Anda di halaman 1dari 2

DUNIA APOCALYPSE

Dibuat Oleh : Muhammad Hafidz Ramadhan XI MIPA 1 / 23

Namaku Mark, aku adalah seorang lelaki yang tidak terlalu aktif atau yang sering orang
sebut anti sosial/nolife, baik itu orang lain, teman terdekatku, maupun orang tuaku
sendiri/keluargaku aku jarang berbaur dengan mereka, lebih tepatnya aku lebih sering
menghabiskan waktuku untuk diam di kamar dan membaca buku favoritku ( komik/novel ) dan
bermain game rpg bertema mayat hidup/zombie yang sering aku mainkan. Saat ini aku berumur
15 tahun. Aku menjalani hidup sekolah dengan normal meskipun teman yang selalu mau
mengajak aku ngobrol sering aku hiraukan. Disaat aku selesai bermain game aku pun lanjut
untuk tidur, saat aku mengejamkan mataku akupun berfikir didalam diriku bagaimana jika
didunia ini terjangkit wabah virus yang sangat menyeramkan yaitu wabah virus zombie/mayat
hidup, yang dimana penularannya adalah tergigit oleh makhluk tersebut ataupun terkontaminasi
oleh virus tersebut.
Mark : “Suara bising apa ini?”
(suara dari jeritan orang dan suara dari alarm mobil)
Akupun bangun dari kasurku dan keluar dari kamarku, dan hal yang membuat aku terkejut
adalah ternyata orang tuaku dan anggota keluargaku lainnya sedang menahan sebuah pintu
masuk rumahku dan akupun menanyai mereka apa yang terjadi.
Mark : “Apa yang sedang terjadi?, mengapa kalian menahan pintu tersebut?”
Ayah : “Kami juga tidak tahu apa apa, ada makhluk aneh yang yang ingin masuk kerumah ini
Mark, mereka suka menggigit dan memakan manusia”
( akupun berfikir 2x, yang pertama ini adalah hal pertama kali aku menanyakan sesuatu kepada
keluargaku, biasanya mereka yang menanyainya dan hal kedua yang membuatku terkejut dan
tidak habis fikir adalah “Apakah akhir dunia yang terjadi karena terdapat virus zombie/mayat
hidup terdapat disebuah game yang aku mainkan dan film yang aku tonton benar terjadi di dunia
ini? )
Akupun berusaha membantu mereka yang sedang kesusahan menahan pintu tersebut tetapi
ayahku menyuruhku mengambil sebuah alat agar bisa menahan pintu lebih kuat lagi.
Ayah : “Mark kamu ambil kayu balok yang ada di belakang dan beberapa paku untuk
menahan pintu ini lebih kokoh!”
Mark : “Baik yah, tunggu sebentar!”
Akupun bergerak cepat ke belakang untuk mencari peralatan yang disuruh ayahku untuk ambil,
tak lama saat aku mencari barang barang tersebut akupun mendengar suara jeritan di arah pintu
masuk rumahku yang dimana terdapat keluargaku yang sedang menahan pintu itu, aku
mempunyai firasat yang tidak baik mengenai hal tersebut, akupun berlari ke arah pintu masuk
rumahku dan membawa barang suruhan ayahku.
Mark : “Ini yah barang yang kau iingiiinnkannn……”
Akupun terkejut dan menjatuhkan barang yang ku pegang, karena aku sedang melihat
pemandangan yang terjadi difilm yang aku tonton dengan mata kepalaku sendiri yaitu anggota
keluargaku yang sedang di gigit, dimakan, dan menjerit kesakitan tersebut. Di detik detik
terakhirnya ayahku aku mendengar suara lirih ayahku yang mengucapkan sesuatu kepadaku.
Ayah : “Pergilah mark dan bertahan hiduplah!, kami sangat menyayangimu”
( ayahpun meneteskan air matanya dan menutup matanya )
Mark : “Aku juga menyayangi kalian semua”
Akupun menangis dan berlari pergi ke kamar kakek/nenekku yang ada di belakang paling ujung
yang terdapat denah rumahku untuk bersembunyi sampai pagi tiba, akupun berfikir didalam
diriku sendiri “Apakah ini hukum dari Tuhan untukku karena aku telah menghiraukan mereka
dan tidak menerima kehangatan dari sebuah kasih sayang yang mereka berikan untukku”, aku
menyesali hal tersebut dan menangis se menangisnya. Esok paginya akupun terbangun oleh
sinar matahari yang menembus kaca jendela kamar nenek/kakek aku, aku tidak menyadarinya
bahwa aku telah memendam nangis dan emosi sampai terbawa tidur. Akupun menuju kamar
mandi dan membasuh wajahku yang lusuh dan aku lanjut mengambil tas untuk membawa
peralatan dan beberapa suplay makanan untuk aku keluar dari rumah ini, karena tidak akan
menjamin aku akan selamat kalau terus bersembunyi disini.
Mark : “Hmm, kayaknya senjata ini cocok untuk dipakai.”
Aku mengambil sebuah alat untuk aku bertahan hidup diluar sana yaitu sebuah linggis dan paku
tembak, dengan pengalamanku dari bermain game yang ber-tema seperti ini akupun yakin bisa
bertahan hidup, dikarenakan rumahku bukan dari keluarga Polisi/TNI jadi dirumahku tidak
terdapat senjata api seperti pistol dan semacam senjata api lainnya, perlengkapan yang aku
siapkanpun sudah terpenuhi dan akupun berjalan ke arah pintu belakang rumahku untuk keluar
dari rumah ini.
Mark : “Selamat tinggal rumah penuh kenangan, dan selamat tinggal semuanya”
Akupun berjalan perlahan lahan meskipun di depan mataku persis tetanggaku yang sudah
terinfeksi oleh virus tersebut memakan tetanggaku lainnya, akupun lanjut berjalan dengan hati
hati tanpa suara sama sekali karena makhluk tersebut peka/sensitif terhadap suara dan buta
dalam pengelihatan
Setelah kepergianku dari rumah sampai tempat aman yang aku temui aku beristirahat sejenak
dan meratapi hidup dan berfikir bahwa begini rasanya ditinggal oleh keluarga dan hidup sendiri,
meskipun aku belum siap dengan hal itu tetapi keadaanlah yang membuatku menjadi begini

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai