Anda di halaman 1dari 9

PEREKONOMIAN INDONESIA

REVIEW JURNAL NASIONAL


“PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA:
DETERMINAN DAN PROSPEKNYA”

APRILIA DWIHANA SAJIDAH – 43121010142

UNIVERSITAS MERCU BUANA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
No Jurnal: Nomor 1

Judul Artikel: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Determinan dan


Prospeknya

Topik: Pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah proses


peningkatan output dari waktu ke waktu dan menjadi
indicator penting.

Data: Menurut teori Solow dan Swan (1956), pertumbuhan


ekonomi neoklasik tidak dapat mempengaruhi peran
pemerintah dalam pertumbuhan atau dalam hal pengeluaran
atau pajak (Kneller, et al., 1999). Pertumbuhan ekonomi
hanya dipengaruhi oleh stok modal, tenaga kerja dan
teknologi yang bersifat eksogen. Ada juga teori
pertumbuhan endogen yang menyatakan bahwa investasi
modal fisik dan manusia berperan dalam menentukan
pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Kelompok teori ini
juga mendalilkan bahwa keberadaan infrastruktur,
peraturan perundang-undangan, stabilitas politik, kebijakan
pemerintah, birokrasi, dan basis pertukaran internasional
merupakan faktor penting yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi.

Antara lain, Cheng (1997) melakukan penelitian di negara-


negara Asia. Dengan menggunakan pendekatan Vector
Autoregressive (VAR), Cheng menunjukkan bahwa
pengeluaran pemerintah berpengaruh positif signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Korea Selatan. Singh
dan Sahni (1984) dan Ram (1986) menemukan penelitian
lain yang juga menunjukkan bahwa peningkatan
pengeluaran publik berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, ada juga penelitian
yang menunjukkan pentingnya hubungan antara kedua
variabel tersebut, namun pola hubungannya cenderung
negatif. Penelitian ini antara lain dilakukan oleh Landau
(1986) dan Russek (1990).

Sebagai instrumen penting dari kebijakan fiskal, belanja


publik harus mampu mendorong perekonomian dan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Negara
mengoptimalkan peran tersebut dengan meningkatkan
pengeluaran (share) dalam produk domestik bruto (PDB).
Peran negara dalam perekonomian tercermin dari porsi
belanja sektor komersial terhadap total belanja yang
cenderung meningkat. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis dampak belanja publik dan variabel lain
(defisit fiskal, keterbukaan, inflasi dan jumlah penduduk)
terhadap pertumbuhan ekonomi. Sekaligus diharapkan
kemanfaatan penelitian ini dapat melengkapi literatur di
bidang keuangan publik dan menjadi referensi untuk
penelitian selanjutnya, serta memberikan masukan dan
informasi kepada pemerintah sebagai pengambil keputusan
dan kepada semua pihak. tertarik dengan studi tersebut.
dampak anggaran pemerintah, khususnya pengeluaran,
terhadap pertumbuhan ekonomi.

Secara umum teori pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan


menjadi dua kelompok, yaitu teori pertumbuhan ekonomi
klasik dan teori pertumbuhan ekonomi modern. Dalam teori
pertumbuhan ekonomi klasik, analisis didasarkan pada
keyakinan akan efektifitas mekanisme pasar bebas. Teori
ekonomi klasik adalah teori yang dikembangkan oleh para
ekonom yang hidup pada abad ke-18 dan awal abad ke-20.
Ekonom klasik ini termasuk Adam Smith, David Ricardo,
dan W.A. Lewis.

Teori lain untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi adalah


teori pertumbuhan ekonomi modern. Ciri umum teori ini
mengakui peran penting pemerintah dalam perekonomian
untuk mengatasi kegagalan sistem pasar bebas. Kelompok
ini umumnya tidak mengakui keefektifan sistem pasar
bebas tanpa campur tangan pemerintah. Teori pertumbuhan
ekonomi Harrord Domar merupakan salah satu teori
pertumbuhan modern.
Metode/Algoritma: Kajian ini menggunakan data tahunan dari 26 provinsi di
Indonesia dari tahun 1980 hingga 2006. Penggunaan data
panel dalam kajian ini diharapkan dapat memberikan
informasi yang lebih komprehensif dan dengan jumlah
observasi yang lebih banyak dapat menunjukkan asosiasi
yang lebih realistis (Nijkamp dan Poot)., 2003). Jangka
waktu yang dipilih diharapkan dapat memperhitungkan
perubahan politik yang signifikan terhadap penyusunan
APBN dan mempengaruhi tingkat belanja pemerintah.

Sistem persamaan yang digunakan mengacu pada model


yang dikembangkan oleh Miller dan Russek (1993) tentang
hubungan antara struktur keuangan publik dan
pertumbuhan ekonomi. Model dianalisis menggunakan
metode regresi ekonometrika data panel. Model yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:

Log (PDRBPct) = a1 + a2Log (PDRBPct-1) + a3Log


(EXct) + a4Log (DEFct) + a5Log (OPNct) + a6Log (INFct)
+ a7Log (POPct) + a8Dsda + a9Dlok + a10.

Informasi:
Log(PDRBPct) = Pendapatan kotor per kapita riil daerah
Log(PDRBPct‐1) = Pendapatan kotor per kapita riil daerah
pada tahun sebelumnya
Log(EXct) = Pengeluaran pemerintah aktual
Log(DEFct) = Defisit pemerintah aktual
Log(OPNct) = Tingkat pembukaan ekonomi riil
Log(INFct) = Inflasi
Log(POPct) = Populasi
Dsda = Media Biner
Dlok = Lokasi Biner
Ddes = Desentralisasi Kosong
ect = Istilah Kesalahan

Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah


analisis data panel. Data panel atau pooled data merupakan
gabungan dari data time series dan data cross-sectional.

> Tes Statistik


Uji signifikansi variabel (uji-t). Tujuan pengujian ini adalah
untuk mengukur signifikansi masing-masing variabel dalam
model regresi. Jika nilai "t" statistik yang diperoleh dengan
regresi secara signifikan jauh dari nol pada tingkat
signifikansi tertentu, variabel tersebut signifikan secara
statistik. Tesnya bisa di dua sisi (dua ujung) atau di satu sisi
(satu ujung). Uji dua sisi adalah uji hipotesis yang menolak
hipotesis nol ketika nilai statistik memiliki perbedaan yang
signifikan lebih besar atau lebih kecil dari parameter
populasi yang dihipotesiskan. Uji signifikansi secara
simultan (Uji F). F-Statistic mengukur signifikansi variabel
secara simultan dalam model. Uji R2 R2 R2 dapat
dilakukan setelah kita melakukan regresi. R2 mengukur
fraksi dari variasi total dalam Y yang dapat dijelaskan
dengan hubungan linier antara Y dan X, di mana R2
berkisar dari 0 hingga 1.

> Tes Pemilihan Model


Keputusan untuk menggunakan FEM atau REM ditentukan
dengan mempertimbangkan bahwa FEM lebih tepat ketika
mengasumsikan bahwa εi dan variabel independen X
berkorelasi. Sebaliknya, jika εi dan variabel bebas X tidak
berkorelasi, lebih baik memilih REM. Beberapa
pertimbangan yang dapat dijadikan pedoman dalam
memilih antara FEM dan REM antara lain (Judge, et al.,
1985:489-491):
1. Jika T (jumlah unit dalam deret waktu) besar sedangkan
N (jumlah unit cross-sectional) kecil, hasil dengan efek
tetap dan efek acak tidak jauh berbeda satu sama lain, oleh
karena itu pendekatan yang lebih sederhana untuk
perhitungan dapat diambil, yaitu model efek tetap.
2. Jika N besar dan T kecil, maka hasil estimasi kedua
pendekatan tersebut sangat berbeda. Jadi jika kita yakin
bahwa penampang unit yang kita pilih dalam penelitian ini
diambil secara acak, maka efek acak harus digunakan.
Sebaliknya, jika kita yakin bahwa bagian unit yang kita
pilih untuk penelitian ini tidak acak, kita harus
menggunakan efek tetap.
3. Jika komponen kesalahan tunggal εi berkorelasi dengan
variabel bebas X, maka parameter yang diperoleh dengan
efek acak adalah bias sedangkan parameter yang diperoleh
dengan efek tetap tidak bias.
4. Jika N besar dan T kecil, dan asumsi yang mendasari
efek acak dapat dipenuhi, maka efek acak lebih efektif
daripada efek tetap.

> Tes Akar Unit


Uji akar unit adalah uji fase awal dari suatu kumpulan data
yang tujuannya untuk menentukan stasioneritas data. Data
konstan diperlukan agar hasil estimasi tidak mendukung
regresi (Enders, 1995).

Abstrak: Studi ini menganalisis dampak pengeluaran pemerintah dan


beberapa variabel lain yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi jangka panjang tingkat provinsi di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan analisis data panel yang terdiri
dari 26 provinsi dari tahun 1980-2006. Data yang
digunakan diuji stasioneritasnya menggunakan uji
Augmented Dickey Fuller (ADF)-Fisher untuk data panel,
seperti yang direkomendasikan oleh Madalla dan Wu
(1999).

Akibatnya, data tersedia pada tingkat perbedaan pertama.


Studi ini menunjukkan bahwa koefisien riil pengeluaran
publik secara signifikan positif. Artinya, pengeluaran
pemerintah berperan penting dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Studi ini menganalisis
dampak belanja publik secara keseluruhan. 
Hasil: Untuk hasil analisis data digunakan uji augmented Dickey-
Fuller-Fisher (ADF-Fisher) yang diawali dengan uji
stasioneritas data panel yang direkomendasikan oleh
Maddala dan Wu (1999) dengan hasil seperti pada Tabel 1.
Dari Tabel 1 terlihat bahwa semua variabel stasioner pada
derajat pertama (perbedaan pertama) dan signifikan pada α
= 1% (0,01).

Tabel 2 menunjukkan hasil estimasi data panel pada suatu


model dengan total 453 observasi pada periode observasi
1980-2006. Estimasi ini memberikan dukungan empiris
terhadap hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan
belanja publik, serta beberapa variabel penting. Inflasi,
keterbukaan dan populasi. Estimasi tersebut juga mencakup
variabel kontrol berupa dummy krisis, sumber daya alam,
desentralisasi dan lokasi. Tabel 2 merupakan hasil estimasi
variabel dependen Real Regional Gross Domestic Product
per kapita (log PDRBPct) per provinsi. Untuk
menggambarkan tingkat konvergensi antar wilayah,
digunakan variabel (Log PDRBct-1) yang mewakili produk
domestik bruto aktual per kapita per provinsi pada tahun
sebelumnya. Variabel ini menunjukkan hubungan positif
yang signifikan pada semua model. Artinya, tingkat
konvergensi yang tinggi di Indonesia menyebabkan
peningkatan PDB per kapita per provinsi.

Model estimasi diimplementasikan dengan memasukkan


semua variabel pajak, variabel kontrol dan variabel makro
penting lainnya ke dalam model. Hasilnya, semua variabel
keuangan publik berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan produk domestik bruto per kapita.
Defisit anggaran pemerintah negara bagian (Log DEFct)
menunjukkan pengaruh positif yang signifikan, sesuai
dengan hipotesis penelitian ini. Peningkatan defisit
anggaran sebesar 1 persen meningkatkan produk nasional
bruto rata-rata per kapita sebesar 0,057 persen.

Total pengeluaran publik (log EXct) juga memiliki efek


yang sama, yang jelas positif. Koefisien regresi variabel ini
menunjukkan bahwa untuk kenaikan total belanja publik
sebesar 1 persen, rata-rata produk nasional bruto per kapita
meningkat sebesar 0,227 persen. Setiap variabel kontrol
menunjukkan hasil yang sama. Kepemilikan Sumber Daya
Alam (DSDA) berpengaruh positif, artinya provinsi yang
memiliki sumber daya alam berupa pertambangan memiliki
pertumbuhan ekonomi lebih tinggi sebesar 0,29 persen.

Adanya desentralisasi (DDES) juga mempercepat


pertumbuhan ekonomi provinsi sebesar 0,13 persen.
Variabel lainnya yaitu inflasi (INFct) dan populasi (POPct)
masing-masing memiliki pengaruh negatif yang signifikan.
Sebaliknya, keterbukaan ekonomi (OPNct) menunjukkan
efek positif yang jelas sebesar 0,127 persen. 
Kesimpulan: Hasil dari penelitian ini adalah variabel produk domestik
bruto tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
konvergensi yang tinggi mempercepat pertumbuhan
ekonomi. Pengeluaran pemerintah berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi, dan variabel keterbukaan,
sumber daya alam, lokasi dan desentralisasi berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Hasil dari penelitian ini adalah variabel produk domestik


bruto tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
konvergensi yang tinggi mempercepat pertumbuhan
ekonomi. Pengeluaran pemerintah berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi, dan variabel keterbukaan,
sumber daya alam, lokasi dan desentralisasi berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Variabel populasi berpengaruh negatif terhadap


pertumbuhan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah
penduduk yang tidak bekerja cukup besar untuk
menurunkan produktivitas rata-rata penduduk yang bekerja,
yang berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginformasikan
pembuat kebijakan tentang keputusan kebijakan masa
depan terkait dengan peran belanja publik dalam
pertumbuhan ekonomi.

Hasil penelitian ini masih bersifat pooling dan tidak


menganalisis lebih lanjut hubungan kedua variabel tersebut.
Namun, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu
pembuat kebijakan merencanakan belanja publik untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi. Diharapkan dapat
dilakukan penelitian lebih lanjut yaitu analisis peran
kebijakan fiskal dalam pertumbuhan ekonomi, memisahkan
kebijakan fiskal dari manfaat produktif seperti investasi
publik dan manfaat non produktif seperti konsumsi rutin. 

Penulis: Ahmad Ma'ruf dan Latri Wihastuti

Nama jurnal, Volume, Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan, Volume 9,


Nomor, Tahun: Nomor 1, April 2008: 44-55

Ulasan Artikel: Dalam penelitian sebelumnya, pembukaan ekonomi


berpengaruh positif terhadap pertumbuhan. Perekonomian
suatu negara yang terintegrasi dengan perekonomian dunia
memiliki peluang yang lebih besar untuk memperluas pasar
dan meningkatkan daya saing untuk mencapai efisiensi.
Inilah yang ditemukan Dollar (1992) dalam Eusufzai:
1996, yang meneliti 95 negara berkembang. Penelitiannya
menunjukkan bahwa negara-negara yang menghadap ke
luar tumbuh lebih cepat daripada negara-negara yang
menghadap ke dalam.

Perekonomian Indonesia juga merupakan perekonomian


terbuka, pada masa kepemimpinan Orde Baru
perekonomian Indonesia begitu terintegrasi dengan dunia
(Thee, 2003) sehingga dampak kegiatan ekspor dan impor
menjadi salah satu mesin pertumbuhan ekonomi nasional.
Kebijakan desentralisasi telah memberikan peluang kepada
setiap provinsi untuk membuat kebijakan yang dapat
meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Tanggung jawab yang lebih sempit dan populasi yang lebih


kecil memudahkan pemerintah daerah untuk menentukan
kebijakan yang tepat dan efektif untuk meningkatkan PDB
per kapita penduduknya. Perbedaan posisi provinsi juga
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi riil per kapita
provinsi tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan variabel
binary positional (DLOK) yang bernilai positif walaupun
tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa provinsi yang
terletak di pulau Jawa secara umum lebih sejahtera
dibandingkan dengan provinsi di luar Jawa. 

Pembangunan ekonomi yang tidak merata pada masa Orde


Baru menimbulkan kesenjangan infrastruktur dan fasilitas
ekonomi antara kedua wilayah (Tambunan, 2001). Selain
faktor fisik, perbedaan tersebut juga karena kualitas SDM
Jawa yang jauh lebih tinggi sehingga mampu menciptakan
karya. 

TABEL 1

TABEL 2

Anda mungkin juga menyukai