Anda di halaman 1dari 110

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

KOORDINASI BIDANG PEMERINTAHAN


KABUPATEN BLORA TAHUN 2019

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA


BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
TAHUN 2019 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan hidayahnya sehingga Buku Laporan Koordinasi Bidang Pemerintahan
Kabupaten Blora Tahun 2019 dapat terselesaikan dengan baik.
Buku laporan ini berisikan semua kegiatan di bidang Pemerintahan di
Kabupaten Blora tahun 2019 yang dimulai dari koordinasi lintas OPD,
rapat koordinasi litas sektor, workshop, monitoring perencanaan di tingkat
kecamatan. Diharapkan dengan adanya buku ini dapat memberikan
dukungan informasi kepada berbagai pihak serta dapat bermanfaat sebagai
instrumen untuk lebih mensinergikan dan mengefektifkan kegiatan di
bidang pemerintahan di Kabupaten Blora.
Kami menyadari bahwa dalam penyajian laporan ini masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyajian data maupun dari segi struktur
bahasa. Karena itu kami berharap kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan laporan kami dimasa yang akan datang.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu terselesaikannya penyusunan buku laporan ini dan dapat
memberi manfaat bagi yang menggunakannya.

Blora, 31 Desember 2019


KEPALA BAPPEDA
KABUPATEN BLORA

Ir. SAMSUL ARIEF


Pembina Utama Muda
NIP. 19601025 198903 1 009

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………… i


DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………….. ii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………………… iv
BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………………………………. 1
BAB II. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN DI BIDANG PEMERINTAHAN
3
TAHUN 2019 ..........…………………………….......................................
2.1. RAPAT KOORDINASI TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN
KEMISKINAN DAERAH (TKPKD) BERSAMA WAKIL
GUBERNUR JAWA TENGAH …………………………………..……. 5
2.2. FORUM LINTAS PERANGKAT DAERAH DALAM RANGKA
PENYUSUNAN RANCANGAN RENJA PERANGKAT DAERAH
KABUPATEN BLORA TAHUN 2020 ………………………………… 6
2.3. PELAKSANAAN WAWANCARA BAPPEDA PROVINSI JAWA
TENGAH DENGAN BUPATI BLORA TENTANG KOMITMEN
KEPALA DAERAH DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN
KABUPATEN BLORA DI KECAMATAN SAMBONG ……………… 7
2.4. SOSIALISASI SISTEM LAYANAN RUJUKAN TERPADU (SLRT)
EKS WILAYAH KARISIDENAN PATI DAN SEMARANG DI PATI. 9
2.5. SOSIALISASI PENANGANAN DAN KONFLIK SOSIAL DI
KABUPATEN BLORA ………………………………………………….. 11
2.6. PELATIHAN PRUKADES ANGKATAN 9 TAHUN 2019
BUDIDAYA TERNAK AYAM JAWA SUPER ……………………….. 14
2.7. PENGAMBILAN DATA RESPONDEN KEGIATAN
PENYUSUNAN DESAIN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI
DESA SIDOMULYO KECAMATAN BANJAREJO DAN DESA
KETILENG KECAMATAN TODANAN ………………………………. 15
2.8. SOSIALISASI KEBIJAKAN ANGGARAN KELURAHAN
MELALUI MEKANISME DANA ALOKASI UMUM TAMBAHAN .. 17
2.9. RAPAT PERCEPATAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA
21
TAHUN 2019 ……………………………………..………………………
2.10. RAPAT PEMBAHASAN DRAF EDARAN PEDOMAN
PEMBENTUKAN TIM PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TINGKAT KECAMATAN DAN DESA / KELURAHAN…………….. 21
2.11. RAPAT KOORDINASI PENYUSUNAN PERATURAN BUPATI
TENTANG PELIMPAHAN WEWENANG DARI DINAS TEKNIS
KEPADA KEPALA KELURAHAN……………………………………… 23
2.12. RAPAT KOORDINASI SPM (STANDAR PELAYANAN MINIMAL). 24
2.13. RAPAT KOORDINASI PENINGKATAN KERJASAMA ANTAR
DAERAH ………………………………………………………………….. 27

2.14. RAPAT KOORDINASI PENGGUNAAN DANA MODAL USAHA


UNTUK WARGA MISKIN KABUPATEN BLORA OLEH BAZNAS. 31

ii
2.15. FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) TINDAK LANJUT HASIL
PENGAMBILAN DATA RESPONDEN KEGIATAN
PENYUSUNAN DESAIN PENANGGULANGAN KEMISKINAN..… 32

2.16. RAPAT KOORDINASI PERIAPAN PELAKSANAAN PEMILIHAN


KEPALA DESA SECARA SERENTAK TAHUN 2019 …………….. 35
2.17. RAPAT KOORDINASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN ……… 38
2.18. RAPAT KOORDINASI NASIONAL DATA TERPADU
KESEJAHTERAAN SOSIAL (DTKS) TAHUN 2019……………….. 40
2.19. WORKSHOP PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL
TEKNOKRATIS RPJMD KABUPATEN BLORA TAHUN 2021-
2025 ..……………………….....…………………………………………. 42
2.20. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM DAN KEGIATAN
KECAMATAN TAHUN 2019…………………………………………… 44
2.21. AUDIENSI DENGAN 20 ORANG CALON PENERIMA
BANTUAN MODAL USAHA DI KECAMATAN JATI ……………… 63
2.22. PENYERAHAN BANTUAN MODAL USAHA MASYARAKAT
MISKIN UNTUK DESA WADO KECAMATAN KEDUNGTUBAN.. 65
2.23. SOSIALISASI APLIKASI SISTEM INFORMASI
PENANGGULANGAN KEMISKINAN (SIMNANGKIS) ……………. 68
2.24. SILATURAHMI DAN PEMBAHASAN DESA BINAAN DI DESA
GEDEBEG………………………………………………………………… 70
2.25. LOKAKARYA PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DAN
PELAPORAN BELA NEGARA ………………………………………… 72
2.26. RAPAT SOSIALISASI DAN PENYUSUNAN KEGIATAN
RENCANA AKSI BELA NEGARA DI KABUPATEN BLORA …….. 76
2.27. RAPAT KOORDINASI TKPKD KABUPATEN BLORA DAN
SOSIALISASI SURAT EDARAN BUPATI TENTANG
PEMBENTUKAN TIM PENANGGULANGAN KEMISKINAN
KECAMATAN…………………………………………………………….. 78
2.28. RAPAT KOORDINASI TINDAK LANJUT PENYUSUNAN
KEGIATAN RENCANA AKSI BELA NEGARA DI KABUPATEN
BLORA TAHUN 2019…………………………………………………… 81
2.29. RAPAT PROGRAM KERJA POKJA DAN POKGRAM
KEMISKINAN ……………………………………………………………. 82
2.30. SOSIALISASI PEMBENTUKAN TIM PENANGGULANGAN
KEMISKINAN TINGKAT DESA DAN KELURAHAN………………. 85
2.31. RAPAT KOORDINASI BANTUAN EKONOMI PRODUKTIF DAN
RTLH PADA DESA MISKIN PRIORITAS 1 DAN 3 DARI
97
BAZNAS DAN BANK JATENG CABANG BLORA………………….

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ..………………………………………………….. 100


3.1. KESIMPULAN …………………………………………..……………….. 100
3.2. SARAN …………………………………………………………………….. 102

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Rapat Koordinasi TKPKD Bersama Wakil Gubernur


Jawa Tengah…………………………………………………….. 6
Gambar 2.2. Forum Lintas Perangkat Daerah dalam Rangka
Penyusunan Renja Perangkat Daerah …………………….. 7
Gambar 2.3. Wawancara Bappeda Provinsi Jawa Tengah dengan
Bupati Blora tentang Komitmen Kepala Daerah dalam
Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Blora ……… 8
Gambar 2.4. Wawancara Bappeda Provinsi Jawa Tengah dengan
Masyarakat Miskin Penerima Manfaat di Desa Gadu,
Kecamatan Sambong ………………………………………….. 9
Gambar 2.5. Sosialisasi Sistem Layanan Rujukan Terpadu (SLRT)
Eks Wilayah Karisidenan Pati Dan Semarang di Pati …. 11
Gambar 2.6. Sosialisasi Penanganan dan Konflik Sosial di
Kabupaten Blora………………………………………………… 13
Gambar 2.7. Penutupan Pelatihan Prukades 9 Ternak Ayam Jawa
Super ………………………..……………………………………. 14
Gambar 2.8. Penyerahan Stimulan Bantuan Dari BBLM Yogyakarta
dan Pelepasan Kartu Tanda Peserta……………………….. 15
Gambar 2.9. Kegiatan Pengambilan Data Responden di Desa
Sidomulyo Kecamatan Banjarejo Oleh Bappeda Provinsi
Jawa Tengah………………………………..……………………. 16
Gambar 2.10. Kegiatan Pengambilan Data Responden di Desa
Ketileng Kecamatan Todanan Oleh Bappeda Provinsi
Jawa Tengah………………………………………………….…. 17
Gambar 2.11. Sosialisasi Kebijakan Anggaran Kelurahan Melalui
Mekanisme Dana Alokasi Umum Tambahan……….……. 20
Gambar 2.12. Rapat Percepatan Penyusunan Rencana Kerja tahun
2020…………………………………………………...…………… 21
Gambar 2.13. Rapat Pembahasan Draf Edaran Pedoman
Pembentukan Tim Penanggulangan Kemiskinan
Tingkat Kecamatan Dan Desa / Kelurahan………………. 22
Gambar 2.14. Rapat Koordinasi Penyusunan Peraturan Bupati
Tentang Pelimpahan Wewenang dari Teknis Kepada
Kepala Kelurahan......................................................... 24
Gambar 2.15. Rapat Koordinasi Standar Pelayanan Minimal…………… 26
Gambar 2.16. Rapat Koordinasi Peningkatan Kerjasama Antar
Daerah………………………………………………………..…… 30
Gambar 2.17. Rapat Koordinasi Penggunaan Dana Modal Usaha
Untuk Warga Miskin Oleh Baznas………..………………… 32
Gambar 2.18. Focus Group Discussion Tindak Lanjut Hasil
Pengambilan Data Responden Kegiatan Penyusunan
Desain Penanggulangan Kemiskinan………….…………… 34
Gambar 2.19. Rapat Koordinasi Persiapan Pelaksanaan Pemilihan
Kepala Desa Secara Serentak Tahun 2019 ………………. 37
Gambar 2.20. Rapat Koordinasi Program Keluarga Harapan ………….. 40

iv
Gambar 2.21. Rapat Koordinasi Nasional Data Terpadu Kesejahteraan
Sosial Tahun 2019…………………..…………………………. 42
Gambar 2.22. Workshop Penyusunan Rancangan Awal Teknokratik
RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2021 – 2025 ………….. 43
Gambar 2.23. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan
Kecamatan di Kecamatan Blora……………………………... 45
Gambar 2.24. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan
Kecamatandi Kecamatan Banjarejo………………………... 46
Gambar 2.25. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan
Kecamatandi Kecamatan Cepu………………………………. 47
Gambar 2.26. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan
Kecamatan di Kecamatan Bogorejo…………………………. 49
Gambar 2.27. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan
Kecamatan di Kecamatan Jati……………………………….. 50
Gambar 2.28. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan
Kecamatan di Kecamatan Japah……………………………. 51
Gambar 2.29. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan
Kecamatan di Kecamatan Jepon ……………………………. 52
Gambar 2.30. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan
Kecamatan di Kecamatan Jiken ……………………………. 53
Gambar 2.31. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan
Kecamatan di Kecamatan Ngawen……………..…………… 55
Gambar 2.32. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan
Kecamatan di Kecamatan Todanan…………………………. 56
Gambar 2.33. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan
Kecamatan di Kecamatan Kedungtuban……………..…… 57
Gambar 2.34. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan
Kecamatan di Kecamatan Kradenan……………………….. 58
Gambar 2.35. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan
Kecamatandi Kecamatan Randublatung………………….. 59
Gambar 2.36. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan
Kecamatandi Kecamatan Sambong…………………………. 61
Gambar 2.37. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan
Kecamatan di Kecamatan Kunduran…………………….… 62
Gambar 2.38. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan
Kecamatan di Kecamatan Tunjungan……………………… 63
Gambar 2.39. Audiensi dengan 20 Orang Calon Penerima Bantuan
Modal Usaha di Kecamatan Jati……………………………. 65
Gambar 2.40. Penyerahan Bantuan Modal Usaha masyarakat miskin
untuk Desa Wado Kecamatan Kedungtuban…………….. 67
Gambar 2.41. Sosialisasi Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan
Kemiskinan (SIMNANGKIS)…………………………………… 69
Gambar 2.42. Silaturahmi Dan Pembahasan Desa Binaan di Desa
Gedebeg…………………………………………………………… 71
Gambar 2.43. Lokakarya Pengembangan Sistem Informasi dan
Pelaporan Bela Negara Negara……………………………….. 76
Gambar 2.44. Rapat Sosialisasi dan Penyusunan Kegiatan Rencana
Aksi Bela Negara di Kabupaten Blora……………………… 77

v
Gambar 2.45. Rapat Koordinasi TKPKD dan Sosialisasi Surat Edaran
Bupati Blora dalam Pembentukan Tim Penanggulangan
Kemiskinan Tingkat Kecamatan…………………………….. 80
Gambar 2.46. Rapat koordinasi tindak lanjut penyusunan kegiatan
rencana aksi bela negara di Kabupaten Blora tahun
2019…………………………………………….…………………. 82
Gambar 2.47. Rapat Program Kerja Kelompok Kerja dan Kelompok
Program Kemiskinan ………………………………..………… 85
Gambar 2.48. Sosialisasi Pembentukan Tim Penanggulangan
Kemiskinan Tingkat Desa Dan Kelurahan di Kecamatan
Blora …………..………………………………………………….. 87
Gambar 2.49. Sosialisasi Pembentukan Tim Penanggulangan
Kemiskinan Tingkat Desa Dan Kelurahan di Kecamatan
Banjarejo …………………………………….…………………… 88
Gambar 2.50. Sosialisasi Pembentukan Tim Penanggulangan
Kemiskinan Tingkat Desa dan Kelurahan di Kecamatan
Bogorejo ……….…………………………….…………………… 89
Gambar 2.51. Sosialisasi Pembentukan Tim Penanggulangan
Kemiskinan Tingkat Desa dan Kelurahan di Kecamatan
Japah …………...………………………………………………... 90
Gambar 2.52. Sosialisasi Pembentukan Tim Penanggulangan
Kemiskinan Tingkat Desa dan Kelurahan di Kecamatan
Jati …………….………..………………………………………… 91
Gambar 2.53. Sosialisasi Pembentukan Tim Penanggulangan
Kemiskinan Tingkat Desa dan Kelurahan di Kecamatan
Jepon …………….………..……………………………………… 92
Gambar 2.54. Sosialisasi Pembentukan Tim Penanggulangan
Kemiskinan Tingkat Desa dan Kelurahan di Kecamatan
Kedungtuban …..……………………………….................... 93
Gambar 2.55. Sosialisasi Pembentukan Tim Penanggulangan
Kemiskinan Tingkat Desa dan Kelurahan di Kecamatan
Kradenan …..…………..……………………………………….. 94
Gambar 2.56. Sosialisasi Pembentukan Tim Penanggulangan
Kemiskinan Tingkat Desa dan Kelurahan di Kecamatan
Kunduran ..……….……………………………………………... 95
Gambar 2.57. Sosialisasi Pembentukan Tim Penanggulangan
Kemiskinan Tingkat Desa dan Kelurahan di Kecamatan
Ngawen ..…………………………………………………………. 96
Gambar 2.58. Rapat Koordinasi Bantuan Ekonomi Produktif
danRumah Tidak Layak Huni (RTLH) pada Desa Miskin
Prioritas 1 dan 3 dari Baznas dan Bank Jateng cabang
Blora …………………………….………………………………… 99

vi
BAB I
PENDAHULUAN

Bidang Pemerintahan mempunyai tugas membantu Sekretaris Daerah


dalam menyusun kebijakan di bidang pemerintahan, mengkoordinasikan
administrasi tugas Perangkat Daerah, mengkoordinasikan tugas instansi
vertikal pelaksana pemerintahan umum serta melaksanakan pembinaan
administrasi kecamatan dan kelurahan.
Bidang Pemerintahan yang berada di bawah kendali organisasi Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), memiliki tugas dalam
melakukan koordinasi jalannya penyelenggaraan pembangunan dalam
konteks pemerintahan. Cakupan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait
dengan bidang pemerintahan ini sangat beragam dan komplek. Mulai dari
OPD di kabupaten hingga kecamatan menjadi mitra Bidang Pemerintahan.
Semua OPD menjalankan fungsi dan tugas pokok sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang di satu sisi, dan Peraturan Daerah (Perda) di sisi lainnya.
Sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, terdapat Urusan Pemerintahan yang
sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat yang dikenal dengan
istilah urusan pemerintahan absolut dan ada urusan pemerintahan
konkuren. Urusan pemerintahan konkuren terdiri atas Urusan
Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan yang dibagi antara
Pemerintah Pusat, Daerah provinsi, dan Daerah kabupaten/kota. Urusan
Pemerintahan Wajib dibagi dalam Urusan Pemerintahan Wajib yang terkait
Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak terkait
Pelayanan Dasar.
Salah satu keberhasilan perencanaan di daerah ditentukan
efektifnya koordinasi perencanaan di semua bidang tidak terkecuali di sub
bidang pemerintahan. Sub Bidang pemerintahan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang
mempunyai kewenangan untuk mengkoordinasikkan perencanaan di 24
OPD dibawahnya yang ada di Kabupaten Blora. Ke 24 OPD tersebut
mempunyai urusan bidang pemerintahan sesuai dengan Undang-Undang

1
No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang didalamnya
berisikan urusan pemerintahan absolut, pemerintahan umum dan
pemerintahan konkuren yang mengatur dan mengurusi urusan baik itu
Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan yang terkait
Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak terkait
Pelayanan Dasar. Untuk Urusan Pemerintahan Wajib yang terkait
Pelayanan Dasar ditentukan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk
menjamin hak-hak konstitusional masyarakat. Adapun 24 OPD terkait hal
tersebut meliputi OPD Kecamatan (16 Kecamatan, Satpol PP, Badan
Penanggulanggan Bencana Daerah, Sekretaris Dewan, Inspektorat, Badan
Kepegawaian Daerah, Bappeda, Setda dan Kesatuan Bangsa dan Politik.
Koordinasi perencanaan di sub bidang pemerintahan memiliki
tujuan khusus yaitu tercapainya target peningkatan program tahunan yang
mengacu pada program RPJMD, yang diupayakan secara terus menerus
meningkat. Sedangkan tujuan umum yaitu tercapainya target yang telah
ditetapkan dari indikator makro yang ada di RPJMD Kabupaten Blora di
bawah kendali bidang Pemerintahan Sosial dan Budaya yaitu angka
kemiskinan, IPM dan SDGs.

2
BAB II
HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN DI BIDANG PEMERINTAHAN
TAHUN 2019

Sesuai dengan Peraturan Bupati Nomor 51 tahun 2016 tentang


Kedudukan , Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Blora Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan unsur penunjang unsur
pemerintahan di bidang perencanaan, penelitian dan pengembangan.
Bappeda mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Bupati di bidang
perencanaan, penelitian dan pengembangan pembangunan daerah. Dalam
melaksanakan tugas tersebut Bappeda mempunyai fungsi yaitu :
1. Menyusun kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya.
2. Pelaksanaan tugas dukungan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya.
3. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan
teknis sesuai dengan lingkup tugasnya.
4. Pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi penunjang urusan
pemerintah daerah sesuai dengan lingkup tugasnya.
5. Pelaksanaan fungsi kedinasan lainnya yang diberikan oleh Bupati
terkait dengan tugas dan fungsinya.
Adapun Bidang Pemerintahan dan Sosial Budaya mempunyai
tugas melaksanakan sebagian tugas Kepala Badan dalam merumuskan
dan menyusun kebijakan teknis, pembinaan, pelaksanaan dan pengelolaan
kegiatan pemerintahan, kesehatan, pemberdayaan masyarakat, pendidikan
dan kesejahteraan rakyat.
Sedangkan Sub Bidang Pemerintahan mempunyai tugas :
1. Merencanakan program kerja serta rencana kegiatan di Subbidang
pemerintahan berdasarkan program kerja tahun sebelumnya sebagai
pedoman kerja agar pelaksanaan program kerja sesuai dengan
rencana.
2. Mempelajari dan menelaah peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan subbidang pemerintahan.

3
3. Membagi tugas, memberi petunjuk dan membimbing bawahannya
dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan jabatan dan
kompetensinya untuk pemerataan dan kelancaran pelaksanaan tugas
secara benar.
4. Meneliti, memeriksa dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan
berdasarkan arahan sebelumnya agar diperoleh hasil kerja yang
optimal.
5. Menyiapkan bahan pembinaan urusan, aparatur, hukum, perundang-
undangan, pemerintahan, kesatuan bangsa dan politik dalam negeri,
ketentraman, ketertiban umum, perlindungan masyarakat dan
persandian.
6. Menyusun bahan perencanaan pembangunan urusan aparatur hokum,
perundang-undangan, pemerintahan, kesatuan bangsa dan politik
dalam negeri, ketentraman, ketertiban umum, perlindungan
masyarakat dan persandian.
7. Melakukan inventarisasi permasalahan kegiatan pembinaan urusan
aparatur hokum, perundang-undangan, pemerintahan, kesatuan
bangsa dan politik dalam negeri, ketentraman, ketertiban umum,
perlindungan masyarakat dan persandian.
8. Menyiapkan bahan fasilitasi kegiatan urusan aparatur, hukum,
perundang-undangan, pemerintahan, kesatuan bangsa dan politik
dalam negeri, ketentraman, ketertiban umum, perlindungan
masyarakat dan persandian agar tujuan dari kegiatan dapat tercapai
dan tepat sasaran.
9. Melakukan inventarisasi permasalahan bidang urusan aparatur
hokum, perundang-undangan, pemerintahan, kesatuan bangsa dan
politik dalam negeri, ketentraman, ketertiban umum, perlindungan
masyarakat dan persandian sebagai bahan evaluasi pelaksanaan
kegiatan.
10. Melaksanakan penilaian dan prestasi kerja bawahan berdasarkan
sasaran kerja pegawai dan perilaku kerja sebagai ketentuan dalam
rangka peningkatan karier, pemberian penghargaan dan sanksi.

4
11. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan Subbidang Pemerintahan
berdasarkan program kerja agar sesuai target hasil.
12. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan Subbidang Pemerintahan
sesuai dengan hasil pelaksanaan kegiatan sebagai wujud akuntabilitas
dan transparansi pelaksanaan tugas.
13. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya sesuai perintah atasan.

Kegiatan koordinasi bidang pemerintahan selama tahun 2019 adalah


sebagai berikut :

2.1. RAPAT KOORDINASI TKPKD BERSAMA WAKIL GUBERNUR JAWA


TENGAH

Di awal tahun 2019 dilaksanakan kegiatan Rapat Koordinasi


Penanggulangan Kemiskinan dengan tema “Bersinergi Untuk
Kesejahteraan Rakyat” yang disampaikan oleh Wakil Gubernur Jawa
Tengah, Bapak H. Taj Yasin Maimoen Zubaer dilaksanakan di
Pendopo Kabupaten Blora pada tanggal 12 Februari 2019. Kegiatan
tersebut dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari safari kunjungan
Bapak Wakil Gubernur Jawa Tengah dalam memberikan aprseasi dan
motivasi Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang masih termasuk
dalam zona merah masyarakat miskin dalam rangka pengentasan
kemsikinan. Berikut hasil dari Rapat Koordinasi TKPKD yang
disampaikan oleh Wakil Gubernur Jawa Tengah :
a. Diharapkan pada tahun 2019 dan tahun 2020 kegiatan untuk
menanggulangi kemiskinan benar-benar konkrit.
b. Dinas Sosial dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sudah
dikirimkan data by name by address penduduk miskin. Harus
dilakukan perbaikan data, baik data Badan Pusat Statistik
maupun data Kementerian Sosial karena masih banyak data yang
belum tepat sasaran.
c. Perlunya kerjasama antara pemerintah pusat dan daerah untuk
menanggulangi kemiskinan agar bantuan yang diberikan tepat
sasaran.

5
d. Program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan agar
dilakukan dengan prinsip “THIS” : Tematik, Holistic, Integrative,
Spasial.

Gambar 2.1
Rapat Koordinasi TKPKD Bersama Wakil Gubernur Jawa Tengah

2.2. FORUM LINTAS PERANGKAT DAERAH DALAM RANGKA


PENYUSUNAN RANCANGAN RENJA PERANGKAT DAERAH
KABUPATEN BLORA TAHUN 2020

Pelaksanaan Forum Lintas Perangkat Daerah dalam rangka


penyusunan Rancangan Renja Perangkat Daerah Kabupaten Blora
tahun 2020 dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 2019, dengan
hasil sebagai berikut :
a. Dasar Hukum Pelaksanaan Forum Perangkat Daerah Dalam
Rangka Penyusunan Renja Perangkat Daerah yaitu Pasal 136
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 Tentang
Tata Cara Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi
Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan
Daerah Tentang RPJPD Dan RPJMD, Serta Tata Cara Perubahan
RPJPD, RPJMD, Dan RKPD.
b. Forum Lintas Perangkat Daerah merupakan wahana bersama
para pemangku kepentingan seperti anggota DPRD dan delegasi
kecamatan untuk membahas Rancangan Awal Renja Perangkat

6
Daerah yang akan disempurnakan menjadi Rancangan Renja
Perangkat Daerah.
c. Kepala Perangkat Daerah agar menyampaikan dan memaparkan
Rancangan Rencana Kerja Perangkat Daerah
d. Usulan kegiatan baru/kegiatan alternatif disampaikan pada
Forum Lintas Perangkat Daerah
e. Forum Lintas Perangkat Daerah dibahas bersama DPRD dan
Kecamatan dengan dipimpin oleh Asisten Sekretaris Daerah dan
didampingi oleh Bappeda.

Gambar 2.2
Forum Lintas Perangkat Daerah dalam Rangka Penyusunan Renja
Perangkat Daerah Kabupaten Blora Tahun 2020

2.3. PELAKSANAAN WAWANCARA BAPPEDA PROVINSI JAWA TENGAH


DENGAN BUPATI BLORA TENTANG KOMITMEN KEPALA DAERAH
DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BLORA
DI KECAMATAN SAMBONG

Pelaksanaan persiapan wawancara Badan Perencanaan


Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah dengan Bupati Blora
tentang komitmen Kepala Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan
di Kabupaten Blora di Kecamatan Sambong dilaksanakan pada
tanggal 11 Maret 2019 dengan hasil sebagai berikut:
a. Bappeda direncanakan akan mengadakan wawancara dengan
bapak Bupati tentang komitmen Kepala Daerah dalam

7
penanggulangan kemiskinan Kabupaten Blora. Disamping
wawancara dengan Bupati Blora juga direncanakan wawancara
dengan masyarakat miskin penerima manfaat di Kabupaten Blora.
b. Kabupaten Blora dinilai oleh Provinsi Jawa Tengah sangat baik
sekali kinerja TKPK dalam upaya pelaksanaan program dan
kegiatan yang mendukung pelaksanaan penanggulangan
kemiskinan. Sebagai bahan untuk pelaksanaan musrengbangwil.
di Pati pada tanggal 27 Maret 2019.
c. Persiapkan dilaksanakan di Kecamatan Sambong karena akan
dijadikan satu dengan acara kegiatan di Kedungpupur oleh Bapak
Bupati Blora.
d. Kecamatan Sambong diminta untuk menyiapkan satu orang
masyarakat miskin yang sudah pernah mendapatkan bantuan
dari social dan sampai sekarang masih berlanjut yang akan
diwawancarai oleh Tim dari Bappeda Propinsi. Direncanakan desa
Gadu yang akan dijadikan sampel tersebut.
e. Desa Gadu dipilih karena merupakan salah desa yang masuk
prioritas ke 3 desa termiskin dengan tingkat kesejahteraan yang
paling rendah.

Gambar 2.3
Wawancara Bappeda Provinsi Jawa Tengah dengan Bupati Blora tentang
Komitmen Kepala Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan
di Kabupaten Blora

8
Gambar 2.4
Wawancara Bappeda Provinsi Jawa Tengah Dengan Masyarakat Miskin
Penerima Manfaat Di Desa Gadu, Kecamatan Sambong

2.4. SOSIALISASI SISTEM LAYANAN RUJUKAN TERPADU (SLRT) EKS


WILAYAH KARISIDENAN PATI DAN SEMARANG DI PATI
Sosialisasi Sistem Layanan Rujukan Terpadu dilaksanakan di
Sekretariat Daerah Kabupaten Pati pada tanggal 14 Maret 2019.
Materi yang disampaikan mengenai Sistem Layanan Rujukan Terpadu
yaitu sistem layanan yang membantu mengidentifikasi kebutuhan
masyarakat miskin dan rentan miskin serta menghubungkan mereka
dengan program-program perlindungan social dan penanggulangan
kemiskinan yang diselenggarakan pemerintah, baik pemerintah
pusat, provinsi, maupun kabupaten / kota sesuai dengan kebutuhan,
Tujuan dari Sistem Layanan Rujukan Terpadu yaitu integrasi
informasi, data, layanan, mengidentifikasi dan menangani keluhan

9
serta melakukan rujukan, pencatatan kepesertaan dan kebutuhan
program, dan membantu pelaksanaan verifikasi dan validasi data
terpadu penanganan fakir miskin dan orang tidak mampu melalui
Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial – Next Generation (SIKS-NG).
Aplikasi SLRT dijalankan oleh fasilitator SLRT yang dapat diunduh di
playstore dan login menggunakan username dan password, dan
langsung terunduh data orang miskin, membantu memudahkan
fasilitator melihat warga yang sudah mendapat program bantuan apa
saja sampai detail dengan GPS. Sehingga dengan Sistem Layanan
Rujukan Terpadu dapat membantu penduduk miskin mendapat
perlindungan yang komprehensif, serta tepat sasaran.
Kabupaten yang sudah menjalankan Sistem Layanan Rujukan
Terpadu adalah Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus, Kota
Semarang, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Sragen, kabupaten
Purwokerto, Kabupaten Pekalongan, dan Kabupaten Semarang.
Sistem Layanan Rujukan Terpadu diharapkan dapat membantu
mengurangi angka tingkat kemiskinan Jawa Tengah menjadi 7-8% di
tahun 2020.
Adapun persyaratan untuk membentuk Sistem Layanan Rujukan
Terpadu diantaranya :
a. Anggran yang tersedia,
b. SDM memadai,
c. Regulasi yang mencukupi,
d. Sarana dan prasarana yang memadai.
Sedangkan Program dan kegiatan Sistem Layanan Rujukan Terpadu
yang difasilitasi oleh Kementrian Sosial RI dari dana APBN :
a. Pelatihan kapasitas SDM SLRT,
b. Fasilitasi sarana dan prasarana SLRT,
c. Pemberian tali asih SLRT.

10
Gambar 2.5
Sosialisasi Sistem Layanan Rujukan Terpadu (SLRT)
Eks Wilayah Karisidenan Pati dan Semarang di Pati

2.5. SOSIALISASI PENANGANANAN KONFLIK SOSIAL DI KABUPATEN


BLORA

Sosialisi Penanganan dan Penanggulangan Konflik Sosial di


Kabupaten Blora tanggal 14 Maret 2019 di Rumah Makan Mr. Green
dengan hasil sebagai berikut:

11
1) Kegiatan Fasilitasi Penyelenggaraan Keamanan Dalam Negeri
dengan tema “Sosialisasi PP Nomor 2 Tahun 2013 tentang
Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 7 Tahun 2012 tentang
Penanganan Konflik Sosial” dibuka oleh Kepala Kantor Kesatuan
Bangsa dan Politik Kabupaten Blora.
2) Peran POLRI dalam dalam penangan Konflik Sosial dijelaskan
dalam UU Nomor 02 Tahun 2002 tentang POLRI.
3) Dalam Pasal 5 ayat 1 : Polri merupakan alat negara yang berperan
dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
terpeliharanya keamanan dalam negeri
4) Pasal 13 Tupoksi POLRI sebagai Memelihara Keamanan dan
Ketertiban Masyarakat, Penegak Hukum Memberikan
perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
5) Peranan Polri dalam tangani konflik dilakukan dengan
pendekatan secara preemtif, preventif dan represif.
6) Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Penanganan
Konflik Sosial. Dengan dikeluarkannya PP ini pemerintah
diberikan kewenangan untuk melaksanakan pencegahan konflik
melalui penyelenggaraan kegiatan antara lain :
- Penguatan Kerukunan Umat Beragama.
- Peningkatan Forum Kerukunan Umat Beragama.
- Peningkatan Kesadaran Hukum.
- Pendidikan Bela Negara Dan Wawasan Kebangsaan.
- Sosialisasi Peraturan Perundang-Undangan.
- Pendidikan Dan Pelatihan Perdamaian.
- Pendidikan Kewarganegaraan.
- Pendidikan Budi Pekerti.
- Penelitian dan Pemetaan Wilayah Potensi Konflik dan Atau
Daerah Konflik
- Penguatan Kelembagaan dalam Rangka Sistem Peringatan
Dini.

12
- Pembinaan Kewilayahan
- Pendidikan Agama dan Penanaman Nilai-Nilai Integrasi
Kebangsaan.
- Penguatan/Pengembangan Kapasitas
- Pengentasan Kemiskinan.
- Desa Ketahanan Sosial.
- Penguatan Akses Kearifan Lokal
- Penguatan Keserasian Sosial.
Beberapa tindakan yang dilakukan pemerintah setelah terjadi
konflik:
- Penyelamatan, Evaluasi Dan Identifikasi Korban Konflik.
- Pemenuhan Kebutuhan Dasar Korban Konflik.
- Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pengungsi.
- Perlindungan Thd Kelompok Rentan.
- Sterilisasi Tempat yang Rawan Konflik.
- Maningsun, Pasi OPS Kodim 0721 Blora
Sedangkan upaya menjaga kerukunan umat beragama :
- Saling tenggang rasa, menghargai & toleransi antar umat
beragama
- Tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu
- Melaksanakan ibadah sesuai agamanya
- Mematuhi peraturan keagamaan baik dalam agamanya
maupun agama lain.

Gambar 2.6
Sosialisasi Penanganan dan Konflik Sosial di Kabupaten Blora

13
2.6. PELATIHAN PRUKADES ANGKATAN 9 TAHUN 2019 BUDIDAYA
TERNAK AYAM JAWA SUPER

Pelatihan ini terselenggara berkat kerja sama antara


Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi (Kemendes PDTT) melalui Balai Besar Latihan
Masyarakat (BBLM) Yogyakarta, dengan para calon peternak lokal
yang diselenggarakan dari tanggal 18 – 22 Maret 2019 bertempat di
Balai Desa Gadu Kecamatan Sambong Kabupaten Blora.
Pelatihan diikuti oleh 30 peserta dari desa Gadu, desa Sambong, dan
desa Kemengeng. Berdasarkan Evaluasi yang dilakukan dalam
PRUKADES seluruh peserta pelatihan dinyatakan lulus dan berhak
mendapatkan sertifikat kelulusan.
Pelatihan ditutup oleh Asisten Pemerintahan dan Kesra selaku
Plt. Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten
Blora yang ditandai dengan Penyerahan Stimulan Bantuan dari BBLM
Yogyakarta dan pelepasan kartu tanda peserta. Dalam sambutan
Pengarahan disampaikan untuk perkembangan selanjutnya
diharapkan sesama peternak untuk tidak bersaing dalam pemasaran
ayam joper. Pelatihan ini merupakan salah satu wujud program
pemberdayaan masyarakat untuk mengurangi pengangguran dan
kemiskinan. Semoga pelatihan tahun ketiga ini berhasil dan bisa
menekan angka kemiskinan serta pengangguran.
Gambar 2.7
Penutupan Pelatihan Prukades 9 Ternak Ayam Jawa Super

14
Gambar 2.8
Penyerahan Stimulan Bantuan Dari BBLM Yogyakarta dan Pelepasan
Kartu Tanda Peserta

2.7. PENGAMBILAN DATA RESPONDEN KEGIATAN PENYUSUNAN


DESAIN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DESA SIDOMULYO
KECAMATAN BANJAREJO DAN DESA KETILENG KECAMATAN
TODANAN

Pengambilan data responden kegiatan penyusunan Desain


Penanggulangan kemiskinan di Desa Sidomulyo Kecamatan Banjarejo
dilaksanakan pada tanggal 9 April 2019 dengan hasil sebagai berikut:
a. Desa Sidomulyo Kecamatan Banjarejo menurut data Basis Data
Terpadu (BDT) 2015 terdapat 1.398 rumah tangga miskin dengan
jumlah individu miskin sebanyak 4.503 orang yang termasuk zona
merah.
b. Pelaksanaan pengambilan data kegiatan penyusunan Desain
Penanggulangan kemiskinan dihadiri oleh pihak Bappeda,
Kecamatan dan pendamping Program Keluarga Harapan (PKH)
untuk wilayah Kecamatan Banjarejo.
c. Pengambilan data responden berjumlah 20 orang masyarakat
miskin yang menerima semua jenis program bantuan sosial yang
berupa program Bantuan Pangan Non Tunai, Kartu Indonesia
Sehat, Program Indonesia Pintar, Program Kelauraga Harapan,
Kartu Keluarga Sejahtera dari pemerintah yang dipandu oleh para

15
peneliti dari Bappeda Provinsi Jawa Tengah yang didampingi oleh
pendamping PKH. Disamping itu juga mengambil responden
sebanyak 5 orang dari pengelola program bantuan sosial dari
Bappeda, Kecamatan dan Desa.
d. Adapun jenis data yang diberikan pada responden ada 3 kreteria
yaitu :
1). K1 adalah kuesioner penelitian desain penanggulangan
kemiskinan bagi masyarakat penerima program.
2). K2 adalah kuesioner penelitian desain penanggulangan
kemiskinan bagi pengelola program
3). K3 adalah kuesioner penelitian desain penanggulangan
kemiskinan untuk perangkat daerah.
Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
sejauh mana program bantuan sosial dan jalannya pelaksanaan
program penanggulangan kemiskinan di daerah. Dan hasilnya
diharapkan dikirim ditingkat Daerah Kabupaten sebagai bahan
koreksi/evaluasi.
Gambar 2.9
Kegiatan Pengambilan Data Responden di Desa Sidomulyo Kecamatan
Banjarejo Oleh Bappeda Provinsi Jawa Tengah

16
Pengambilan data responden kegiatan penyusunan Desain
Penanggulangan kemiskinan di Desa Ketileng Kecamatan Todanan
pada tanggal 10 April 2019, sebagai berikut :
a. Desa Ketileng Kecamatan Todanano menurut data BDT 2015
terdapat 996 rumah tangga miskin dengan jumlah individu miskin
sebanyak 3.103 orang yang termasuk zona merah.
b. Pelaksanaan kegiiatan dihadiri oleh pihak Bappeda, Kecamatan
dan pendamping PKH untuk wilayah Kecamatan Todanan.
c. Harapannya hasil dari kajian tersebut dapat dikrim ditingkat
Daerah Kabupaten sebagai bahan koreksi/evaluasi.

Gambar 2.10
Kegiatan Pengambilan Data Responden di Desa Ketileng Kecamatan
Todanan oleh Bappeda Provinsi Jawa Tengah

2.8. SOSIALISASI KEBIJAKAN ANGGARAN KELURAHAN MELALUI


MEKANISME DANA ALOKASI UMUM TAMBAHAN

Sosialisasi Kebijakan Anggaran Kelurahan melalui Mekanisme


Dana Alokasi Umum Tambahan dilaksanakan di Semarang dengan
Narasumber sosialisasi adalah Bapak Sugiarto, SE, M.Si, (Direktur
Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan dan Kerja Sama) Direktorat

17
Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia.
Hasil dari sosialisasi tersebut diantaranya :
a. Kegiatan pembangunan sarana dan prasarana kelurahan dan
kegiatan pemberdayaan masyarakat kelurahan diatur dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri 130/2019 dan SE 146/2694/SJ,
UU 23 Tahun 2014 Pasal 230, PP 17 Tahun 2018 Pasal 30 dan UU
12 Tahun 2018 tentang APBN 2019 Pasal 11 dan PMK 187 /
2018.
b. Penghitungan alokasi DAU Tambahan berdasarkan hasil penilaian
dalam rangka penghitungan Dana Insentif Daerah (DID) pada
kategori pelayanan dasar publik.
c. Tujuan dari Kebijakan Anggaran Kelurahan melalui Mekanisme
Dana Alokasi Umum Tambahan yaitu mempercepat peningkatan
kesejahteraan masyarakat, mengurangi angka miskin,
memperkecil kesenjangan pendapatan di masyarakat.
d. Pembangunan sarana dan prasarana digunakan untuk membiayai
pelayanan sosial dasar yang berdampak langsung pada
meningkatnya kualitas hidup masyarakat. Sedangkan
pemberdayaan masyarakat di kelurahan digunakan untuk
peningkatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat di kelurahan.
e. Pembangunan sarana dan prasarana kelurahan meliputi :
1) Pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan
sarana dan prasarana lingkungan pemukiman,
2) Pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan
sarana dan prasarana transportasi,
3) Pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan
sarana dan prasarana kesehatan,
4) Pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan
sarana dan prasarana pendidikan dan kebudayaan.
f. Pemberdayaan masyarakat Kelurahan meliputi :
1) Peningkatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat di
kelurahan,

18
2) Pengelolaan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat,
3) Pengelolaan kegiatan pelayanan pendidikan dan
kebudayaan,
4) Pengelolaan kegiatan pelayanan pengembangan usaha
mikro, kecil, dan menengah,
5) Pengelolaan kegiatan pelayanan lembaga kemasyarakatan,
6) Pengelolaan kegiatan pelayanan ketentraman, ketertiban
umum, dan perlindungan masyarakat,
7) Penguatan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi
bencana serta kejadian luar biasa lainnya.
g. Penentuan kegiatan dilakukan melalui Musyawarah
Pembangunan Kelurahan antara lurah dengan lembaga
pemberdayaan masyarakat kelurahan dan dibuat dalam bentuk
berita acara.
h. Penambahan dan perubahan kegiatan yg dimaksud dalam pasal 7
Permendagri 130/2019 jika tidak tertampung dalam RKPD 2019
maka dicantumkan dalam RKPD perubahan tahun 2019 dengan
mempedomani Permendagri No 86 th 2017.
i. Dalam pengelolaan kegiatan kepala daerah membuat pedoman
pelaksanaan kegiatan yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala
Daerah.
j. Pemerintah yg belum menganggarkan kegiatan dana kelurahan
dalam APBD tahun 2019, maka segera melakukan perubahan
peraturan kepala daerah tentang penjabarabn APBD dengan
memperhatikan pasal 162 ayat (5) dan (6) Permendagri 13.
k. Atas dasar perubahan maka Camat menyusun rancangan
dokumen perubahan pelaksanaan anggaran (DPPA) dan disahkan
dengan persetujuan Sekretaris Daerah sebagai dasar pelaksanaan
anggaran oleh lurah selaku KPA.
l. Kegiatan pembangunan disusun dalam dokumen perencanaan
daerah dengan melimpahkan kewenangan Kepala Daerah kepada
Camat dengan keputusan Kepala Daerah dan menetapkan lurah
selaku Kuasa Pengguna Anggaran. Lurah selaku kuasa menunjuk

19
pejabat pentausahaan keuangan dan pejabat pelaksana teknik
kegiatan di Kelurahan.
m. Kepala Daerah menetapkan Bendahara Pengeluaran Pembantu
berdasarkan usulan lurah melalui Bendarah Umum Daerah.
n. Laporan penggunaan anggaran dan kegiatan disampaikan Lurah
kepada Camat dan Bendahara umum daerah. Kemudian
disampaikan Bupati dan Bupati menyampaikan kepada Menteri
Dalam Negeri melalui Gubernur sebagai wakil.
o. Batas waktu penyampaian laporan :
1) Semester I disampaikan paling lambat minggu kedua bulan
juli;
2) Semester II disampaikan paling lambat minggu kedua bulan
januari.
p. Bupati mempunyai kewajiban melakukan pembinaan dan
pengawasan yang dapat dilimpahkan kepada Camat dan dibantu
oleh Inspektorat.
Gambar 2.11
Sosialisasi Kebijakan Anggaran Kelurahan Melalui Mekanisme Dana
Alokasi Umum Tambahan

20
2.9. RAPAT PERCEPATAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA TAHUN
2020

Rapat dilaksanakan tanggal 1 April 2019 pukul 09.00 di ruang


rapat lantai 2 Bappeda Blora dengan dihadiri oleh OPD bidang
Pemerintahan. Membahas mengenai pagu belanja langsung perangkat
daerah berdasarkan sumber dana tahun 2020 dan anggaran jadi
kegiatan baru untuk kelurahan. Setiap OPD diharapkan untuk
memperbaiki renja sesuai dengan petunjuk. Beberapa hal hasil rapat
tersebut adalah :
a. Untuk kegiatan baru kelurahan, kegiatan rutin dijadikan ke
operasional kelurahan.
b. Tahun 2020 bagi kecamatan diusahakan akan ditambah Rp.
20.000.000 untuk Tim Penanggulangan Kemiskinan.
Gambar 2.12
Rapat Percepatan Penyusunan Rencana Kerja tahun 2020

2.10. RAPAT PEMBAHASAN DRAF EDARAN PEDOMAN PEMBENTUKAN


TIM PENANGGULANGAN KEMISKINAN TINGKAT KECAMATAN
DAN DESA / KELURAHAN

Rapat pembahasan pedoman Pembentukan Tim


Penanggulangan Kemiskinan tingkat Kecamatan dan Desa /
Kelurahan dilaksanakan pada hari Senin, 8 April 2019 pukul 09.00
wib di ruang rapat lantai 1 Bappeda Blora dengan dihadiri oleh
beberapa Kepala Dinas, Kepala Bidang, Kepala Sub Bidang dan Ketua
dari Perguruan Tinggi. Pedoman Pembentukan Tim Penanggulangan
Kemiskinan tingkat Kecamatan dan Desa / Kelurahan bertujuan
untuk memberi panduan khususnya kepada Kecamatan dan Desa /
21
Kelurahan dalam upaya untuk meningkatkan penanggulangan
kemiskinan agar ada sinkronisasi / gerakan yang sama baik di
tingkat kecamatan dan desa/kelurahan.
Dalam rapat tersebut membahas koreksi dan masukan
terhadap Draf Edaran Bupati tentang Pembentukan Tim
Penanggulangan Kemiskinan tingkat Kecamatan dan Desa /
Kelurahan, diantaranya :
a. Koreksi terhadap latar belakang;
b. Koreksi landasan dengan menambahkan Undang-undang Nomor
23 Tahun 2014;
c. Koreksi kelembagaan TPK kecamatan dan desa/kelurahan;
d. Koreksi unsur-unsur TPK kecamatan dan desa/kelurahan;
e. Koreksi tugas pokok dan fungsi TPK;
f. Koreksi format laporan tentang perkembangan data dan profil
kemiskinan dan format dibuat di lampiran II.

Gambar 2.13
Rapat Pembahasan Draf Edaran Pedoman Pembentukan Tim
Penanggulangan Kemiskinan Tingkat Kecamatan Dan Desa / Kelurahan

22
2.11. RAPAT KOORDINASI PENYUSUNAN PERATURAN BUPATI
TENTANG PELIMPAHAN WEWENANG DARI DINAS TEKNIS
KEPADA KEPALA KELURAHAN

Rapat dilaksanakan pada hari Senin, 15 April 2019


diBappeda Kabupaten Blora. Maksud dan tujuan dari rapat
koordinasi adalah dalam rangka meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan Kegiatan Pembangunan Sarana dan
Prasarana Kelurahan dan Pemberdayaan Masyarakat di Kelurahan
yang tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung
jawab, sehingga perlu adanya Pelimpahan Sebagian wewenang
Bupati Kepada Camat. Beberapa hasil dari rapat tersebut adalah :
a. Pelimpahan sebagian wewenang Bupati Kepada Camat dibuat
dalam bentuk Surat Keputusan Bupati tentang hal tersebut.
b. Pembahasan Draf Surat Keputusan Bupati tersebut ada beberapa
hal yang perlu adanya kesamaan sudut pandang terkait
kewenangan yang akan akan dilimpahkan ke Kelurahan antara
lain lokasi yang masih menjadi kewenangan Dinas Teknis (OPD
Dinas Perumahan Pemukiman dan Perhubungan dan dll) dengan
kewenangan kelurahan.
c. Dalam pelimpahan wewenang Camat bertanggung jawab dan
melaporkan hasilnya kepada Bupati Blora.
d. Koreksi terhadap lampiran dalam draf Surat Keputusan Bupati
tersebut yaitu dengan menambahkan kolom kreteria pada form
Daftar Pelimpahan Sebagian Kewenangan Bupati Blora kepada
Camat untuk melaksanakan kegiatan Pembangunan Sarana dan
Prasarana Kelurahan dan Pemberdayaan Masyarakat di
Kelurahan.

23
Gambar 2.14
Rapat Koordinasi Penyusunan Peraturan Bupati Tentang Pelimpahan
Wewenang dari Teknis Kepada Kepala Kelurahan

2.12. RAPAT KOORDINASI SPM (STANDAR PELAYANAN MINIMAL)

Rapat Koordinasi SPM (Standar Pelayanan Minimal)


dilaksanakan pada tanggal 16 April 2019 di ruang pertemuan lantai
1 Bappeda Kabupaten Blora, sebagai berikut :
a. Dasar Hukum yang digunakan yaitu :
1) UU Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
2) PP Nomor 2 tahun 2018 tentang SPM
3) Permendagri no. 100 tahun 2018 tentang Penerapan SPM.
b. Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan mengenai Jenis
dan Mutu Pelayanan Dasar yang merupakan Urusan
Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap Warga Negara
secara Minimal.
c. Jenis pelayanan dasar adalah jenis pelayanan dalam rangka
penyediaan barang/jasa kebutuhan dasar yg berhak diperoleh
setiap Warga Negara secara Minimal.
d. Mutu Pelayanan dasar adalah ukuran kuantitas maupaun
kualitas barang dan/atau jasa kebutuhan dasar serta
pemenuhannya secara minimal sesuai standart teknis agar
hidup secara layak.
e. Lingkup Urusan Wajib Pelayanan Dasar adalah :

24
1) Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun 2018 tentang SPM
Sosial.
2) Peraturan Menteri PUPR Nomor 29 Tahun 2018 tentang SPM
PU dan Perakim.
3) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 32
Tahun 2018 tentang SPM Pendidikan.
4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 101 Tahun 2018
tentang SPM Sub Urusan Bencana Daerah Kabupaten/Kota.
5) Peraturan Menteri Dalam Negeri No 114 Tahun 2018 tentang
SPM Sub Urusan Kebakaran Daerah Kab./Kota
6) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 121 Tahun 2018
tentang SPM Ketertiban umum dan perlindungan
masyarakat.
7) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2018 tentang
SPM Kesehatan.
f. Dalam pasal 13 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
100 Tahun 2018 Bupati/Walikota berwenang
mengkoordinasikan pelaksanaan SPM di daerah Kabuapen/Kota
dengan di bentuk TIM Penerapan SPM Daerah Kabupaten/Kota
ditetapkan dengan Peraturan Bubati/Walikota pasal 17 ayat (1)
dengan susunan :
- Penanggung jawab : Bupati
- Ketua : Sekretaris Daerah
- Wakil Ketua : Ketua Bappeda
- Sekretaris : Kabag Tapem
- Anggota : Kepala OPD terkait Pelayanan Dasar,
Pengelola Keuangan, Inspektorat dan atau sesuai kebutuhan.
g. Tim Penerapan SPM Kabupaten/Kota berkedudukan di Bagian
Tata Pemerintahan atau sebutan lain dengan tugas antara lain :
1) Menyusun Rencana Aksi penerapan SPM
2) Mengkoordinasikan Penerapan SPM dgn OPD pengampu SPM
3) Koordinasi Pendataan, Pemutakhiran, dan sinkronisasi data

25
4) Memastikan Penerapan SPM terintegrasi dengan RKPD, Renja
OPD
5) Mengkawal dan memastikan integrasi SPM ke dalam
dokumen penganggaran dan APBD.
6) Pemantauan dan Evaluasi Standar Pelayanan Minimal
h. Tahapan penyusunan Standar Pelayanan Minimal adalah :
1) Pengumpulan Data.
2) Penghitungan kebutuhan pemenuhan pellayanan dasar.
3) Penyusunan rencana pemenuhan pelayanan dasar.
4) Pelaksanaan pelayanan Dasar.
i. Rencana Tindak Lanjut adalah :
1) Penyusunan draf Peraturan Bupati tentang Penerapan SPM
2) Penyusunan Tim Penerapan SPM Kabupaten Blora.
3) Penyusunan laporan SPM tahun 2018 dengan menggunakan
Pendekatan Indikator RPJMD, LKPJ dan LPPD.
4) Koordinasi dengan OPD terkait pengampu SPM dalam
pemenuhan Indikator dimaksud.
5) Melaporkan SPM tahun 2018 kepada Gubernur dengan
tembusan Dirjen Bina Pembangunan Daerah Kemendagri

Gambar 2.15
Rapat Koordinasi Standar Pelayanan Minimal

26
2.13. RAPAT KOORDINASI PENINGKATAN KERJASAMA ANTAR
DAERAH

Rapat Koordinasi Peningkatan Kerjasama Antar Daerah


dilaksanakan pada tanggal 23 sampai 24 April 2019 di ruang
pertemuan The Sunan Hotel, Kerten, Laweyan, Kota Surakarta, Jawa
Tengah, dengan hasil sebagai berikut :
a). Tema dalam Rapat Koordinasi Kerja Sama Dalam Negeri adalah
”Pemetaan, Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Kerjasama
Dalam Negeri dalam rangka Peningkatan Pelayanan Publik”.
b). Maksud dan tujuan adalah :
1) Optimalisasi peran pemerintah dalam melaksanakan
kerjasama daerah.
2) Meningkatkan sinergitas pengelolaan potensi diberbagai
bidang kerjasama/sesuai dengan kebutuhan urusan
pemerintahan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
masyarakat.
c). Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah pada pasal 363 (1) : Dalam rangka peningkatan
kesejahteraan masyarakat daerah dapat mengadakan kerjasama
yang didasarkan pada kepentingan efisiensi dan efektivitas
pelayanan publik serta saling menguntungkan.

27
d). Pada pasal 2 disebutkan kerjasama dapat dilakukan melalui
kerjasama dengan daerah lain, Lembaga/Pemerintah Daerah
diluar negeri sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan,
Pihak ketiga (swasta, organisasi masyarakat, lembaga non
pemerintah lainnya).
e). Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2018 tentang
Kerja Sama Daerah mempunyai lingkup :
1) Obyek Kerja Sama Daerah dengan Daerah Lain : merupakan
urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah untuk
kesejahteraan masyarakat dan percepatan pemenuhan
kebutuhan publik.
2) Koordinasi Teknis : Daerah yang akan melaksanakan
kerjasama wajib melakukan pemetaan urusan pemerintah
sesuai potensi dan karakteristtik daerah dan dibahas oleh
pemerintah daerah yang berbatasan.
f). Tahapan dan dokumen Kerjasama :
1) Tahapan Kerja Sama Daerah dengan Daerah Lain :
Persiapan, Penawaran, Penyusuan Kerja Sama Bersama,
Penandatanganan Kerja Sama Bersama, Persetujuan DPRD,
Penyusunan Perjanjian Kerja Sama, Pelaksanaan,
Penatausahaan, dan Pelaporan
2) Dokumen Kerja Sama : Kesepakatan Bersama dan
Perjanjian Kerja Sama
g). Beberapa isu penting/permasahan dalam kerjasama antara lain :
1) Rendahnya komitmen dalam penyusunan perencanaan
(tidak berdasar Peraturan Perundang-undangan, belum
berdasar pada pemetaan urusan pemerintahan).
2) Buruknya database (pelaporan database yang sebatas
formalitas, penatausahaan data base kerjasama yang
buruk).
3) Perjanjian kerjasama yang belum senergis (perjanjian bukan
oleh pejabat yang berwenang, perjanjian tidak melalui biro
hukum/biro/bagian kerjasama).

28
h) Dalam pelaksanaan Kerja Sama Daerah diperlukan adanya
monitoring dan evaluasi yang dimulai tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan dan tahap pasca pelaksanaan. Peningkatan peran
TKSD Daerah.
i) Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh Provinsi,
Kabupaten dan Kota :
1) Kabupaten/Kota melalui OPD yang membidangi Kerja
Sama wajib membuat pemetaan potensi kerja sama wajib
dengan melibatkan OPD Teknis yang membidangi urusan
pemerintahan, karena obyek kerja sama ada pada OPD
tersebut.
2) Hasil pemetaan masing-masing Kabupaten/Kota wajib
dilaporkkan kepada pemerintah Provinsi.
3) Pemerintah Provinsi melalui OPD yang membidangi
kerjasama daerah memfasilitasi Kabupaten/Kota dalam
sinkronisasi urusan pemerintahan yang akan
dikerjasamakan dengan daerah yang berbatasan langsung.
4) Pemerintah Provinsi melalui OPD yang membidangi karja
sama daerah memfasilitasi OPD Teknis Provinsi yang
membidangi urusan pemerintahan untuk melakukan
pemetaan dan sinkronissasi urusan pemerintahan yang
akan dikerja samakan dengan daerah yang berbatasan
langsung.
5) Hasil pemetaan dan sinkronisasi yang dilakukan oleh
Pemerintah Provinsi dilaporkan kepada Kementerian Dalam
Negeri, melalui Subdit Kerja Sama dan Penyelesaian
Perselisihan Antar Daerah Direktorat Dekonsentrasi, Tugas
Pembantuan dan Kerja Sama , Ditjen Bina Administrasi
Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri. Jl. Medan Merdeka
Utara nomor 7 Gedung H Lantai 7 atau melalui email
subditkerjasama.adwil@gmail.com
6) Urusan Pemerintahan yang akan dikerjasamakan dengan
daerah berbatasan dibahas di Rakortek Provinsi dan

29
kemudian disepakati oleh pemerintah daerah masing-
masing dalam berita acara Rakortek tersebut.
7) Setelah adanya kesepakatan Rakortek terhadap daerah yang
wajib melaksanakan kerja sama, maka masing-masing
daerah wajib menindaklanjuti dengan kesepakatan kerja
sama dan ditindaklanjuti dengan perjanjian kerja sama.

Gambar 2.16
Rapat Koordinasi Peningkatan Kerjasama Antar Daerah

30
2.14. RAPAT KOORDINASI PENGGUNAAN DANA MODAL USAHA UNTUK
WARGA MISKIN KABUPATEN BLORA OLEH BAZNAS
Rakor dilaksanakan pada hari Kamis, 25 April 2019 di
Gedung Samin Kabupaten Blora dan dipimpin oleh Wakil Bupati
Blora, Sekretaris Daerah Kabupaten Blora, Ketua Baznas Kabupaten
Blora, Kepala Bappeda Kabupaten Blora dan dihadiri oleh Camat,
Kepala Desa di 12 desa prioritas 1 dan 2. Hasil dari rapat koordinasi
yaitu :
a. Rapat koordinasi membahas mengenai upaya Baznas dalam
mengentaskan kemiskinan melalui pelatihan usaha produktif
dan pemberian bantuan modal usaha sebesar 5 juta bagi warga
miskin di Kabupapten Blora.
b. Desa yang diintervensi oleh Baznas dalam bentuk pelatihan
usaha produktif diantaranya desa prioritas 1 (desa Sidomulyo,
desa Getas, desa Mendenrejo, desa Sumber, desa Pilang, desa
Ketileng), dan desa prioritas 2 (desa Ngumbul, desa
Kedungwungu, desa Gabusan, desa Bangkleyan, desa Wado,
desa Botoreco).
c. Alur proses pemberian modal usaha yaitu:
1) Mengajukan proposal yang ditujukan kepada ketua Baznas
Kabupaten Blora. Proposal sudah mencakup nama 10
orang masing-masing desa dan jenis pelatihan yang
diinginkan serta melampirkan fotokopi KTP, KK dan bukti
kemiskinan. Proposal rangkap 3 dan harus masuk minggu
pertama bulan Mei dan diserahkan langsung ke Baznas.
2) Mengisi permohonan pencairan dan mengisi lembar
pernyataan (masing-masing penerima).
3) Yang mendapatkan bantuan modal usaha harus terdaftar
dalam Basis Data Terpadu.
d. Diharapkan bagi warga miskin penerima manfaat setelah diberi
modal usaha dari Baznas harus siap keluar dari PKH dan harus
bergerak, berkembang supaya fungsi Baznas dalam
memberikan bantuan dapat tepat sasaran.

31
Gambar 2.17
Rapat Koordinasi Penggunaan Dana Modal Usaha Untuk Warga Miskin
Oleh Baznas

2.15. FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) TINDAK LANJUT HASIL


PENGAMBILAN DATA RESPONDEN KEGIATAN PENYUSUNAN
DESAIN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Focus Group Discudion dilaksanakan pada hari Selasa, 30
April 2019 di Ruang rapat kantor Wakil Bupati Kabupaten Grobogan
dengan dihadiri oleh Kabupaten Blora, Kabupaten Demak,
Kabupaten Grobogan, Kabupaten Rembang, dan Kabupaten Sragen
sebagai tindak lanjut dari kegiatan Bappeda Provinsi Jawa Tengah
dalam pengambilan data responden kegiatan penyusunan desain

32
penanggulangan kemiskinan di wilayah Kabupaten Blora yaitu di
desa Sidomulyo Kecamatan Banjarejo dan desa Ketileng Kecamatan
Todanan.
Tujuan pelaksanaan FGD adalah :
a. Menjaring masukan-masukan dari tingkat Kabupaten dalam
rangka penyusunan desain penanggulangan kemiskinan.
b. Menyusun strategi khusus terkait penanggulangan kemiskinan.
c. Hasil fakta-fakta lapangan sementara setelah dilakukan
pengambilan data responden
d. Efektifitas program penanggulangan kemiskinan di Jawa Tengah
cukup efektif dalam arti bantuan telah sampai kepada penerima.
e. Pembentukan kelompok bantuan tidak disertai pemberdayaan
ekonomi.
f. Sistem kelembagaan yang ada dan perannya di masyarakat
kurang optimal.
g. Bantuan umumnya hanya bermanfaat sesaat tidak terjadi
pengembangan terutama untuk keberlanjutan (produktif).
h. Adanya kecemburuan masyarakat yang tidak mampu (tidak
mendapat bantuan) terhadap masyarakat yang mampu tetapi
mendapat bantuan.
i. Untuk Kabupaten lainnya seperti Kabupaten Rembang,
Kabupaten Demak, Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Sragen
permasalahannya hampir sama dengan Kabupaten Blora.
j. Kesimpulan permasalahan dan solusi yang ada di 5 Kabupaten
diatas diantaranya :
1) Data BDT yang masih kurang valid terupdate sehingga
program-program bantuan belum tepat sasaran,
2) Warga miskin yang sudah mampu masih mendapatkan
bantuan dan tidak mau lepas dari program-program PKH
3) Mentalitas warga miskin yang perlu ditingkatkan,
4) Ekonomi produktif perlu dikembangkan,
5) Mengikut sertakan warga miskin dalam pola pikir upaya
penanggulangan kemiskinan.

33
6) Diusahakan tahun depan Bappeda Propinsi Jawa Tengah
akan mengusulkan pelatihan Bimtek untuk update data
kemiskinan.
7) Harapan kedepan Kabupaten lain dapat mengembangkan
teknologi inovasi seperti Kabupaten Sragen dalam
penanggulangan kemiskinan.

Gambar 2.18
Focus Group Discussion Tindak Lanjut Hasil Pengambilan Data
Responden Kegiatan Penyusunan Desain Penanggulangan Kemiskinan

34
2.16. RAPAT KOORDINASI PERSIAPAN PELAKSANAAN PEMILIHAN
KEPALA DESA SECARA SERENTAK TAHUN 2019

Rapat Koordinasi Persiapan Pelaksanaan Pemilihan Kepala


Desa secara serentak Tahun 2019 pada tanggal 2 Mei 2019 di ruang
pertemuan Sekretariat Daerah Kabupaten Blora, dengan hasil
sebagai berikut :
a. Tujuan rakor adalah :
1) Untuk menyamakan persepsi/pandangan terkait potensi dan
permasalahan yang terjadi dilapangan dalam pelaksanaan
Pemilihan Kepala Desa demi kelancaran dan kesuksesan
pelaksanaannya di Kabupaten Blora tahun 2019.
2) Untuk mengetahui tugas masing-masing Tim Pembina sesuai
dengan kewenangannya dan tugas pokoknya di organisasi
perangkat daerah masing-masing.
b. Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa tahun 2019 dilaksanakan
pada tanggal 24 Juli 2019 sebanyak 244 desa di Kabupaten Blora
c. Dasar Keputusan Bupati Blora Nomor 141/308/2019 tentang
Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Serentak di Kabupaten Blora
Tahun 2019 dan Surat Bupati Blora Nomor : 141.1/1365 tanggal
22 April 2019 perihal Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa
Serentak di Kabupaten Blora Tahun 2019.
d. Jadwal pelaksanaan Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Serentak
di Kabupaten Blora Tahun 2019.
e. Penganggaran dalam Pemilihan Kepala Desa :
1) Peraturan Bupati Nomor 8 Tahun 2017 Pasal 103, biaya
Pemilihan Kepala Desa dapat diperoleh dari Pemerintah
Daerah dan Pemerintah Desa.
2) Pemerintah Daerah Kabupaten Blora telah mengganggarkan
dari APBD Tahun 2019 sebesar Rp. 6.914.952.500,- untuk
244 desa yang merupakan bantuan keuangan yang bersifat
khusus kepada Pemerintah Desa.

35
3) Biaya Pemilihan Kepala Desa dari Pemerintah Desa
bersumber dari Pendapatan Asli Desa dan Sumber lainnya
yang syah.
4) Sumber lainnya yang syah oleh Panitia Pemilihan Kepala
Desa dimaknai Sumbangan dari Calon Kepala Desa.
f. Pembentukan Panitia Pemilih Kepala Desa dibentuk oleh Badan
Permusyawaratan Desa (BPD).
g. Sumber data awal pemilih diperoleh dari DPT Pemilihan Kepala
Daera dan Data Base Kependudukan dari perangkat daerah yang
membidangi kependudkan dan pencatatan sipil.
h. Calon Kepala Desa adalah Warga Negara Indonesia.
i. Pengajuan ijin bagi calaon Kepala Desa :
1) Kepala Desa yang akan mencalonkan diri kembali wajib
mengajukan cuti kepada Bupati dapat mendelegasikan kepada
Camat.
2) PNS atau Guru PNS wajib mendapatkan ijin dari Pejabat
Pembina Kepegawaian yang memproses BKD.
3) Anggota TNI/POLRI/Pegawai BUMN/BUMD/Pegawai
Swastawajib mendapatkan ijin tertulis dari atasan yang
berwenang, yang memproses institusi masing-masing.
4) Pegawai kontark/Wiyata Bhakti/Honorer daerah wajib
mendapatkan ijin tertulis dari atasan yang berwenang sesuai
Peraturan PerUU.
5) Anggota BPD wajib mengajukan tertulis kepada Bupati
didelegasikan kepada Camat.
6) Perangkat Desa wajib mengajukan permohonan cuti kepada
Kepala Desa.
j. Seleksi tambahan untuk bakal calon yang lebih dari 5 orang,
Panitia Pemilih melakukan seleksi tambahan berupa :
1) Test tertulis dengan pembobotan, materi umum 45%, materi
khusus 55% (Pembobotan test tertulis 70%)
2) Pembobotan terhadap kreteria tertentu sebesar 30% terdiri
atas :

36
a) Pengalaman organisasi skor 10%
b) Pendidikan :
i. Diploma empat, sarjana, pasca sarjana skor 10 %.
ii. Diploma satu, Dua dan tiga skor 7,5%.
iii. Sekolah menengah atas/sederajat skor 5%
iv. Sekolah menengah pertama/sederajat skor 2,5%
c) Usia terdiri dari :
i. Usia 25 tahun sampai dengan 58 tahun skor 10%.
ii. Usia 58 keatas skor 5%.
k. Dalam menyusun materi test tertulis , panitia pemilih dapat
melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi/lembaga yang
berkompeten dalam penyelenggaraan pemerintahan.
l. Tahapan Pilkades :
a). Persiapan.
b). Pencalonan.
c). Pemungutan suara.
d). Penetapan.

Gambar 2.19
Rapat Koordinasi Persiapan Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Secara
Serentak Tahun 2019

37
2. 17. RAPAT KOORDINASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program pemberian
bantuan sosial bersyarat kepada keluarga dan/ atau seseorang
miskin dan rentan yang terdaftar dalam data terpadu program
Penanganan fakir miskin, diolah oleh Pusat Data dan Informasi
Kesejahteraan Sosial dan ditetapkan sebagai keluarga penerima
manfaat Program Keluarga Harapan. Hasil dari rakor tersebut adalah:
a). Program Keluarga Harapan (PKH) menjadi Prioritas Nasional
karena :
1) PKH mempunyai dampak langsung yang signifikan terhadap
pengurangan kemiskinan dan kesenjanga
2) Meningkatkan daya beli masyarakat yang kurang mampu
3) PKH telah terbukti menjadi program bantuan sosial yang
mendorong kreativitas keluarga dalam meningkatkan
produktivitasnya.
4) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam keluarga
b). Sedangkan Persyaratan kepesertaan PKH adalah komponen
Pendidikan( SD, SMP, SMA), Komponen Kesehatan(Ibu
Hamil/Nifas dan Anak usia di bawah 6 tahun) dan Komponen
kesejahteraan social (Diutamakan Disabilitas Berat dan Lanjut
Usia mulai dari 60 tahun)
c). Kebijakan PKH tahun 2019 :
1) Bantuan Sosial stimulant PKH diberikan “berbasisi Keluarga”
untuk setiap kualias hidup keluarga dalam akses terhadap
pelayanan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan sosial.
2) Kenaikan indek bantuan sosial sebesar 2 kali PKH tahun 2019
pada komponen kesehatan dan pendidikan.
3) Indek bantuan siosial PKH tahun 2019 terdiri dari :
- Bantuan Tetap setiap Keluarga , diberikan hanya pada tahap
Pertama :
- Reguler Rp. 550.000/keluarga/tahun.
- PKH Akses : Rp. 1.000.000,-/keluarga/tahun.

38
4) Bantuan Komponen setiap Jiwa, maksimal 4 orang dalam satu
keluarga :
- Ibu hamil : Rp. 2.400.000,-
- Anak usia dini : Rp. 2.400.000,-
- SD : Rp. 900.000,-
- SMP ; Rp. 1.500.000,-
- SMA : Rp. 2.000.000,-
- Disabilitas beratt : Rp. 2.400.000,-
- Lanjut Usia : Rp. 2.400.000,-
d). Bantuan komponen yang ditetapkan jumlah anggota keluarga
yang memenuhi komponen kepesertaan PKH maksimal 4 jiwa.
e). Bantuan berdasarkan proporsi beban keluarga
f). Bantuan tetap untuk mengurangi beban pengeluaran keluarga.
g). Beberapa permasalahan terkait dengan PKH adalah:
1). Kevalidan data BDT ditingkat Desa perlu ditingkatkan dengan
melibatkan aparat hukum dalam musyawarah
desa/musyawarah kelurahan.
2). Kecemburuan social kelompok penerima manfaat (KPM) dari
hasil verval BDT masih ada (Contoh orang yang miskin belum
masuk PKH sedangkan orang yang sudah mampu tidak mau
keluar dai PKH)
3). Dari hasil graduasi mandiri masih perlu mendapatkan
perhatian/pendampingan dari Pemerintah dengan harapan
agar tidak kembali masuk katagori orang miskin lagi.

39
Gambar 2.20.
Rapat Koordinasi Program Keluarga Harapan

2.18. RAPAT KOORDINASI NASIONAL DATA TERPADU


KESEJAHTERAAN SOSIAL TAHUN 2019
Rapat Koordinasi Nasional Data Terpadu Kesejahteraan
Sosial Tahun 2019 membahas program pemerintah bantuan sosial
pemerintah yang tergantung dari data dalam Verifikasi dan Validasi
Data Terpadu Penanganan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu,
beberapa hal yang terjadi dalam kekisruhan pendataan yang terjadi
dilapangan perlu segera diperabaiki, termasuk masyarakat yang
sudah tidak berhak program bantuan dapat dikeluarkan dan
masyarakat miskin yang belum masuk Basis Data Terpadu dapat
diusulkan dan masuk data Basis Data Terpadu untuk dapat

40
mendapatkan program bantuan Kesejahteraan sosial dan
perlindungan sosial seperti PKH, PBI, KKS dan BPNT.
Tema dalam rapat koordinasi tersebut adalah “Peningkatan
Komitmen dan Sinergitas Pelaksanaan Verifikasi dan Validasi Data
untuk Ketepatan Sasaran Penerima Bantuan Sosial”. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan adalah :
a. Pendataan yang dilakukan oleh Pusat Data dan Informasi agar
lebih akurat dalam proses updating data perlu penyempurnaan
yang dilakukan secara terus menerus.
b. Agar dapat mencapai tepat sasaran program-program
kesejahteraan sosial, kemiskinan dan perlindungan sosial yang
diberikan harus terintegrasi dalam satu data.
c. Data kemiskinan sangat dinamis yang perlu dilakukan secara
periodic sesering mungkin.
d. Data yang di update akan dilakukan updating data setiap 3 bulan
untuk menghindari kekeliruan dalam penyaluran bantuan sosial.
Sedangkan langkah dan program dan kegiatan yang dilakukan oleh
Pusat Data dan Informasi adalah :
a. Rapat Koordinasi tentang kebijakan Data.
b. Bimbingan teknis Verifikasi dan Validasi Data Kabupaten dan
provinsi dengan mengundang 2 orang petugas SIKS-NG.
c. Bimbingan teknis SIKS-NG 2 bulan secara online.
d. Menyediakan layanan hardisk online untuk menyelesaikan
masalah dilapangan.
e. Secara bertahap akan mengeluarkan fitur untuk mengelola data
SIKS-NG.
Dari hasil rapat koordinasi tersebut diperoleh kesimpulan yaitu Arah
kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan program
bantuan kesejahteraan social, kemiskinan dan perlindungan social
telah sepakat untuk menggunakan data terpadu SIKS-NG.

41
Gambar 2.21.
Rapat Koordinasi Nasional Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
Tahun 2019

2.19. WORKSHOP PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL TEKNOKRATIS


RPJMD KABUPATEN BLORA TAHUN 2021-2025

Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan RPJMD


adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017
tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi
Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan
Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan
Rencana Rencana Pembagunan Jangka Menengah Daerah, serta
Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah , Rencana Rencana Pembagunan Jangka Menengah Daerah
dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 1312).
Dalam penyusunan draf Rancangan Awal Teknokratis RPJMD
Kabupaten Blora Tahun 2021-2025 harus mengacu pada RPJPD
tahun 2005-2025, RPJMD Provinsi Jawa Tengah serta harus
menyusun KLHS Kabupaten Blora. Penyusunan KLHS merupakan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang berisikan data-data
informasi, permasalahan dan kebijakan yang akan dilakukan selama

42
5 (lima) tahun kedepan sebagai landasan dalam penyusunan RPJMD
Kabupaten Blora Tahun 2021-2025.
RPJMD Teknokratik Kabupaten Blora Tahun 2021-2025 setelah
selesai nantinyya harus disampaikan kepada Komisi Pemilihan
Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Blora untuk menentukan agar
dipakai bakal calon bupati dalam kampanyenya untuk menentukan
visi dan misi dalam pembangunan 5 (lima) tahun kedepannya.

Gambar 2.22.
Workshop Penyusunan Rancangan Awal Teknokratis RPJMD
Kabupaten Blora Tahun 2021-2025

43
2.20. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM DAN KEGIATAN
KECAMATAN TAHUN 2019

A. MONEV DI KECAMATAN BLORA


Hasil dari Monev di Kecamatan Blora yaitu :
1. Program dan kegiatan Renja Kecamatan Blora sudah sesuai
dengan RKPD.
2. Capaian realisasi fisik bulan April 2019 sebesar 34,64%.
3. Permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan tahun 2019 yaitu
penyerapan sampai bulan April 2019 masih kecil
dikarenakan adanya dana kelurahan yang dianggarkan
dalam anggaran perubahan tahun 2019, sehingga kelurahan
tidak bisa melaksanakan kegiatan / menunggu pengesahan
DPA perubahan.
4. Kegiatan yang mendukung penanggulangan kemiskinan yaitu
Rapat Koordinasi penanggulangan kemiskinan.
5. Kegiatan rakor penanggulangan isu strategis terkait
kesehatan belum dilaksanakan.
6. Kegiatan PATEN yang sudah dilaksanakan yaitu melayani
pengurusan SKCK, permohonan nikah, IMB, SPPL,
rekomendasi ijin pentas, pengurusan pindah tempat,
pengurusan E-KTP dan KK, melayani penggunaan ijin Blok-T.
7. Masyarakat menginginkan untuk pengurusan IMB
digratiskan dari biaya retribusi.
8. Permasalahan terkait dengan Sarpras dan SDM dalam
perijinan PATEN yaitu minimnya anggaran untuk pelayanan
dan perijinan, sarana dan prasarana untuk pelayanan
(komputer, printer) sangat minim dan sering mengalami
kerusakan.

44
Gambar 2.23
Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan
di Kecamatan Blora

B. MONEV DI KECAMATAN BANJAREJO


Hasil dari Monev di Kecamatan Banjarejo yaitu :
1. Program dan kegiatan di Kecamatan Banjarejo dalam renja
sudah sesuai dengan RKPD
2. Capaian realisasi fisik bulan April 2019 sebesar 34,89%.
3. Kegiatan yang mendukung penanggulangan kemiskinan yaitu
RTLH, pelatihan bantuan non tunai / PKH.
4. Kegiatan rakor penanggulangan isu strategis yang sudah
dilaksanakan yaitu GSIB (Gerakan Sayang Ibu dan Bayi),
Rakor Bunda Paud.
5. Kecamatan Banjarejo sudah ada Standar Operasional
Prosedur (SOP) terkait perijinan PATEN.
6. Kegiatan PATEN yang sudah dilaksanakan yaitu pelayananan
penerbitan IMB, pelayanan penerbitan ijin usaha kecil mikro
(IUMK), pelayanan rekomendasi pentas seni, dispensasi
nikah, registrasi SKCK, SKTM, proposal, permohonan nikah,
administrasi kependudukan dan pencatatan sipil, keterangan
waris, ijin komersil.

45
7. Permasalahan terkait sarpras yaitu kurangnya fasilitas
seperti Laptop dan Komputer, perlunya pengadaan mesin
antrian di Kecamatan Banjarejo karena selepas Hari Raya
dan kelulusan sekolah antrian sangat banyak sehingga
diperlukan mesin antrian demi kelangsungan proses
pelayanan masyarakat di Kecamatan, kurangnya sumber
daya manusia (SDM) untuk staf Kasi
8. Usulan-usulan Kecamatan Banjarejo yaitu pengadaan tempat
parker, pembangunan / rehabilitasipagar, pembangunan /
rehabilitasi Mushola kantor, Pembangunan/pengadaan
gedung PATEN
Gambar 2.24
Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan
di Kecamatan Banjarejo

C. MONEV DI KECAMATAN CEPU


Hasil Monev :
1. Program dan kegiatan Renja Kecamatan Cepu sudah sesuai
dengan RKPD.
2. Capaian realisasi fisik dan keuangan bulan April 2019
sebesar 7%

46
3. Kegiatan yang mendukung penanggulangan kemiskinan yaitu
Rapat koordinasi Penanggulangan kemiskinan dan Verifikasi
dan Validasi data Kemiskinan
4. Kegiatan PATEN yang sudah dilaksanakan yaitu Perijinan
terkait IMB, IUMK dan Ijin Pendirian Usaha
5. Sudah ada SOP terkait dengan perijinan Paten.
6. Keluhan terkait pelayanan PATEN yaitu Berkaitan dengan
pelayanan Adminduk warga mengeluhkan tentang lambatnya
sistem aplikasi kependudukan dan blanko selalu terlambat
7. Kegiatan yang dibutuhkan, tetapi belum ada di Renja yaitu
ada 3 Kasi yg belum dapat Kendaraan Dinas Roda Dua

Gambar 2.25
Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan
di Kecamatan Cepu

47
D. MONEV DI KECAMATAN BOGOREJO
Hasil dari Monev di Kecamatan Bogorejo yaitu :
1. Program dan kegiatan Renja Kecamatan Bogorejo sudah
sesuai dengan RKPD.
2. Capaian realisasi fisik bulan April 2019 sebesar 8,4% dan
capaian realisasi keuangan bula April 2019 sebesar
Rp.131.700.000,-
3. Kegiatan penanggulangan kemiskinan yang sudah
dilaksanakan yaitu Pasar Murah belum dilaksanakan,
rencana mengadakan pasar murah menjelang Hari Raya Idul
Fitri dengan bentuk kegiatan berupa penjualan paket
sembako kepada warga miskin dengan harga murah.
4. Kegiatan PATEN yang sudah dilaksanakan yaitu Cetak KTP,
cetak KK, pembuatan Ijin Rekomendasi Pementasan
Kesenian, Ijin Mendirikan Bangunan, Ijin Usaha Mikro dan
Kecil.
5. Sudah ada SOP terkait dengan perijinan Paten.
6. Dari masyarakat belum ada aduan terkait dengan
penambahan pelayanan.
7. Permasalahan terkait dengan Sarpras dan SDM dalam
perijinan PATEN yaitu kurangnya tenaga.

48
Gambar 2.26
Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan
di Kecamatan Bogorejo

E. MONEV DI KECAMATAN JATI


Hasil dari Monev di Kecamatan Jati yaitu :
1. Program dan kegiatan Renja Kecamatan Jati sudah
sesuai dengan RKPD.
2. Capaian realisasi fisik bulan April 2019 sebesar 17%
dan capaian realisasi keuangan bula April 2019
sebesar Rp.100.000.000

49
3. Kegiatan penanggulangan kemiskinan seperti Pasar
Murah belum terealisasi. Rencananya akan
memberikan sembako.
4. Kegiatan PATEN yang sudah dilaksanakan yaitu
perekaman E-KTP, pembuatan KK, legalisasi, nikah,
SKCK.
5. Perijinan yang dilaksanakan di PATEN yaitu perijinan
IMB.
6. Dari masyarakat belum ada aduan terkait dengan
penambahan pelayanan.

Gambar 2.27
Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan
di Kecamatan Jati

50
F. MONEV DI KECAMATAN JAPAH
Hasil dari Monev di Kecamatan Japah :
1. Program dan kegiatan di Kecamatan Japah dalam renja
sudah sesuai dengan RKPD.
2. Capaian realisasi fisik bulan April 2019 sebesar 10%.
3. Kegiatan perijinan yang dilaksanakan di PATEN ada dua
yaitu IMB dan rekam SIUP dan IUMK.
4. Permasalahan terkait sarpras yaitu kurang adanya dukungan
honor bagi tim teknis IMB
5. Terkait baju Paskibraka masih kurang. Anggaran untuk baju
Paskibraka adalah Rp. 10.000.000,-
6. Usulan-usulan Kecamatan Japah yaitu pembangunan pagar
(pagar miring), tempat parker, dan rehabilitasi kamar mandi.

Gambar 2.28
Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan
di Kecamatan Japah

G. MONEV DI KECAMATAN JEPON


Hasil dari Monev di Kecamatan Jepon :
1. Program dan kegiatan Renja Kecamatan Jepon sudah sesuai
dengan RKPD.
2. Capaian realisasi fisik bulan April 2019 sebesar 18%.
3. Kegiatan penanggulangan kemiskinan yang sudah
dilaksanakan yaitu Rapat Koordinasi Sosial Pemberdayaan

51
Masyarakat di tingkat Kecamatan, untuk Gebyar Paut 100%,
GSIB 25%, BPJS 30%.
4. Kegiatan PATEN yang sudah dilaksanakan yaitu SKCK,
Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Proposal
dari desa (bantuan alat pertanian, bibit, sapi dll), Nikah Talak
Cerai Rujuk, Keterangan Waris, Ijin keramaian, rekomendasi
pentas, dispensasi nikah.
5. Sudah ada SOP terkait dengan perijinan Paten.
6. Jenis kegiatan perijinan di PATEN yaitu Ijin IMB, Ijin usaha
mikro kecil.
Gambar 2.29
Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan
di Kecamatan Jepon

52
H. MONEV DI KECAMATAN JIKEN
Hasil dari Monev di Kecamatan Jiken :
1. Program dan kegiatan di kecamatan Jiken dalam renja sudah
sesuai dengan RKPD.
2. Capaian realisasi fisik bulan April 2019 sebesar 9,56%.
3. Permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan tahun 2019 yaitu
kurangnya SDM yang kurang memadai (staf dan Bendahara).
4. Kegiatan penanggulangan kemiskinan yang sudah
dilaksanakan yaitu Kesra, PKH, TKSK saling koordinasi
dalam pengentasan kemiskinan di Kecamatan Jiken dan
pemutakhiran data BDT.
5. Kegiatan PATEN yang sudah dilaksanakan yaitu pelayanan
IMB, rekomendasi, dan IUMK.
6. Kecamatan Jiken sudah ada Standar Operasional Prosedur
(SOP) terkait perijinan PATEN
7. Permasalahan terkait sarpras dan SDM dalam perijinan
PATEN yaitu jumlah SDM terbatas
8. Akan diadakannya pembangunan kantor kecamatan Jiken
tahun 2019 dengan dana 1 Milyar Rupiah.

Gambar 2.30
Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan
di Kecamatan Jiken

53
I. MONEV DI KECAMATAN NGAWEN
Hasil dari Monev di Kecamatan Ngawen :
1. Program dan kegiatan Renja Kecamatan Ngawen sudah
sesuai dengan RKPD.
2. Capaian realisasi fisik bulan April 2019 sebesar 10%.
3. Permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan tahun 2019 yaitu
kelurahan terkendala dengan perubahan DPA.
4. Kegiatan penanggulangan kemiskinan yang sudah
dilaksanakan yaitu Pasar Murah sudah dilaksanakan di
bulan puasa dalam bentuk sembako dan PMT berupa roti
dan susu.
5. Kegiatan PATEN yang sudah dilaksanakan yaitu penerbitan
surat keterangan, penerbitan IMB, KTP, KK, legalisasi surat
pendatang, surat pindah tempat, pengantar SKCK,
rekomendasi ijin pentas, legalisasi pengantar JKN, legalisasi
numpang nikah, penerbitan ijin gangguan, surat keterangan
waris.
6. Penggunaan dana kelurahan lokasi sudah sesuai dengan
Musrenbang Kelurahan.

54
Gambar 2.31
Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan
di Kecamatan Ngawen

J. MONEV DI KECAMATAN TODANAN


Hasil dari Monev di Kecamatan Todanan :
1. Program dan kegiatan Renja Kec.Todanan sudah sesuai
dengan RKPD.
2. Capaian realisasi fisik bulan April 2019 sebesar 33%.
3. Kegiatan penanggulangan kemiskinan yang sudah
dilaksanakan yaitu Gebyar HAN, rakor penanggulangan
kemiskinan, gerakan sayang ibu dan anak, kegiatan PHBS,
pasar murah, dan sosialisasi stunting.
4. Kegiatan PATEN yang sudah dilaksanakan yaitu pelayanan
KK, KTP, rekomendasi nikah, SKCK, IMB, Ijin keramaian,
rekomendasi ijin usaha.
5. Sudah ada SOP terkait dengan perijinan Paten.

55
6. Keluhan dalam perijinan PATEN yaitu sering tidak adanya
bahan KTP.
7. Permasalahan terkait dengan Sarpras dan SDM dalam
perijinan PATEN yaitu alat untuk rekam iris mata rusak,
printer rusak.
Gambar 2.32
Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan
di Kecamatan Todanan

K. MONEV DI KECAMATAN KEDUNGTUBAN


Hasil dari Monev di Kecamatan Kedungtuban :
1. Program dan kegiatan Renja Kecamatan Kedungtuban sudah
sesuai dengan RKPD.
2. Capaian realisasi fisik dan keuangan bulan April 2019
sebesar 22,85%.
3. Permasalahan yang dialami yaitu terkait penanganan
kemiskinan dan stunting (Desa wado adalah desa miskin).
4. Kegiatan penanggulangan kemiskinan yang sudah
dilaksanakan yaitu kegiatan pasar murah, BNPT, PKH, bedah
kemiskinan (bekerja).
5. Kendala yang dialami kecamatan yaitu pengaturan dana
karena bendahara masih baru, kurangnya SDM,
Permasalahan Blangko KTP, masalah jaringan error saat
pelayanan masyarakat.
6. Kegiatan PATEN yang sudah dilaksanakan yaitu pelayanan
KTP, KK, SKCK, disposisi nikah, rekomendasi kesenian, reg.

56
SKTM, reg proposal, rekomendasi surat keterangan waris,
permohonan nikah.
7. Permasalahan terkait dengan Sarpras dan SDM dalam
perijinan PATEN yaitu belum adanya gedung. Harapan
kecamatan Kedungtuban agar dibantu pengerjaan tempat
pelayanan (PATEN)

Gambar 2.33
Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan
di Kecamatan Kedungtuban

57
L. MONEV DI KECAMATAN KRADENAN
Hasil dari Monev di Kecamatan Kradenan :
1. Program dan kegiatan Renja Kecamatan Kradenan sudah
sesuai dengan RKPD.
2. Capaian realisasi fisik dan keuangan bulan April 2019
sebesar 13,60%
3. Kegiatan yang mendukung penanggulangan kemiskinan yaitu
Koordinasi kegiatan sosial dan pemebrdayaan masyarakat di
kecamatan / sudah dilaksanakan dalam bentuk pasar
murah.
4. Kegiatan PATEN yang sudah dilaksanakan yaitu melayani
Menerbitkan IMB, perekaman KTP EL, cetak KTP EL,
memberikan pelayanan pada masyarakat terkait pelayanan.
5. Jenis kegiatan perijinan yang dilaksanakan di PATEN yaitu
IMB, IUMK, Ijin keramaian, pentas seni (rekom).
6. Sudah ada SOP terkait dengan perijinan Paten.
7. Permasalahan terkait dengan Sarpras dan SDM dalam
perijinan PATEN yaitu Komputer dan printer, SDM perlu
pelatihan khusus untuk pelayanan PATEN
8. Keluhan terkait pelayanan PATEN yaitu material / blangko
KTP sering terlambat, gangguan jaringan untuk E-KTP
Gambar 2.34
Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan
di Kecamatan Kradenan

58
M. MONEV DI KECAMATAN RANDUBLATUNG
Hasil dari Monev di Kecamatan Randublatung :
1. Program dan kegiatan Renja Kecamatan Randublatung sudah
sesuai dengan RKPD.
2. Capaian realisasi fisik dan keuangan bulan April 2019
sebesar 8,4%.
3. Terkait dengan Program penanggulangan kemiskinan
diantaranya Rakor, monitoring rastra, pemberian PMT, dan
pasar murah.
4. Terkait dengan kegiatan PATEN yang sudah dilaksanakan
yaitu pelayanan administrasi kependudukan dan perijian.
5. Sudah ada SOP terkait dengan perijinan Paten.
6. Keluhan dalam perijinan PATEN yaitu kekurangan blangko
KTP
7. Permasalahan terkait dengan Sarpras dan SDM dalam
perijinan PATEN yaitu kurangnya personel.
8. Penggunaan dana kelurahan lokasinya sudah sesuai dengan
musrenbang kelurahan.
Gambar 2.35
Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan
di Kecamatan Randublatung

59
N. MONEV DI KECAMATAN SAMBONG
Hasil dari Monev di Kecamatan Sambong :
1. Program dan kegiatan di Kecamatan Sambong dalam renja
sudah sesuai dengan RKPD.
2. Capaian realisasi fisik bulan April 2019 sebesar 41% dan
capaian realisasi keuangan bulan April 2019 sebesar 46%.
3. Terkait dengan Program penanggulangan kemiskinan
diantaranya :
4. Rakor teknis Tim Penanggulangan Kemiskinan tingkat
Kecamatan tanggal 27 Maret 2019
5. Rakor BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai)
6. Rakor GSIB bersama stake holder tanggal 28 Maret 2019
7. Rakor peningkatan derajat kesehatan masyarakat tanggal 12
Februari 2019
8. Monitoring E-Warung 10 desa bulan Mei 2019
9. Pelayanan mobile clinic bekerjasama dengan puskesmas dan
PKH bulan Juli 2019
10. Gebyar PAUD tanggal 13 Juni 2019 tingkat Kecamatan dan
tanggal 18 Juni 2019 tingkat Kabupaten
11. Pasar murah bulan Juni sebelum Hari Raya Idul Fitri 2019
12. Kegiatan di PATEN yang sudah dilaksanakan yaitu pelayanan
KK, pelayanan KTP,membuat surat keterangan pindah, ijin
IMB, ijin rekomendasi keramaian.
13. Kecamatan Sambong sudah ada Standar Operasional
Prosedur (SOP) terkait perijinan PATEN
14. Keluhan dan keinginan masyarakat terkait dengan perijinan
PATEN di Kecamatan yaitu jarak tempuh dari kecamatan
Sambong ke kabupaten Blora cukup jauh, maka untuk
pelayanan perijinan IUMK (Ijin Usaha Mikro Kecil) dan SPPL
(Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan) sebaiknya bias
dilayani di Kantor Setempat di Kecamatan Sambong.
15. Permasalahan terkait sarpras dan SDM dalam perijinan
PATEN yaitu kurangnya sarpras dan tenaga ahli.

60
Gambar 2.36
Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan
di Kecamatan Sambong

O. MONEV DI KECAMATAN KUNDURAN


Hasil Monev di Kecamatan Kunduran :
1. Program dan kegiatan Renja Kecamatan Kunduran
sudah sesuai dengan RKPD.
2. Kegiatan penanggulangan kemiskinan yang sudah
dilaksanakan yaitu Rakor yang diselenggarakan
puskesmas, pelatihan ayam joper.

61
3. Kegiatan PATEN yang sudah dilaksanakan yaitu
pelayanan KK, KTP, IMB.
4. SOP nya standar terkait dengan perijinan Paten.
5. Keluhan dalam perijinan PATEN yaitu tidak ada.
6. Server PATEN masih bergabung dengan Kec.Ngawen.
7. Kegiatan pasar murah belum dilaksanakan.

Gambar 2.37
Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan
di Kecamatan Kunduran

P. MONEV DI KECAMATAN TUNJUNGAN


Hasil Monev di Kecamatan Tunjungan :
1. Program dan kegiatan Renja Kecamatan Tunjungan sudah
sesuai dengan RKPD.
2. Capaian realisasi fisik bulan April 2019 sebesar 31,38% dan
keuangan sebesar 14,32%.
3. Program penanggulangan kemiskinan yang sudah
dilaksanakan diantaranya koordinasi kegiatan sosial dan
pemberdayaan masyarakat di kecamatan, sosialisasi dan
pemberdayaan masyarakat di kecamatan.

62
4. Kegiatan PATEN yang sudah dilaksanakan yaitu pelayanan
KK dan rekap KTP, pelayanan SKCK, surat nikah, IMB,
SKTM, izin pentas seni.
5. Sudah ada SOP terkait dengan perijinan Paten.
6. Permasalahan terkait dengan Sarpras dan SDMdalam
perijinan PATEN yaitu penambahan sarpras komputer dan
personil.
Gambar 2.38
Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Kecamatan
di Kecamatan Tunjungan

2.21. AUDIENSI DENGAN 20 ORANG CALON PENERIMA BANTUAN


MODAL USAHA DI KECAMATAN JATI

Peserta rapat audiensi dihadiri oleh ketua Baznas Kabupaten


Blora, Sekcam, Seksi Kesra, Bappeda Kabupaten Blora, Dinsos P3A
Kab.Blora, Camat Jati, Kepala Desa Gabusan dan Bangklean serta 20
orang calon penerima bantuan modal usaha. Audiensi tersebut

63
berisikan sosialisasi penerima bantuan modal usaha dari Baznas,
yaitu :
a. Sesuai proposal yang diajukan kepala tingkat desa dan petunjuk
dari Baznas penerima bantuan yaitu 10 orang dari desa Gabusan
dan 10 orang dari desa Bangklean.
b. Dari proposal itu warga menginginkan jenis modal usaha yang
diberikan dalam bentuk sapi (sebesar Rp.9.000.000,- / ekor).
c. Baznas memberikan bantuan dalam bentuk uang yang kemudian
pak lurah dan pak camat yang mengkoordinir untuk pembelian
sapi supaya ukuran sapi yang dibeli sama besarnya.
d. Harapannya sapi yang akan diberikan nanti tidak boleh dijual dan
dirawat dengan baik agar bantuan yang diberikan bersifat
produktif dan dapat berkembang dan jika ingin menjual yaitu
anaknya sapi.
e. Warga miskin yang telah mendapat bantuan modal usaha
nantinya harus keluar dari PKH.
f. Diharapkan peran serta petugas pendamping PKH Kec.Jati untuk
mendampingi 20 penerima bantuan modal usaha.
g. Sambutan dari kepala Dinsos mengharapkan Warga calon
penerima bantuan modal usaha harus segera memperbaharui KK
yang sudah lawas agar data yang diberikan tepat dengan sasaran.
h. Penyerahan bantuan modal usaha secara simbolis akan
dilaksanakan besok pada hari Rabu, 19 Juni 2019 oleh Bapak
Wakil Bupati selaku Ketua TKPKD Kabupaten Blora.

64
Gambar 2.39
Audiensi dengan 20 Orang Calon Penerima Bantuan Modal Usaha
Di Kecamatan Jati

2.22. PENYERAHAN BANTUAN MODAL USAHA MASYARAKAT MISKIN


UNTUK DESA WADO KECAMATAN KEDUNGTUBAN

Hasil dari pelaksanaan kegiatan penyerahan bantuan modal


usaha masayarakat miskin adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan penyerahan Bantuan Modal Usaha masyarakat miskin
dihadiri oleh Wakil Bupati Blora, Sekretaris Jenderal
Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi, Baznas Kab.Blora,
Camat Kedungtuban, Bappeda Kab.Blora, Dinsos P3A Kab.Blora,
Dinas PMD Kab. Blora, Kepala Desa Wado serta 10 orang calon
penerima bantuan modal usaha.

65
b. Untuk Penyerahan Bantuan Modal Usaha masyarakat miskin di
Kecamatan Jati tidak dapat dilaksanakan karena masih perlu
penyelesaian admisnistrasi nama-nama penerima bantuan modal
agar sesuai dengan data BDT.
c. Atas Petunjuk Bapak Wakil Bupati Blora kegiatan penyerahan
bantuan usaha bagi masyarakat miskin yang sedianya
dilaksanakan di Balai Desa Wado Kecamatan Kedungtuban,
dialihkan dan dijadikan satu dengan kegiatan Dinas
Pemberdayaan Masyarakat Desa Kab. Blora dengan Kementerian
Desa, PDT dan Transmigrasi di Hotel SAME Cepu.
d. Penyerahan Bantuan Modal Usaha masyarakat miskin dari
Baznas dilakukan secara simbolis oleh Wakil Bupati Blora dan
Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, PDT dan Transimgrasi,
yaitu :
e. Sesuai proposal yang diajukan kepala tingkat desa dan petunjuk
dari Baznas penerima bantuan yaitu 10 orang dari desa Wado
Kecamatan Kedungtuban sebesar Rp. 60.000.000,- (Setiap orang
menerima Rp.6.000.000,-)
f. Dari proposal itu warga menginginkan jenis modal usaha yang
diberikan digunakan untuk usaha warung nasi goreng, pedagangl
tempe, pedagang kelontong, warung nasi pecel, penjual pentol
bakso, warung kopi dan ternak kambing.
g. Dalam sambutannya Bapak Wakil Bupati memberikan arahan
bahwa dana yang dikelola oleh Baznas berasal dari sumbangan
ASN Kabupaten Blora digunakan untuk kepentingan masyarakat
miskin. Melalui bantuan modal usaha diharapkan tingkat
kesejahteraan masyarakat miskin makin meningkat dan salah
satu program pemerintah Kabupaten Blora dalam usaha
percepatan penurunan angka kemiskinan di Kabupaten Blora.
h. Sedangkan sambutan dan arahan dari Sekretaris Jenderal
Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi bahwa pemerintah telah
menggelontorkan anggaran ke desa-desa seluruh wilayah
Indonesia yang berupa dana Desa yang besarannya kurang lebih 1

66
Milyar, salah satu tujuannya untuk membangun desa dan
pemberdayaan masyarakat dengan harapan peningkatan
kesejahteraan masyarakat desa.
i. Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi
sangat mengapresiasi sekali usaha dan program-program
pemerintah Kabupaten Blora dalam upaya pengentasan
kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakatnya.

Gambar 2.40
Penyerahan Bantuan Modal Usaha masyarakat miskin untuk
Desa Wado Kecamatan Kedungtuban

67
2.23. SOSIALISASI APLIKASI SISTEM INFORMASI PENANGGULANGAN
KEMISKINAN (SIMNANGKIS)
Sosialisasi Aplikasi Simnangkis (Sistem Informasi Manajemen
Penanggulangan Kemiskinan) yang dilaksanakan pada tanggal 11 Juli
2019 di ruang pertemuan lantai 2 Bappeda Blora, sebagai berikut :
a. Sosialisasi dipimpin oleh Sekretaris Bappeda, Kepala Bidang
Pemsosbud, PT Integra Inovasi Indonesia, Pimpinan Bank Jateng
Cabang Blora, dan Baznas Kabupaten Blora.
b. Serta dihadiri oleh Dinas Kesehatan, Dinas Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana, Dinas Pendidikan, Dinas
Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Dinas
Perindustrian dan Tenaga Kerja, Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan, Dinas Perumahan, Permukiman dan Perhubungan, Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Dinas Peternakan dan
Perikanan, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Dinas
Komunikasi dan Informatika, Dinas Sosial P3A, Camat se-
Kab.Blora, dan seluruh Kabid, Kasubbid Bappeda Blora ;
c. Acara tersebut berisikan sosialisasi mengenai penggunaan
aplikasi Simnangkis kepada OPD yang hadir.
d. Aplikasi Simnangkis merupakan Sistem Informasi data
kemiskinan yang terintegrasi berbasis web untuk mendukung
program penanggulangan kemiskinan.
e. Aplikasi Simnangkis memuat data kemiskinan by name by
address masyarakat miskin (kondisi rumah, air minum,
pendidikan, daya listrik, jamban, lantai rumah, bahan bakar
memasak, disibalitas, penyakit, dll)
f. Program Intervensi dari masing-masing OPD terhadap
penanggulangan kemiskinan.
g. Untuk sementara aplikasi Simnangkis masih menggunakan server
dari PT.Integra Inovasi Indonesia dan untuk kedepannya server
Simnangkis akan dilimpahkan menggunakan server dari
Kab.Blora.

68
h. Sambutan dari Sekretaris Bappeda Kab.Blora mengharapkan
untuk angka kemiskinan dapat turun 1 digit.
i. Sambutan dari Baznas Kab.Blora untuk semua pihak dapat saling
bersinergi, berkomitmen serta diperlukan komunikasi yang baik
dengan seluruh OPD untuk penanggulangan kemiskinan.
j. Diharapkan dengan adanya aplikasi Simnangkis dapat
mempermudah proses pengelolaan data kemiskinan yang valid, up
to date dan akuntabel sehingga kemiskinan di Kab.Blora dapat
diatasi dan pemberian bantuan dapat tepat sasaran.
k. Harapan kedepan sinegritas antara Dinsos dan Kominfo serta
Bappeda untuk pemakaian aplikasi Simnangkis terkait dengan
data SIKS-NG baik penggunaanya bagi OPD dan masyarakat.

Gambar 2.41
Sosialisasi Aplikasi SIMNANGKIS

69
2.24. SILATURAHMI DAN PEMBAHASAN DESA BINAAN DI DESA
GEDEBEG
Silaturahmi dan Pembahasan Desa Binaan pada tanggal 24 Juli 2019
di Balai Desa Gedebeg Kecamatan Ngawen, sebagai berikut:
a. Desa Gedebeg Kec.Ngawen termasuk salah satu dari 14 desa
binaan yang berada di bawah naungan Dinas ESDM Provinsi Jawa
Tengah.
b. Sambutan dari kepala Desa Gedebeg mengharapkan kontribusi
warga desa untuk menyampaikan ide dan gagasannya dalam
acara ini serta bergerak bersama-sama menjadikan desa Gedebeg
menjadi desa maju dan sejahtera
c. Sambutan dari Bupati Blora yaitu :
1). OPD dan BUMD mampu mendampingi desa untuk
membangun sistem yang selama ini kurang sesuai dengan
tujuan masyarakat yaitu masyarakat mampu, mandiri,
sejahtera, sehingga kemiskinan menurun.
2). Ucapan terima kasih atas pembinaan dan pendampingan
untuk Desa Gedebeg. Pemkab Blora siap berkoordinasi
mengenai penyediaan data dan hal-hal yang diperlukan
untuk mengembangkan Desa Gedebeg.
3). Diharapkan untuk warga Desa Gedebeg mendukung program
dari Gubernur untuk menjadikan Desa Gedebeg menjadi
desa yang berkembang serta memiliki sumber daya yang
handal.
d. Sambutan dari Kepala Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah yaitu :
1). Pemberdayaan masyarakat miskin dilakukan dengan
menggunakan dana desa.
2). Membimbing dan mengarahkan kelompok miskin agar dapat
diberdayakan.
3). Program sekolah gratis diterapkan oleh negara melalui KIP
pada tingkat Kabupaten dengan konsentrasi di SD sampai
SMP. Di tingkat provinsi konsentrasi hingga SMK, SMA dan
SLB.

70
4). Pemberdayaan dengan mendampingi kelompok miskin untuk
bisa berkarya. Dengan cara mendata calon-calon sarjana
dari desa Gedebeg untuk dikaryakan oleh desa selama 6
bulan, memberi surat keputusan pengabdian dan imbalan
operasional.
5). Mendampingi petani untuk menjadi enterpreneur yang baik
melalui BUMDes.
6). Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah akan menuntaskan
bantuan listrik sampai tahun 2020 bagi warga miskin yang
belum mampu menyambung listrik dari PLN.
7). Mewujudkan pemberdayaan sesuai semboyan “Tut Wuri
Handayani, Ing Madya Mangun Karsa, Ing Ngarsa Sung
Tulada” yang artinya dibelakang kita akan mendukung dan
mendorong untuk membangkitkan niat yg baik dan didepan
kita akan memberikan contoh dan arahan yang baik untuk
menjadikan desa Gedebeg menjadi desa yang maju,
sejahtera dan mengurangi kemiskinan melalui
pemberdayaan masyarakat.

Gambar 2.42
Silaturahmi Dan Pembahasan Desa Binaan di Desa Gedebeg

71
2.25. LOKAKARYA PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DAN
PELAPORAN BELA NEGARA
Lokakarya Pengembangan Sistem Informasi dan Pelaporan
Bela Negara Negara dilaksanakan pada tanggal 23-26 Juli 2019.
Acara Lokakarya Pengembangan Sistem Informasi dan Pelaporan Bela
Negara dilaksanakan di Hotel Mercure Convention Center-Jakarta
Utara yang dihadiri oleh perwakilan Kementerian/Lembaga,
Pemerintah Daerah (Bappeda dan Kesbangpol). Munas dibuka oleh
Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) dan
dilanjutkan dengan paparan beberapa paparan dan diskusi mengenai
Modul Pembinaan Bela Negara, Sistem Aplikasi KSP dan Sistem
Pelaporan, dan Penyusunan Rencana Aksi Daerah Bela Negara serta
diskusi. Ringkasan Hasil Lokakarya:
a. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi
Nasional Bela Negara Tahun 2018-2019 (Inpres 7/2018) yang
berlaku sejak 18 September 2018 memberi amanat kepada
Wantannas, Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk
menyelaraskan dan memantapkan upaya Bela Negara menjadi
lebih sistematis, terstruktur, terstandardisasi, dan masif.
b. Inpres 7/2018 memiliki 3 (tiga) tahap, yaitu:

72
1. Tahap Sosialisasi, Harmonisasi, Sinkronisasi, Koordinasi dan
Evaluasi.
2. Tahap Internalisasi Nilai-Nilai Dasar Bela Negara;
3. Tahap Aksi Gerakan.
Wantannas bertanggung jawab sebagai pelaksana tahap 1,
sementara Kementerian/Lembaga dan Pemda turut
bertanggung jawab sebagai pelaksana pada tahap 2 dan 3.
c. Untuk mengoperasionalkan Inpres tersebut, telah disusun 2 (dua)
Modul Utama Pembinaan Bela Negara yakni Modul I: Konsepsi
Bela Negara dan Modul II: Implementasi Bela Negara.
• Modul I memuat materi pokok konsep bela negara yakni:
- Nilai-nilai Dasar Bela Negara, yaitu Membangun Rasa
Cinta Tanah Air, Membangun Kesadaran Berbangsa dan
Bernegara, Membangun Kesetiaan kepada Pancasila,
Membangun Sikap Rela Berkorban untuk Bangsa dan
Negara, Membangun Kemampuan Awal Bela Negara bagi
Tiap Warga Negara, dan Membangun Semangat
Mewujudkan Negara yang Berdaulat, Adil dan Makmur.
- Konsensus Dasar Berbangsa dan Bernegara untuk
Persatuan dan Kesatuan, yaitu: Pancasila, UUD 1945,
NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika
- Konsepsi Kebangsaan, yaitu: Wawasan Nusantara,
Ketahanan Nasional, Kewaspadaan Nasional, Politik Luar
Negeri Bebas Aktif.
- Integritas Moral, Etika dan Supremasi Hukum
- Kearifan dan Keunggulan Lokal untuk Kesejahteraan
Rakyat
• Modul II memuat prinsip pokok penerapan Nilai-Nilai Dasar
Bela Negara, serta panduan-panduan untuk
mengejawantahkan dalam program/kegiatan.
- Penjelasan teknis tentang Bela Negara secara yuridis,
Kesadaran dalam menghadapi Segala Ancaman,
Gangguan, Hambatan, dan Tantangan (AGHT),

73
Penggenapan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dan Definisi
Aksi Nasional Bela Negara;
- Model Pentahelix sebagai pelibatan berbagai pihak dalam
upaya pembelaan negara, yaitu Pemerintah, Dunia
Pendidikan, Dunia Usaha, Komponen Masyarakat, Media.
- Jenis-jenis ancaman non militer dalam rangka bela negara
meliputi beberapa bidang yaitu: Demografi, Geografi,
Sumber Kekayaan Alam dan Lingkungan Hidup, Ideologi,
Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan Teknologi.
d. Rencana Aksi Bela Negara bukanlah nomenklatur program yang
terbatas pada tanggung jawab beberapa instansi saja. Sejatinya,
seluruh muatan RKP/RKPD/Renja adalah perwujudan bela
negara sesuai tugas dan fungsinya masing-masing, sehingga
Rencana Aksi Bela Negara tidak dimaksudkan untuk menyusun
program/kegiatan baru dengan nomenklatur secara khusus,
tetapi lebih untuk memetakan, mengintegrasikan dan
mensinergikan program/kegiatan yang sudah ada dalam
RKP/RKPD/Renja Tahun 2019.
e. Laporan pelaksanaan Rencana Aksi Bela Negara melalui aplikasi
yang disediakan oleh Staf Presiden, melalui Wantannas email
laporan belanegara@wantannas.go.iddan
belanegara@wantannas.go.id.
f. Implikasi Inpres No 7 Tahun 2018 terhadap Pemerintah
Kabupaten Blora :
1. Pemerintah Daerah sebagai pelaksana.
2. Sekretaris Daerah Kabupaten Blora bertugas menyusun dan
menandatangani Rencana Aksi dan menyampaikan kepada
Wantannas.
g. Dokumen Kesepakatan Rencana Aksi Nasional Bela Negara
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah Tahun 2019
beserta Lampiran Aksi Bela Negara Tahun 2019 Format 8 Kolom
diisi dan ditandatangani oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Blora
dan dikirim kepada Wantannas.

74
h. Periode Pelaporan Rencana Aksi Nasional Bela Negara 2019 :
• B06 Pembukaan Pelaporan : 28 Juni 2019 pukul 00.00 WIB
Penutupan Pelaporan : 5 Juli 2019 pukul 23.59 WIB
• B09 Pembukaan Pelaporan 28 September 2019 pukul 00.00
WIB Penutupan Pelaporan 5 Oktober 2019 pukul 23.9 WIB
• B12 Pebukaan Pelaporan 28 September 2019 pukul 00.00 WIB
Penutupan Pelaporan 5 Januari 2019 pukul 23.59 WIB
i. Periode Verifikasi Rencana Aksi Nasional Bela Negara 2019 :
• B06 Pembukaan Verifikasi : 6 Juli 2019 pukul 00.00 WIB
Penutupan Verifikasi : 12 Juli 2019 pukul 23.59 WIB
• B09 Pembukaan Verifikasi 6 Oktober 2019 pukul 00.00 WIB
Penutupan Verifikasi 12 Oktober 2019 pukul 23.9 WIB
• B12 Pebukaan Verifikasi 6 Januari 2020 pukul 00.00 WIB
Penutupan Pelaporan 5 Januari 2020 pukul 23.59 WIB
j. Tindak lanjut setelah mengikuti lokakarya :
1. Setelah kami mengikuti lokakarya, kami mengambil langkah
mengadakan rapat intern Rencana Aksi Bela Negara di
Bappeda Kabupaten Blora yang dihadiri oleh Sekretaris
Bappeda, Kabid, dan Kasubbid lingkup Bappeda dalam rangka
sosialisasi dan mencermati lampiran Inpres No 7 Tahun 2018
dan lampiran aksi Bela Negara tahun 2019 format 8 kolom.
2. Dalam waktu dekat kami akan mengundang Kasubbag
Program OPD se-Kabupaten Blora untuk menyusun Rencana
Aksi Bela Negara.

75
Gambar 2.43
Lokakarya Pengembangan Sistem Informasi dan Pelaporan Bela Negara

2.26. RAPAT SOSIALISASI DAN PENYUSUNAN KEGIATAN RENCANA


AKSI BELA NEGARA DI KABUPATEN BLORA

Rapat Sosialisasi dan Penyusunan Kegiatan Rencana Aksi Bela


Negara di Kabupaten Blora dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus
2019 di ruang pertemuan lantai 2 Bappeda Blora. Hasil sebagai
berikut :
a. Sosialisasi ini merupakan tindak lanjut dari Instruksi Presiden
Nomor 7 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Nasional Bela Negara
Tahun 2018-2019 (Inpres 7/2018) yang berlaku sejak 18
September 2018 memberi amanat kepada Wantannas,
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk
menyelaraskan dan memantapkan upaya Bela Negara menjadi
lebih sistematis, terstruktur, terstandardisasi, dan masif.
b. Pelaksanaan rapat ini untuk menindaklanjuti hasil Lokakarya
Pengembangan Sistem Informasi dan Pelaporan Bela Negara di
Jakarta tanggal 23-26 Juli 2019 dan rapat intern Bappeda
Kab.Blora untuk mencermati Rencana Aksi Instruksi Presiden No
7 Tahun 2018 pada tanggal 30 Juli 2019.

76
c. Setiap daerah untuk membuat RAD Bela Negara dan
menyampaikan laporan hasil pelaksanaan Aksi Bela Negara tahun
2019 kepada Wantannas melalui email dan laporan data
pendukung tahun 2019 melalui Aplikasi Sistem Pemantauan KSP.
d. Pelaporkan pelaksanaan Rencana Aksi Bela Negara telah
disediakan mekanisme pelaporan dengan Format 8 Kolom.
e. Dalam Format 8 Kolom tersebut, Pemda diminta untuk mengisi
kolom 5, 6, 7, 8 berdasarkan isian kolom 1, 2, 3, 4 yang diambil
dari lampiran Inpres 7/2018 yakni rencana aksi yang sesuai
dengan karakteristik dan kewenangan Pemerintah Daerah
Kabupaten Blora.
f. Kasubbag Program untuk mencermati dan men gisi format 8
kolom sesuai tanggung jawab terkait kegiatan Bela Negara pada
masing-masing OPD dan segera melaporkanya kepada Bappeda
Kab.Blora 2 minggu setelah rapat untuk disusun Rencana Aksi
Daerah Bela Negara.
g. Data dukung yang diperlukan seperti SK Bupati, SK pendukung,
foto, daftar hadir, dll dapat dikirimkan dalam bentuk softcopy.

Gambar 2.44
Rapat Sosialisasi Dan Penyusunan Kegiatan Rencana Aksi Bela Negara
Di Kabupaten Blora

77
2.27. RAPAT KOORDINASI TKPKD KABUPATEN BLORA DAN
SOSIALISASI SURAT EDARAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN
TIM PENANGGULANGAN KEMISKINAN KECAMATAN
Rapat Koordinasi TKPKD Kabupaten Blora dan Sosialisasi
Surat Edaran Bupati Tentang Pembentukan Tim Penanggulangan
Kemiskinan Kecamatan pada tanggal 22 Agustus 2019 di ruang
pertemuan lantai 2 Bappeda Blora, sebagai berikut:
a. Langkah konkrit pemerintah kabupaten dalam penanggulangan
kemiskinan :
• Diterbitkannya Surat Keputusan Bupati Nomor 050/353/2019
tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan Kabupaten Blora.
• Diterbitkannya Surat Edaran Bupati Blora Nomor
054/1570/2019 Tentang Pedoman Pembentukan Tim
Penanggulangan Kemiskinan Tingkat Kecamatan Dan Desa /
Kelurahan Tahun 2019.
• Telah disosialisasikan Aplikasi SIMNANGKIS (Sistem Informasi
Manajemen Penanggulangan Kemiskinan).
b. Segera membentuk Tim Penanggulangan Kemiskinan Kecamatan
sesuai dengan pedoman Surat Edaran Bupati Nomor : 054 / 1570 /

78
2019 tentang Pedoman Pembentukan Tim Penanggulangan
Kemiskinan Tingkat Kecamatan dan Desa / Kelurahan Tahun
2019. Terdiri dari Pokja Pendataan dan Informasi, Pokja
Pengembangan Kemitraan, Pokja Pengaduan Masyarakat, Pokgram
Bantuan Sosial Terpadu Berbasis Keluarga, Pokgram
Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat,
Dan Pokgram Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan
Usaha Ekonomi Mikro Dan Kecil.
c. Segera melaporkan hasil pembentukan Tim Penanggulangan
Kemiskinan tingkat Kecamatan tersebut kepada Tim TKPKD
Kabupaten Blora.
d. Optimis dengan dibentuknya TPK Kecamatan dan Desa/Kelurahan
angka kemiskinan bisa turun sesuai dengan target RPJMD.
e. Pesan untuk pokja dan pokgram :
1. Lebih aktif lagi dalam peningkatan koordinasi penanggulangan
kemiskinan sesuai tugas pokok dan fungsinya.
2. Mengusulkan kebijakan dan strategi kepada ketua TKPKD
Kab.Blora.
f. Instruksi dari Wakil Bupati Kab.Blora yaitu :
1. Masing-masing camat harus punya inovasi program
penanggulangan kemiskinan di masing-masing Kecamatan dan
difokuskan ke desa yang bisa diajak berinovasi
2. Diharapkan Dinas Sosial terkait BDT dengan pemdes
berkoordinasi agar proses musdes di desa terkait dengan data
penduduk miskin harus ada kejujuran.
3. BPS perlu melakukan strategi untuk pendataan lagi terkait
angka kemiskinan di Blora sudah turun.
4. OPD yang peresentasi zakatnya masih di bawah 2,5% untuk
diberi edaran lagi. OPD penyumbang zakat terbesar untuk
diberikan apresiasi.
5. Himbauan untuk OPD yang belum menyelesaikan progres
kegiatan yang mengintervensi desa miskin tahun 2019 untuk
segera berkoordinasi antar sektor dan segera menyelesaikan

79
administrasi maupun kegiatan dilapangan dan dicermati data
masyarakat miskin penerima bantuan.
6. Untuk camat dalam waktu maksimal 2 minggu sudah
membentuk Tim TPK Kecamatan dan segera membentuk tim
TPK Desa/Kelurahan, bagi Kades yang belum dilantik bisa
menyusul, yang sudah siap segera dibentuk.
7. Agar memasukkan Baznas ke dalam Tim TKPKD Kab.Blora
8. Perlunya keterbukaan publik terkait dengan laporan Baznas.
Berkoordinasi dengan Humas dan Kominfo untuk memasang
baliho terkait laporan Baznas dari zakat ASN di beberapa titik.
9. Untuk Pokja pengaduan masyarakat terkait dengan aspirasi
pengaduan perlu dibuat hotline / sms center / wa center /
medsos nya dibantu kominfo serta humas. Serta disiapkan 1
admin khusus untuk terhubung dengan pak wabup.
g. Harapan dari Rakor adalah terbentuknya TKPK Tingkat Kecamatan
serta peningkatan kinerja Tim Kelompok Kerja dan Kelompok
Program dalam percepatan penanggulangan kemiskinan sehingga
Target akhir RPJMD 2021 tingkat kemiskinan Kabupaten Blora
antara 9 – 10 %.
Gambar 2.45
Rapat Koordinasi TKPKD dan Sosialisasi Surat Edaran Bupati Blora
dalam Pembentukan Tim Penanggulangan Kemiskinan Tingkat
Kecamatan

80
2.28. RAPAT KOORDINASI TINDAK LANJUT PENYUSUNAN KEGIATAN
RENCANA AKSI BELA NEGARA DI KABUPATEN BLORA TAHUN
2019

Rapat Penyusunan Kegiatan Rencana Aksi Bela Negara di


Kabupaten Blora Tahun 2019 dilaksanakan pada tanggal 28 Agustus
2019 di ruang pertemuan lantai 1 Bappeda Blora, sebagai berikut :
a. Kegiatan penyusunan rencana aksi bela Negara di masing-masing
OPD.
b. Kasubbag program mengisi Format 8 Kolom sesuai tanggung
jawab terkait kegiatan Bela Negara pada masing-masing OPD.
Dengan kolom yang diisi yaitu kolom 5, 6, 7, 8 berdasarkan isian
kolom 1, 2, 3, 4 yang diambil dari lampiran Inpres 7/2018 yakni
rencana aksi yang sesuai dengan karakteristik dan kewenangan
Pemerintah Daerah Kabupaten Blora.
c. Kolom 5 yang harus diisi berupa kegiatan OPD terkait bela
Negara.
d. Kolom 6 yang harus diisi berupa ukuran keberhasilan B03, B06,
B09, B12 dari kegiatan OPD terkait bela Negara. Apabila B06
sudah 100% harus dilengkapi data dukung yang ada dikolom 8.
e. Kolom 7 yang harus diisi berupa capaian kegiatan OPD terkait
bela Negara

81
f. Kolom 8 yang harus diisi berupa data dukung yang mendukung
kegiatan OPD terkait bela Negara seperti SK Bupati, SK
pendukung, foto, daftar hadir, dll dapat dikirimkan dalam bentuk
softcopy.
g. Penyusunan RAD akan disempurnakan dan dikirimkan lagi ke
OPD yang bersangkutan untuk mendapatkan koreksi kembali
serta data dukung segera dikirimkan dan akan dimintakan tanda
tangan pak Sekda untuk selanjutnya dikirim ke Wantannas.

Gambar 2.46
Rapat Koordinasi Tindak Lanjut Penyusunan Kegiatan Rencana Aksi
Bela Negara di Kabupaten Blora Tahun 2019

2.29. RAPAT PROGRAM KERJA KELOMPOK KERJA (POKJA) DAN


KELOMPOK PROGRAM (POKGRAM) KEMISKINAN

Rapat Program Kerja Pokja dan Pokgram Kemiskinan pada


tanggal 4 September 2019 di Ruang Rapat Wakil Bupati Blora,
sebagai berikut:
a. Rapat ini merupakan tindak lanjut dari hasil rapat Koordinasi Tim
Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten Blora
dan Sosialisasi Surat Edaran Bupati No.054/1570/2019 tentang

82
Pembentukan Tim Penanggulangan Kemiskinan Tingkat
Kecamatan pada tanggal 22 Agustus 2019.
b. Hasil Rapat :
1. Kepala Bappeda :
- Masing-masing Pokja dan Pokgram di tingkat Kabupaten,
bisa menyusun program kerja yang efektif dan realisasinya
sederhana serta tepat sasaran.
- Perlu dikaji terkait data-data ataupun intervensi dalam
penanggulangan kemiskinan
- Masing-masing pokja bisa lebih menekankan lagi di masing-
masing anggotanya untuk aktif dalam penanggulangan
kemiskinan sesuai tugasnya masing-masing.
- Tim TKPKD bersama Badan Pusat Statistik Kabupaten Blora
harus bersama-sama untuk bisa menentukan indikator-
indikator penanggulangan kemiskinan yang harus dibuat
supaya angka kemiskinan bisa sama sehingga intervensi
yang dilakukan bisa tampak jelas dan tepat sasaran
2. Sekretaris Daerah :
- Adanya permasalahan terkait warga yang masuk PBI 400
tetapi pelayanan BPJS masin nunggak. Pelayanan BPJS
kalau ada golongan 3 masih nunggak tapi miskin maka
harus dibiayai.
- Dinas Sosial harus menggandeng BPS agar data angka
kemiskinan sama sehingga tidak ada 2 data angka
kemiskinan yang berbeda.
3. Kepala Dinas Sosial :
- Angka kemiskinan BPS dan Kemensos berbeda karena :
- Kriteria BPS untuk kemiskinan hanya sampai desil 1
sedangkan dari Kemensos dari desil 1 sampai desil 4.
- Kendala SDM, Operator di desa tidak memungkinkan
sedangkan di dinsos hanya ada 6 operator di Kabupaten.
Saat di lapangan operator kabupaten harus membantu
operator desa untuk mengerjakan tugasnya.

83
- Inovasi yang dilakukan dalam pengentasan kemiskinan : di
Kemensos terdapat labelisasi “Masyarakat Penerima
Bantuan Sosial” yang disemprotkan ditembok rumah,
Ngawen ada salah satu desa yang mempelopori labelisasi
tersebut.
- Terkait dengan Musdes mohon untuk dimulai lagi.
4. Sekretaris Bappeda :
- Dinsos dengan BPS harus bersinergi terkait angka
kemiskinan.
- Angka kemiskinan yang dikeluarkan oleh BPS dengan BDT
tidak matching.
5. Wakil Bupati :
- Akan dilakaksanakan bertemu dengan BPS tanggal 20
September 2019 serta disiapkan pertanyaan yang perlu
disampaikan dengan BPS.
- Segera dijadwalkan untuk penentuan revisi BDT saat
musdes.
- Perlunya ketegasan soal verival data.
- Harus ada program-program inovasi desa.
- Melalui Perbup atau edaran Bupati nantinya 1 PNS
mendampingi 1 orang miskin dengan intervensi program
bisa melalui pemberdayaan, permodalan, atau bedah
rumah.
- Agar membuat medsos (hotline / wa center / facebook,
twitter) untuk TKPKD Kabupaten Blora untuk pengaduan
masyarakat.
- Kaitan dengan verval, PMD harus bersinergi dengan Dinsos
karena punya perangkat pendamping untuk mengecek di
desa dengan dibekali indikator dari BPS.

84
Gambar 2.47
Rapat Program Kerja Pokja dan Pokgram Kemiskinan

2.30. SOSIALISASI PEMBENTUKAN TIM PENANGGULANGAN


KEMISKINAN TINGKAT DESA DAN KELURAHAN

Untuk menggenjot penurunan angka kemiskinan, Pemerintah


Kabupaten Blora terus melakukan berbagai langkah inovasi. Salah
satunya dengan membentuk Tim Penanggulangan Kemiskinan tingkat
Kecamatan hingga Desa / Kelurahan.
Sebelumnya Pembentukan Tim Penanggulangan Kemiskinan tingkat
Kecamatan sudah disosialisasikan oleh Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten Blora
pada tanggal 22 Agustus di ruang pertemuan lantai 2 Bappeda
Kabupaten Blora.
Di tingkat Desa dan Kelurahan, Sosialisasi Pembentukan Tim
Penanggulangan Kemiskinan tingkat Desa / Kelurahan se Kabupaten
Blora dilaksanakan mulai tanggal 16 September 2019 hingga 15
Oktober 2019. Diantaranya di Kecamatan Blora, Kecamatan Jepon,
Kecamatan Jiken, Kecamatan Sambong, Kecamatan Cepu, Kecamatan
Kedungtuban, Kecamatan Kradenan, Kecamatan Randublatung,
Kecamatan Jati, Kecamatan Kunduran, Kecamatan Todanan,
Kecamatan Japah, Kecamatan Ngawen, Kecamatan Banjarejo,

85
Kecamatan Tunjungan, dan Kecamatan Bogorejo. Dengan
dihadiri Kepala Desa, Kepala Kelurahan, PKH, TKSK, unsur
pendamping desa dan unsur pendamping lokal desa.
Sekretaris Bappeda Kabupaten Blora berpesan untuk menanggulangi
kemiskinan perlu eksekusi hulu dan hilir kemiskinan. Hulu terkait
dengan update data DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial) yang
harus diupdate secara berkala melalui musyawarah desa dan
diverval 4 kali dalam 1 tahun yaitu di bulan Januari, April, Juli,
Oktober. Sedangkan hilir terkait dengan langkah-langkah yang
dilakukan Pemerintah Kabupaten untuk menanggulangi kemiskinan
seperti pelatihan ayam joper, pelatihan ternak kambing, pelatihan
servis hp, serta mengoptimalkan dana desa melalui program padat
karya dengan memprioritaskan warga miskin yang masuk Data
Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang memiliki kemauan besar
untuk keluar dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial.
Hasil dari sosialisasi tersebut diantaranya Segera membentuk Tim
Penanggulangan Kemiskinan tingkat Desa / Kelurahan dengan waktu
maksimal 2 minggu dan Segera melaporkan hasil pembentukan Tim
Penanggulangan Kemiskinan tingkat Desa / Kelurahan tersebut
kepada Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Kabupaten Blora melalui Tim Penanggulangan Kemiskinan tingkat
Kecamatan.
Susunan organisasi Tim Penanggulangan Kemiskinan tingkat
Desa/Kelurahan meliputi Penanggung jawab, Ketua, Sekretaris, Pokja
Data dan Pengaduan, Pokja Kemitraan dan Usaha, Pokja
Pemberdayaan dan Pendampingan. Tim Penanggulangan Kemiskinan
Desa / Kelurahan dapat melibatkan unsur-unsur yang ada di desa
seperti Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga pendidikan, Dunia
usaha, dan Pemerintahan Desa/Kelurahan.
Diharapkan dengan pembentukan Tim Penanggulangan Kemiskinan
tingkat Desa/ Kelurahan serta peran aktif dari semua pihak Desa dan
Kecamatan, penurunan angka kemiskinan dapat memenuhi target
RPJMD yaitu 10,5 - 11,2%.

86
Gambar 2.48
Sosialisasi Pembentukan Tim Penanggulangan Kemiskinan Tingkat
Desa Dan Kelurahan Di Kecamatan Blora

87
Gambar 2.49
Sosialisasi Pembentukan Tim Penanggulangan Kemiskinan Tingkat
Desa Dan Kelurahan Di Kecamatan Banjarejo

88
Gambar 2.50
Sosialisasi Pembentukan Tim Penanggulangan Kemiskinan Tingkat
Desa Dan Kelurahan Di Kecamatan Bogorejo

89
Gambar 2.51
Sosialisasi Pembentukan Tim Penanggulangan Kemiskinan Tingkat
Desa Dan KelurahanDi Kecamatan Japah

90
Gambar 2.52
Sosialisasi Pembentukan Tim Penanggulangan Kemiskinan Tingkat
Desa Dan Kelurahan Di Kecamatan Jati

91
Gambar 2.53
Sosialisasi Pembentukan Tim Penanggulangan Kemiskinan Tingkat
Desa Dan Kelurahan Di Kecamatan Jepon

92
Gambar 2.54
Sosialisasi Pembentukan Tim Penanggulangan Kemiskinan Tingkat
Desa Dan Kelurahan Di Kecamatan Kedungtuban

93
Gambar 2.55
Sosialisasi Pembentukan Tim Penanggulangan Kemiskinan Tingkat
Desa Dan Kelurahan Di Kecamatan Kradenan

94
Gambar 2.56
Sosialisasi Pembentukan Tim Penanggulangan Kemiskinan Tingkat
Desa Dan Kelurahan Di Kecamatan Kunduran

95
Gambar 2.57
Sosialisasi Pembentukan Tim Penanggulangan Kemiskinan Tingkat
Desa Dan Kelurahan Di Kecamatan Ngawen

96
2.31. RAPAT KOORDINASI BANTUAN EKONOMI PRODUKTIF DAN RTLH
PADA DESA MISKIN PRIORITAS 1 DAN 3 DARI BAZNAS DAN
BANK JATENG CABANG BLORA

Rakor dilaksanakan tanggal 21 Oktober 2019 di ruang


pertemuan lantai 2 Bappeda Blora, dengan hasil sebagai berikut :
a. Rakor ini dalam rangka menyikapi kemiskinan di Kabupaten Blora
untuk menurunkan angka kemiskinan dengan menggandeng
Baznas dan Bank Jateng.
b. Bantuan ekonomi produktif diberikan kepada desa miskin untuk
prioritas 1 dan 3 .
c. Desa Prioritas 1 yaitu Desa Ketileng Kecamatan Todanan, Desa
Pilang Kec. Randublatung, Desa Sidomulyo Kecamatan Banjarejo,
Desa Sumber Kecamatan Kradenan, Desa Getas Kecamatan
Kradenan, Desa Mendenrejo Kecamatan Kradenan.
d. Desa Prioritas 3 yaitu Desa Jurangjero Kecamatan Bogorejo, Desa
Nglengkir Kecamatan Bogorejo, Kelurahan Tambakromo
Kecamatan Cepu, Desa Kalinanas Kecamatan Japah, Desa
Pengkolrejo Kecamatan Japah, Desa Bangsri Kecamatan Jepon,
Kelurahan Jepon Kecamatan Jepon, Desa Bleboh Kecamatan
Jiken, Desa Jiken Kecamatan Jiken, Desa Ketringan Kecamatan
Jiken, Desa Kalen Kecamatan Kedungtuban, Desa Kedungtuban
Kecamatan Kedungtuban, Desa Ngraho Kecamatan Kedungtuban,
Desa Jepangrejo Kecamatan Blora, Desa Kamolan Kecamatan
Blora, Desa Purworejo Kecamatan Blora, Desa Tawangrejo
Kecamatan Kunduran, Desa Gedebeg Kecamatan Ngawen, Desa
Kedungsatriyan Kecamatan Ngawen, Desa Rowobungkul
Kecamatan Ngawen, Desa Sambongayar Kecamatan Ngawen, Desa
Sarimulyo Kecamatan Ngawen, Desa Semawur Kecamatan
Ngawen, Desa Srigading Kecamatan Ngawen, Desa Talokwohmojo
Kecamatan Ngawen, Desa Trembulrejo Kecamatan Ngawen, Desa
Gadu Kecamatan Sambong, Desa Giyanti Kecamatan Sambong,
Desa Gempolrejo Kecamatan Tunjungan, Desa Sambongrejo
Kecamatan Tunjungan, Desa Sukorejo Kecamatan Tunjungan,

97
Desa Tambahrejo Kecamatan Tunjungan, Desa Tunjungan
Kecamatan Tunjungan, Desa Tutup Kecamatan Tunjungan.
e. Diharapkan Program-program bantuan dari Baznas dan Bank
Jateng bisa bermanfaat dan meningkatkan perekonomian warga
miskin sehingga angka kemiskinan di Kab.Blora bisa turun sesuai
target RPJMD yaitu 10,5 - 11,2%.
f. Bantuan dari Baznas dan Bank Jateng diberikan secara By Name
By Address sesuai data warga miskin dari DTKS, dan harapannya
warga yang menerima bantuan dapat keluar dari DTKS.
g. Bantuan Baznas berupa modal usaha produktif dan Rumah Tidak
Layak Huni (RTLH)
h. Bantuan CSR Bank Jateng berupa RTLH
i. Bantuan yang diberikan Baznas berasal dari zakat ASN setiap
bulan
j. Penggunaannya berdasarkan UU No 23 Tahun 2011 tentang
Tujuan Pengelolaan Zakat, Pasal 3(b) Meningkatkan manfaat zakat
untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan
penanggulangan kemiskinan.
k. Bantuan yang telah diberikan Baznas :
Desa Prioritas 1 :
• Desa Ketileng, Kecamatan Todanan, sebesar Rp.75.000.000, 5
warung dan 5 sapi kepada 10 penerima
Desa Prioritas 3 :
• Desa Jurangjero, Kecamatan Bogorejo, sebesar Rp.51.000.000,
4 bedah rumah dan 10 jambanisasi
• Desa Purworejo, Kecamatan Blora, sebesar Rp.30.000.000, 5
modal usaha ternak lele
• Desa Nglengkir, Kecamatan Bogorejo, sebesar Rp.50.000.000,
5 bedah rumah
• Desa Jepangrejo, Kecamatan Blora, sebesar Rp.57.000.000, 3
sapi dan 2 modal usaha.
l. Berasal dari program CSR melalui pegajuan proposal dengan
surat dari Bupati untuk mendapatkan komisioner Bank Jateng

98
Provinsi untuk mendapatkan persetujuan Gubernur dengan
persyaratan yang ada di Bank Jateng.
m. Harapan :
1. Desa-desa prioritas 1 dan 3 untuk segera mengajukan
proposal usaha produktif dari Baznas
2. Desa-desa prioritas 3 untuk segera mengajukan proposal
RTLH dari Bank Jateng.

Gambar 2.58
Rapat Koordinasi Bantuan Ekonomi Produktif dan Rumah Tidak Layak
Huni (RTLH) pada Desa Miskin Prioritas 1 Dan 3 dari Baznas dan Bank
Jateng Cabang Blora

99
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan pada Bab-bab sebelumnya, dapat
kami simpulkan sebagai berikut :
a. Sub Bidang Pemerintahan Bappeda Kabupaten Blora telah
melaksanakan amanat Peraturan Bupati Blora Nomor 51 Tahun
2016 tentang Tugas Pokok dan Fungsinya, meliputi perencanaan,
evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan:
b. Perencanaan program kerja serta kegiatan di Subbidang
pemerintahan terealisasi dalam kegiatan :
1). Forum lintas perangkat daerah dalam rangka penyusunan
rancangan renja perangkat daerah Kabupaten Blora tahun
2020;
2). Rapat percepatan penyusunan rencana kerja tahun 2019;
3). Workshop penyusunan rancangan awal teknokratis RPJMD
kabupaten blora tahun 2021-2025;
4). Rapat program kerja pokja dan pokgram kemiskinan.
c. Pengendalian dan evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan Subbidang
Pemerintahan dilakukan melalui kegiatan :
1). Rapat koordinasi tim koordinasi penanggulangan
kemiskinan daerah (tkpkd) bersama wakil gubernur jawa
tengah
2). Rapat koordinasi spm (standar pelayanan minimal).
3). Rapat koordinasi peningkatan kerjasama antar daerah
4). Rapat koordinasi nasional Data Terpadu Kesejahteraan
Sosial (DTKS) tahun 2019
5). Rapat koordinasi program keluarga harapan
6). Rapat koordinasi persiapan pelaksanaan pemilihan kepala
desa secara serentak tahun 2019

100
7). Focus Group Discussion (FGD) tindak lanjut hasil
pengambilan data responden kegiatan penyusunan desain
penanggulangan kemiskinan
8). Monitoring dan evaluasi program dan kegiatan kecamatan
tahun 2019
9). Rapat koordinasi TKPKD Kabupaten Blora dan sosialisasi
Surat Edaran Bupati tentang pembentukan Tim
Penanggulangan Kemiskinan Kecamatan
10). Rapat koordinasi tindak lanjut penyusunan kegiatan
Rencana Aksi Bela Negara di Kabupaten Blora tahun 2019

Sedangkan kegiatan lain yang mendukung pengendalian dan


evaluasi pelaksanaan kegiatan Subbidang Pemerintahan adalah :
1). Sosialisasi penanganan dan konflik sosial di Kabupaten
Blora
2). Pelatihan prukades angkatan 9 tahun 2019 budidaya ternak
ayam jawa super
3). Pengambilan data responden kegiatan penyusunan desain
penanggulangan kemiskinan di Desa Sidomulyo Kecamatan
Banjarejo dan Desa Ketileng Kecamatan Todanan
4). Sosialisasi kebijakan anggaran Kelurahan melalui
mekanisme dana alokasi umum tambahan
5). Rapat koordinasi penggunaan dana modal usaha untuk
warga miskin Kabupaten Blora oleh Baznas
6). Rapat koordinasi program keluarga harapan
7). Audiensi dengan 20 orang calon penerima bantuan modal
usaha di Kecamatan Jati
8). Menghadiri penyerahan bantuan modal usaha masyarakat
miskin dari Baznas untuk Desa Wado Kecamatan
Kedungtuban
9). Menghadiri lokakarya pengembangan sistem informasi dan
pelaporan bela negara.

101
10). Rapat sosialisasi dan penyusunan kegiatan Rencana Aksi
Bela Negara di Kabupaten Blora
11). Rapat koordinasi tindak lanjut penyusunan kegiatan
rencana aksi bela negara di Kabupaten Blora tahun 2019

3.2 SARAN
Untuk memaksimalkan kinerja Sub Bidang Pemerintahan
dan OPD yang diampu, berdasarkan hasil rapat koordinasi dan
konsultasi dengan Organisasi Perangkat Daerah kami sarankan hal-
hal sebagai berikut :
1. Penerapan Peraturan Pemerintahan Nomor tahun 2018 tentang
Standar Pelayanan Minimal perlu direncanakan secara aplikatif
agar dapat dievaluasi pelaksanaannya.
2. Dalam program penanggulangan kemiskinan, salah satu yang bisa
diharapkan dapat memberikan pelayanan secara nyata hanya bisa
diwujudkan dalam Pembentukan Sistem Layanan Rujukan
Terpadu (SLRT),
3. Kepala Kelurahan agar diberikan kewenangan dalam penggunaan
dana kelurahan, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
4. Aplikasi SIMNANGKIS dapat digunakan sebagai salah satu solusi
regulasi lokal dalam intervensi penanggulangan kemiskinan.
5. Kelompok kerja dan kelompok program Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten Blora
agar dimaksimalkan kinerjanya, dan bersinergi dengan SLRT;
6. Sarana dan Prasarana PATEN yang dikelola oleh kecamatan yang
belum memadai, agar disulkan dalam renja, karena merupakan
salah satu bentuk kehadiran pemerintah dalam memenuhi hak-
hak masyarakat.

102
103

Anda mungkin juga menyukai