OLEH
RENDI PURNAWIRAWAN
NIM. 220551802399
ABSTRAK
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang kompeten, kurikulum pelatihan vokasi harus
adaptif terhadap industri. Program pemagangan adalah pendekatan pusat pelatihan vokasi
untuk memastikan tenaga kerja bisa melakukan melakukan aktivitas di tempat kerja sebagai
tolok ukur dari pemenuhuan tuntutan standar kompetensi kerja. Balai Latihan Kerja (BLK)
sebagai salah satu institusi pendidikan vokasi non formal harus memiliki pengelolaan yang
efektif dan baik guna menjalankan program ini. Kebutuhan industry yang terus berkembang
memaksa kita untuk berubah terus menerus dan kapanpun. Kemudian muncullah konsep
pendidikan sepanjang hayat (longlife education). Banyaknya masyarakat yang masih belum
bisa mengenyam pendidikan formal juga menjadi dasar munculnya konsep ini.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dunia selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan yang pada akhirnya
menuntut manusia untuk terus berkembang dan berubah secara terus menerus. Ketika terjadi
proses perubahan tersebut pada akhirnya terjadilah proses belajar sepanjang hayat (Long life
learning). Konsep belajar Long life learning bisa dilaksanakan dimana saja, dari anak-anak
sampai tua. Dapat dilaksanakan baik pendidikan formal seperti TK sampai Perguruan Tinggi,
maupun non formal. Salah satu hal yang mendasari lahirnya konsep long life learning adalah
masih banyaknya masyarakat Indonesia yang tidak bisa menikmati pendidikan dari jalur
formal. Oleh karena itu, pendidikan sepanjang hayat juga bisa ditempuh melalui lembaga non
formal seperti pelatihan maupun PLS (Pendidikan Luar Sekolah), dan lain-lain.
Rumusan Masalah
Berdasar pada latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang menjadi target dari long life learning tersebut?
2. Bagaimanakah penerapan long life learning di lembaga non formal?
Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut di atas, dapat di tentukan tujuannya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui target dari long life learning tersebut.
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan long life learning di lembaga non formal.
KAJIAN TEORI
Seiring dengan tuntutan pasar kerja dan kebutuhan industri, maka program pelatihan vokasi
harus dikembangkan. Dengan tujuan jika lulusan dari program pelatihan vokasi tersebut
kompeten maka industry akan diuntungkan langsung ketika menggunakannya. Pendidikan non
formal tidak mengenal batas ruang dan waktu. Pendidkan non formal ini dapat dilaukan seperti
Balai Latihan Kerja (BLK), kelompok belajar, organisasi, bahkan tempat tepat ibu-ibu
pengajian. Untuk itu sudah sebagaimana mestinya setiap orang harus terus belajar dari waktu
ke waktu sampai ajal menjemput. Ilmu sangat berguna untuk setiap orang yang memilikinya
meskipun sudah berusia lanjut.
Balai Latihan Kerja (BLK) sebagai salah satu pendidikan non formal yang disediakan oleh
Kementerian Ketenagakerjaan atau oleh Pemerintah Daerah banyak menyediakan pelatihan
untuk masyarakat kurang mampu ataupun putus sekolah. Sukardi, 2012, mengatakan,
keberhasilan pelatihan vokasi dapat diukur dari tingkat penyerapan lulusan di pasar kerja. Jika
lulusan memiliki kemampuan sesuai pasar kerja yang dibutuhkan, dapat dikatakan proses
pembelajaran institusi vokasi memiliki peserta didik langsung dan siap untuk masuk pasar
kerja. Untuk mencapai hal ini, penyedia pelatihan vokasi, yaitu BLK, selalu meningkatkan
kualitas pembelajaran melalui kurikulum sesuai dengan permintaan pasar kerja.
Semua kebutuhan baik fisik peserta didik, moral, ataupun masa depan untuk hidup aman,
sejahtera, selaras dengan alam dan masyarakat harus diakomodasi oleh kurikul pelatihan
vokasi. Pada sisi lain kurikulum pelatihan vokasi berdasarkan kebutuhan yang sesuai dengan
pasar kerja (demand driven oleh pasar kerja). Penekanannya adalah pada penguasaan
kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja industri (Tessaring M. , 2009).
Menurut Wagner, 2008, ada tujuh keterampilan dasar yang dibutuhkan leh dunia kerja, antara
lain:
1. Berpikir ktitis dan pemecahan masalah;
2. Kolaborasi di seluruh jaringan dan memimpin dengan pengaruh;
3. Daya tahan dan adaptasi;
4. Inisiatif dan kewirausahaan;
5. Komunikasi efektif secara lisan dan tertulis;.
6. Mengakses dan menganalisis informasi;
7. Rasa ingin tahu dan imajinasi.
Keterampilan dasar yang baik dan keterampilan kerja umum harus dikuasai ketika peserta
didik dianggap kompeten. Adapun keterampilan umum tersebut terdiri atas keterampilan
dasar, kemampuan berpikir, dan kualitas pribadi (Stern, 2003). Keterampilan mendengarkan,
membaca, menulis, berbicara, dan matematika merupakan keterampilan dasar. Sedangkan
bagaimana belajar, bagaimana membuat dan memecahkan masalah, dan membuat keputusan
merupakan keterampilan berpikir. Kualitas pribadi mempengaruhi dalam bentuk tanggung
jawab, integritas, kepercayaan diri, moral, karakter, dan loyalitas. Secara teoritis, keterampilan
dasar akan mendukung dan menjadi dasar dari pengembangan karir individu. Pengembangan
kurikulum pelatihan vokasi, pengajaran dan pembelajaran harus memberikan porsi yang cukup
untuk pengembangan keterampilan dasar.
KESIMPULAN
Pelatihan vokasi adalah pelatihan bagi tenaga kerja untuk menyediakan pekerja
terampil/profesional yang memiliki peran penting dalam industri. Kemitraan antara lembaga-
lembaga pelatihan vokasi dan industri adalah suatu keharusan. Lembaga pelatihan vokasi tidak
hanya dapat mengatur pembelajaran dengan pembelajaran berbasis sekolah, tetapi juga
memiliki skema pembelajaran berbasis bekerja untuk mempersiapkan lulusan yang kompeten
untuk memenuhi permintaan pasar kerja. Pada pengembangan penelitian lebih lanjut,
disarankan untuk membuat perbandingan kurikulum dan evaluasi pelaksanaan kurikulum
pelatihan berbasis magang untuk semua pelatihan vokasi di bawah kementerian tenaga kerja
dan pelatihan vokasi di bawah pemerintah kabupaten
Dibutuhkan kerjasama antara lembaga-lembaga vokasi demi terciptanya kesesuaian antara
kebutuhan pasar atau industri akan tenaga kerja yang terampil dan kompeten. Pelatihan bagi
calon tenaga kerja professional merupakan sesuatu hal yang wajib dilakukan di lembaga
pelatihan vokasi. Disarankan, dibuat evaluasi pelaksanaan pelatihan berbasis magang yang
dilaksanakan disemua pelatihan vokasi. Baik di pendidikan formal maupun non formal.
DAFTAR PUSTAKA
Elaine, T. 2017. Technical And Vocational Education And Training (Tvet) Colleges In South
Africa: A Framework For Leading Curriculum Change. Stellenbosch University
Oebaidillah, Syarief. 2020. Pendidikan Vokasi yang Baik Cerminan Negara Maju.
https://mediaindonesia.com/humaniora/337673/kemendikbud-pendidikan-vokasi-
yang-baik-cerminan-negara-maju
https://jurnal.uns.ac.id/jptk/article/view/32746