Anda di halaman 1dari 11

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

Abstrak: Penelitian ini menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah dan


beberapa variabel lain yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi jangka
panjang pada tingkat provinsi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan
analisis data panel yang terdiri dari 26 provinsi selama kurun waktu 1980
sampai 2006. Data yang digunakan telah melalui uji stasioneritas dengan
menggunakan uji Augmented Dickey Fuller (ADF) – Fisher untuk data panel
yang dianjurkan oleh Madalla dan Wu (1999). Hasilnya, data stasioner pada
tingkat first difference. Penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien
pengeluaran pemerintah riil adalah positif signifikan. Artinya pengeluaran
pemerintah memiliki peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi di Indonesia. Penelitian ini menganalisis pengaruh pengeluaran
pemerintah secara agregat.

PENDAHULUAN pertumbuhan ekonomi jangka panjang.


Kontribusi pemerintah terhadap pertumbuhan
Pertumbuhan ekonomi sebagai sebuah proses ekonomi dapat dijelaskan melalui
peningkatan output dari waktu ke waktu pengaruhnya dalam melakukan perubahan
menjadi indikator penting untuk mengukur konsumsi atau pengeluaran untuk investasi
keberhasilan pembangunan suatu negara publik dan penerimaan dari pajak. Kelompok
(Todaro, 2005). Oleh karena itu identifikasi teori ini juga menganggap bahwa keberadan
berbagai macam faktor yang infrastruktur, hukum dan peraturan, stabilitas
mempengaruhinya termasuk peran pemerintah politik, kebijakan pemerintah, birokrasi, dan
menjadi menarik untuk dikaji lebih dalam. dasar tukar internasional sebagai faktor
Menurut teori dasar pertumbuhan ekonomi penting yang juga mempengaruhi
Neoklasik dari Solow dan Swan (1956) tidak pertumbuhan ekonomi.
terdapat pengaruh peran pemerintah terhadap Pengeluaran pemerintah sebagai bentuk
pertumbuhan baik dalam bentuk pengeluaran nyata dari campur tangan pemerintah dalam
maupun pajak (Kneller et al., 1999). perekonomian telah menjadi objek penting
Pertumbuhan ekonomi hanya dipengaruhi untuk diteliti. Penelitian terhadap negara di
oleh stok kapital, tenaga kerja dan teknologi Asia di antaranya dilakukan oleh Cheng
yang bersifat eksogen. Pemerintah dapat (1997). Dengan pendekatan Vector
mempengaruhi pertumbuhan populasi yang Autoregressive (VAR) Cheng membuktikan
akan mempengaruhi ketersediaan tenaga kerja adanya pengaruh positif signifikan antara
namun tidak berdampak pada pertumbuhan pengeluaran pemerintah terhadap
ekonomi. pertumbuhan ekonomi di Korea Selatan.
Teori pertumbuhan endogen Penelitian lain yang juga menunjukkan bahwa
(endogeneous growth theory) menjelaskan ekspansi pengeluaran pemerintah berpengaruh
bahwa investasi pada modal fisik dan modal positif terhadap pertumbuhan ekonomi antara
manusia berperan dalam menentukan lain ditemukan oleh Singh dan Sahni (1984)
dan Ram (1986). Di sisi lain terdapat pula Penelitian ini ditujukan untuk
penelitian yang menunjukkan signifikansi menganalisis pengaruh pengeluaran
hubungan kedua variabel tersebut namun pemerintah dan variabel lainnya (defisit
dengan pola hubungan yang cenderung anggaran, openness, inflasi, dan populasi)
negatif. Penelitian tersebut antara lain terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara
dilakukan oleh Landau (1986) dan Russek itu, manfaat penelitian ini diharapkan dapat
(1990). menambah literatur di bidang ekonomi publik
Di Indonesia sektor pemerintah memiliki dan sebagai referensi penelitian selanjutnya,
peranan besar dalam sejarah perekonomian. serta memberi masukan dan informasi bagi
Peran tersebut dituangkan pemerintah dalam pemerintah sebagai pengambil kebijakan dan
bentuk pelaksanaan kebijakan fiskal untuk semua pihak yang tertarik dengan kajian
mencapai tujuan utama pembangunan berupa pengaruh anggaran pemerintah terutama
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pengeluaran terhadap pertumbuhan ekonomi
mengurangi pengangguran dan Tinjauan pustaka dalam penelitian ini
mengendalikan inflasi. Kebijakan fiskal yang sebagai berikut:
dijalankan pemerintah Indonesia memiliki dua Pertumbuhan ekonomi merupakan salah
instrumen utama yaitu perpajakan dan satu indikator keberhasilan pembangunan di
pengeluaran. suatu perekonomian. Kesejahteraan dan
Pengeluaran pemerintah sebagai salah kemajuan suatu perekonomian ditentukan
satu instrumen penting kebijakan fiskal oleh besarnya pertumbuhan yang ditunjukkan
diharapkan mampu mendorong kegiatan oleh perubahan output nasional. Adanya
ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan perubahan output dalam perekonomian
ekonomi. Pemerintah mengoptimalkan peran merupakan analisis ekonomi jangka pendek.
tersebut dengan meningkatkan pengeluaran Menurut Adam Smith pemerintah
(share) terhadap Pendapatan Domestik Bruto memiliki tiga fungsi utama dalam mendukung
(PDB). Secara riil pengeluaran pemerintah perekonomian yaitu (1) memelihara
juga meningkat sejalan dengan peningkatan keamanan dalam negeri dan pertahanan; (2)
Produk Domestik Bruto (PDB). Peran menyelenggarakan peradilan; dan (3)
pemerintah dalam perekonomian ditunjukan menyediakan barang‐barang yang tidak
oleh pengeluaran untuk bidang ekonomi disediakan oleh pihak swasta, seperti
dalam persentase dari total pengeluaran infrastruktur dan fasilitas umum. Pemerintah
cenderung meningkat. membutuhkan anggaran untuk
Pengeluaran pemerintah sebagai salah menyelenggarakan fungsinya dengan baik dan
satu instrumen kebijakan fiskal merupakan mekanisme penyelenggaraannya anggaran
salah satu sumber pertumbuhan ekonomi. tersebut dilakukan melalui kebijakan fiskal.
Beberapa pertanyaan penelitian yang akan Kebijakan fiskal mencerminkan besaran,
dijawab adalah apakah pertumbuhan ekonomi pertumbuhan, maupun struktur dari anggaran
periode sebelumnya mempengaruhi pemerintah yang dianut oleh suatu negara.
pertumbuhan ekonomi periode berikutnya Menurut Todaro dalam pertumbuhan
secara signifikan? Apakah pengeluaran ekonomi suatu bangsa terdapat tiga komponen
pemerintah provinsi mempengaruhi penentu utama yaitu: (i) akumulasi modal
pertumbuhan ekonomi provinsi secara yang meliputi semua bentuk atau jenis
signifikan? Apakah openness mempengaruhi investasi baru yang ditanamkan pada tanah,
pertumbuhan ekonomi provinsi secara peralatan fisik, dan sumberdaya manusia; (ii)
signifikan? Apakah populasi mempengaruhi pertumbuhan penduduk yang meningkatkan
pertumbuhan ekonomi provinsi secara jumlah angkatan kerja di tahun‐tahun
signifikan?

45 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April 2008: 44 ‐ 55


mendatang; (iii) kemajuan teknologi. Menurut dengan stok kapital yang ada. Sedangkan
Kuznets pertumbuhan ekonomi adalah output yang terealisir belum tentu sama
kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari dengan output potensial, hal ini tergantung
suatu negara untuk menyediakan berbagai pada jumlah permintaan agregat.
barang ekonomi kepada penduduknya. Kebijakan fiskal adalah kebijakan
Kenaikan kapasitas itu sendiri terjadi oleh pemerintah sehubungan dengan tingkat
adanya kemajuan atau penyesuaian‐ pembelian pemerintah, transfer dan struktur
penyesuaian teknologi, kelembagaan dan pajak. Kebijakan fiskal juga dapat dipahami
ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan sebagai kebijakan ekonomi yang dilakukan
yang ada. oleh pemerintah melalui merubah‐rubah
Secara umum teori pertumbuhan ekonomi (menaikkan atau menurunkan) penerimaan
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu teori negara dan atau pengeluaran negara dalam
pertumbuhan ekonomi klasik dan teori rangka mencapai tujuan tertentu. Ruang
pertumbuhan ekonomi modern. Pada teori lingkup kebijakan yaitu pada sektor
pertumbuhan ekonomi klasik, analisis pengeluaran pemerintah dan penerimaan
didasarkan pada kepercayaan akan efektivitas pajak sehingga disebut juga sebagai kebijakan
mekanisme pasar bebas. Teori ekonomi klasik anggaran. Secara umum tujuan dari kebijakan
merupakan teori yang dicetuskan oleh para fiskal yang ingin dicapai antara lain:
ahli ekonomi yang hidup pada abad 18 hingga peningkatan pendapatan nasional,
awal abad 20. Para ekonom klasik tersebut peningkatan kesempatan kerja, penurunan laju
antara lain Adam Smith, David inflasi, penurunan defisit neraca perdagangan,
Ricardo dan W.A Lewis. penurunan defisit neraca pembayaran
Teori lain yang menjelaskan pertumbuhan internasional
ekonomi adalah teori pertumbuhan ekonomi Kebijakan fiskal memiliki 3 fungsi utama,
modern. Karakteristik umum teori ini yaitu: a) fungsi alokasi yang berupa
mengakui pentingnya peran pemerintah dalam penyediaan barang sosial atau proses
perekonomian untuk mengatasi kegagalan pembagian keseluruhan sumberdaya untuk
sistem pasar bebas. Kelompok ini cenderung digunakan sebagai barang pribadi dan barang
tidak mengakui keefektifan sistem pasar bebas sosial serta bagaimana komposisi barang
tanpa campur tangan pemerintah. Teori sosial ditentukan, b) fungsi distribusi yakni
pertumbuhan ekonomi HarrordDomar penyesuaian terhadap distribusi pendapatan
merupakan salah satu teori pertumbuhan dan kekayaan untuk menjamin terpenuhinya
modern. Harrod‐Domar merupakan apa yang dianggap oleh masyarakat sebagai
perkembangan langsung dari teori makro suatu keadaan distribusi yang adil dan merata,
Keynes jangka pendek menjadi teori makro dan c) fungsi stabilisasi sebagai suatu alat
jangka panjang. Menurut kedua ekonom ini, untuk mempertahankan tingkat kesempatan
pengeluaran investasi (I) tidak hanya memiliki kerja yang tinggi, tingkat stabilitas yang
pengaruh terhadap permintaan agregat (AD) semestinya, dan laju pertumbuhan yang tepat
tetapi juga terhadap penawaran agregat (AS) dengan memperhitungkan dampaknya
melalui pengaruhnya terhadap kapasitas terhadap perdagangan dan neraca
produksi. Dalam perspektif yang lebih pembayaran.
panjang ini investasi menambah stok kapital Besarnya pengeluaran pemerintah yang
(K). Harrod‐Domar mengatakan bahwa setiap memberikan pengaruh positif terhadap
penambahan stok kapital masyarakat pertumbuhan ekonomi memiliki batas
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk tertentu. Pengeluaran pemerintah akan
menghasilkan output. Output yang dimaksud mendukung pertumbuhan ekonomi apabila
adalah output potensial yang bisa dihasilkan pemerintah mampu menciptakan kondisi di

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... (Ahmad Ma’ruf dan Latri Wihastuti) 46


mana besarnya share pengeluaran pemerintah oleh Folster dan Henrekson (1999) dalam
terhadap tingkat output seluruhnya dapat Nijkamp and Poot: 2003.
digunakan untuk menyediakan barang publik Penelitian oleh Sjoberg (2003) di Swedia
yang digunakan sebagai input produksi yang menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah
kompetitif. yang terlalu banyak akan menghambat
Wagner mencetuskan hipotesis umum pertumbuhan ekonomi. Dengan menggunakan
mengenai hubungan jangka panjang yang model pertumbuhan endogen dan teknik
positif antara pengeluaran pemerintah dengan Ordinary Least Square (OLS) penelitian ini
pembangunan ekonomi berdasarkan menguji adanya hubungan yang signifikan
pengamatan di negara‐negara Eropa, U.S. dan antara pengeluaran pemerintah berupa
Jepang. Hipotesisnya menjelaskan bahwa investasi, konsumsi dan transfer pemerintah
pertumbuhan ekonomi merupakan faktor dengan pertumbuhan ekonomi. Penelitian
fundamental yang menentukan pertumbuhan yang sama juga dilakukan oleh Sinha (2000)
sektor publik termasuk pengeluaran dan di Malaysia yang menguji hubungan antara
konsumsi pemerintah. Pernyataannya ini pengeluaran pemerintah dengan pertumbuhan
disebut law of expanding state activity atau ekonomi. Sinha menemukan hasil yang tidak
Hukum Wagner. signifikan.
Hubungan antara pengeluaran pemerintah Sementara itu beberapa penelitian tentang
dengan pertumbuhan ekonomi merupakan hal kebijakan fiskal dan pertumbuhan ekonomi
yang kompleks. Dari hasil penelitian yang dengan menggunakan teknik panel data
telah ada hingga saat ini, setidaknya menunjukkan hasil yang hampir sama. Bania,
dibutuhkan beberapa teori dan teknik Gray dan Stone (2007) mencoba mengukur
ekonometri yang acceptable agar hasil nonlinearitas dampak penggunaan pajak untuk
penelitian tidak rancu (spurious). Syarat ini membiayai pengeluaran pemerintah produktif
membuat kajian maupun pembuktian seperti kesehatan terhadap pertumbuhan
hubungan kedua variabel ini terus ekonomi. Penelitian ini menunjukkan bahwa
berkembang dengan diikuti penggunaan dampak kenaikan pajak yang digunakan untuk
teknik ekonometri terbaru agar hasilnya membiayai pengeluaran pemerintah bersifat
semakin mendekati kenyataan dan dapat non‐monotonic yaitu pada awalnya positif
digunakan untuk peramalan. namun pada satu saat mengalami penurunan.
Penelitian yang tentang dampak Penurunan ini terjadi karena adanya crowding
kebijakan fiskal terutama pengeluaran out dari modal privat akibat beban pajak yang
pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi mengurangi pengembalian bersih dari modal
selalu menjadi isu menarik di setiap periode privat.
waktu dan menghasilkan perdebatan. Di satu
pihak terdapat penelitian yang menyimpulkan METODE
bahwa dampak pengeluaran pemerintah
terhadap pertumbuhan ekonomi adalah positif. Penelitian ini menggunakan data tahunan dari
Ram (1986) dengan menggunakan data time 26 provinsi di Indonesia pada periode 1980
series dan cross country 115 negara hingga 2006. Penggunaan data panel pada
menemukan bahwa konsumsi pemerintah penelitian ini diharapkan dapat menyajikan
yang tinggi berkontribusi terhadap informasi lebih lengkap dan mampu
pertumbuhan ekonomi. Penelitian lain menunjukkan hubungan yang lebih realistis
menunjukkan adanya dampak negatif dari karena jumlah observasi yang lebih banyak
pengeluaran pemerintah terhadap (Nijkamp and Poot, 2003). Periode waktu
pertumbuhan ekonomi seperti yang ditemukan yang dipilih diharapkan mampu

47 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April 2008: 44 ‐ 55


mengakomodasi perubahan kebijakan yang Uji Statistik
signifikan terhadap penyusunan APBN yang
berpengaruh terhadap besarnya pengeluaran Uji signifikansi variabel (Uji t). Pengujian ini
peme‐ dimaksudkan untuk mengukur signifikansi
rintah. tiap variabel dalam model regresi. Jika nilai
tstatistik yang diperoleh melalui regresi secara
Sistem persamaan yang digunakan signifikan jauh dari nilai nol, pada tingkat
mengacu pada model yang dibentuk oleh derajat signifikansi tertentu, maka variabel
Miller dan Russek (1993) tentang hubungan tersebut signifikan secara statistik. Pengujian
antara struktur fiskal dan pertumbuhan dapat dilakukan dengan dua sisi (two tailed)
ekonomi. Model akan dianalisis dengan atau satu sisi (one tailed). Pengujian dengan
metode regresi ekonometri data panel. Model dua sisi adalah pengujian hipotesis yang akan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah: menolak hipotesis nol, jika nilai statistik
mempunyai perbedaan nyata lebih besar atau
Log(PDRBPct) = a1 + a2Log(PDRBPct‐1) + lebih kecil dari parameter populasi yang
a3Log(EXct) + a4Log(DEFct) + dijadikan hipotesis.
a5Log(OPNct) + a6Log(INFct) + Uji signifikansi serentak (Uji F). F
a7Log(POPct) + a8Dsda + a9Dlok + ststistik digunakan untuk mengukur
a10Ddes + ect. dimana: signifikansi variabel secara serentak dalam
sebuah model. Gagasan dari pengujian ini
Log(PDRBPct) = pendapatan domestik adalah jika nilai F statistik cukup besar,
regional bruto perkapita riil artinya apa yang dijelaskan lebih besar
Log(PDRBPct‐1) = pendapatan domestik daripada apa yang tidak dapat dijelaskan
regional bruto perkapita riil dalam model, maka H0 ditolak bahwa tidak
tahun sebelumnya ada variabel independen
Log(EXct) = pengeluaran pemerintah riil yang berpengaruh terhadap variabel
Log(DEFct) = defisit anggaran pemerintah dependen.
riil
Uji koefisien determinasi R2. R2 dapat
Log(OPNct) = derajat keterbukaan
dilakukan setelah kita melakukan regresi. R2
perekonomian riil
mengukur proporsi dari total variasi dalam Y
Log(INFct) = inflasi
yang dapat dijelaskan melalui hubungan linear
Log(POPct) = populasi penduduk antara Y dan X dimana R2 terletak di antara 0
Dsda = binary sumber daya alam dan 1.
Dlok = binary lokasi
Ddes = dummy desentralisasi Uji Pemilihan Model
ect = error term
Analisis regresi yang digunakan dalam Keputusan penggunaan FEM ataupun REM
penelitian ini adalah analisis data panel. Data ditentukan dengan pertimbangan apabila
panel atau pooled data merupakan kombinasi diasumsikan bahwa εi dan variabel bebas X
antara data runtut waktu (time series) dan data berkorelasi, maka FEM lebih cocok untuk
silang tempat (cross section). Menurut Batalgi dipilih. Sebaliknya, apabila εi dan variabel
(2000), data panel mencakup dua dimensi, bebas X tidak berkorelasi, maka REM yang
yaitu dimensi spasial dan dimensi temporal. lebih baik untuk dipilih. Beberapa
Dimensi spasial merupakan sekumpulan unit pertimbangan yang dapat dijadikan panduan
observasi keratlintang suatu variabel tertentu, untuk memilih antara FEM atau REM adalah
sedangkan dimensi temporal merupakan (Judge, dkk., 1985: 489–491):
sekumpulan unit observasi runtut waktu.

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... (Ahmad Ma’ruf dan Latri Wihastuti) 48


1. Bila T (banyaknya unit time series) besar dapat terpenuhi, maka random effect lebih
sedangkan N (jumlah unit cross section) efisien dibandingkan fixed effect.
kecil, maka hasil fixed effect dan random Pertimbangan pemilihan model yang
effect tidak jauh berbeda sehingga dapat digunakan ini didekati dengan menggunakan
dipilih pendekatan yang lebih mudah statistik F yang berusaha memperbandingkan
untuk dihitung yaitu fixed effect model.
(0.01).
2. Bila N besar dan T kecil, maka hasil
estimasi kedua pendekatan akan berbeda
jauh. Jadi, apabila kita meyakini bahwa antara nilai jumlah kuadrat dari error dari
unit cross section yang kita pilih dalam proses pendugaan dengan menggunakan
penelitian diambil secara acak (random) metode kuadrat terkecil dan efek tetap yang
maka random effect harus digunakan. telah memasukkan variabel boneka.
Sebaliknya, apabila kita meyakini bahwa
Selain itu, pemilihan model dengan
unit cross section yang kita pilih dalam
pendekatan ini dengan uji LM bertujuan
penelitian tidak diambil secara acak maka
untuk memilih antara model PLS dan REM.
kita harus menggunakan fixed effect.
Dengan uji ini akan diperoleh nilai LM
3. Apabila komponen error individual εi hitung yang akan dibandingkan dengan
berkorelasi dengan variabel bebas X maka χ2tabel . Pemilihan penggunaan model ini
parameter yang diperoleh dengan random berpedoman pada: a) Nilai LM < χ2‐tabel maka
effect akan bias sementara parameter yang H0 ditolak, yang berarti model PLS dipilih,
diperoleh dengan fixed effect tidak bias. dan b) Nilai LM > χ2‐tabel maka H1 tidak
4. Apabila N besar dan T kecil, dan apabila
ditolak, yang berarti model REM dipilih.
Selain itu, dilakukan uji Hausman digunakan
asumsi yang mendasari random effect
dalam pemilihan antara model FEM dan

Tabel 1. Hasil Uji Stasioneritas Variabel


First
Level
Difference
Variabel Tanpa Tanpa
Intersep Intersep
Intersep intersep Intersep intersep
dan tren dan tren
dan tren dan tren
PDRBP 30.684 73.606 3.465 319.755*** 246.506*** 344.203***
0.992 0.026** 1.000 0.000 0.000 0.000
PDRBP‐1 348.079*** 288.081*** 370.994*** 500.607*** 411.388*** 677.214***
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
EX 32.898 42.167 11.581 309.471*** 257.786*** 445.231***
0.982 0.833 1.000 0.000 0.000 0.000
DEF 210.348*** 148.829*** 206.169*** 423.679*** 363.772*** 594.744***
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
OPN 65.772* 111.336*** 41.915 512.495*** 425.404*** 700.433***
0.095 0.000 0.840 0.000 0.000 0.000
INF 300.159*** 224.886*** 216.588*** 524.385*** 416.495*** 713.006***
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
POP 29.16 52.14 16.33 348.55*** 287.90*** 151.25***
0.995 0.468 1.000 0.000 0.000 0.000
49 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April 2008: 44 ‐ 55
Ket.: *** = signifikan 1%, ** = signifikan 5%, * = signifikan 10%
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa semua variabel stationer pada derajat satu (first
difference) dan signifikan pada α= 1%
model REM. Perbedaan antara keduanya HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah ada atau tidak adanya korelasi antara
efek individual dengan variabel Hasil analisis data yang dimulai dengan uji
independennya. stasioneritas untuk data panel yang dianjurkan
Uji Akar Unit oleh Maddala dan Wu (1999) adalah dengan
mengunakan tes Augmented Dickey Fuller‐
Uji akar unit adalah pengujian terhadap Fisher (ADF‐Fisher) dengan hasil
serangkaian data di tahap awal yang bertujuan sebagaimana diuraikan pada Tabel 1.
untuk mengetahui stationeritas data. Data Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa semua
yang stasioner dibutuhkan agar hasil estimasi variabel stationer pada derajat satu (first
tidak bersifat lancung (suporious regression) difference) dan signifikan pada α= 1% (0.01).
(Enders, 1995).

Tabel 2. Hasil Estimasi


var. independen Nilai
C Koe 3.015***
SE 0.276
t‐stat 10.923
Prob 0.000
Log Koe 0.238***
PDRBPct‐ SE 0.022
1 t‐stat 10.799
Prob 0.000
Log EXct Koe 0.227***
SE 0.039
t‐stat 5.771
Prob 0.000
Log Koe 0.057***
DEFct SE 0.016
t‐stat 3.541
Prob 0.000
Log Koe 0.127***
OPNct SE 0.013
t‐stat 9.994
Prob 0.000
Log INFct Koe ‐0.046
SE 0.030
t‐stat ‐
1.540
Prob 0.124
Log Koe ‐0.368***

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... (Ahmad Ma’ruf dan Latri Wihastuti) 50


POPct SE 0.034 ‐
t‐stat 10.766
Prob 0.000
DSDA Koe 0.294***
SE 0.054
t‐stat 5.399
Prob 0.000
DDES Koe 0.319***
SE 0.044
t‐stat 7.238
Prob 0.000
DLOK Koe 0.139*
SE 0.072
t‐stat 1.919
Prob 0.056
R2 0.767
Adj R2 0.762
F‐statistik 161.979
Prob F‐ 0.000
stat
Durbin‐Waston 0.479
Ket: *** = signifikan 1%, ** = signifikan 5%,
* = signifikan 10%

Hasil estimasi data panel pada model menunjukkan kecepatan konvergen


dengan jumlah observasi sebanyak 453 antardaerah. Variabel ini menunjukkan
selama periode pengamatan 1980‐2006 dapat hubungan positif signifikan
dilihat pada Tabel 2. Estimasi ini memberikan pada semua model. Artinya kecepatan
dukungan empiris hubungan antara konvergen yang tinggi akan mendorong
pertumbuhan ekonomi dengan pengeluaran kenaikan PDRB perkapita perprovinsi di
pemerintah disertai beberapa variabel penting Indonesia.
dalam perekonomian seperti inflasi, openness Pada model estimasi dilakukan dengan
dan populasi. Estimasi juga menyertakan menyertakan seluruh variabel fiskal, variabel
variabel kontrol berupa dummy krisis, sumber kontrol dan variabel makro penting lainnya
daya alam, desentralisasi, dan lokasi. dalam model. Hasilnya, seluruh variabel fiskal
Tabel 2 merupakan hasil estimasi dengan menunjukkan pengaruh positif dan signifikan
variabel dependen Produk Domestik terhadap pertumbuhan PDRB perkapita.
Regional Bruto Perkapita riil (Log PDRBPct) Defisit anggaran pemerintah provinsi (Log
Perprovinsi. Variabel (Log PDRBct‐1) DEFct) menunjukan pengaruh positif
mewakili PDRB perkapita riil perprovinsi signifikan yang sejalan dengan hipotesis
tahun sebelumnya digunakan untuk penelitian ini. Kenaikan defisit pemerintah

51 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April 2008: 44 ‐ 55


sebesar 1 persen akan meningkatkan PDRB meningkatkan daya saing sehingga efisiensi
perkapita rata‐rata sebesar 0,057 persen. tercapai. Hal ini seperti yang ditemukan oleh
Pengeluran pemerintah total (Log EXct) juga Dollar (1992) dalam Eusufzai: 1996 yang
menunjukan pengaruh yang sama yaitu positif meneliti 95 negara berkembang. Penelitiannya
signifikan. Koefisien regresi variabel ini menunjukkan bahwa negara‐negara yang
menunjukan jika terjadi kenaikan pengeluaran berorientasi keluar (outward‐oriented) lebih
pemerintah total sebesar 1 persen akan cepat tumbuh dibandingkan negara yang
meningkatkan PDRB perkapita rata‐rata berorientasi ke dalam (inward‐oriented).
sebesar 0,227 persen. Perekonomian Indonesia juga merupakan
Variabel kontrol masing‐masing perekonomian yang terbuka, selama
menunjukkan hasil yang sama. Pengaruh kepemimpinan Orde Baru perekonomian
kepemilikan sumber daya alam (DSDA) Indonesia terintegrasi dengan dunia (Thee,
memberikan dampak positif, artinya provinsi 2003) sehingga pengaruh kegiatan ekspor
dengan sumber daya alam berupa tambang maupun impor merupakan salah satu
memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih pendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
tinggi sebesar 0,29 persen. Adanya Variabel inflasi berpengaruh negatif
desentralisasi (DDES) juga menyebabkan terhadap pertumbuhan PDRBP meskipun
pertumbuhan ekonomi provinsi lebih tinggi tidak signifikan. Inflasi yang tinggi menirukan
sebesar 0,13 persen. Perbedaan lokasi di pulau nilai riil uang. Sejalan dengan penelitian
Jawa dan luar Jawa (DLOK) juga Miller dan Russek (1993), Levin dan Renelt
menunjukkan hasil yang positif signifikan (1992) bahwa inflasi memberikan dampak
artinya provinsi yang berada di Pulau Jawa negatif secara konsisten.
memiliki pertumbuhan Variabel kontrol cenderung konsisten
ekonomi yang lebih tinggi sebesar 0,13 per‐ memberikan pengaruh positif terhadap
sen. pertumbuhan PDRB perkapita. Variabel
Variabel lainnya yaitu inflasi Log(INFct) binary untuk sumber daya alam (DSDA)
dan populasi Log(POPct) masing‐masing menunjukkan hubungan yang positif
menunjukkan pengaruh yang negatif signifikan, artinya ketersediaan sumber daya
signifikan. Sedangkan keterbukaan ekonomi alam berupa tambang di suatu provinsi
(Openness) Log(OPNct) menunjukkan meningkatkan PDRB perkapita. Provinsi
pengaruh positif signifikan sebesar 0,127 dengan sumber daya tambang yang melimpah
persen. memiliki PDRB perkapita yang lebih besar.
Adanya kebijakan desentralisasi yang dimulai
Koefisien regresi masing‐masing variabel
pada tahun 2001 juga mempengaruhi
menunjukan jika terjadi kenaikan inflasi
pertumbuhan PDRB perkapita. Variabel
sebesar 1 persen maka akan menurunkan
Dummy untuk desentralisasi (DDES)
PDRBP rata‐rata sebesar 0,046 persen dan
menunjukkan pengaruh yang postif di setiap
jika
model dan signifikan.
terjadi pertambahan penduduk sebesar 1
persen akan menurunkan PDRBP rata‐rata Kebijakan desentralisasi telah
sebesar 0,368 persen. memberikan peluang dan kesempatan kepada
masingmasing provinsi untuk menciptakan
Dalam penelitian yang pernah ada
kebijakan yang dapat meningkatkan
keterbukaan ekonomi memberikan pengaruh
kesejahteraan masyarakat. Wilayah kekuasaan
positif terhadap pertumbuhan. Perekonomian
yang lebih sempit dan penduduk yang lebih
suatu negara yang terintegrasi dengan
sedikit akan memudahkan pemerintah daerah
perekonomian global memiliki kesempatan
untuk menentukan kebijakan yang tepat dan
yang lebih untuk memperluas pasar dan

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... (Ahmad Ma’ruf dan Latri Wihastuti) 52


efektif dalam meningkakan PDRB perkpita Reexamination”, Review of Economics
masyarakatnya. and
Perbedaan lokasi suatu provinsi ternyata Statistics.
juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Damodar, N. Gujarati (2003). Basic
perkapita riil suatu provinsi. Hal ini Econometrics 4th Edition. New York:
ditunjukan oleh variabel binary untuk lokasi McGraw‐Hill
(DLOK) yang benilai positif meskipun tidak Departemen Keuangan. (2004). Dasar‐dasar
signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa
Keuangan Publik. Jakarta: Tim
provinsi yang berada di Pulau Jawa cenderung
Penyusun Badan Pendidikan dan
lebih sejahtera dibandingkan dengan provinsi
Pelatihan Keuangan Depkeu.
di luar Jawa. Pembangunan ekonomi yang
tidak merata pada masa Orde Baru telah Dwi Sutatmi, Bernadetta (2008). Makro
menciptakan kesenjangan infrastruktur dan Ekonomi Indonesia: Prospek Ekonomi
fasilitas ekonomi diantara kedua wilayah 2008 Perkembangan Terkini 2007.
tersebut (Tambunan, 2001). Selain faktor Jakarta: Lembaga Penelitian Ekonomi
fisik, perbedaan tersebut juga disebabkan IBII
kualitas sumber daya manusia di Pulau Jawa Farmer, R. (2002). Macroeconomics, 2nd
jauh lebih baik, sehingga masyarakatnya Edition. South‐Western: Thomson
memiliki kemampuan yang lebih baik untuk Learning.
menciptakan karya.
Grimes, Arthur, (2003). Economic Growth
and the Size & Structure of
Government: Implications for New
Zealand, Dept. of Economics, University
REFERENSI of Waikato
Hyman, David, (2005). Public Finance: A
Atkinson, Anthony B and Joseph E. Stiglitz Contemporary Application of Theory to
(1980). Lectures on Public Economics. Policy,
New York: McGraw‐Hill 8th Edition. South Western: Thomson
Badan Pusat Statistik. (tt). Statistik Indonesia, Kneller, Richard, Michael Bleaney, and
berbagai terbitan. Jakarta: BPS Norman Gemmell (1999). “Fiscal Policy
Bania, Gray & Stone (2007). “Growth, Taxes, and Growth: Evidence from OECD
and Government Expenditures: Growth Coun‐
Hills for U.S State”, National Tax Journal. tries”. Journal of Public Economics
Barro, Robert (1990). “Government Kuncoro, Mudrajad, (2003). Ekonomi
Spending in a Simple Model of Endogenous Pembangunan: Teori, Masalah dan
Growth”, Journal of Political Economy Kebijakan. Yogyakarta: UPP AMP
Boediono, (1982). Ekonomi Makro Edisi 4. YKPN
Yogyakarta: BPFE. Landau (1985). “Government Expenditure
Cheng, Benjamin S and Tin Wei Lai (1997). and Economic Growth: A CrossCountry
“Government Expenditures and Study”, Southern Economic
Economic Growth in South Korea: A Journal
VAR Approach”, Journal of Economic Loizides and Vamvoukas, (2001).
Development. Government “Expenditure and
Conte and Darrat (1988). “Economic Growth Economic Growth: Evidence from
and the Expanding Public Sector: A

53 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April 2008: 44 ‐ 55


Trivariate Causality Testing”, Journal of Berimbang dan Dinamis. Dalam
Applied Economics Kebijakan Fiskal: Pemikiran, Konsep &
Maddala, G.S (2001). Introduction to Implementasi. (Editor: Heru
Econometrics, 3th Edition. England: John Subiyantoro, Ph.D dan Dr. Singgih
Wiley & Sons, Ltd Riphat, APU). Jakarta: Kompas.

Mankiw, N. Gregory, (2005). Sjoberg, (2003). “Government Expenditure


Macroeconomics, Effect on Economic Growth the Case of
6th Edition, New York: Worth Publishers Sweden 1960‐2001”, Working Paper,
World Bank
Mangkoesoebroto, Guritno, (2001). Ekonomi
Publik, Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE Suparmoko, M (2002). Ekonomi Publik untuk
Keuangan & Pembangunan Daerah.
Miller and Russek (1993). Fiscal Structures Yogyakarta: Andi.
and Economic Growth: International
Evidence, Working Paper, University of Singh and Sahni (1984). “Causality between
Connecticut. Public Expenditure and National
Income”, Review of Economics and
Nijkamp, Peter and Jacques Poot (2003). Statistics
“Meta‐Analysis of the Impact of Fiscal
Policies on Long‐Run Growth”, Sinha (2000). “Government Expenditure and
Discussion Paper TI2002‐028/3 (March Economic Growth in Malaysia”,
2003 version), Tinbergen Institute; Journal of Economic Development
forthcoming in European Journal of Stiglitz, Joseph.E. (2000). Economics of the
Political Economy. Public Sector, 3th Edition. New York/
Park (2006). Expenditure Composition and London: W.W. Norton & Company.
Distortionary Tax for Equitable Tan (2003). “Does Wagner’s Law or the
Economic Growth, Working Paper, Keynesian Paradigm Hold in the Case of
International Monetary Fund. Malaysia”, Thammasat Review,
Parkin, Michael. (1993). Macroeconomics, 2nd University of Malaya
Edition. United States of America: Todaro, Michael P. and Smith, Stephen C
Addison Wesley Publishing (2003). Economic Development. UK:
Pevcin (2003). Does Optimal Size of Pearson Education Limited.
Government Spending Exist?,
University of
Ljubljana.
Ram (1986). “Government Size an Economic
Growth: A New Framework and Some
Evidence from Cross‐Section and Time‐
Series Data”, American Economic Review.
Rodrik, Dani (1998). “Why Do More Open
Economies Have Bigger Government?”,
Journal of Political Economy
Rossen, Harvey. S. (1999). Public Finance,
5th Edition. New York: McGraw‐Hill.
Seda, Frans. (2004). Kebijakan Anggaran
Penerimaan & Belanja Negara (APBN)

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... (Ahmad Ma’ruf dan Latri Wihastuti) 54

Anda mungkin juga menyukai