Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KEPERAWATAN BENCANA

PENGELOLAAN KEGAWATDARURATAN
KEGAWATDARURATAN BENCANA 4CS
(COMMAND CONTROL COORDINATION COMMUNICATION)
COMMUNICATION)

OLEH : KELOMPOK I

AGUS ADI YASA (183222953)


(183222953)
AYU PUTU SARININGSIH
SARININGSI H (183222954)
DESAK GEDE NANDA AMARIA DEWI (183222955)
(183222955)
DESAK PUTU AYU MEKAYANTI (183222956)
(183222956)
DEWA AYU MADE RAI SURYANI (183222957)
(183222957)
DEWA AYU RAI YANI ANTARI (183222958)
EKA SARI ARYASIH (183222959)
(183222959)
ELMY SUBYARTIEN (183222960)
(183222960)
ELWIS SARCE SOMALINGGI
SOMALINGGI (183222961)
(183222961)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun makalah ini merupakan
salah satu tugas dari mata kuliah Keperawatan Bencana.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak
 bantuan dari berbagai pihak dan sumber. Karena itu kami sangat menghargai
 bantuan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan dukungan juga
semangat, buku-buku dan beberapa sumber lainnya sehingga tugas ini bisa
terwujud. Oleh karena itu, melalui media ini kami sampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan
 jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan
yang kami miliki. Maka itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran
dan kritik yang dapat memotivasi saya agar dapat lebih baik lagi dimasa yang
akan datang.

Om Santih, Santih, Santih Om

Denpasar, November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………… i

Daftar Isi……………………………………………………………………... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………... 1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………….. 2

C. Tujuan……………………………………………………………….. 2

D. Manfaat……………………………………………………………… 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengelolaan Kegawatdaruratan Bencana 4CS ……………………… 3

1. Command (Komando)………………………………....................... 3

2. Control (Kontrol)………………………………………………….. 5

3. Coordination (Koordinasi)………………………………................ 8

4. Comunication (Komunikasi)………………………………………. 12

BAB III PENUTUP

A. Simpulan…………………………………………………………... 18

B. Saran……………………………………………………………….. 18

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di


dunia berdasar data yang dikeluarkan oleh badan perserikatan bangsa-bangsa
untuk strategi internasional pengurangan risiko bencana (un-isdr).
Tingginya posisi indonesia ini dihitung dari jumlah manusia yang terancam risiko
kehilangan nyawa bila bencana alam terjadi. Indonesia menduduki peringkat
tertinggi untuk ancaman bahaya tsunami, tanah longsor, gunung berapi. Dan
menduduki peringkat tiga untuk ancaman gempa serta enam untuk banjir.
Badan nasional penanggulangan bencana (bnpb) selama januari 2013
mencatat ada 119 kejadian bencana yang terjadi di indonesia. Bnpb juga mencatat
akibatnya ada sekitar 126 orang meninggal akibat kejadian tersebut. Kejadian
 bencana belum semua dilaporkan ke bnpb. Dari 119 kejadian bencana
menyebabkan 126 orang meninggal, 113.747 orang menderita dan mengungsi,
940 rumah rusak berat, 2.717 rumah rusak sedang, 10.945 rumah rusak ringan.
Untuk mengatasi bencana tersebut, bnpb telah melakukan penanggulangan
 bencana baik kesiapsiagaan maupun penanganan tanggap darurat. Untuk siaga
darurat dan tanggap darurat banjir dan longsor sejak akhir desember 2012 hingga
sekarang, bnpb telah mendistribusikan dana siap pakai sekitar rp 180 milyar ke
 berbagai daerah di indonesia yang terkena bencana.
 Namun, penerapan manajemen bencana di indonesia masih
terkendala berbagai masalah, antara lain kurangnya data dan informasi
kebencanaan, baik di tingkat masyarakat umum maupun di tingkat pengambil
kebijakan. Keterbatasan data dan informasi kebencanaan merupakan salah
satu permasalahan yang menyebabkan manajemen bencana di indonesia berjalan
kurang optimal. Pengambilan keputusan ketika terjadi bencana sulit dilakukan
karena data yang beredar memiliki banyak versi dan sulit divalidasi kebenarannya.
Dari uraian diatas, terlihat bahwa masih terdapat kelemahan dalam sistem
manajemen bencana di indonesia sehingga perlu diperbaiki dan ditingkatkan
untuk menghindari atau meminimalisasi dampak bencana yang terjadi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Pengelolaan Kegawatdaruratan Bencana 4CS (Command,
Control, Coordination and Communication)?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Pengelolaan Kegawatdaruratan Bencana

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengelolaan kegawatdaruratan bencana dengan
“Command”
 b. Untuk mengetahui pengelolaan kegawatdaruratan bencana dengan
“Control”
c. Untuk mengetahui pengelolaan kegawatdaruratan bencana dengan
“Coordination”
d. Untuk mengetahui pengelolaan kegawatdaruratan bencana dengan
“Communication”
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi mahasiswa keperawatan
Makalah ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan
untuk menambah ilmu pengetahuan keperawatan bencana.
2. Bagi institusi pendidikan
Makalah ini dapat bermanfaat sebagai refrensi di Institusi Pendidikan
dan sebagai bahan bacaan tentang keperawatan bencana.
kebutuhan lain apa yang kita perlukan untuk menjamin keamanan misal: kantong
 pasir, truk besar, tim SWAT, atau tim penjinak bom. Beri mereka keyakinan dan
kepercayaan diri bahwa mereka sanggup bertindak untuk menjamin keselamatan
dan melindungi keamanan warga

Dan karena banyak pemadam kebakaran, polisi, dan tenaga kesehatan


yang menggunakan sistem koordinasi berjenjang, maka kita harus melakukan
 pendekatan ke semua pihak-pihak tersebut. Selain itu juga beritahukan mereka
tentang keuntungan dan resiko-resikonya. Dan jangan malu atau sungkan untuk
mengkritisi kinerja dari tim. Karena hal tersebut penting bagi keberhasilan
 program dan menjamin keselamatan warga.

LEPC ( Local Emergency Planning Committee) atau panitia lokal


 penanggulangan bencana juga hrs dilibatkan dalam masalah ini. Serta SERC
(State Emergency Respon Commision) yang akan mengevaluasi perencanaan
yang kita buat. Mengingat bahwa banyak resiko yang akan kita hadapi, maka
kita harus menjalankan standar keamanan yang benar.

Berikut adalah daftar dari sumber daya yang dapat kita gunakan untuk
mendukung pelaksanaan program :

1) Hotel

2) Militer

3) Ormas

4) Palang Merah

5) Pekerja Sukarela

6) Perusahaan penyedia alat-alat berat

7) Truk

8) Kontraktor

9) Perusahaan penyedia bahan

10) Perusahaan penyedia foam U/ kebakaran


11) Generator

12) Perusahaan persewaan alat-alat

13) Pompa

14) Penghangat

15) Bagian pekerjaan umum

16) Perusahaan utilitas

17) Rumah sakit

18) Helikopter medis

19) Forensik

20) Tim Penjinak Bom

21) SWAT

22) Penjaga Pantai

23) Badan meteorologi dan geofisika

24) Badan penaggulangan narkoba

25) FBI

26) Badan penerbangan nasional

27) Psikiater

28) Perusahaan asuransi.

Selain itu, ukuran, cakupan, kondisi geologis, serta jarak dari masing-
masing resource ke tengah kota, danau, sungai, bandara, dan pelabuhan, sangat
 berpengaruh besar terhadap peranan masing-masing resource tersebut. Setelah
mendata semua resource atau sumber daya yang kita miliki, maka kita pilah
mana sajakah dari sumber daya tersebut yang dapat segera kita gerakkan bila ada
keadaan darurat. Sehingga kita harus mengenali dengan baik masing-masing
sumber daya yang kita miliki. Karena masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangannya. Ini bagaikan suatu tim sepakbola, dimana masing-masing saling
 bekerjasama dan memiliki keahlian/skill sendiri-sendiri. Dimana kita bertindak
sebagai pelatih yang mengkoordinasi tim tersebut sehingga bisa menang
mencapai tujuan yang diharapkan bersama.

Kemudian kita bagi-bagi sumber daya tersebut mejadi :

1. First Responder Operation Level

2. Hazardous Material Technisian

3. Hazardous Material Specialist

Mereka berkonsentrasi tentang bagaimana mencegah penyebaran dan


melindungi daerah yang steril. Tim yang bekerja di tingkat teknisi dan spesialis
memiliki peralatan pelindung dan pelatihan untuk memungkinkan mereka
 berhasil memasuki daerah spills (zona panas) dan bekerja dengan aman untuk
membersihkan sisa – sisa bencana. Tingkat pelatihan dan peralatan yang
diperlukan meningkat sesuai dengan level kesulitannya. Teknisi yang bertugas
 pada level operasi atau di atasnya harus diarahkan oleh seorang komandan yang
telah berhasil menyelesaikan Pelatihan manajer material berbahaya. Individu
yang dilatih pada masing-masing level memerlukan pelatihan penyegaran untuk
menjaga keahlian dan kompetensi. Sekali lagi, Anda mungkin cukup beruntung
untuk memiliki tim Haz-Mat yang dilengkapi dengan peralatan yang baik dan
terlatih untuk melindungi fasilitas anda. Orang- orang ini akan dengan senang
hati mendapat kesempatan untuk belajar sebanyak mungkin tentang fasilitas
Anda karena mereka tahu mereka akan dipanggil untuk menanggulangi bahaya
apapun. Jika Anda tidak memiliki tim di tempat, Anda mungkin dapat
menyediakan dana untuk melatih dan melengkapi pemadam kebakaran di tempat
kerja anda.

Waktu adalah sumber daya yang terbatas. Manfaatkan sesi pertemuan,


 pelatihan, dan perencanaan dengan sebaik-baiknya. Karena ini merupakan
lembaga tanggap darurat, harus diakui bahwa respon dari perusahaan lain
mungkin agak lambat. Jika Anda bergantung pada relawan, maka sebagian besar
 perencanaan dan pelatihan mungkin harus dilaksanakan malam hari ketika
A. Simpulan
Kemampuan memberikan perintah secara efektif mengenai sebuah insiden
menggunakan struktur perintah terpadu adalah kunci sukses penanganan kondisi
darurat apapun. Sistem Pengelolaan Insiden (IMS) juga dikenal sebagai sistem
komando insiden (ICS) merupakan sebuah sistem yang dirancang untuk
menangani insiden dengan sigap dalam rentang waktu tertentu. Komando adalah
sistem yang memberikan instruksi secara keseluruhan melalui komandan insiden
(Incident Commander/IC). Kontrol terhadap penyebaran arus informasi adalah
hal yang sangat penting dan harus menjadi bagian yang komprehensif dari
 penanganan gawat darurat dan rencana persiapan penanganan bencana.
Kemampuan untuk berkomunikasi, berkoordinasi, dan bekerja secara efektif
sebagai suatu team merupakan faktor utama dalam menentukan keberhasilan suatu
rencana. Untuk program penanggulangan dampak bencana masih agak
terbelakang, dan pendekatan dengan jalan dialog masih jarang dipakai. Sebagian
 besar ahli bencana berasumsi bahwa masyarakat tidak sepenuhnya tahu akan
resiko yang mereka hadapi. Oleh karena itu edukasi dan informasi yang akan
disampaikan harus disesuaikan terlebih dahulu agar masyarakat lebih mudah
memahami.
B. Saran
Diharapkan pembaca dapat menambahkan refrensi atau pustaka lebih banyak
untuk menunjang makalah ataupun materi mengenai Pengelolaan
Kegawatdaruratan Bencana 4CS.

DAFTAR PUSTAKA
Thomas D. Schneid and Larry Collins. 2001. Disaster management and
preparedness. Florida, USA.

Juniawan Priyono. 2007. Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Indonesia.


Available from http://www.sutikno.org

Pan American Health Organization. 1999. Humanitarian Assistance in Disaster


Situations; A Guide for Effective Aid. Washington, USA

Pete Brewster. 2006. Hospital Incident Command System Guidebook.


Emergency Medical Service Authority. California, USA.

Anda mungkin juga menyukai