Anda di halaman 1dari 10

MediaTrend 14 (2) 2019 p.

219-228

Media Trend
Berkala Kajian Ekonomi dan Studi Pembangunan
http://journal.trunojoyo.ac.id/mediatrend

Inflasi dan Siklus Bisnis Politik di Indonesia

Fitri Kartiasih1*

1
Politeknik Statistika STIS

Informasi Artikel ABSTR ACT


Sejarah artikel: This study aims to analyze the relationship between the political business cycle,
Diterima Februari 2019 inflation, the money supply (M1), the exchange rate, real GDP and real GDP
Disetujui Oktober 2019
Dipublikasikan Oktober growth in Indonesia. The data used in this study are quarterly data sourced
2019 from the Central Statistics Agency and Bank Indonesia with the study period
starting in 2002: Q1 to 2018: Q3. The first estimation results using the Ordinary
Keywords: Least Square (OLS) method show that during the election period inflation will
Political Business Cycles,
inflation, go down, but it has no significant effect. Post-election, inflation has increased.
Exchange Rate, The Indonesian government during the 5 regimes showed that there was a cycle
Money Supply of expansion of economic growth, namely the end of the administration period
except for Susilo Bambang Yudhoyono the second last period. Estimation results
also show that the relationship between economic GDP growth with the political
cycle is not significant, while the estimation results of the relationship between
the money supply and the exchange rate with a significant political cycle. The
results of this study also provide information that the political cycle in Indonesia
is from the monetary side.

© 2019 MediaTrend
Penulis korespondensi:
E-mail: fkartiasih@stis.ac.id

DOI: http://dx.doi.org/10.21107/mediatrend.v14i2.4978
2460-7649 © 2019 MediaTrend. All rights reserved.
Inflasi Dan Siklus....... MediaTrend 14 (2) 2019 p.219-228

PENDAHULUAN harus menjadi perhatian yaitu pertumbuhan


Political Business Cycles (PBC) ekonomi dan inflasi, dimana terdapat
atau Siklus Bisnis Politik adalah siklus tradeoff antara kedua hal tersebut yang
ekonomi makro yang disebabkan oleh dapat digambarkan dalam Kurva Philips
siklus politik. Siklus ini dipicu oleh (SUKANTO, 2015). Inflasi akan terjadi jika
sekuens pemilihan presiden, terbentuknya permintaan agregat perekonomian me-
pemerintahan, bekerjanya pemerintahan, lebihi kapasitas produksi perekonomian,
dan pemilihan untuk termin berikutnya. namun sebaliknya, jika inflasi ingin ditekan
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh terlalu rendah, konsekuensinya pertum-
Nordhaus (1975). Teori siklus bisnis politik buhan juga akan lebih rendah (Dritsaki &
merumuskan persepsi umum bahwa poli- Dritsaki, 2013).
tisi menggunakan kebijakan ekonomi yang Masyarakat sebagai pemilih me-
ekspansif dalam periode pra pemilu untuk nyukai pertumbuhan ekonomi yang tinggi
meningkatkan peluang mereka untuk dipi- dan kurang menyukai inflasi. Intinya bagi
lih kembali. pemerintah tugasnya menjadi tidak mudah
Theoretical framework dari PBC karena harus menyeimbangkan pilihan
dikembangkan oleh Nordhaus pada kebijakan. Kompetensi dari pemerintah
tahun 1975. Model Nordaus ini banyak di- dicerminkan oleh kemampuan menghasil-
gunakan sebagai dasar untuk studi-studi kan pertumbuhan ekonomi yang layak
empiris. Model Nordaus (1975) didasari tanpa harus menimbulkan inflasi yang
oleh Kurva Phillips, dengan asumsi tinggi atau menyeimbangkan antara
pemilih adalah identik dan dicontohkan pertumbuhan dan inflasi. Kompetensi inilah
oleh pemilih perwakilan dan pemilih menyu- yang dinilai masyarakat dalam setiap
kai tingkat pengangguran dan inflasi yang siklus pemilu.
rendah. Pemilih memiliki memori yang Sejumlah penelitian telah banyak
singkat tentang masa lalu dan mereka melakukan analisa mengenai PBC baik
cenderung memiliki tingkat diskon yang di negara maju dan berkembang. Literatur
tinggi. Pemilih juga membangun harapan terdahulu tentang PBC secara umum
mereka secara adaptif dan mereka tidak dapat dibagi menjadi tiga kategori
memiliki pandangan ke masa depan. Satu- (Sieg & Batool, 2012). Kategori pertama
satunya keinginan para politisi adalah ter- mencoba untuk menemukan siklus
pilih kembali dan para politisi mengabaikan politik pada outcome makro ekonomi.
stabilitas ekonomi sebagai tujuan utama Model ini fokus pada empat indikator
mereka. makro ekonomi yaitu pertumbuhan, inflasi,
Brender & Drazen, (2008) me- pengangguran, dan pendapatan. Jangka
ngasumsikan bahwa pemilih memiliki pendek hasil kebijakan pada pertumbuhan
ekspektasi rasional, namun terdapat dan pengangguran mungkin tidak cukup
informasi asimetris mengenai tingkat jelas bagi pemilih, jadi pemerintah men-
kompetensi dari petahana (incumbent). coba untuk menstimulus variabel-variabel
Petahana akan melakukan kebijakan fiskal kebijakan yang memiliki manfaat moneter
dengan meningkatkan belanja pemerintah langsung kepada pemilih seperti transfer
untuk meningkatkan kinerja ekonomi pemerintah, pemotongan pajak, subsidi,
makro pada periode pra-pemilihan dalam dan sebagainya. Kategori kedua yaitu
upaya untuk memberi sinyal kompe- PBC yang lebih fokus pada instrumen ke-
tensi sehingga dapat memberikan kesan bijakan dibandingkan dengan outcome
yang baik kepada pemilih dan mening- makro ekonomi. Kategori ketiga yaitu PBC
katkan peluang bagi mereka untuk dapat yang fokus pada kebijakan moneter (juga
dipilih kembali. Terdapat dua hal yang dikenal sebagai political monetary cycle)

220
Fitri Kartiasih. MediaTrend 14 (2) 2019 p.219-228

(Hung & Hsieh, 2015). variabel makro ekonomi, maka dalam


Model PBC memiliki hasil empiris penelitian ini menggunakan prosedur
yang berbeda-beda di berbagai negara. autoregressive untuk menentukan
Bukti adanya PBC telah ditemukan di AS bagaimana pemilihan umum mempe-
untuk pembayaran transfer dan kebijakan ngaruhi perilaku dari variabel-variabel
moneter dan di Inggris untuk pengeluaran makro ekonomi terutama variabel
pemerintah dan pengangguran. Model moneter. Sebagian besar uji empiris
PBC tidak berlaku di AS untuk pengang- untuk PBC mengandalkan asumsi bahwa
guran dan PDB. variabel makro ekonomi dihasilkan
Penelitian mengenai PBC di dari proses kovarians-stasioner yang
Indonesia lebih banyak membahas po- dapat diestimasi menggunakan regresi
litical budget cycle di tingkat pemerin- autoregresif yang terbatas.
tah daerah. Penelitian Prabowo, (2016) Model yang digunakan dalam
menemukan bahwa alokasi dana hibah penelitian ini merupakan modifikasi dari
dan pengeluaran dana sosial di daerah model (Sieg & Batool, 2012) dapat ditulis-
incumbent selama tahun pemilu kan sebagai berikut:
lebih tinggi dari pada sebelum pemilihan.
Kis-Katos & Schulze, (2013) menganalisis
efek PBC untuk pemilihan tidak langsung Keterangan : adalah variabel siklus; D1
dan langsung di Indonesia dan menemu- adalah dummy pilpres dimana bernilai satu
kan bahwa PBC signifikan ada di kabu- (1) untuk tahun berlangsungnya pilpres,
paten-kabupaten di Indonesia hanya untuk bernilai nol (0) jika lainnya; D2 adalah dum-
pemilihan langsung, bukan untuk pemilihan my pilpres dimana bernilai satu (1) untuk
tidak langsung, dan PBC secara signifi- tahun berlangsungnya pilpres dan satu
kan lebih kuat ketika calon-calon presiden tahun sebelum berlangsungnya pilpres,
mencalonkan diri untuk dipilih kembali. bernilai nol (0) jika lainnya; D3 adalah
Winoto & Falikhatun, (2015) meneliti dummy pilpres dimana bernilai satu (1)
kemungkinan penyalahgunaan dana untuk satu tahun sesudah berlangsung-
diskresioner dalam anggaran pemerintah nya pilpres, bernilai nol (0) jika lainnya;
daerah, tetapi tidak ditemukan adanya adalah error term. Pendekatan analisis
indikasi penyalahgunaan dana hibah dan intervensi ini menguji perubahan dalam
bantuan sosial sebelum pemilihan lokal proses yang mendasari pemilihan. Jadi
pada tahun 2015. Indonesia belum penelitian ini menekankan untuk meli-
banyak literatur yang membahas PBC dari hat tanda dan signifikansi dari parameter
sisi moneter, sehingga paper ini mencoba
untuk mengisi gap tersebut. Penelitian ini Data yang akan digunakan dalam
bertujuan untuk menganalisis hubungan penelitian ini adalah data kuartalan ber-
antara siklus bisnis politik, inflasi, jumlah sumber dari Badan Pusat Statistik dan
uang beredar (M1), kurs, PDB riil dan per- Bank Indonesia dengan periode peneli-
tumbuhan PDB riil di Indonesia. tian mulai tahun 2002:Q1 sampai dengan
2018:Q3. Variabel siklus yang diguna-
METODE PENELITIAN kan adalah inflasi, PDB riil, pertumbu-
Literatur empiris mengenai PBC han PDB riil, jumlah uang beredar (M1)
terutama bergantung pada reduced-form dan kurs. Lag dari variabel dependent
autoregressive dari model time-series. setidaknya mengandung empat kuartal
Karena penelitian ini tidak bertujuan dikarenakan sifat musiman (seasonal)
untuk mengidentifikasi faktor-faktor dari data yaitu pada persamaan (1).
lain yang juga mempengaruhi berbagai Struktur lag yang optimal digunakan kriteria

221
Inflasi Dan Siklus....... MediaTrend 14 (2) 2019 p.219-228

Schwarz, dimana untuk sampel periode Nilai tertinggi tercapai jika dengan hanya
penelitian ini tidak diperlukan lag tamba- satu lemparan bola seluruh sasaran dapat
han. Berdasarkan Sieg & Batool (2012), dijatuhkan. Semua kegiatan dalam satu
untuk menguji dampak politik terhadap rantai nilai (value chain) sangat bergan-
variabel makroekonomi, maka dalam tung pada infrastruktur.
penelitian ini digunakan variabel dummy Model siklus bisnis politik yang
politik atau dummy pemilihan presiden selama ini menganggap kapasitas
yang dibagi menjadi tiga yaitu D1, D2 dan produksi perekonomian tak berubah
D3.
Tabel 1.
Tanggal Pemilihan Umum/Presiden Pasca Orde Baru

HASIL DAN PEMBAHASAN karena stimulasi perekonomian dilakukan


Siklus bisnis dan politik lima pada permintaan agregat dilakukan se-
tahunan diyakini membawa dampak cara musiman untuk memengaruhi kinerja
positif bagi perekonomian. Petahana akan perekonomian jangka pendek sehingga
melakukan upaya keras untuk melun- menimbulkan pola siklus karena harus
curkan stimulus sehingga perekonomian dilakukan lagi sesuai dengan waktu dari
tumbuh lebih tinggi. Kecenderungan pemilu. Model pemerintahan Jokowi
itu terlihat dalam setiap momen poli- cukup berbeda dengan model klasik
tik terkait dengan pemilu. Sejak zaman siklus bisnis politik karena yang dilakukan
Presiden Megawati hingga Presiden dari semula adalah membangun infra-
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), struktur yang dalam jangka panjang akan
kinerja ekonomi selalu bertumbuh meningkatkan kapasitas produksi per-
menjelang momen pemilu. Peralihan ekonomian sebagai dasar dari pening-
dari Megawati ke SBY, pertumbuhan katan produktivitas semua pelaku dalam
ekonomi naik dari 4,8% ke level 5%, namun perekonomian. Model siklus bisnis politik
setelah itu ekonomi menurun dan kembali klasik perlu direvisi menjadi model jangka
meningkat jelang periode kedua SBY dari panjang (Klose, 2012).
4,5% menjadi 6%. Inflasi
Perbedaan strategi pemerintahan Inflasi yang terjadi di Indonesia
sebelumnya, pemerintahan Jokowi me- mulai dari periode 2000:Q1 sampai dengan
milih untuk memusatkan diri pada pem- 2018:Q3 ditunjukkan oleh Gambar 1. Teori
bangunan infrastruktur. Strategi ini ber- siklus bisnis politik menyatakan bahwa
lainan dengan konsep sektoral dimana inflasi akan turun pada awal masa
aksi direncanakan dan dilakukan untuk pemerintahan, namun untuk kasus
setiap sektor, strategi infrastruktur ini mirip Indonesia hanya terlihat pada masa
dengan strike dalam permainan bowling. awal pemerintahan Presiden Megawati
222
Fitri Kartiasih. MediaTrend 14 (2) 2019 p.219-228

Sumber: BPS
Gambar 1.
Inflasi di Indonesia

Soekarno Putri (MSW) dan Presiden downturn perekonomian. Presiden Susilo


Jokowi (JKW) seiring dengan Bambang Yudhoyono (SBY 1) masa awal,
koreksi pertumbuhan ekonomi yang terjadi. meskipun terjadi downturn perekonomian
Secara umum kondisi pereko- namun inflasi tinggi karena pengaruh
nomian Indonesia menggambarkan meningkatnya harga minyak dunia pada
adanya tradeoff antara pertumbuhan periode tahun 2005 dan juga dikarenakan
ekonomi dan inflasi, ketika terjadi ekspansi adanya kenaikan harga Bahan Bakar
ekonomi inflasi juga tinggi. Inflasi yang Minyak (BBM) sebanyak 2 kali.
lebih rendah tercapai saat terjadi

Sumber: BPS
Gambar 2.
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

223
Inflasi Dan Siklus....... MediaTrend 14 (2) 2019 p.219-228

Masa pemerintahan Susilo Bambang politik yang diajukan pada pemilu selanjut-
Yudhoyono awal, inflasi tidak bisa ditu- nya, sedangkan downturn perekonomian
runkan di level rendah karena adanya hanya terdapat pada awal pemerintahan
gangguan pasokan bahan makanan aki- Susilo Bambang Yudhoyono 1 (5,96% di
bat faktor cuaca baik di domestik maupun 2005Q1 menjadi 5,11% di 2005Q4) dan
global. Joko Widodo (5,04% di 2014Q4 men-
Pertumbuhan Ekonomi jadi 4,66% pada 2015Q2). Masa awal
Selama kurun waktu 5 rezim Susilo Bambang Yudhoyono 2 tidak terjadi
pemerintahan, terlihat adanya siklus downturn pertumbuhan ekonomi karena
ekspansi pertumbuhan ekonomi pada efek capital inflow ke emerging markets,
akhir periode pemerintahan kecuali pada termasuk Indonesia sebagai efek Global
akhir pemerintahan Susilo Bambang Financial Crisis di USA yang merembet ke
Yudhoyono 2. Akhir masa pemerintahan negara maju lainnya.
Presiden Abdurahman Wahid (AW) tidak Gambar 3 menunjukkan ekspansi
terdapat ekspansi karena dilanjutkan oleh ekonomi dengan kebijakan fiskal. Ekspan-
MSP (dapat dikecualikan dari siklus bis- si pertumbuhan ekonomi melalui ma-
nis karena rezim digantikan MSP tanpa nipulasi Aggregate Demand (AD) masa
proses pemilu). Gambar 2 dapat dilihat pemerintahan Megawati Soekarno Putri
bahwa ekspansi terbesar pada akhir dilakukan dengan cara privatisasi BUMN
pemerintahan Megawati Soekarno Putri, untuk pembayaran utang luar negeri. Masa
pertumbuhan ekonomi meningkat dari 4,10 Susilo Bambang Yudhoyono 1 ekspansi
% (YOY) pada 2004Q1 menjadi 7,16% AD dilakukan melalui peningkatan belanja
(YOY) pada 2004Q4. pemerintah dari semula 5,26% (YOY)

Sumber: BPS
Gambar 3.
Ekpansi Ekonomi dengan Kebijakan Fiskal

Pemerintahan Susilo Bambang di 2008Q1 menjadi 16.32% (YOY) di
Yudhoyono 2 masa akhir tidak melaku- 2009Q2. Peningkatan belanja pemerintah
kan ekspansi karena sudah tidak dapat dalam rangka ekspansi pertumbuhan
mengajukan diri sebagai presiden dan ekonomi juga dilakukan pada akhir masa
tidak terdapat calon presiden dari partai pemerintahan Joko Widodo dengan cara

224
Fitri Kartiasih. MediaTrend 14 (2) 2019 p.219-228

pembangunan infrastruktur. pemerintahan JKW, bank sentral harus


Laju inflasi tertahan akibat ekspan- menjaga stabilitas nilai tukar se-
si perekonomian periode sebelumnya, hingga suku bunga kebijakan naik.
pada masa awal pemerintahan Susilo Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan Jumlah
Bambang Yudhoyono 1 mengurangi Uang Beredar
belanja fiskal dan bank sentral Sejak awal masa pemerintahan
meningkatkan suku bunga kebijakan. JKW, perekonomian mengalami tan-
Awal pemerintahan Susilo Bambang tangan yaitu melemahnya sektor
Yudhoyono 2, hanya dilakukan melalui swasta sebagai dampak membai-
konsolidasi fiskal (mengurangi knya perekonomian negara maju,
belanja pemerintah). Suku bunga terutama Amerika Serikat. Belanja pemer-
kebijakan bank sentral dipertahankan intah dipertahankan tinggi untuk menjaga
(tidak naik) untuk menahan laju capital koreksi pertumbuhan yang terlalu dalam.
inflow yang berlebihan paska Global Suku bunga kebijakan bank sentral
Financial Crisis pada tahun 2008-2009 juga dipertahankan (tidak naik) untuk
(mengurangi efek sudden reversal). menstimulus sektor swasta.

Sumber: Bank Indonesia


Gambar 4.
Ekpansi Ekonomi dengan Kebijakan Moneter

Gambar 4 dapat dilihat bahwa Nilai tukar nominal rupiah terhadap


dari sisi kebijakan moneter, pada akhir US$ atau USD menunjukkan tren yang
pemerintahan Megawati Soekarno Putri meningkat (depresiasi) menjelang pemilu
dan Susilo Bambang Yudhoyono 1, bank kecuali pada masa pemerintahan SBY 1.
sentral menurunkan suku bunga kebijakan Kemudian pasca pemilu, nilai tukar rupiah
untuk mendorong ekspansi ekonomi. akan turun (apresiasi). Perkembangan
Teori siklus politik, menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap USD mulai
pada masa akhir pemerintahan SBY-2 tahun 2000:Q1 sampai dengan 2008:Q3
tidak melakukan ekspansi ekonomi ditunjukkan oleh Gambar 5. Pertumbuhan
sehingga suku bunga kebijakan bank jumlah uang beredar (M1) seperti pada
sentral dipertahankan dalam level Gambar 6 menunjukkan pola yang acak
yang sama. Sementara pada akhir tapi mengandung unsur seasonal.

225
Inflasi Dan Siklus....... MediaTrend 14 (2) 2019 p.219-228

SBY 1

Sumber: Bank Indonesia


Gambar 5.
Nilai Tukar (Kurs) Rupiah terhadap USD

SBY 1

Sumber: Bank Indonesia


Gambar 6.
Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar

Hubungan variabel makroekonomi dan karakteristik pemilih yang myopic untuk


moneter dengan Siklus Bisnis Politik: meningkatkan kemungkinan mereka
Analisis Ekonometrika memenangkan pemilu. Incumbent kalah
Dinamika inflasi adalah salah satu dalam pemilihan umum, meskipun menunda
kunci penting untuk memahami siklus kenaikan harga, pihak yang menang akan
bisnis politik. Periode pemilihan umum kembali menuduh mantan petahana yang
menyebabkan sensitivitas yang besar menyebabkan adanya beban ekonomi
di sisi pemerintah untuk menjaga inflasi yang sangat besar dengan tidak mengatur
tetap stabil sebelum dan selama periode harga yang seharusnya sehingga pemer-
pemilu dan mengalihkannya di periode intah baru yang akan segera menerima
pasca pemilu. Setiap pemilihan umum efek negatif di awal periode kemenangan
biasanya partai oposisi menuduh (pemerintahan) mereka.
pihak yang menang karena menggunakan

226
Fitri Kartiasih. MediaTrend 14 (2) 2019 p.219-228

Tabel 2.
Hasil Estimasi

Sumber: diolah

Hasil estimasi menggunakan politik di sisi moneter, dimana kenaikan


OLS dapat dilihat pada Tabel 2, jumlah beredar itu kemungkinan
dimana variabel D3 pada persamaan inflasi digunakan oleh pemerintah untuk menjaga
signifikan secara statistik sebesar 10%. inflasi tetap stabil selama dan
Hasil ini sejalan dengan teori PBC bahwa sebelum periode pemilihan umum, namun
setelah periode pemilu inflasi akan menin- hasil estimasi pada Tabel 2 menunjukkan
gkat sebesar 1,15 %. Sebaliknya selama variabel D2 bertanda negatif. Hal ini berla-
periode pemilu (D1) inflasi akan turun. wanan dengan teori PBC atau yang dihipo-
Periode sebelum pemilihan umum, ketika tesiskan sebelumnya.
terjadi kenaikan harga akan dibiayai atau Berdasarkan Tabel 2 juga dapat
dicounter oleh pemerintah dalam bentuk dilihat bahwa siklus bisnis yang diwakili
subsidi kepada masyarakat dan kemudi- oleh variabel D1, D2 dan D3 tidak
an pada akhirnya akan memiliki implikasi siginifikan secara statistik mempengaruhi
yang serius, akibatnya, defisit anggaran variabel PDB riil dan pertumbuhan PDB riil.
pemerintah naik dan menciptakan tekanan Sedangkan variabel D2 pada persamaan
inflasioner serta masalah keberlanjutan kurs siginifikan secara statistik sebesar 5
utang dalam periode pasca pemilihan %. Hal ini menunjukkan adanya siklus bis-
umum, meskipun bertanda negatif akan nis politik di sisi moneter, dimana selama
tetapi variabel D1 tidak signifikan secara dan sebelum periode pemilihan umum
statistik. kurs meningkat atau terjadi depresiasi.
Variabel D2 pada persamaan
jumlah uang beredar (M1) siginifikan se- KESIMPULAN
cara statistik sebesar 5 %. Hal ini sejalan Teori siklus bisnis politik me-
dengan penelitian Alesina, Cohen, dan nyatakan bahwa inflasi akan turun pada
Roubini (1992) yang menggunakan awal masa pemerintahan, namun untuk
M1 dalam regresinya, juga mendukung kasus Indonesia hanya terlihat pada
adanya siklus politik. Signifikansi variabel masa awal pemerintahan Presiden
D2 menunjukkan adanya siklus bisnis Megawati Soekarno Putri (MSW) dan

227
Inflasi Dan Siklus....... MediaTrend 14 (2) 2019 p.219-228

Presiden Jokowi (JKW) seiring dengan Asymmetric Taylor Reaction


koreksi pertumbuhan ekonomi yang ter- Function. International Economics
jadi. Hasil estimasi OLS juga menunjuk- And Economic Policy, 9(3–4),
kan bahwa selama periode pemilu inflasi 265–295.
akan turun, tetapi tidak signifikan secara Prabowo, E. D. (2016). Pengaruh Faktor
statistik. Sebaliknya, dengan tingkat Politik Dan Karakteristik Pemerintah
signifikansi 10%, inflasi meningkat sebesar Daerah Terhadap Alokasi Belanja
1,15 % pasca pemilu. Selama kurun waktu Hibah Pada Pemerintah Kota/
5 rezim pemerintahan, terlihat adanya Kabupaten Di Indonesia Ta 2015.
siklus ekspansi pertumbuhan ekonomi Jurnal Akuntansi Dan Bisnis,
pada akhir periode pemerintahan kecuali 16(2), 97–107.
pada akhir pemerintahan SBY 2. Namun Sieg, G., & Batool, I. (2012). Pakistan, Politics
hasil estimasi untuk menguji hubungan And Political Business Cycles.
PDB riil dan pertumbuhan PDB riil dengan Pakistan Development Review,
siklus politik tidak signifikan. Sedangkan 51(2), 153–166.
hasil estimasi untuk menguji hubungan Sukanto. (2015). Fenomena Inflasi,
jumlah uang beredar dan kurs dengan sik- Penganguran Dan Pertumbuhan
lus politik signifikan secara statistik sebe- Ekonomi Di Indonesia: Pendekatan
sar 5 %. Akan tetapi hubungan negatif dari Kurva Philips Dan Hukum Okun.
jumlah uang beredar dengan siklus poltik Jurnal Ekonomi Pembangunan,
berkebalikan dengan hipotesis. Jadi dapat 32(2), 96–106.
disimpulkan bahwa siklus bisnis politik ter- Winoto, A. H., & Falikhatun. (2015). Indikasi
jadi di Indonesia dari sisi moneter. Penyalahgunaan Discretionary
Fund Dalam Anggaran Pendapatan
DAFTAR PUSTAKA Dan Belanja Daerah Menjelang
Brender, A., & Drazen, A. (2008). How Do Pemilukada 2015. Jurnal Akuntansi
Budget Deficits And Economic Dan Keuangan Indonesia, 12(1),
GrowthAffect Reelection Prospects? 75–91.
Evidence From A Large Panel
Of Countries. American Economic
Review, 95(5), 2203–2220.
Dritsaki, C., & Dritsaki, M. (2013). Phillips
Curve Inflation And Unemployment:
An Empirical Research For Greece.
Int. J. Computational Economics
And Econometrics, 3(1/2), 27–42.
Hung, L.-C., & Hsieh, Y.-T. (2015).
Political Business Cycle In Taiwan-
Evidence From Central Government
Expenditures. International Journal
Of Public Administration, 39(4),
249–257.
Kis-Katos, B. S. S. K., & Schulze, G. G.
(2013). No Title. Economics Letters,
120(2), 342–345.
Klose, J. (2012). Political Business Cycles
And Monetary Policy Revisited-An
Application Of A Two-Dimensional

228

Anda mungkin juga menyukai