Anda di halaman 1dari 6

MSOpen Book Chapter Template

Faktor Dominan dan Kendala dalam Pengembangan


Pendidikan Kejuruan Di Indonesia

Rendi, Purnawirawan, Universitas Negeri Malang, Malang, Indonesia,


rendipurnawirawan03@guru.smk.belajar.id.

Abstrak
SMK didirikan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan dari dunia usaha
akan tenaga kerja yang kompeten baik secara hard skill maupun soft skill. Pemenuhan
tuntutan tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah dengan meningkatkan kualitas SMK
dari berbagai aspek. Pada hakekatnya, program dan kegiatan pembangunan pendidikan
kejuruan diorientasikan pada tujuan strategis pembangunan pendidikan menengah
kejuruan yang mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Masih banyak yang harus dibenahi guna memenuhi tuntutan tersebut. Landasan dasar
yang kuat, konsep yang jelas merupakan beberapa hal yang peru dibenahi di dalam
pengembangan pendidikan kejuruan.
Kata Kunci: kejuruan, startegis, renstra, landasan.

1. Pendahuluan
Seiring berkembangnya perekonomian dan teknologi dalam era globalisasi ini semakin
menuntut tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan kompeten di
berbagai sektor usaha, sehingga mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat. Hal
ini menyebabkan perlunya peningkatan kemampuan SDM agar diakui memiliki
kompetensi pada bidangnya masing-masing untuk menghindari marginalisasi tenaga kerja.
Sekolah Menengah Kejuruan didirikan dengan tujuan utama untuk memenuhi tuntutan
tersebut diatas. Akan tetapi dalam proses pelaksanaannya terdapat berbagai kendala.
Kendala tersebut muncul dari berbagai sisi, seperti landasan, konsep, kebijakan, program,
pelaksanaan, dan hasil. Berikut ini kita akan bahas berbagai kendala tersebut.

2. Landasan Pendidikan Kejuruan

2.1 Landasan filosofis


Landasan filosofi berkaitan dengan hal yang bersifat filosofi. Landasan filosofi pendidikan
kejuruan dibagi menjadi dua yaitu eksistensialisme dan esensialisme. Landasan SMK
eksintensialisme berpandangan bahwa pendidikan kejuruan harus mengembangkan
eksistensi manusia, bukan merampasnya. Landasan esensialisme berpandangan bahwa
pendidikan kejuruan harus mengkaitkan dirinya dengan sistem-sistem yang lain seperti
ekonomi, ketenagakerjaan, politik, sosial, religi, moral. Pendidikan kejuruan menyangkut
pengembangan program pendidikan kejuruan tentang apa yang harus diajarkan dan
bagaimana harus mengajarkan [1]. Jika di observasi di SMK proses pembelajaran yang
terjadi SMK sekurang-kurangnya sudah memberikan nilai tambah pada individu untuk
menambah eksistensi peserta didik dalam masyarakat, walaupun masih banyak proses
yang hanya retorika dan tidak sesuai dengan yang terjadi di industri.

2.2 Landasan hukum


Landasan hukum pendidikan kejuruan adalah undang-undang no 20 tahun 2003 pasal 18
ayat 3 Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah
(MA),Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau
bentuk lain yang sederajat. Sedangkan menurut PP no 17 tahun 2010 tentang pengelolaan
dan penyenggaraan pendidikan menterjemahkan SMK sebagai “Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang
menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai
lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat”. Dalam PP no 17 tahun 2010 pasal
76 ayat (2) Pendidikan menengah kejuruan berfungsi: a. meningkatkan, menghayati, dan
mengamalkan nilai-nilai keimanan, akhlak mulia, dan kepribadian luhur; b. meningkatkan,
menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air; c. membekali
peserta didik dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kecakapan
kejuruan para profesi sesuai dengan kebutuhan masyarakat; d. meningkatkan kepekaan
dan kemampuan mengapresiasi serta engekspresikan keindahan, kehalusan, dan harmoni;
e. menyalurkan bakat dan kemampuan di bidang olahraga, baik untuk kesehatan dan
kebugaran jasmani maupun prestasi; dan f. meningkatkan kesiapan fisik dan mental untuk
hidup mandiri di masyarakat dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan
tinggi.
Dari kedua landasan hukum yang disampaikan diatas landasan hukum SMK masih tidak
kuat dan pengembangan peserta didik cenderung pengembangan pada aspek afektif
berbeda dengan landasan hukum di luar negeri sebagai contoh di Amerika landasan
hukum pendidikan kejuruan dituangkan dalam uandang-undang tersendiri yaitu
vocational education tahun 1963 dan 1968. Pemerintah memberikan perhatian khusus
terhadap pendidikan kejuruan.
Sementara pada PP no 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 2 ayat 1
tentang satandar nasional pendidikan yang terdiri dari: standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan standar pendidik dan kependidikan, standar sarana dan prasana,
standar prngrlolaan, standar pembiayaan, standar penilaian. Dari standar nasional
pendidikan secara eksplisit menjadi acuan standar pendidikan kejuruan, seperti standar isi,
standar kompetensi lulusan dan standar penilaian
Standar isi pada pasal 7 ayat (6) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
pada SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau
kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,
keterampilan, kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang
relevan.
Standar kompetensi lulusan pada pasal 26 ayat (3) Standar kompetensi lulusan pada satuan
pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Dari paparan landasan hukum
pendidikan kejuruan diatas landasan hukum pendidikan kejuruan di indonesia masih
belum jelas dan kuat.

2.3 Landasan keilmuan


Pendidikan kejuruan diselenggarakan bedasarkan atas landasan keilmuan yang kuat.
Beberapa disiplin keilmuan digunakan sebagai landasan, diantaranya adalah sebahai
berikut: ekonomi, psikologi dan sosiologi. Pendidikan kejuruan kita sebenarnya keilmuanya
sudah cukup memadai banyak ahli yang ada disana, namun karena kurangnya penyiapan
sarana dan SDM yang memadai sehingga pendidikan kejuruan kita seolah-olah berada di
tempat sama dari tahun ke tahun.

2.4 Landasan psikologi


Pekerjaan seseorang memiliki pengaruh langsung pada pemenuhan kebutuhan diri dan
prestise sosial. Pendidikan kejuruan dapat berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
psikologis [2]. Pendidikan kejuruan melandaskan diri pada keyakinan bahwa manusia
mememliki perbedaan dalam dimensi-dimensi fisik, intelektual, emosional dan spritualnya.
Karena itu kita harus menggunakan cara-cara penyampaian yang berbeda-beda. Maka dari
itu, munculah metodologi pengajaran yang beragam yang penggunaanya disesuaikan
dengan selera individu yang berbeda-beda.
Sampai saat ini pendidikan kita masih belum bisa membedakan perlakuaan/metode yang
berbeda pada siswa yang berbeda. Pendidikan cenderung menyamakan perlakuannya pada
latar yang berbeda.

2.5 Landasan ekonomi


Konribusi pendidikan dalam pertumbuhan ekonomi terjadi melalui kemampuan untuk
meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang ada. Ilmu ekonomi menekankan pada
efisiensi, investasi yang merupakan dasar pelaksanaan pendidikan kejuruan. Artinya
pendidikan kejuruan dijalankan atas dasar prinsip-prinsip efisiensi, baik internal dan
eksternal. Pendidikan kejuruan didasarkan pada prinsip invertasi, artinya kita berpedoman
bahwa semakin tinggi pendidikan/pelatihan seseorang, sehingga produktifitas orang
mengikuti pelatihan mengalami peningkatan produktifitas.
Cara memahami kontribusi pendidikan dalama pertumbuhan ekonomi, dengan cara
mengetahui sebab-sebab pertumbuhan serta proses pertumbuhan itu sendiri [3]. Para ahli
ekonomi mengidentifikasi tiga faktor produksi yaitu lahan, tenaga kerja dan moral.
Landasan-landasan pendidikan kejuruan masih belum menancap kuat dalam pelaksanaan
pendidikan kejuruan. Pendidikan kejuruan belum memiliki landasan hukum yang kuat dan
jelas. Pendidikan kejuruan masih belum memberikan mamfaat yang besar terhadap
penyiapan sumber daya manusia, hal ini dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah
terhadap pendidikan kejuruan.

3. Konsep
Konsep pengembangan pendidikan kejuruan menjelang tahun 2020 menekankan pada
perubahan perubahan mendasar, antara lain sebagai berikut: 1) orientasi pendidikan
kejuruan dikembangkan dari supply driven ke demand-driven; 2) sistem pengelolaan
pendidikan kejuruan berubah dari terpusat menjadi terdesentralisasi; 3) pendekatan
pembelajaran Pendidikan kejuruan bergeser dari pendekatan mata pelajaran menjadi
pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi (CBT); 4) pola penyelenggaraan pendidikan
kejuruan yang sangat terstrukturmenjadi lebih feksibel dan permeable.
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2015-2019 disusun
berdasar beberapa paradigma sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Tahun 2015-2019 [4]. Sebagian paradigma bersifat universal, dikenal dan
dipakai berbagai bangsa. Sebagian lagi lebih bersifat nasional, sesuai nilai-nilai dan kondisi
bangsa Indonesia. Rincian paradigma itu adalah sebagai berikut.
1. Pendidikan untuk semua “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan tehnologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia” adalah
amanat konstitusi.
2. Pendidikan harus dapat diakses oleh setiap orang dengan tidak dibatasi oleh usia,
tempat dan waktu. Pemerintah harus menjamin keberpihakan kepada peserta
didik yang memiliki hambatan fisik ataupun mental, hambatan ekonomi dan
sosial, ataupun kendala geografis.
3. Pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan merupakan proses yang berlangsung
seumur hidup, yaitu pembelajaran sejak lahir hingga akhir hayat. Pendidikan
harus diselenggarakan dengan sistem terbuka yang memungkinkan feksibilitas
pilihan dan waktu penyelesaian program lintas satuan dan jalur pendidikan.
4. Pendidikan sebagai suatu gerakan. Pemerintah memang bertanggung jawab
menyelenggarakan pendidikan yang sebaik-baiknya bagi semua warga negara.
Namun, semua pihak dapat memberi kontribusi dalam penyelenggaraan
pendidikan agar hasilnya menjadi optimal. Penyelenggaraan pendidikan harus
disikapi sebagai suatu gerakan, yang mengintegrasikan semua potensi negeri dan
peran aktif seluruh masyarakat.
5. Pendidikan menghasilkan pembelajar. Penyelenggaraan pendidikan harus
memperlakukan, memfasilitasi dan mendorong peserta didik menjadi subjek
pembelajar mandiri yang bertanggung jawab, kreatif dan inovatif. Pendidikan
diupayakan menghasilkan insan yang suka belajar dan memiliki kemampuan
belajar yang tinggi. Pembelajar akan mampu menyesuaikan diri dan merespon
tantangan baru dengan baik.
6. Pendidikan membentuk karakter. Pendidikan berorientasi pada pembudayaan,
pemberdayaan, pembentukan kepribadian. Kepribadian dengan karakter unggul
yang antara lain bercirikan kejujuran, akhlak mulia, kemandirian, serta kecakapan
hidup.
7. Sekolah yang menyenangkan. Sekolah sebagai satuan pendidikan yang utama
merupakan suatu ekosistem. Suatu tempat yang di dalamnya terjadi hubungan
saling ketergantungan antara manusia dengan lingkungannya. Sekolah harus
menjadi tempat yang menyenangkan bagi manusia yang berinteraksi di dalamnya,
baik siswa, guru, tenaga pendidik, orang tua siswa dan pelaku lainnya.
8. Pendidikan membangun Kebudayaan. Pendidikan memiliki hubungan yang amat
erat dengan kebudayaan. Sebagian dari paradigma yang disebut di atas
mengandung aspek kebudayaan atau proses budaya. Pendidikan juga pada
dasarnya adalah proses membangun kebudayaan atau membentuk peradaban.
Pada sisi lain, pelestarian dan pengelolaan kebudayaan adalah untuk menegaskan
jati diri dan karakter bangsa Indonesia.
Rencana Strategis Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2015-2019 merupakan suatu
kesinambungan dari pembangunan yang dilakukan pada periode sebelumnya. Sejalan
dengan tema pembangunan pendidikan jangka panjang 2005-2024 [5] , pembangunan SMK
diarahkan pada peningkatan daya saing internasional sebagai pondasi dalam membangun
kemandirian dan daya saing bangsa dalam menghadapi persaingan global ke depan.

Gambar 1. Renstra Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2020-2024 dan Tema


Pembangunan Pendidikan
Pembangunan SMK ke depan tidak dapat dilepaskan dari berbagai upaya yang telah
dilakukan pada periode sebelumnya.

4. Hasil
Dengan meningkatnya calon tenaga kerja yang berasal dari SMK, Indonesia tidak saja
mendapat lebih banyak calon tenaga kerja yang berasal dari pendidikan menengah namun
mendapatkan pula calon tenaga kerja yang siap pakai. Namun demikian kinerja
pembangunan tersebut belum membuat Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan berpuas diri karena masih banyak hal yang harus dibenahi dan ditingkatkan ke
depan. Sebenarnya masih banyak yang harus dibenahi untuk memenuhi tuntutan industri,
buruknya proses disebabkan kurang maksimalnya standar-standar yang harus dipenuhi
supaya prosesnya baik dengan harapan lulusanya pun juga baik. peran seserta industri dan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah sangat menentukan pendidikan di indonesia. Di
negara-negara maju pendididkan kejuruan merupakan titik awal revolusi.

5. Daftar Pustaka
[1] Calhoun, C.C dan Finch A.V. (1982). Vocational Education: Concept and Operations.
Belmount California: Wads Worth Publishing Company.
[2, 3] Sonhadji, A. 2014. Manusia, Teknologi, dan Pendidikan Menuju Peradaban Baru.
Malang. Universitas Negeri Malang.
[3] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Rencana Strategis Direktorat
Pembinaan SMK 2015-2019. Jakarta: Kemdikbud.
[4] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan . 2020. Rencana Strategis Direktorat
Jenderal Pendidikan Vokasi 2020-2024. Jakarta: Kemdikbud

Anda mungkin juga menyukai