Anda di halaman 1dari 13

KLINIK PUCANG SIDOARJO

Pc Jl. Bukit Kismadani VI /123 Sidoarjo


KL
Telp. 0831 0257 4067
E-mail: sidoarjo.klinikpucang@gmail.com
KK
KKKKKK KEPUTUSAN
PENANGGUNG JAWAB KLINIK PUCANG SIDOARJO
NOMOR : /KLK/SK/VIII/2022

TENTANG

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


KLINIK PUCANG SIDOARJO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENANGGUNG JAWAB KLINIK PUCANG SIDOARJO

Menimbang : a. bahwa tugas Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


adalah membantu Penanggung Jawab Klinik untuk menjaga
dan meningkatkan mutu pelayanan medis Klinik melalui
pencegahan dan pengendalian infeksi;
b. bahwa dalam rangka melaksanakan tugasnya, Tim
Pencegahan dan Pengendalian infeksi berkoordinasi
dengan Tim Mutu guna mengendalikan infeksi nosokomial
di Klinik;
c. bahwa Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Klinik
Pucang Sidoarjo agar dapat berperan dalam upaya-upaya
preventif, promotif dan sebagainya;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam a dan b, perlu ditetapkan Kebijakan pelaksanaan
pencegahan dan pengandalian infeksi Klinik Pucang
Sidoarjo.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 9
tahun 2014 tentang Klinik;
3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 46 tahun 2015 tentang
Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktek
Mandiri Dokter, dan Tempat Praktek Mandiri Dokter Gigi;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1457/MENKES/SK/X/2003 tentang standar pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten / Kota;
5. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No
270/MENKES/2007 tentang Pedoman Manajerial PPI di RS
dan Fasyankes lainnya;
6. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No
382/MENKES/2007 tentang Pedoman PPI di RS dan
Fasyankes lainnya.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN PENANGGUNG JAWAB KLINIK KLINIK


PUCANG SIDOARJO TENTANG KEBIJAKAN
PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI KLINIK PUCANG SIDOARJO

KESATU : Kebijakan pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi


Klinik Pucang Sidoarjo.

KEDUA : Kebijakan pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi


Klinik Pucang Sidoarjo sebagaimana tercantum dalam
lampiran surat keputusan ini;
KETIGA : Surat Keputusan ini berlaku terhitungmulai tanggal ditetapkan
dan akan diperbaiki kembali sebagaimana mestinya apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
menetapkannya.

Ditetapkan di Sidoarjo
pada tanggal
PENANGGUNG JAWAB
KLINIK PUCANG SIDOARJO

dr. INDAH PRASTUTI


Lampiran : KEPUTUSAN PENANGGUNG
JAWAB KLINIK KLINIK
PUCANG SIDOARJO
TENTANG KEBIJAKAN
PELAKSANAAN
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI
KLINIK PUCANG SIDOARJO
Nomor :
Tanggal :

KEBIJAKAN
PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
KLINIK PUCANG SIDOARJO

A. KEBIJAKAN ORGANISASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


KLINIK

1. Penanggung jawab klinik membentuk Tim PPI Klinik sesuai dengan SK


Penanggung Jawab Klinik yang mempunyai tugas, fungsi dan kewenangan
yang jelas sesuai dengan Pedoman manajerial PPI Klinik dan Fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya.
2. Tim PPI merupakan unit kerjanon structural langsung di bawah penanggung
jawab klinik yang disusun terdiri atas ketua, sekretaris dan anggota.
3. Anggota tim PPI terdiri dari dokter umum, dokter gigi, perawat, petugas
farmasi.
4. Tim PPI dalam menyusun regulasi, wajib mengacu Pedoman manajerial
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Klinik Fasilitas pelayanan Kesehatan
lainnya yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
5. Semua unit kerja di Klinik harus melaksanakan kegiatan pencegahan dan
pengendalian infeksi (PPI).
6. Tim PPI mengadakan rapat tiap bulan untuk mengevaluasi hasil surveilans,
kinerja tim dan menentukan tindaklanjut.
7. Tim PPI harus melaporkan hasil rapat bulanan kepada Penanggung Jawab
Klinik
8. Tim PPI harus mengevaluasi kembali tindaklanjut yang telah dilakukan pada
bulan berikutnya.
9. Klinik mengalokasikan anggaran untuk mendukung kegiatan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang dimasukkan dalam anggaran PPI.

B. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI KLINIK PUCANG


SIDOARJO
1. Pelaksanaan kewaspadaan isolasi.
2. Pendidikan dan pelatihan karyawan.
3. Pencegahan infeksi pada pemasangan alat Kesehatan.
4. Penggunaan antibiotik rasional untuk profilaksis dan terapeutik
5. Surveilans

C. KEBIJAKAN UMUM KEWASPADAAN ISOLASI

1. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk mengurangi risiko infeksi penyakit


menular pada petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang diketahui
maupun yang tidak diketahui.
2. Dalam memberikan pelayanan Kesehatan di Klinik setiap petugas harus
menerapkan kewaspadaan isolasi yang terdiri dari dua lapis yaitu
kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi.
3. Kewaspadaan standar harus diterapkan secara rutin dalam perawatan di klinik
yang meliputi :kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri (APD),
pemrosesan peralatan perawatan pasien, pengendalian lingkungan,
penatalaksanaan linen, pengelolaan limbah, perlindungan kesehatan
karyawan, penempatan pasien, hygiene respirasi (etika batuk), dan praktek
menyuntik yang aman. Pelaksanaan kewaspadaan standar ditujukan kepada
semua pasien.
4. Kewaspadaan berdasarkan transmisi diterapkan sebagai tambahan
kewaspadaan standar pada kasus-kasus yang mempunyai risiko penularan
melalui kontak, droplet, udara (airbone), common vehicle (makanan, air, obat,
alat, peralatan), dan vector (lalat, nyamuk, tikus).

D. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN STANDAR

1. Kebersihan tangan / hand hygiene


a. Semua karyawan klinik, pasien, dan pengunjung harus menjaga kebersihan
tangan dengan melakukan cuci tangan menggunakan air bersih dan sabun
atau handrub menggunakan cairan antiseptic berbasis alcohol.
b. Kebersihan tangan dilakukan pada 5 keadaan yaitu sebelum kontak dengan
pasien, sebelum melakukan tindakan septic, setelah melakukan tindakan
invasive yang berhubungan dengan cairan tubuh pasien, setelah kontak
dengan pasien, setelah kontak dengan lingkungan pasien.
c. Bila tangan tampak kotor, maka cuci tangan dengan sabun dengan air
mengalir. Bila tangan tidak tampak kotor, cuci tangan dengan handrub
cairan antiseptic berbasis alcohol.
d. Cuci tangan dengan sabun dilakukan dengan 6 langkah selama 40-60 detik
dengan prosedur yang sesuai dengan rekomendasi WHO.
e. Handrub dengan cairan antiseptic berbasis alcohol dilakukan dengan benar
6 langkah selama 20-30 detik dengan prosedur yang sesuai dengan
rekomendasi WHO.
f. Tim PPI melakukan evaluasi kepatuhan cuci tanganm elalui survey
terhadap seluruh petugas klinik setiap bulan.
g. Apabila hasil survey kepatuhan cuci tangan dari unit kerja belum memenuhi
standar dilakukan sosialisasi / training ulang kebersihan tangan pada unit
tersebut.
2. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

a. Alat pelindungdiri (APD ) adalah alat yang berfungsi sebagai pelindung


barrier untuk melindungi dari mikroorganisme yang ada dan petugas
Kesehatan.
b. Semua petugas yang melakukan kontak dengan pasien yang berisiko
menularkan penyakit infeksius wajib memakai APD sesuai dengan prosedur
yang benar.
c. Semua petugas yang melakukan tindakan septic aseptic harus memakai
APD sesuai dengan prosedur yang benar
d. Jenis-jenis APD yaitu sarung tangan, masker, alat pelindung mata (goggles
plastic bening, pelindung wajah, topi, gaun pelindung/apron, pelindung kaki
(sepatu boot karet)
e. Pemakaian APD hendaknya sesuai dengan indikasi pemakaian.
f. Untuk APD yang disposable setelah dipakai dibuang di tempat sampah
infeksius yang telah disediakan, sedangkan untuk APD yang akan dipakai
kembali, dilakukan penatalaksanaan sesuai prosedur.

3. Pengelolaan limbah

a. Klinik berkewajiban menurunkan risiko infeksi salah satunya dengan cara


pengelolaan limbah yang tepat.
b. Pengelolaan limbah dapat dilakukan mulai dari identifikasi, pemisahan,
labelling, packing, penyimpanan, pengangkutan, dan penanganan sesuai
jenis limbah.

4. Pengendalian lingkungan
a. Pengendalian lingkungan klinik atau fasilitas pelayanan Kesehatan lainnya
merupakan salah satu upaya pencegahan penegendalian infeksi di Klinik
Pucang Sidoarjo.
b. Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat diminimalkan
dengan melakukan pembersihan lingkungan, disinfeksi permukaan
lingkungan yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh pasien,
melakukan pemeliharaan peralatan medik dengan tepat, mempertahankan
mutu air bersih, mempertahankan ventilasi udara yang baik.

5. Perlindungan Kesehatan karyawan

a. Karyawan klinik Pucang Sidoarjo diwajibkan menerapkan prinsip-prinsip


PPI yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis transmisi
sesuai dengan indikasi dalam melaksanakan tugasnya sehari hari.
b. Karyawan Klinik Pucang Sidoarjo terutama karyawan medis dan
paramedis, berhak mendapatkan vaksinasi hepatitis B secara bertahap.
c. Karyawan yang terpajan infeksi harus melakukan prosedur paska pajanan,
kemudian tim PPI menindaklanjuti dan mengevaluasi.
d. Karyawan Klinik Pucang Sidoarjo yang merawat pasien menular melalui
udara harus mendapatkan pelatihan mengenai cara penularan dan
penyebaran. Tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai
prosedur bila terpajan. Karyawan yang tidak terlibat langsung dengan
pasien harus diberi penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.

6. Praktek menyuntik yang aman

a. Semua petugas medis dan para medis klinik Pucang Sidoarjo wajib
melakukan praktek menyuntik yang aman sesuai prosedur
b. Praktik menyuntik menggunakan jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap
suntikan untuk mencegah kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi.
c. Bila menggunakan vial multidose, sebaiknya tetap digunakan sekali pakai
karena jarum atau spuit yang dipakai ulang untuk mengambil obat dalam
vial multidose dapat menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat
menyebar saat obat dipakai untuk pasien yang lain.

7. Hygiene respirasi (etika batuk)


a. Kebersihan pernafasan dan etika batuk adalah dua cara penting untuk
mengendalikan penyebaran infeksi di sumbernya.
b. Semua pasien, pengunjung, dan petugas Kesehatan harus dianjurkan
untuk selalu mematuhi etika batuk dan kebersihan pernafasan untuk
mencegah sekresi pernapasan.
c. Etika batuk dilakukan dengan cara saat batuk atau bersin : tutup hidung
dan mulut, segera buang tisu yang sudah dipakai, lakukan kebersihan
tangan.

8. Pemrosesan peralatan perawatan pasien

a. Pemrosesan peralatan perawatan pasien yang dianjurkan untuk


mengurangi penularan penyakit dari instrument yang kotor, sarung tangan
bedah barang-barang habis pakai lainnya adalah (precleaning/prabilas),
pencucian dan pembersihan, disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi.
b. Precleaning/prabilas: proses yang membuat benda mati lebih aman untuk
ditangani oleh petugas sebelum dibersihkan (umpamanya menginaktivasi
HBV, HBC, dan HIV) dan mengurangi tetapi tidak menghilangkan, jumlah
mikroorganisme yang terkontaminasi. Proses ini adalah dengan melakukan
perendaman dengan memakai detergen atau larutan enzymatic sampai
seluruh permukaan alat terendam.
c. Pembersihan : proses yang secara fisik membuang semua kotoran, darah
atau cairan tubuh lainnya dari benda mati ataupun membuang sejumlah
mikroorganisme untuk mengurangi risiko bagi mereka yang menyentuh
kulit atau menangani objek tersebut. Proses ini adalah terdiri dari mencuci
sepenuhny adengan sabun atau detergen dan air atau enzymatic,
membilas dengan air bersih, dan mengeringkan.
d. Disinfeksi tingkat tinggi (DTT) : proses menghilangkan semua
mikroorganisme, kecuali beberapa endospora bacterial dari objek, dengan
merebus, menguapkan, atau memakai disinfektan kimiawi.
e. Sterilisasi : proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteria, virus,
fungi, dan parasite) termasuk endospora bakterial dari benda mati dengan
uap tekanan tinggi (otoklaf), panaskering (oven), sterilant kimiawi, atau
radiasi.
f. Seluruh pemrosesan peralatan perawatan pasien dilakukan sesuai
prosedural.

9. Penatalaksanaan linen
a. Klinik berupaya menjamin manajemen linen yang benar.
b. Klinik berupaya mencegah terjadinya kontaminasi pada pakaian atau
lingkungan
c. Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukkan kedalam kantong /
wadah yang tidak rusak saat diangkut.
d. Pengantongan ganda tidak diperlukan untuk linen yang sudah digunakan.

10. Penempatan pasien


a. Tempatkan pasien di ruang tunggu terpisah, bila tidak mungkin maka
pertimbangkan epidemiologimikrobanya dan populasipasien. Tempatkan
dengan jarak >1 meter atau di kursi tunggu pasien terjauh dari ruang
pemeriksaan atau terdekat dengan akses keluar masuk klinik. Jaga agar
tidak ada kontaminasi silang kelingkungan dan pasien lain.
b. Pengantar pasien infeksius harus menggunakan masker
c. Setiap pasien infeksius harus diberikan masker pada saat transportasi atau
transfer, karena belum ada jalur khusus pasien infeksius.
E. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN BERDASARKAN TRANSMISI

1. Kewaspadaan transmisi kontak.

a. Penempatan pasien
Tempatkan pasien di ruang tunggu terpisah, bila tidak mungkin maka
pertimbangkan epidemiologi mikrobanya dan populasi pasien. Tempatkan
dengan jarak >1 meter atau di kursi tunggu pasien terjauh dari ruang
pemeriksaan atau terdekat dengan akses keluar masuk klinik. Jaga agar tidak
ada kontaminasi silang kelingkungan dan pasien lain.
b. Transport pasien
Batasi gerak, transport pasien, hanya kalau perlu saja. Bila diperlukan pasien
keluar ruangan perlu kewaspadaan agar risiko minimal transmisike pasien
lain atau lingkungan.

c. Penggunaan APD petugas


1) Petugas memakai sarung tangan bersih non steril, lateks saat masuk
keruang pemeriksaan / tindakan pasien, ganti sarung tangan setelah
kontak dengan pasien infeksius (feces, cairan drain), lepaskan sarung
tangan sebelum keluar dari ruang pemeriksaaan/tindakan dan cuci
tangan.
2) Petugas memakai gaun bersih, tidak steril saat masuk ruang
pemeriksaaan / tindakan pasien untuk melindungi baju dari kontak
dengan pasien, permukaan lingkungan, barang di ruang pasien, cairan
diare pasien, ileostomy, colostomy, luka terbuka. Lepaskan gaun
sebelum keluar ruangan. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang
kelingkungan dan pasien.
d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien
Bila memungkinkan peralatan non kritikal dipakai untuk 1 pasien atau pasien
dengan infeksi mikroba yang sama. Bersihkan dan disinfeksi sebelum dipakai
untuk pasien lain.

2. Kewaspadaan transmisi droplet dan udara (airbone)


a. Penempatan pasien
Tempatkan pasien di ruangt erpisah, bila tidak mungkin kohorting. Bila
keduanya tidak mungkin buat pemisah dengan jarak >1 meter dan jarak
dengan pengunjung. Pertahankan pintu terbuka, tidak perlu penanganan
khusus terhadap udara dan ventilasi.

b. Transport pasien
Batasi gerak dan transportasi untuk batasi droplet dari pasien dengan
mengenakan masker pada pasien dan menerapkan hygiene respirasi dan
etikabatuk.
c. Penggunaan APD petugas
Masker dipakai bila bekerja dalam radius 1 meter terhadap pasien, saat
kontakerat. Masker seyogyanya melindungi hidung dan mulut, dipakai saat
memasuki ruang rawat pasien dengan infeksi saluran nafas.
d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien
Tidak perlu penanganan udara secara khusus karena mikroba tidak bergerak
jarak jauh.

F. SISTEM UTILITY
1. Prasarana air dan listrik tersedia selama 24 jam dan tujuh hari seminggu melalui
sumber regular atau alternatif untuk memenuhi kebutuhan.
2. Klinik memiliki proses emergensi untuk melindungi penghuni klinik dari kejadian
terganggunya, terkontaminasi atau kegagalan sistem pengadaan air minum dan
listrik
3. Petugas melakukan uji coba sistem emergensi dari air minum dan listrik secara
teratur sesuai dengan sistem dan hasilnya didokumentasikan.
4. Sistem listrik, air, ac, telepon dan gas medis secara teratur diperiksa dan
dipelihara.
5. Klinik tidak melayani penyewaan lahan di dalam lingkungan Klinik Pucang
Sidoarjo

G. PENDIDIKAN STAF
1. Klinik menetapkan Sumber Daya Manusia dengan berbagai kompetensi,
pendidikan dan persyaratan lain bagi seluruh petugas sesuai dengan kebutuhan.
2. Pelatihan penanggulangan kebakaran dan penanganan bencana massal
dilakukan setiap 1 tahun sekali beserta simulasinya.
3. Pelatihan K3 dan penanganan Tumpahan Bahan Berbahaya dan Beracun
dilakukan 6 bulan sekali.

Anda mungkin juga menyukai