Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan

Volume 9, Nomor 1, April 2008: 44 - 55

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA:


Determinan dan Prospeknya

Ahmad Ma’ruf 1
dan Latri Wihastuti 2
1
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, Telp/Fax. 0274‐387656 psw 184, 387646
E‐mail: macrov_jogja@yahoo.com
2
Institute of Public Policy and Economic Studies (Inspect)
Jalan Kenari R‐13 Sidoarum III Godean Sleman Yogyakarta 55564 DI Yogyakarta Ph: 0274‐798342

Abstrak: Penelitian ini menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah dan beberapa


variabel lain yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi jangka panjang pada tingkat
provinsi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis data panel yang terdiri dari 26
provinsi selama kurun waktu 1980 sampai 2006. Data yang digunakan telah melalui uji
stasioneritas dengan menggunakan uji Augmented Dickey Fuller (ADF) – Fisher untuk data
panel yang dianjurkan oleh Madalla dan Wu (1999). Hasilnya, data stasioner pada tingkat
first difference. Penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien pengeluaran pemerintah riil
adalah positif signifikan. Artinya pengeluaran pemerintah memiliki peranan penting dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Penelitian ini menganalisis pengaruh
pengeluaran pemerintah secara agregat.
Kata kunci: data panel, pengeluaran pemerintah, pertumbuhan ekonomi, uji akar unit

Abstract: This study analyzes the influence of government expenditure and some other
variables that affect the long-term economic growth at provincial level in Indonesia. This
study uses panel data analysis which consists of 26 provinces during the period 1980-2006.
Data used has been through stasioneritas tests using Augmented Dickey Fuller test (ADF) -
Fisher for panel data suggested by Madalla and Wu (1999). The result, stationary data on the
first level of difference. This study shows that the coefficient of real government spending is
significantly positive. This means that government expenditure has an important role in
improving economic growth in Indonesia. pengeluaran pemerintah secara agregat.
Keywords: panel data, government expenditure, economic growth, unit root test

PENDAHULUAN menarik untuk dikaji lebih dalam. Menurut


teori dasar pertumbuhan ekonomi Neoklasik
Pertumbuhan ekonomi sebagai sebuah proses dari Solow dan Swan (1956) tidak terdapat
peningkatan output dari waktu ke waktu pengaruh peran pemerintah terhadap
menjadi indikator penting untuk mengukur pertumbuhan baik dalam bentuk pengelua‐
keberhasilan pembangunan suatu negara ran maupun pajak (Kneller et al., 1999). Per‐
(Todaro, 2005). Oleh karena itu identifikasi tumbuhan ekonomi hanya dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor yang mempengaru‐ stok kapital, tenaga kerja dan teknologi yang
hinya termasuk peran pemerintah menjadi bersifat eksogen. Pemerintah dapat mempe‐
ngaruhi pertumbuhan populasi yang akan bentuk pelaksanaan kebijakan fiskal untuk
mempengaruhi ketersediaan tenaga kerja mencapai tujuan utama pembangunan
namun tidak berdampak pada pertumbuhan berupa pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
ekonomi. mengurangi pengangguran dan mengendali‐
kan inflasi. Kebijakan fiskal yang dijalankan
Teori pertumbuhan endogen (endogene‐
pemerintah Indonesia memiliki dua instru‐
ous growth theory) menjelaskan bahwa inves‐
men utama yaitu perpajakan dan pengelua‐
tasi pada modal fisik dan modal manusia
ran.
berperan dalam menentukan pertumbuhan
ekonomi jangka panjang. Kontribusi peme‐ Pengeluaran pemerintah sebagai salah
rintah terhadap pertumbuhan ekonomi dapat satu instrumen penting kebijakan fiskal
dijelaskan melalui pengaruhnya dalam mela‐ diharapkan mampu mendorong kegiatan
kukan perubahan konsumsi atau penge‐ ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan
luaran untuk investasi publik dan peneri‐ ekonomi. Pemerintah mengoptimalkan peran
maan dari pajak. Kelompok teori ini juga tersebut dengan meningkatkan pengeluaran
menganggap bahwa keberadan infrastruktur, (share) terhadap Pendapatan Domestik Bruto
hukum dan peraturan, stabilitas politik, (PDB). Secara riil pengeluaran pemerintah
kebijakan pemerintah, birokrasi, dan dasar juga meningkat sejalan dengan peningkatan
tukar internasional sebagai faktor penting Produk Domestik Bruto (PDB). Peran
yang juga mempengaruhi pertumbuhan pemerintah dalam perekonomian ditunjukan
ekonomi. oleh pengeluaran untuk bidang ekonomi
dalam persentase dari total pengeluaran
Pengeluaran pemerintah sebagai bentuk
cenderung meningkat.
nyata dari campur tangan pemerintah dalam
perekonomian telah menjadi objek penting Pengeluaran pemerintah sebagai salah
untuk diteliti. Penelitian terhadap negara di satu instrumen kebijakan fiskal merupakan
Asia di antaranya dilakukan oleh Cheng salah satu sumber pertumbuhan ekonomi.
(1997). Dengan pendekatan Vector Autoregres‐ Beberapa pertanyaan penelitian yang akan
sive (VAR) Cheng membuktikan adanya dijawab adalah apakah pertumbuhan eko‐
pengaruh positif signifikan antara pengelua‐ nomi periode sebelumnya mempengaruhi
ran pemerintah terhadap pertumbuhan pertumbuhan ekonomi periode berikutnya
ekonomi di Korea Selatan. Penelitian lain secara signifikan? Apakah pengeluaran
yang juga menunjukkan bahwa ekspansi pemerintah provinsi mempengaruhi pertum‐
pengeluaran pemerintah berpengaruh positif buhan ekonomi provinsi secara signifikan?
terhadap pertumbuhan ekonomi antara lain Apakah openness mempengaruhi pertumbu‐
ditemukan oleh Singh dan Sahni (1984) dan han ekonomi provinsi secara signifikan?
Ram (1986). Di sisi lain terdapat pula pene‐ Apakah populasi mempengaruhi pertumbu‐
litian yang menunjukkan signifikansi hubu‐ han ekonomi provinsi secara signifikan?
ngan kedua variabel tersebut namun dengan
Penelitian ini ditujukan untuk mengana‐
pola hubungan yang cenderung negatif.
lisis pengaruh pengeluaran pemerintah dan
Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh
variabel lainnya (defisit anggaran, openness,
Landau (1986) dan Russek (1990).
inflasi, dan populasi) terhadap pertumbuhan
Di Indonesia sektor pemerintah memiliki ekonomi. Sementara itu, manfaat penelitian
peranan besar dalam sejarah perekonomian. ini diharapkan dapat menambah literatur di
Peran tersebut dituangkan pemerintah dalam bidang ekonomi publik dan sebagai referensi

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... (Ahmad Ma’ruf dan Latri Wihastuti) 45


penelitian selanjutnya, serta memberi masu‐ bagai barang ekonomi kepada penduduknya.
kan dan informasi bagi pemerintah sebagai Kenaikan kapasitas itu sendiri terjadi oleh
pengambil kebijakan dan semua pihak yang adanya kemajuan atau penyesuaian‐penye‐
tertarik dengan kajian pengaruh anggaran suaian teknologi, kelembagaan dan ideologis
pemerintah terutama pengeluaran terhadap terhadap berbagai tuntutan keadaan yang
pertumbuhan ekonomi ada.
Tinjauan pustaka dalam penelitian ini Secara umum teori pertumbuhan ekono‐
sebagai berikut: mi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
teori pertumbuhan ekonomi klasik dan teori
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah
pertumbuhan ekonomi modern. Pada teori
satu indikator keberhasilan pembangunan di
pertumbuhan ekonomi klasik, analisis
suatu perekonomian. Kesejahteraan dan
didasarkan pada kepercayaan akan efektivi‐
kemajuan suatu perekonomian ditentukan
tas mekanisme pasar bebas. Teori ekonomi
oleh besarnya pertumbuhan yang ditunjuk‐
klasik merupakan teori yang dicetuskan oleh
kan oleh perubahan output nasional. Adanya
para ahli ekonomi yang hidup pada abad 18
perubahan output dalam perekonomian me‐
hingga awal abad 20. Para ekonom klasik
rupakan analisis ekonomi jangka pendek.
tersebut antara lain Adam Smith, David
Menurut Adam Smith pemerintah Ricardo dan W.A Lewis.
memiliki tiga fungsi utama dalam mendu‐
Teori lain yang menjelaskan pertumbu‐
kung perekonomian yaitu (1) memelihara
han ekonomi adalah teori pertumbuhan eko‐
keamanan dalam negeri dan pertahanan; (2)
nomi modern. Karakteristik umum teori ini
menyelenggarakan peradilan; dan (3) menye‐
mengakui pentingnya peran pemerintah
diakan barang‐barang yang tidak disediakan
dalam perekonomian untuk mengatasi kega‐
oleh pihak swasta, seperti infrastruktur dan
galan sistem pasar bebas. Kelompok ini
fasilitas umum. Pemerintah membutuhkan
cenderung tidak mengakui keefektifan sistem
anggaran untuk menyelenggarakan fungsi‐
pasar bebas tanpa campur tangan pemerin‐
nya dengan baik dan mekanisme penyeleng‐
tah. Teori pertumbuhan ekonomi Harrord‐
garaannya anggaran tersebut dilakukan
Domar merupakan salah satu teori pertum‐
melalui kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal
buhan modern. Harrod‐Domar merupakan
mencerminkan besaran, pertumbuhan, mau‐
perkembangan langsung dari teori makro
pun struktur dari anggaran pemerintah yang
Keynes jangka pendek menjadi teori makro
dianut oleh suatu negara.
jangka panjang. Menurut kedua ekonom ini,
Menurut Todaro dalam pertumbuhan pengeluaran investasi (I) tidak hanya memi‐
ekonomi suatu bangsa terdapat tiga kompo‐ liki pengaruh terhadap permintaan agregat
nen penentu utama yaitu: (i) akumulasi mo‐ (AD) tetapi juga terhadap penawaran agregat
dal yang meliputi semua bentuk atau jenis (AS) melalui pengaruhnya terhadap kapasi‐
investasi baru yang ditanamkan pada tanah, tas produksi. Dalam perspektif yang lebih
peralatan fisik, dan sumberdaya manusia; (ii) panjang ini investasi menambah stok kapital
pertumbuhan penduduk yang meningkatkan (K). Harrod‐Domar mengatakan bahwa
jumlah angkatan kerja di tahun‐tahun men‐ setiap penambahan stok kapital masyarakat
datang; (iii) kemajuan teknologi. Menurut meningkatkan kemampuan masyarakat
Kuznets pertumbuhan ekonomi adalah untuk menghasilkan output. Output yang
kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dimaksud adalah output potensial yang bisa
dari suatu negara untuk menyediakan ber‐

4 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April 2008: 44 ‐


dihasilkan dengan stok kapital yang ada. Pengeluaran pemerintah akan mendukung
Sedangkan output yang terealisir belum tentu pertumbuhan ekonomi apabila pemerintah
sama dengan output potensial, hal ini mampu menciptakan kondisi di mana besar‐
tergantung pada jumlah permintaan agregat. nya share pengeluaran pemerintah terhadap
tingkat output seluruhnya dapat digunakan
Kebijakan fiskal adalah kebijakan peme‐
untuk menyediakan barang publik yang
rintah sehubungan dengan tingkat pembelian
digunakan sebagai input produksi yang
pemerintah, transfer dan struktur pajak.
kompetitif.
Kebijakan fiskal juga dapat dipahami sebagai
kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh Wagner mencetuskan hipotesis umum
pemerintah melalui merubah‐rubah (menaik‐ mengenai hubungan jangka panjang yang
kan atau menurunkan) penerimaan negara positif antara pengeluaran pemerintah
dan atau pengeluaran negara dalam rangka dengan pembangunan ekonomi berdasarkan
mencapai tujuan tertentu. Ruang lingkup pengamatan di negara‐negara Eropa, U.S.
kebijakan yaitu pada sektor pengeluaran dan Jepang. Hipotesisnya menjelaskan bahwa
pemerintah dan penerimaan pajak sehingga pertumbuhan ekonomi merupakan faktor
disebut juga sebagai kebijakan anggaran. fundamental yang menentukan pertumbuhan
Secara umum tujuan dari kebijakan fiskal sektor publik termasuk pengeluaran dan
yang ingin dicapai antara lain: peningkatan konsumsi pemerintah. Pernyataannya ini
pendapatan nasional, peningkatan kesempa‐ disebut law of expanding state activity atau
tan kerja, penurunan laju inflasi, penurunan Hukum Wagner.
defisit neraca perdagangan, penurunan
Hubungan antara pengeluaran peme‐
defisit neraca pembayaran internasional
rintah dengan pertumbuhan ekonomi meru‐
Kebijakan fiskal memiliki 3 fungsi utama, pakan hal yang kompleks. Dari hasil peneli‐
yaitu: a) fungsi alokasi yang berupa penye‐ tian yang telah ada hingga saat ini, seti‐
diaan barang sosial atau proses pembagian daknya dibutuhkan beberapa teori dan teknik
keseluruhan sumberdaya untuk digunakan ekonometri yang acceptable agar hasil peneli‐
sebagai barang pribadi dan barang sosial tian tidak rancu (spurious). Syarat ini mem‐
serta bagaimana komposisi barang sosial buat kajian maupun pembuktian hubungan
ditentukan, b) fungsi distribusi yakni penye‐ kedua variabel ini terus berkembang dengan
suaian terhadap distribusi pendapatan dan diikuti penggunaan teknik ekonometri terba‐
kekayaan untuk menjamin terpenuhinya apa ru agar hasilnya semakin mendekati kenya‐
yang dianggap oleh masyarakat sebagai taan dan dapat digunakan untuk peramalan.
suatu keadaan distribusi yang adil dan
Penelitian yang tentang dampak kebija‐
merata, dan c) fungsi stabilisasi sebagai suatu
kan fiskal terutama pengeluaran pemerintah
alat untuk mempertahankan tingkat kesem‐
terhadap pertumbuhan ekonomi selalu
patan kerja yang tinggi, tingkat stabilitas
menjadi isu menarik di setiap periode waktu
yang semestinya, dan laju pertumbuhan yang
dan menghasilkan perdebatan. Di satu pihak
tepat dengan memperhitungkan dampaknya
terdapat penelitian yang menyimpulkan
terhadap perdagangan dan neraca pemba‐
bahwa dampak pengeluaran pemerintah ter‐
yaran.
hadap pertumbuhan ekonomi adalah positif.
Besarnya pengeluaran pemerintah yang Ram (1986) dengan menggunakan data time
memberikan pengaruh positif terhadap per‐ series dan cross country 115 negara menemu‐
tumbuhan ekonomi memiliki batas tertentu. kan bahwa konsumsi pemerintah yang tinggi

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... (Ahmad Ma’ruf dan Latri Wihastuti) 47


berkontribusi terhadap pertumbuhan eko‐ METODE
nomi. Penelitian lain menunjukkan adanya
dampak negatif dari pengeluaran pemerintah Penelitian ini menggunakan data tahunan
terhadap pertumbuhan ekonomi seperti yang dari 26 provinsi di Indonesia pada periode
ditemukan oleh Folster dan Henrekson (1999) 1980 hingga 2006. Penggunaan data panel
dalam Nijkamp and Poot: 2003. pada penelitian ini diharapkan dapat menya‐
Penelitian oleh Sjoberg (2003) di Swedia jikan informasi lebih lengkap dan mampu
menunjukkan bahwa pengeluaran pemerin‐ menunjukkan hubungan yang lebih realistis
tah yang terlalu banyak akan menghambat karena jumlah observasi yang lebih banyak
pertumbuhan ekonomi. Dengan mengguna‐ (Nijkamp and Poot, 2003). Periode waktu
kan model pertumbuhan endogen dan teknik yang dipilih diharapkan mampu mengako‐
Ordinary Least Square (OLS) penelitian ini modasi perubahan kebijakan yang signifikan
menguji adanya hubungan yang signifikan terhadap penyusunan APBN yang berpenga‐
antara pengeluaran pemerintah berupa inves‐ ruh terhadap besarnya pengeluaran peme‐
tasi, konsumsi dan transfer pemerintah rintah.
dengan pertumbuhan ekonomi. Penelitian Sistem persamaan yang digunakan
yang sama juga dilakukan oleh Sinha (2000) mengacu pada model yang dibentuk oleh
di Malaysia yang menguji hubungan antara Miller dan Russek (1993) tentang hubungan
pengeluaran pemerintah dengan pertumbu‐ antara struktur fiskal dan pertumbuhan eko‐
han ekonomi. Sinha menemukan hasil yang nomi. Model akan dianalisis dengan metode
tidak signifikan. regresi ekonometri data panel. Model yang
Sementara itu beberapa penelitian ten‐ digunakan dalam penelitian ini adalah:
tang kebijakan fiskal dan pertumbuhan eko‐
nomi dengan menggunakan teknik panel Log(PDRBPct) = a1 + a2Log(PDRBPct‐1) +
data menunjukkan hasil yang hampir sama. a3Log(EXct) + a4Log(DEFct) +
Bania, Gray dan Stone (2007) mencoba a5Log(OPNct) + a6Log(INFct) +
mengukur nonlinearitas dampak penggu‐
a7Log(POPct) + a8Dsda + a9Dlok +
naan pajak untuk membiayai pengeluaran
pemerintah produktif seperti kesehatan ter‐ a10Ddes + ect.
hadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini dimana:
menunjukkan bahwa dampak kenaikan pajak Log(PDRBPct) = pendapatan domestik regional
yang digunakan untuk membiayai penge‐ bruto perkapita riil Log(PDRBPct‐
luaran pemerintah bersifat non‐monotonic 1) = pendapatan domestik regional

yaitu pada awalnya positif namun pada satu bruto perkapita riil tahun
sebelumnya
saat mengalami penurunan. Penurunan ini
Log(EXct) = pengeluaran pemerintah riil
terjadi karena adanya crowding out dari modal
Log(DEFct) = defisit anggaran pemerintah riil
privat akibat beban pajak yang mengurangi
Log(OPNct) = derajat keterbukaan
pengembalian bersih dari modal privat. perekonomian riil
Log(INFct) = inflasi
Log(POPct) = populasi penduduk
Dsda = binary sumber daya alam
Dlok = binary lokasi
Ddes = dummy desentralisasi
ect = error term

4 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April 2008: 44 ‐


Analisis regresi yang digunakan dalam linear antara Y dan X dimana R2 terletak di
penelitian ini adalah analisis data panel. Data antara 0 dan 1.
panel atau pooled data merupakan kombinasi
antara data runtut waktu (time series) dan Uji Pemilihan Model
data silang tempat (cross section). Menurut
Batalgi (2000), data panel mencakup dua Keputusan penggunaan FEM ataupun REM
dimensi, yaitu dimensi spasial dan dimensi ditentukan dengan pertimbangan apabila
temporal. Dimensi spasial merupakan diasumsikan bahwa εi dan variabel bebas X
sekumpulan unit observasi keratlintang suatu berkorelasi, maka FEM lebih cocok untuk
variabel tertentu, sedangkan dimensi tempo‐ dipilih. Sebaliknya, apabila εi dan variabel
ral merupakan sekumpulan unit observasi bebas X tidak berkorelasi, maka REM yang
runtut waktu. lebih baik untuk dipilih. Beberapa pertimba‐
ngan yang dapat dijadikan panduan untuk
Uji Statistik memilih antara FEM atau REM adalah
(Judge, dkk., 1985: 489–491):
Uji signifikansi variabel (Uji t). Pengujian ini
1. Bila T (banyaknya unit time series) besar
dimaksudkan untuk mengukur signifikansi
sedangkan N (jumlah unit cross section)
tiap variabel dalam model regresi. Jika nilai t‐
kecil, maka hasil fixed effect dan random
statistik yang diperoleh melalui regresi secara
effect tidak jauh berbeda sehingga dapat
signifikan jauh dari nilai nol, pada tingkat
dipilih pendekatan yang lebih mudah
derajat signifikansi tertentu, maka variabel
untuk dihitung yaitu fixed effect model.
tersebut signifikan secara statistik. Pengujian
2. Bila N besar dan T kecil, maka hasil esti‐
dapat dilakukan dengan dua sisi (two tailed)
masi kedua pendekatan akan berbeda
atau satu sisi (one tailed). Pengujian dengan
jauh. Jadi, apabila kita meyakini bahwa
dua sisi adalah pengujian hipotesis yang akan
unit cross section yang kita pilih dalam
menolak hipotesis nol, jika nilai statistik
penelitian diambil secara acak (random)
mempunyai perbedaan nyata lebih besar atau
maka random effect harus digunakan.
lebih kecil dari parameter populasi yang
Sebaliknya, apabila kita meyakini bahwa
dijadikan hipotesis.
unit cross section yang kita pilih dalam
Uji signifikansi serentak (Uji F). F ststistik penelitian tidak diambil secara acak maka
digunakan untuk mengukur signifikansi kita harus menggunakan fixed effect.
variabel secara serentak dalam sebuah model. 3. Apabila komponen error individual εi
Gagasan dari pengujian ini adalah jika nilai F berkorelasi dengan variabel bebas X maka
statistik cukup besar, artinya apa yang parameter yang diperoleh dengan random
dijelaskan lebih besar daripada apa yang ti‐ effect akan bias sementara parameter yang
dak dapat dijelaskan dalam model, maka H0 diperoleh dengan fixed effect tidak bias.
ditolak bahwa tidak ada variabel independen
4. Apabila N besar dan T kecil, dan apabila
yang berpengaruh terhadap variabel depen‐
asumsi yang mendasari random effect
den.
dapat terpenuhi, maka random effect lebih
Uji koefisien determinasi R2. R2 dapat efisien dibandingkan fixed effect.
dilakukan setelah kita melakukan regresi. R2
Pertimbangan pemilihan model yang
mengukur proporsi dari total variasi dalam Y
digunakan ini didekati dengan menggunakan
yang dapat dijelaskan melalui hubungan
statistik F yang berusaha memperbandingkan

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... (Ahmad Ma’ruf dan Latri Wihastuti) 49


Tabel 1. Hasil Uji Stasioneritas Variabel
Level First Difference
Variabel Tanpa Tanpa
Intersep intersep Intersep intersep
Intersep dan tren Intersep dan tren
dan tren dan tren
PDRBP 30.684 73.606 3.465 319.755*** 246.506*** 344.203***
0.992 0.026** 1.000 0.000 0.000 0.000
PDRBP‐1 348.079*** 288.081*** 370.994*** 500.607*** 411.388*** 677.214***
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
EX 32.898 42.167 11.581 309.471*** 257.786*** 445.231***
0.982 0.833 1.000 0.000 0.000 0.000
DEF 210.348*** 148.829*** 206.169*** 423.679*** 363.772*** 594.744***
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
OPN 65.772* 111.336*** 41.915 512.495*** 425.404*** 700.433***
0.095 0.000 0.840 0.000 0.000 0.000
INF 300.159*** 224.886*** 216.588*** 524.385*** 416.495*** 713.006***
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
POP 29.16 52.14 16.33 348.55*** 287.90*** 151.25***
0.995 0.468 1.000 0.000 0.000 0.000

Ket.: *** = signifikan 1%, ** = signifikan 5%, * = signifikan 10%


Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa semua variabel stationer pada derajat satu (first difference) dan signifikan pada α= 1%
(0.01).

antara nilai jumlah kuadrat dari error dari


proses pendugaan dengan menggunakan Uji Akar Unit
metode kuadrat terkecil dan efek tetap yang
telah memasukkan variabel boneka. Uji akar unit adalah pengujian terhadap
serangkaian data di tahap awal yang bertu‐
Selain itu, pemilihan model dengan
juan untuk mengetahui stationeritas data.
pendekatan ini dengan uji LM bertujuan
Data yang stasioner dibutuhkan agar hasil
untuk memilih antara model PLS dan REM.
estimasi tidak bersifat lancung (suporious
Dengan uji ini akan diperoleh nilai LM
regression) (Enders, 1995).
hitung yang akan dibandingkan dengan χ2‐
tabel . Pemilihan penggunaan model ini berpe‐

doman pada: a) Nilai LM < χ 2‐tabel maka H0 HASIL DAN PEMBAHASAN


ditolak, yang berarti model PLS dipilih, dan
b) Nilai LM > χ2‐tabel maka H1 tidak ditolak, Hasil analisis data yang dimulai dengan uji
yang berarti model REM dipilih. Selain itu, stasioneritas untuk data panel yang dianjur‐
dilakukan uji Hausman digunakan dalam kan oleh Maddala dan Wu (1999) adalah
pemilihan antara model FEM dan model dengan mengunakan tes Augmented Dickey
REM. Perbedaan antara keduanya adalah ada Fuller‐Fisher (ADF‐Fisher) dengan hasil
atau tidak adanya korelasi antara efek indi‐ sebagaimana diuraikan pada Tabel 1.
vidual dengan variabel independennya.
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa semua
variabel stationer pada derajat satu (first
difference) dan signifikan pada α= 1% (0.01).

5 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April 2008: 44 ‐


Tabel 2. Hasil Estimasi

var. independen Nilai

C Koe 3.015***
SE 0.276
t‐stat 10.923
Prob 0.000
Log Koe 0.238***
PDRBPct‐1 SE 0.022
t‐stat 10.799
Prob 0.000
Log EXct Koe 0.227***
SE 0.039
t‐stat 5.771
Prob 0.000
Log DEFct Koe 0.057***
SE 0.016
t‐stat 3.541
Prob 0.000
Log OPNct Koe 0.127***
SE 0.013
t‐stat 9.994
Prob 0.000
Log INFct Koe ‐0.046
SE 0.030
t‐stat ‐1.540
Prob 0.124
Log POPct Koe ‐0.368***
SE 0.034
t‐stat ‐10.766
Prob 0.000
DSDA Koe 0.294***
SE 0.054
t‐stat 5.399
Prob 0.000
DDES Koe 0.319***
SE 0.044
t‐stat 7.238
Prob 0.000
DLOK Koe 0.139*
SE 0.072
t‐stat 1.919
Prob 0.056
R2 0.767
Adj R2 0.762
F‐statistik 161.979
Prob F‐stat 0.000
Durbin‐Waston 0.479

Ket: *** = signifikan 1%, ** = signifikan 5%,


* = signifikan 10%

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... (Ahmad Ma’ruf dan Latri Wihastuti) 51


Hasil estimasi data panel pada model Variabel kontrol masing‐masing menun‐
dengan jumlah observasi sebanyak 453 jukkan hasil yang sama. Pengaruh kepemi‐
selama periode pengamatan 1980‐2006 dapat likan sumber daya alam (DSDA) memberikan
dilihat pada Tabel 2. Estimasi ini memberikan dampak positif, artinya provinsi dengan
dukungan empiris hubungan antara pertum‐ sumber daya alam berupa tambang memiliki
buhan ekonomi dengan pengeluaran peme‐ pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi
rintah disertai beberapa variabel penting sebesar 0,29 persen. Adanya desentralisasi
dalam perekonomian seperti inflasi, openness (DDES) juga menyebabkan pertumbuhan
dan populasi. Estimasi juga menyertakan ekonomi provinsi lebih tinggi sebesar 0,13
variabel kontrol berupa dummy krisis, sumber persen. Perbedaan lokasi di pulau Jawa dan
daya alam, desentralisasi, dan lokasi. luar Jawa (DLOK) juga menunjukkan hasil
yang positif signifikan artinya provinsi yang
Tabel 2 merupakan hasil estimasi dengan
berada di Pulau Jawa memiliki pertumbuhan
variabel dependen Produk Domestik
ekonomi yang lebih tinggi sebesar 0,13 per‐
Regional Bruto Perkapita riil (Log PDRBPct)
sen.
Perprovinsi. Variabel (Log PDRBct‐1) mewa‐
kili PDRB perkapita riil perprovinsi tahun Variabel lainnya yaitu inflasi Log(INFct)
sebelumnya digunakan untuk menunjukkan dan populasi Log(POPct) masing‐masing
kecepatan konvergen antardaerah. Variabel menunjukkan pengaruh yang negatif signi‐
ini menunjukkan hubungan positif signifikan fikan. Sedangkan keterbukaan ekonomi
pada semua model. Artinya kecepatan kon‐ (Openness) Log(OPNct) menunjukkan penga‐
vergen yang tinggi akan mendorong ruh positif signifikan sebesar 0,127 persen.
kenaikan PDRB perkapita perprovinsi di
Koefisien regresi masing‐masing variabel
Indonesia.
menunjukan jika terjadi kenaikan inflasi
Pada model estimasi dilakukan dengan sebesar 1 persen maka akan menurunkan
menyertakan seluruh variabel fiskal, variabel PDRBP rata‐rata sebesar 0,046 persen dan jika
kontrol dan variabel makro penting lainnya terjadi pertambahan penduduk sebesar 1 per‐
dalam model. Hasilnya, seluruh variabel sen akan menurunkan PDRBP rata‐rata
fiskal menunjukkan pengaruh positif dan sebesar 0,368 persen.
signifikan terhadap pertumbuhan PDRB per‐
Dalam penelitian yang pernah ada keter‐
kapita. Defisit anggaran pemerintah provinsi
bukaan ekonomi memberikan pengaruh
(Log DEFct) menunjukan pengaruh positif
positif terhadap pertumbuhan. Perekonomian
signifikan yang sejalan dengan hipotesis
suatu negara yang terintegrasi dengan pere‐
penelitian ini. Kenaikan defisit pemerintah
konomian global memiliki kesempatan yang
sebesar 1 persen akan meningkatkan PDRB
lebih untuk memperluas pasar dan mening‐
perkapita rata‐rata sebesar 0,057 persen.
katkan daya saing sehingga efisiensi tercapai.
Pengeluran pemerintah total (Log EXct) juga
Hal ini seperti yang ditemukan oleh Dollar
menunjukan pengaruh yang sama yaitu
(1992) dalam Eusufzai: 1996 yang meneliti 95
positif signifikan. Koefisien regresi variabel
negara berkembang. Penelitiannya menun‐
ini menunjukan jika terjadi kenaikan penge‐
jukkan bahwa negara‐negara yang berorien‐
luaran pemerintah total sebesar 1 persen akan
tasi keluar (outward‐oriented) lebih cepat
meningkatkan PDRB perkapita rata‐rata
tumbuh dibandingkan negara yang berorien‐
sebesar 0,227 persen.
tasi ke dalam (inward‐oriented). Perekonomian
Indonesia juga merupakan perekonomian

5 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April 2008: 44 ‐


yang terbuka, selama kepemimpinan Orde (DLOK) yang benilai positif meskipun tidak
Baru perekonomian Indonesia terintegrasi signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa
dengan dunia (Thee, 2003) sehingga penga‐ provinsi yang berada di Pulau Jawa
ruh kegiatan ekspor maupun impor merupa‐ cenderung lebih sejahtera dibandingkan
kan salah satu pendorong pertumbuhan dengan provinsi di luar Jawa. Pembangunan
ekonomi nasional. ekonomi yang tidak merata pada masa Orde
Baru telah menciptakan kesenjangan infra‐
Variabel inflasi berpengaruh negatif
struktur dan fasilitas ekonomi diantara kedua
terhadap pertumbuhan PDRBP meskipun
wilayah tersebut (Tambunan, 2001). Selain
tidak signifikan. Inflasi yang tinggi meniru‐
faktor fisik, perbedaan tersebut juga
kan nilai riil uang. Sejalan dengan penelitian
disebabkan kualitas sumber daya manusia di
Miller dan Russek (1993), Levin dan Renelt
Pulau Jawa jauh lebih baik, sehingga
(1992) bahwa inflasi memberikan dampak
masyarakatnya memiliki kemampuan yang
negatif secara konsisten.
lebih baik untuk menciptakan karya.
Variabel kontrol cenderung konsisten
memberikan pengaruh positif terhadap
KESIMPULAN
pertumbuhan PDRB perkapita. Variabel
binary untuk sumber daya alam (DSDA)
menunjukkan hubungan yang positif signifi‐ Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian
kan, artinya ketersediaan sumber daya alam ini adalah variabel PDRB tahun sebelumnya
berupa tambang di suatu provinsi mening‐ memberikan dampak positif terhadap
katkan PDRB perkapita. Provinsi dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini menunjukkan
sumber daya tambang yang melimpah bahwa kecepatan konvergen yang tinggi
memiliki PDRB perkapita yang lebih besar. akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Adanya kebijakan desentralisasi yang Pengeluaran pemerintah memberikan
dimulai pada tahun 2001 juga mempengaruhi dampak positif terhadap pertumbuhan eko‐
pertumbuhan PDRB perkapita. Variabel nomi, demikian pula variabel openness,
Dummy untuk desentralisasi (DDES) menun‐ sumberdaya alam, lokasi, dan variabel
jukkan pengaruh yang postif di setiap model desentralisasi memberikan dampak positif
dan signifikan. terhadap pertumbuhan ekonomi.

Kebijakan desentralisasi telah memberi‐ Sementara variabel populasi memberi‐


kan peluang dan kesempatan kepada masing‐ kan dampak negatif terhadap pertumbuhan
masing provinsi untuk menciptakan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa
kebijakan yang dapat meningkatkan kesejah‐ penduduk bukan angkatan kerja jumlahnya
teraan masyarakat. Wilayah kekuasaan yang cukup besar sehingga menurunkan rata‐rata
lebih sempit dan penduduk yang lebih produktivitas penduduk yang menjadi
sedikit akan memudahkan pemerintah angkatan kerja yang berdampak negatif
daerah untuk menentukan kebijakan yang terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini juga
tepat dan efektif dalam meningkakan PDRB pada variabel inflasi memberikan dampak
perkpita masyarakatnya. negatif. Hal ini menunjukkan bahwa peran
pemerintah dalam mengendalikan harga
Perbedaan lokasi suatu provinsi ternyata untuk jangka panjang tidak mampu mendu‐
juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kung pertumbuhan ekonomi, tetapi justru
perkapita riil suatu provinsi. Hal ini
ditunjukan oleh variabel binary untuk lokasi

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... (Ahmad Ma’ruf dan Latri Wihastuti) 53


sebaliknya dapat menghambat pertumbuhan Barro, Robert (1990). “Government Spending
ekonomi. in a Simple Model of Endogenous
Growth”, Journal of Political Economy
Penelitian ini mencoba untuk memberi‐
kan bahan masukan bagi pengambil kebija‐ Boediono, (1982). Ekonomi Makro Edisi 4.
kan untuk menetapkan keputusan kebijakan Yogyakarta: BPFE.
di masa yang akan datang terkait dengan
Cheng, Benjamin S and Tin Wei Lai (1997).
peran pengeluaran pemerintah terhadap
“Government Expenditures and Eco‐
pertumbuhan ekonomi. Hasil positif signifi‐
nomic Growth in South Korea: A VAR
kan dari koefisien variabel pengeluaran
Approach”, Journal of Economic Develop‐
pemerintah menunjukan bahwa pemerintah
ment.
masih berperan penting dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini Conte and Darrat (1988). “Economic Growth
perlu disikapi dengan keseriusan dari and the Expanding Public Sector: A
pemerintah untuk mengalokasikan pengelua‐ Reexamination”, Review of Economics and
rannya tersebut pada sektor dan proyek yang Statistics.
produktif. Damodar, N. Gujarati (2003). Basic Economet‐
Hasil penelitian ini masih bersifat rics 4th Edition. New York: McGraw‐Hill
agregat dan belum menganalisis hubungan Departemen Keuangan. (2004). Dasar‐dasar
kedua variabel tersebut secara lebih rinci. Keuangan Publik. Jakarta: Tim Penyusun
Namun hasil penelitian ini diharapkan Badan Pendidikan dan Pelatihan Keua‐
mampu memberikan bahan masukan bagi ngan Depkeu.
pengambil kebijakan dalam merancang
pengeluran pemerintah untuk mendukung Dwi Sutatmi, Bernadetta (2008). Makro Eko‐
pertumbuhan ekonomi. Diharapkan ada nomi Indonesia: Prospek Ekonomi 2008
studi lebih jauh yaitu analisis peran kebijakan Perkembangan Terkini 2007. Jakarta:
fiskal dalam pertumbuhan ekonomi yang Lembaga Penelitian Ekonomi IBII
memisahkan antara kebijakan fiskal untuk Farmer, R. (2002). Macroeconomics, 2nd Edition.
kepentingan produktif seperti investasi South‐Western: Thomson Learning.
publik dan kepentingan yang tidak produktif
Grimes, Arthur, (2003). Economic Growth
seperti konsumsi rutin.
and the Size & Structure of
Government: Implications for New
DAFTAR PUSTAKA Zealand, Dept. of Economics, University of
Waikato
Atkinson, Anthony B and Joseph E. Stiglitz Hyman, David, (2005). Public Finance: A Con‐
(1980). Lectures on Public Economics. New temporary Application of Theory to Policy,
York: McGraw‐Hill 8th Edition. South Western: Thomson
Badan Pusat Statistik. (tt). Statistik Indonesia, Kneller, Richard, Michael Bleaney, and Nor‐
berbagai terbitan. Jakarta: BPS man Gemmell (1999). “Fiscal Policy and
Bania, Gray & Stone (2007). “Growth, Taxes, Growth: Evidence from OECD Coun‐
and Government Expenditures: Growth tries”. Journal of Public Economics
Hills for U.S State”, National Tax Journal.

5 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April 2008: 44 ‐


Kuncoro, Mudrajad, (2003). Ekonomi Pemba‐ Ram (1986). “Government Size an Economic
ngunan: Teori, Masalah dan Kebijakan. Growth: A New Framework and Some
Yogyakarta: UPP AMP YKPN Evidence from Cross‐Section and Time‐
Series Data”, American Economic Review.
Landau (1985). “Government Expenditure
and Economic Growth: A Cross‐ Rodrik, Dani (1998). “Why Do More Open
Country Study”, Southern Economic Economies Have Bigger Government?”,
Journal Journal of Political Economy
Loizides and Vamvoukas, (2001). Govern‐ Rossen, Harvey. S. (1999). Public Finance, 5th
ment “Expenditure and Economic Edition. New York: McGraw‐Hill.
Growth: Evidence from Trivariate Cau‐
Seda, Frans. (2004). Kebijakan Anggaran
sality Testing”, Journal of Applied
Penerimaan & Belanja Negara (APBN)
Economics
Berimbang dan Dinamis. Dalam Kebija‐
Maddala, G.S (2001). Introduction to Econome‐ kan Fiskal: Pemikiran, Konsep & Imple‐
trics, 3th Edition. England: John Wiley & mentasi. (Editor: Heru Subiyantoro,
Sons, Ltd Ph.D dan Dr. Singgih Riphat, APU).
Jakarta: Kompas.
Mankiw, N. Gregory, (2005). Macroeconomics,
6th Edition, New York: Worth Publishers Sjoberg, (2003). “Government Expenditure
Effect on Economic Growth the Case of
Mangkoesoebroto, Guritno, (2001). Ekonomi
Sweden 1960‐2001”, Working Paper,
Publik, Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE
World Bank
Miller and Russek (1993). Fiscal Structures and
Suparmoko, M (2002). Ekonomi Publik untuk
Economic Growth: International Evidence,
Keuangan & Pembangunan Daerah. Yog‐
Working Paper, University of Connecti‐
yakarta: Andi.
cut.
Singh and Sahni (1984). “Causality between
Nijkamp, Peter and Jacques Poot (2003).
Public Expenditure and National Inco‐
“Meta‐Analysis of the Impact of Fiscal
me”, Review of Economics and Statistics
Policies on Long‐Run Growth”, Discus‐
sion Paper TI2002‐028/3 (March 2003 Sinha (2000). “Government Expenditure and
version), Tinbergen Institute; forth‐ Economic Growth in Malaysia”, Journal
coming in European Journal of Political of Economic Development
Economy.
Stiglitz, Joseph.E. (2000). Economics of the
Park (2006). Expenditure Composition and Dis‐ Public Sector, 3th Edition. New York/
tortionary Tax for Equitable Economic London: W.W. Norton & Company.
Growth, Working Paper, International
Tan (2003). “Does Wagner’s Law or the
Monetary Fund.
Keynesian Paradigm Hold in the Case
Parkin, Michael. (1993). Macroeconomics, 2nd of Malaysia”, Thammasat Review, Uni‐
Edition. United States of America: Addi‐ versity of Malaya
son Wesley Publishing
Todaro, Michael P. and Smith, Stephen C
Pevcin (2003). Does Optimal Size of Govern‐ (2003). Economic Development. UK: Pear‐
ment Spending Exist?, University of son Education Limited.
Ljubljana.

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... (Ahmad Ma’ruf dan Latri Wihastuti) 55

Anda mungkin juga menyukai