kopi Bubuk
Sido Luhur, responden yang ditentukan pada penelitian ini adalah kelompok usia
17-60 tahun. Dengan hasil usia 17-25 tahun sebanyak 7%, usia 26-3 tahun
sebanyak 28% dan usia 36-60 tahun konsumen terbanyak yaitu 65%, karena pada
umur 36-60 tahun tergolong dalam kategori dewasa yang aktif bekerja.
2. Segmentasi berdasarkan jenis kelamin
Pemasaran produk Kopi Bubuk Puti Daber tidak terfokus pada konsumen
berjenis kelamin tertentu. Kopi Bubuk Puti Daber dapat dikonsumsi oleh
konsumen berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Akan tetapi konsumen Kopi
Bubuk Puti Daber lebih banyak laki-laki dari pada perempuan, hal ini disebabkan
laki-laki ditempat usaha lebih banyak bekerja dibandingkan perempuan, sehingga

51
laki-laki membutuhkan minuman menambah semangat kerja dan dapat
menghilangkan ngantuk saat bekerja. Menurut Qomariah dkk (2014) Perbedaan
tingkat konsumsi kopi antara laki-laki dan perempuan disebabkan karena berbagai
hal, diantaranya adalah laki-laki peminum kopi lebih banyak dari pada perempuan
peminum kopi. Selain itu faktor konsumsi rokok ikut berpengaruh, dimana dalam
pergaulannya laki-laki memiliki kebiasaan merokok yang disertai dengan minum
kopi sehingga frekuensi mengkonsumsi kopi lebih sering daripada perempuan.
b. Segmentasi Berdasarkan Psikografis
1. Segmentasi berdasarkan kelas sosial
Usaha ini menawarkan produk kopi bubuk robusta dengan harga yang
terjangkau, yaitu Rp. 5.000/bungkus oleh karena itu minuman ini dapat dinikmati
semua kalangan masyarakat di seluruh wilayah Desa Peradun Temeras dan
Kecamatan Muara siau hingga wilayah lainnya, mulai dari kalangan bawah hingga
kalangan atas. Konsumen terbanyak yaitu masyarakat dengan golongan
menengah kebawah, dikarenakan golongan ini menjadikan harga sebagai patokan
untuk membeli barang dimana harga yang ditawarkan jauh lebih murah dari
produk pesaing yaitu kopi AA. Sedangkan konsumen pada golongan ekonomi
menengah keatas dengan jumlah konsumen yang sedikit, hal ini disebabkan oleh
konsumen dengan tingkat ekonomi menengah keatas tidak menjadikan harga
sebagai patokan pembelian barang. Dengan kemasan yang menarik dan rasa yang
enak membuat ketertarikan konsumen dengan ekonomi menengah keatas tertarik
untuk membeli produk Kopi Bubuk Puti Daber.
2. Segmentasi berdasarkan gaya hidup
Pada umumnya penduduk di daerah penelitian memiliki kebiasaan yang
gemar mengkonsumsi minuman penambah semangat kerja dan penghilang
ngantuk saat bekerja. Hal ini dilihat dari kebiasaan masyarakat yang didominasi
petani yang terbiasa minum- minuman penambah semangat bekerja saat memulai
aktivitas, saat bekerja dan setelah bekerja, penduduk sebagian besar
mengkonsumsi rokok, dimana para saat merokok dibarengi dengan minum kopi.
budaya penduduk yang gemar bertamu, mereka seringkali menyuguhkan
minuman. Sehingga masyarakat sering membuat persediaan produk minuman di
rumah untuk disuguhkan pada tamu maupun untuk dinikmati bersama dengan

52
keluarga. Artinya penduduk di daerah sekitar usaha sangat konsumtif terhadap
produk minuman, berdasarkan hal ini produk Kopi Bubuk Puti daber adalah
produk minuman yang memiliki peluang untuk diterima dan dipasarkan di daerah
sekitar usaha.

4.2.4.2 Target
Targeting atau menetapkan target pasar adalah tahap selanjutnya dari
analisis segmentasi. Target market yaitu satu atau beberapa segmen pasar yang
akan menjadi fokus kegiatan pemasaran (Shinta, 2011). Target pasar penjualan
Kopi Bubuk Puti Daber yang akan dituju berdasarkan demografis (usia dan jenis
kelamin), target pasar berdasarkan usia ditujukan pada usia 15-60 tahun baik laki-
laki maupun perempuan karena pada rentan usia tersebut tergolong dalam usia
aktif bekerja yang membutuhkan minuman penambah semangat bekerja dan
minuman penghilang ngantuk saat bekerja. Sedangkan target pasar berdasarkan
jenis kelamin, usaha Kopi Bubuk Puti Daber tidak menargetkan pada jenis
kelamin tertentu, tetapi semua jenis kelamin baik perempuan maupun laki-laki
adalah target pasar yang dituju oleh usaha Kopi Bubuk Puti Daber.
Target pasar berdasarkan psikografis (kelas sosial dan gaya hidup) adalah
semua golongan ekonomi dan gaya hidup masyarakat mulai dari golongan
ekonomi menengah kebawah serta golongan ekonomi menengah ke atas. Produk
Kopi Bubuk Puti Daber menjadikan semua golongan sebagai target, mulai dari
kalangan pejabat, petani dan kalangan kaum milineal. Dengan harga yang sangat
terjangkau bagi semua golongan, baik petani, pejabat maupun milineal. Dengan
harga yang murah akan mudah memasuki target pasar yang diinginkan,
dikarenakan ada beberapa jenis kopi bubuk yang beredar dipasaran kurang
diminati oleh konsumen akibat harga jual yang mahal. Dikalangan petani alasan
utama pembelian produk Kopi Bubuk Puti Daber adalah harga produk yang
murah, sedangkan dikalangan pejabat harga tidak mempengaruhi alasan
pembelian produk, adapun alasan pembelian dikalangan pejabat adalah kemasan
yang menarik dan bisa dijadikan sebagai oleh-oleh serta rasa yang enak. Alasan
pembelian produk kopi Bubuk Puti Daber dikalangan milineal adalah harga yang
murah, dikarenakan kaum milineal rata-rata masih meminta uang jajan kepada

53
orangtua dan kemasan yang menarik juga menjadikan alasan pembelian produk
dikaum milineal

4.2.4.3 Posisi
Posisi pasar adalah kegiatan merumuskan penempatan produk dalam
persaingan dan menetapkan bauran pemasaran yang terperinci. Penentuan posisi
pasar juga dapat diartikan sebagai kegiatan menentukan persepsi konsumen
terhadap produk (Ibrahim, 2009).
Dalam pemasarannya produk Kopi Bubuk Puti Daber menggunakan
berbagai media sosial seperti instagram, facebook, whatsaap, menjadi sponsor dari
suatu acara dan media promosi lainnya. Dengan media-media tersebut usaha dapat
mempromosikan produk Kopi Bubuk Puti Daber sebagai produk pangan yang
enak dan tanpa bahan pengawet. Produk memiliki posisi yang lemah dipasar
sasaran, karena produk ini adalah produk baru, sehingga belum banyak konsumen
yang kenal dengan produk ini. Produk akan mudah bersaing dengan produk
sejenis dikarenakan produk Kopi Bubuk Puti daber satu-satunya produk kopi
bubuk yang dihasilkan di daerah tempat usaha. Selain itu produk juga memiliki
posisi sebagai produk dengan harga terjangkau karena harga yang ditawarkan
lebih murah dibandingkan produk pesaingnya yaitu produk Kopi AA dan produk
Kopi Bubuk Puti Daber menggunakan bahan baku utama kopi robusta asli tanpa
campuran tambahan. Dengan berbagai kelebihan produk Kopi Bubuk Puti Daber
ini, maka produk memiliki posisi yang kuat sebagai produk pilihan konsumen.

4.2.4.4 Bauran Pemasaran (Marketing mix)


Bauran pemasaran merupakan kombinasi dari empat variabel yang
merupakan inti sistem pemasaran yang dapat dikendalikan oleh pemilik usaha.
Menurut Shinta (2011), bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat
alat pemasaran yang digunakan suatu usaha untuk terus-menerus mencapai tujuan
pemasarannya di pasar sasaran. Keputusan dalam bauran pemasaran dapat
dikelompokkan menjadi 4P pemasaran: produk (product), harga (price), tempat
(place), dan promosi (promotion). Adapun bauran pemasaran untuk Usaha Kopi
Bubuk Puti Daber adalah sebagai berikut :

54
a. Produk
Produk yang dihasilkan pada usaha ini adalah Kopi Bubuk berjenis robusta
yang disangrai pada tingkat kematangan medium, dimana pada tingkat
kematangan ini kopi memiliki rasa yang tidak terlalu pahit dengan aroma yang
harum. Pada tingkat kematangan kopi yang medium (sedang) akan menghasilkan
warna kopi kecoklatan. Produk kopi bubuk ini menggunakan bahan baku kopi asli
campuran, hanya ada tambahan sedikit garam untuk penambah cita rasa.

a. Kemasan

Gambar 4. Kemasan Kopi Bubuk Puti Daber


Pada gambar 4 menjelaskan pengemasan yang digunakan pada Kopi
Bubuk Puti daber. Kemasan yang digunakan adalah plastik standing pouch yang
terbuat dari bahan polipropilena berdimensi 9x15 cm, memiliki volume 150 gram,
tebal kemasan 100 micron, dengan berat kemasan 4 gram dan berat produk 85
gram. Kemasan plastik yang digunakan tidak berwarna atau transparan, sehingga
konsumen dapat melihat langsung penampakan isi produk, kemasan juga
dilengkapi dengan zipper yang memudahkan konsumen untuk membuka dan
menutup kemasan. Kemasan produk menggunakan kemasan plastik standing
pouch yang bisa berdiri sehingga akan menarik minat konsumen untuk membeli
produk.

55
b. Label kemasan

Gambar 5. Label Kemasan Kopi Bubuk Puti Daber


Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa produk yang dipasarkan diberi label
kemasan sesuai dengan etiket komponen produk yaitu, merk, tagline, komposisi,
distributor, berat isi, tanggal kadaluarsa dan legalitas.
 Merk
Merk produk usaha ini adalah “Kopi Bubuk Puti Daber”. Merk ini
ditentukan dari nama wisata yang ada ditempat usaha. Merk ini
mengidentikkan nama desa, sehingga mudah untuk diingat dan mudah
dipasarkan.
 Tagline
Tagline dari produk ini adalah “100 % KOPI ASLI”. Hal ini sesuai
dengan bahan baku yang digunakan tanpa bahan baku tambahan .
 Komposisi
Label kemasan pada etiket komposisi dicantumkan sesuai komposisi
pada produk Kopi Bubuk Puti Daber Yaitu kopi robusta
 Produsen
Produk kopi bubuk ini diproduksi oleh Usaha Kopi Bubuk Puti Daber
yang beralamatkan didesa Peradun Temeras, Kecamatan Muara Siau,
Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi Indonesia.
 Berat Isi
Etiket berat isi pada label Produk Kopi Bubuk Puti Daber memiliki
berat bersih 85 gram, dengan berat kemasan 4 gram.

56
 Tanggal Kadaluarsa
Tanggal kadaluarsa pada label kemasan harus dicantumkan untuk
memudahkan konsumen mengetahui waktu produksi dan batas waktu
penggunaan produk.
 Legalitas
Produk Kopi Bubuk Puti Daber merupakan produk pangan, maka
produk harus memiliki izin Dinkes PIRT. Produk Usaha Kopi Bubuk Puti
Daber telah mendapatkan izin Dinkes PIRT dan Izin lain yang dibutuhkan.
Produk Kopi Bubuk Puti daber ini tergolong baru sehingga produk yang
dihasilkan sangat diperhatikan kualitasnya, misalnya dari segi kualitas bahan
baku yang digunakan harus asli, sehingga dapat bersaing dengan sesama
produk kopi bubuk yang sudah terlebih dahulu ada di pasaran.
Pihak perusahaan terlebih dahulu harus mendefenisikan, memilih, dan
mendesain suatu produk disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen
yang akan dilayani. Produk dapat berupa barang (benda berwujud) dan jasa (tidak
berwujud). Strategi produk yang dilakukan oleh perusahaan dalam
mengembangkan suatu produk adalah sebagai berikut: Penentuan logo dan moto,
Menciptakan merek, Menciptakan kemasan dan Keputusan label (Purnomo,
2017).
Produk diartikan sebagai segala sesuatu yang ditawarkan ke suatu pasar
untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan. Bauran produk didefinisikan sebagai
kumpulan dari semua produk dan unit produk yang ditawarkan penjual kepada
pembeli mencakup barang, kemasan, merek, label, pelayanan dan jaminan
(Shinta, 2011).

b. Harga
Harga adalah suatu nilai yang dinyatakan dalam bentuk rupiah guna
pertukaran/transaksi atau sejumlah uang yang harus dibayar konsumen untuk
mendapatkan barang dan jasa. Penetapan harga memiliki implikasi penting
terhadap strategi bersaing perusahaan. Tujuan yang ditetapkan harus konsisten
dengan cara yang dipilih perusahaan dalam menempatkan posisi relatifnya dalam
persaingan. (Shinta, 2011).

57
Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung terhadap laba
suatu usaha. Tingkat harga produk yang ditetapkan akan mempengaruhi
penerimaan konsumen terhadap produk yang ditawarkan. Harga penjualan produk
ditentukan dengan metode Cost Plus Percentage of Cost Princing dengan
persamaan berikut:
$%$ +& $
MNOPO QRNS = T +&.J5$-
+ VWV X YVZ X[!V\ \[] ^_ !

 Biaya Tetap = 6.382.579


 Biaya Tidak Tetap Per Unit = (Biaya Tetap / Unit Terjual)
= 6.382.579 / 9.936
= 642
 Unit Terjual = 9.936 pcs
` .H.bL .cIK
Biaya Unit = + d\. 642
K.KbH
Biaya Unit = Rp. 1.285
$%$ T
Harga Jual =
g$.4
` . . Lc
Harga Jual =
G,Iib

Harga Jual = Rp. 5.000


Harga jual Kopi Bubuk Puti Daber/pcs = Rp. 5.000
Margin keuntungan yang ditentukan sebesar 74,3 %

Harga yang ditawarkan pada usaha ini adalah Rp. 5.000/bungkus, harga
yng ditetapkan ini tergolong murah dan bisa bersaing dengan produk kopi yang
telah ada sebelumnya seperti produk kopi AA yang dijual dengan harga Rp.
7.000/bungkus disekitar tempat usaha.

c. promosi
Pada hakikatnya promosi merupakan suatu bentuk komunikasi pemasaran.
Komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha untuk
menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk dan atau mengingatkan pasar
sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan
loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Tujuan utama

58
promosi adalah untuk menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk serta
mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran pemasarannya.
Sedangkan jika ditinjau secara ilmiah ekonomi, maka tujuan dari promosi adalah
untuk menggeser kurva permintaan akan produk ke kana dan membuat
permintaan menjadi inelasitas (dalam kasus harga naik) dan elastis (dalam kasus
harga turun). Namun secara ringkas promosi berkaitan dengan upaya untuk
mengarahkan seseorang agar dapat mengenal produk perusahaan, lalu
memahaminya, berubah sikap, menyukai, yakin, kemudian akhirnya membeli dan
selalu ingat akan produk tersebut (Shinta, 2011).

Promosi merupakan senjata utama dalam pemasaran produk. Walaupun di


pasaran telah terdapat produk yang serupa tetapi dengan kualitas dan kemasan
yang menarik dari kopi bubuk Puti Daber dapat menarik hati konsumen untuk
membeli. Hal-hal yang lakukan dalam rangka mempromosikan Kopi Bubuk Puti
Daber adalah dengan cara Pemberian informasi secara langsung (direct
promotion) dan Pemberian informasi secara tidak langsung (indirect promotion).
Pemberian informasi secara langsung pada saat melakukan proses pemasaran.
Promosi secara langsung dilakukan pada toko, warung dan konsumen baru yang
dilakukan dengan cara memberikan penjelasan mengenai produk Kopi Bubuk Puti
Daber secara lengkap. Pemberian informasi secara tidak langsung dilakukan
dalam beberapa bentuk kegiatan diantaranya yaitu, promosi lewat akun media
sosial ( Facebook, WhatsAPP, Instagram,). Serta pembuatan koran elektronik oleh
stasiun berita.

Promosi produk Kopi Bubuk Puti Daber juga dilakukan dengan menjadi
donatur/sponsor disuatu kegiatan yang dilaksanakan oleh pemuda dan Pemdes
didaerah tempat usaha, seperti menjadi sponsor pada acara Semi Grasstrack Seri I
Arena Renah Ampar Desa Peradun Temeras. Promosi yang telah dilakukan oleh
Usaha kopi Bubuk Puti Daber memberikan dampak positif bagi usaha
tersebut,dengan semakin dikenalnya produk oleh konsumen dan timbulnya
konsumen baru yang membeli Kopi Bubuk Puti Daber. Biaya promosi pada Usaha
Kopi Bubuk Puti Daber di asumsikan Rp.500.000/tahun.

59
d. Tempat

Tempat dalam bauran pemasaran adalah lokasi usaha yang ditentukan


untuk melakukan produksi dan pemasaran produk. Tempat dalam bauran
pemasaran berkaitan dengan distribusi. Distribusi adalah suatu kegiatan agar
produk dapat dinikmati oleh konsumen dalam waktu yang cepat dan tepat ke
sasaran serta menjamin kontinuitas persediaan barang dagangan di pasaran
(Simanjuntak, 2018).

Tempat/lokasi usaha Kopi Bubuk Puti Daber beralamatkan di Desa


Peradun Temeras, Kecamatan Muara Siau, Kabupaten Merangin. Tempat ini
dipilih dikarenakan dekat dengan bahan baku, belum adanya usaha serupa
ditempat sekitar usaha, dekat dengan pasar dan daerah sekitar yang mendukung
produk untuk ditawarkan, sehingga produksi terus berjalan dan memudahkan
usaha dalam memasarkan produk. Jalur pendistribusian produk Kopi Bubuk Puti
Daber ini dilakukan dengan cara memasarkannya ke pusat keramaian seperti kios,
warung, grosir, dan pasar yang ada disekitar tempat usaha yaitu diwilayah
Kecamatan Muara siau. Tempat/lokasi usaha ini sangat mendukung untuk
keberlanjutan usaha kedepan, dikarenakan lokasi usaha yang berada dikawasan
wisata air terjun.

4.2.5 Aspek Finansial


Aspek finansial penting untuk dianalisis karena berkaitan dengan sejumlah
dana yang dikeluarkan untuk mendirikan usaha. Analisis aspek finansial
dilakukan dengan menggunakan kriteria kelayakan usaha yaitu Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan B/C Ratio, Pay Back Period, dan Break
Event Point. Hasil dari perhitungan kriteria kelayakan usaha tersebut akan
menunjukkan layak atau tidaknya usaha dari sisi finansial. Selanjutnya untuk
melihat sejauh mana kepekaan kelayakan maka akan digunakan analisis
sensitivitas.

60
4.2.5.1 Asumsi Perhitungan Analisis Finansial
Proyeksi penerimaan dan biaya-biaya selama periode proyek didasarkan
pada asumsi- asumsi dan data yang ada di Usaha Kopi Bubuk Puti Daber. Analisis
aspek finansial menggunakan umur proyek selama 5 tahun. Usaha memiliki hari
kerja selama 2 hari dalam 1 sebulan dan terdapat 24 hari hari dalam 1 tahun. Nilai
sisa bangunan pada akhir proyek adalah 50% dari nilai awal, biaya pemeliharaan
mesin dan peralatan adalah 2% dari harga mesin dan peralatan (Caessara, 2011).
Suku bunga bank BPD Jambi mengenai peminjaman untuk Kredit Mikro
pada Oktober 2020 memiliki suku bunga efektif sebesar 9,09%. Menurut Sylvia
(2013), discount rate atau discount factor dapat digunakan dari suku bunga
pinjaman, suku bunga simpanan atau suku bunga riil sesuai dengan sumber modal
yang digunakan. Modal Usaha Kopi Bubuk Puti daber yang telah dijalankan
100% berasal dari modal sendiri pemilik usaha. Dengan demikian suku bunga
pinjaman yang ditentukan pada analisis finansial sebesar 9,09%.
Kapasitas produksi usaha Kopi Bubuk Puti daber adalah 80 kg biji
kopi/bulan. Jumlah Kopi bubuk yang dihasilkan adalah adalah 70,4 kg kopi bubuk
/bulan yang dikemas dalam kemasan standing pouch dengan berat bersih 85 gram
kopi bubuk, sehingga mendapatkan 828 bungkus/bulan. Sehingga Kopi Bubuk
Puti daber yang dihasilkan dalam 1 tahun adalah 9.936 bungkus. Persentasi
produksi pada tiap tahunnya diperkirakan mencapai 100%. Asumsi-asumsi lebih
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 12.

4.2.5.2 Komponen Biaya

A. Pengeluaran
1. Biaya Investasi
Keuangan merupakan salah satu fungsi bisnis yang bertujuan untuk
membuat keputusan keputusan investasi, pendanaan dan dividen. Keputusan
investasi ditujukan untuk menghasilkan kebijakan yang berhubungan dengan
kebijakan pengalokasian sumber dana secara optimal, kebijakan modal kerja dan
kebijakan investasi yang berdampak pada strategi perusahaan yang lebih luas
(merger dan akuisisi). Keputusan pendanaan difokuskan untuk mendapatkan

61
usaha optimal dalam rangka mendapatkan dana atau dana tambahan untuk
mendukung kebijakan investasi (Sulastri, 2016).
Biaya investasi usaha Kopi Bubuk Puti Daber merupakan biaya investasi
yang dibuat dalam harta tetap (fixed asset) seperti biaya perizinan usaha, biaya
bangunan, mesin dan peralatan. biaya investasi diartikan sebagai penanaman
modal suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai
usaha. Biaya investasi Usaha Kopi Bubuk Puti Daber memiliki jangka waktu 5
tahun sebagai umur proyek yang direncanakan. Total keseluruhan biaya investasi
usaha Kopi Bubuk Puti Daber adalah sebesar Rp. 35.680.000 yang dapat dilihat
pada Lampiran 13. Biaya perizinan hanya dibutuhkan satu kali sebesar
Rp.1.000.000, Sedangkan biaya bangunan yang digunakan untuk melakukan
kegiatan produksi adalah milik sendiri, namun tetap dihitung sebesar
Rp. 30.000.000. Peralatan seperti baskom stanless, ember dan spatula merupakan
peralatan yang telah ada sebelum adanya usaha, namun tetap dihitung.
 Perhitungan Depresiasi (penyusutan)
Dana penyusutan adalah biaya yang dibebankan pada konsumen melalui
perhitungan harga pokok produksi. Biaya penyusutan juga dianggap sebagai laba
dalam perhitungan aliran kas, karena dana yang disisihkan sebenarnya merupakan
penerimaan perusahaan yang dapat digunakan pada berbagai kepentingan.
(Ibrahim, 2009). Penyusutan adalah suatu metode perhitungan akuntansi yang
bermaksud membebankan biaya perolehan aset dengan membayar selama periode
tertentu dimana aset tersebut masih berfungsi (Caessara, 2011).
Pada analisis ini metode yang digunakan adalah metode garis lurus
(straight line depreciation) pada metode ini nilai depresiasi setiap tahun sama.
Metode ini dipilih karena merupakan metode yang paling banyak dipakai. Pada
kenyataannya setiap mesin/peralatan memiliki umur ekonomis masing- masing.
Sehingga, mesin/peralatan yang memiliki umur ekonomis di bawah 5 tahun harus
diadakan kembali (reinvestasi). Sebagai contoh, pisau cutter memiliki umur
ekonomis 1 tahun, maka setiap tahun harus ada investasi untuk pisau cutter.
Selama umur proyek berarti akan terdapat reinvestasi sebanyak 5 kali. Sehingga
untuk peralatan yang memiliki umur ekonomis dibawah lima tahun dianggap tidak
memiliki nilai sisa. Untuk keterangan nilai sisa dapat melihat tabel asumsi pada

62
Lampiran 12. Hasil perhitungan menunjukkan nilai depresiasi investasi setiap
tahunnya adalah sebesar Rp. 2.445.667 . Rincian perhitungan depresiasi dapat
dilihat pada Lampiran 14.

2. Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap, jumlahnya tidak
tergantung kepada perubahan tingkat kegiatan dalam menghasilkan produk Kopi
Bubuk Puti daber seperti biaya pemeliharaan gedung dan peralatan, biaya
penyusutan gedung dan peralatan serta bunga modal/investasi yang dikeluarkan.
Total biaya tetap usaha Kopi bubuk Puti daber adalah sebesar Rp.6.382.579 pada
tahun pertama, dapat dilihat pada lampiran 15.

3. Biaya Tidak Tetap


Biaya tidak tetap usaha Kopi Bubuk Puti Daber merupakan biaya variabel
(variabel cost) yang besarnya tergantung dengan jumlah Kopi Bubuk Puti Daber
yang diproduksi. Biaya ini berupa biaya bahan baku dan bahan pendukung, biaya
listrik, biaya proses pengemasan dan biaya tenaga kerja. Adapun biaya bahan
baku dan bahan pendukung pada usaha ini terdiri biaya bahan baku dan bahan
pendukung yaitu bahan baku kopi dan bahan pembantu garam. Dalam satu hari
produksi Kopi Bubuk Puti Daber membutuhkan 40 kg kopi dengan harga Rp.
18.500/kg dan bahan baku tambahan garam sebanyak 40 gram.

Sedangkan untuk biaya proses pengemasan terdiri dari pembelian kemasan


standing pouch, kertas stiker, baterai timbangan dan tinta print. Pembelian
kemasan standing seharga Rp. 242/bungkus yang dibeli melalui online shop,
harga tersebut sudah termasuk ongkos pengiriman, Pembelian kertas hvs stiker
seharga Rp. 103/lembar untuk satu kemasan, pada kertas stiker diperlukan printer
untuk mencetak label kemasan, printer yang digunakan membutuhkan tinta print
sebanyak 1 botol/warna dengan harga Rp. 37.500/botol dan pada proses
pengemasan menggunakan timbangan digital yang berkapasitas 10 kg, timbangan
digital ini membutuhkan baterai sebagai sumber energi sebanyak 2 buah seharga
3.000/ satu baterai. Biaya listrik yang dikeluarkan pada Usaha Kopi Bubuk Puti

63
Daber adalah sebesar Rp. 105.000/tahun, listrik hanya digunakan untuk
pengoperasian printer.
Pada proses produksi Usaha Kopi Bubuk Puti Daber menggunakan kayu
bakar sebagai sumber energi untuk proses penyangraian, biaya yang dikeluarkan
untuk kayu bakar pada proses produksi selama setahun adalah Rp.150.000. pada
usaha ini menggunakan mesin penggiling yang membutuhkan bahan bakar
minyak pertalite sebanyak 36 liter/tahun dengan harga Rp. 10.000/liter. Biaya
tenaga kerja termasuk biaya tidak tetap, karena upah tenaga kerja tergantung
berapa besar produksi yang dilakukan dalam satu bulan, upah tenaga kerja dalam
satu hari yaitu Rp. 60.000/orang. Upah ini berdasarkan pada upah masyarakat
setempat sebesar Rp.50.000/hari jika bekerja dikebun, tenaga kerja yang
digunakan berjumlah 3 orang, tenaga kerja ini berasal dari keluarga pendiri usaha
Kopi Bubuk Puti Daber, tenaga kerja ini dipilih dikarenakan usaha ini merupakan
usaha miliki keluarga. Adapun rincian perhitungan tenaga kerja dapat dilihat pada
lampiran 16. Usaha Kopi Bubuk Puti Daber menggunakan promosi dalam proses
pemasaran produk yang menghabiskan modal Rp. 500.000. Adapun rincian biaya
tidak tetap yang dikeluarkan Usaha Kopi Bubuk Puti Daber pertahun dapat dilihat
pada Lampiran 17.

B. Penerimaan
Penerimaan adalah segala sesuatu yang dapat meningkatkan pendapatan
suatu usaha. Arus manfaat dari usaha Kopi Bubuk Puti Daber ini adalah
penerimaan dari penjualan Kopi Bubuk Puti Daber sebanyak 9.936 bungkus
pertahun dengan harga Rp. 5.000/bungkus, maka penerimaan pertahun sebesar
Rp. 49.680.000, Dengan demikian total pendapatan keseluruhan yang diperoleh
dalam menjalankan Usaha Kopi Bubuk Puti Daber selama 5 (lima) tahun adalah
sebesar Rp. 248.400.000. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6.

64
Tabel 6. Penerimaan Usaha Kopi Bubuk Puti Daber
Tahun Jumlah produk Jumlah (Rp)
1 9.936 pcs Rp. 49.680.000
2 9.936 pcs Rp. 49.680.000
3 9.936 pcs Rp. 49.680.000
4 9.936 pcs Rp. 49.680.000
5 9.936 pcs Rp. 49.680.000
Jumlah 49.680 Rp. 248.400.000

C. Keuntungan
Suatu usaha akan dikatakan menguntungkan jika selisih antara penerimaan
dengan pengeluaran bernilai positif. Semakin besar selisih antara penerimaan dan
pengeluaran, maka semakin menguntungkan suatu usaha. selisih tersebut
dinamakan pendapatan bersih atas biaya jika total penerimaannya dikurangi
dengan total pengeluaran.
Berdasarkan perhitungan dari pendapatan dan pengeluaran maka
keuntungan bersih yang diperoleh adalah pada tahun pertama adalah sebesar
(-19.175.499), pada tahun pertama Usaha Kopi Bubuk Puti Daber, tidak
mendapatkan keuntungan dikarenakan pada tahun pertama usaha harus
mengeluarkan modal awal atau investasi. Sedangkan pada tahun kedua Usaha
Kopi Bubuk Puti daber mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 16.454.501.untuk
lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7.

D. Cash Flow
Cash Flow merupakan aliran kas yang disusun untuk menunjukkan
perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai
perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan
penggunaan- penggunaannya (Umar, 2003 dalam Widodo, 2011). Aliran kas
dihitung dengan mengurangi aliran kas masuk dengan aliran kas keluar setiap
tahunnya.
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat proyeksi arus kas usaha Kopi Bubuk Puti
Daber terdiri dari aliran penerimaan, aliran pengeluaran, dan aliran kas bersih

65
(keuntungan). Kas bersih didapatkan dengan mengurangi aliran kas penerimaan
dengan kas pengeluaran setiap tahunnya.

Tabel 7. Aliran Cash flow Usaha Kopi Bubuk Puti Daber


aliran khas tahun 1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5

Uraian

Penerimaan 49.680.000 49.680.000 49.680.000 49.680.000 49.680.000

Pengeluaran

Investasi 35.680.000

biaya tetap 6.382.579 6.432.579 6.862.579 6.482.579 6.862.579

biaya tidak 26.792.920 26.792.920 26.792.920 26.792.920 26.792.920


tetap
Jumlah 68.855.499 33.225.499 33.655.499 33.275.499 33.655.499

Keuntungan -19.175.499 16.454.501 16.024.501 16.404.501 16.024.501

4.2.5.3 Kriteria Kelayakan Finansial


Proses penilaian kelayakan dijelaskan berdasarkan pemakaian metode-
metode analisis arus kas mencakup kriteria kelayakan usaha yang terdiri dari
NPV, IRR, Net B/C, BEP, PP dan Analisis Sensivitas.

A. Net Present Value (NPV)


Net Present Value (NPV) merupakan perbedaan antara nilai sekarang dari
manfaat dan biaya suatu usaha pada tingkat bunga tertentu. Analisis ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh selama umur

66
usaha berjalan. Nilai NPV yang diperoleh untuk rencana usaha Kopi Bubuk Puti
Daber pada tingkat suku bunga 9.09% selama 5 tahun adalah sebesar
Rp. 32.811.611.

Nilai tersebut merupakan nilai penjumlahan net benefit (laba) setiap


periode yang telah didiskonfaktorkan pada usaha Kopi Bubuk Puti Daber. NPV
positif menunjukkan bahwa usaha tersebut layak dijalankan karena usaha tersebut
dapat menghasilkan arus kas masuk dengan persentase lebih besar dibandingkan
dengan biaya yang dikeluarkan atau modal yang ditanamkan, sehingga usaha ini
layak untuk dikembangkan dalam jangka panjang. Untuk lebih jelasnya
perhitungan mencari NPV dapat dilihat pada lampiran 18. Menurut Kasmir dan
Jakfar (2012), NPV lebih besar dari nol (NPV > 0), artinya usaha yang dijalankan
layak atau menguntungkan, jika NPV kecil dari nol (NPV < 0), artinya usaha
tidak layak atau tidak mengalami keuntungan, dan jika NPV sama dengan nol
(NPV=0), artinya usaha tidak untung dan tidak rugi.

B. Internal Rate of Return (IRR)


Internal Rate of Return (IRR) adalah besarnya tingkat pengembalian
modal sendiri yang digunakan untuk menjalankan usaha. IRR ini dapat mengukur
kemanfaatan modal sendiri untuk menghasilkan laba. Tujuan perhitungan IRR
adalah untuk mengetahui persentase keuntungan usaha tiap tahunnya dan
menunjukkan kemampuan usaha dalam mengembalikan bunga pinjaman
(Rasmiati, 2016).

Untuk menentukan layak atau tidaknya usaha Kopi Bubuk Puti Daber
dilaksanakan maka sebagai patokan dasar pembanding adalah tingkat suku bunga
bank yang berlaku, yaitu ditetapkan sebesar 9,09% (persen), sedangkan suku
bunga untuk perhitungan yang ditetapkan adalah 64% dan 74%. Adapun
perhitungan 64% merupakan nilai NPV positif dan perhitungan 74% merupakan
nilai NPV negatif. Jika nilai IRR lebih besar dibandingkan tingkat suku bunga
bank, maka usaha dinyatakan layak. Dari perhitungan, diperoleh nilai IRR pada
usaha ini sebesar 73,7% (persen) yang dapat dilihat pada Lampiran 19. Hal ini
dapat diartikan tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi usaha Kopi

67
Bubuk Puti daber ini lebih besar nilainya dibandingkan dengan tingkat
pengembalian yang dihasilkan dari investasi yang dilakukan pada Bank.

C. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)


Net B/C merupakan perbandingan antara jumlah benefit dan total cost
berdasarkan nilai relatif kas. Rumusnya adalah PV positif dibagi dengan jumlah
PV negatif. Kriteria Net B/C menunjukkan berapa kali lipat perbandingan jumlah
benefit netto yang diperoleh dari usaha terhadap modal pengeluaran. Perhitungan
B/C ratio dilakukan untuk melihat berapa manfaat yang diterima oleh usaha untuk
setiap satu rupiah pengeluaran usaha. Net B/C ratio merupakan angka
perbandingan antara nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang
yang dilihat dari arus biaya (Karmila, 2013).

Dari perhitungan diperoleh nilai net B/C pada tingkat suku bunga 9,09%
adalah sebesar 1,19 yang dapat dilihat pada Lampiran 20. Dengan demikian
menurut kriteria Net B/C usaha tersebut layak dijalankan karena memiliki Net
B/C sebesar 1,19 kali lipat dari modal pengeluaran. Dengan kata lain setiap Rp.
1,- biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat sebesar Rp. 1,2,- sehingga
manfaat yang didapat lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

D. Break Event Point (BEP)


Untuk melihat titik impas atau Break Event Point (BEP) dalam suatu titik
usaha produksi dimana titik tersebut akan menghasilkan nilai biaya yang sama
dengan nilai penjualan/pendapatan Titik impas menunjukkan bahwa tingkat
produksi telah menghasilkan pendapatan yang sama besarnya dengan biaya
produksi yang dikeluarkan.
Titik impas selama umur proyek usaha Kopi bubuk Puti Daber berada
pada saat usaha mengalami penerimaan sebesar Rp.13.854.390, artinya pada
penerimaan usaha sebesar Rp. 13.854.390 /tahun usaha berada pada titik impas
atau berada pada kondisi tidak untung dan tidak rugi. Titik impas selama umur
proyek usaha Kopi Bubuk Puti daber berada pada penjualan saat harga jual Kopi
Bubuk Puti Daber per bungkus Rp. 3.344, pada harga jual tersebut usaha berada
pada titik impas atau berada pada kondisi tidak rugi dan tidak mendapatkan
keuntungan.. Titik impas selama umur proyek dalam bentuk unit, yaitu berada

68
pada saat produksi Usaha Kopi Bubuk Puti Daber 2.771 bungkus, artinya pada
tingkat penjualan produk sebanyak 2.771 bungkus/tahun, usaha berada pada titik
impas atau berad pada kondisi tidak untung dan tidak rugi. Perhitungan BEP dapat
dilihat pada Lampiran 21.

E. Payback Period (PP)


Payback Period (PP) digunakan untuk memperkirakan jangka waktu
pengembalian dana investasi suatu usaha. Payback Period adalah waktu minimum
untuk mengembalikan investasi awal dalam bentuk aliran kas yang didasarkan
atas total penerimaan dikurangi semua biaya. Pay Back Period merupakan jangka
waktu yang diperlukan untuk mengembalikan seluruh modal suatu investasi, yang
dihitung dari aliran kas bersih (Novianti, 2016).
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai payback period untuk usaha ini adalah
2 tahun 2 bulan (Lampiran 22), yang berarti untuk mengembalikan investasi awal
usaha dibutuhkan waktu 2 tahun 2 bulan setelah usaha dijalankan. Dari hasil
tersebut, dapat disimpulkan bahwa usaha Kopi Bubuk Puti Daber layak didirikan
karena waktu pengembalian modal lebih cepat dibandingkan dengan umur usaha
yang direncanakan.

F. Analisis Sensivitas
Analisis kepekaan (sensitivity analysis) merupakan analisis yang
digunakan untuk melihat kemungkinan yang akan terjadi dari hasil analisis usaha
jika terdapat suatu kesalahan atau perubahan dasar dalam penghitungan biaya dan
manfaat. Analisis ini dipersiapkan untuk mengantisipasi adanya kenaikan biaya
produksi atau kenaikan bahan baku dan penurunan pendapatan. Maka dilakukan
analisis sinsitivitas untuk mengetahui sejauh mana usaha dapat bertahan dalam
kondisi krisis dan ketidak stabilan ekonomi (Rasmiati, 2016).
Analisis sensitivitas perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana tingkat
sensitivitas jika terjadi perubahan pada beberapa variabel komponen cashflow
terhadap pendapatan dan keuntungan suatu usaha. Suatu rencana usaha mungkin
sangat sensitif terhadap perubahan penerimaan, jumlah produksi, harga, sehingga
kelayakannya tergantung pada seberapa besar perubahan-perubahan ketiga
variabel yang dapat ditolerir oleh rencana usaha tersebut.

69
Perhitungan analisis sensitivitas usaha Usaha Kopi Bubuk Puti Daber
dapat dilihat pada Lampiran 23. Untuk variabel penerimaan, usaha memiliki
kemampuan toleransi penurunan penerimaan hingga 27,9% (persen) dari target
penerimaan yang direncanakan atau sebesar Rp. Dari yang direncanakan, artinya
jika penurunan penerimaan sebesar Rp.13.860.720 Usaha Kopi Bubuk Puti
Daber tidak mengalami kerugian. Sedangkan toleransi penurunan jumlah produksi
usaha sebesar 27,9% (persen) dari target jumlah produksi yang direncanakan atau
sebesar 2.772 bungkus dari produksi yang direncanakan . artinya jika penurunan
penurunan sebesar 2.772 bungkus, Usaha Kopi Bubuk Puti Daber tidak
mengalami kerugian. Sedangkan untuk toleransi perubahan harga, usaha memiliki
tingkat toleransi yang paling tinggi hingga mencapai 66,9% (persen) dari harga
yang direncanakan atau sebesar Rp. 3.345 dari hari harga yang direncanakan.
artinya jika penurunan harga sebesar Rp. 3.345, Usaha Kopi Bubuk Puti Daber
tidak mengalami kerugian, usaha tetap dapat dijalankan hingga penurunan harga
sebesar 66,9% (persen) dari harga produk yang direncanakan.

70
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Hasil analisis kelayakan usaha pada studi kasus Usaha Kopi Bubuk Puti
Daber dapat disimpulkan sebagai berikut: Berdasarkan analisis aspek finansial
didapatkan bahwa usaha ini layak untuk didirikan. Perhitungan kriteria kelayakan
finansial pada tingkat suku bunga pinjaman 9,09%% diperoleh nilai NPV sebesar
Rp. 32.811.611. Nilai IRR sebesar 73,7%. Nilai Net B/C sebesar 1,19.
Berdasarkan kriteria pengembalian investasi usaha (payback period), diperoleh
masa pengembalian investasi usaha 2 tahun, 2 bulan. Titik impas selama umur
proyek usaha Kopi Bubuk Puti Daber berada pada saat usaha mengalami
penerimaan sebesar Rp.13.854.390. dengan harga jual Kopi Bubuk Puti Daber
per bungkus Rp. 3.344 dan produksi Kopi Bubuk Puti Daber sebanyak 2.771
bungkus. Hasil analisis sensitivitas usaha Kopi Bubuk Puti Daber terhadap
perubahan komponen penerimaan mencapai 27,9% dan penurunan jumlah
produksi mencapai 27,9%, serta tingkat toleransi penurunan harga mencapai
66,9%.
Berdasarkan dari analisis aspek non-finansial yang terdiri dari aspek
teknis, pada aspek ini ketersedian bahan baku, mesin dan peralatan, layout
produksi dan tenaga kerja memadai untuk melakukan proses produksi dengan
kapasitas produksi pertahun sebesar 960 biji kopi kering. Aspek hukum , pada
aspek ini usaha telah memenuhi semua izin untuk mendirikan sebuah usaha dan
sudah legal. Aspek lingkungan, pada aspek ini usaha tidak memiliki limbah yang
berpotensi membahayakan lingkungan. aspek pasar, usaha Kopi Bubuk Puti
Daber memiliki peluang pasar yang berpotensi, hal ini dilihat dari segmentasi,
target dan posisi produk dipasaran. Produk dijual dengan harga Rp.
5.000/bungkus yang dipromosikan secara langsung maupun melalui media sosial
dan produk didistribusikan kepusat keramaian seperti pasar dan warung. Dari
aspek non-finansial yang dilakukan menunjukkan bahwa usaha Kopi bubuk Puti
Daber layak dijalankan.

71
5.2 SARAN
Berdasarkan hasil yang telah disimpulkan diatas, untuk pengembangan
Usaha Kopi Bubuk Puti daber, penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Usaha ini sebaiknya mendirikan bangunan baru untuk mengubah line poduksi,
sehingga akan meningkatkan efektivitas dan efesiensi produksi
2. Usaha ini sebaiknya melakukan pengembangan produksi dan perluasan
jangkauan pasar
3. Untuk keberlanjutan suatu usaha, sebaiknya usaha ini menambah varian
produk
4. Melakukan kerjasama dengan pemerintah atau swasta untuk dapat
meningkatkan pemasaran produk.

72
DAFTAR PUSTAKA

Anny, A., Loho A., Lolowang. T. 2016. Analisis Persediaan Bahan Baku Kelapa
Pada Pt. Dimembe Nyiur Agripro (Dna) di Desa Tetey, Kecamatan
Dimembe, Kabupaten Minahasa Utara. [Jurnal). Unsrat. Manado.

Apituley. R. I , Benny. A. B. S, Jeau. F. T. 2019. Profil Usaha Rumah Kopi


Monocafe Di Kelurahan Wenang Selatan Kota Manado. [Jurnal]. Unsrat.
Manado

Asanti, H.P. 2011. Analisis Finansial Pada Usaha Jamur Merang (Studi Kasus Di
Gampong Suak Puntong Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan
Raya) [Skripsi]. Uin Syarif Hidayatullah. Jakarta

BPS. 2020. Merangin Dalam Angka. Jambi: BadanPusat Statistik Kabupaten


merangin.

Caessara .A. 2011. Studi Kelayakan Pendirian Industri Tepung dan Biskuit Ikan
Lele Dumbo (Clarias gariepinus). IPB. Bogor.

Erdiansyah, N.P. Yusianto, 2012. Hubungan Intensitas Cahaya Di Kebun Dengan


Profil Cita Rasa Dan Kadar Kafein Beberapa Klon Kopi Robusta. [Jurnal].
Vol 28 (1), 14-22. Pelita Perkebunan

Harlistaria, M. Wigayanto, Ikasari. 2012. Analisis Kelayakan Teknis dan


Finansial Produksi Sosis Jamur Tiram pada Skala Industri Kecil (Studi
Kasus di Budidaya Jamur Tiram ‘Wahyu’ Kota Mojokerto). [jurnal].
Universitas Brawijaya. Malang.

Ibrahim. Y. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta

Ilham. 2018. Strategi Pengembangan Tanaman Kopi Robusta (Coffea Canephora)


Dikecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai. [Skripsi]. Universtitas
Hasanudin. Makasar

73
Karmila. 2013. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Markisa Konyal
(Passiflora Ligularis) Di Desa Arosuka Kecamatan Gunung Talang
Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat. [ Skripsi ]. Universitas
Bengkulu. Bengkulu

Kasmir, Jakfar. 2012. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.

Mulyani, A. 2019. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas


Kopi Robusta Terhadap Peningkatan Pendapatan Ekonomi Dalam
Perspektif Ekonomi Islam (Studi Di Perkebunan Kopi Robusta Desa
Talang Bandung Bawah Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung
Barat). [ Skripsi ] Universitas Islam Negeri Raden Intan. Lampung

Mustamin.W. R. 2018. Analisis Kelayakan Finansial Agroindustri Dodol


Strawberry (Studi Kasus Ud.Wisata Malino Dusun Parangbobo Desa
Tonasa Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa) [ Skripsi ] Universitas
Muhammadiyah Makassar. Makassar

Novianti. 2016. Analisis Usaha Pengolahan Kopi Jahe Skala Mikro Studi Kasus:
Unit Kopi Rakyat Di Wewewa Tengah – Sumba Barat Daya. [ Jurnal ] -
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Subang

Panggabean, E.2011. Buku Pintar Kopi. PT Agro Media Pustaka. Jakarta Selatan

Pratama,Y.2020. Analisis Kelayakan Bisnis Usaha Air Minum Dalam Kemasan


(Studi Pada Bumdes Lancar Jaya Desa Lambur Kecamatan Mrebet
Kabupaten Purbalingga). [Skripsi]. Iain Purwokerto. Purwokerto

Purnomo,R.A, Riawan, La.O.S. 2017. Studi Kelayakan Bisnis. Unmuh Ponorogo


Press. Ponorogo

Putri, J.M.A. N. K. Ayu, P. N. Kencana. 2017. Pengaruh Penggunaan Getah


Pepaya (Carica Papaya L.) Pada Proses Dekafeinasi Terhadap Penurunan
Kadar Kafein Kopi Robusta. [Jurnal Media Ilmiah Teknologi Pangan]. Vol
4 (2), 138-147.Universitas Udayana. Bali

74
Qomariah. N, Imam. S, Mas’ud. E. 2014. Analisis Sikap Konsumen Kinerja
atribut Kopi Bubuk Sido Luhur (Studi Kasus Di Ukm Kopi Bubuk Sido
Luhur, Kota Malang). [Jurnal]. Universitas Brawijaya. Malang

Rahardjo, P. 2012. Panduan Budidaya Dan Pengolahan Kopi Arabika Dan


Robusta. Penebar Swadaya, Depok.

Rahayoe, S.,Lumbantu, J,. dan W.K.J. Nugroho. 2009. Pengaruh Suhu Dan Lama
Waktu Penyangraian Terhadap Sifat Fisik-Mekanis Biji Kopi Robusta.
Jurnal Penelitian. UGM.Yogyakarta.

Rahayu. A. D. 2015. Analisis Kelayakan Usaha Gula Semut Anggota Koperasi


Serba Usaha (Ksu) Jatirogo[ Skripsi ]. Universitas Negeri Yogyakarta.
Yogyakarta

Rasmiati. 2016. Analisis Finansial Pada Usaha Jamur Merang (Studi Kasus Di
Gampong Suak Puntong Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan
Raya) [Skripsi]. Universitas Teuku Umar. Aceh Barat.

Rohmah. 2020. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Kopi Robusta (Coffea


Canephora) Pada Kelompok Tani Hutan (Kth) Cibulao Hijau. [Jurnal
Agribisains ]. Volume 6 Nomor 1. Universitas Djuanda Bogor. Bogor

Rosyidy, M. R. 2018. Analisa Tata Letak Fasilitas Produksi Dengan Metode


ARC, ARD, Dan AAD DI PT. XYZ. [Jurnal]. Sekolah Tinggin Teknik
Qomaruddin Gresik. Gresik.

Saputra, M. 2019. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Industri Kerupuk


Kemplang Di Desa Meranjat Kecamatan Indralaya Selatan Kabupaten
Ogan Ilir. [Skripsi]. Universitas Sriwijaya. Palembang

Shinta, A. 2011. Manajemen Pemasaran. Universitas Brawijaya Press. Malang

Simanjuntak, M. A. 2018. Analisis Kelayakan Pasar Dan Finansial Usaha


Minuman Nata De Coco Dari Limbah Cair Produksi Kopra (Studi Kasus
Di Desa Mekar Jati Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung
Barat). [ Skripsi ]. Universitas Jambi. Jambi

75
Sulastri. L. 2016. Studi Kelayakan Bisnis Untuk Wirausaha. Lgm. Bandung

Syaputra. M. R. 2020. Strategi Pengembangan Kopi Robusta Di Kab. Merangin


(Studi Di Kecamatan Jangkat, Sungai Tenang Dan Lembah Masurai).

[Jurnal]. Balitbangda Provinsi Jambi. Jambi

Tamtomo, H. D. Veronica. 2018. Meningkatkan Ekspor Dan Daya Saing Biji


Kopi Indonesia: Implikasi Strategis Bagi Pengembangan Kopi Lokal
Jangkat. [ Jurnal ].VOL.6 NO.2. STIE Muhammadiyah Jambi. Jambi

Tyas. N. L. 2019. Pengaruh Lama Waktu Penyangraian Terhadap Sifat


Fisikokimia Dan Organoleptik Kopi Bubuk Arabika Yang Tumbuh Di
Daerah Wonosobo (Coffea Arabica). [Skripsi] Universitas Semarang.
Semarang

Wardani, R. 2020. Analisis Kelayakan Teknis Pendirian Usaha Nata De


Cucumber di Kota Jambi. [skripsi]. Universitas Jambi. Jambi.

76
LAMPIRAN

Lampiran 1. Luas area tanaman kopi Provinsi Jambi (ha)

No Kabupaten/Kota 2018 2019


1 Kerinci 8039 8622
2 Merangin 11254 11233
3 Sarolangun 80 79
4 Batang Hari 23 21
5 Muaro Jambi 94 94
6 Tanjung Jabung Timur 3323 2323
7 Tanjung Jabung Barat 2676 2708
8 Tebo 207 232
9 Bungo 638 641
10 Kota Jambi - -
11 Kota Sungai Penuh 1040 1143
Jumlah 27274 28096
Sumber:Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi 2020

77
Lampiran 2. Luas area tanaman kopi arabika Kabupaten Merangin (ha)

No Kecamatan Kopi Arabika


1 Jangkat 22
2 Jangkat Timur 50
Jumlah 72
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Merangin 2020

78
Lampiran 3. Luas area tanaman kopi robusta Kabupaten Merangin (ha)

No Kecamatan Kopi Robusta


1 Jangkat 1697
2 Jangkat Timur 1882
3 Muara Siau 190
4 Lembah Masurai 7167
5 Tiang Pumpung 32
6 Pamenang 7
7 Pamenang Barat 2
8 Renah Pamenang 1
9 Bangko Barat 5
10 Nalo Tantan 3
11 Batang Masumai 3
12 Sungai Manau 8
13 Renah Pembarap 78
14 Pangkalan Jambu 49
15 Tabir 38
16 Tabir Ulu 2
Jumlah 11164
Sumber: pusat statistik kabupaten merangin 2020

79
Lampiran 4. Kuisioner
Kuisioner

A. Aspek Teknis
1. Apa saja bahan baku yang digunakan pada usaha ini?
2. Kopi jenis apa yang digunakan pada usaha ini?
3. Bagaimana usaha ini mendapatkan bahan baku?
4. Berapa jumlah tenaga kerja yang digunakan?
5. Berapa kapasitas produksi usaha ini?
6. Berapa bahan baku yang di gunakan untuk satu kali produksi?
7. Bagaimana proses produksi dari awal sampai siap dipasarkan?
8. Mesin dan peralatan apa saja yang digunakan?

B. Aspek Hukum

1. Bagaimana proses perizinan pendirian perusahaan?


2. Surat izin apa saja yang dimiliki oleh usaha ini ?
3. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk perizinan ?

C. Aspek Lingkungan Hidup

1. Limbah apa yang dihasilkan oleh usaha ini ?


2. Apakah perusahaan mencemari lingkungan di sekitar usaha?
3. Bagaimana pengolahan limbah pada usaha ini ?

D. Aspek Pasar

1. Apa produk utama dari perusahaan? apakah ada produk sampingan?


2. Berapa berat produk perkemasan ?
3. Berapa harga produk ?
4. Bagiamana cara anda memasarkan produk yang dihasilkan?
5. Kewilayah mana saja produk ini dipasarkan ?
6. Apakah usaha ini menggunakan promosi dalam memasarkan produk?
7. Apa saja promosi yang dilakukan oleh usaha ini ?
8. Apa kelebihan produk ini dengan produk yang sejenis dipasaran?

80
E. Aspek Finansial

1. Berapa biaya yang dibutuhkan untuk mendirikan usaha ini?


2. Berapa biaya yang dibutuhkan untuk sehari produksi pada usaha ini?
3. Berapa keuntungan dan dan pendapatan yang didapatkan dalam sehari
produksi?

81
Lampiran 5. Neraca massa pembuatan Kopi Bubuk Puti Daber

Input Proses Output

Biji kopi
Green bean
kering 10,1
kg Biji kopi hitam,
pecah dan
penyortiran
keriput 100 gr

10 kg biji Penyangraian t =
kopi 1 jam (8,85 kg) Uap dan
kulit ari
1150 gr
Pendinginan I t =
10 gr garam 1jam (8,86 kg)

Penggilingan t 60 gr kopi
= 20 m bubuk

Pendinginan II t = 1 jam
(8,8 Kg)

pengemasan

Kopi Bubuk
Puti Daber
( 8,8 kg)

82
Lampiran 6. Layout Produksi Usaha Kopi Bubuk Puti Daber

Gambar 1. Ruang Penyangraian Gambar 2. Ruang penggilingan

Gambar 3. Ruang penyimpanan Gambar 4. Ruang Penjualan

83
Lampiran 7. Tanda daftar perusahaan

84
Lampiran 8. Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK)

85
Lampiran 9. Izin Operasional/Komersial

86
Lampiran 10. Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga
(SPP-IRT)

87
Lampiran 11. Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Dan Pemantauan
Lingkungan Hidup (SPPL)

88
Lampiran 12. Asumsi untuk analisis finansial usaha Kopi bubuk Puti Daber

No Variabel Asumsi Nilai Satuan

1 Umur proyek 5 Tahun

2 Hari kerja per bulan 2 Hari

3 Bulan kerja pertahun 12 Bulan

4 Jumlah hari kerja pertahun 24 Hari

5 Nilai sisa bangunan dari nilai awal 50 %

6 Perkiraan nilai sisa mesin dan peralatan yang memiliki


umur ekonomis 5 tahun ke atas ditentukan dengan rumus
: (Harga Awal/umur ekonomis)
7 Biaya pemeliharaan mesin dan peralatan dari harga 2 %

8 Discount Factor (MARR) 9,09 %

9 Kapasitas produksi 9,09 %

10 Jumlah produksi per bulan 70,4 Kg

11 Jumlah produk yang dihasilkan per bulan 828 Bungkus

12 Jumlah produk yang dihasilkan dalam setahun 9.936 Bungkus

89
Lampiran 13. Biaya investasi usaha Kopi Bubuk Puti Daber

No Urain Banyaknya Harga Satuan Jumlah (Rp)

1 Gedung 1 30.000.000 30.000.000

2 Biaya Perizinan 1 1.000.000 1.000.000

3 Baskom Besar 3 85.000 255.000

4 Baskom Kecil 1 20.000 20.000

5 Spatula 2 15.000 30.000

6 Mesin 1 3.000.000 3.000.000


Penggilingan
7 Alat Penyangraian 1 400.000 400.000

8 Printer 1 750.000 750.000

9 Ember 2 25.000 50.000

10 Toples 3 35.000 105.000

11 Cutter 1 15.000 15.000

12 Penggaris 1 5.000 5.000

13 Timbangan 1 50.000 50.000

Jumlah 35.680.000

90
Lampiran 14. Biaya penyusutan dan biaya pemeliharaan usaha Kopi Bubuk Puti Daber

Urain harga umur ekonomis nilai sisa biaya penyusutan (d*) biaya pemeliharaan (e*)
awal (a*) (b*) (c*) d= [(a-c)/b] e =( 2% X a )
Gedung 30.000.000 10 15.000.000 1.500.000 600.000
baskom besar 255.000 2 0 127.500 5.100
baskom kecil 20.000 2 0 10.000 400
Spatula 30.000 1 0 30.000 600
mesin penggilingan 3.000.000 5 600.000 480.000 60.000
alat penyangraian 400.000 5 80.000 64.000 8.000
Printer 750.000 5 150.000 120.000 15.000
Ember 50.000 2 0 25.000 1.000
Toples 105.000 2 0 52.500 2.100
Cutter 15.000 1 0 15.000 300
Penggaris 5.000 1 0 5.000 100
Timbangan 50.000 3 0 16.667 1.000
Jumlah 34.680.000 15.830.000 2.445.667 693.600

Keterangan
(*) simbol variabel untuk memudahkan perhitungan dan bukan simbol sebenarnya. Rumus Penyusutan Metode Garis Lurus (straight line
depreciation) Penyusutan= (Harga Awal Investasi – Nilai Sisa)
Umur Ekonomis

91
Lampiran 15. Biaya Tetap Usaha Kopi Bubuk Puti Daber/Tahun

No Uraian Jumlah (Rp)


1 Peralatan
Pemeliharaan 93.600
Penyusutan 945.667
2 Gedung
Pemeliharaan 600.000
Penyusutan 1.500.000
3 Bunga Modal 3.243.312
Jumlah 6.382.579

92
Lampiran 16. Perhitungan Biaya Tenaga Kerja/Tahun

No Banyaknya Satuan Harga Jumlah (Rp)

1 3 Hari 60.000 180.000

2 3 Bulan 180.000 360.000

3 3 Tahun 1.440.000 4.320.000

93
Lampiran 17. Biaya Tidak Tetap Usaha Kopi Bubuk Puti Daber/Tahun

No Uraian Banyaknya Satuan Harga jumlah (Rp)

tahun 1
1 Kopi 960 Kg 18.500 17.760.000

2 tenaga kerja 3 Hok 1.440.000 4.320.000

3 Garam 2 Kg 4.000 8.000

4 tinta print 4 Pcs 37.500 150.000

5 Baterai 4 Buah 3.000 12.000

6 minyak mesin 36 Liter 10.000 360.000

7 kertas stiker 9.936 pcs 103 1.023.408

8 Kemasan 9.936 Pcs 242 2.404.512

9 Promosi 1 tahun 500.000 500.000

10 kayu bakar 1 Truk 150.000 150.000

Jumlah 26.792.920

94
Lampiran 18. NPV Usaha Kopi Bubuk Puti Daber

Uraian Keuntungan Discount Factor


(MARR)(9,09%)
Tahun 1 -19.175.499 -18.675.499

Tahun 2 16.454.501 15.083.418

Tahun 3 16.024.501 13.464.257

Tahun 4 16.404.501 12.635.959

Tahun 5 16.024.501 11.314.744

Jumlah 32.811.611

NPV = ∑
( )

NPV = -19.175.499+15.083.418+ 13.464.257+12.635.959+ 11.314.744

NPV = 32.811.611

95
Lampiran 19. Perhitungan IRR Usaha Kopi Bubuk Puti daber

Tahun DF i 64% DF i 74%


1 -18.675.499 -18.675.499

2 10.033.232 9.456.610

3 5.957.950 5.292.807

4 3.719.045 3.133.976

5 2.215.181 1.748.186

Jumlah 2.237.641 -76.189

IRR = 1 x ( 2 − 1) x 100%

. bI.Hi
IRR = 64 x (74 − 64) x 100%
. bI.Hi –( IH. LK)

IRR = 73.7%

96
Lampiran 20. Perhitungan Nisbah B/C Usaha Kopi Bubuk Puti Daber

Tahun Penerimaan DF i 9,09% Pengeluaran DF i 9,09%


1 49.680.000 68.355.499

2 45.540.380 30.456.961

3 41.745.696 28.280.439

4 38.267.207 25.631.248

5 35.078.565 23.763.821

Jumlah 210.311.847 176.487.968


( )
Net =
∑"
( ))

G.b .LiI
Net =
IH.iLI.KHL
Net B/C = 1,19

97
Lampiran 21. Perhitungan BEP Usaha Kopi Bubuk Puti Daber
Perhitungan BEP
Penerimaan
# $%$ & $
BEP =
[ ( # $%$ ($) & $ /+, $- & &. /$$ )]
H.bL .cIK
BEP =
[ ( I. K .K G/iK.HLG.GGG)]

BEP = 13.854.390
Pada tingkat penerimaan Rp. 13.854.390 per tahun, usaha Kopi Bubuk
Puti Daber berada pada titik impas.

Produksi
12 & &. /$$
BEP =
3$.4$
b.Lci.bKG
BEP =
c.GGG
BEP = 2.771
Pada tingkat produksi 2.771 bungkus per tahun, Usaha Kopi Bubuk Puti
Daber berada pada titik impas

Harga
# $%$ , $-
BEP =
.,(5)6
bb. c.iKK
BEP =
K.KbH
BEP = 3.344
Pada tingkat harga 3.344 bungkus, Usaha Kopi Bubuk Puti daber berada
pada titik impas

98
Lampiran 22. Perhitungan Payback Period Usaha kopi Bubuk Puti Daber

-$ &6 $6
Payback period = x 1 tahun
)$6 #&.6 7

bc.HLG.GGG
Payback period = x 1 tahun
H.ici.cG

Payback period = 2,2


Jangka waktu Pengembalian investasi pada usaha Kopi Bubuk Puti Daber
adalah selama 2,2 tahun.

99
Lampiran 23. Perhitungan Analisis Sensivitas Usaha Kopi Bubuk Puti Daber
Penerimaan

89:9;<=>>: =<:<=?=
Toleransi = x 100 %
89:9;<=>>: @<;9:A>:>B>:

b.Lci.bKG
Toleransi = iK.HLG.GGG
x 100 %

Toleransi = 27,9%

Usaha Kopi Bubuk Puti Daber memiliki toleransi penurunan penerimaan sampai
27,9 % atau memiliki toleransi penerimaan sampai sebesar Rp 13.860.720 dari
yang direncanakan.

Produksi

.II
Toleransi = K.KbH x 100 %

Toleransi = 27,9%

Usaha Kopi Bubuk Puti Daber memiliki toleransi penurunan produksi sampai
27,9 % atau memiliki toleransi penurunan produksi sampai 2.772 kg dari yang
direncanakan.

Harga

b.bii
Toleransi = c.GGG x 100%

Toleransi = 66,9 %

Usaha Kopi Bubuk Puti Daber memiliki toleransi penurunan harga sampai
66,9 % atau memiliki toleransi penurunan harga sampai Rp 3.345 dari yang
direncanakan.

100

Anda mungkin juga menyukai